Anda di halaman 1dari 35

HALAMAN 1 Mata Kuliah : KMB Nama : Arumingtyas P. Tingkat/Semester : 1/1 Tempat Praktek : RSUD dr.

Darsono

JUDUL Disetujui
LAPORAN KONSEP ASUHAN KEPERAW ATAN PADA PASIEN Clinical Instructure Clinical Teacher
DENGAN
PENDAHULUAN TUMOR OTAK / SOP
……………… ………… ………… …….. ………………………………..

KONSEP PENYAKIT (Pengertian dan Manifestasi Klinis)

A. Pengertian
Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (Space Occupying Proccess) yang timbul di dalam rongga
tengkorak baik di dalam kompartemen supratentotrial maupun infratentrotial (Nurafif & Kusuma, 2015)

B. Manifestasi klinis
Menurut Nurafif (2015) manifestasi klinis stroke antara lain :
- Menurut lokasi tumor :
1. Lobus frontalis
Gangguan mental/ gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laku anah, sulit memberi argumentasi / menilai benar atau tidak,
hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara
2. Kortek presentalis posterior
Kelemahan atau kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.
3. Lobus presentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
4. Lobus oksipital
Kejang, gangguan penglihatan
5. Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah
6. Lobus parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan
7. Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hiperekstremitas sendi, hipotonia
- Tanda dan gejala umum
1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah bila batuk dan membungkuk
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : pandangan kabur, mual,muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda -
tanda vital, afasia
4. Perubahan kepribadian
5. Gangguan memori dan alam perasa

C. Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth (2016), gangguan neurologi pada tumor otak disebabkan oleh 2 faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh
tumor dan kenaikan TIK.
a. Gangguan fokal, terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parekim otak dengan kerusakan
jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya glioblastama multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah
arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan perubah an
serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan
suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan
neurologis fokal.
b. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor: bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena ia mengambil tempat dalam r uang
yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas menyebabkan oedema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanisme nya belum
seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyeparan cairan tumor. Beberapa tumor dapat
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah-otak, semuanya menimbulkan kenaikan
volume intrakranial dan kenaikan TIK.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan sub araknoid menimbulkan hidrosepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab yang akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat.
Mekanisme kompensasi antara lain: bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel dan
mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus / serebellum. Herniasi ulkus menekan
mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf otak ketiga. Pada herniasi cerebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dari henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain terjadi akibat peningkatan TIK yang cepat adalah bradikardia progesif, hipertensi sitemik, (pelebar an tekanan nadi) dan
gangguan pernafasan.

D. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya tumor serebral s ekunder,
selain itu alat ini juga member informasi tentang system ventrikuler.
b. MRI, digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, membantu dalam mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
c. Biopsi stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memb erikan
dasadasarpengobatan dan informasi prognosis.
d. Angiografi serebral, memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
e. EEG, dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus
temporal pada waktu kejang.
f. Ventriculogram / Arteriografi, apabila diagnose yang diduga sedemikian rumitnya sehingga pungsi spinal atau pungsi lumbal tid ak bias dilakukan
karena kontra indikasi peningkatan TIK

E. Komplikasi
a. Ganguan Fungsi Luhur
Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan fungsi luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan
gangguan kognitif dan neurobehavior sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan
maupun radioterapi. Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi / lesi tertentu di otak. Peng aruh negatif tumor
otak adalah gangguan fisik neurologist, gangguan kognitif, gangguan tidur dan mood, disfungsi seksual serta fatique. Gangguan kognitif yang
dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi dengan berbagai tes. Di antaranya adalah Sickness Impact Profile, Minesota Multipha sic Personality
Inventory (MMPI), dan Mini mental State Examination (MMSE). Komponen kognitif yang dievaluasi adalah kesadaran, orientasi lingkungan, level
aktivitas, kemampuan bicara dan bahasa, memori dan kemampuan berpikir, emosional afeksi serta persepsi.
b. Ganguan Wicara
Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak. Dalam hal ini kita mengenal istilah disartria dan aphasia. Disartria adalah
gangguan wicara karena kerusakan di otak atau neuromuscular perifer yang bertanggung jawab dalam proses bicara. Tiga langkah yang menjadi
prinsip dalam terapi disartria adalah meningkatkan kemampuan verbal, mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki suara normal. Afasia
merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia motorik atau sensorik tergantung dari area pusat bahasa di otak yang mengala mi kerusakan.
Fungsi bahasa yang terlibat adalah kelancaran (fluency), keterpaduan (komprehensi) dan pengulangan (repetitif). Pendekatan terapi untuk afasia
meliputi perbaikan fungsi dalam berkomunikasi, mengurangi ketergantungan pada lingkungan dan memastikan sinyal-sinyal komunikasi serta
menyediakan peralatan yang mendukung terapi dan metode alternatif. Terapi wicara terdiri atas dua komponen yaitu bicara prefocal dan latihan
menelan
c. Gangguan Pola Makan
Disfagi merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan menelan makanan karena hilangnya refleks menelan.
Gangguan bisa terjadi di fase oral, pharingeal atau oesophageal. Komplikasi ini akan menyebabkan terhambatnya asupan nutrisi bagi penderita
serta berisiko aspirasi pula karena muntahnya makanan ke paru. Etiologi yang mungkin adalah parese nervus glossopharynx dan nervus vagus.
Bisa juga karena komplikasi radioterapi.
Diagnosis ditegakkan dengan videofluoroscopy. Gejala ini sering bersamaan dengan dispepsia karena space occupying process dan
kemoterapi yang menyebabkan hilangnya selera makan serta iritasi lambung. Terapi untuk gejala ini adalah dengan sonde lambung untuk
pemberian nutrisi enteral, stimulasi, dan modifikasi kepadatan makanan (makanan yang dipilih lebih cair/lunak).
d. Kelemahan Otot
Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf khususnya ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan
tetraparesis. Pendekatan terapi yang dilakukan menggunakan prinsip sti mulasi neuromusculer dan inhibisi spastisitas. Cara lain adalah dengan
EMG biofeedback, latihan kekuatan otot, koordinasi endurasi dan pergerakan sendi .
e. Ganguan Penglihatan Dan Pendengaran
Tumor otak yang merusak saraf yang terhubung ke mata atau bagian dari otak yang memproses informasi visual (visual korteks) dapat
menyebabkan masalah penglihatan, seperti penglihatan ganda atau penurunan lapang pandang . Tumor otak yang mempengaruhi saraf
pendengaran - terutama neuromas akustik - dapat menyebabkan gangguan pendengaran di telinga pada sisi yang terlibat otak.
f. Stroke
Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah ke area otak, yang menyebabkan otak tidak berfungsi. Otak sangat
sensitif terhadap setiap gangguan dalam aliran darah. Sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit kehilangan pasokan oksigen dan glukosa.
Para gangguan aliran darah dapat terjadi oleh salah satu dari dua mekanisme, yaitu hemorrhagic stroke disebabkan oleh perdara han dari
pembuluh darah kecil yang memasok darah ke otak dan Stroke iskemik disebabkan oleh bekuan darah yang menghalangi aliran darah melalui
arteri yang memasok darah ke otak. Ada dua jenis stroke iskemik: Stroke trombotik stroke dan emboli. stroke trombotik disebab kan oleh gumpalan
darah yang terbentuk di dalam arteri otak. stroke emboli disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di luar pembuluh darah otak, kemudian
gumpalan darah itu berjalan melaui aliran darah dan sampai pada pembuluh darah otak, gumpalan darah ini selanjutnya menyumbat suplay darah
ke otak. Pada tumor otak, komplikasi stroke yang timbul dapat berupa Hemorrhagic stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah ot ak
yang tertekan akibat pembesaran tumor.
g. Epilepsi
Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar disebabkan karena rangsangan langsung atau represi dari tumor yang
menyebabkan ganguan listrik pada otak dan juga tumor otak dapat menyebabkan iritasi pada otak yang dapat menyebabkan kejang
h. Depresi
Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic) atau karena keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut,
Gejala yang timbul dapat berupa menangis terus-menerus, kesedihan yang mendalam, social withdrawal, Mudah marah, kecemasan, penurunan
libido, gangguan tidur, tingkah laku yang tidak wajar. Dapat juga karena efek steroid : mood and sleep changes, ganguan bipolar
(manicdepression).
i. Hidrosephalus
Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi aliran LCS, akibatnya aliran LCS akan terhambat dan mengakibat kan
terbentuknya hidrosephalus. Selain itu peningkatan tekanan intrakranial juga dapat menghambat aliran LCS.
j. Cerebral Hernia
Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak terpaksa melalui pembukaan dalam tengkorak. Tumor otak akan menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial, yang kemudian menyebabkan penggeseran parenkim otak ke foramen Magnum atau transtentorial
k. Ganguan Seksualitas
Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika tumor melibatkan daerah otak yang mengontrol pelepa san hormon
yang mempengaruhi libido, termasuk estrogen, progesteron testosteron, dan. Daerah-daerah yang sama dari otak dapat rusak oleh terapi radiasi,
yang yang dapat juga mengurangi kesuburan dan libido selain itu dapat pula menyababkan menopouse dini.
l. Terbentuknya Gumpalan Darah
Adanya Tumor otak mempunyai resiko tinggi terjadinya pembekuan darah. Pembekuan ini disebut "trombosis vena dalam" (DVT) dan
terjadi di pembuluh darah kaki. Gejala yang DVT meliputi nyeri betis, bengkak, dan perubahan warna kaki, meskipun itu DVT juga bisa terjadi
tanpa gejala. Bahaya itu DVT adalah bahwa mereka dapat pecah dan dibawa oleh aliran darah ke paru-paru, di mana mereka menyebabkan
"thromboemboli paru" (PTE) pembekuan darah di arteri paru.

E. Penatalaksanaan

1. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya adalah untuk mengangkat sebanyak tumor dan
meminimalisir sebisa mungkin peluang kehilangan fungsi otak. Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan
dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian membuat sayatan di kulit kepala menggunakan
sejenis gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak. Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup
kembali bukaan tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan. Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit kepala.
Beberapa ahli bedah dapat menggunakan saluran yang ditempatkan di bawah kulit kepala selama satu atau dua hari setelah operasi untuk
meminimalkan akumulasi darah atau cairan.
Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit kepala atau rasa tidak nyaman selama bebera pa
hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat diberikan obat sakit kepala. Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi adalah
menumpuknya cairan cerebrospinal di otak yang mengakibatkan pembengkakan otak (edema). Biasanya pasien diberikan steroid unt uk
meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua mungkin diperlukan untuk mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat menempatkan sebuah
tabung, panjang dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke bagian lain dari tubuh, bia sanya perut. Kelebihan
cairan dari otak dialirkan ke perut. Kadang-kadang cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya.
Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati dengan antibiotic). Operasi otak dapat merusak jar ingan
normal. kerusakan otak bisa menjadi masalah serius. Pasien mungkin memiliki masalah berpikir, melihat, atau berbicara. Pasien juga mungkin
mengalami perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah ini berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang
kerusakan otak bisa permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
2. Radiosurgery stereotactic
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. C T scan
atau MRI digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai
sudut untuk menghancurkan tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator linier dengan foton, ataupun
sinar proton.
Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi pada pasien dan memperpendek waktu pemulihan.
Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkak an otak yang dapat
terjadi setelah radioterapi.
Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak (brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah
tidak mungkin dapat mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat menerima radioterapi atau perawatan
lainnya.
3. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya.
Mungkin kadang radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi.
Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien.
Setiap sesi radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.
4. Kemoterapi
Kemoterapi yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan
infus intravena ke seluruh tubuh. Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode pengobatan dan periode pemulihan.
Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan bevacizumab (Avastin), baru-baru ini telah mendapat persetujuan untuk
pengobatan glioma ganas. Mereka lebih efektif, dan memiliki efek samping lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi lama.
Temozolomide memiliki keunggulan lain, yaitu bisa secara oral.
H
HALAMAN 2
CLINICAL PATHWAY

(Smeltzer & Bare, 2010; Corwin, 2011)


HALAMAN 3
MODEL KONSEP ASKEP : NANDA NIC NOC

EVALUASI
PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN
(KRITERIA KEBERHASIL AN)
1. Data Demografi Nyeri akut NIC NOC
Identitas pada klien yang harus Pain Management  Pain Level,
diketahui diantaranya: nama, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara  Pain control
umur, agama, pendidikan, komprehensif termasuk lokasi,  Comfort level
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, karakteristik, durasi frekuensi,
jenis kelamin, status perkawinan, kualitas dan faktor presipitasi Kriteria Hasil :
dan penanggung biaya. 2. Observasi reaksi nonverbal dan 1. Mampu mengontrol nyeri
2. Keluhan utama ketidaknyamanan (tahu penyebab nyeri, mampu
Biasanya klien mengeluh nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi menggunakan tehnik
kepala yang hilang timbul dan terapeutik untuk mengetahui nonfarmakologi untuk
durasinya makin meningkat pengalaman nyeri pasien mengurangi nyeri, mencari
3. Riwayat penyakit saat ini 4. Kaji kultur yang mempengaruhi bantuan)
Klien mengeluh nyeri kepala saat respon nyeri 2. Melaporkan bahwa nyeri
perubahan posisi dan dapat 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa berkurang dengan
meningkat dengan aktivitas, lampau menggunakan manajemen
vertigo, muntah proyektil, 6. Evaluasi bersama pasien dan tim nyeri
perubahan mental seperti kesehatan lain tentang 3. Mampu mengenali nyeri
disorientasi, letargi, papiledema, ketidakefektifan kontrol nyeri masa (skala, intensitas, frekuensi
penurunan tingkat kesadaran, Iampau dan tanda nyeri)
penurunan penglihatan atau 7. Bantu pasierl dan keluarga untuk 4. Menyatakan rasa nyaman
penglihatan double, mencari dan menemukan setelah nyeri berkurang
ketidakmampuan sensasi dukungan
(parathesia atau anasthesia), 8. Kontrol lingkungan yang dapat
hilangnya ketajaman atau mempengaruhi nyeri seperti suhu
diplopia. ruangan, pencahayaan dan
4. Riwayat penyakit dahulu kebisingan
Klien pernah mengalami 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
pembedahan kepala atau trauma 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
kepala (farmakologi, non farmakologi dan
5. Riwayat penyakit keluarga inter personal)
Adakah penyakit yang diderita 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
oleh anggota keluarga yang menentukan intervensi
mungkin ada hubungannya 12. Ajarkan tentang teknik non
dengan penyakit klien sekarang, farmakologi
yaitu riwayat keluarga dengan 13. Berikan anaIgetik untuk
tumor kepala. mengurangi nyeri
6. Pengkajian psiko-sosio-spiritual 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Perubahan kepribadian dan 15. Tingkatkan istirahat
perilaku klien, perubahan mental, 16. Kolaborasikan dengan dokter jika
kesulitan mengambil keputusan, ada keluhan dan tindakan nyeri
kecemasan dan ketakutan tidak berhasil
hospitalisasi, diagnostic test dan 17. Monitor penerimaan pasien tentang
prosedur pembedahan, adanya manajemen nyeri
perubahan peran. Analgesic Administration
18. Tentukan lokasi, karakteristik,
Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review kualitas, dan derajat nyeri sebelum
of System ) pemberian obat
Pemeriksaan fisik pada klien 19. Cek instruksi dokter tentang jenis
dengan tomor otak meliputi obat, dosis, dan frekuensi
pemeriksaan fisik umum per 20. Cek riwayat alergi
system dari observasi keadaan 21. Pilih analgesik yang diperlukan
umum, pemeriksaan tanda-tanda atau kombinasi dari analgesik
vital, B1 (breathing), B2 (Blood), ketika pemberian lebih dari satu
B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 22. Tentukan pilihan analgesik
(Bowel), dan B6 (Bone). tergantung tipe dan beratnya nyeri
1. Pernafasan B1 (Breath) 23. Tentukan analgesik pilihan, rute
Adanya peningkatan irama pemberian, dan dosis optimal
pernafasan (pola napas tidak 24. Pilih rute pemberian secara IV, IM
teratur) dan sesak napas terjadi untuk pengobatan nyeri secara
karena tumor mendesak otak teratur
sehingga hermiasi dan kompresi 25. Monitor vital sign sebelum dan
medulla oblongata. Bentuk dada sesudah pemberian analgesik
dan suara napas klien normal, pertama kali
tidak menunjukkan batuk, adanya 26. Berikan analgesik tepat waktu
retraksi otot bantu napas, dan terutama saat nyeri hebat
biasanya memerlukan alat bantu 27. Evaluasi efektivitas analgesik,
pernapasan dengan kadar tanda dan gejala
oksigen 2 LPM. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Intervensi (NIC) Tujuan (NOC) :
2. Kardiovaskular B2 (Blood) dari kebutuhan tubuh b/d Nutrition Management  Nutritional Status :
Desak ruang intracranial akan ketidakmampuan untuk mencerna 1. Kaji adanya alergi makanan  Nutritional Status : food and
menyebabkan peningkatan makanan, penurunan fungsi 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Fluid Intake
tekanan intracranial sehingga nervus hipoglosus menentukan jumlah kalori dan  Nutritional Status: nutrient
mengakibatkan peningkatan nutrisi yang dibutuhkan pasien. Intake
tekanan darah. Selain itu terjadi 3. Anjurkan pasien untuk  Weight control
ketidakteraturan irama jantung meningkatkan intake Fe
(irreguler) dan bradikardi. Klien 4. Anjurkan pasien untuk Kriteria Hasil :
tidak mengeluhkan nyeri dada, meningkatkan protein dan vitamin 1. Adanya peningkatan berat
bunyi jantung normal, akral C badan sesuai dengan tujuan
hangat, nadi bradikardi. 5. Berikan substansi gula 2. Berat badan ideal sesuai
3. Persyarafan B3 (Brain) 6. Yakinkan diet yang dimakan dengan tinggi badan
a. Penglihatan (mata) : Penurunan mengandung tinggi serat untuk 3. Mampu mengidentifikasi
penglihatan, hilangnya ketajaman mencegah konstipasi kebutuhan nutrisi
atau diplopia. 7. Berikan makanan yang terpilih 4. Tidak ada tanda-tanda
b. Pendengaran (telinga): Terganggu (sudah dikonsultasikan dengan malnutrisi
bila mengenai lobus temporal ahli gizi)
c. Penciuman (hidung) : Mengeluh 8. Ajarkan pasien bagaimana 5. Menunjukkan peningkatan
bau yang tidak biasanya, pada membuat catatan makanan harian. fungsi pengecapan dan
lobus frontal 9. Monitor jumlah nutrisi dan menelan
d. Pengecapan (lidah) : kandungan kalori 6. Tidak terjadi penurunan berat
Ketidakmampuan sensasi 10. Berikan informasi tentang badan yang berarti
(parathesia atau anasthesia) kebutuhan nutrisi
1) Afasia : Kerusakan atau 11. Kaji kemampuan pasien untuk
kehilangan fungsi bahasa, mendapatkan nutrisi yang
kemungkinan ekspresif atau dibutuhkan
kesulitan berkata-kata, reseotif Nutrition Monitoring
atau berkata-kata komprehensif, 1. BB pasien dalam batas normal
maupun kombinasi dari keduanya. 2. Monitor adanya penurunan berat
2) Ekstremitas : Kelemahan atau badan
paraliysis genggaman tangan 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
tidak seimbang, berkurangnya yang biasa dilakukan
reflex tendon. 4. Monitor interaksi anak atau
3) GCS : Skala yang digunakan orangtua selama makan
untuk menilai tingkat kesadaran 5. Monitor lingkungan selama makan
pasien, (apakah pasien dalam 6. Jadwalkan pengobatan dan
kondisi koma atau tidak) dengan perubahan pigmentasi
menilai respon pasien terhadap 7. Monitor turgor kulit
rangsangan yang diberikan. 8. Monitor kekeringan, rambut
Hasil pemeriksaan dinyatakan kusam, dan mudah patah
dalam derajat (score) dengan 9. Monitor mual dan muntah
rentang angka 1– 6 tergantung 10. Monitor kadar albumin, total
responnya yaitu : protein, Hb, dan kadar Ht
a) Eye (respon membuka mata) 11. Monitor pertumbuhan dan
(4):Spontan perkembangan
(3):Dengan rangsang suara (suruh 12. Monitor pucat, kemerahan, dan
pasien membuka mata). kekeringan jaringan konjungtiva
(2):Dengan rangsang nyeri 13. Monitor kalori dan intake nutrisi
(berikan rangsangan nyeri, 14. Catat adanya edema, hiperemik,
misalnya menekan kuku jari) hipertonik papila lidah dan cavitas
(1): Tidak ada respon oral
b) Verbal (respon verbal) 15. Catat jika lidah berwarna magenta,
(5) : Orientasi baik scarlet
(4) : Bingung, berbicara Kelebihan volume cairan b/d NIC NOC
mengacau ( sering bertanya gangguan mekanisme pengaturan Fluid management  Electrolit and acid base
berulang-ulang ) disorientasi di otak 1. Timbang popok/pembalut jika balance
tempat dan waktu. diperlukan  Fluid balance
(3) : Kata-kata saja (berbicara 2. Pertahankan catatan intake dan  Hydration
tidak jelas, tapi kata-kata masih output yang akurat
jelas, namun tidak dalam satu 3. Pasang urin kateter jika Kriteria Hasil :
kalimat. Misalnya “aduh…, diperlukan 1. Terbebas dari edema, efusi,
bapak…”) anaskara
(2) : Suara tanpa arti (mengerang) 4. Monitor hasil Hb yang sesuai 2. Bunyi nafas bersih, tidak ada
(1) : Tidak ada respon dengan retensi cairan (BUN, Hmt, dvspneu/ortopneu
c) Motor (respon motorik) osmolalitas urin) 3. Terbebas dari distensi vena
(6):Mengikuti perintah 5. Monitor status hemodinamik jugularis, reflek hepatojugular
(5):Melokalisir nyeri (menjangkau termasuk CVP,MAP, PAP dan (+)
& menjauhkan stimulus saat diberi PCWP 4. Memelihara tekanan vena
rangsang nyeri) 6. Monitor vital sign sentral, tekanan kapiler paru,
(4):Withdraws 7. Montor indikasi retensi / kelebihan output jantung dan vital sign
(menghindar/menarik ekstremitas cairan (cracles, CVP, edema, dalam batas normal
atau tubuh menjauhi stimulus saat distensi vena leher, asites) 5. Terbebas dan kelelahan,
diberi rangsang nyeri) 8. Kaji lokasi dan luas edema kecemasan atau kebingungan
(3):Flexi abnormal (tangan satu 9. Monitor masukan makanan / 6. Menjelaskan indikator
atau keduanya posisi kaku diatas cairan dan hitung intake kalori kelebihan cairan
dada & kaki extensi saat diberi 10. Monitor status nutrisi
rangsang nyeri). 11. Kolaborasi pemberian diuretik
(2):Extensi abnormal (tangan satu sesuai interuksi
atau keduanya extensi di sisi 12. Batasi masukan cairan pada
tubuh, dengan jari mengepal & keadaan hiponatrermi dilusi
kaki extensi saat diberi rangsang dengan serum Na < 130 mEq/l
nyeri). 13. Kolaborasi dokter jika tanda
(1):Tidak ada respon cairan berlebih muncul memburuk
Berdasarkan Fokal Fluid Monitoring
Tumor Lobus Frontalis 14. Tentukan riwayat jumlah dan tipe
a. Gangguan keperibadian dan intake cairan dan eliminasi
mental seperti apatis,kesukaran 15. Tentukan kemungkinan faktor
dalam pandangan ke depan, resiko dan ketidakseimbangan
regresi dalam tingkah laku social cairan (Hipertermia, terapi
b. Graps refleks (reflek memegang) diuretik, kelainan renal, gagal
c. Spasme tonik pada jari-jari kaki jantung, diaporesis, disfungsi hati,
atau tangan dll)
d. Kejang fokal atau wajah 16. Monitor berat badan, BP, HR, dan
e. Todd’s paralisis RR
f. Afasia motorik 17. Monitor serum dan elektrolit urine
g. Jika terjadi di traktus 18. Monitor serum dan osmilalitas
kortikospinalis :hemiparesis urine
sampai hemiplegia kontralateral 19. Monitor tekanan darah orthostatik
lesi dan perubahan irama jantung
h. Sindrom foster kennedy 20. Monitor parameter hemodinamik
Tumor lobus temporalis infasif
a. Kajang parsiil 21. Catat secara akurat intake dan
b. Movement motoric automatic output
c. Nyeri epigastrium 22. Monitor adanya distensi leher,
d. Perasaan fluttering di epigastrik rinchi, eodem perifer dan
atau toraks penambahan BB
e. Dejavu 23. Monitor tanda dan gejala dari
Tumor lobus parietalis odema
a. Astereognosis Ketidakefektifan perfusi jaringan NIC NOC
b. Antopognosis cerebral b/d penurunan aliran Peripheral Sensation Management 1. Circulation status
c. Hemianestesia darah ke otak (Manajemen sensasi perifer) 2. Tissue Prefusion : cerebral
d. Tidak dapat membedakan kanan 1. Monitor adanya daerah tertentu
taua kiri yang hanya peka terhadap Kriteria Hasil :
e. Loss of body image panas/dirigin/tajam/tumpul 1. Mendemonstrasikan status
Tumor lobus oksipitalis 2. Monitor adanya paretese sirkulasi yang ditandai dengan
a. Gangguan yojana penglihatan 3. Instruksikan keluarga untuk :
b. Nyeri kepala di daerah oksipital mengobservasi kulit jika ada Isi 2. Tekanan systole dan diastole
c. Hemianopsia homonym atau laserasi dalam rentang yang
Tumor Serebellum 4. Gunakan sarun tangan untuk diharapkan
a. Nyeroi kepala, muntah ban pupil proteksi 3. Tidak ada ortostatik hipertensi
edema 5. Batasi gerakan pada kepala, leher 4. Tidak ada tanda-tanda
b. Ganguan gait dan gangguan dan punggung peningkatan tekanan
koordinasi 6. Monitor kemampuan BAB intrakranial (tidak lebih dari 15
c. Bila berjalan kan jatuh ke sisi lesi 7. Kolaborasi pemberian analgetik mmHg)
d. Ataksia, tremor, nistagmus 8. Monitor adanya tromboplebitis 5. Mendemonstrasikan
hipotonia 9. Diskusikan menganai penyebab kemampuan kognitif yang
Tumor daerah thalamus perubahan sensasi ditandai dengan:
a. Refleks babinsky positif, 6. Berkomunikasi dengan jelas
hemiparesis, hiperrefleks dan sesuai dengan
b. Tekanan intracranial yang tinggi kemampuan
c. Lama kelamaan bisa menjadi 7. Menunjukkan perhatian,
hidrosefalus konsentrasi dan orientasi
Tumor daerah pineal/epifise 8. Memproses informasi
a. Tanda perinaud fenomena bell 9. Membuat keputusan dengan
b. Fenomena puppenkoft benar
c. Pupil argyl Robertson 10. Menunjukkan fungsi sensori
d. Pubertas prekoks motori cranial yang utuh :
e. Diabetes insipidus tingkat kesadaran membaik,
Tumor batang otak tidak ada gerakan gerakan
a. Kesadaran menurun involunter
b. Gangguan N III Resiko jatuh b/d gangguan NIC NOC
c. Sindrom webber penglihatan (kompresi saraf optikus) Fall Prevention  Trauma Risk For
d. Sindrom benedict 1. Mengidentifikasi defisit kognitif atau  Injury risk for
e. Sindrom claude fisik pasien yang dapat
Tumor sudut sereblo pontin meningkatkan potensi jatuh dalam Kriteria Hasil :
a. Gangguan pendengaran lingkungan tertentu 1. Keseimbangan : kemampuan
b. Vertigo Mengidentifikasi perilaku dan faktor untuk mempertahankan
Berdasarkan PTIK yang mempengaruhi risiko jatuh ekuilibrium
Nyeri kepala,kejang, gangguan 2. Mengidentifikasi karakteristik 2. Gerakan terkoordinasi :
mental, pembesaran kepala, lingkungan yang dapat kemampuan otot untuk
papiledema, sensasi abnormal di meningkatkan potensi untuk jatuh bekerja sama secara volunter
kepala, false localizing sign (misalnya, lantai yang licin dan untuk melakukan gerakan
tangga terbuka) yang bertujuan
4. Perkemihan B4 (Bladder) 3. Sarankan perubahan dalam gaya 3. Perilaku pencegahan jatuh :
Gangguan control sfinter urine, berjalan kepada pasien tindakan individu atau
kebersihan bersih, bentuk alat 4. Mendorong pasien untuk pemberi asuhan untuk
kelamin normal, uretra normal, menggunakan tongkat atau alat meminimalkan faktor resiko
produksi urin normal pembantu berjalan yang dapat memicu jatuh
5. Pencernaan B5 (Bowel) 5. Kunci roda dari kursi roda, tempat dilingkungan individu
Mual dan muntah terjadi akibat tidur, atau brankar selama transfer 4. Kejadian jatuh : tidak ada
peningkatan tekanan intracranial pasien kejadian jatuh
sehingga menekan pusat muntah 6. Tempat artikel mudah dijangkau 5. Pengetahuan : pemahaman
pada otak. Gejala mual dan dari pasien pencegahan jatuh
muntah ini biasanya akan diikuti 7. Ajarkan pasien bagaimana jatuh 6. Pengetahuan : keselamatan
dengan penurunan nafsu makan untuk meminimalkan cedera anak fisik
pada pasien. Kondisi mulut bersih 8. Memantau kemampuan untuk 7. Pengetahuan : keamanan
dan mukosa lembab mentransfer dari tempat tidur ke pribadi
6. Muskuloskeletal/integument B6 kursi dan demikian pula sebaliknya 8. Pelanggaran perlindungan
(Bone) 9. Gunakan teknik yang tepat untuk tingkat kebingungan Akut
Keterbatasan pergerakan anggota mentransfer pasien ke dan dari 9. Tingkat Agitas
gerak karena kelemahan bahkan kursi roda, tempat tidur, toilet, dan 10. Komunitas pengendalian
kelumpuhan. Kemampuan Sebagainya risiko : Kekerasan
10. Menyediakan toilet ditinggikan 11. Komunitas tingkat kekerasan
pergerakan sendi bebas, kondisi untuk memudahkan, transfer 12. Gerakan Terkoordinasi
tubuh kelelahan. 11. Menyediakan kursi dari ketinggian 13. Kecenderungan risiko pelarian
yang tepat, dengan sandaran dan untuk kawin
sandaran tangan untuk 14. Kejadian Terjun
memudahkan transfer 15. Mengasuh keselamatan fisik
12. Menyediakan tempat tidur kasur remaja
dengan tepi yang erat untuk 16. Mengasuh : bayi / balita
memudahkan transfer keselamatan fisik
13. Gunakan rel sisi panjang yang 17. Perilaku Keselamatan pribadi
sesuai dan tinggi untuk mencegat 18. Keparahan cedera fisik
jatuh dari tempat tidur, sesuai 19. Pengendalian risiko
kebutuhan 20. Pengendalian risiko :
14. Memberikan pasien tergantung penggunaan alkohol, narkoba
dengan sarana bantuan 21. Pengendahan risiko:
pemanggilan (misalnya, bel atau pencahayaan sinar matahari
cahaya panggilan) ketika pengasuh 22. Deteksi Risiko
tidak hadir 23. Lingkungan rumah Aman
15. Membantu ke toilet seringkali, 24. Aman berkeliaran
interval dijadwalkan 25. Zat penarikan keparahan
16. Menandai ambang pintu dan tepi 26. Integritas jaringan : kulit &
langkah, sesuai kebutuhan membran mukosa
17. Hapus dataran rendah perabotan 27. Perilaku kepatuhan visi
(misalnya, tumpuan dan tabel)
yang menimbulkan bahaya
tersandung
18. Hindari kekacauan pada
permukaan lantai
19. Memberikan pencahayaan yang
memadai untuk meningkatkan
visibilitas
20. Menyediakan lampu malam di
samping tempat tidur
21. Menyediakan pegangan tangan
terlihat dan memegang tiang
22. Menyediakan lajur anti tergelincir,
permukaan lantai nontrip/tidak
tersandung
23. Menyediakan permukaan nonslip/
anti
tergelincir di bak mandi atau
pancuran
24. Menyediakan kokoh, tinja curam
nonslip/ anti tergelincir untuk
memfasilitasi jangkauan mudah
25. Pastikan pasien yang memakai
sepatu yang pas, kencangkan
aman, dan memiliki sol tidak
mudah tergelincir
26. Anjurkan pasien untuk memakai
kacamata, sesuai, ketika keluar
dari tempat tidur
27. Mendidik anggota keluarga tentang
faktor risiko yang berkontribusi
terhadap jatuh dan bagaimana
mereka dapat menurunkan resiko
tersebut
28. Sarankan adaptasi rumah untuk
meningkatkan keselamatan
29. Instruksikan keluarga pada
pentingnya pegangan tangan untuk
kamar mandi, tangga, dan trotoar
30. Sarankan atas kaki yang aman
31. Mengembangkan cara untuk
pasien untuk berpartisipasi
keselamatan dalam kegiatan
rekreasi
32. Lembaga program latihan rutin fisik
yang meliputi berjalan
33. Tanda-tanda posting untuk
mengingatkan staf bahwa pasien
yang berisiko tinggi untuk jatuh
34. Berkolaborasi dengan anggota tim
kesehatan lain untuk
meminimalkan efek samping dari
obat yang berkontribusi terhadap
jatuh (misalnya, hipotensi ortostatik
dan kiprah goyah)
35. Memberikan pengawasan yang
ketat dan / atau perangkat
menahan (misalnya, bayi kursi
dengan sabuk
pengaman) ketika menempatkan
bayi / anak-anak muda pada
permukaan ditinggikan (misalnya,
meja dan kursi tinggi)
Ketidakefektifan pola napas b/d NIC : NOC :
suplai O2 ke otot pernapasan Airway Management  Respiratory status :
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik Ventilation
chin lift atau jaw thrust bila perlu  Respiratory status : Airway
2. Posisikan pasien untuk patency
memaksimalkan ventilasi  Vital sign Status
Kriteria Hasil :
3. Identifikasi pasien perlunya 1. Mendemonstrasikan batuk
pemasangan alat jalan nafas efektif dan suara nafas yang
buatan bersih, tidak ada sianosis dan
4. Pasang mayo bila perlu dyspneu (mampu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu mengeluarkan sputum,
6. Keluarkan sekret dengan batuk mampu bernafas dengan
atau suction mudah, tidak ada pursed lips)
7. Auskultasi suara nafas, catat 2. Menunjukkan jalan nafas yang
adanya suara tambahan paten (klien tidak merasa
8. Lakukan suction pada mayo tercekik, irama nafas,
9. Berikan bronkodilator bila perlu frekuensi pernafasan dalam
10. Berikan pelembab udara Kassa rentang normal, tidak ada
basah NaCl Lembab suara nafas abnormal)
11. Atur intake untuk cairan 3. Tanda Tanda vital dalam
mengoptimalkan keseimbangan. rentang normal (tekanan
12. Monitor respirasi dan status O2 darah, nadi, pernafasan)

Oxygen Therapy
13. Bersihkan mulut, hidung dan secret
trakea
14. Pertahankan jalan nafas yang
paten
15. Atur peralatan oksigenasi
16. Monitor aliran oksigen
17. Pertahankan posisi pasien
18. Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
19. Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


20. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
21. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
22. Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
23. Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
24. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
25. Monitor kualitas dari nadi
26. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
27. Monitor suara paru
28. Monitor pola pernapasan abnormal
29. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
30. Monitor sianosis perifer
31. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
32. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
Resiko jatuh b/d perubahan NIC NOC
ketajaman penglihatan Fall Prevention  Trauma Risk For
1. Mengidentifikasi defisit kognitif atau  Injury risk for
fisik pasien yang dapat
meningkatkan potensi jatuh dalam Kriteria Hasil :
lingkungan tertentu 1. Keseimbangan : kemampuan
Mengidentifikasi perilaku dan faktor untuk mempertahankan
yang mempengaruhi risiko jatuh ekuilibrium
2. Mengidentifikasi karakteristik 2. Gerakan terkoordinasi :
lingkungan yang dapat kemampuan otot untuk
meningkatkan potensi untuk jatuh bekerja sama secara volunter
(misalnya, lantai yang licin dan untuk melakukan gerakan
tangga terbuka) yang bertujuan
3. Sarankan perubahan dalam gaya 3. Perilaku pencegahan jatuh :
berjalan kepada pasien tindakan individu atau pemberi
4. Mendorong pasien untuk asuhan untuk meminimalkan
menggunakan tongkat atau alat faktor resiko yang dapat
pembantu berjalan memicu jatuh dilingkungan
5. Kunci roda dari kursi roda, tempat individu
tidur, atau brankar selama transfer 4. Kejadian jatuh : tidak ada
pasien kejadian jatuh
6. Tempat artikel mudah dijangkau 5. Pengetahuan : pemahaman
dari pasien pencegahan jatuh
7. Ajarkan pasien bagaimana jatuh 6. Pengetahuan : keselamatan
untuk meminimalkan cedera anak fisik
8. Memantau kemampuan untuk 7. Pengetahuan : keamanan
mentransfer dari tempat tidur ke pribadi
kursi dan demikian pula sebaliknya 8. Pelanggaran perlindungan
9. Gunakan teknik yang tepat untuk tingkat kebingungan Akut
mentransfer pasien ke dan dari 9. Tingkat Agitas
kursi roda, tempat tidur, toilet, dan 10. Komunitas pengendalian
Sebagainya risiko : Kekerasan
10. Menyediakan toilet ditinggikan 11. Komunitas tingkat kekerasan
untuk memudahkan, transfer 12. Gerakan Terkoordinasi
11. Menyediakan kursi dari ketinggian 13. Kecenderungan risiko pelarian
yang tepat, dengan sandaran dan untuk kawin
sandaran tangan untuk 14. Kejadian Terjun
memudahkan transfer
12. Menyediakan tempat tidur kasur 15. Mengasuh keselamatan fisik
dengan tepi yang erat untuk remaja
memudahkan transfer 16. Mengasuh : bayi / balita
13. Gunakan rel sisi panjang yang keselamatan fisik
sesuai dan tinggi untuk mencegat 17. Perilaku Keselamatan pribadi
jatuh dari tempat tidur, sesuai 18. Keparahan cedera fisik
kebutuhan 19. Pengendalian risiko
14. Memberikan pasien tergantung 20. Pengendalian risiko :
dengan sarana bantuan penggunaan alkohol, narkoba
pemanggilan (misalnya, bel atau 21. Pengendahan risiko:
cahaya panggilan) ketika pengasuh pencahayaan sinar matahari
tidak hadir 22. Deteksi Risiko
15. Membantu ke toilet seringkali, 23. Lingkungan rumah Aman
interval dijadwalkan 24. Aman berkeliaran
16. Menandai ambang pintu dan tepi 25. Zat penarikan keparahan
langkah, sesuai kebutuhan 26. Integritas jaringan : kulit &
17. Hapus dataran rendah perabotan membran mukosa
(misalnya, tumpuan dan tabel) 27. Perilaku kepatuhan visi
yang menimbulkan bahaya
tersandung
18. Hindari kekacauan pada
permukaan lantai
19. Memberikan pencahayaan yang
memadai untuk meningkatkan
visibilitas
20. Menyediakan lampu malam di
samping tempat tidur
21. Menyediakan pegangan tangan
terlihat dan memegang tiang
22. Menyediakan lajur anti tergelincir,
permukaan lantai nontrip/tidak
tersandung
23. Menyediakan permukaan nonslip/
anti
tergelincir di bak mandi atau
pancuran
24. Menyediakan kokoh, tinja curam
nonslip/ anti tergelincir untuk
memfasilitasi jangkauan mudah
25. Pastikan pasien yang memakai
sepatu yang pas, kencangkan
aman, dan memiliki sol tidak
mudah tergelincir
26. Anjurkan pasien untuk memakai
kacamata, sesuai, ketika keluar
dari tempat tidur
27. Mendidik anggota keluarga tentang
faktor risiko yang berkontribusi
terhadap jatuh dan bagaimana
mereka dapat menurunkan resiko
tersebut
28. Sarankan adaptasi rumah untuk
meningkatkan keselamatan
29. Instruksikan keluarga pada
pentingnya pegangan tangan untuk
kamar mandi, tangga, dan trotoar
30. Sarankan atas kaki yang aman
31. Mengembangkan cara untuk
pasien untuk berpartisipasi
keselamatan dalam kegiatan
rekreasi
32. Lembaga program latihan rutin fisik
yang meliputi berjalan
33. Tanda-tanda posting untuk
mengingatkan staf bahwa pasien
yang berisiko tinggi untuk jatuh
34. Berkolaborasi dengan anggota tim
kesehatan lain untuk
meminimalkan efek samping dari
obat yang berkontribusi terhadap
jatuh (misalnya, hipotensi ortostatik
dan kiprah goyah)
35. Memberikan pengawasan yang
ketat dan / atau perangkat
menahan (misalnya, bayi kursi
dengan sabuk
pengaman) ketika menempatkan
bayi / anak-anak muda pada
permukaan ditinggikan (misalnya,
meja dan kursi tinggi)
Hambatan komunikasi verbal b/d NIC NOC
fungsi otot facial/oral Communication Enhancement :  Anxiety self control
Speech Deficit  Coping
1. Gunakan penerjemah , jika  Sensory function: hearing &
diperlukan vision
2. Beri satu kalimat simple setiap  Fear sef control
bertemu, jika diperlukan
3. Konsultasikan dengan dokter Kriteria Hasil :
kebutuhan terapi bicara 1. Komunikasi: penerimaan,
4. Dorong pasien untuk intrepretasi dan ekspresi
berkomunikasi secara perlahan dan pesan lisan, tulisan, dan non
untuk mengulangi permintaan verbal meningkat
5. Dengarkan dengan penuh 2. Komunikasi ekspresif
perhatian (kesulitan berbicara) :
6. Berdiri didepan pasien ketika ekspresi pesan verbal dan
berbicara atau non verbal yang
7. Gunakan kartu baca, kertas, pensil, bermakna
bahasa tubuh, gambar, daftar 3. Komunikasi reseptif (kesutitan
kosakata bahasa asing, computer, mendengar) : penerimaan
dan lain-lain untuk memfasilitasi komunikasi dan intrepretasi
komunikasi dua arah yang optimal pesan verbal dan/atau non
8. Ajarkan bicara dari esophagus, jika verbal
diperlukan 4. Gerakan Terkoordinasi :
9. Beri anjuran kepada pasien dan mampu mengkoordinasi
keluarga tentang penggunaan alat gerakan dalam menggunakan
bantu bicara (misalnya, prostesi isyarat
trakeoesofagus dan laring buatan 5. Pengolahan informasi : klien
10. Berikan pujian positive jika mampu untuk memperoleh,
diperlukan mengatur, dan menggunakan
11. Anjurkan pada pertemuan informasi
kelompok 6. Mampu mengontrol respon
12. Anjurkan kunjungan ketakutan dan kecemasan
keluarga secara teratur untuk terhadap ketidakmampuan
memberi stimulus komunikasi berbicara
13. Anjurkan ekspresi diri dengan cara 7. Mampu memanajemen
lain dalam menyampaikan kemampuan fisik yang di miliki
informasi (bahasa isyarat) 8. Mampu mengkomunikasikan
kebutuhan dengan lingkungan
sosial
Ketidakefektifan termoregulasi b/d NIC NOC
peningkatan suhu tubuh Temperature regulation  Hidration
(pengaturan suhu)  Adherence behavior
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam  Immune status
2. Rencanakan monitoring suhu  Risk control
secara kontinyu  Risk detektion
3. Monitor TD, nadi, dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit Kriteria Hasil :
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan 1. Keseimbangan antara
hipotermi produksi panas, panas yang
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi diterima, dan kehilangan
7. Selimuti pasien untuk mencegah panas
hilangnya kehangatan tubuh 2. Seimbang antara produksi
8. Ajarkan pada pasien cara panas, panas yang diterima,
mencegah keletihan akibat panas dan kehilangan panas selama
9. Diskusikan tentang pentingnya 28 hari pertama kehidupan
pengaturan suhu dan kemungkinan 3. Keseimbangan asam basa
efek negative dan kedinginan bayi baru lahir
10. Beritahu tentang indikasi terjadinya 4. Temperature stabil : 36,5-37 C
keletihan dan penanganan 5. Tidak ada kejang
emergency yang diperlukan 6. Tidak ada perubahan warna
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan kulit
pananganan yang diperlukan 7. Glukosa darah stabil
12. Berikan anti piretik jika perlu 8. Pengendalian risiko :
hipertermia
9. Pengendalian risiko:
hyporthermia
10. Pengendalian risiko: Proses
menular
11. Pengendian risiko: paparan
sinar matahari

Sumber Pustaka :
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC -NOC. Jogjakarta: MediAction
Brunner, & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Corwin. (2011). Buku Saku Patofisiologi.edisi 3.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai