Anda di halaman 1dari 14

NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIFITAS TERAPI KOMBINASI RANGE OF MOTION


(ROM) DAN STRETCHING EXERCISE TERHADAP
KEKUATAN OTOT DAN KONTRAKTUR
PADA PASIEN STROKE ISKEMIK

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister Keperawatan


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

I’ANAH AL AZIZAH
NIM. 20181050007

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
ABSTRAK

EFEKTIFITAS TERAPI KOMBINASI RANGE OF MOTION (ROM)


DAN STRETCHING EXERCISE TERHADAP KEKUATAN DAN
KONTRAKTUR OTOT PADA PASIEN STROKE ISKEMIK

I’anah Al Azizah1), Ikhlas M. Jenie2), Elly Trisnawati3)


1)
Mahasiswa Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
2)Dosen, Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
E-mail: annaazizah29@gmail.com

Latar Belakang: Stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan


oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak
dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah yang terganggu.
Dampak dari stroke berupa kelemahan dan kelumpuhan yang disebabkan
oleh gangguan motorik neuron dengan karakteristik kehilangan kontrol
gerakan volunter, gangguan gerakan, keterbatasan tonus otot, dan
keterbatasan reflek. Terapi kombinasi Range of Motion (ROM) dan
Stretching Exercise merupakan rehabilitasi pada pasien stroke yang dapat
meningkatkan kekuatan otot dan menurunkan kontraktur otot.
Tujuan: Untuk mengetahui efektifitas terapi kombinasi range of motion
(ROM) dan stretching exercise terhadap kekuatan dan kontraktur otot pada
pasien stroke di RS Universitas Muhammadiyah Cirebon.
Metode: Jenis penelitian adalah Experimental Design dengan rancangan Pre-
test Post-test Control Group Design. Teknik pengambilan sampel dengan
quota sampling sebanyak 20 orang. Pengumpulan data menggunakan lembar
observasi The Modified Ashworth Scale (MAS) dan lembar observasi derajat
kekuatan otot. Analisa data menggunakan analisa univariat (distribusi
frekuensi) dan analisa bivariat (uji Normalitas, Wilcoxon dan Mann Whitney).
Hasil: Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai ρ value < α (0,05), berarti terdapat
pengaruh kombinasi latihan Range of Motion (ROM) dan Stretching Exercise
terhadap kekuatan dan kontraktur otot pada pasien stroke. Hasil uji Mann
Whitney diperoleh nilai ρ value < α (0,05), berarti ada perbedaan nilai
kekuatan dan kontraktur otot antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol.
Kesimpulan: Terapi kombinasi range of motion (ROM) dan stretching
exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dan menurunkan kontraktur otot
pada pasien stroke.
Kata Kunci: Range of Motion (ROM), Stretching Exercise Kekuatan Otot,
Kontraktur Otot, Stroke
ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF THE COMBINATION THERAPY OF


RANGE OF MOTION (ROM) AND STRETCHING EXERCISE ON
MUSCLE STRENGTH AND CONTRACTURE IN
ISCHEMIC STROKE PATIENTS

I’anah Al Azizah1), Ikhlas M. Jenie2), Elly Trisnawati3)


1
Student Magister of Nursing Program, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Lecturer Medical Study Program, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
E-mail: annaazizah29@gmail.com

Background: Stroke is a neurological dysfunction caused by disruption of


blood flow in the brain which can occur suddenly with symptoms or signs
according to the affected area. The impact of stroke is in the form of
weakness and paralysis caused by motor neuron disorders with the
characteristics of loss of voluntary movement control, movement
disturbances, limited muscle tone, and reflex limitations. The combination
therapy of Range of Motion (ROM) and stretching exercise is rehabilitation
in stroke patients that can increase muscle strength and reduce muscle
contracture.
Objective: To determine the effectiveness of the combination therapy of range
of motion (ROM) and stretching exercise on muscle strength and contracture
in stroke patients at Muhammadiyah University Hospital Cirebon.
Methods: This type of research is experimental design with pre-test post-test
control group design. The sampling technique used was quota sampling of 20
people. Data collection used the observation sheet The Modified Ashworth
Scale (MAS) and the observation sheet the degree of muscle strength. Data
analysis used univariate analysis (frequency distribution) and bivariate
analysis (normality test, Wilcoxon and Mann Whitney).
Results: The Wilcoxon test results obtained a value of ρ value <α (0.05),
which means that there is an effect of a combination of Range of Motion
(ROM) and stretching exercise on muscle strength and contracture in stroke
patients. The results of the Mann Whitney test obtained a value of ρ value <α
(0.05), which means that there is a difference in the value of muscle strength
and contracture between the intervention group and the control group.
Conclusion: The combination therapy of range of motion (ROM) and
stretching exercise can increase muscle strength and decrease muscle
contracture in stroke patients.
Keywords: Range of Motion (ROM), Stretching Exercise Muscle Strength,
Muscle Contractur, Stroke
PENDAHULUAN sebagian besar pasien stroke pada
Menurut WHO (2019) setiap awalnya mengalami spastisitas
tahun, 15 juta orang di seluruh yang menghambat aktivitas
dunia menderita stroke. Dari kesehariannya.
jumlah tersebut, 5 juta orang Penurunan kemampuan dalam
meninggal dan 5 juta lainnya menggerakkan otot pada anggota
menjadi cacat permanen, sehingga tubuh seseorang pasien yang
membebani keluarga dan mengalami stroke dikarenakan
masyarakat. Stroke jarang terjadi mengalami kelemahan pada satu
pada orang dengan usia di bawah sisi anggota tubuh. Menurut
40 tahun; ketika itu terjadi, Chaidir & Zuardi (2014),
penyebab utamanya adalah pemberian latihan ROM dua kali
tekanan darah tinggi. Stroke juga setiap hari pada pasien stroke
terjadi pada sekitar 8% anak-anak iskemik meningkatkan
dengan penyakit anemia. kemampuan otot dibandingkan
Data Riskesdas tahun 2018 latihan ROM satu kali sehari.
menyebutkan prevalensi stroke di Tseng (2007) menambahkan
Indonesia pada usia ≥ 15 tahun bahwa range of motion (ROM)
adalah 10,9% permil, sementara merupakan salah satu terapi
pada tahun 2013 angka prevalensi pemulihan dengan cara melatih
ini adaah pada angka 7% sehingga otot untuk mempertahankan
ada peningkatan 3,9% selama kemampuan menggerakkan
kurun waktu 5 tahun. Daerah persendian secara normal.
Istimewa Yogyakarta (DIY) Metode intervensi latihan
sebagai provinsi yang memiliki ROM memberikan manfaat besar
prevalensi tertinggi di tahun 2018 dalam memulihkan kekuatan otot
yaitu 14,7% (Kemenkes RI, 2018). pada pasien stroke. Hasil
Dampak yang ditimbulkan penelitian Hosseini (2019)
oleh stroke, berupa hemiparase didapatkan peningkatan signifikan
(kelemahan) dan hemiplegia fungsi motorik antara bulan
(kelumpuhan) merupakan salah pertama dan ketiga di kedua
satu bentuk defisit motorik. Hal ini ekstremitas atas dan bawah.
disebabkan oleh gangguan motorik Sahmad (2016) melaporkan
neuron dengan karakteristik efektifitas pemberian ROM pasif
kehilangan kontrol gerakan terhadap fleksibilitas sendi dan
volunter (gerakan sadar), lutut, sendi pergelangan kaki,
gangguan gerakan, keterbatasan sendi kaki pada lanjut usia
tonus otot, dan keterbatasan reflek (lansia). Young (2014)
(Winstein., 2016). Ramba (2018) menunjukkan bahwa kelompok
dalam penelitiannya menunjukkan yang mendapatkan terapi latihan
bahwa berdasarkan hasil peregangan dan stabilisasi sendi
observasi, didapatkan bahwa mengalami peningkatan fungsi
bahu dan penurunan ketebalan HASIL
patologis tendon. 1. Karakteristik
Berdasarkan hasil studi Tabel 1
pendahuluan yang dilakukan oleh Karakteristik Pasien Stroke
peneliti pada tanggal 23 Desember Karakteristik ∑ %
Usia:
2019 diperoleh data jumlah pasien 1. > 35tahun 10 50%
stroke di RS Universitas Jenis Kelamin:
Muhammadiyah Cirebon periode 1. Laki-laki 7 35%
2. Perempuan 13 65%
Januari-November 2019 sebanyak
Ekonomi:
607 orang yang terdiri dari 52 1. Rendah 7 35%
orang dengan stroke hemoragik 2. Menengah 11 55%
dan sebanyak 555 orang stroke 3. Tinggi 2 10%
Gizi (IMT):
iskemik. Berdasarkan hasil 1. Kurus ringan 0 0%
wawancara dengan keluarga 2. Kurus berat 0 0%
pasien stroke mengatakan bahwa 3. Normal 4 20%
4. Gemuk ringan 11 55%
pasien tidak dapat melakukan 5. Gemuk berat 5 25%
aktifitas sehari-hari dan malas Lama Stroke:
melakukan latihan. 1. < 12 Bulan 16 80%
2. > 12 Bulan 4 20%
Bagian ekstremitas
METODE PENELITIAN yang mengalami
Jenis penelitian adalah kelumpuhan:
1. Ekstremitas
Experimental Design dengan Bawah Kanan 8 40%
rancangan pre-test post-test 2. Ekstremitas
control group design. Teknik Bawah Kiri
3. Ekstremitas 2 10%
pengambilan sampel dengan quota Atas Kanan
sampling sebanyak 20 pasien di 4. Ekstremitas 1 5%
unit rawat jalan RSU Universitas Atas Kiri
5. Kedua 1 5%
Muhammadiyah Cirebon. Ekstremitas
Pengumpulan data menggunakan Kanan 4 20%
lembar observasi The Modified 6. Kedua
Ekstremitas
Ashworth Scale (MAS) dan lembar Kiri 4 20%
observasi derajat kekuatan otot.
Analisa data menggunakan analisa
univariat (distribusi frekuensi) dan
analisa bivariat (uji Normalitas,
Wilcoxon dan Mann Whitney).
2. Analisa Univariat Kontraktur
Otot Kelas
a. Kekuatan Otot Intervensi
Tabel 2 Pre test
Nilai Kekuatan Otot Pada Pasien Kekuatan Otot 0,0001 Tidak Normal
Kelas Kontrol
Stroke Post test
Kelompok Kelompok Kekuatan Otot 0,0001 Tidak Normal
Intervensi Kontrol Kelas Kontrol
Kekuata Standa Standa
n Otot Mea r Mea r Berdasarkan tabel 4, dapat
n Devias n Devias diketahui bahwa data keempat
i i kelompok penelitian tidak
Pre test 1,80 0,422 1,70 0,483
Post test 3,70 0,483 2,60 0,516 berdistribusi normal karena nilai ρ-
Berdasarkan tabel 2, dapat value < 0,05, sehingga untuk
diketahui bahwa nilai mean mengetahui efektifitas latihan
posttest kekuatan otot pada ROM terhadap pencegahan
kelompok intervensi lebih tinggi kontraktur otot pada pasien stroke
dibandingkan dengan nilai mean di RS Universitas Muhammadiyah
posttest kekuatan otot pada Cirebon dinilai berdasarkan uji
kelompok kontrol. statistik non parametrik wilcoxon
b. Kontraktur Otot dan mann whitney.
Tabel 3 b. Uji Wilcoxon
Nilai Kontraktur Otot Pada Pasien Tabel 5
Stroke Hasil Uji Wilcoxon
Kelompok Kelompok Variabel (n=10) ρ value
Kontraktur Intervensi Kontrol Kekuatan Otot
Otot Standar Standar - Kelompok Intervensi 0,002
Mean Mean - Kelompok Kontrol 0,007
Deviasi Deviasi
Pre test 1,60 0,516 1,70 0,483 Kontraktur Otot
Post test 3,60 0,516 2,30 0,483 - Kelompok Intervensi 0,002
- Kelompok Kontrol 0,014
Berdasarkan tabel 3, dapat Berdasarkan tabel 5, dapat
diketahui bahwa nilai mean diketahui bahwa nilai signifikansi
posttest kontraktur otot pada (sig.2-tailed) dengan uji Wilcoxon
kelompok intervensi lebih tinggi diperoleh nilai ρ value < α (0,05),
dibandingkan dengan nilai mean dengan demikian menunjukkan
posttest kontraktur otot pada bahwa terdapat perbedaan antara
kelompok kontrol. kekuatan otot dan kontraktur
3. Analisa Bivariat sebelum dan setelah diberikan
a. Uji Normalitas kombinasi latihan ROM dan
Tabel 4 stretching exercise pada kelompok
Hasil Uji Normalitas intervensi dibandingkan pada
Kelompok Sig Keterangan
Pre test kelompok kontrol pasien stroke
Kekuatan Otot
0,0001 Tidak Normal iskemik di RS Universitas
Kelas Muhammadiyah Cirebon.
Intervensi
Post test 0,0001 Tidak Normal
c. Uji Mann Whitney Hasil penelitian ini sesuai
Tabel 6 dengan hasil penelitian Anita
Hasil Uji Mann Whitney (2018) dalam penelitiannya
Variabel ρ value n mengemukakan bahwa pemberian
Kekuatan latihan ROM selama 2 minggu
0,001 20 dengan 8 kali pengulangan dan
Otot
Kontraktur dilakukan 2 kali sehari dapat
0,000 20 mempengaruhi luas derajat rentang
Otot
Berdasarkan tabel 6, dapat gerak sendi ekstremitas atas.
diketahui bahwa nilai signifikansi Selain itu, Murtaqib (2013) juga
(sig.2-tailed) dengan uji Mann menunjukkan bahwa terdapat
Whitney diperoleh nilai ρ value < pengaruh yang signifikan antara
α (0,05), dengan demikian latihan ROM aktif terhadap
menunjukkan bahwa ada peningkatan rentang gerak sendi
perbedaan nilai kekuatan dan siku pada pasien stroke.
kontraktur otot antara kelas Menurut Sudarsini (2017),
intervensi dan kelas kontrol. pasien pasca stroke pada
umumnya mengalami kelemahan
PEMBAHASAN otot pada bagian anggota gerak
1. Kekuatan Otot tubuh, gangguan postural dan
Berdasarkan tabel 6 adanya atropi otot. Atrofi otot
menunjukkan bahwa nilai ρ value menyebabkan penurunan aktivitas
< α (0,05), dengan demikian pada sendi sehingga sendi
menunjukkan bahwa ada pengaruh mengalami kehilangan cairan
pada nilai kekuatan otot antara sinovial dan menyebabkan
kelompok intervensi dan kekakuan sendi. Kekakuan sendi
kelompok kontrol. Hal ini menyebabkan penurunan rentang
menunjukkan bahwa ada gerak pada sendi.
perbedaan nilai rata-rata kekuatan Menurut Chaidir (2014)
otot antara kelompok intervensi dalam penelitiannya menunjukkan
yang diberikan terapi kombinasi bahwa latihan ROM dengan
ROM dan stretching exercise frekuensi dua kali sehari pada
dengan kelompok kontrol yang pasien stroke iskemik lebih
tidak diberikan terapi kombinasi meningkatkan kemampuan otot
ROM dan stretching exercise. daripada latihan ROM dengan
Nilai rata-rata post test frekuensi satu kali sehari. Tseng
kekuatan otot berdasarkan (2007) menambahkan bahwa
pengukuran derajat kekuatan otot ROM merupakan salah satu terapi
pada tabel 4.2 sebesar 3,70, lebih pemulihan dengan cara latihan otot
tinggi dibandingkan dengan nilai untuk mempertahankan
mean kekuatan otot pada kemampuan pasien menggerakkan
kelompok kontrol sebesar 2,60. persendian secara normal dan
lengkap. Hosseini (2019) dalam
Rehabilitasi yang dapat penelitiannya menunjukkan bahwa
diberikan pada pasien stroke yang didapatkan latihan ROM
mengalami kontraktur berupa meningkatkan fungsi motorik
rehabilitasi fisik. Kegiatan antara bulan pertama dan ketiga di
rehabilitasi fisik salah satunya kedua ekstremitas atas dan bawah.
adalah mobilisasi. Bentuk Young (2014) juga menunjukkan
mobilisasi yang dapat diberikan bahwa kelompok terapi latihan
pada pasien stroke salah satunya peregangan dan stabilisasi sendi
adalah latihan ROM. Latihan selama 8 minggu menunjukkan
ROM merupakan bentuk latihan peningkatan fungsi bahu dan
pergerakan yang dilakukan dengan penurunan ketebalan patologis
menggerakkan semua bagian tendon.
persendian dengan rentang penuh Potter & Perry (2010)
tanpa menimbulkan rasa nyeri menambahkan bahwa melakukan
pada persendian (Surahma, 2010). mobilisasi persendian dengan
Peningkatan rata-rata nilai latihan ROM dapat mencegah
post test pada kelompok intervensi berbagai komplikasi seperti nyeri
dalam penelitian ini dikarenakan karena tekanan, kontraktur,
responden telah menerima latihan tromboplebitis, dekubitus sehingga
ROM yang meningkatkan nilai mobilisasi dini penting dilakukan
kekuatan otot. Pemberian terapi secara rutin dan kontinyu. Selain
kombinasi ROM dan stretching itu, memberikan latihan ROM
exercise pada kelompok intervensi secara dini dapat meningkatkan
menunjukkan hasil yang bermakna kekuatan otot (Potter & Perry,
dibandingkan kelompok kontrol 2010).
yang tidak tidak diberi terapi Dampak penyakit stroke
kombinasi ROM dan stretching menyebabkan pasien mengalami
exercise. keterbatasan dalam aktifitas
Menurut Surahma (2010), sehari-harinya karena terjadi
latihan ROM bermanfaat untuk penurunan kekuatan otot. Teori
meningkatkan dan perawatan diri Orem dapat
mempertahankan pergerakan pada diterapkan untuk berbagai pasien
persendian, mencegah kontraktur muskuloskeletal, terutama pada
sendi dan atropi otot, mempelancar pasien stroke dengan gangguan
aliran darah, mencegah sistem muskuloskeletal. Pasien
pembentukan trombus dan dengan gangguan muskuloskeletal
embolus, mempertahankan dan akan mengalami proses yang
meningkatkan kekuatan otot serta panjang dalam penyembuhannya,
membantu pasien mencapai sehingga aktifitas sehari-hari
aktivitas normal. pasien stroke mengalami
keterbatasan. Peran perawat dalam
penerapan Orem teori perawatan kontraktur otot berdasarkan
diri adalah untuk membantu pengukuran dengan skala ashworth
meningkatkan kemampuan pasien modifikasi pada tabel 4.3 sebesar
untuk mandiri yang akan 3,60, lebih tinggi dibandingkan
meningkatkan kualitas hidup dengan nilai mean kontraktur otot
pasien (Budiono, 2016). Terapi pada kelompok kontrol sebesar
rehabilitasi yang dapat diberikan 2,30.
pada pasien stroke adalah Kelemahan pada satu sisi
kombinasi latihan ROM dan anggota tubuh penderita stroke
Stretching Exercise. atau yang biasa disebut
Berdasarkan hasil penelitian Hemiparese mengakibatkan
dapat disimpulkan bahwa penurunan tonus otot sehingga
pemberian terapi kombinasi ROM tidak mampu menggerakkan
dan stretching exercise efektif tubuhnya (imobilisasi). Imobilisasi
dalam meningkatkan kekuatan otot yang tidak diberikan penanganan
pada pasien stroke. Pasien stroke dalam waktu yang lama akan
diharapkan dapat meningkatkan menimbulkan komplikasi, salah
kemampuannya dalam melakukan satunya adalah kontraktur.
kombinasi ROM dan stretching Kontraktur menyebabkan
exercise secara mandiri. terjadinya gangguan fungsional,
Hendaknya perawat dapat gangguan mobilisasi dan gangguan
memberikan motivasi pada pasien aktivitas kehidupan sehari-hari
stroke untuk melakukan latihan (Surahma, 2012).
ROM dan stretching exercise Pasien stroke harus
secara berkesinambungan. dimobilisasi sedini mungkin ketika
2. Kontraktur Otot kondisi klinis, neurologis dan
Berdasarkan tabel 6 hemodinamik pasien telah stabil.
menunjukkan bahwa nilai ρ value Mobilisasi dilakukan secara teratur
< α (0,05), dengan demikian dan terus menerus untuk
menunjukkan bahwa ada pengaruh mencegah komplikasi dari stroke,
pada nilai kontraktur antara terutama kontraktur. Mobilisasi
kelompok intervensi dan pada pasien dengan tujuan stroke
kelompok kontrol. Hal ini mempertahankan rentang gerak
menunjukkan bahwa ada untuk meningkatkan fungsi
perbedaan nilai rata-rata kontraktir pernafasan, sirkulasi darah,
antara kelompok intervensi yang mencegah komplikasi dan kegiatan
diberikan terapi kombinasi ROM memaksimalkan perawatan diri
dan stretching exercise dengan (Murtaqib, 2013).
kelompok kontrol yang tidak Mobilisasi pada pasien
diberikan terapi kombinasi ROM stroke dapat dilakukan dengan
dan stretching exercise. terapi kombinasi ROM dan
Nilai rata-rata post test stretching exercise. Seseorang
yang melakukan latihan terus Anita (2018) dalam
menerus, maka perubahan penelitiannya mengemukakan
fisiologis akan terjadi dalam bahwa pemberian latihan ROM
sistem tubuh seperti menurunkan selama 2 minggu dengan 8 kali
tekanan darah, meningkatkan otot, pengulangan dan dilakukan 2 kali
meningkatkan mobilisasi sendi dan sehari dapat mempengaruhi luas
massa peningkatan otot. derajat rentang gerak sendi
Perubahan fisiologis yang ekstremitas atas. Latihan ROM
dibutuhkan oleh pasien stroke dilakukan pada pagi hari pada
untuk mencegah stroke dan pukul 09.00 dan sore hari pada
mengurangi kontraktur pada otot pukul 15.00. Hal ini didukung oleh
(Murtaqib, 2013). penelitian yang dilakukan oleh
Menurut Murtaqib (2013), Lewis (2007) dalam Anita (2018)
ROM dan stretching exercise yang mengemukakan bahwa
berguna untuk menentukan nilai sebaiknya latihan ROM pada
dari kemampuan tulang sendi dan penderita stroke dilakukan 2 kali
otot dalam melakukan gerakan, dalam sehari untuk mencegah
memeriksa tulang dan sendi, otot, komplikasi. Semakin dini proses
mencegah kekakuan sendi dan rehabilitasi dimulai, maka
meningkatkan sirkulasi darah. kemungkinan penderita
Manfaat berbagai gerakan, salah mengalami defisit kemampuan
satunya dapat meningkatkan bergerak akan semakin kecil.
sirkulasi darah yang membawa Keadaan pasien pasca stroke akan
nutrisi ke sel, terutama sel-sel otot membaik dengan penyembuhan
yang berguna untuk melakukan spontan, belajar dan latihan.
aktifitasnya yaitu kontraksi dan Kombinasi latihan ROM dan
relaksasi yang dapat Stretching Exercise merupakan
meminimalkan terjadinya salah satu bentuk latihan dalam
kontraktur. proses rehabilitasi pada pasien
Penurunan rata-rata nilai stroke yang cukup efektif untuk
post test pada kelompok intervensi mecegah terjadinya kontraktur
dalam penelitian ini dikarenakan otot. Hal ini berkaitan dengan teori
responden telah menerima latihan Orem yaitu model self care,
ROM yang menurunkan nilai dimana fokus utama teori ini
kontraktur. Pemberian terapi menitikberatkan pada kemandirian
kombinasi ROM dan stretching individu dalam melakukan
exercise pada kelompok intervensi perawatan diri. Intervensi
menunjukkan hasil yang bermakna rehabilitasi kombinasi latihan
dibandingkan kelompok kontrol ROM dan Stretching Exercise
yang tidak tidak diberi terapi dilakukan untuk memaksimalkan
kombinasi ROM dan stretching penyembuhan fisik pada pasien
exercise. stroke, dimana tujuan yang ingin
dicapai adalah kemandirian kombinasi latihan ROM dan
personal dalam melakukan activity stretching exercise dalam
daily living (ADL) (Budiono, meningkatkan kekuatan otot
2016). dan menurunkan kontraktur
Berdasarkan hasil penelitian dalam waktu yang lebih lama
dapat disimpulkan bahwa serta dibandingkan dengan
pemberian terapi kombinasi ROM beberapa faktor yang dapat
dan stretching exercise efektif mempengaruhi.
dalam menurunkan kontraktur otot b. Bagi Perawat
pada pasien stroke. Pasien stroke Diharapkan hasil
diharapkan dapat menyelesaikan penelitian ini dijadikan
penyembuhan fisiknya, sehingga masukan dan informasi bagi
dapat melakukan aktifitas sehari- perawat mengenai efektifitas
hari secara mandiri. Hendaknya kombinasi latihan Range of
perawat dapat memberikan Motion (ROM) dan Stretching
konseling mengenai manfaat Exercise terhadap kekuatan
latihan ROM dan stretching dan kontraktur otot pada
exercise pada pasien stroke. pasien stroke. Hendaknya
perawat dapat memberikan
SIMPULAN edukasi bagi pasien stroke
Berdasarkan hasil penelitian yang mengenai latihan Range of
telah dilakukan pada pasien stroke Motion (ROM) dan Stretching
di RS Universitas Muhammadiyah Exercise.
Cirebon, maka dapat disusun
kesimpulan sebagai berikut: DAFTAR PUSTAKA
1. Terapi kombinasi range of Anita, F. 2018. Pengaruh Latihan
motion (ROM) dan stretching Range of Motion Terhadap
exercise dapat meningkatkan Rentang Gerak Sendi
kekuatan otot pada pasien Ekstremitas Atas Pada
stroke iskemik. Pasien Pasca Stroke di
2. Terapi kombinasi range of Makassar. Journal of
motion (ROM) dan stretching Islamic. Nursing; Volume
exercise dapat menurunkan 3 Nomor 1, Juli 2018.
kontraktur otot pada pasien Budiono, 2016. Konsep Dasar
stroke iskemik. Keperawatan. Edisi 1
Cetakan 1. Jakarta:
SARAN BPPSDMK Kemenkes RI.
a. Bagi RS Universitas Chaidir, R. 2014. Pengaruh
Muhammadiyah Cirebon Latihan Range of Motion
Perlu dilakukan penelitian Pada Ekstremitas Atas
lebih lanjut untuk mengetahui Dengan Bola Karet
efek maksimal dari terapi Terhadap Kekuatan Otot
Pasien Stroke Non Potter & Perry. 2010. Buku Ajar
Hemoragi di Ruang Rawat Fundamental Keperawatan
Stroke RSSN Bukittinggi Konsep, Proses dan
Tahun 2012. STIKes Praktik. Edisi 4, Volume 2.
YARSI Sumbar Jakarta: EGC.
Bukitinggi. Ramba, Y. 2018. Pengaruh
Hosseini, Z.S. 2019. The Effect of Bridging Exercise
Early Passive Range of Terhadap Spastisitas Pada
Motion Exercise on Motor Pasien Pasca Stroke Non
Function of People with Hemoragik di Makassar.
Stroke: a Randomized Jurnal Media Fisioterapi
Controlled Trial. Journal of Politeknik Kesehatan
Caring Sciences 2019; 8 Makassar.
(1): 39-44. Sahmad. 2016. Pengaruh
Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama Pemberian Range of
Riskesdas 2018. Jakarta: Motion (ROM) Pasif
Kementerian Kesehatan Terhadap Fleksibilitas
Badan Penelitian dan Sendi Pada Lansia di Panti
Pengembangan Kesehatan. Sosial Tresna Werda
Kemenkes RI. 2019. Stroke. Minaula Kendari. Jurnal
Direktorat P2PTM. Jakarta: Poltekkes Kemenkes
Direktorat Pencegahan dan Kendari. Volume 2 No 2.
Pengendalian Penyakit Sudarsini. 2017. Fisioterapi. Edisi
Tidak Menular Ditjen 1 Cetakan ke-1. Malang:
Pencegahan dan Gunung Samudera.
Pengendalian Penyakit Surahma. 2010. Pengaruh Latihan
Kementerian Kesehatan RI. Range of Motion (ROM)
Kwah, L.K. 2012. Half of the Terhadap Peningkatan
Adults who Present to Rentang Gerak Sendi Siku
Hospital with Stroke Pada Pasien Stroke Di
Develop at Least One Desa Andongsari
Contracture Within Six Kecamatan Ambulu
Months: an Observational Kabupaten Jember. Jurnal
Study. Universitas Negeri Jember.
Murtaqib. 2013. Pengaruh Latihan Tseng, C.N. 2007. Effects of a
Range of Motion (ROM) Range-of-Motion Exercise
Aktif Terhadap Perubahan Programme. Jurnal Wiley
Rentang Gerak Sendi Pada Online Library.
Penderita Stroke di WHO (World Health
Kecamatan Tanggul Organization). 2019. The
Kabupaten Jember. Atlas of Heart Disease and
Universitas Negeri Jember.
Stroke: Global Burden of
Stroke.
Winstein, C.J. Guidelines for Adult
Stroke Rehabilitation and
Recovery A Guideline for
Healthcare Professionals
from the American Heart
Association/American
Stroke Association. Jurnal
American Heart
Association/American
Stroke Association..
Young, Y.Y. 2014. The Effects of
Stretching and
Stabilization Exercise on
the Improvement of Spastic
Shoulder Function in
Hemiplegic Patients. Jurnal
Physical Therapy Science.

Anda mungkin juga menyukai