PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan aspek penting dalam mewujudkan
hidup, menerima dengan baik dirinya sendiri dan merasa nyaman dengan
sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta
orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta orang terkena dimensia. Menurut
gangguan jiwa yang disebabkan skizofrenia yaitu 1,7 kasus per 1000
orang. Pada tahun 2018 mengalami kenaikan menjadi 7 kasus per 1000
sebanyak 1,7 kasus per 1000 orang. pada tahun 2018 mengalami kenaikan
persepsi, dan tingkah laku dengan insiden pada pria lebih besar dari pada
wanita. Gejala yang khas dari skizofrenia aadalah halusinasi (Fadli dan
Mitra, 2013).
menjelaskan bahwa setiap orang dapat hidup sejahtera lahir dan batin serta
tahun 2013 ke 2018. Masalah gangguan jiwa yang sering dijumpai adalah
karena itu, penulis perlu untuk melakukan studi kasus karya tulis ilmiah
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
pendengaran.
C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan laporan kuliah lapangan ini, penulis menggunakan
metode pengumpulan data diantaranya:
1. Metode wawancara
2. Metode studi
3. Metode observasi
4. Sumber dan jenis data
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB 1 pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulisan
BAB II tinjauan teoritis yang berisi tentang konsep dasar gangguan sensori
persepsi: Halusinasi pendengaran
BAB III Berisi tentang tinjauan kasus dan pembahasan
BAB IV Berisi tentang kesimpulan dan saran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren :
persepsi palsu. (Prabowo, 2014 : 129).
Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
berbicara(Kusumawati & Hartono, 2012:102).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (Damaiyanti, 2012: 53)
B. PSIKODINAMIKA
1. Penyebab
Menurut Trimeilia (2011), beberapa faktor penyebab halusinasi
adalah sebagai berikut:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Terdapat lesi pada area frontal, temporal dan limbik.
2) Faktor Perkembangan
Rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan
individu tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi,
hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
3) Faktor Sosiokultural
Individu yang merasa tidak diterima di lingkungannya akan
merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya.
4) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan di alami individu maka didalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusnogenik neurokimia seperti Buffofenon dan
Dimetytransferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmiter otak. Misalnya
terjadi ketidakseimbangan Acetylcholin dan Dopamin.
5) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjeremus pada penyalahgunaan zat adiktif. Selain itu
ibu yang pencemas, overprotektif, dingin, tidak sensitif, pola
asuh tidak adekuat, konflik perkawinan, koping tidak adekuat
juga berpengaruh pada ketidakmampuan individu dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.
Individu lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
nyata menuju alam nyata.
6) Faktor Genetik
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang di asuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung akan mengalami skizofrenia juga.
b. Faktor Presipitasi
1) Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respons
neurobiologik yang maladaptif termasuk gangguan dalam
putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi dan
adanya abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
2) Pemicu gejala
Pemicu atas stimulusyang sering menimbulkan episode baru
suatu penyakit yang biasanya terdapat pada respons
neurobiologis yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan,
lingkungan, sikap dan perilaku individu.
a) Kesehatan, seperti gizi buruk, kurang tidur, keletihan,
infeksi, obat Sistem Syaraf Pusat, gangguan proses
informasi, kurang olah raga, alam perasaan abnormal dan
cemas.
b) Lingkungan, seperti lingkungan penuh kritik, gangguan
dalam hubungan interpersonal, masalah perumahan, stress,
kemiskinan, tekanan terhadap penampilan, perubahan dalam
kehidupan dan pola aktivitas sehari-hari, kesepian (kurang
dukungan) dan tekanan pekerjaan.
c) Perilaku, seperti konsep diri rendah, keputusasaan,
kehilangan motivasi, tidak mampu memenuhi kebutuhan
spiritual, bertindak berbeda dengan orang lain, kurang
keterampilan sosial, perilaku agresif dan amuk.
c. Perilaku
Berikut adalah berbagai gangguan fungsi yang akan berpengaruh
pada perilaku klien halusinasi:
1) Fungsi kognitif
a) Terjadi perubahan daya ingat
b) Sukar untuk menilai dan menggunakan memorinya,
sehingga terjadi ganguan daya ingat jangka panjang atau
pendek
c) Menjadi pelupa dan tidak berminat
d) Cara berpikir magis dan primitif
e) Perhatian terganggu, yaitu tidak mampu mempertahankan
perhatian, mudah beralih dan konsentrasi buruk
f) Isi pikir terganggu, yaitu tidak mampu memproses
stimulus internal dan eksternal dengan baik
g) Tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan
yang logis dan koheren, seperti berikut:
(1) Kehilangan asosiasi, yaitu pembicaraan tidak ada
hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya
dan klien tidak menyadarinya.
(2) Tangensial, yaitu pembicaraan yang berbelit-belit tapi
tidak sampai pada tujuan.
(3) Inkoheren, yaitu pembicaraan yang tidak nyambung
(4) Sirkumstansial, yaitu pembicaraan yang berbelit-belit
tapi sampai pada tujuan pembicaraan.
(5) Flight of ideas, yaitu pembicaraan yang meloncat dari
satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang
tidak logis dan tidak sampai pada tujuan.
(6) Blocking, yaitu pembicaraan berhenti tiba-tiba tanpa
gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali.
(7) Perseverasi, yaitu pembicaraan yang diulang berkali-
kali.
2) Fungsi Emosi (mood dan afek)
Mood adalah suasana emosi yang mempengaruhi kepribadian
dan fungsi kehidupan. Sedangkan afek adalah ekspresi emosi,
seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh dan tangan, nada
suara.Afek yang maladaptif adalah:
a) Afek tumpul, yaitu kurang respon emosional terhadap
pikiran/pengalaman orang lain, seperti klien apatis.
b) Afek datar, yaitu tidak tampak ekspresi, suara monoton,
tidak ada keterlibatan emosi terhadap stimulus menyenang
kan atau menyedihkan.
c) Afek tidak sesuai, yaitu emosi yang tidak
sesuai/bertentangan dengan stimulus yang ada.
d) Afek labil, yaitu emosi yang cepat berubah-ubah
e) Reaksi berlebihan, yaitu reaksi emosi yang berlebihan
terhadap suatu kejadian.
f) Ambivalensi, yaitu timbulnya dua perasaan yang
bertentangan pada waktu bersamaan.
3) Fungsi Motorik:
a) Agitasi adalah gerakan motorik yang menunjukkan
kegelisahan.
b) Tik adalah gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang
tidak terkontrol.
c) Grimasen adalah gerakan otot muka yang berubah-ubah
yang tidak dapat di kontrol klien
d) Tremor adalah jari-jari yang tampak gemetar ketika klien
menjulurkan tangan dan merentangkan jari-jari.
e) Kompulsif adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
seperti berulang-ulang mencuci tangan, mencuci muka,
mandi, mengeringkan tangan dan sebagainya.
4) Fungsi sosial
a) Kesepian seperti perasaan terisolasi, terasing, kosong dan
merasa putus asa, sehingga individu terpisah dengan orang
lain
b) Isolasi sosial terjadi ketika klien menarik diri secara fisik
dan emosional dari lingkungan. Isolasi klien tergantung
pada tingkat kesedihan dan kecemasan yang berkaitan
dalam berhubungan dengan orang lain. Pengalaman
hubungan yang tidak menyenangkan menyebabkan klien
menganggap hubungan saat ini membahayakan. Individu
merasa terancam setiap ditemani orang lain karena
menganggap orang lain akan mengontrolnya, mengancam
atau menuntutnya. Oleh sebab itu individu memilih tetap
mengisolasi dari pada pengalaman yang menyedihkan
terulang kembali.
c) Harga diri rendah : individu mempunyai perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan sehingga akan mempengaruhi hubungan
interpersonal.
lingkungan.
sekitar
2010).
2. Faktor presipitasi
a. Genogram
Dengan siapa klien tinggal dirmah kepada siapa klien mengadu saa
keadaan krisis, gambran keluarga (Varcolis, 2010)
b. Konsep diri
diri dan merasa aneh atau berbeda dari yang lain dan tidak
merasa kurang percaya diri dan aneh atu berbeda dari yang
c. Hubungan sosial
kepuasanya
3. Kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat.
menyendiri
kehidupanya
4. Perilaku
5. Aspek medik
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran/ penglihatan/
penciuman/ perabaan/pengecapan
b. Isolasi sosial
c. Risiko Perilaku Kekerasan
E. Perencanaan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI
No Dx Perencanaan Rasional
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan TUM :
sensori pesepsi :
halusinasi Klien tidak mencederai
orang lain 1. Ekspresi wajah
bersahabat menunjukan
Tuk 1 : rasa senang ada kontak
1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
mata. Mau berjabat
Klien dapat membina dengan mengungkapkan yang baik merupakan dasar
tangan, mau
hubungan saling prinsip komunikasi terapentik. yang kuat bagi klien dalam
menyebutkan nama, Sapa klien dengan ramah
percaya mau menjawab salam, mengekspresikan
baik verbal maupun non
klien mau duduk verbal perasaannya.
berdampingan dengan Perkenalkan diri dengan
perawat, mau sopan
mengungkapkan
masalah yang dihadapi. Tanyakan nama lengkap
klien dan nama panggilan
yang disukai klien
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tunjukan sikp simpati dan
menerima apa adanya
Beri perhatian pada
kebutuhan dasar klien
TUK 2 : 2. Klien dapat Adakan kontak sering dan Klien dapat mengenal
Klien dapat mengenal menyebutkan waktu, isi, singkat secara bertahap masalahnya sehingga
halusinasinya frekuensi dan situasi Observasi tingkah laku klien memudahkan kien
yang menimbulkan terkait dengan halusinsinya; memecahkan masalahnya
halusinasi bicara dan tertawa tanpa dengan bantuan tim
stimulus memandang kesehatan.
kekiri/ke kanan/ ke depan
seolah-olah ada teman
bicara
Bantu klien mengenal
halusinasinya :
a. Jika menemukan klien
yang sedang halusinasi,
Tanyakan apakah ada
suara yang didengar
Jika klien menjawab
ada, lanjutkan : apa apa
yang dikatakan
Katakan bahwa perawat
percaya klien
mendengar suara itu,
namun perawat sendiri
tidak mendengarnya
(dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
Katakan bahwa klien
lain juga ada seperti
klien
Katakan bahwa perawat
akan membantu klien.
b.Jika Klien tidak sedang
berhalusinasi klari fikasi
tentang adanya
pengalaman halusinasi.
Diskusikan dengan klien :
Situasi yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi
( jika sendiri, jengkel /
sedih)
Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi
(pagi, siang sore, dan
malam atau sering dan
kadang-kadang)
2. Klien dapat Diskusikan dengan klien Perasaan senang pada
mengungkapkan bagaimana perasaannya jika halusinasi, klien berada
perasaan terhadap terjadi halusinasi (marah/takut, pada tahap 2 halusinasi:
halusinasi nya sedih, senang) dan beri conforoting moderate
kesempatan untuk level of anxiety yang
mengungkapkan perasaannya. pada tahap ini ada
kecenderungan klien
merasa nyaman dengan
halusinasinya.
Perasaan marah atau
takut terhadap halusinasi
mungkin klien sedang
pada tahap 5 halusinasi:
conquering Panic Level
of anxiety, dimana
pengalaman sensorinya
terganggu, klien mulai
merasa terancam dengan
datangnya halusinasi.
TUK 3 : 3. Klien dapat 3.1. Identifikasi bersama klien Memberi tahu kepada
Klien dapat menyebutkan tindakan cara atau tindakan yang klien cara adaptif untuk
mengontrol yang biasanya dilakukan jika terjadi mengontrol halusinasi
halusinasinya dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah, sehingga klien dapat
mengendali-kan menyibukan diri dll) menggunakan cara yang
halusinasinya 3.2. Diskusikan manfaat dan disukainya untuk
3. Klien dapat cara yang digunakan mengontrol perilaku
menyebutkan cara baru klien, jika bermanfaat beri kekerasan.
3. Klien dapat memilih pujian
cara mengatasi 3.3. Diskusikan cara baru
halusinasi seperti yang untuk memutus/
telah didiskusikan mengontrol timbulnya
dengan klien halusinasi :
3. Klien dapat Katakan : “saya tidak mau
melaksanakan cara dengar/lihat kamu” (pada
yang telah dipilih untuk saat halusinasi terjadi)
mengendalikan Menemui orang lain
halusinasinya (perawat/teman/anggota
3. Klien dapat mengikuti keluarga) untuk bercakap
terapi aktivitas cakap atau mengatakan
kelompok halusinasi yang didengar /
dilihat
Membuat jadwal kegiatan
sehari hari agar halusinasi
tidak sempat muncul
Meminta keluarga/teman/
perawat menyapa jika
tampak bicara sendiri
3.4 Bantu Klien memilih dan
melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dilatih. Evaluasi hasilnya
dan beri pujian jika
berhasil
3.6 Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi
persepsi
TUK 4 : 4. Keluarga dapat 4.1 Anjurkan Klien untuk Keluarga adalah support
Kilen dapat membina hubungan memberitahu keluarga jika sistem utama bagi klien.
dukungan dari saling percaya dengan mengalami halusinasi Keluarga merupakan
keluarga dalam perawat 4.2 Diskusikan dengan perawat klien selepas
mengontrol 4. Keluarga dapat keluarga )pada saat keluar dari rumah sakit.
halusinasinya menyebutkan keluarga berkunjung/pada Keluarga memiliki
pengertian, tanda dan saat kunjungan rumah) peranan penting bagi
tindakan untuk Gejala halusinasi yang di ksembuhan klien
mengendali kan alami klien
halusinasi Cara yang dapat dilakukan
klien dan keluarga untuk
memutus halusinasi
Cara merawat anggota
keluarga yang halusinasi di
rumah : beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri,
makan bersama,
berpergian bersama
Beri informasi waktu follow
up atau kapan perlu
mendapat bantuan
halusinasi tidak terkontrol,
dan resiko mencederai
orang lain
TUK 5 : 5. Klien dan keluarga 5.1 Diskusikan dengan klien Agar klien patuh minum
Klien dapat dapat menyebutkan dan keluarga tentang obat dengan tepat dan
memanfaatkan obat manfaat, dosis dan dosis,efek samping dan benar.
dengan baik efek samping obat manfaat obat
5. Klien dapat
mendemontrasi kan 5.2 Anjurkan Klien minta
penggunaan obat dgn sendiri obat pada perawat
benar dan merasakan manfaatnya
5. Klien dapat informasi
tentang manfaat dan 5.3 Anjurkan klien bicara
efek samping obat dengan dokter tentang
5. Klien memahami manfaat dan efek samping
akibat berhenti obat yang dirasakan
minum obat tanpa
konsultasi 5.4 Diskusikan akibat berhenti
5. Klien dapat minum obat tanpa
menyebutkan prinsip konsultasi
5 benar penggunaan
obat 5.5 Bantu klien menggunakan
obat dengan prinsip 5
(lima) benar
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Dx Perencanaan Rasional
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Klien mampu
berinteraksi
sosial.
TUK:
1. Klien dapat
membina 1. Klien menunjukkan tanda- 1.1Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
hubungan tanda percaya kepada / percaya yang baik
saling percaya terhadap perawat: dengan: merupakan dasar yang
kuat bagi klien dalam
o Wajah cerah, tersenyum Beri salam setiap mengekspresikan
o Mau berkenalan berinteraksi.
perasaannya.
o Ada kontak mata Perkenalkan nama, nama
o Bersedia menceritakan panggilan perawat dan
perasaan tujuan perawat berkenalan
o Bersedia Tanyakan dan panggil nama
mengungkapkan kesukaan klien
masalahnya Tunjukkan sikap jujur dan
o Bersedia menepati janji setiap kali
mengungkapkan berinteraksi
masalahnya Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi kllien
Buat kontrak interaksi yang
jelas
Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien.
2. Klien mampu 2. Klien dapat menyebutkan 2.1 Tanyakan pada klien tentang: Dengan mengetahui
menyebutkan satu penyebab menarik diri penyebab klien
penyebab dari: Orang yang tinggal serumah menarik diri, dapat
/ teman sekamar klien
menarik diri ditentukan langkah
o diri sendiri Orang yang paling dekat
dengan klien di rumah/ di RS intervensi selanjutnya.
o orang lain
o lingkungan Apa yang membuat klien
dekat dengan orang tersebut
5. Klien mampu 5. Setelah … x pertemuan Klien Beri kesempatan klien untuk Agar klien lebih
mengungkap dapat mengungkapkan mengungkapkan perasaannya percaya diri untuk
an perasaanya setelah setelah berhubungan dengan orang behubungn sosial
perasaanya lain
berhubungan dengan orang dengan yang lain
setelah Diskusikan dengan klien tentang
berhubungan lain untuk : perasaannya setelah berhubungan
dengan dengan orang lain
o diri sendiri
orang lain Beri pujian terhadap kemampuan
o orang lain
klien mengungkapkan perasaannya.
o lingkungan
6. Klien dapat 6. Keluarga dapat: 6.1. Diskusikan pentingnya peran Keluarga adalah
dukungan o menjelaskan cara serta keluarga sebagai support sistem utama
keluarga merawat klien menarik pendukung untuk mengatasi bagi klien. Keluarga
diri
dalam prilaku menarik diri. merupakan perawat
o mengungkapkan rasa
memperluas puas dalam merawat 6.2. Diskusikan potensi keluarga klien selepas keluar
hubungan klien untuk membantu klien dari rumah sakit.
dengan orang mengatasi perilaku menarik diri Keluarga memiliki
lain dan peranan penting bagi
6.3. Jelaskan cara merawat klien
lingkungan klien isolasi sosial.
menarik diri yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga.
No Dx Perencanaan Rasional
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
TUK:
1. Klien dapat
membina 1. Klien menunjukkan tanda- 1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
hubungan tanda percaya kepada dengan: yang baik merupakan dasar
saling percaya perawat: Beri salam setiap yang kuat bagi klien dalam
o Wajah cerah, berinteraksi.
mengekspresikan
tersenyum Perkenalkan nama, nama perasaannya.
o Mau berkenalan panggilan perawat dan
o Ada kontak mata tujuan perawat berkenalan
o Bersedia Tanyakan dan panggil
menceritakan nama kesukaan klien
perasaan Tunjukkan sikap empati,
jujur dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang dihadapi
klien
Buat kontrak interaksi
yang jelas
Dengarkan dengan penuh
perhatian ungkapan
perasaan klien
2. Klien dapat 2. Klien menceritakan 2. Bantu klien mengungkapkan Menentukan mekanisme
mengidentifikasi penyebab perilaku perasaan marahnya: koping yang dimiliki klien
penyebab perilaku kekerasan yang Motivasi klien untuk dalam menghadapi
menceritakan penyebab
kekerasan yang dilakukannya: masalah dan juga sebagai
rasa kesal atau jengkelnya
dilakukannya Dengarkan tanpa menyela langkah awal dalam
o Menceritakan menyusun strategi
penyebab perasaan atau memberi penilaian
setiap ungkapan perasaan berikutnya.
jengkel/kesal baik
dari diri sendiri klien
maupun
lingkungannya
3. Klien dapat 3. Klien menceritakan 3. Bantu klien Deteksi dini sehingga dapat
mengidentifikasi keadaan mengungkapkan tanda- mencegah tindakan yang
tanda-tanda tanda perilaku kekerasan bisa mencegah tindakan
o Fisik : mata merah, yang dialaminya: yang bisa membahayakan
perilaku kekerasan
tangan mengepal, Motivasi klien
klien, orang lain, dan
ekspresi tegang, dan menceritakan kondisi fisik
lain-lain. saat perilaku kekerasan lingkungan sekitar.
o Emosional : perasaan terjadi
marah, jengkel, Motivasi klien
bicara kasar. menceritakan kondisi
o Sosial : bermusuhan emosinya saat terjadi
yang dialami saat perilaku kekerasan
terjadi perilaku Motivasi klien
kekerasan. menceritakan kondisi
psikologis saat terjadi
perilaku kekerasan
Motivasi klien
menceritakan kondisi
hubungan dengan orang
lainh saat terjadi perilaku
kekerasan
4. Klien dapat 4. Klien menjelaskan: 4. Diskusikan dengan klien perilaku Melihat transisi koping
mengidentifikasi kekerasan yang dilakukannya kendali dalam
jenis perilaku o Jenis-jenis ekspresi menyelesaikan masalah
selama ini:
kemarahan yang
kekerasan yang yang dihadapi.
selama ini telah Motivasi klien
pernah dilakukannya menceritakan jenis-jenis
dilakukannya o Perasaannya saat tindak kekerasan yang
melakukan selama ini permah
kekerasan dilakukannya.
o Efektivitas cara yang Motivasi klien
dipakai dalam menceritakan perasaan
menyelesaikan klien setelah tindak
masalah kekerasan tersebut terjadi
Diskusikan apakah dengan
tindak kekerasan yang
dilakukannya masalah
yang dialami teratasi.
5. Klien dapat 5. Klien menjelaskan akibat 5. Diskusikan dengan klien akibat Membantu klien melihat
mengidentifikasi tindak kekerasan yang negatif (kerugian) cara yang dampak yang ditimbulkan
akibat perilaku dilakukannya dilakukan pada: akibat perilaku kekerasan
kekerasan yang dilakukan klien.
o Diri sendiri : luka, Diri sendiri
dijauhi teman, dll Orang lain/keluarga
o Orang lain/keluarga : Lingkungan
luka, tersinggung,
ketakutan, dll
o Lingkungan : barang
atau benda rusak dll
6. Klien dapat 6. Klien : 6. Diskusikan dengan klien: Menurunkan perilaku yang
mengidentifikasi destruktif yang akan
cara konstruktif o Menjelaskan cara- Apakah klien mau mencederai klien, orang
cara sehat mempelajari cara baru
dalam lain, dan lingkungan.
mengungkapkan mengungkapkan marah
mengungkapkan marah yang sehat
kemarahan Jelaskan berbagai
alternatif pilihan untuk
mengungkapkan marah
selain perilaku kekerasan
yang diketahui klien.
Jelaskan cara-cara sehat
untuk mengungkapkan
marah:
Cara fisik: nafas dalam,
pukul bantal atau kasur,
olah raga.
Verbal:
mengungkapkan bahwa
dirinya sedang kesal
kepada orang lain.
Sosial: latihan asertif
dengan orang lain.
Spiritual:
sembahyang/doa, zikir,
meditasi, dsb sesuai
keyakinan agamanya
masing-masing
7. Klien dapat 7. Klien memperagakan cara 7. 1. Diskusikan cara yang mungkin Memberi tahu kepada
mendemonstrasika mengontrol perilaku dipilih dan anjurkan klien klienn cara adaptif untuk
n cara mengontrol kekerasan: memilih cara yang mungkin mengontrol marah
perilaku kekerasan untuk mengungkapkan sehingga klien dapat
o Fisik: tarik nafas kemarahan. menggunakan cara yang
dalam, memukul
disukainya untuk
bantal/kasur 7.2. Latih klien memperagakan
o Verbal: mengontrol perilaku
cara yang dipilih: kekerasan.
mengungkapkan
perasaan Peragakan cara
kesal/jengkel pada
orang lain tanpa melaksanakan cara yang
menyakiti dipilih.
o Spiritual: zikir/doa, Jelaskan manfaat cara
meditasi sesuai tersebut
agamanya Anjurkan klien menirukan
peragaan yang sudah
dilakukan.
Beri penguatan pada klien,
perbaiki cara yang masih
belum sempurna
7.3. Anjurkan klien menggunakan
cara yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
8. Klien mendapat 8. Keluarga: 8.1. Diskusikan pentingnya peran Keluarga adalah support
dukungan keluarga serta keluarga sebagai sistem utama bagi klien.
o Menjelaskan cara
untuk mengontrol pendukung klien untuk Keluarga merupakan
merawat klien
perilaku kekerasan mengatasi perilaku perawat klien selepas
dengan perilaku
kekerasan kekerasan. keluar dari rumah sakit.
o Mengungkapkan rasa Keluarga memiliki peranan
puas dalam merawat 8.2. Diskusikan potensi keluarga penting bagi kesembuhan
klien untuk membantu klien klien.
mengatasi perilaku kekerasan
9. Klien menggunakan 9. Klien menjelaskan: 9.1. Jelaskan manfaat Agar klien patuh minum
obat sesuai menggunakan obat secara obat dengan tepat dan
program yang telah o Manfaat minum obat teratur dan kerugian jika benar.
o Kerugian tidak minum
ditetapkan tidak menggunakan obat
obat
o Nama obat
9.2. Jelaskan kepada klien:
o Bentuk dan warna
obat Jenis obat (nama, wanrna
o Dosis yang diberikan dan bentuk obat)
kepadanya Dosis yang tepat untuk
o Waktu pemakaian klien
o Cara pemakaian Waktu pemakaian
o Efek yang dirasakan Cara pemakaian
10. Klien menggunakan obat
sesuai program Efek yang akan dirasakan
klien
9.3. Anjurkan klien:
Fase orientasi
(Townsead, 2015)
menghardik halusinasi
2010)
Fase terminasi
berinteraksi
c. Rencana tindak lanjut : rencana yang harus dilakukan oleh klien secara
rutin
Fase kerja
a. Sp isolasi sosial
Fase kerja
a. SP Risiko Perilaku Kekerasan
SP 1. Risiko Perilaku Kekerasan : melatih pasien mengendalikan emosi
dengan napas dalam
SP 2. Risiko Perilaku Kekerasan : Melatih pasien mengendalikan emosi
dengan minum obat
SP 3 Risiko Perilaku Kekerasan : melatih pasien mengontrol emosi dengan
cara fisik yang kedua yaitu pukul bantal atau kasur
SP 4 Risiko Perilaku Kekerasan : Melatih pasien mengontrol emosi
dengan cara verbal
SP 5 Risiko Perilaku Kekerasan : Melatih pasien mengontrol emosi
dengan cara spiritual
G. Evaluasi
Stuart : (dalam Kel, 2016) mengatakan evaluasi merupakan proses timbal
keluaraga serta kepuasaan mereka dengan proses dan hasil asuhan. Yusuf
untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ada
dua macam yaitu (1) evsluasi proses atau evaluasi formatif, yang
dilaksanakan
dilaksanakan
apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau kontraindikasi