Laporan Pendahuluan
Oleh:
Ajep Tohajudin
P2.06.20.2.17.043
3B Keperawatan
B. Anatomi Fisiologi
Sistem saraf dibagi menjadi dua bagian utama yaitu sistem saraf pusat (SSP) dan sistem
tepi (SST). SSP terdiri dari otak dan medula spinalis termasuk saraf kranial dari otak dan
medula spinalis. SST dibagi menjadi sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom, yang
dibagi menjaddi saraf simpatis dan parasimpatis
Otak atau ensefalon, yang terbungkus di dalam kranium (tengkorak), adalah sistem
kontrol tubuh dan terdiri dari empat bagian utama yaitu serebrum, serebelum, diensefalon, dan
batang otak. Serebrum (korteks serebri) merupakan bagian terbesar dari otak dan terletak di
dalam tengkorak paling atas. Srebrum dibagi menjadi 4 lobus yang masing-masing memiliki
fungsi khusus. Lobus frontalis berfungsi untuk pikiran sadar, berpikir abstrak, reaksi afektif,
memori, penilaian, dan permulaan pada aktivitas motorik. Lobus parietalis berfungsi untuk
sensorik dan asosiasi persepsi sensorik. Lobus temporalis untuk pemrosesan informasi
auditorius dan asosiasi auditorius. Lobus oksipital berfungsi dalam pemrosesan visual dan
asosiasi. Serebelum berperan dalam keseimbangan, postur, gerak halus, dan koordinasi.
Diensefalon terdiri atas talamus dan hipotalamus. Talamus berperan penting dalam dalam
kesadaran akan nyeri dan sistem limbik pada otak, yang mengendalikan dorongan naluri dan
emosi, misalnya rasa lapar, rasa takut, dorongan seksual, dan memori jangka pendek.
Hipotalamus empunyai banyak peran dalam pengaturan homeostasis. Batang otak
menghubungkan medula spinalis ke bagian pengingat pad otak dan bertanggung jawab dalam
banyak fungsi penting, yang mencakup masukan dan keluaran dari 10 dan 12 saraf kranial
otak (Peate & Nair, 2017).
C. Patofisiologi
Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan terganggu.
Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron).
Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke (Pinzon & Asanti, 2010).
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark
bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya
sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai
darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus,
emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan paru dan jantung) (Purwanto, 2016).
Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran
darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah
terbawa sebagai emboli dalam aliran darah (Purwanto, 2016).
Pembuluh darah Aterosklerosis Trombus/emboli Stroke non-
otak tersumbat di cerebral hemoragik
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari Defisit perawatan
Disfagia Anoreksia diri
kebutuhan tubuh
mampuan makan ditandai dengan: BB kurang dari ideal, bising usus hiperaktif,
dengan mengeluh sulit menggerakan ektremitas, kekuatan otot menurun rentang gerak
menurun.
2. NOC : 1. Kaji kemampuan klien untuk mengunyah, 1. Kelemahan otot dan refleks yang
Nutritional Status : food and menelan, batuk,pada keadaan yang teratur. hipoaktif/ hiperaktif dapat
Fluid Intake mengindikasikan kebutuhan akan
Nutritional Status: nutrient metode makan alternative, seperti
intake melaluiselang NGT dan sebagainya.
Weight control 2. Auskultasi bising usus, evaluasi adanya 2. Perubahan fungsi lambung sering terjadi
Kriteria Hasil : distensi abdomen. sebagai akibat dari paralisis/ mobilisasi.
1. Adanya peningkatan 3. Catat asupan kalori setiap hari. 3. Mengidentifikasi kekurangan makanan
berat badan sesuai dan kebutuhannya.
dengan tujuan 4. Catat makanan yang disukai/ tidak disukai 4. Meningkatkan rasa control dan mungkin
2. Berat badan ideal oleh pasien dan termasuk dalam pilihan diet juga dapat meningkatkan usaha untuk
sesuai dengan tinggi yang dikehendakinya. Berikan makanan makan. Makanan lunak/ setengah padat
badan setengah padat/ cair. menurunkan risiko terjadinya aspirasi.
3. Mampu
mengidentifikasi 5. Anjurkan untuk makan sendiri jika 5. Derajat hilangnya control motorik
kebutuhan nutrisi memungkinkan. Izinkan untuk makan mempengaruhi kemampuan untuk
4. Tidak ada tanda sesuai waktu yang diinginkan/ yang makan sendiri. Harga diri dan perasaan
tanda malnutrisi menyenangkan bagi pasien untuk terus control oleh upaya yang diarahkan
5. Tidak terjadi berusaha sendiri. Beri bantuan/ beri makan sendiri meskipun bila sangat terbatas.
penurunan berat sesuai kebutuhan.
badan yang berarti
Menunjukkan peningkatan 6. Anjurkan orang terdekat untuk ikut 6. Memberikan waktu bersosialisasi yang
fungsi pengecapan dari berpartisipasi pada waktu makan, seperti dapat meningkatkan jumlah masukan
menelan. member makan dan membawa makanan makanan pada pasien.
kesukaan pasien dari rumah.
I. Daftar Pustaka
1. Batticaca, F.B. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
2. Doenges, M. E, et.al. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien. Alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta: EGC.
3. Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans Info.
4. Nair, M. & Peate, I. (2015) Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan: Panduan Penting untuk Mahasiswa Keperawatan dan
5. Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-
NOC. Jakarta: MediaAction.
6. Pinzon, R & Asanti, L. (2010). Awas Stroke!. Yogyakarta: ANDI.
7. Syaifuddin. (2011). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan dan Kebidanan. (Edisi keempat).
Jakarta: EGC.