II Tahun 2020 |
74 – 78
Journal of Health Science
(Jurnal Ilmu Kesehatan) 2356-5284 (Print) |2356-5543 (online)
1
tsabitha.afwani@gmail.com, 2widy.dianing@gmail.com*,3zulfatunnadhifah209@gmail.com
* corresponding author
75 | Journal Of Health
Science
terjadinya sumbatan pembuluh darah
pergerakan sendi baik pasif ataupun aktif
diotak atau terjadi karena pecahnya
karena mengalami keterbatasan pada
pembuluh darah yang ada di otak sehingga
sendi yang dapat menyebabkan berbagai
terjadi penurunan atau kekurangan suplai
masalah diantaranya keterbatasan dalam
oksigen ke otak yang menyebabkan
rentang gerak sendi, hilangnya fungsi pada
kematian pada sel-sel yang ada disaraf
anggota gerak, gangguan melakukan
(neuron) (Rahayu, 2015). Menurut data
perpindahan sesuai kemampuan anggota
yang dikeluarkan WHO (World Health
gerak, gangguan melakukan aktivitas
Organization) 2016 secara keseluruhan
sampai pada kasus kecacatan yang tidak
bahwa stroke menduduki urutan kedua
dapat disembuhkan (Santoso, Bartiah,
penyebab dari kematian, dan penyebab
Khafidlotur, Permadhi, & Argaditama,
yang paling umum keenam yang dapat
2014)
menimbulkan kecacatan (Pongantung, Fleksibilitas sendi dapat didefinisikan
JMJ, & Melchi, 2018) .Prevalensi angka sebagai kemampuan untuk bergerak bebas
kejadian stroke pada tahun 2013 di dan efektif tanpa rasa sakit antar sendi
Indonesia berdasarkan umur ≥ 15 tahun dan tulang yang memungkinkan
sebanyak 7%. Sedangkan Prevalensi angka pergerakan maupun yang tidak bergerak
kejadian stroke pada tahun 2018 satu sama lain (Asikin, 2016). Oleh sebab
berdasarkan sebanyak 10,9% (Kemenkes, itu penanganan stroke membutuhkan
2018). tehnik dalam merehabilitasi dengan tujuan
Prevalensi angka kejadian stroke
untuk mengurangi kecacatan, tindakan
khusunya di Provinsi Jawa Tengah sesuai
yang tepat agar dapat menjalani aktivitas
data dari DINKES pada tahun 2017 bahwa
secara normal yaitu dengan melakukan
jumlah stroke hemoragik (SH) sebanyak
rehabilitasi. Rehabilitasi harus dimulai
35,3% dan stroke non hemoragik (SNH)
sedini mungkin secara cepat dan tepat
sebanyak 64,7%. Sedangkan jumlah kasus
waktu sehingga dapat membantu
stroke hemoragik (SH) pada tahun 2017
mengembalikan fungsi fisik yang lebih
terbanyak di Kab. Sukoharjo sebesar 14,9%
cepat dan optimal. Rehabilitasi juga dapat
kasus, disusul Kab. Brebes sebesar 11%
menghindari terjadinya kelemahan otot
kasus, sedangkan untuk urutan ketiga
apabila tidak dilakukan latihan atau terapi
terdapat di Kota Surakarta yaitu sebesar
setelah pasien mengalami stroke (Olviani,
9% kasus. Jumlah kasus stroke non
hemoragik (SNH) pada tahun 2017 Mahdalena, & Rahmawati, 2017)
Rehabilitasi non farmakologis dalam
terbanyak di Kab. Brebes sebesar 16,4%
memobilisasi persendian selain ROM juga
kasus, urutan kedua terdapat di Kab.
dapat diberikan dengan cara terapi tali
Klaten sebesar 15,7% kasus dan untuk
temali. Terapi tali temali adalah konsep
urutan ketiga terdapat di Kab. Kebumen
kegiatan yang bias dilakukan dengan cara
sebesar 8,2% kasus (Dinkes, 2015).
bermain, yang sesuai prinsip
Gangguan system syaraf yang terjadi pengembangan motorik halus yaitu dengan
pada penderita stroke dapat menimbulkan menggunakan. gerakan aktif untuk melatih
gejala-gejala yang khusus seperti: fleksibilitas terhadap sendi (Lestari, 2017).
kelumpuhan anggota badan, gangguan Pada dasarnya tujuan dari dilakukannya
ketika bicara termasuk pelo, terjadi mobilitas sendi untuk, meningkatnya
ketidak seimbangan, perubahan kinerja otot,dan memperluas ruang gerak
kesadaran, bahkan sampai mengalami pada sendi dan untuk mengurangi kejadian
gangguan penglihatan (Bakara & Warsito, cedera serta untuk merangsang nutrisi
2016). Gangguan yang sering dirasakan pada kartilago (Mujib & Suprayitno, 2016)
oleh pasien stroke adalah gangguan
Latihan tali temali merupakan bentuk
ektremitas baik atas maupun bawah
latihan untuk meningkatkan pergerakan
sehingga akan mengalami kesulitan saat
otot dan kelenturan sendi dan jaringan
beraktifitas hal itu terjadi karena
yang ada disekitar sendi karena dengan
mengalami gangguan otot dan
menggerakan sendi dapat melancarkan
keseimbangan gerak. Penderita stroke
peredaran dalam darah. Terapi tali temali
yang terlambat dalam menangani
ini bisa dikatan aman karena tidak
penderita atau tidak segera mendapatkan
menimbulkan efek samping, tali temali ini
pertolongan yang tepat maka akan
merupakan latihan dasar untuk
mengakibatkan terjadinya komplikasi yang
mempertahankan, memperbaiki, dan
lebik komplek, salah satunya adalah
kontraktur. Hilang / kurangnya lingkup
M. Jamaluddin, dkk | Peningkatan Fleksibilitas Sendi pada......