TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Konsep diri belum muncul saat bayi, tetapi mulai berkembang secara bertahap.
Bayi mampu mengenal dan memmbedakan dirinya dengan orang lain serta mempunyai
pengalaman dalm berhubungan dengan orang lain. Konsep diri dipelajari melalui
pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan
dunia di luar dirinya. Memahami konsep diri penting bagi perawat karena asuhan
keperawatan diberikan secara utuh bukan hanya penyakit melainkan menghadapi individu
yang mempunyai pandangan, nilai, dan pendapat tertentu tentang dirinya (Yusuf, dkk,
2015)
didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai cara memandang
individu terhadap diri secara utuh, baik fisik, emosi, intelektual, sosial & spiritual. Terdapat
dua aspek besar dalam menjelaskan konsep diri, yaitu identitas dan evaluasi diri.
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep diri adalah semua ide,
pikiran, perasaan, kepercayaan serta pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Secara umum, konsep diri
dapat didefinisikan sebagai cara kita memandang diri kita secara utuh, meliputi: fisik,
intelektual, kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual, dan pendirian dalam percakapan
sehari-hari.
a. Citra Tubuh
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu baik yang disadari mauoun tidak
terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran,
fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang kontak secara terus-menerus (anting, make
up, pakaian, kursi roda, dan sebagainya) baik masa lalu maupun sekarang. Citra tubuh
merupakan hal pokok dalam konsep diri. Citra tubuh harus realistis karena semakin
seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya ia akan lebih bebas dan merasa aan
dari kecemasan sehingga haega dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap
tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan menarik atau
b. Ideal Diri
tujuan, atau nilai yang diyakininya. Penetapan ideal diri dipengaruhi oleh kebudayaan,
tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, kultur, realita, menghindari kegagalan dan
rasa cemas, serta inferiority. Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek
terhadap diri tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, serta samar-samar atau kabur.
Ideal diri akan melahirkan harapan individu terhadap dirinya saat berada di tengah
masyarakat dengan norma tertentu. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan
membantu individu mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi
yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan
c. Harga Diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dan menganalisis seberapa jauh
perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan.
Sebaliknya, individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami
kegagalan, tidak dicintai, atau tidak diterima lingkungan. Harga diri dibentuk sejak
kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai
meningkatnya usia dan sangat terancam pada masa pubertas. Ada empat hal yang dapat
2) menanamkan idealism
3) mendukung aspirasi/ide
d. Peran
Serangkaian pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan oleh
sarana untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji
identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti. Hal-hal yang memengaruhi
penyesuaian individu terhadap peran antara lain sebagai berikut (Yusuf, dkk, 2015) :
1) Kejelasan perilaku yang sesuai dengan peran dan pengetahuannya tentang peran
yang diharapkan.
4) Perbedaan situasi yang dapat menimbulkan penampilan peran yang tidak sesuai.
e. Identitas Diri
Identitas adalah kesadaran tentang "diri sendiri" yang dapat diperoleh individu dari
observasi dan penilaian terhadap dirinya, serta menyadari individu bahwa dirinya
berbeda dengan orang lain. Pengertian identitas adalah organisasi, sintesis dari semua
gambaran utuh dirinya serta tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut/jabatan,
dan peran. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, hormat
terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri, dan menerima diri (Yusuf, dkk,
2015).
Ciri individu dengan identitas diri yang positif adalah sebagai berikut.
1) Mengenal diri sebagai individu yang utuh terpisah dari orang lain.
5) Identitas jelas.
Konsep diri seseorang terletak pada suatu rentang respons antara ujung adaptif dan
ujung maladaptive, yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, hrga diri rendah, kekacauan
Gambar 2.1
Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Aktualisasi Diri Konsep Diri Positif Harga Diri Rendah Difusi Identitas Depersonalisasi
Rentang respon mulai dari respon adaptif sampai dengan respon yang maladaptif,
Merupakan pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
diri.
Adanya transisi antara respon konsep diri yang adaptif dengan konsep diri yang
mal-adaptif.
d. Difusi Identitas
e. Disosiasi Dipersonalisasi
Disosiasi dipersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
Rentang respons konsep diri yang paling adaptif adalah aktualisasi diri. Menurut
1) Realistik
7) Rendah hati
1) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti kerja keras,
pencapaian akademik.
4) Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas
1) Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu
2) Identitas negatif.
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan
masyarakat.
a) Fantasi
b) Disosiasi
c) Isolasi
d) Proyeksi
e) Displacement
2.2.1 Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuandiri.
Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009). Harga diri rendah melibatkan evaluasi diti yang
negatif dan herhubungan dengan perasasn yang lemah, tak berdaya, putus asa, ketakutan,
rentan, rapuh, tidak berharga, dan tidak memadai (Stuart, 2016:217). Harga diri rendah
merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan rasa percaya diri,
tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa
Keliat, dkk (2013:118) menuliskan bahwa harga dini rendah adalah perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa harga diri
rendah adalah perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa rendah diri, minder,
merasa tidak berguna, dan tidak mampu melakukan apa-apa. Pangaruh yang dapat
menimbulkan harga diri rendah terjadi ketika terjadi penolakan dalam keluarga, gagal yang
2.2.2 Klasifikasi
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan dapat
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai dengan berat. Umumnya
dapat disertai oleh evaluasi diri yang negatif dan membenci diri sendiri dan menolak diri
sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara situasional maupun
a. Situasional
Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi, kecelakaan, dicerai (suami/istri), putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada
klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privasi yang kurang di
perhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(etika), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai (Mukhripah, D &
Iskandar, 2012).
b. Kronik
Harga diri rendah kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respon mal yang adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa (Mukhripah, D & Iskandar,
2012).
2.2.3 Etiologi
Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada
masa kecil sering disalahkan jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga
diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih Dri
seseorang yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi harga diri rendah yaitu : penolakan
dari orang terdekat (orang tua), harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang dari individu, kurang mempunyai tanggung jawab, kurang mendapat pujian
dari orang tua atau orang yang dianggap dekat, ketergantungan pada orang lain,
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya terjadi karena kehilangan
produktivitas yang menurun. Secara umum, biasanya gangguan konsep diri atau harga
Stuart (2016:219) menyebutkan bahwa tanda perilaku yang terkait dengan harga
diri rendah adalah mengkritik diri atau orang lain, produktivitas menurun, merusak,
gangguan dalam hubungan, merasa diri sendiri penting secara berlebihan, perasaan tidak
mampu, perasaan bersalah, lekas marah atau marah yang berlebihan, perasaan negatif
tentang tubuh sendiri, merasa ketegangan peran, pandangan hidup pesimistis, keluhan fisik,
pandangan polarisasi hidup, penolakan kemampuan pribadi, merusak diri, pengecilan diri,
Pemberian terapi psikofarmaka pada klien gangguan jiwa menggunakan obat yang
digolongkan kedalam psikotropik yaitu obat anti psikotikm anti depresan, penstabil mood,
anti ansietas dan stimulant. Jenis anti psikoiik golongan atipikal (golongan generasi kedua)
Obat atipikal mempunyai kelebihan menghilangkan gejala positif dan negatif, efek
samping Extra Pyramidal Syndrome (EPS) sangat minimal bahkan tidak ada, keuntungan
menggunakan obat atipilal adalah mengurangi gejala negatif dari skizofrenia dan tidak
memperbutuk seperti obat tipikal, merurunkan gejala afektif deri skizofrenia dan
menurunkan gejala kognitif pada skizofrenia. Pemberian obat atipikal lebih efektif untuk
klien dalam mengatasi masalah harga diri rendah efek samping dari penggunaan obut
atipikal biasanya terjadi tardive dyskinesia, karena penggunaan obat yang jangka panjang.
Harga diri rendah dapat diobati dengan obat jenis ini, antara lain (Videback, 2011), (Stuart,
2016).
a. Aripiprazole
Dosis' untuk obat ini berbeda tergantung dari umur klien. Dewasa 10-15mg/hari,
sedangkan anak <15 tahun 10mg/hari. Maksimal dari penggunaan obat ini 30mg.
b. Clozapine
Dosis dari obat ini 12,5mg 2xsehari. Dosis maksimal dari obat ini adalah
900mg/hari.
c. Quetipine
Dosis obat ini diberikan 50mg/hari selama 4 hari, kemudian ditingkatkan menjadi
d. Olanzapine
e. Risperidone
Dosis dari obat ini 2mg/hari, ditingkatkan 1-2mg setiap minggu hingga mencapai
2.4.1 Pengkajian
yang berkesinambungan dalam proses keperawatan. Data didapatkan dari hasil wawancara,
pemeriksaan fisik (observasi, auskultasi, palpasi dan perkusi) Data dapat berasal dari klien,
a. Data Objektif
bicara, bicara lambat dan nada suara yang lirih atau lemah, lebih banyak menundukan
kepala dan berinteraksi, perilaku yang non asertif (Yusuf, dkk, 2015).
b. Data Subjektif
sendiri atau orang lain, perasaan tidak mampu, pesimis menghadapi hidup, penolakan
kemampuan diri, mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi (Stuart, 2016).
1) Identitas Klien
Tanyakan nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, status,
2) Faktor Predisposisi
diri seseorang antara lain riwayat gangguan jiwa, pengobatan, aniaya, anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman masa lalu yang kurang
menyenangkan.
a) Citra tubuh, kehilangan atau kerusakan bagian tubuh, perubahan ukuran,
b) Harga diri, penolakan dari orang terdekat, kurang penghargaan, pola asuh
mencapai standar
c) Ideal diri, cita-cita yang terlalu tinggi, harapan yang tidak sesuai dengan
d) Peran, harapan peran kultural, tututan peran kerja, perasaan tidak mampu
3) Psikososial
Masalah psikososial yang dapat terjadi pada klien adalah pengalaman masa
negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial ekonomi rendah, pendidikan yang
rendah.
4) Status Mental
sebagai berikut:
a) Penampilan klien
kurang, dilatasi atau kontraksi pupil, status kesahatan umum dan nutrisi.
b) Aktivitas motorik
c) Alam perasaan
Alam perasaan adalah laporan diri dari klien tentang keadaan emosional
d) Afek
Afek adalah nada emosional yang tampak pada klien. Afek pada klien
biasanya tumpul yaitu tidak mau berespon bila ada stimulus emosi yang
bereaksi.
paranoid.
g) Isi pikiran
sendiri.
h) Tingkat kesadaran
i) Daya ingat
luas dari gangguan daya ingat. Daya ingat secara luas didefinisikan
k) Penetapan keputusan
l) Penghayatan
menyalahkan dirinya atas masalah yang terjadi padanya atau orang lain
Klien tidak tahu alasan dibawa ke rumah sakit dan tidak menyadari
Gambar 2.2
Pohon Masalah
Isolasi sosial
3
Harga Diri Rendah Kronik
Masalah konsep diri sering menimbulkan proses penyebaran diri dan sirkular bagi
individu yang dapat menyebabkan respon koping maladaptif. Masalah keperawatan yang
a) Data Mayor
apapun, mengeluh tidak berguna, mengeluh idak bisa berbuat apa-apa, merasa
b) Data Minor
Subjektif, klien mengatakan malas, putus asa, ingin mati, mengatakan tidak
b. Isolasi Sosial
Yosep (2016) mendefinisikan isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu
mengalami penurunan atau bahkan tidak bisa sama sekali membina hubungan yang
1) Karakteristik
a) Data Mayor
melihat bayangan, merasa malu untak berbicara dengan orang lain, mengatakan
diajak bicara, afek dapat tumpul atau datar, tampak meringkik di tempat tidur
persepsi pada individu dimana ia merasakan adanya stimulus yang sebenarmya tidak
ada/adanya stimulus melalui panca indera tanpa ada rangsang nyata. Tipe halusinasi:
1) Karakteristik
a) Data Mayor
pada mulut, bibir dan lidah, mengatakan ada sesuatu yang menyentuh atau
meraba.
Objektif, klien bicara sendiri, tertawa sendiri, marah tanpa sebab (pada
melakukan ADLS (halusinasi fase 4), kontak mata mudah beralih saat diajak
kondisi dimana klien dapat melakukan tindakan yang membahayakan baik pada
1) Karakteristik
a) Data Mayor
teriak.
b) Data Minor
Table 2.1
Rencana Tindakan Keperawatan
Klien Dengan Harga Diri Rendah
No Diagnosa Perencanaan
Tgl Dx Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Hasil
Gangguan 1. Klien dapat 1.1 Ekspresi wajah 1.1.1 Bina hubungn saling percaya
konsep diri : membina bersahabat, menggunakan prinsip komunikasi
Harga diri hubungan saling menunjukan rasa terapeutik:
rendah percaya senang, ada kontak a. Sapa klien dengan ramah
mata, mau baik verbal maupun
menyebutkan nonverbal
nama, mau b. Perkenalkan diri dengan
menjawab salam, sopan
klien mau duduk c. Tanyakan nama lengkap
berdampingan dan nama, panggilan yang
dengan perawat, disukai
mau mengutarakan d. Jelaskan tujuan pertemuan
masalah yang e. Jujur dan menepati janji
dihadapi. f. Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya.
g. Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuhan
dasar klien.
1. Klien dapat 5.1 Klien melakukan 5.1.1 Beri kesempatan kepada klien untuk
melakukan kegiatan sesuai mencoba kegiatan yang telah
kegiatan sesuai kondisi dan direncanakan
kondisi dan kemampuanya 5.1.2 Beri pujian atas keberhasilan klien
kemampuannya 5.1.3 Diskusikan kemungkina
pelaksanaan kegiatan setelah pulang
2. Klien dapat 6.1 Klien 6.1.1 Beri pendidikan kesehatan kepada
memanfaatkan memanfaatkan keluarga tentang cara merawat
system pendukung system pendukung klien dengan harga diri rendah
yang ada yang ada di 6.1.2 Bantu keluarga memberikan
keluarga dukungan selama klen dirawat
6.1.3 Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah
2.4.5 Implementasi Keperawatan
tindakan, meliputi:
a. Fase Orientasi
Dalam fase orientasi terdapat beberapa bagian, yaitu salam terapeutik, evaluasi,
validasi kemampuan yang dapat atau telah dilalui, membuat atau mengingatkan
kontrak meliputi waktu, tempat dan topik yang akan dibincangkan dengan klien.
b. Fase Keja
positif yang dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan yang masih bisa
digunakan, membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih bersama perawat,
melatih kemampuan yang sesuai dengan pilihan klien, memberikan pujian kepada
klien, melatih klien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan klien,
d. Fase Terminasi
2) Rencana tindak lanjut klien, latihan apa yang harus dilakukan klien, berapa kali
3) Melakukan kontrak yang akan datang dengan klien (waktu, tempat, topik).
2.4.6 Evaluasi
klien dengan tujuan yang ditetapkan, dilakukan secara continue dengan melibatkan klien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi merupakan fase akhir dalam proses
keperawatan yang menentukan apakah intervensi berhasil atau tidak, apakah harus
dihentikan, dilanjutkan atau diubah. Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, antara lain
(Setiadi, 2012) :
a. Evaluasi Formatif
berorientasi pada masalah yang dialami oleh klien. Format yang dipakai udalah SOAP.
1) S atau Subjektif
2) O atau Objektif
3) A atau Analisa
4) P atau Perencanaan
perencanaan selanjutnya.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang
dicapai, apabila terdapat kesenjangan mungkin semua tahap proses keperawatan perlu
merawatkan klien harga diri rendah. Evaluasi yang diharapkan terhadap klien dengan
3) Klien mampu memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
4) Klien mampu melatih kegiatan yang telah ditentukan.
Damayanti, M & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Keliat, Budi a., dkk. (2013). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMNH (Basic Course).
Jakarta: EGC
Kozier, Barbara. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik. (edisi
Nuratif, Amin Huda., & Kusuma, Hadi. (2016). Asuhan keperawatan Jiwa Praktis Jilid 1.
Jogjakarta: Mediaction.
Stuart, Gail W. (2016). Prinsip Dan Praktik Kesehatan Jiwa. (Keliat, Penerjemah). Singapore:
Wilkinson. (2016). Diagnosa Keperawatn (Edisi 10). (Wahyuningsih, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatn Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama
Yosep, Iyus, & Sutini, Titin. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. (Edisi ketujuh). Bandung: PT
Refika Aditama
Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatn Jiwa. Jakarta selatan: Salemba Medika.