1.Fatmawarni (2114201124)
2. Narlis maharani (2114201135)
3. Riska Amelia Putri (2114201146)
4. Adzra Maizal Hafifah (2114201107)
5. Ayu Tania Putri (2114201115)
6. Shelly Yonira Agustin (21114201151)
7. Vania Arianti (2114201157)
8. Riska Amelia Putri (2114201146)
9. Veronica Olivia (2214201244)
10.Shara Septiola Yesa (2114201150)
11. Sri Rahayu (2114201154)
A. Konsep Psikososial
Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek
psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara
faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain.
Psikososial berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek
psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku), sedangkan sosial mengacu pada
hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya. Istilah psikososial berarti
menyinggung relasi sosial yang mencakup faktorfaktor psikologis (Chaplin, 2011).
B. Konsep Diri
Menurut Sobur (2016) konsep diri adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri yang
meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan
interaksi kita dengan orang lain
2. Komponen Konsep Diri
Citra tubuh berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak belajar
mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Citra tubuh (body
image) dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada stimuli
eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi (Potter & Perry,
2005).
c. . Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa
banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain
yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat,
berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negative, relatif tidak
sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya (Keliat BA,
2005).
d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat
dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa
peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya.
e. Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari
observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain.
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda
dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak,bersamaan
dengan berkembangnya konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya
diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.
C. Kesehatan Spiritual
b. Seksualitas dalam arti luas Segala hal yang terjadi akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin
antara lain:
• Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar, genit, dan lainnya
• Perbedaan atribut: pakaian, nama, dan lainnya
• Perbedaan peran (Mardiana: 2012).
2. Fungsi Seksualitas
a. Kesuburan d.
b. Kenikmatan
c. Mempererat ikatan
d. Menegaskan maskulinitas atau feminitas Sepanjang hidup
e. Meningkatkan harga diri
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Seks
Manusia Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia disebut libido. Terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Tahap oral
Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat kepuasan seks dengan menghisap puting susu ibu,
dot botol, menghisap jari tangan, Dengan bayi baru dapat tidur setelah disusui ibu, menghisap botol atau
tidur sambil menghisap jarinya.
b. Tahap anal
Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat buang air besar, antara umur 3-4 tahun sering
duduk lama ditoilet, sehingga kepuasannya tercapai.
c. Tahap falik
Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan alat kelaminnya.
d. Tahap laten:
Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual seolah-olah terbenam, karena mungkin lebih
banyak bermain, mulai masuk sekolah, dan adanya pekerjaan rumah dari sekolah,
e. Tahap genital
Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder mulai berkembang dan keinginan seks dalam
bentuk libido mulia tampak dan terus berlangsung sampai mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah,
keinginan dipuja dan memuja mulai muncul, keingian dicumbu dan mencumbu pun mulai tampak. Pada
wanita telah mulai dating bulan (menstruasi) dan pria mulai mimpi basah sehingga dapat menyebabkan
kehamilan atau hamil bila mereka melakukan hubungan seksual. Karena kematangan jiwa dan jasmani
belum mencapai tingkat dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang tidak dihendaki, memberikan
dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan (Chandranita, 2009).
a. Fase kegembiraan
adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa jam.
Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi:
1) Peningkatan ketegangan otot
2) Peningkatan denyut jantung
3) Perubahan warna kulit
4) Aliran darah ke daerah genital
5) Mulainya pelumasan Vagina
6) Testis membengkak dan skrotum mengencang
b. Fase plateau
adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan yang terjadi dalam fase ini meliputi:
1) Fase kegembiraan meningkat
2) Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
3) Klitoris menjadi sangat sensitive
4) Testis naik ke dalam skrotum
5) Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah
6) Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
c. Fase orgasme
adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan fase terpendek, hanya berlangsung
beberapa detik. Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut:
1) Kontraksi otot tak sadar
2) Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
3) Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama
4) Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi
5) Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh
d). fase resolusi, adalah ketika tubuh secara perlahan kembali ke tingkat fisiologis normal. Fase resolusi ditandai
dengan relaksasi, keintiman, dan seringkali kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan fase resolusi
sebelum kembali ke aktivitas seksual dan kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu
pemulihan sebelum orgasme selanjutnya. Seiring pertambahan usia laki-laki, panjang dari fase refraktori akan
sering meningkat.
Permasalahan Seksualitas Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:
a. Ketidaktahuan mengenai seks Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak
klitorisnya sendiri.
b. Kelelahan Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini dalam
melakukan hubungan seks.
c. Konflik Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud sebagai perang terbuka
atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain.
d. Kebosanan Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap seperti “kerja
malam”.
E. Konsep Stress
1. Definisi Stres
merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan umat manusia.Kupriyanov dan
Zhdanov (2014) menyatakan bahwa stres yang ada saat ini adalah sebuah atribut kehidupan modern. Hal
ini dikarenakan stress sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa terelakkan.
Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal
atau eksternal, atau stressor perkembangan atau situasional:
a) Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh, demam, kondisi seperti
kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah, kanker atau perasaan
depresi.
b) Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh perpindahan ke kota lain, kematian
anggota keluarga, atau tekanan dari teman sebaya, perubahan bermakna dalam suhu lingkungan,
perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan.
c) Stressor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan sepanjang hidup individu.
Pada setiap tahap perkembangan, tugas tertentu harus dicapai untuk mencegah atau mengurangi
stres.
d. Stressor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan pun sepanjang hidup. Stres
situasional dapat positif dan negatif. Contoh:
1) Kematian anggota keluarga
2) Pernikahan atau perceraian
3) Kelahiran anak
4) Pekerjaan baru
5) Penyakit Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada tahap
perkembangan individu.
a. Stress fisik Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau yang
sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.
b. Stres kimiawi Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat beracun asam, basa,
faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
c. Stres mikrobiologik Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.
d. Stres fisiologik Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya gangguan dari
struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain
e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan
perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
f. Stres psikis atau emosional Stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial
budaya atau faktor keagamaan (Alimul, 2008).
5. Berduka Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya
perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada
semua kejadian kehilangan.NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.
a. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakanseseorang,hubungan/kedekatan,objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
b. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-
besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
6. Teori dari Proses Berduka
a. Teori Engels Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
1) Fase I (shock dan tidak percaya) Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik
diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare,
detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
2) Fase II (berkembangnya kesadaran) Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan
mungkin mengalami putus asa.Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa
tiba-tiba terjadi.
3) Fase III (restitusi) Berusaha mencoba untuk sepakat/ damai dengan perasaan yang hampa/kosong,
karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan
untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
4) Fase IV Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa
bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
5) Fase V Kehilangan Yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini
diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya.Kesadaran baru telah berkembang.
b. Teori Kubler-Ross Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada
perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
1) Penyangkalan (denial) Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau
“Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
2) Kemarahan (anger) Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap
orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif
sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa
kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
3) Penawaran (bargaining) Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas
untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
4) Depresi (depression) Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan
tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai
memecahkan masalah.
5) Penerimaan (acceptance)