Anda di halaman 1dari 5

Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. V No.

II Tahun 2020 | 74 – 78

Journal of Health Science


(Jurnal Ilmu Kesehatan)
https://www.ejournalwiraraja.com/index.php/JIK
2356-5284 (Print) |2356-5543 (online)

Peningkatan Fleksibilitas Sendi pada Pasien Stroke dengan Terapi Tali


Temali

M. Jamaluddin1, Widiyaningsih2, Zulfatun Nadhifah3

Program Studi S1 Keperawatan STIKes Karya Husada Semarang


1,2,3

1
tsabitha.afwani@gmail.com,2widy.dianing@gmail.com*,3zulfatunnadhifah209@gmail.com
* corresponding author

Informasi artikel ABSTRAK


Received: 06-10-2020 Stroke merupakan gangguan peredaran darah di otak yang
Revised: 30-10-2020 mengakibatkan terganggunya fungsi persyarafan di otak dan terjadi
Accepted: 27-11-2020 secara mendadak. Menurut WHO kejadian stroke mencapai 15 juta orang
setiap tahun, dengan angka kematian mencapai hingga sepertiga dari
seluruh kasus. Masalah yang dialami penderita stroke adalah gangguan
fleksibilitas sendi, terapi tali gerak. Maka perlu dilakukan terapi non farmakologis berupa terapi tali
temali, pasien stroke temali. Latihan ini mampu meningkatkan elastisitas otot serta jaringan
di area persendian karena dengan menggerakan sendi dapat
melancarkan peredaran darah untuk mengurangi kekakuan fleksibilitas
sendi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan fleksibilitas
sendi pada pasien stroke dengan terapi tali temali. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan Pre Experimental Design.
Populasi penelitian ini adalah pasien post stroke non hemoragik di
Poliklinik Saraf dengan jumlah sampel 20 orang. Pemilihan sampel
menggunakan Purposive Sampling. Hasil analisa data menggunakan Uji
Paired T-Test menunjukan p-value 0.000 atau < 0,05 maka dapat
disimpulkan ada pengaruh terapi tali temali terhadap fleksibilitas sendi.
Kesimpulan: Ada pengaruh terapi tali temali terhadap fleksibilitas sendi
pada pasien stroke.
ABSTRACT
Key word: Stroke is a disorder of nervous system function that occurs suddenly and
joint flexibility, rigging is caused by circulatory disorders in the brain. WHO recruits about 15
therapy, stroke patients million people suffer the first stroke each year, with one third of these
cases or around 6.6 million can result in death. The problem that is often
experienced by stroke sufferers is movement disorders. Therefore, it is
necessary to do non-pharmacological therapy in the form of rigging
therapy which is to increase the length and elasticity of the muscles and
tissues around the joints because by moving the joints can accelerate
circulation in the blood in order to reduce the stiffness of joint flexibility.
Objective: To determine the effect of rigging therapy toward joint
flexibility for stroke patients in Public Hospital of Ungaran Research
method: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan Pre Experimental
Design. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita gejala post stroke
non hemoragik di Poliklinik Saraf RSUD Ungaran dengan sampel
sebanyak 20 orang. Teknik sampling pada penelitian ini adalah Purposive
Sampling. Result: The normality test used the Sapiro Wilk Test results
obtained before therapy 0.062 (> 0.05) and obtained results after therapy
0.068 (> 0.05). Statistical tests used the Paired T-Test show a p-value of
0.000 or <0.05, so it can be concluded that there was an effect of rigging
therapy on joint flexibility. Conclusion: There was an effect of rigging
therapy on joint flexibility in stroke patients at Public Hospital of Ungaran

Pendahuluan tiba dan bias juga disebabkan karena


Stroke merupakan defisit (gangguan) fungsi gangguan peredaran darah di otak. Kejadian
anggota tubuh terutama pada sistem stroke dapat juga terjadi akibat gangguan
persarafan yang dapat terjadi secara tiba- pada pembuluh darah yang ada di otak.

74| Journal Of Health Science email: jurnalfik@wiraraja.ac.id


M. Jamaluddin, dkk | Peningkatan Fleksibilitas Sendi pada......

Peredaran darah di otak bias mengalami salah satunya adalah kontraktur. Hilang /
gangguan yang di akibat karena terjadinya kurangnya lingkup pergerakan sendi baik
sumbatan pembuluh darah diotak atau pasif ataupun aktif karena mengalami
terjadi karena pecahnya pembuluh darah keterbatasan pada sendi yang dapat
yang ada di otak sehingga terjadi menyebabkan berbagai masalah
penurunan atau kekurangan suplai oksigen diantaranya keterbatasan dalam rentang
ke otak yang menyebabkan kematian pada gerak sendi, hilangnya fungsi pada anggota
sel-sel yang ada disaraf (neuron) (Rahayu, gerak, gangguan melakukan perpindahan
2015). Menurut data yang dikeluarkan WHO sesuai kemampuan anggota gerak,
(World Health Organization) 2016 secara gangguan melakukan aktivitas sampai pada
keseluruhan bahwa stroke menduduki kasus kecacatan yang tidak dapat
urutan kedua penyebab dari kematian, dan disembuhkan (Santoso, Bartiah,
penyebab yang paling umum keenam yang Khafidlotur, Permadhi, & Argaditama, 2014)
dapat menimbulkan kecacatan Fleksibilitas sendi dapat didefinisikan
(Pongantung, JMJ, & Melchi, 2018) sebagai kemampuan untuk bergerak bebas
.Prevalensi angka kejadian stroke pada dan efektif tanpa rasa sakit antar sendi dan
tahun 2013 di Indonesia berdasarkan umur tulang yang memungkinkan pergerakan
≥ 15 tahun sebanyak 7%. Sedangkan maupun yang tidak bergerak satu sama lain
Prevalensi angka kejadian stroke pada (Asikin, 2016). Oleh sebab itu penanganan
tahun 2018 berdasarkan sebanyak 10,9% stroke membutuhkan tehnik dalam
(Kemenkes, 2018). merehabilitasi dengan tujuan untuk
Prevalensi angka kejadian stroke mengurangi kecacatan, tindakan yang tepat
khusunya di Provinsi Jawa Tengah sesuai agar dapat menjalani aktivitas secara
data dari DINKES pada tahun 2017 bahwa normal yaitu dengan melakukan
jumlah stroke hemoragik (SH) sebanyak rehabilitasi. Rehabilitasi harus dimulai
35,3% dan stroke non hemoragik (SNH) sedini mungkin secara cepat dan tepat
sebanyak 64,7%. Sedangkan jumlah kasus waktu sehingga dapat membantu
stroke hemoragik (SH) pada tahun 2017 mengembalikan fungsi fisik yang lebih
terbanyak di Kab. Sukoharjo sebesar 14,9% cepat dan optimal. Rehabilitasi juga dapat
kasus, disusul Kab. Brebes sebesar 11% menghindari terjadinya kelemahan otot
kasus, sedangkan untuk urutan ketiga apabila tidak dilakukan latihan atau terapi
terdapat di Kota Surakarta yaitu sebesar 9% setelah pasien mengalami stroke (Olviani,
kasus. Jumlah kasus stroke non hemoragik Mahdalena, & Rahmawati, 2017)
(SNH) pada tahun 2017 terbanyak di Kab. Rehabilitasi non farmakologis dalam
Brebes sebesar 16,4% kasus, urutan kedua memobilisasi persendian selain ROM juga
terdapat di Kab. Klaten sebesar 15,7% kasus dapat diberikan dengan cara terapi tali
dan untuk urutan ketiga terdapat di Kab. temali. Terapi tali temali adalah konsep
Kebumen sebesar 8,2% kasus (Dinkes, kegiatan yang bias dilakukan dengan cara
2015). bermain, yang sesuai prinsip
Gangguan system syaraf yang terjadi pengembangan motorik halus yaitu dengan
pada penderita stroke dapat menimbulkan menggunakan. gerakan aktif untuk melatih
gejala-gejala yang khusus seperti: fleksibilitas terhadap sendi (Lestari, 2017).
kelumpuhan anggota badan, gangguan Pada dasarnya tujuan dari dilakukannya
ketika bicara termasuk pelo, terjadi ketidak mobilitas sendi untuk, meningkatnya
seimbangan, perubahan kesadaran, bahkan kinerja otot,dan memperluas ruang gerak
sampai mengalami gangguan penglihatan pada sendi dan untuk mengurangi kejadian
(Bakara & Warsito, 2016). Gangguan yang cedera serta untuk merangsang nutrisi pada
sering dirasakan oleh pasien stroke adalah kartilago (Mujib & Suprayitno, 2016)
gangguan ektremitas baik atas maupun Latihan tali temali merupakan bentuk
bawah sehingga akan mengalami kesulitan latihan untuk meningkatkan pergerakan
saat beraktifitas hal itu terjadi karena otot dan kelenturan sendi dan jaringan yang
mengalami gangguan otot dan ada disekitar sendi karena dengan
keseimbangan gerak. Penderita stroke yang menggerakan sendi dapat melancarkan
terlambat dalam menangani penderita atau peredaran dalam darah. Terapi tali temali
tidak segera mendapatkan pertolongan ini bisa dikatan aman karena tidak
yang tepat maka akan mengakibatkan menimbulkan efek samping, tali temali ini
terjadinya komplikasi yang lebik komplek, merupakan latihan dasar untuk

75 | Journal Of Health Science


M. Jamaluddin, dkk | Peningkatan Fleksibilitas Sendi pada......

mempertahankan, memperbaiki, dan fleksibilitas sendi. Nilai normal fleksibilitas


meningkatkan kemampuan untuk sendi untuk fleksi 80º dan untuk ekstensi
menggerakkan persendian secara normal 70º. Fleksibilitas dapat didefinisikan
dan lengkap untuk meningkatkan massa sebagai kemampuan seseorang untuk
otot dan tonus otot (Utomo & Arofah, 2015). melakukan gerakan secara bebas tanpa rasa
Sesuai dengan hasil studi pendahuluan sakit pada sendi atau kelompok sendi.
pada tanggal 23 Agustus 2019 di Rumah Terapi tali temali bisa dilakukan pada
Sakit Umum Daerah Ungaran terdapat pasien yang mengalami kontraksi otot aktif
penderita yang mengalami gejala post atau gerakan sendi pasif (Yudha, Adji, &
stroke non hemoragik pada tahun 2019 Widodo, 2019).
sebanyak 52. Dari populasi tersebut Angka kejadian dari fleksibilitas sendi
terdapat 20 pasien perempuanyang pada responden post stroke rata-rata
mengalami gejala post stroke non kurang normal dikarenakan kekakuan pada
hemoragik. Dari hasil wawancara 40% orang sendi. Kekakuan pada sendi bisa
penderita yang mengalami gangguan diakibatkan kurangnya pergerakan atau
fleksibilitas sendi . aktivitas fisik post stroke sehingga dapat
mempengarui rentang gerak sendi dan
Metode Penelitian dapat mengakibatkan penurunan massa
Penelitian ini dengan menggunakan otot. Penurunan massa otot akan
kuantitatif dengan desain penelitian pre berdampak pada kegiatan aktivitas sendi
experimental design one-group pretest- sehingga akan mengakibatkan kepekatan
posttest design bertujuan untuk menilai cairan sinovial dan menyebabkan kekakuan
adanya pengaruh perlakuan terapi tali sendi, karena sinovium sebagai penghasil
temali terhadap fleksibilitas sendi. Populasi cairan sinovial yang membasahi atau
dalam penelitian ini adalah penderita melumasi permukaan sendi (Anita,
perempuan yang mengalami gejala post Pongantung, Ada, & Hingkam, 2018). Maka
stroke non hemoragik di RSUD Ungaran dari itu fleksibilitas sendi perlu dilatih,
sebanyak 52 penderita yang mengalami dengan melakukan latihan secara rutin dan
gejala post stroke non hemoragik. Teknik teratur akan mengurangi kekakuan sendi
sampling dengan purposive sampling yaitu dan dapat meningkatkan fleksibilitas sendi
penetapan sampel sesuai dengan kriteria dengan baik (Chandra, 2017). Di dalam
yang telah ditetapkan peneliti berjumlah 20 penelitian ini peneliti menggunakan waktu
responden. 8 kali dalam 2 minggu dan dilakukan sehari
2 kali pagi dan siang, selama 5 menit
Hasil dan pembahasan Pasien pasca stroke bagian tangan, dalam
Tabel 1. Gambaran fleksibilitas sendi melakukan latihan fleksibilitas ditujukan
sebelum dan sesudah diberikan terapi tali untuk meningkatkan kekakuan dan
temali selama 5 menit mobilitas sendi, serta untuk mencegah
hilangnya atau berkurangnya lingkup gerak
Statistik N Min. Max. Mean SD
pada sendi atau jaringan lunak. Fleksibilitas
Pre 20 25 65 51.75 11.035 dibutuhkan oleh sendi-sendi umumnya
untuk dapat bergerak secara bebas tanpa
Post 20 60 85 76.50 7.090 disertai sakit (Pangemanan, Engka, & Supit,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2012).
rata-rata fleksibilitas sendi sebelum terapi Hasil penelitian dari 20 responden
tali temali adalah 51,75. Dan rata-rata menunjukkan bahwa nilai fleksibilitas sendi
fleksibilitas sendi sesudah terapi tali temali sesudah melakukan terapi tali temali rata-
adalah 76,50. Hasil Uji normalitas rata sebesar 76,50 dengan luas fleksibilitas
didapatkan nilai p-value sebelum terapi tali sendi tertinggi sebesar 85 dan luas
temali 0,062 dan sesudah terapi tali temali fleksibilitas sendi terendah sebesar 60.
0,068 sehingga data disimpulkan Artinya luas fleksibilitas sendi setelah
berdistribusi normal (p-value > 0.05). Hasil melakukan terapi tali temali mengalami
penelitian dari 20 responden menunjukkan peningkatan dalam rentang normal.
bahwa nilai fleksibilitas sendi sebelum Pelaksanaan terapi tali temali dapat
diberikan terapi tali temali rata-rata sebesar dilakukan dengan bermain, sesuai prinsip
51,75 dengan luas fleksibilitas sendi bahwa terapi tali temali bias juga untuk
tertinggi sebesar 65 dan luas fleksibilitas motorik dengan menggunakan gerakan
sendi terendah sebesar 25. Artinya nilai aktif untuk melatih fleksibilitas terhadap
tersebut kurang dari nilai normal sendi (Lestari, 2017). Pemberian terapi tali

76 | Journal Of Health Science


M. Jamaluddin, dkk | Peningkatan Fleksibilitas Sendi pada......

temali merupakan terapi untuk memperluas pengaruh terapi tali temali terhadap
derajat rentang gerak sendi terutama pada fleksibilitas sendi pada pasien stroke.
ekstremitas atas dengan tujuan untuk Terapi tali temali merupakan suatu konsep
mencegah komplikasi. Penanganan pada yang biasa dilakukan dengan tehnik
pasien stroke dalam proses rehabilitasi bermain karena bertujuan untuk melatik
dimulai secepat mungkin, karena semakin motorik dengan menggunakan gerakan
cepat proses penangananya akan semakin aktif dan untuk melatih fleksibilitas sendi.
kecil penderita mengalami gangguan Terapi tali temali lebih baik jika
pergarakan. Pemberian terapi tali temali menggunakan tali dengan bahan polyester
yang dilakukan secara rutin pada pasien contohnya tali pramuka karena mudah
pasca stroke akan mengembalikan fungsi didapat, teksturnya lentur, tidak licin, dan
gerak sendi (Anita, Pongantung, Ada, & tahan lama serta tidak menimbulkan efek
Hingkam, 2018). samping luka pada tangan (Lestari, 2017).
Manfaat dari terapi temali terhadap Durasi terapi tali temali juga mempengaruhi
fleksibilitas sendi pada pasien stroke yaitu respon, terapi tali temali dilakukan selama
meningkatkan stimulasi kemampuan 5 menit (Anita, Pongantung, Ada, &
motorik halus, memberikan rasa gembira Hingkam, 2018).
pada penderita, meningkatkan kemampuan Terapi tali temali dilakukan untuk
pergerakan ekstremitas dalam beraktivitas mencegah terjadinya kecacatan secara
(Lestari, 2017). Kondisi responden setelah permanen sehingga pelaksanaan terapi tali
melakukan terapi merasa lebih rileks dan temali pasien pasca stroke dapat juga di
lebih tenang, keadaan otot seorang yang lakukan di rumah sakit untuk membantu
mengalami gangguan fleksibilitas sendi menurunkan tingkat ketergantungan pasien
akan lebih kaku, tegang sehingga saraf pada keluarga, untuk mencegah komplikasi
simpatis menjadi aktif. Terapi tali temali sebaiknya latihan tali temali pada pasien
sendiri untuk mempengaruhi fungsi dan stroke sebaiknya dilakukan beberapa kali
manifestasi tubuh dan mempunyai dampak dalam sehari. Karena semakin cepat proses
yang baik bagi kesehatan, dapat rehabilitasi dimulai semakin kecil
menenangkan pikiran sehingga tubuh kerusakan yang akan terjadi (Sulianti &
menjadi lebih rileks. Perubahan yang Sahroni, 2017). Sehingga latihan terapi tali
terjadi selama terapi mempengaruhi kerja temali dapat dilakukan saat pasien berada
otot dan menstimulasi otot sehingga di rumah dan dengan rutin melakukan
menyebabkan pergerakan. terapi tali temali dapat meningkatkan
mobilitas sendi sehingga terjadinya
Tabel 2. Pengaruh terapi tali temali komplikasi akan berkurang (Rahayu, 2015).
terhadap fleksibilitas sendi Melatih pergerakan sendi sangat penting
Fleksibilitas untuk mengoptimalkan ruang pergerakan
Mean P-value sendi, dan untuk meningkatnya kinerja otot
sendi
Pre 51,75 serta untuk mengurangi resiko terjadinya
0,000 cedera mobilitas sendi juga dapat
Post 76,5 memperbaiki nutrisi pada kartilago atau
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan ada tulang rawan (Hannan et al., 2019). Terapi
pengaruh terapi tali temali terhadap tali temali dilakukan untuk latihan
fleksibilitas sendi pada pasien stroke pergerakan fisik dapat meningkatkan
karena didapatkan hasil dengan p-value < elastisitas otot dan jaringan yang ada
0.05 (0,000). Berdasarkan analisa bivariat disekitar sendi, karena dengan
dihasilkan nilai p value < 0,05 maka H0 menggerakan sendi secara ruti dapat
ditolak atau Ha diterima artinya terdapat melancarkan peredaran darah dalam tubuh
(Utomo & Arofah, 2015).

Kesimpulan Range Of Motion Terhadap Rentang


Ada pengaruh terapi tali temali Gerak Sendi Ekstremitas Atas Pada
terhadap fleksibilitas sendi pada pasien Pasien Pasca Stroke Di Makassar. Journal
stroke sesudah melakukan terapi. of islamic nursing , 3 (1), 97-105.
Asikin, M. (2016). Keperawatan Medikal
Bedah : Sistem Muskuloskeletal. Jakarta:
Daftar Pustaka Erlangga.
Anita, F., Pongantung, H., Ada, P. V., & Bakara, D. M., & Warsito, S. (2016). Latihan
Hingkam, V. (2018). Pengaruh Latihan Range Of Motion (Rom) Pasif Terhadap

77 | Journal Of Health Science


M. Jamaluddin, dkk | Peningkatan Fleksibilitas Sendi pada......

Rentang Sendi Pasien Pasca Stroke. Idea Pangemanan, D. H., Engka, J. N., & Supit, S.
Nursing Journal , VII (2), 12-18. (2012). Gambaran Kekuatan Otot Dan
Chandra, C. (2017). Pengaruh Fleksibilitas Fleksibilitas Sendi Ekstremitas Atas Dan
Tubuh Terhadap Keterampilan Senam Ekstremitas Bawah Pada Siswa/I Smkn 3
Lantai Pada Mahasiswa FIO UNJ 2017. Manado. Jurnal Biomedik: JBM , 4 (3),
Prosiding Seminar dan Lokakarya S109-118.
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Pongantung, H., JMJ, S. A., & Melchi, S. D.
Negeri Jakarta, 2, pp. 46-49. Jakarta. (2018). Pengaruh Range Of Motion Pada
Dinkes, J. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Ekstremitas Bawah Terhadap
Jawa Tengah 2015. Semarang: Dinas Keseimbangan Berjalan Pada Pasien
Kesehatan Provinsi Jawa tengah. Pasca Stroke Di Rs. Stella Maris Makassar.
Kemenkes. (2018). Laporan hasil Riset Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis , 12
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. (3), 271-276.
Kementerian Kesehatan Badan Penelitian Rahayu, K. I. (2015). Pengaruh Pemberian
dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap
Kementrian Kesehatan RI. Kemampuan Motorik Pada Pasien Post
Lestari, S. (2017). Meningkatkan Stroke Di Rsud Gambiran. Jurnal
Keterampilan Motorik Halus Melalui Keperawatan , 6 (2), 102-107.
Kegiatan Tali Temali Pada Kelompok B Di Santoso, E. J., Bartiah, M., Khafidlotur, M.,
TK Aba Dekso, Banjararum, Kalibawang, Permadhi, R. A., & Argaditama, R. (2014).
Kulon Progo. Jurnal Pendidikan Anak Pengaruh Latihan Lateral Prehension Grip
Usia Dini , VI (3), 271-281. Terhadap Peningkatan Luas Gerak Sendi
Hannan, M., Suprayitno, E., & Yuliyana, H. (LGS) Jari Tangan Pada Pasien Stroke Di
(2019). Pengaruh Terapi Kompres Hangat SMC RS Telogorejo Semarang. Semarang.
Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan
Osteoarthritis Pada Lansia Di Posyandu (JIKK) , 6, 1-10.
Lansia Puskesmas pandian Sumenep. Sulianti, A., & Sahroni, D. (2017). Terapi
Wiraraja Medika, 9(1), 1–10. Biopsikologi Di Rumah Untuk
Mujib, M., & Suprayitno, E. (2016). Pengaruh Meningkatkan Kekuatan Motorik Pasca
latihan range of motion (rom) terhadap Stroke Ulangan. Jurnal Biodjati , 2 (2),
perubahan skala nyeri pada lansia 126-137.
dengan osteoartritis di posyandu lansia Utomo, A., & Arofah, N. I. (2015). Tingkat
desa kalianget timur kecamatan Keberhasilan Theraband Therapy Dalam
kalianget kabupaten sumenep. Journal Meningkatkan Range Of Movement (Rom)
Of Health Science (Jurnal Ilmu Pasca Cedera Pergelangan Tangan Pada
Kesehatan), 1(2), 55–62. Tim Ukm Softball Universitas Negeri
Olviani, Y., Mahdalena, M., & Rahmawati, I. Yogyakarta. Medikora: Jurnal Ilmiah
(2017). Pengaruh Latihan Range Of Kesehatan Olahraga , 14 (1), 1-13.
Motion (Rom) Aktif-Asistif (Spherical Yudha, F. G., Adji, R. S., & Widodo, S. (2019).
Grip) Terhadap Peningkatan Kekuatan Pengaruh Aktivitas Joging Terhadap
Otot Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke Fleksibilitas Articulatio Coxae. Jurnal
Di Ruang Rawat Inap Penyakit Syaraf Kedokteran Diponegoro , 8 (1), 191-202.
(Seruni) RSUD Ulin Banjarmasin.
Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan
dan Keperawatan , 8 (1), 250-257.

78| Journal Of Health Science

Anda mungkin juga menyukai