Anda di halaman 1dari 4

BAB II

IDENTIFIKASI ARTIKEL EVIDENCE BASED PRACTICE

1. Identitas artikel
a. Judul artikel
1) Pengaruh ROM (Range Of Motion) terhadap kekuatan otot ekstremitas
pada pasien stroke non Hemoragik.
2) Peningkatan kekuatan otot pasien stroke non hemoragik dengan
hemiparase melalui latihan range of motion (ROM) pasif.
3) Pengaruh latihan range of motion (ROM) terhadap perubahan aktivitas
fungsional pada pasien stroke rawat inap di rsu uki jakarta.
b. Nama peneliti
1) Anggriani, Zulkarnain, Sulaiman, & Roni Gunawan.
2) Elsi Rahmadani & Handi Rustandi.
3) Hasian Leniwia, Dewi Prabawati & Wihelmus Hary Susilo.
c. Tahun terbit
1) 2018.
2) 2019.
3) 2019.
d. Penerbit
1) Jurnal Riset Hesti Medan.
2) Journal of telenursing (JOUTING).
3) Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang
2. Gap of knowledge (kesesuaian masalah dengan masalah yang akan diselesaikan)
Stroke non- hemoragik terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah otak.
Stroke yang juga disebut stroke infark atau stroke iskemik ini merupakan jenis stroke
yang paling sering terjadi.Salah satu tindakan keperawatan pada pasien stroke untuk
meningkatkan rentang gerak dilakukan latihan aktivitas ROM. Berdasarkan 3 artikel
penelitian yang ditemukan terdapat hasil bahwa latihan ROM berpengaruh dengan
peningkatan kekuatan otot. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas ROM efektif
dalam peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke.
3. Hasil penelitian
1) Nilai signifikan kekuatan otot tangan sebelum dan sesudah pemberian ROM
sebesar 0,000. Artinya terdapat perbedaan kekuatan otot tangan sebelum dan
sesudah pemberian ROM. Nilai signifikan kekuatan otot kaki sebelum dan
sesudah pemberian ROM sebesar 0,000. Artinya terdapat perbedaan kekuatan
otot dan kaki sebelum dan sesudah pemberian ROM. Hal ini membuktikan
bahwa ROM berpengaruh dalam meningkatkan kekuatan otot tangan dan kaki
responden.
2) Nilai rata-rata kekuatan otot pre-test dan post-test. Meningkat pada kelompok
intervensi dan tidak ada peningkatan pada kelompok kontrol. Nilai signifikan
(p= 0,008) pada kelompok intervensi dan (p= 0,5) pada kelompok kontrol.
3) Terdapat perbedaan signifikan terhadap kemampuan aktivitas fungsional
meningkat pada kedua kelompok baik intervensi maupun kontrol, dengan nilai
p 0,001.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

ROM (range of motion) harus dilakukan atau dilaksanakan secara berulang,

perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien. Dalam merencanakan

program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan

lamanya tirah baring.

Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher, jari,

lengan, siku, bahu, tumit, kaki dan pergelangan kaki. ROM dapat dilakukan pada

semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang dicurigai mengalami proses

penyakit serta harus sesuai waktunya.

Selain daripada yang telah disebutkan diatas, ROM dilakukan juga harus

memperhatikan tujuan, manfaat, indikasi, serta kontraindikasinya agar tidak terjadi

suatu hal yang tidak diinginkan pada pasien lebih lanjut.


BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, Zulkarnain, Sulaimani, & Gunawan, R. (2018). Pengaruh ROM (Range Of


Motion) Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada PAsien Store Non Hemoragic .
Jurnal Riset Hesti Medan, 64-72.
Leniwia, H., Prabawati, D., & Susilo, W. H. (2019). Pengaruh Latihan Range Of Motion
(ROM) Terhadap Perubahan Aktivitas Fungsional Pada Pasien Stroke Rawat Inap Di
RSU UKI Jakarta. Jurnal JKFT : Universitas Muhammadiyah Tangerang, 72-77.
Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019). Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non
Hemoragik Dengan Hemiparese Melalui Latihan Rane of Motion (ROM) Pasif .
Journal Of Telenursing (JOUTING), 354-363.

Anda mungkin juga menyukai