Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“KONSEP DIRI”

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan)

Dosen Pengampu:

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Florencia S R Ambarita (2022081024034)


2. Shandy Pratama (2022081024020)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2023
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah sebuah istilah dalam psikologi yang merujuk pada bagaimana
seseorang memandang, memikirkan, dan mengevaluasi dirinnya sendiri. Dengan kata
lain, menyadari diri sendiri berarti memiliki konsep mengenai diri sendiri.

Agar lebih memahami apa itu self-concept maka kita dapat merujuk pada pendapat
beberapa ahli berikut ini:

1. Rochman Natawidjaya Menurut Rochman Natawidjaya (1979), pengertian konsep diri


adalah persepsi individu mengenai dirinya sendiri, kemampuan dan ketidakmampuannya,
tabiat-tabiatnya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain.

2. James F. Calhoun Menurut James F Calhoun (1995), pengertian self-concept adalah


gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan tentang dirinya sendiri,
pengharapan diri, dan penilaian terhadap diri sendiri.

3. Gail Wiscarz Stuart dan Sandra J. Sundeen Menurut Stuart dan Sundeen (2005), self-
concept adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan
individu tentang dirinya sendiri dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.

4. Budi Anna Keliat Menurut Keliat (2005), konsep diri adalah cara individu memandang
dirinya secara utuh, fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.

5. Patricia Potter Anne Perry Menurut Potter dan Perry (2005), self-concept adalah citra
subjektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi
bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberi individu kerangka acuan yang
mempengaruhi manajemen diri terhadap situasi dan hubungan seseorang dengan orang
lain.

2. Klasifikasi dan Aspek Konsep Diri

Klasifikasi konsep diri (self concept) adalah gambaran atau pandangan perasaan dan
pemikiran individu mengenai diri sendiri, meliputi kemampuan, karakter, sikap, tujuan hidup,
kebutuhan dan penampilan diri. Persepsi terhadap diri tersebut bersifat dinamis dibentuk
berdasarkan pengalaman, evaluasi diri dan interpretasi lingkungan. Konsep diri sendiri
merupakan persepsi yang dimiliki individu tentang dirinya yang dibentuk melalui
pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi lingkungan.

Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang
terus-menerus dan terdiferensiasi. Ketika seseorang memberikan penilaian tentang dirinya,
berarti ia telah memiliki kesadaran dan kemampuan untuk melihat dirinya terhadap dunia di
luar dirinya. Konsep diri pun merupakan suatu gambaran dari apa yang kita pikirkan, yang
orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan, yang
mana konsep diri merupakan berbagai kombinasi dari berbagai aspek, yaitu citra diri,
intensitas afektif, evaluasi diri dan kecenderungan memberi respons. Konsep diri merupakan
suatu hal yang penting dalam pengintegrasian kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga
pada akhirnya akan tercapainya kesehatan mental.

a. Berikut definisi dan klasifikasi konsep diri dari beberapa sumber buku:
 Menurut Feldman dkk (2009), konsep diri adalah perasaan terhadap diri, gambaran
mental yang deskriptif dan evaluatif mengenai kemampuan dan sifat seseorang.
 Menurut Thalib (2010), konsep diri adalah gambaran diri, penilaian diri, dan
penerimaan diri yang bersifat dinamis, terbentuk melalui persepsi dan interpretasi
terhadap diri sendiri dan lingkungan.
 Menurut Kifudyartanta (2014), konsep diri adalah representasi diri yang mencakup
identitas diri yakni karakteristik personal, pengalaman, peran, dan status sosial.
 Menurut Mappiare (2006), konsep diri adalah keseluruhan pola persepsi diri
sebagaimana dirumuskan individu itu sendiri, atau pemahaman dan pemaknaan
seseorang yang berkaitan dengan diri.
 Menurut Desmita (2006), konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri yang meliputi
persepsi seseorang tentang dirinya, keyakinan, perasaan, dan nilai-nilai yang ada
hubungannya dengan dirinya.
 Menurut Hurlock (1993), konsep diri adalah gambaran mental yang dimiliki
seseorang tentang dirinya yang mencakup citra fisik dan psikologis.
 Menurut Rakhmat (2003), konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu
tentang dirinya baik yang sifatnya psikologis, sosial maupun fisik.
 Menurut Keliat (1992), konsep diri adalah semua perasaan dan pemikiran individu
mengenai dirinya sendiri. Hal ini meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan
hidup, kebutuhan dan penampilan diri.

b. Aspek-aspek Konsep Diri

Menurut Calhoun dan Acocella (1995), konsep diri adalah gambaran mental yang
dimiliki individu, atas tiga aspek yaitu pengetahuan yang dimiliki, pengharapan dan
penilaian mengenai diri sendiri. Adapun penjelasan dari ketiga aspek tersebut adalah
sebagai berikut:

 Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki individu merupakan apa yang individu ketahui tentang
dirinya. Dalam benak setiap individu ada satu daftar julukan yang menggambarkan
tentang dirinya, hal ini mengacu pada istilah-istilah kuantitas seperti nama, usia, jenis
kelamin, kebangsaan, pekerjaan, agama dan sebagainya dan sesuatu yang merujuk
pada istilah-istilah kualitas, seperti individu yang egois, baik hati, tenang dan
bertemperamen tinggi. Pengetahuan bisa diperoleh dengan membandingkan diri
individu dengan kelompok pembandingnya (orang lain).
 Harapan
Harapan merupakan aspek dimana individu mempunyai berbagai pandangan ke depan
tentang siapa dirinya, menjadi apa di masa mendatang, maka individu mempunyai
pengharapan terhadap dirinya sendiri. Singkatnya, individu mempunyai harapan bagi
dirinya sendiri untuk menjadi diri yang ideal dan pengharapan tersebut berbeda-beda
pada setiap individu.
 Penilaian
Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya sendiri setiap hari. Penilaian
terhadap diri sendiri adalah pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan
apa yang menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya. Intinya, setiap individu berperan
sebagai penilai terhadap dirinya sendiri dan dengan menilai hal ini merupakan standar
masing-masing individu.

Sedangkan menurut Veiga dan Leite (2016), aspek-aspek yang mempengaruhi terbentuknya
konsep diri antara lain adalah sebagai berikut:

 Kecemasan (anxiety). Merupakan kondisi emosional yang tidak menyenangkan yang


ditandai oleh perasaan-perasaan subyektif seperti ketegangan, ketakutan,
kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem saraf pusat. Kecemasan juga
sebagai kekuatan pengganggu utama yang menghambat perkembangan hubungan
inter-personal yang sehat. Kecemasan pernah dialami oleh hampir semua individu,
hanya saja kadar dan tarafnya yang berbeda.
 Penampilan fisik (Physical appearance). Penampilan fisik merupakan segala sesuatu
yang berhubungan dengan penampilan luar dan sejauh mana individu memiliki
penampilan yang menarik yang mudah diamati dan dinilai oleh individu lain.
Penampilan fisik secara disadari atau tidak, dapat menimbulkan respons tertentu dari
individu lain.
 Perilaku (Behavior). Merupakan suatu aksi reaksi individu yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungannya dan sejauh mana individu
dapat bersosialisasi sesuai dengan norma-norma yang berada dalam lingkungannya.
 Popularitas (Popularity). Merupakan kemampuan individu dalam melakukan
hubungan sosialnya, yaitu keberhasilan dalam membina hubungan dengan individu
lainnya yang ditandai dengan penerimaan dan atau penolakan individu atau
kelompok.
 Kebahagiaan (Happiness). Merupakan kondisi psikologi positif, yang ditandai oleh
tingginya kepuasan terhadap masa lalu, tingginya tingkat emosi positif, dan rendahnya
tingkat emosi negatif.
 Pengetahuan (Intellectual). Merupakan apa yang individu ketahui tentang dirinya
seperti hal-hal yang menggambarkan dirinya, kelebihan atau kekurangan fisik, usia,
jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan, agama, dan lain-lain.

3. Komponen Konsep Diri

 Citra Diri
Citra diri adalah konsep yang dibentuk di dalam pikiran kita mengenai seperti apa kita
sebagai seseorang manusia. Kita semua dapat menarik gambaran mental akan diri
sendiri dan gambaran ini akan cenderung bertahan secara stabil seiring waktu kecuali
kita Mengambil langkah – langkah pertimbangan untuk mengubahnya. Konsep citra
diri Citra diri dalam bentuk yang paling dasar akan membentuk gambaran mental
internal atauide mengenai diri sendiri, bagaimana cara berpikir dan merasa mengenai
diri sendiri berdasarkan penampilan, kinerja dan hubungan – hubungan yang
mempengaruhi kehidupansebagaimana tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup
seseorang. Setiap kali kita mempertanyakan mengenai penampilan diri, seberapa
penting diri danbagaimana kondisi diri kita akan membangun dasar citra diri tersebut.
Citra diri seseorangadalah kesan yang dimilikinya mengenai diri sendiri yang
membentuk persepsi kolektif mengenai aset dan kewajiban seseorang. Dengan kata
lain, self image adalah bagaimana seseorang berdasarkan kekuatan dankelemahannya
yang kerap kali menjadi jelas melalui label yang diberikan diri sendiri
untukmenggambarkan kualitas dan karakteristik diri
 Ideal Diri
Sejalan dengan hasil penelitian Agustin dan Prasetya (2019) bahwa mayoritas
responden memiliki ideal diri yang buruk dan dibuktikan dengan pengkajian pada
individu bahwa reponden yang memiliki ideal diri negatif akan susah untuk
mengembangkan perilaku yang positif dan susah pula untuk menggapai seluruh
kenginannya sesuai dengan caranya memandang dirinya di lingkungan. Octaviani dan
Winarsih (2013) menjelaskan bahwa ideal diri merupakan presepsi individu dalam
menentukan dirinya untuk bertingkah laku sesuai dengan standart pribadinya seperti
cita-cita yang diinginkannya. Sejalan dengan Purwanto (2015) menyatakan bahwa
ideal diri merupakan gambaran individu tentang bagaimana dia harus berperilaku
sesuai dengan standar pribadi, aspirasi, tujuan, atau nilai personal. Penilaian ideal diri
positif atau negatif tergantung dari cara pandang dirinya di lingkungan. Remaja yang
menilai dirinya positif maka akan memiliki ideal iri yang positif, sebaliknya remaja
yang menilai dirinya negatif maka akan memiliki ideal diri yang negatif (Keliat,
2015)
 Harga Diri
Harga Diri atau biasa disebut self esteem ini adalah persepsi seorang individu akan
hasil yang dicapainya dengan menelah seberapa banyak kesesuaian perilakunya
dengan ideal drinya. Self esteem ini memang terbentuk sejak kecil sebab adanya
perhatian dan penerimaan dari individu dan lingkungan sekitarnya. Self esteem atau
harga diri ini dihasilkan dari persepsi dan penilaian seorang individu terhadap dirinya
terkait yang diharapkan dengan fakta yang ada pada dirinya. Apabila semakin luas
ketidaksesuian antara penghaarapan dan fakta atau kenyataan di dirinya, akan
semakin rendah rasa harga dirinya. Sebaliknya apabila individu tersebut semakin
mendekati idela dirinya atau pengharapan atas dirinya dan menyukai atas apa yang
dikejarkan akan semakin tinggi pula rasa harga dirinya.
 Peran Diri
Peran diri adalah segenap bentuk sikap atau tingkah laku, nilai, dan tujuan yang
diharapkan oleh suatu kelompok sosial terkait dengan fungsi dan peran individu di
dalam masyarakat atau kelompok sosial tersebut.
 Identitas Diri
Indetitas Diri adalah kesepakatan individu terhadap dirinya yang dihasilkan dari
pengamatan dan penilaian dirinya dengan menyadari bahwa dirinya itu memiliki
perbedaan dengan individu lain. Komponen self concept ini mulai terbentuk dan
berkembang pada diri individu sejak masa kanak – kanaknya.

4. TINJAUAN UMUM TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI


Konsep diri ini bukanlah bawaan lahir, bukanlah sesuatu yang positif atau negatifnya
sudah merupakan suratan takdir, konsep diri kita adalah hasil bagaimana kita berinteraksi
dengan lingkungan, juga pengalaman, yang sifatnya dinamis (bisa berubah). Jadi, faktor-
faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang adalah :

1. Pola Asuh Keluarga

Pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya yang
meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara
orangtua menunjukkan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatiannya serta
tanggapan terhadap anaknya (Aat Sriati, 2008).

a. Defenisi Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang berbagi tempat tinggal atau
berdekatan satu dengan lainnya; memiliki ikatan emosi; terlibat dalam posisi sosial;
peran dan tugas-tugas yang saling berhubungan; serta adanya rasa saling menyayangi
dan memiliki Friedman (1998) dalam Allender & Spradley (2001). Sedangkan menurut
Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1994 Bab I ayat 1 keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

b. Persepsi Keluarga

Persepsi adalah interpretasi yang tinggi terhadap lingkungan manusia dan mengolah
proses informasi tersebut “Human interpret their surroundings on a higher percive their
word through information processing” (Wilson. D, 2000). Sedangkan pendapat Maramis
(1998), persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan
antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah
pancainderanya mendapat rangsang. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi keluarga
merupakan suatu interpretasi yang dimiliki oleh keluarga terhadap kegemukan yang
dialami oleh anaknya. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi
anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung,
selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan.

c. Bentuk Dukungan Keluarga Dukungan keluarga dapat diberikan dalam


beberapa bentuk, yaitu

1. Dukungan informasional 3. Dukungan instrumental

2. Dukungan penghargaan 4. Dukungan emosional


d. Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola
asuh dalam keluarga, di antaranya sebagai berikut: (Tim Penulis Poltekkes Depekes
Jakarta I, 2009)

1) Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa
pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan
banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya. Biasanya
pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu
sibuk dengan pekerjaan.

2) Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan
kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh
anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika
anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.

3) Pola Asuh Demokratis

Menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, mampu mengontrol diri,


mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat
terhadap hal-hal yang baru, dan kooperatif terhadap orang lain.

4) Pola Asuh Penelantar

Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody, impulsive,
agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self esteem (harga diri) yang
rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman (Rusdijana, 2004). Pola asuh orang
tua akan menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk.

e. Struktur Kekuatan Keluarga

Komunikasi yang ada dalam keluarga diharapkan terbuka antara satu anggota keluarga
dengan anggota keluarga lain. Orang tua mempunyai pengaruh untuk mempengaruhi
anak-anaknya untuk makan makanan yang sehat dan bergizi. Setiap keluarga juga
mempunyai nilai-nilai yang dianut oleh keluarga. Nilai-nilai ini menjadi pedoman
keluarga sebagai suatu sistem.

2. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan, dan kejadian yang
pernah dialami individu yang dirasakan bermakna dan meninggalkan kesan dalam hidup
seseorang (Aat Sriati, 2008).

a. Kegagalan
Konsep diri juga berkaitan dengan pengalaman mencapai berhasil atau gagalnya
seseorang. Seringkali, kegagalan yang terus menerus dialami seseorang menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan negatif kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan
bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan dirinya. Dengan begitu benih
konsep diri negatif pun tumbuh pada diri orang itu. Tapi, jika ia mau terus berusaha dan
berpikiran positif, mungkin hasilnya akan berbeda. Tidak akan muncul konsep negatif
pada dirinya, dan kesuksesanpun bisa diraih (Ardhy, 2008).

b. Depresi

Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung
negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri
sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif.

3. Lingkungan

Lingkungan pada dasarnya dapat diartikan segala hal mempengaruhi hidup manusia atau
lingkungan adalah segala sesuatu yang di sekeliling manusia yang dapat mempengaruhi
tingkah laku secara langsung maupun tidak langsung. satu bagian perkembangan dalam
masa remaja yang tersulit adalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Remaja harus
menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Hal ini
disebabkan besar kuatnya pengaruh lingkungan tempat seseorang tinggal. Pokok
terpenting adalah, seorang remaja harus membuat konsep mengenai citra dirinya yang
sebenarnya, citra diri yang diimpikan, yang benar-benra sesuai dengan keinginannya.
Selanjutnya berpikir dan bertindak dengan kepercayaan penuh sesuai dengan apa yang
menurutnya bena mengenai siapa dirinya sesungguhnya, sebagaimana yang telah
diprogramkannya.

4. Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi merupakan suatu yang mendasari perbuatan seseorang untuk memenuhi
dorongan sosial yang memerlukan dukungan finansial yang berpengaruh pada kebutuhan
hidup sehari-hari (Aat Sriati, 2008). Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana
penerimaan orang lain terhadap dirinya. Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi
konsep diri seseorang. Penerimaan lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan
pada status sosial ekonominya. Maka dapat dikatakan individu yang status sosialnya
tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan individu yang status
sosialnya rendah. Hal ini didukung oleh penelitian Rosenberg terhadap anak-anak dari
ekonomi sosial tinggi menunjukkan bahwa mereka memiliki konsep diri yang tinggi
dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari status ekonomi rendah. Hasilnya
adalah 51 % anak dari ekonomi tinggi mempunyai konsep diri yang tinggi. Dan hanya 38
% anak dari tingkat ekonomi rendah memiliki tingkat konsep diri yang tinggi

4. Dimensi Konsep Diri


1. Dimensi
Dimensi terbagi menjadi dua baik internal maupun eksternal.
a. Dimensi Internal
 Identitas diri yaitu menjelaskan tentang individu tersebut terkait identitas dan
kemampuan positif yang dimiliki.
 Perilaku individu yaitu dorongan yang dimiliki individu baik secara internal
maupun eksternal dalam merespon suatu rangsangan dalam melakukan sebuah
perilaku
 Penilai diri yaitu penilai, penentu atau sebagai standar dalam melakukan sebuah
perilaku yang menyambungkan antara perilaku dan identitas masing-masing
individu.

b. Dimensi eksternal
Dimensi eksternal terdiri dari konsep diri positif dan negatif yang terdiri dari :
 Konsep diri yang positif
Yaitu cara memandang seseorang yang positif tentang penampilannya, bentuk
tubuh individu, kondisi fisik dan kesehatan individu yang dimiliki.
 Konsep diri yang negatif
Yaitu cara memandang seseorang yang negatif tentang penampilannya,bentuk
tubuh individu,kodisi fisik dan kesehatan individu yang di miliki

2. Dimensi konsep diri


1. Konsep diri aktual
Merupakan suatu persepsi yang mengambarkan persepsi yang sesuai kondisi individu
yang realistis, yang mengambarkan tentang usia, jemis kelamin, dan tingkat
pendidikan.
2. Konsep diri ideal
Merupakan suatu persepsi individu tentang dirinya yang muncul dan kelihatan dalam
kehidupan untuk memperbaiki sebuah kemampuan diri yang dimiliki.
3. Konsep diri pribadi
Merupakan suatu gambaran yang menunjukkan perilaku seseorang yang terlihat dari
sikap individu yang kreatif, ramah,sopan dan mampu menyelesaikan sebuah
tantangan.
4. Konsep diri sosial
Merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan cara berinteraksi seseorang dengan
orang lain. Cara memandang seseorang dalam suatu kelompok atau masyarakat
terhadap orang lain

a.

6. Konsep Diri berkaitan dengan Kesehatan

7. Masalah-Masalah Konsep Diri


Setiap manusia pasti akan menghadapi suatu masalah dan manusia tersebut harus
membuat keputusan serta mencari jalan keluar dalam setiap masalah yang dihadapinya.
Masalahituakantetap hadir pada setiap manusia, baik pada remaja, dewasa, maupun lanjut
usia. Cara pandang untuk mengambil suatu keputusan untuk menyelesaikan masalah
tergantung pada konsep diri yang dimiliki oleh setiap individu (Ernawati, 2015).

Sebagaimana dikutip oleh Sunnah danPuspitadewi (2014) masalah adalah penyimpangan


antara apa yang seharusnya denganapayang benar-benar terjadi antara teori dengan
praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, danantara rencana dengan pelaksanaan. Ada
tanda-tanda seseorang mengalami masalah, pertama orang mempunyai masalah
akanmerasakan gelisah, dalam gelisah ini biasanya orang akan menduga-duga adanya
bahayayangnyata. Kemudian hal tersebut berkembang hingga menjadi tidak tenang, tidak
dapat tidur, tidakmerasa damai, takut, dan kurang berkonsentrasi (Usqari, 2006).

Pemecahan masalah (problem solving) merupakan hasil dari pemikiran yang berujung
mengenai solusi atau jalan keluar yang dipilih saat menyelesaikan masalah yang dihadapi
(Ernawati, 2015). Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sulistyowati
danAstuti (2009) terhadap salah satu SMK di Yogyakarta tanggal 10 Mei 2009 beberapa
siswa menyatakan pernah menggunakan obat obatan terlarang. Siswa yang mengkonsumsi
obat- obatan terlarang ini mempunyai alasan karena mereka sedang stres dengan masalah
yangmereka hadapi, mereka juga mengungkapkan menggunakan obat-obatan terlarang
tanparesepdokter dapat menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi.

8. Cara Mengatasi Gangguan Konsep Diri

Atasi jenis gangguan konsep diri yang anda miliki untuk dapat mengetahui dimanakah
seseorang tersebut masuk dalam jenis gangguan konsep diri yaitu dengan cara:

a) Kenali jenis jenis gangguan konsep diri yang anda miliki.


b) Merubah gangguan konsep diri tersebut pada saat muncul.
Jangan biarkan gangguan konsep diri buruk itu terjadi, tetapi seiring waktu akan
menjadi lebih mudah, dan anda akan mulai mengembangkan gangguan konsep diri
yang lebih baik.
c) Yakinlah bahwa gangguan konsep diri buruk itu tidak nyata
Anda dapat mengatasi gangguan konsep diri buruk dengan mengakui bahwa
gangguan konsep diri tersebut tidak mencerminkan pribadi anda, kemudian saat
gangguan konsep diri buruk muncul, ulangi kepada pribadi sendiri dengan lantang
d) Alihkan perhatian pribadi dengan kegiatan baik
Dengan cara melakukan aktivitas yang baik maka gangguan persepsi tersebut bisa
reda dan membaik
e) Maafkan pribadi sendiri saat melakukan kesalahan
Memaafkan pribadi sendiri, seperti halnya memaafkan teman, merupakan bagian
penting dalam pelajaran mengenai cara mengatasi gangguan konsep diri buruk.
f) Memberikan ucapkan selamat kepada pribadi sendiri atas kemenangan yang diraih
Cara lain untuk melawan gangguan konsep diri buruk adalah dengan mengucapkan
selamat kepada pribadi sendiri saat berhasil melakukan sesuatu yang baik, dan
ingatkan pribadi akan hal hal yang telah berhasil anda lakukan dengan baik di masa
lalu.
KESIMPULAN
Konsep diri merupakan gambaran seseorang tentang dirinya, baik yang bersifat fisik maupun
psikologis yang diperoleh melalui interaksinya dengan orang lain. Pembentukan konsep diri positif
ditandai dengan keseimbangan dimensi konsep diri yang terdiri dari gambaran diri , penerimaan diri,
harapan, dan harga diri yang sangat mempengaruhi kesehatan individu.

Setiap manusia pasti akan menghadapi suatu masalah dan manusia tersebut harus membuat
keputusan serta mencari jalan keluar dalam setiap masalah yang dihadapinya. Masalah itua
akan tetap hadir pada setiap manusia, baik pada remaja, dewasa, maupun lanjut usia. Cara
pandang untuk mengambil suatu keputusan untuk menyelesaikan masalah tergantung pada
konsep diri yang dimiliki oleh setiap individu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Feldman, R.D, Papalia, D., dan Olds, S.W. 2009. Human Development (Perkembangan
Manusia). Jakarta: Salemba Empat. https://www.kajianpustaka.com/2020/11/konsep-diri.html?
m=1
2. Agustin, D., Iqomh, M. K. B., & Prasetya, H. A. (2019). ideal diri remaja putri berjerawat. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 6(1),8-12.
3. Eful. Pengaruh Lingkungan terhadap Proses Pembentukan Konsep Diri.
http://kesehatan.kompasiana.com/group/kejiwaan/2010/06/26/pengaruhlingkungan-dalam-
proses-pembentukan-konsep-diri-self-concept/ 1 Agustus 2010
4. Graha Chairinniza. 2007. Keberhasilan Anak tergantung Orang Tua. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
5. Ramadhan Tarmizi. Pola Asuh Orangtua dalam Mengarahkan Anak.
http://tarmiziwordpress.com/2009/01/26/pola-asuh-orangtua-dalam-mengarahkan-perilakuanak/
4 Februari 2010
6. Ernawati, R. (2015). Pengaruh Konsep Diri terhadap Pemecahan Masalah Bagi siswa KelasXdi
SMA Negeri Jawa Timur. JDP volume 8 nomor 3. Diakses tanggal 7 Oktober 2016.
7. Gangguan Konsep Diri. (2023). diakses 12 September 2023, dari
https://www.psychologymania.com/2013/04/gangguan-konsep-diri.html
8. (2023). diakses 12 September 2023,dari https://repository.ump.ac.id/601/3/BAB%20II_ADI
%20WICAKSONO_KEPERAWATAN%2715.pdf
9. Nyumirah, N. S., Kep, M., Leniwita, N. H., Kep, M., Anggraini, N. Y., Kep, M., ... & Kep, M.
PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN. Rizmedia Pustaka Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai