Anda di halaman 1dari 23

KONSEP DAN HUBUNGAN

ANTARA ASPEK PSIKOSOSIAL


DAN BUDAYA
KELOMPOK 5 :
Dosen Pengampu: WENI MAILITA M.Kep

1.Fatmawarni (2114201124)
2. Narlis maharani (2114201135)
3. Riska Amelia Putri (2114201146)
4. Adzra Maizal Hafifah (2114201107)
5. Ayu Tania Putri (2114201115)
6. Shelly Yonira Agustin (21114201151)
7. Vania Arianti (2114201157)
8. Riska Amelia Putri (2114201146)
9. Veronica Olivia (2214201244)
10.Shara Septiola Yesa (2114201150)
11. Sri Rahayu (2114201154)
A. Konsep Psikososial

Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek
psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara
faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain.

Psikososial berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek
psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku), sedangkan sosial mengacu pada
hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya. Istilah psikososial berarti
menyinggung relasi sosial yang mencakup faktorfaktor psikologis (Chaplin, 2011).
B. Konsep Diri

1. Pengertian konsep diri


Diri Konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya. Persepsi tentang
diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisik. Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran
desktiptif, tetapi juga penilaian seseorang tentang dirinya. Jadi konsep diri meliputi apa yang
seseorang pikirkan dan apa yang seseorang rasakan tentang dirinya. Konsep diri pada dasarnya
merupakan suatu skema, yaitu terorganisasi mengenai sesuatu yang kita pengetahuan gunakan
yang untuk menginterpretasikan pengalaman.konsep diri adalah kesadaran batin yang tetap,
mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.

Menurut Sobur (2016) konsep diri adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri yang
meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan
interaksi kita dengan orang lain
2. Komponen Konsep Diri

a. Citra tubuh (body image)


Citra tubuh (body image) adalah sikap individu terhadap dirinya, baik disadari maupun tidak
disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara
konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru.

Citra tubuh berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak belajar
mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Citra tubuh (body
image) dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada stimuli
eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi (Potter & Perry,
2005).

b. Ideal diri Ideal diri


adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan
standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih.
Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu Individu mempertahankan kemampuan
menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan
kesehatan dan keseimbangan mental. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi
oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu.

c. . Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa
banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain
yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat,
berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negative, relatif tidak
sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya (Keliat BA,
2005).

d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat
dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa
peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya.
e. Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari
observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain.
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda
dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak,bersamaan
dengan berkembangnya konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya
diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.

C. Kesehatan Spiritual

1. Definisi Kesehatan spiritual


adalah kondisi yang dalam pandangan sufistik disebut sebagai terbebasnya jiwa dari berbagai
penyakit ruhaniah, seperti syirik (polytheist), kufur (atheist), nifaq atau munafik (hypocrite), dan fusuq
(melanggar hukum). ). Spiritualitas Adalah pandangan pribadi dan perilaku Yang mengekspresikan rasa
keterkaitan ke dimensi transcendental atau untuk sesuatu yang lebih besar dari diri (Asy’arie, 2012).
Kontinum sehat dan kesehatan mencakup enam dimensi sehat yang mempengaruhi gerakan di sepanjang
kontinum. Dimensi ini diuraikan sebagai berikut :
a. Sehat fisik ukuran tubuh, ketajaman sensorik, kerentanan terhadap penyakit, fungsi tubuh, kebugaran
fisik, dan kemampuan sembuh
b. Sehat intelektual kemampuan untuk berpikir dengan jernih dan menganalisis secara kritis untuk
memenuhi tantangan hidup.
c. Sehat sosial kemampuan untuk memiliki hubungan interpersonal dan interaksi dengan orang lain yang
memuaskan.
d. Sehat emosional ekspresi yang sesuai dan control emosi; harga diri, rasa percaya dan cinta.
e. Sehat lingkungan penghargaan terhadap lingkungan eksternal dan peran yang dimainkan seseorang
dalam mempertahankan, melindungi, dan memperbaiki kondisi lingkungan.
f. Sehat spiritual keyakinan terhadap Tuhan atau cara hidup yang ditentukan oleh agama; rasa terbimbing
akan makna atau nilai kehidupan.

2. Spiritualitas dan Penyembuhan


Spiritualitas adalah pencarian pribadi untuk memahami jawaban sebagai tujuan akhir dalam hidup,
tentang makna, dan tentang hubungan suci atau transenden, yang mana (atau mungkin juga tidak) memimpin
pada atau bangun dari perkembangan ritual keagamaan dan bentukan komunitas (King and Koenig, 2009).
Totalitas spiritual manusia tampak pada domain spiritual, berupa; mystery, love, suffering, hope,
forgiveness, peace and peace making, grace, and prayer.
a. Mystery Mystery adalah pengalaman manusia yang melekat dalam kehidupannya, dan ini merupakan
nilai spiritual yang melekat dalam dirinya.
b. Suffering Keberadaan dan arti penderitaan adalah merupakan domain spiritual. Penderitaan adalah salah
satu issueinti dari misteri kehidupan, dapat terjadi karena masalah fisik, mental, emosional dan spiritual.
c. Hope Harapan terkait dengan keinginan di masa yang akan datang, berorientasi pada masa yang akan
datang.
d. Forgiveness Pemaaf adalah komponen utama dari self-healing. Sikap mau memaafkan
e. Peace and Peacemaking Damai dan pembentukan perdamaian bagi sebagian orang tidak bisa dipisahkan
dari keadilan yang melekat pada diri seseorang, dimana seseorang bisa hidup dan berada dalam
langkungan alamiah dan menyembuhkan.
f. Grace Anggun, lemah lembut adalah pengalaman yang mengandung elemen surprise atau kejutan,
perasaan terpesona, kagum, misteri dan perasaan bersyukur akan keadaan kita.
g. Prayer Berdoa merupakan ekspresi dari spiritualitas seseorang. Berdoa adalah insting terdalam dari
manusia, keluar dari suatu kesadaran yang tinggi bahwa Tuhan adalah maha mengatur semua kehidupan.
D. Konsep Seksualitas

1. Definisi Menurut WHO dalam Mardiana (2012)


seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi seks, identitas
dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi.
a. Seksualitas dalam arti sempit Dalam arti sempit seks berarti kelamin, yang termasuk dalam
kelamin.

b. Seksualitas dalam arti luas Segala hal yang terjadi akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin
antara lain:
• Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar, genit, dan lainnya
• Perbedaan atribut: pakaian, nama, dan lainnya
• Perbedaan peran (Mardiana: 2012).

2. Fungsi Seksualitas
a. Kesuburan d.
b. Kenikmatan
c. Mempererat ikatan
d. Menegaskan maskulinitas atau feminitas Sepanjang hidup
e. Meningkatkan harga diri
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Seks

Manusia Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia disebut libido. Terdiri dari beberapa tahap yaitu:

a. Tahap oral
Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat kepuasan seks dengan menghisap puting susu ibu,
dot botol, menghisap jari tangan, Dengan bayi baru dapat tidur setelah disusui ibu, menghisap botol atau
tidur sambil menghisap jarinya.

b. Tahap anal
Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat buang air besar, antara umur 3-4 tahun sering
duduk lama ditoilet, sehingga kepuasannya tercapai.

c. Tahap falik
Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan alat kelaminnya.

d. Tahap laten:
Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual seolah-olah terbenam, karena mungkin lebih
banyak bermain, mulai masuk sekolah, dan adanya pekerjaan rumah dari sekolah,
e. Tahap genital
Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder mulai berkembang dan keinginan seks dalam
bentuk libido mulia tampak dan terus berlangsung sampai mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah,
keinginan dipuja dan memuja mulai muncul, keingian dicumbu dan mencumbu pun mulai tampak. Pada
wanita telah mulai dating bulan (menstruasi) dan pria mulai mimpi basah sehingga dapat menyebabkan
kehamilan atau hamil bila mereka melakukan hubungan seksual. Karena kematangan jiwa dan jasmani
belum mencapai tingkat dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang tidak dihendaki, memberikan
dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan (Chandranita, 2009).

 4. Respon Seksualitas


Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturut-turut. “Normal” pada
umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase, dan hasil bercinta yang memuaskan. Empat
tahapan siklus respon seksual :

a. Fase kegembiraan
adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa jam.
Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi:
1) Peningkatan ketegangan otot
2) Peningkatan denyut jantung
3) Perubahan warna kulit
4) Aliran darah ke daerah genital
5) Mulainya pelumasan Vagina
6) Testis membengkak dan skrotum mengencang

b. Fase plateau
adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan yang terjadi dalam fase ini meliputi:
1) Fase kegembiraan meningkat
2) Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
3) Klitoris menjadi sangat sensitive
4) Testis naik ke dalam skrotum
5) Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah
6) Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot

c. Fase orgasme
adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan fase terpendek, hanya berlangsung
beberapa detik. Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut:
1) Kontraksi otot tak sadar
2) Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
3) Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama
4) Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi
5) Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh

d). fase resolusi, adalah ketika tubuh secara perlahan kembali ke tingkat fisiologis normal. Fase resolusi ditandai
dengan relaksasi, keintiman, dan seringkali kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan fase resolusi
sebelum kembali ke aktivitas seksual dan kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu
pemulihan sebelum orgasme selanjutnya. Seiring pertambahan usia laki-laki, panjang dari fase refraktori akan
sering meningkat.

Permasalahan Seksualitas Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:
a. Ketidaktahuan mengenai seks Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak
klitorisnya sendiri.
b. Kelelahan Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini dalam
melakukan hubungan seks.
c. Konflik Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud sebagai perang terbuka
atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain.
d. Kebosanan Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap seperti “kerja
malam”.
E. Konsep Stress

1. Definisi Stres
merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan umat manusia.Kupriyanov dan
Zhdanov (2014) menyatakan bahwa stres yang ada saat ini adalah sebuah atribut kehidupan modern. Hal
ini dikarenakan stress sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa terelakkan.

Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal
atau eksternal, atau stressor perkembangan atau situasional:

a) Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh, demam, kondisi seperti
kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah, kanker atau perasaan
depresi.
b) Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh perpindahan ke kota lain, kematian
anggota keluarga, atau tekanan dari teman sebaya, perubahan bermakna dalam suhu lingkungan,
perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan.
c) Stressor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan sepanjang hidup individu.
Pada setiap tahap perkembangan, tugas tertentu harus dicapai untuk mencegah atau mengurangi
stres.
d. Stressor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan pun sepanjang hidup. Stres
situasional dapat positif dan negatif. Contoh:
1) Kematian anggota keluarga
2) Pernikahan atau perceraian
3) Kelahiran anak
4) Pekerjaan baru
5) Penyakit Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada tahap
perkembangan individu.

2. Macam-macam Stress Ditinjau dari penyebab


maka stres dibagi menjadi tujuh macam, di antaranya:

a. Stress fisik Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau yang
sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.
b. Stres kimiawi Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat beracun asam, basa,
faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
c. Stres mikrobiologik Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.
d. Stres fisiologik Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya gangguan dari
struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain
e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan
perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
f. Stres psikis atau emosional Stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial
budaya atau faktor keagamaan (Alimul, 2008).

F. Konsep Kehilangan, Kematian, dan Berduka

1. Definisi Kehilangan dan berduka


merupakan bagian integral dari kehidupan.Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau
terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi
secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak
diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali. Kehilangan adalah suatu
keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik
terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert, 1985).

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:


• Arti dari kehilangan
• Sosial budaya
• Kepercayaan/spiritual
2. Tipe Kehilangan Kehilangandibagi dalam 2 tipe yaitu:
a. Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang
yang sangat berarti/di cintai.
b. Persepsi Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang
berhenti bekerja/PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

3. Jenis-jenis Kehilangan Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu:


1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna
atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self) Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri
atau anggapan tentang mental seseorang.
3. Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-
sama, perhiasan, uang atau pekerjaan.
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan
yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau
bergantian secara permanen.
5. Kehilangan kehidupan/meninggal Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan
respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yangsesungguhnya.
4. Kematian Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dihadapi oleh manusia. Pemahaman akan kematian
mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang terhadap kematian. Selain pengalaman, pemahaman konsep
kematian juga dipengaruhi oleh perkembangan kognitif dan lingkungan sosial budaya.

5. Berduka Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya
perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada
semua kejadian kehilangan.NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.

a. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakanseseorang,hubungan/kedekatan,objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
b. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-
besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
6. Teori dari Proses Berduka
a. Teori Engels Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
1) Fase I (shock dan tidak percaya) Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik
diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare,
detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
2) Fase II (berkembangnya kesadaran) Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan
mungkin mengalami putus asa.Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa
tiba-tiba terjadi.
3) Fase III (restitusi) Berusaha mencoba untuk sepakat/ damai dengan perasaan yang hampa/kosong,
karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan
untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
4) Fase IV Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa
bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
5) Fase V Kehilangan Yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini
diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya.Kesadaran baru telah berkembang.

b. Teori Kubler-Ross Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada
perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
1) Penyangkalan (denial) Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau
“Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
2) Kemarahan (anger) Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap
orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif
sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa
kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
3) Penawaran (bargaining) Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas
untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
4) Depresi (depression) Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan
tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai
memecahkan masalah.
5) Penerimaan (acceptance)

c. Teori Martocchio Martocchio (1985)


menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan.
Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu
sendiri.Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam
mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
d. Teori Rando Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
1) Penghindaran Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
2) Konfrontasi Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang
melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
3) Akomodasi Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki
kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup
dengan kehidupan mereka.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai