Anda di halaman 1dari 6

ANALISA SINTESIS TINDAKAN

(Range of Motion)

Disusun Oleh :

ARUMINGTYAS PAWESTRI
NIM. P27220020235

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2020
Lampiran 4

FORMAT LAPORAN
ANALISIS SINTESIS TINDAKAN

Nama Mahasiswa : Arumingtyas Pawestri Kode Kasus : CVA


Semester :1 Mata Kuliah : KMB
Kelas : Ners A Tanggal : 03-11-2020

Jenis Tindakan : Range of Motion

A. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan pasien tidak bisa bicara, tangan dan kaki kanan tidak
bisa digerakkan

B. Diagnosa medis
Cerebral Infark

C. Diagnosa keperawatan
Hambatan mobilitas fisik b/d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan
koordinasi

D. Data yang mendukung diagnosa


 DS :
Keluarga mengatakan pasien tiba-tiba tidak bisa diajak bicara, tangan
dan kaki kanan tidak bisa digerakkan
 DO :
K/u lemah, Pemeriksaan TTV : TD :200/100 mmHg, N : 60x/mnt, RR :
12x/mnt, S : 36 oC
Kekuatan otot 0 4
0 4
Pasien afasia, kelemahan pada ekstremitas kanan. ADL dibantu perawat
dan keluarga

E. Dasar Pemikiran Tindakan


Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf
otak. Stroke non hemoragik adalah tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.
Pasien Ny. K mengalami kelemahan pada ekstremitas atas dan bawah
sebelah kanan. Tindakan keperawatan Range of Motion pada pasien stroke
secara intens, terarah dan teratur maka dapat mempengaruhi kemampuan
motorik pasien untuk meningkatkan kemandirian

F. Prinsip tindakan keperawatan


Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan
pasien.
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher,
jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada
bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.

G. Analisis tindakan
Seperti yang dikemukakan Perry dan Potter bahwa seiring penuaan, serat
otot akan mengecil kekuatan otot berkurang sesuai seiring berkurangnya
massa otot. Lansia yang berolahraga teratur tidak mengalami kehilangan
yang sama dengan lansia yang tidak aktif. Smeltzer juga mengatakan
bahwa kebanyakan efek proses penuaan dapat diatasi bila tubuh dijaga
tetap aktif. Latihan ROM dapat menimbulkan rangsangan sehingga
meningkatkan aktivasi dari kimiawi neuromuskuler dan muskuler.
Rangsangan melalui neuromuskuler akan meningkatkan rangsangan pada
serat syaraf otot ekstremitas terutama syaraf parasimpatis yang
merangsang produksi asetilcholin, sehingga mengakibatkan kontraksi.
Mekanisme melalui muskulus terutama otot polos ekstremitas akan
meningkatkan metabolism pada metakondria untuk menghailkan ATP yang
dimanfaatkan oleh otot polos ekstremitas sebagai energy untuk kontraksi
dan meningkatkan tonus otot polos ekstremitas. Oleh sebab itu dengan
latihan Range of Motion (ROM) secara teratur dengan langkah-langkah
yang benar yaitu dengan menggerakkan sendi-sendi dan juga otot, maka
kekuatan otot akan meningkat.

H. Bahaya dilakukannya tindakan


Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
 Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat
mengganggu proses penyembuhan cedera. Gerakan yang terkontrol
dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang bebas nyeri
selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat
terhadap penyembuhan dan pemulihan Terdapatnya tanda-tanda
terlalu banyak atau terdapat gerakan yang salah, termasuk
meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
 ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening) PROM dilakukan secara hati-hati
pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM pada sendi ankle dan
kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus.
Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan
lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam
pengawasan yang ketat

I. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan


1. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien
saat latihan
2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs pasien.
8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan

J. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan


S:-
O:
K/u lemah, kesadaran samnolen, GCS 314. Px afasia
Pemeriksaan TTV :
TD : 200/100 mmHg,
N : 60x/mnt,
RR : 12x/mnt,
S : 36 oC
Kekuatan otot 0 4
1 4
ADL px dibantu : pemenuhan kebutuhan nutrisi melalui NGT
Dilakukan ROM pasif : px kooperatif, dapat menggerakkan jari-jari kakinya
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi

K. Evaluasi diri
Dalam mempersiapkan alat-alat sampai melakukantindakan ROM, akan
lebih baik jika sesuai dengan teori yang ada seperti cuci tangan, memakai
masker, memberikan buli – buli hangat di bagian tubuh yang aka dilakukan
tindakan ROM. Dalam hal ini saya sudah melakukan dengan teori yang
saya dapatkan selama pendidikan. Meskipun rumah sakit memiliki SOP
tersendiri, saya juga melakukannya hanya menambahkan sesuai dengan
apa yang saya dapatkan

L. Daftar pustaka / referensi


Marlina (2011). Pengaruh Latihan ROM terhadap Peningkatan Kekuatan
Otot pada Pasien Stroke Iskemik di RSUDZA Banda Aceh. Idea
Nursing Jornal: Vol 3 No. 1
NANDA.(2015).Buku Diagnosa Keperawatan definisi dan klasifikasi 2015-
2017.Jakarta.EGC
Smeltzer, S.C, (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Nama Mahasiswa Nama Pembimbing Nama Pembimbing


Arumingtyas Pawestri
NIM NIP NIP

P27220020235

Tanda Tanda Tanda


Tangan Tangan Tangan
Tanggal 03/11/20 Tanggal 03/11/20 Tanggal 03/11/20

Anda mungkin juga menyukai