Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH TERAPI MENGGENGGAM BOLA KARET TERHADAP PENINGK-

ATAN KEKUATAN OTOT EKSTERMITAS ATAS ADA LANSIA DENGAN


STROKE DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS IBRAHIM ADJI
KOTA BANDUNG TAHUN 2019

Novi Andriani1, Lia Nurlianawati, S.Kep., Ners., M.Kep2,


Agus Mi’raj D., S.Pd.,S.Kep.,Ners., M.Kes3

Universitas Bhakti Kencana Bandung


Email : Noviandrianireal@gmail.com

ABSTRAK

Menurut World Health Organisation (WHO) lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Diseluruh bagian dunia, sthroke merupakan penyakit yang
terutama mengenai populasi usia lanjut. Insiden pada usia 75-84 tahun sekitar 10 kali dari
populasi 55-64 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terapi menggenggam bola karet
berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot ekstermitas atas pada lansia dengan stroke di
wilayah kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adji tahun 2019.
penelitian ini menggunakan metode pra-eksperimental (one group pra-post test
design). Instrumen penelitian ini menggunakan alat handgryp dynamometer. Populasi dalam
penelitian ini adalah sejumlah 38 orang Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu
nonrandom sampling (purposive sampling) yaitu berjumlah 14 orang.
Dari hasil analisa didapatkan nilai rata-rata pre-test -10,2714 dan nilai rata-rata post
test -15,4929. Kemudian dianalisis menggunakan rumus p value 0.000 <0,05 yang artinya H0
ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut berarti terdapat pengaruh latihan menggenggam bola karet
terhadap peningkatan kekuatan otot ekstermitas atas pada lansia dengan stroke.
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan bagi perawat UPT Puskesmas Ibrahim Adji
penelitian ini dapat diterapkan sebagai salah satu terapi bagi pasien stroke yang mengalami
kelemahan ekstermitas atas.

Kata kunci : Lansia, Stroke, Terapi Menggenggam Bola Karet


Daftar Pustaka : 15 Buku : (2007-2018)
9 Jurnal : (2011-2018)
1 Website : (2018)
ABSTRACK

According to the World Health Organization (WHO), an elderly person is someone


who has entered the age of 60 years and over. In all parts of the world, sthroke is a disease that
mainly affects the elderly population. The incidence at the age of 75-84 years is about 10 times
of the population 55-64 years.
This study aims to determine whether the therapy of holding a rubber ball has an
effect on increasing the strength of the upper extremity muscle in the elderly with stroke in the
work area of UPT Puskesmas Ibrahim Adji in 2019.
This study uses a pre-experimental method (one group pre-post test design). This
research instrument uses a dynamometer handgryp tool. The population in this study were 38
people. The sampling technique used was nonrandom sampling (purposive sampling),
amounting to 14 people.
From the results of the analysis obtained the average value of pre-test -10.2714
and the average value of post-test -15.4929. Then analyzed using the formula p value 0,000
<0.05 which means that H0 is rejected and H1 is accepted. This means that there is an influence
of rubber ball grasping exercises on increasing the strength of the upper extremity muscles in
the elderly with stroke.
Based on the results of the study, it is expected that for nurses at UPT Puskesmas
Ibrahim Adji, this study can be applied as a therapy for stroke patients who experience
weakness of the upper extremity.

Keywords : elderly, stroke, therapy of gripping a rubber ball


Bibliography : 15 books (2007-2018)
9 journals (2011-2018)
Keywords : Elderly, Stroke, Therapy Of Gripping a Rubber Ball

Bibliography : 15 Books : (2007-2018) kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan


9 Jurnal : (2011-2018)
fungsional berat yang berdampak terhadap
1 Website : (2018)
penurunan tingkat produktivitas serta dapat
PENDAHULUAN
mengakibatka terganggunya sosial ekonomi
Menurut World Health Organisation keluarga (Yastroki, 2009).
(WHO) lansia adalah seseorang yang telah
Menurut Riskesdas tahun 2018,
memasuki usia 60 tahun keatas. Diseluruh
prevelensi penyakit tidak menular
bagian dunia, sthroke merupakan penyakit yang
mengalami kenaikan jika dibandingkan
terutama mengenai populasi usia lanjut. Insidens
dengan riskesdas 2013, antara lain kanker,
pada usia 75-84 tahun sekitar 10 kali dari
stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes
populasi 55-64 tahun. Di Indonesia, stroke
melitus, dan hipertensi. Prevelensi stroke
merupakan penyebab kematian utama (kusuma
naik dari 7 permil menjadi 10,9 permil.
et al., 2009). Terdapat kurang lebih 500.000
Kenaikan prevelensi penyakit tidak menular
penduduk indonesia yang menderita stroke saat
ini berhubungan dengan pola hidup, antara
ini, dari jumlah tersebut sepertiganya bisa pulih
lain merokok, konsumsi minuman ekstremitas atas dimana nilai mean rank
beralkohol, aktivitas fisik. spherical grip lebih tinggi dari pada
cylindrical grip. Dari kesimpulan penelitian
Dampak dari serangan stroke beragam
yang dilakukan oleh Lutvia Mardati (2014),
antara pasien satu dengan pasien yang
didapatkan hasil lebih efektif menggunakan
lainnya. Dampak stroke tergantung dari
spherical grip (menggunakan bola) daripada
bagian otak yang mengalami kerusakan. Ada
cylindrical grip (menggunakan gulungan
serangan stroke yang menyebabkan
tissue) dalam meningkatkan kekuatan otot.
kerusakan otak yang luas, namun terjadi pada
area otak yang tidak vital sehingga Berdasarkan data hasil studi
menimbulkan dampak yang tidak berat. Jika pendahuluan pada tanggal 25 Maret 2019 di
serangan stroke terjadi pada bagian otak Wilayah Kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adji
yang berperan penting seperti batang otak Kota Bandung, Pada tahun 2017 jumlah
yang mengatur pernafasan, maka dapat kunjungan stroke sebanyak 141 orang dan
menimbulkan dampak yang berat. Oleh angka ini meningkat di tahun 2018, kasus
karena itu, perlu dilakukan suatu upaya stroke termasuk ke dalam kategori penyakit
rehabilitasi untuk memulihkan kondisi yang cukup tinggi dengan jumlah kunjungan
pasien pasca stroke. Latihan menggenggam pasien stroke pada tahun 2018 sebanyak 200
bola merupakan bentuk latihan gerak aktif orang. Pada tahun 2019 di bulan Januari
asitif yang dihasilkan dari kontraksi otot sebanyak 11 orang, February 10, dan di bulan
sendiri dengan di bantu gaya dari luar seperti Maret sebanyak 17 orang, jika di jumlahkan
terapis, dan alat mekanis (tegar, 2011). jumlah kunjungan pasien stroke dari bulan
Tujuan dari latihan ini adalah untuk januari hingga Maret 2019 sebanyak 38
mempertahankan fungsi tubuh dan orang.
mencegah adanya suatu konplikasi akibat
Berdasarkan hasil wawancara peneliti
kelemahan pada ekstermitas atas (Chaidar
saat studi pendahuluan terhadap 10 orang
Reny, 2014).
pasien stroke gejala awal mengalami
Peningkatan kekuatan menggenggam kelemahan, 4 diantaranya sudah terjadi
telah dibuktikan oleh penelitian yang kekakuan otot ekstermitas atas, dikarenakan
dilakukan oleh Lutvia Mardati (2014) tidak adanya aktivitas fisik yang dilakukan
perbedaan range of motion spherical grip dan sehingga ekstermitas atas tidak terlatih dan 8
cylindrical grip terhadap kekuatan otot diantaranya sering melakukan terapi berjalan
ekstremitas atas pada pasien stroke kaki pada pagi hari untuk menurunkan
menunjukkan bahwa spherical grip lebih kekakuan otot pada ekstermitas bawah
baik dalam meningkatkan kekuatan otot sehingga tidak terjadi kekakuan otot pada
ekstermitas bawah. Diharapkan dengan maret yaitu berjumlah 38 orang. Teknik
adanya latihan gerak pada ekstermitas atas pengambilan sampel yang digunakan yaitu
dapat menjadi solusi dan membantu dalam nonrandom sampling (purposive sampling)
pemulihan pasien untuk melatih kekuatan yang artinya dalam proses pengambilan sample
otot ekstermitas atas yang mengalami didasarkan pada pertimbangan tertentu yang
kelemahan sehingga dapat mencegah dibuat oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010).
terjadinya kehilangan fungsi motorik dan Instrumen dalam penelitian ini
kecacatan yang dapat dilakukan setiap menggunakan alat handgryp dynamometer yang
harinya di rumah dan bisa dibantu oleh telah dikalibrasi di PT Instrumentasi Gaya
keluarga karena dengan cara yang tidak sulit Numerik pada tanggal 27 Mei 2019.
dan alat yang mudah untuk didapatkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN Analisa Univariat
Penelitian ini menggunakan pendekatan 1. Kekuatan Otot Ekstermitas Atas Sebelum
penelitian kuantitatif, dengan menggunakan Dilakukan Terapi Menggenggam Bola
Karet Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
metode eksperimental. Penelitian eksperimental
Ibrahim Adji Kota Bandung
adalah suatu rancangan penelitian yang
Tabel 4.1
digunakan untuk mencari hubungan sebab Kekuatan otot ekstermitas atas sebelum
akibat dengan adanya keterlibatan penelitian dilakukan terapi
Jenis F Usia Pre_test Valid Cumulative
dalam melakukan manipulasi terhadap variabel kelamin Persent percent
Laki-laki 3 60-64 9,4 7,1 7,1
bebas. Rancangan dalam penelitian ini 11,5 7,1 14,3
8,2 7,1 21,4
menggunakan pra-eksperimental (one-group Perempuan 3 15,3 7,1 28,6
7,1 7,1 35,7
pra-post test design) yaitu mengungkapkan 6,2 7,1 42,9
Laki-laki 3 65-69 18,4 7,1 50,0
hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan 17,4 7.1 57,1
5,3 7,1 64,3
satu kelompok subjek. Kelompok subjek Perempuan 3 3,4 7,1 71,4
diobservasi sebelum dilakukannya intervensi, 10,1 7,1 78,6
10,9 7,1 85,7
kemudian diobservasi lagi setelah intervensi Laki-laki 1 70 9,2 7,1 92,9
Perempuan 1 11,4 7,1 100
(Nursalam: 2008) Mean -10,2714
Min-max 3-18
(kg)
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Total 14 100
Variabel bebas (latihan menggenggam bola
2. Kekuatan Otot Ekstermitas Atas Setelah
karet) Variabel terikat (peningkatan kekuatan
Dilakukan Terapi Menggenggam Bola
otot ekstermitas atas). Jumlah populasi dalam Karet Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
penelitian ini adalah seluruh lansia yang Ibrahim Adji Kota Bandung
menderita stroke yang datang ke UPT
Puskesmas Ibrahim Adji Kota Bandung tahun
2019 dihitung dari bulan januari sampai dengan
Tabel 4.2 Berdasarkan tabel 4.1 hasil
Kekuatan otot ekstermitas atas pada kekuatan otot sebelum dilakukan terapi
lansia setelah dilakukan terapi menggenggam bola karet di wilayah kerja
Jenis kelamin F Usia Pos-test Valid Cumulative UPT Puskesmas Ibrahim Adji, nilai rata-rata
persent Persent
Laki-laki 3 60-64 13,3 7,1 7,1
kekuatan otot pre-test sebelum dilakukan
19,8 7,1 14,3 terapi dengan nilai kekuatan otot minimum
12,9 7,1 21,4
Perempuan 3 19,6 7,1 28,6
(terendah) 3 kg dan nilai kekuatan otot
14,1 7,1 35,7 maksimum (tertinggi) 18 kg. Pada kekuatan
8,1 7,1 42,9
Laki-laki 3 65-69 25,8 7,1 50,0
otot lansia dengan jenis kelamin laki-laki
28,3 7,1 57,1 usia 60-64 tahun dengan kekuatan otot
6,6 7,1 64,3
Perempuan 3 15,6 7,1 71,4
minimum 8 kg dan maksimum 11 kg,
13 7,1 78,6 dengan presentase 21,4% atau 3 responden.
12,8 7,1 85,7
Laki-laki 1 70 15,2 7,1 92,9
Kekuatan otot pada lansia dengan jenis
Perempuan 1 11,8 7,1 100 kelamin perempuan usia 60-64 tahun
Mean -15,4929
Min-max (kg) 6-28
dengan kekuatan otot minimum 6 kg dan
Total 14 100 maksimum 15 kg, dengan persentase 21,4%
atau 3 responden. Kekuatan otot pada lansia
Analisa Bivariat
dengan jenis kelamin laki-laki usia 65-69
1. Pengaruh Latihan Menggenggam Bola tahun dengan kekuatan otot minimum 5 kg
Karet Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot
dan maxsimum 18 kg, dengan persentase
Ekstermitas Atas Pada Lansia yang
Mengalami Stroke Sebelum dan Setelah 21,4% atau 3 responden. kekuatan otot pada
Diberiakan Terapi. lansia dengan jenis kelamin perempuan usia
Tabel 4.3 65-69 tahun dengan kekuatan otot minimum
Pengaruh Latihan Menggenggam Bola
Karet Terhadap Peningkatan Kekuatan 3 kg dan maxsimum 11 kg, dengan
Otot Ekstermitas Atas Pada Lansia persentase 21,4% atau 3 responden.
kekuatan otot pada lansia dengan jenis
Tindakan Mean Mean Std.deviation P
terapi Rank (value) kelamin laki-laki usia 70 tahun dengan
Pre-test -10,2714 kekuatan otot 9,2 kg, dengan persentase
Post-test -15,4929 -5,22145 4,59562 ,000
7,1% atau 1 responden. kekuatan otot pada

PEMBAHASAN lansia dengan jenis kelamin perempuan usia


1. Gambaran Kekuatan Otot Sebelum 70 tahun dengan kekuatan otot 11 kg,
Dilakukan Terapi Menggenggam Bola dengan persentase 7,1% atau 1 responden
Karet Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Ibrahim Adji Penelitian ini menunjukkan bahwa
dari hasil pre-test sebelum dilakukan terapi
menggenggam bola tidak ada aktivitas fisik (rileks) berarti kekuatan otot tersebut
yang dilakukan terhadap ekstermitas atas pada saat bekerja semakin besar, umur,
sehingga ekstermitas atas mengalami sampai usia pubertas kecepatan
kelemahan, kelemahan tersebut terjadi perkembangan kekuatan otot pria sama
karna otot-otot yang tidak dirangsang dengan wanita, baik pria maupun wanita
mengalami atrofi. Ekstermitas atas mencapai puncak pada usia kurang 25
merupakan salah satu bagian dari tubuh tahun, kemudian menurun 65%-70%
yang penting untuk dilakukan ROM. Hal ini pada usia 65 tahun, jenis kelamin juga
dikarenakan ekstermitas atas fungsinya dapat menentukan baik dan tidaknya
sangat penting dalam melakukan aktivitas kekuatan otot, perbedaan kekuatan otot
sehari-hari dan merupakan bagian paling pada pria dan wanita (rata-rata kekuatan
aktif, maka lesi pada bagian otak yang wanita 2/3 dari pria) disebabkan karena
mengakibatkan kelemahan ekstermitas akan ada perbedaan otot dalam tubuh pada
sangat menghambat dan mengganggu pria dan wanita.
kemampuan dan aktivitas sehari-hari
Menurut Saryono (2011)
seseorang. Gerak pada tangan dapat
Kelemahan terjadi akibat otot tidak
distimulus dengan latihan fungsi
dirangsang, sel akan mengecil (atrofi)
menggenggam
dan mati, bahkan kadang-kadang diganti
Faktor-faktor yang mempengaruhi
dengan jaringan konektif yang
kekuatan otot tidak meningkat karena
irreversible ketika rusak. Gunakanlah
baik tidaknya kekuatan otot seseorang
otot atau otot akan kehilangan fungsinya
dipengaruhi oleh beberapa faktor
kalau tidak digunakan, masalah akan
penentu, yaitu: besar kecilnya potongan
timbul bagi pasien yang menetap tanpa
melintang otot (potong morfologis yang
aktifitas (bedrest), dan immobilisasi
tergantung dari proses hipertrofi otot),
anggota tubuh. Untuk mencapai
Jumlah fibril otot yang turut bekerja
peningkatan kekuatan otot dengan baik,
dalam melawan beban, semakin banyak
maka diperlukan pelatihan yang disusun
fibril otot yang bekerja berarti kekuatan
dan dilaksanakan dengan program
akan bertambah besar, tergantung besar
pelatihan yang tepat
kecilnya rangka tubuh, semakin besar
2. Gambaran Kekuatan Otot Setelah
skelet semakin besar kekuatan otot,
Dilakukan Terapi Menggenggam Bola
kekuatan zat kimia dalam otot (glikogen, Karet Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
ATP), keadaan tonus otot pada saat Ibrahim Adji
istirahat, tonus otot makin rendah
Berdasarkan tabel 4.2 setelah Semua responden yang berjumlah
dilakukan terapi menggenggam bola 14 orang ada peningkatan nilai kekuatan
karet kekuatan otot ekstermitas atas pada otot setelah dilakukan post_test (setelah
lansia yang mengalami stroke di wilayah diberikan terapi menggenggam bola
kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adji karet) dilihat dari hasil observasi dalam
Kekuatan otot pada lansia dengan jenis lembar catatan setelah dilakukan
kelamin perempuan usia 60-64 tahun pengukuran kekuatan otot menggunakan
nilai kekuatan otot minimum 8 kg dan alat handgryp dynamometer. Seluruh

maxsimum 20 kg, dengan persentase responden yang berjumlah 14 orang nilai

21,4% atau 3 responden. Kekuatan otot pos_test mengalami peningkatan,

pada lansia dengan jenis kelamin laki- peningkatan kekuatan otot pada lansia

laki usia 65-69 tahun nilai kekuatan otot yang mengalami stroke ada yang
mengalami peningkatan yang tinggi dari
minimum 6 kg dan maxsimum 28 kg
nilai kekuatan otot sebelum dilakukan
dengan persentase 21,4% atau 3
terapi sebesar 3,4 dan setelah dilakukan
responden. Kekuatan otot pada lansia
terapi menjadi 15,6. Menurut peneliti hal
dengan jenis kelamin perempuan usia
ini terjadi karena pada saat setelah
65-69 tahun nilai kekuatan otot
penelitian responden tersebut selalu
minimum 13 kg dan maxsimum 16 kg,
melakukan terapi kembali di rumahnya
dengan persentase 21,4% atau 3
sehingga memungkinkan banyak
responden. Kekuatan otot pada lansia
aktivitas fisik yang dilakukan sehingga
dengan jenis kelamin laki-laki usia 70
dapat meningkatkan kekuatan otot.
tahun nilai kekuatan otot 15,2 kg, dengan
Berdasarkan hasil telaah peneliti terapi
persentase 7,1 atau 1 responden.
menggenggam bola karet merupakan
Kekuatan otot pada lansia dengan jenis
bentuk latihan gerak aktif asitif yang
kelamin perempuan usia 70 tahun nilai
dihasilkan oleh otot itu sendiri, latihan
kekuatan otot 11,8 kg, dengan persentase
menggenggam akan merangsang serat-
7,1% atau 1 responden. Penelitian ini
serat otot untuk berkontraksi dan
menunjukkan adanya peningkatan nilai
menggerakkan otot-otot untuk
rata-rata dan nilai kekuatan otot membantu membangkitkan kembali
minimum dan maksimum pada lansia kendali otak terhadap otot-otot tersebut.
dengan stroke, hal ini disebabkan karena
Hal ini sejalan dengan teori menurut
adanya peningkatan kekuatan otot pada
Sudarsono (2011) Faktor penting yang
ekstermitas atas setelah melakukan
dapat meningkatkan kekuatan otot
terapi menggenggam bola karret
adalah dengan pelatihan secara teratur
akan menimbulkan pembesaran kekuatan motorik pasien stroke non
(hipertrofi) fibril otot. Semakin banyak hemoragik dengan latihan
pelatihan yang dilakukan akan semakin menggenggam bola karet dengan besar
baik pula pembesaran fibril otot itulah sample sebanyak 16 responden, dalam
yang menyebabkan adanya peningkatan penelitian ini dilakukan uji statistik
kekuatan otot. Latihan menggenggam dengan metode analisa uji wilcoxon,
bola merupakan suatu modalitas hasil penelitian menunjukkan bahwa
rangsangan sensorik raba halus dan peningkatan kekuatan motorik pasien
tekanan pada reseptor ujung organ stroke sebelum dan sesudah dilakukan
berkapsul pada ekstermitas atas. Respon intervensi latihan menggenggam bola
akan disampaikan ke korteks sensorik di karet dari hasil uji statisik wilcoxon
otak jalur sensorik melalui badan sel didapatkan nilai p=0,001 maka p<a dan
pada saraf C7-TI secara langsung hal ini menunjukkan H1 diterima, artinya
melalui system limbik. Pengolahan ada peningkatan kekuatan motorik
rangsangan yang ada menimbulkan pasien stroke non hemoragik dengan
respon cepat pada saraf untuk melakukan latihan menggenggam bolakaret.
aksi atas rangsangan tersebut (Angliadi,
Lansia yang mengalami kelemahan
2016).
ekstermitas atas sebelum dilakukan
3. Pengaruh Terapi Menggenggam Bola terapi tidak ada aktivitas fisik yang
Karet Terhadap Peningkatan Kekuatan dilakukan setelah mendapatkan terapi
Otot Ekstermitas Atas Sebelum dan
selama 2 minggu dengan intensitas
Sesudah Terapi Menggenggam Bola
Karet latihan selama 15 menit dalam satu kali

Berdasarkan analisa bivariat Uji T- terapi mulai mengalami peningkatan

Test, pengaruh terapi menggenggam kekuatan otot sebelum dilakukan terapi

bola karet terhadap kekuatan otot menggenggam bola karet di wilayah

sebelum dan sesudah terapi kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adji,

mengenggam bola karet pada lansia yang dengan rata-rata kekuatan otot sebelum

mengalami stroke rata-rata kekuatan otot dilakukan terapi -10,2714, dengan nilai

antara sebelum dan sesudah terapi kekuatan otot terendah 3 kg dan tertinggi

menggenggam bola karet didapatkan 18 kg, dan setelah dilakukan terapi

hasil -5,22143 dengan standar deviasi menggenggam bola karet di wilayah

3,59362. kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adji


setelah dilakukan terapi menggenggam
Hal ini didukung penelitian yang
bola karet rata-rata kekuatan otot setelah
dilakukan oleh Lois (2018) peningkatan
dilakuka terapi -15,4929 dengan
kekuatan otot terendah 6 kg dan tertinggi perbedaan yang nyata antara hasil rata-
28 kg. rata kekuatan otot data pretest dan post
test. Hasil interpretasi bahwa nilai
Penelitian ini juga dapat dilihat
signifikasi <0,05 dapat disimpulkan
bahwa pada pengukuran kekuatan otot
terapi menggenggam bola karet terdapat
menggunakan alat handgryp dynamometer
pengaruh yang signifikan terhadap
pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan
peningkatan kekuatan otot ekstermitas
terapi mengalami peningkatan dari 14
atas pada lansia yang mengalami stroke
responden seluruhnya mengalami
sebelum dan sesudah dilakukan terapi
peningkatan kekuatan otot nilai kekuatan
menggenggam bola karet.
otot tertinggi pada pre_test 18 dan terendah
3, berdasarkan hasil post test nilai kekuatan KESIMPULAN DAN SARAN

otot pada lansia mengalami peningkatan Kesimpulan

dengan nilai skor tertinggi 28 dan terendah Berdasarkan hasil penelitian yang telah

6 kg. dilakukan dan didukung oleh teori-teori yang

Hasil evaluasi didapatkan setelah telah penulis pelajari serta telah disajikan dalam

melakukan terapi selama 2 minggu pembahasan pada BAB-BAB beleumnya, maka


dengan intensitas latiha selama 15 menit dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
lansia mengatakan mulai ada perubahan 1. Kekuatan otot sebelum dilakukan terapi
tidak lagi merasa kaku di pagi hari dan menggenggam bola karet rata-rata
merasa lega karena dari terapi kekuatan otot -10,2714 dengan nilai
menggenggam bola ini jadi semakin tahu terendah 3 kg dan tertinggi 18 kg.
bahwa ekstermitas atas yang mengalami
2. Kekuatan otot setelah dilakukan terapi
kelemahan harus di latih. Sehingga dapat
menggenggam bola karet rata-rata
disimpulkan bahwa tindakan terapi
kekuatan otot -15,4929 dengan nilai
menggenggam bola karet selama 2
terendah 6 dan tertinggi 28 kg.
minggu dengan intensitas latihan 15
menit dapat meningkatkan kekuatan otot 3. Terapi menggenggam bola karet
ekstermitas atas pada lansia yang berpengaruh terhadap peningkatan
mengalami stroke di wilayah kerja UPT kekuatan otot ekstermitas atas pada
Puskesmas Ibrahim Adji Kota Bandung. lansia yang mengalami stroke di wilayah
kerja UPT Puskesmas Ibrahim Adji.
Dari hasil analisis didapatkan nilai
p value sebesar 0,000 yang artinya
bahwa pada taraf signifikasi <0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat
Saran banyak dan menggunakan metode
1. Bagi Responden penelitian dengan Muscle tersting (MMT).

Bagi responden diharapkan agar terus DAFTAR PUSTAKA


melakukan terapi menggenggam bola karet
Chaidir Reny, Z.M.I. (2014). Dengan bola karet
untuk meningkatkan kekuatan otot
terhadap kekuatan otot pasien stroke non
ekstermitas atas supaya tidak terjadi
kekakuan pada ekstermitas atas hemoragi di ruang rawat stroke Rssn Bukit

2. Bagi Perawat UPT Puskesmas IbrahimAdji tinggi tahun 2012

Hasil penelitian ini diharapkan dapat Dharma, Kelena Kusuma. (2018).


diterapkan sebagai salah satu terapi bagi
Pemberdayaan Keluarga Mengoptimalkan
pasien stroke yang mengalami kelemahan
Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke.
ekstermitas atas.
Yogyakarta: Depublish
3. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Elita Lois. (2018). Peningkatan Kekuatan
Hasil penelitian ini dapat diterapkan
sebagai program kerja sama dengan Motorik Pasien Stroke Non Hemoragik
pelayanan kesehatan pada saat praktik
Dengan Latihan Menggenggam Bola Karet
dilapangan dalam rangka mengembangkan
di Ruang Flamboyan RSUD Jombang Tahun
asuhan keperawatan pada klien pasca
stroke. 2018.

4. Bagi keluarga Mardati, Lutfia. (2014). Perbedaan Range Of

Diharapkan bagi keluarga supaya Motion Spherical Grip Dan Cylindrical Grip
terus memotivasi dan mendukung
Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Atas
kelurganya yang mengalami stroke dengan
Pada Pasien Stroke Di Rsud Tugurejo
gejala kelemhan ekstermitas atas supaya
terus melakukan terapi menggenggam bola Semarang. Stikes Telogorejo Semarang
karet dengan intensitas latihan seminggu 3
Ningsih, Lukman Nurna. (2012). Asuhan
kali dengan frekuensi latihan 15 menit.
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
5. Bagi peneliti selanjutnya
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya
agar menggunakan metode yang berbeda Medika

(kualitatif agar lebih jelas tergambar secara


detail) dengan jumlah responden yang lebih
Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi Penelitian

Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka

Cipta

Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan

Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan

Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika

Riskesdas., (2018). Riset Kesehatan Dasar.

Jakarta: kementrian kesehatan republik

indonesia

Sudarsini. (2017). Fisioterapi. Malang: Gunung

Samudera

Tegar, D.A.R (2011). Pengaruh Latihan Bola

Karet Terhadap Kekuatan Otot. Fakultas

Ilmu Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai