Anda di halaman 1dari 20

PENERAPAN RANGE OF

MOTION (ROM) AKTIF


TERHADAP
PENINGKATAN KEKUATAN
OTOT PADA PENDERITA
STROKE
Anggota Kelompok 6
1. Ayu Dewi Herlatini (235140003)

2. Andri Priyatna (235140021)

3. Anggri Prihatin (235140026)

4. Adi Aziz Somantri (235140018)

5. Kristian Ambarita
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit stroke merupakan penyebab kematian kedua. Stroke dapat terjadi apabila pembuluh darah otak
mengalami penyumbatan atau pecah yang mengakibatkan sebagian otak tidak mendapatkan pasokan darah yang
membawa oksigen yang dibutuhkan sehingga mengalami kematian sel/jaringan (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2019). Menurut (WHO) tahun 2018, ada sekitar 7,75 juta orang yang meninggal diakibatkan stroke di
dunia. Pada tahun 2020 Center for Deases Control melaporkan bahwa setiap empat menit terdapat satu orang
meninggal disebabkan oleh stroke di Amerika Serikat. Sedangkan prevalensi stroke di Indonesia pada tahun 2018
berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk berusia diatas 15 tahun sebesar 10,9% diperkirakan berkisar 2.120.362
orang (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Masalah yang biasanya muncul pada penderita stroke adalah kelemahan 3 anggota gerak, pasien mengalami
kesulitan saat berjalan serta kesulitan melakukan aktivitas karena mengalami gangguan pada kekuatan otot dan
keseimbangan tubuh atau gangguan mobilisasi (Rahayu, 2015). Disfungsi ekstremitas atas dan bawah adalah
gangguan fungsional yang paling umum dan sering terserang pada pasien stroke yang berupa kehilangan kontrol
ekstremitas atas dan dapat mengakibatkan hilangnya kekuatan otot. Ektremitas atas dan bawah adalah salah satu
bagian tubuh yang terpenting untuk dilakukan ROM, karena fungsinya sangat penting dan aktif dalam kehidupan
sehari-hari (Irfan, 2010).
Latihan ROM (Range Of Motion) merupakan salah satu teknik untuk mengembalikan kondisi sistem
pergerakan, dan untuk memulihkan kekuatan otot untuk bergerak kembali memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
(Linggi, Alfani et al. 2018). Ada dua jenis ROM yaitu ROM aktif dan ROM pasif, ROM aktif yaitu menggerakan sendi
dengan menggunakan otot tanpa bantuan, sementara ROM pasif perawat membantu menggerakan sendi pasien.
Melihat tingginya angka stroke, dampak stroke, serta adanya berbagai jurnal terkait Range Of Motion Pasif terhadap
kekuatan otot, maka kelompok tertarik untuk memberikan latihan Range Of Motion Pasif pada penderita stroke .
Tujuan
1. Tujuan Umum :
Diketahuinya pengaruh Latihan Range Of Motion Pasif terhadap kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah pada pasien stroke.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi karakteristik pasien stroke di Rumah Sakit
b. Untuk mengidentifikasi tingkat kekuatan otot pada pasien stroke sebelum dan
sesudah dilakukan Latihan Range Of Motion Pasif di Rumah Sakit
c. Untuk menganalis pengaruh latihan Range Of Motion Pasif terhadap kekuatan
otot pada pasien stroke di Rumah Sakit.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
APENGERTIAN STROKE
Stroke merupakan salah satu penyakit yang mengenai sistem persyarafan. Stroke terjadi
ketika pasokan darah ke otak mengalami gangguan, akibat sebagian sel-sel otak mengalami
kematian karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah menuju otak (Andriani et al. 2022).
Stroke Non Hemoragik disebabkan oleh adanya penyumbatan dalam pembuluh darah yang
menyebabkan berkurangnya suplai darah ke otak (Nugroho, Putri, and Putri 2018).
Stroke dapat menyebabkan gangguan secara fisik maupun gangguan secara psikologis.
Penderita stroke mengatakan bahwa mereka kurang percaya diri setelah stroke dan merasakan
frustasi hebat, selain itu dampak psikologis pada penderita stroke dapat terjadi pada daya piker,
kesadaran, konsentrasi, kemampuan belajar, dan fungsi intelektual lainnya (Oktaviarni, Dharma,
and Sukarni 2019). Sedangkan gangguan stroke secara fisik dapat menimbulkan dampak berupa
hemiparase (kelemahan) dan hemiplegia (kelumpuhan) yang merupakan salah satu bentuk
defisit motorik.
PENGERTIAN
ROMLatihan Range Of Motion merupakan latihan yang dilakukan guna mengevaluasi dan meningkatkan
fungsi muskuloskletal serta juga merupakan sebuah terapi lanjutan pasien stroke yang bertujuan untuk
peningkatkan sirkulasi aliran darah, mengurangi kecacatan yang ditimbulkan, sehingga dapat memperbaiki
fungsi sistem sensorimotoris. Adapun indikasi umum dan kontraindikasi dalam pemberian latihan Range of
Motion (ROM) pada pasien hemiparesis. Menurut [8] indikasi umum pemberian latihan ROM, yaitu : Pasien
stroke dengan penurunan tingkat kesadaran, Kelemahan pada otot, Fase dalam rehabilitasi fisik, dan Klien
dalam tirah baring lama. Sedangkan kontraindikasi dalam latihan Range Of Motion (ROM) menurut [8], yaitu :
Latihan Range Of Motion (ROM) tidak diperbolehkan diberikan pada pasien apabila gerakan tersebut dapat
mengangggu dalam proses penyembuhan cedera, Latihan Range Of Motion tidak diperbolehkan dilakukan jika
respon pasien atau kondisinya dalam membahayakan, dan Latihan Range Of Motion tidak diperbolehkan
diberikan pada pasien dengan kelainan sendi ataupun tulang.
PENATALSANAAN
ROM
Penalataksanaan pada pasien pasca stroke yang mengalami gangguan mobilitas fisik yang telah terbukti
meningkatkan kekuatan otot adalah melalui latihan rentang gerak sendi (Range Of Motion/ROM) yaitu sebuah
latihan gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. Latihan ini
bertujuan untuk mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang
sirkulasi darah dan mencegah kelainan bentuk8. Latihan ROM dapat merangsang neuron motorik (otak) dengan
pelepasan transmitter (asetilcolin) untuk merangsang sel untuk mengaktifkan kalsium sehingga terjadi integritas
protein. Jika kalsium dan troponin C diaktifkan maka aktin dan miosin dipertahankan agar fungsi otot skeletal
dapat dipertahankan sehingga akan terjadi peningkatan tonus otot9.Salah satu penelitian menginformasikan
bahwa latihan ROM aktif terbukti efektif meningkatkan kekuatan otot pasien pasca stroke10. Latihan ROM aktif
terbukti berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik11. Serta terdapat
pengaruh antara ROM terhadapkekuatan otot pada pasien stroke, dimana kekuatan otot pasien stroke mengalami
peningkatan secara signifikan dibandingkan sebelum latihan ROM.
BAB III METODE
PENELITIAN
IDENTITAS PENELITI
1. Vera Yuni Setyawati 1
2. Dwi Retnaningsih

2 Universitas Widya Husada


Semarang

Email : 3
dwi.retnaningsih@uwhs.co.id
Tempat dan Waktu
Penelitian Tujuan Penelitian
Tempat Studi kasus untuk menerapkan ROM
pada pasien stroke yang mengalami
• Di RS Muhammadiyah gangguan mobilitas fisik.
Darul Istiqomah

Waktu Penelitian
• Bulan juni 2023
Metode Penelitian

Jenis Penelitian : Peneliti akan mengukur Teknik Pengambilan : Metode pengumpulan


kekuatan otot responden sebelum dan sesudah data dengan melakukan studi pendahuluan,
diberikan intervensi ROM pasif dan aktif dan melaksanakan asuhan keperawatan pasien stroke
mengamati respon dari responden setelah diberikan sesuai dengan kriteria. Peneliti meminta
intervensi ROM, dan peneliti mencatat hasil informed consent kepada responden sebelum
penelitian melakukan intervensi ROM.

Sampel : Sebanyak dua responden dengan kriteria Instrumen penelitian adalah peneliti yang akan
intervensi pasien stroke yang menujukan mengajarkan ROM pasif dan aktif, lembar
penerapan terapi ROM pasif dan aktif mengalami observasi derajat kekuatan otot, dan evaluasi
kelemahan otot dengan kriteria inklusi responden keperawatan (SOAP).
yang mempunyai kelemahan pada ekstermitas
BAB IV
PEMBAHASAAN
Hasil Penelitian Hasil Penelitian
Sebelum Sesudah
DS: DS:
Pasien mengatakan sebelum dilakukan terapi Pasien mengatakan setelah diberikan terapi
latihan gerak ROM pasif dan aktif pada kelemahan latihan gerak ROM pasif dan aktif pada
otot ekstermitas atas dan bawah tangan dan kaki kelemahan otot ekstermitas atas dan bawah
kanan merasa lemah dan sulit digerakkan tangan dan kaki kanan ada penurunan kelemahan
otot
DO:
Pasien tampak susah untuk beraktifitas dan DO:
berbaring di tempat tidur Pasien tampak merasa lebih baik karena
kelemahan otot berkurang
KORELASI PENELITIAN
DENGAN TEORI
Hasil penelitian menunjukkan intervensi yang dilakukan selama 4 hari pada pasien stroke
dengan terapi ROM 2 kali sehari selama 15-30 menit didapatkan hasil bahwa pemberian terapi
ini terbukti dapat meningkatkan kekuatan otot. Hal ini sesuai dengan teori menurut Harington et
al. (2018), yang mengatakan keberhasilan ROM yang dilakukan dengan frekuensi 15-30 menit
dapat meningkatkan otot yang dilakukan dalam waktu sehari ketika pagi dan sore.
Sejalan dengan Chasanah et, al. (2017) menyatakan dengan terapi Rang Of Motion
(ROM) dua kali sehari dalam 5 hari terdapat peningkatan pergerakan sendi dari 64% menjadi
91%
MANFAAT
JURNAL
Manfaat bagi pelayanan Kesehatan :
Dapat memberikan masukan bagi pelayanan
Kesehatan khususnya, untuk Langkah-Langkah
kebijakan dalam meningkatkan mutu keperawatan Bagi Institusi : Dapat memberikan masukan
yang berkaitan dengan penyakit Stroke sebagai sumber informasi dan pengetahuan
tentang pengaruh ROM pada penderita stroke
Bagi Pasien: bagi mahasiswa selanjutnya
Dapat memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
klien, dan memilik anggota keluarga yang
diharapkan dapat memberikan latihan ROM
selama proses penyembuhan
KELEBIHAN KEKURANGAN
JURNAL JURNAL
1. Basis Data Terstruktur, jadi mudah untuk
mencari dan mengelola informasi dengan
efesien 1. Tidak dijelaskan secara eksplisit mengenai
2. Pembahasan Detail dan terperinci tujuan umum dan tujuan khusus dari
3. Menggunakan Bahasa yang lugas penelitian
2. Tidak mencantumkan hambatan penelitian
3. Keterbatasan akses
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait ROM terhadap peningkatan kekuatan
otot pada pasien stroke disimpulkan bahwa latihan ROM efektif dalam meningkatkan
kekuatan otot. Dengan pemberian latihan yaitu 2 kali dalam sehari setiap pagi dan sore
dengan waktu 15-35 menit dan dilakukan dengan 4 kali pengulangan setiap Gerakan. Waktu
pemberian latihan yang sebaiknya lebih lama minimal 4 minggu karena telah terbukti
berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot. Terapi ROM direkomendasikan untuk
digunakan karena tekniknya sederhana, tidak memerlukan kemampuan khusus untuk
menerapkannya dan dapat dilakukan oleh semua pasien stroke yang mengalami kelemahan
otot.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai