Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK

DENGAN PEMBERIAN LATIHAN PEMASANGAN PUZZLE JIGSAW


TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT EKSTERMITAS ATAS
RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE
KOTA GORONTALO

Fadli Syamsuddin1*, Riyana Nur Ridwan Adam2


1,2,
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
E-mail: riyanaadam1999@gmail.com

ABSTRACT

Background: Stroke is an acute neurological condition caused by decreased blood


flow to the brain. Nervous system dysfunction occurs suddenly (within seconds) or
rapidly (within hours) and the symptoms and signs correspond to the local area of
the brain affected. Objective: To conduct an analysis of managed cases with a
medical diagnosis of nonhemorrhagic stroke with jigsaw puzzle pairing exercise
therapy to increase upper extremity muscle strength Methods: This research is a
quasi-experimental design with pre and post test. The sample used in this study
were 6 patients with a critical sample of patients who had non-hemorrhagic stroke
who were treated at Prof. Hospital. Dr. Aloei Saboe Gorontalo City. Results: The
results of the study showed that changes in muscle strength were only present in Mr.
I.T obtained an increase on the evaluation of the third day of implementation where
there was an increase in muscle strength to 5/4, which means there was an increase
using the MMAS (Modified Muscle Assessment Scale) it was found that the client was
only able to lift the top part of the puzzle and put it back.

Keywords: Non hemorrhagic stroke, Jigsaw Puzzle, upper limb muscle strength

ABSTRAK

Stroke adalah kondisi neurologis akut yang disebabkan oleh penurunan aliran darah ke
otak. Disfungsi sistem saraf terjadi secara tiba-tiba (dalam hitungan detik) atau cepat
(dalam beberapa jam) dan gejala serta tandanya sesuai dengan area lokal otak yang
terkena. Tujuanya Melakukan analisis terhadap kasus yang dirawat dengan diagnosis
medis stroke non hemoragik menggunakan terapi latihan jigsaw untuk meningkatkan
kekuatan otot ekstremitas atas. Metode: metode yang digunakan yaitu Quasi
eksperimen dengan desain pre-and-post-test. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari 6 pasien stroke non hemoragik yang dirawat inap di RSUD
Prof. dr Aloei Saboe Kota Gorontalo . Hasil penelitian menunjukkan hanya terjadi
perubahan kekuatan otot. Mr. I.T mendapatkan peningkatan kekuatan otot pada hari
ketiga pelaksanaan, dengan peningkatan kekuatan otot menjadi 5/4 yang berarti
peningkatan tersebut diterapkan pada MMAS (Modified Muscle Assessment Scale) dan
didapatkan klien hanya mengambil puncak dari teka-teki dan bisa kembali.

Kata kunci: Stroke non hemoragik, Puzzle Jigsaw, kekuatan otot ekstremitas atas
PENDAHULUAN refleks tendon dalam ini muncul
Stroke adalah kerusakan pada kembali biasanya dalam waktu 48 jam,
otak yang muncul mendadak, peningkatan tonus disertai dengan
progresif, dan cepat akibat gangguan spastisitas atau peningkatan tonus otot
peredaran darah otak non traumatik. abnormal pada ekstremitas yang
Gangguan tersebut secara mendadak terkena dapat dilihat. Sehingga
menimbulkan gejala antara lain dibutuhkan beberapa penanganan
kelumpuhan sesisi wajah atau anggota untuk mengatasi masalah jika pasien
badan, bicara tidak lancar, bicara sudah mengalami kelemahan otot.
tidak jelas (pelo), perubahan (Afandy, I., & Wiriatarina, 2018)
kesadaran, gangguan penglihatan, dan Stroke dapat menimbulkan
lain-lain.(Gorontalo, n.d.) berbagai tingkat gangguan, seperti
Berdasarkan data yang diambil penurunan tonus otot, hilangnya
dari RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota sensibilitasi pada sebagian anggota
gorontalo didapatkan pasien stroke tubuh,menurunnya kemampuan untuk
pada tahun 2019 berjumlah 67 Jiwa menggerakan anggota tubuh yang sakit
pada tahun 2020 berjumlah 20 jiwa, dan ketidakmampuan dalam hal
pasien yang dengan Stroke Non melakukan aktivitas tertentu. Pasien
Hemoragik pada tahun 2019 berjumlah stroke yang mengalami kelemahan
470 jiwa, pada tahun 2020 berjumlah pada satu sisi anggota tubuh
331 jiwa, dan pada tahun 2021 disebabkan oleh karena penurunan
berjumlah 353 jiwa. Sedangkan pasien tonus otot, sehingga tidak mampu
yang dengan stroke Hemoragik pada menggerakan tubuhnya (imobilisasi).
tahun 2019 berjumlah 172 jiwa, pada Imobilisasi yang tidak mendapatkan
tahun 2020 berjumlah 20 jiwa, dan penanganan yang tepat, akan
pada tahun 2021 berjumlah 99 jiwa. menimbulkan komplikasi berupa
Banyak faktor yang abnormalitas tonus, orthostatic
menyebabkan pasien stroke menjadi hypotension, deep vein thrombosis dan
tergantung dengan orang lain dan kontraktur(YAYUK HANDAYANI, 2019)
menjadi tidak mandiri dalam Cara untuk meminimalkan
memenuhi kebutuhannya dan dalam kecacatan setelah serangan stroke
melakukan aktifitas sehari-hari, adalah dengan rehabilitasi. Rehabilitasi
diantaranya adalah adanya penderita stroke salah satunya adalah
keterbatasan fungsional anggota gerak dengan terapi latihan. Peningkatan
atas (AGA) yang mengalami kelemahan intensitas latihan sebanding dengan
akibat stroke. Stroke menyebabkan perbaikan kualitas hidup. Terapi
berbagai defisit neurologis salah latihan adalah salah satu cara untuk
satunya terjadi pada defisit motorik. mempercepat pemulihan pasien dari
Disfungsi motorik paling umum adalah cedera dan penyakit yang dalam
paralisis pada salah satu sisi atau pentalaksanannya menggunakan
hemiplegia karena lesi pada sisi otak gerakan aktif maupun pasif. Gerakan
yang berlawanan. Diawal tahapan pasif adalah gerak yang digerakkan
stroke, gambaran klinis yang muncul oleh orang lain dan gerak aktif adalah
adalah paralisis dan hilang atau gerak yang dihasilkan oleh kontraksi
menurunnya refleks tendon dalam atau otot sendiri(YAYUK HANDAYANI, 2019)
penurunan kekuatan otot untuk Terdapat beberapa latihan
melakukan pergerakkan, apabila nonfarmakologi yang telah diterapkan
ke penderita stroke baik dari stroke 1. Bagaimana kasus kelolaan
hemoragik dan stroke non hemoragik dengan pasien diagnosa medis
yang mengalami kelemahan otot dalam Stroke Non Hemoragik?
upaya meningkatkan kekuatan atau 2. Bagaimana intervensi
stabilitas dari otot penderita yang pemberian latihan pemasangan
mengalami kelemahan. Salah satu puzzle jigsaw dalam upaya
tehnik atau terapi yang dapat peningkatan kekuatan otot
dilakukan kepada penderita stroke ekstermitas atas?
dengan kelemahan otot adalah dengan
pelatihan pemasangan puzzle jigsaw. KAJIAN PUSTAKA
Fungsi dari pemasangan puzzle ini Konsep Stroke
adalah untuk melatih konsentrasi dan Stroke merupakan penyabab
kemampuan kontrol tangan dan jari kematian kedua dan penyabab utama
penderita yang mengalami kelemahan kecacatan diseluruh dunia. Insidennya
dan kekakuan sehingga diharapkan meningkat karena populasi menua.
kelemahan otot dan kekakuan sendi Selain itu, banyak orang muda yang
yang dialami tidak menjadi berat dan terkena stroke dinegara-negara
mampu menunjukan peningkatan berpenghasilan rendah dan menengah.
kekuatan tangan dan jari pada Data diindonesia memperlihatka stroke
penderita stroke. Permainan puzzle sebagai penyabab kematian terbanyak
jigsaw adalah permainan puzzle yang ketiga disusul diabetes militus dan
terdiri dari menggenggam, memegang, hipertensi dengan angka kematian
dan memanipulasi objek menggunakan sebanyak 138.268 jiwa atau 9,7% dari
konsentrasi dan koordinasi antara dan total kematian. Indonesia mempunyai
tangan.(Kusnanto et al., 2017) beban ganda dalam penanggulangan
Berdasarkan uraian diatas masalah kesehatan. (Akhlish Dzikrullah
penulis tertarik untuk melakukan Ahmad & Agung Ikhssani, 2021)
penelitian tentang “Analisis praktik Stroke merupakan kerusakan
klinik keperawatan pada pasien stroke jaringan otak yang disebabkan oleh
non hemoragik dengan pemberian berkurangnya atau terhentinya suplai
latihan pemasangan puzzle jigsaw oksigen dalam darah secara tiba-tiba.
terhadap peningkatan kekuatan otot Jaringan otak yang mengalami
ekstermitas atas di RSUD Aloei Saboe penurunan suplai oksigen dalam darah
Kota Gorontalo” akan mengalami kematian dan tidak
Penelitian ini bertujuan untuk berfungsi lagi. Penyakit stroke
Menganalisis kasus kelolaan dengan merupakan gejala klinis yang
pasien diagnosa medis Stroke Non diakibatkan oleh pembuluh darah ke
Hemoragik dan Menganalisis intervensi otak mengalami penurunan suplai
pemberian latihan pemasangan puzzle darah seperti penyakit
jigsaw dalam upaya peningkatan jantung(Nursyiham et al., 2019)
kekuatan otot ekstermitas atas.
Berdasarkan uraian masalah di Stroke termasuk penyakit
atas, maka dapat dirumuskan masalah serebrovaskuler yang terjadi karena
dalam penelitian ini adalah sebagai berkurangnya aliran darah dan oksigen
berikut: ke otak, yang disebabkan karena
terjadinya sumbatan atau penyempitan
pembuluh darah atau bisa juga terjadi
karena pecahnya pembuluh darah. Stroke Non Hemoragik menurut
Perubahan pola hidup seperti makan pendapat saya merupakan keadaan
tidak teratur, kurang olahraga, jam darurat medis. Gejala stroke yaitu sulit
kerja yang berlebihan serta konsumsi berjalan, berbicara, dan memahami,
makan yang cepat saji menjadi serta kelumpuhan atau mati rasa pada
kebiasaan yang berpotensi memicu wajah, lengan, atau tungkai.
serangan stroke.(Suwaryo et al., 2021)
Etiologi
Stroke non hemoragik yaitu Menurut (Afandy, I., & Wiriatarina,
stroke yang terjadi hampir 80% dari 2018) penyebab stroke yaitu :
jenis stroke yang ada. Stroke yang a) Trombosis Celebral
terlambat ditangani dkan Trombosis ini terjadi pada
mengakibatkan kelumpuhan luas dan pembuluh darah yang mengalami
gangguan kognitif dengan demikian okulasi sehingga menyebabkan
penanganan harus diberikan secepat iskemi jaringan otak yang dapat
mungkin untuk menurunkan angka menimbulkan edema dan kongesti
cacat fisik akibat stroke. Pada pasien disekitarnya.
stroke 70-80% mengalami hemaparesis b) Hemoragik
(kelemahan otot pada salah satu Perdarahan intrakranial atau
bagian sisi tubuh) dengan 20% intraselebral termasuk perdarahan
mengalami peningkatan fungsi dalam ruang subarchoid atau
motorik/kelemahan otot pada anggota kedalam jaringan otak sendiri,
ekstermitas bila tidak mendapatkan perdarahan ini dapat terjadi
pilhan terapi yang baik dalam karena atherosklerosis dan
intervensi keperawatan. (Suwaryo et hipertensi
al., 2021) c) Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang dengan
Individu yang terkena stroke hipoksia umum adalah Hipertensi
akan mengalami beberapa perubahan yang parah, Cardiac Pulmonary
psikologis seperti depresi, kecemasan, Arrest, Cardiac Output turun
serta hilangnya semangat untuk hidup. akibat aritmia.
Perubahan psikologis yang terjadi pada d) Hipoksia Setempat
penderita stroke juga dapat Beberapa penyebab yang
mempengaruhi keluarga yang berhubungan dengan hipoksia
merawat, atau yang disebut caregiver. setempat adalah Spasme arteri
Tantangan yang dihadapi oleh serebral yang disertai perdarahan
caregiver dalam merawat penderita subarachnoid, vasokontriksi arteri
stroke membutuhkan proses adaptasi otak disertai sakit kepala
(Alifudin & Ediati, 2019). Kurangnya migraine.
informasi dan tidak tersedianya
komunitas pasien stroke menyebabkan Patofisiologi
rendahnya pengetahuan keluarga Infark serebral merupakan
dalam merawat pasien stroke dirumah keadaan ketidakadekuatan suplai
ditandai dengan, bertambah rusaknya darah ke pembuluh darah di otak dan
kemampuan motorik, dan verbal yang tersumbatnya pembuluh darah
menurunkan kualitas hidup pasien sehingga suplai darah ke otak dapat
stroke(Pratiwi et al., 2022) berubah (lambat atau cepat) bisa
terjadi karena gangguan 9arth
(thrombus, emboli, perdarahan dan terjadinya perdarahan cerebral jika
spasme vaskuler) atau terjadi karena aneurisma pecah atau terjadi ruptur.
gangguan umum (hipoksia karena Perdarahan otak lebih sering
gangguan paru dan jantung). disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik
Atherosklerotik adalah masalah ataupun hipertensi.
yang paling sering terjadi pada Perdarahan yang terjadi pada
pembuluh darah. Thrombus terjadi intraserebral dengan skala luas akan
karena terdapat flak arterosklerotik, menyebabkan kematian dibandingkan
atau terdapat pembekuan darah pada daripada keseluruhan penyakit
daerah yang mengalami penyempitan/ semacam cerebro vaskuler, karena
stenosis, hal ini menyebabkan aliran perdarahan dengan skala luas
darah menjadi lambat atau disebut menyebabkan destruksi massa otak,
turbulensi. Keadaan seperti ini lalu tekanan yang meningkat pada
menyebabkan thrombus pecah dari intra cranial dapat menyebabkan
dinding pembuluh darah dan terbawa herniasi pada otak. Sehingga kompresi
sebagai emboli dalam aliran darah. pada batang otak, hemisfer di otak,
Thrombus pada pembuluh darah dan perdarahan yang terjadi pada
menyebabkan iskemia pada jaringan batang otak sekunder ataupun ekstensi
yang berada di otak, hal ini perdarahan mengarah pada batang
mengganggu suplai darah dan otak menyebabkan kematian. Pada
menyebabkan edema bahkan kongesti keadaan ini darah dapat merembes
disekitar area jaringan. Area yang keventrikel otak, keadaan ini sering
mengalami edema akan mengalami terjadi pada sepertiga kasus
disfungsi yang lebih besar perdarahan pada otak di nucleus
dibandingkan area infark. Namun kaudatus, talamus dan pons. Jika
kondisi jaringan yang mengalami terjadi hambatan pada sirkulasi
edema dapat berkurang dalam serebral, dapat menyebabkan
beberapa jam atau berkurang dalam berkembangnya anoksia cerebral.
beberapa hari perawatan. Tanda Perubahan ireversibel bila
penurunan edema merupakan bukti terjadi anoksia bisa terjadi lebih dari
objektif bahwa terdapat adanya 10 menit. Anoksia serebral terjadi
pemulihan. akibat berbagai macam penyebab,
Sehingga thrombosis yang salah satunya adalah henti jantung.
terjadi pada beberapa kasus biasanya Selain terjadi kerusakan pada
tidak fatal namun hal ini terjadi jika parenkim otak, akibat volume
tidak terdapat perdarahan masif. perdarahan yang banyak menyebabkan
Oklusi di dalam pembuluh darah terjadinya peningkatan tekanan
serebral karena embolus intrakranial dan menyebabkan
mengakibatkan edema dan nekrosis penurunan tekanan pada perfusi otak
diikuti thrombosis. Jika terdapat septik serta gangguan pada drainase otak.
infeksi mengakibatkan meluasnya Stroke merupakan penyakit
abses atau ensefalitis pada dinding gangguan pada sistem saraf dan otot
pembuluh darah, atau bila terdapat sehingga penderita stroke umumnya
sisa infeksi pada pembuluh darah yang mengalami gejala pada gangguan saraf
mengalami penyumbatan akan seperti hemiparesis, fenomena yang
menyebabkan dilatasi aneurisma di terjadi pasien dengan gejala seperti ini
pembuluh darah. Hal ini akan memicu mengalami gangguan dalam melakukan
pergerakkan sehingga hampir semua l) Separuh badan terasa mati rasa
aktivitas sehari-hari perlu dibantu oleh atau tidak dapat merasakan
orang lain karena keterbatasan yang sensasi sentuhan
dialami. Hal ini juga merupakan upaya Sumbatan pada aliran darah
dalam mengurangi angka risiko jatuh menuju ke otak bagian depan (Arteri
pada pasien stroke sehingga pada celebri anterior) dapat menimbulkan
pasien stroke mengalami penurunan gejala sebagai berikut :
kemandirian.(AFINA AGMA FAZALINA a) Gangguan gerak atau kelumpuhan
S.Kep., 2022) salah satu tungkai dan sensasi
perabaan hilang
Manifestasi Klinis b) Tidak dapat menahan air kencing
Gejala dan tanda yang sering dan tidak sadar bila telah buang
dijumpai pada penderita dengan stroke air kecil
non hemoragik dapat muncul c) Pingsan secara mendadak
sementara atau menetap, hal ini d) Sulit untuk mengungkapkan
karena disfungsi aliran darah menuju perasaan
otak. Gejala pada penderita stroke e) Sumbatan pada aliran darah
bermacam-macam sesuai dengan menuju otak bagian belakang
bagian pembuluh darah yang dibagi (arteri selebri posterior) dapat
menjadi 2 yaitu: menimbulkan gejala sebagai
a. Gangguan pada pembuluh darah berikut :
karotis, sumbatan pada pembuluh a) Sulit memahami yang dilihat
darah ini dibagi menjadi 3 b) Tidak dapat mengenal warna
percabangan, yaitu : c) Kebutaan pada mata atau lapang
1) Sumbatan pada aliran darah pandang menyempit
menuju otak bagian tengah (arteri d) Terasa nyeri yang spontan
selebri media) dapat menimbulkan b. Gangguan pada pembuluh darah
gejala sebagai berikut verterobasilaris dapat
b) Gangguan rasa atau sensasi pada menimbulkan berbagai gejala
wajah disebagian sisi atau sebagai berikut :
gangguan sensasi pada lengan 1) Gangguan gerak bola mata
kanan atau kiri. 2) Kedua kaki melemah dan tidak
e) Gangguan gerak, tidak dapat dapat berdiri
digerakan atau terasa kaku pada 3) Serangan vertigo
ekstermitas (Hemiparesis) 4) Nistamus
f) Gangguan bicara, tidak dapat 5) Nausea, muntah dan gangguan
mengeluarkan kalimat (Afasia) menelan
g) Gangguan pengluhatan, dapat 6) Bicara sulit dimengerti
berupa kabur (Hemianopsia) 7) Kehilangan pendengaran
h) Mata selalu melihat ke satu sisi mendadak.(AFINA AGMA FAZALINA
saja (Devalation Conjuage). S.Kep., 2022)
i) Penurunan kesadaran
j) Daya ingat menurun (Propagnosia) Pemeriksaan Penunjang
k) Mulut menjadi mencong atau Pemeriksaan yang dapat dilakukan
bicara pelo (Disatri) pada pasien stroke non hemoragik
menurut Santoso, L.E (2018) dalam
Dellima D R, (2019) sebagai berikut :
Angiografi, selebral,Elektro membuat data dasar tentang pasien,
encefalograhpy,Sinar-X tengkorak, dan membuat catatan tentang respons
Ultrasonography Doppler,CT-Scan dan kesehatan pasien. (Leniwita &
MRI,Pemeriksaan foto Anggraini, 2019)
thorax,Pemeriksaan Laboratorium. 1) Identitas Klien
Identitas klien mencakup nama,
Penatalaksaan usia, (pada masalah disfungsi
Menurut Wijaya dan Putri (2019) nuerologis kebanyakan terjadi pada
penatalaksanaan stroke sebagai berikut usia tua), jenis kelamin,
Penatalaksanaan Umum pendidikan, alamat, pekerjaan,
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 agama, suku bangsa, tanggal dan
derajat, posisi lateral dekubitus jam masuk rumah sakit (MRS),
bila disertai muntah. Boleh nomor register dan diagnosisi medis.
dimulai mobilisasi bertahap bila 2) Keluhan utama
hemodinamika stabil Keluhan utama pada klien gangguan
2. Bebaskan jalan nafas dan usahakan sistem persyarafan akan terlihat
ventilasi adekuat bila perlu bila sudah terjadi disfungsi
berikan oksigenasi 1-2 liter/menit neurologis. Keluhan yang sering
bila ada hasil AGD didapatkan meliputi kelemahan
3. Kosongkan kandung kemih dengan anggota gerak sebelah badan
kateter bila penuh 3) Riwayat Penyakit
4. Kontrol tekanan darah Pengkajian dengan melakukan
dipertahankan normal anamesis atau wawancara untuk
5. Suhu tubuh harus dipertahankan, menggali maslah keperawatan
apabila demam kompres dan lainnya yang dilaksanakan perawat
berikan antripiretik sesuai indikasi adalah mengkaji riwayat kesehatan
6. Nutrisi peroral hanya boleh klien, perawat memperoleh data
diberikan setelah tes fungsi subjektif dari klien dan bagaimana
menelan baik bila terdapat penanganan yang sudah dilakukan.
gangguan menelan atau pasien 4) Riwayat Penyakit sekarang
yang keasadaran menurun Disini perlu keahlian, pengetahuan,
dianjurkan pasang NGT Mobilitas dan pengalaman dari perawat dalam
dan rehabilitas dini jika tidak ada menyusun setiap pertanyaan yang
kontra indikasi sistematis agar dapat mendukung
bagaimana keluahan utama menjadi
Penatalaksaan Medis muncul
5) Riwayat penyakit dahulu
Trombolitik, Antiplatelet atau Pengkajian riwayat penyakit dahulu
antibolitik, Antikoagulan (Heparin), dalam mengenali permasalahan
Hemorhagea, Antagonis serotinin, yang mendukung masalah saat ini
Antigonis Calcium. pada klien dengan defisit neurologi
KONSEP KEPERAWATAN adalah sangat penting. Pertanyaan
Pengkajian sebaiknya diarahkan pada penyakit-
Pengkajian keperawatan penyakit yang dialami sebelumnya
merupakan catatan tentang hasil yang kemungkinan mempunyai
pengkajian yang dilakukan untuk hubungan dengan masalah yang
mengumpulkan informasi dari pasien, dialami klien sekarang.
6) Riwayat Penyakit Keluarga Sensori motorik menerun atau
Anamesis akan adanya riwayat hilang, mudah terjadi injury.
keluarga menderita hipertensi yang Perubahan persepsi dan orientasi.
memberikan hubungan dengan Tidak mampu menelan dan tidak
beberapa masalah disfungsi mampu mengambil keputusan
neurologis seperti masalah stroke j. Interaksi sosial
hemoragik. Ketidakmampuan dalam bicara dan
7) Pengkajian Fokus berkomunikasi.
a. Aktivitas / Istrahat 8) Pemeriksaan Fisik dan observasi
Klien akan mengalami kesulitan Head to toe
aktivitas akibat kelemahan, a. Kepala
hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, Tujuan : untuk mengetahui turgor
mudah lelah dan susah tidur. kulit dan tekstur kulit dan
b. Sirkulasi mengetahui adanya lesi atau bekas
Adanya riwayat penyakit jantung, luka
katup jantung, disritmia, CHF, b. Rambut
polisitemia dan hipertensi. Tujuan : untuk mengetahui warna,
c. Integritas Ego tekstur, dan percabangan, pada
Emosi labil, respon yang tak dapat, rambut dan untuk mengetahui
mudah marah, kesulitan untuk mudah rontok dan kotor.
mengekspresikan diri. c. Kuku
d. Eliminasi Tujuan : untuk mengetahui keadaan
Perubahan kebiasaan BAB dan BAK. kuku, warna dan panjang dan untuk
Misalnya inkontimentia urine, auria, mengetahui kapiler refil
distensi kandung kemih, distensi d. Kepala/wajah
abdomen, suara usus menghilang. Tujuan : untuk mengetahui bentuk
e. Makan / cairan dan fungsi kepala dan untuk
Nausea, wouting, daya sensori mengetahui luka dan kelainan pada
hilang di liah, pipi, tenggorokan, kepala
disfagia. e. Mata
f. Neuoro Sensori Tujuan : untuk mengetahui bentuk
Pusing, sinkope, sakit kepala, dan fungsi mata ( medan
perdarahan sub arachoid dan penglihatan visus dan otot-otot
intraktial. Kelemahan dengan mata), dan juga untuk mengetahui
berbagai tingkatan, gangguan adanya kelainan atau peradangan
penglihatan, dispalopia, lapang pada mata.
pandang menyempit. Hilangnya f. Hidung
daya sensori pada bagian yang Tujuan : untuk mengetahui bentuk
berlawanan dibagian ekstermitas dan fungsi hidung dan mengetahui
dan kadang-kadang pada sisi yang adanya inflamasi dan sinusitis.
sama dimuka g. Telinga
g. Nyaman / Nyeri Tujuan : untuk mengetahui
Sakit kepala, perubahan aktivitas, kedalaman telinga luar, saluran
kelemahan. telinga, gendang telinga.
h. Respirasi h. Mulut dan faring
Ketidakmampuan menelan, batuk
i. Keamanan
Tujuan : untuk mengetahui bentuk c. Gangguan mobilitas fisik
dan kelainan pada mulut, dan untuk berhubungan dengan gangguan
mengetahui kebersihan mulut. neuromuskular.
i. Leher d. Resiko jatuh berhubungan dengan
Tujuan : untuk menentukan struktur gangguan penglihatan.
integritas leher, untuk mengetahui Gangguan komunikasi verbal
bentuk dan orgn yang berkaitan dan berhubungan dengan penurunan
untuk memeriksa sistemik limfatik sirkulasi selebral
j. Dada
Tujuan : untuk mengetahui bentuk METODE PENELITIAN
kesimetrisan, frekuensi, irama Desain Penelitian
pernafasan, adanya nyeri tekan, dan Jenis penelitian yang digunakan
untuk mendengarkan bunyi paru. pada penelitian ini adalah quasi
k. Abdomen eksperimen dengan desain pre and
Tujuan : untuk mengetahui bentuk post test. Jenis penelitian ini adalah
dan gerakan perut, mendengarkan suatu rancangan penelitian yang
bunyi peristaltik usus, dan digunakan untuk mencari hubungan
mengetahui respon nyeri tekan pada sebab-akibat dengan adanya
organ dalam abdomen. keterlibatan penelitian. (Nursalam,
l. Muskuloskeletal 2018)
Tujuan : untuk mengetahui Objek penelitian
mobilitas kekuatan otot dan Objek penelitian adalah objek
gangguan-gangguan pada daerah yang ditujukan diteliti oleh penulisan
tertentu. objek yang menjadi pusat perhatian
atau sasaran peneliti, untuk kelompok
Diagnosa Keperawatan eksperimen adalah semua pasien
Diagnosa keperawatan Stroke Non Hemoragik yang ada di
merupakan suatu penilaian klinis RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota
mengenai respons klien terhadap Gorontalo dengan kriteria
masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang Kriteria Inkluasi
berlangsung aktual maupaun potensial.
a. Pasien yang bersedia menajdi
Diagnosis keperawatan bertujuan
responden
untuk mengidentifikasi respons klien
b. Pasien yang memiliki penyakit
individu, keluarga dan komunitas
Stroke Non hemoragik yang di rawat
terhadap situasi yang berkaitan dengan
di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota
kesehatan (PPNI, 2017).
Gorontalo
Diagnosa yang akan muncul pada
c. Pasien dengan kesadaran
kasus stroke non hemoragik dengan
composmentis
menggunakan Standar Diagnosis
Keperawatan indonesia dalam Tim Kriteria Eksklusi
Pokja SDKI DPP PPNI (2017) yaitu :
a. Risiko perpusi selebral tidak efektif a. Pasien yang tidak sadar
dibuktikan dengan embolisme
b. Gangguan integritas kulit/jaringan
b.d Penurunan mobilitas
Teknik pengumpulan data HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Wawancara Prosedur inovatif yang
Wawancara adalah metode dilakukan pada pasien adalah latihan
penggumpulan data yang paling Puzzle Jigsaw untuk peningkatan
sering digunakan pada banyak ekstremitas atas di RSUD Prof. Dr. H.
penelitian. Wawancara ditujukan Aloei Saboe. Intervensi ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi dari selama 3 hari. Adapun Konsep
individu yang diwawancarai, oleh Intervensi inovasi sebagai berikut :
karena itu hubungan asimetris harus dengan Diagnosa keperawatan :
tampakan cara pewawancara gangguan Mobilitas fisik. Pasien yang
dengan individu yang diwawancara. secara fisik dibatasi oleh hemiplegia
Peneliti melakukan wawancara dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
mengekspresikan perasaan, aktivitasnya memerlukan latihan yang
persepsi, dan pemikiran dari memadai untuk meningkatkan
partisipan. kemampuannya untuk berkontraksi
b. Observasi atau mengendurkan otot. Hasil yang
Metode observasi adalah metode lebih baik dapat diharapkan dengan
pengumpulan data tentang perilaku pelatihan yang lebih intensif. Proses
manusia. Perilaku yang diobservasi kontraksi otot merupakan hasil
mungkin klien atau orang-orang interaksi antara aktin dan myson yang
yang mendapatkan intervensi atau memungkinkan terjadinya kontraksi
pelayanan atau implementai dari otot. Otot bekerja dengan cara
sebuah kebijakan. Metode observasi berkontraksi, menyebabkannya
ini sering digunakan dalam memendek dan kaku, bagian tengah
penelitian tentang pelayanan tubuh bertambah dengan memendek,
kesehatan. dan tulang tempat melekatnya otot
c. Pemeriksaan Fisik ditarik atau diangkat. Keadaan ini
Pemeriksaan fisik adalah sebuah disebut kekuatan otot. Kekuatan
proses dari seorang ahli medis lengan atau kekuatan lengan adalah
memeriksa tubuh pasien untuk sumber daya dasar pasien untuk
menemukan tanda klinis penyakit. melakukan semua fungsi vital. Dalam
Pemeriksaan fisik dilakukan secara konteks ini diperlukan penanganan
sistematis, dimulai dari bagian yang tepat untuk meningkatkan
kepada sampai pada bagian anggota kekuatan otot tungkai atas pasien
gerak. Pemeriksaan sistematis stroke, misalnya melalui latihan otot
disebut Head To Toe. seperti puzzle.
d. Dokumentasi
Penulis menggunakan pengumpulan
data dengan metode studi
dokument karena dokumen dapat
memberi informasi tentang situasi
yang tidak dapat diperoleh langsung
melalui observasi langsung atau
wawancara.
KASUS

A. DATA KASUS KELOLAAN

Data Klien

No Kasus 1 Kasus 2 Kasus 4 Kasus 5 Kasus 6


Nama Tn. M.U Tn. I.T Tn. R.P Ny. R.M Ny. M.S
Diagnosa Hemipegi ec Storke Stroke Non Hemoragik dd Hemiparase Susp SNH
Stroke Non Hemoragik Stroke Non Hemoragik
Medis Non Hemoragik Stroke Hemoragik dd SH
Diagnosa Afarisia Sensorik +
Susp Pneumonia Hipertensi Hipertensi Hipertensi
Sekunder Hipertensi
Keluarga klien Keluarga klien
Keluarga klien
Riwayat mengatakan klien mengatakan memiliki Klien memiliki riwayat
mengatakan klien Klien memiliki riwayat
Kesehata memiliki riwayat riwayat penyakit penyakit hipertensi
memiliki riwayat penyakit hipertensi
n penyakit Hipertensi hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol
penyakit Hipertensi
dan Diabetes Militus militus
Kekuatan 5 3 5 4 4 5 4 5 5 4
Otot 5 3 5 4 3 5 4 5 5 4
Pemeriks 2. Hasil Laboratorium 1. Hasil Laboratoium 1. Hasil Laboratorium 1. Hasil Laboratorim 1. Hasil
aan Hematologi Hematologi Hematologi Hematologi Laboratorium
Penunjan - HB : 16,0 g/dl, - HB : 9,0 g/dl - Hemoglobin : 8,0 g/dl - Hemoglobin : 16,4 Hematologi
g - Eritrosit : 5,54 - Eritrosit : 2,96 - Eritrosit : 3,62 g/dl - Hemoglobin : 12,0
juta/uL Juta/Ul Juta/dl - Eritrosit : 4,89 g/dl
- Hematokrit : 49,0%, - Hematokrit : 26,0% - Hematokrit : 25% juta/dl - Eritrosit : 4,86
- Leukosit : 9,8 - Leukosit : 10,2 - Leukosit : 8,5ribu/dl - Hematokrit : 47% Juta/ul
ribu/uL ribu/Ul - Trombosit : 262 - Leukosit 9,1 ribu/dl - Hematokrit : 38,2%
- Trombosit : - Trombosit : 243 ribu/dl - Trombosit : 268 - Leukosit :
150ribu/uL ribu/Ul ribu/dl 9,3ribu/dl
Kimia Darah
- Trombosit : 361
Kimia Darah Kimia Darah Ureum : 48 mg/dl Kimia Darah
ribu/dl
Ureum : 59 mg/dl Kolestrol Total : Lemak Darah
Kreatinin : 1,4 140 mg/Dl Kreatinin : 2,3 mg/d - Kolestrol Total : 229 Kimia Darah
mg/dl HDL : 40 mg/dl mg/dl
Glukosa Darah - Fungsi Ginjal
LDL : 73 mg/dl - HDL : 55 mg/dl
Glukosa Darah Glukosa Sewaktu : Ureum : 14 mg/dl
Trigliserida : 137 - LDL : 152 mg/dl
Glukosa Sewaktu : 180 mg/dl Kreatinin : 0,7
mg/dl - Trigliserida : 110
194 mg/dL mg/dl
Elektrolit mg/dl
Fungsi Ginjal - Glukosa Darah
Na : 145 mmol/l Funsi Ginjal
3. Hasil ST-Scan Ureum : 101 Glukosa Sewaktu :
K : 2,5 mmol/l - Ureum : 39 mg/dl
- Higroma Subdural mg/dl 78 mg/dl
Cl : 103 mmol/l - Kreatinin : 0,9
bilateral Kreatinin : 1,9
MG/DL Elektrolit
- Infark celebri mg/dl
2. Hasil ST-Scan
sinistra Glukosa Darah - Na : 141 mmol/l
Glukosa Darah - Multiple infark
- Brain swelling - Glukosa Sewaktu : - K : 3,9 mmol/l
Glukosa lacunar celebri
120 mg/dl - Cl : 104 mmol/l
Sewaktu : 130 bilateral
4. Hasil Rotgen
mg/dl - Celebral atrophy Elektrolit
- Pneumonia dextra
- Na : 142 mmol/l 2. Hasil ST-Scan
2. Hasil ST-Scan 1. Hasil Rotgen - K : 4,4 mmol - Infark lacunar
- Infark embolic - Tidak Ada - Cl : 105 mmol/l celeberi bilateral
celebri dextra dominan dextra
- Chronic infark 2.Hasil ST-Scan
celebri dextra - Multiple Infark 3. Hasil Rotgen
- Brain atrofi celebri lacunar celebri - Tidak Ada
sinistra dengan bilateral
hydrocephalus ex
vacuo 3. Hasil Rotgen
- Tidak ada
3. Hasil Rotgen
- Broncopneumonia
Dextra

Obat- - Citicoline 2X500MG - RL + Farbion 20 - Nacl 0,9% 20 tpm - RL + Nacl 0,9% 20 - RL 20 tpm
obatan - CPG 1X1/Iv tpm - Ranitidine 2x1 tpm - Piracetam
- Poristin 2x3gr - Omeprazole - Citicoline 2x500mg - Citicoline 2x500 mg 2x30gr/IV
- Manitol 3x1/8 Jam 1x40mg - Sincobal 2x500mg - Amlodiphin 1x5mg - Citicoline
- Betahistine 3x1 - Citicoline 2x500mg - Sincobal : 2x500mg 2x500mg/IV
- Cefriaxone 2x1mg - Piracetam 2x30gr/IV - Kalnex 1x1 aml/IV
- Paracetamol 3x1 - Aspilet Tab 1x8mg - Aspilet Tab
tablet 1x8mg/P.O
- Flunarizin tab
2x10mg/P.O
- Ranitidine 2x1
- Methylprednisolon
3x4mg
- CPG 1x1/IV
Hari
5 3 3 5 7
Rawat Ke
ANALISIS DAN DISKUSI HASIL gerakan motorik halus klien belum
Pelaksanaan intervensi yang ada perubahan.
dilakukan pada pasien dengan Serangan Stroke dapat
masalah Gangguan Mobilitas Fisik menimbulkan cacat fisik yang
adalah dengan terapi pemasangan permanen. Cacat fisik dapat
Puzzle Jigsaw yang dilakukan selama mengakibatkan seseorang kurang
3 hari berturut-turut pada Kasus 1 Tn. produktif. Oleh karena itu pasien
M.U yang dimulai dari tanggal 28- stroke memerlukan rehabilitasi untuk
desember-2022 sampai tanggal 31 meminimalkan cacat fisik agar dapat
Desember 2022 di Ruang HCU Noni menjalani aktivitasnya secara normal.
Laki-laki, pada kasus 2 Tn. I.T yang Rehabilitas harus dimulai sedini
dimulai dari tanggal 04 Januari 2023 mungkin secara cepat dan tepat
sampai tanggal 07 Januari 2023 sehingga dapat membantu pemulihan
Diruang HCU Infeksi laki-laki, pada fisik yang lebih cepat dan optimal,
kasus 3 Tn. R.P dimulai pada tanggal serta menghindari kelemahan otot
04 Januari 2023 sampai 07 Januari dan gangguan lain. Gangguan sensoris
2023 di Ruang HCU Noni laki-laki, dan motorik post stroke
pada kasus 4 Ny. R.M dimulai pada mengakibatkan gangguan
tanggal 16 Januari 2023 sampai pada keseimbangan termasuk kelemahan
tanggal 19 Januari 2023 di Ruang otot, tonus otot, dan gangguan fungsi
Neuro, pada kasus 5 Ny. M.S dimulai motorik. Fungsi yang hilang akibat
pada tanggal 16 januari 2023 sampai gangguan kontrol motorik pasien
pada tanggal 19 januari 2023. stroke mengakibatkan hilangnya
Dari hasil intervensi inovasi koordinasi, hilangnya kemampuan
pemasangan Puzzle Jigsaw keseimbangan tubuh dan postur
didapatkan hasil terjadi perubahan (kemampuan untuk mempertahankan
pada kekuatan otot hanya ada pada posisi tertentu).(Wahyuni, 2017)
Tn. I.T didapatkan peningkatan pada
evaluasi hari ketiga implementasi
dimana terjadi peningkatan kekuatan KESIMPULAN
otot menjadi 5/4 yang artinya ada Berdasarkan analisis kasus
peningkatan dengan Menggunakan pasien kelolaan pada klien dengan
MMAS (Modified Muscle Assessment diagnosa medis Stroke Non Hemoragik
Scale) didapatkan hasil klien hanya penulis dapat menarik kesimpulan
mampu mengangkat bagian atas sebagai berikut :
puzzle dan letakkan kembali. (Pasien Perubahan pada kekuatan otot
meraih ke depan sepanjang lengan, hanya ada pada Tn. I.T didapatkan
angkat bagian atas puzzle, lepaskan peningkatan pada evaluasi hari ketiga
kembali ke bagian meja yang dekat implementasi dimana terjadi
dengan tubuh pasien). peningkatan kekuatan otot menjadi
Berdasarkan hasil ukur yang 5/4 yang artinya ada peningkatan
telah dilakukan setelah latihan dengan Menggunakan MMAS (Modified
pemasangan Puzzle Jigsaw Muscle Assessment Scale) didapatkan
didapatkan adanya perubahan jarak hasil klien hanya mampu mengangkat
rentang gerak pada jari klien bagian atas puzzle dan letakkan
sedangkan untuk kekuatan otot dan kembali. (Pasien meraih ke depan
sepanjang lengan, angkat bagian atas Memperbanyak belajar mengenai
puzzle, lepaskan kembali ke bagian inovasi untuk keperawatan mandiri
meja yang dekat dengan tubuh yang dapat diberikan kepada
pasien). pasien sesuai dengan masalah
keperawatan yang dialami
Diagnosa Keperawatan yang sehingga tidak hanya berfokus
didapatkan dari ke-5 pasien kelolaan pada pembelajaran keperawatan
Stroke Non Hemoragik adalah secara farmakologi.
Gangguan Mobilitas Fisik. Pada hasil 3) Bagi Perawat
analisis intervensi pemberian terapi Perawat hendaknya inovatif
latihan pemasangan Puzzle Jigsaw dengan meningkatkan kapasitas
pada pasien kelolaan stroke non dirinya dengan berinovasi pada
hemoragik ada salah satu pasien yang terapi modalitas dan tidak terpaku
mengalami peningkatan yang cukup pada tindakan advis medis saja.
baik meskipun hanya teratasi 4) Bagi Pasien
sebagian. Diharapkan pasien dan keluarga
memiliki pengetahuan mengenai
Saran kesehatan sehingga dapat
Dalam analisis ini ada mengetahui apa yang perlu
beberapa saran yang disampaikan dilakukan dalam upaya untuk
yang kiranya bermanfaat dalam meningkatkan kualitas kesehatan
pelayanan keperawatan khususnya didalam keluarga, seperti
penatalaksanaan latiha pemasangan menngatur pola makan, olahraga,
Puzzle Jigsaw pada pasien dengan tidur dan istirahat, sering
stroke non hemoragik yang melakukan pengecekkan
mengalami kelemahan otot sebagaia kesehatan, dan sering melatih
berikut : anggota gerak yang mengalami
1) Bagi Rumah Sakit kelemahan.
Diharapkan RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Saboe Kota Gorontalo khususnya di DAFTAR PUSTAKA
ruang HCU dan di Ruang Neuro Afandy, I., & Wiriatarina, J. (2018).
dapat mampu memberikan inovasi- Analisis Praktik Klinik
inovasi keperawatan dalam Keperawatan Tn. B dengan
memberikan pelayanan kesehatan Diagnosa Stroke Non Hemoragik
secara non farmakologi seperti (SNH) dengan Pemberian
yang telah dilakukan dalam Pelatihan Pemasangan Puzzle
pemeberian pemasangan Puzzle Jigsaw terhadap Peningkatan
Jigsaw pada klien dengan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas
kelemahan otot ekstermitas aras di Ruang Stroke Center RSUD
yang bisa bermanfaat untuk Abdul Wahab Sjahranie
melatih koordinasi, konsentrasi, Samarinda Tahun.
dan kontraksi otot pada AFINA AGMA FAZALINA S.Kep. (2022).
ekstermitas atas yang mengalami ANALISIS PRAKTIK KLINIK
kelemahan. KEPERAWATAN PADA PASIEN
2) Bagi Institusi STROKE NON HEMORAGIK
DENGAN INTERVENSI TERAPI
GERAK DENGAN METODE BOBATH Keperawatan.
TERHADAP TINGKAT Nursyiham, Ardi, M., & Basri, M.
KEMANDIRIAN DI KOTA (2019). Asuhan keperawatan
SAMARINDA. ,8.5.2017 ,‫הארץ‬ Pemennuhan Kebutuhan
2005–2003. Mobilitas Fisik pada Pasien
Akhlish Dzikrullah Ahmad, & Agung Stroke Non Hemoragik di RSKD
Ikhssani. (2021). Case Report : DADI Makssar. Jurnal Media
Mr. I 56 years old with Stroke Keperawatan, 10(01), 59–66.
Non Hemoragic. Jurnal http://journal.poltekkes-
Teknologi Kesehatan Borneo, mks.ac.id/ojs2/index.php/media
2(2), 84–90. keperawatan/article/
https://doi.org/10.30602/jtkb.v download/1555/pdf
2i2.39 Pratiwi, P. I., Malfasari, E., Lestari,
Devi, A. B. C. (2020). Pengaruh Media A., Febryanti, A., & Yunita, A. E.
Jigsaw Puzzle Terhadap (2022). METODE POSITION ,
Kemampuan Menghafal Huruf INSTRUCTION , PUZZLE ( PIP )
Hijaiyah Anak Usia 5-6 Tahun Di SEBAGAI UPAYA. 5(2), 333–339.
TK Angkasa Pekanbaru. 1–85. Skripsi%20Rosiani. (n.d.).
Gorontalo, 2018. (n.d.). LAPORAN Suwaryo, P. A. W., Levia, L., &
PROVINSI GORONTALO RISKESDAS Waladani, B. (2021). Penerapan
2018. Terapi Cermin Untuk
Henri. (2018). Stroke Non Hemoragik. Meningkatkan Kekuatan Otot
Angewandte Chemie Pada Pasien Stroke Non
International Edition, 6(11), Hemoragik. Journal of Borneo
951–952., 7–27. Holistic Health, 4(2), 127–135.
Kusnanto, K., Prajayanti, E. D., & https://doi.org/10.35334/bortic
Harmayetty, H. (2017). Jigsaw alth.v4i2.2263
Puzzle Improve Fine Motor ULISTIYAWATI. (2020). ASUHAN
Abilities of Upper Extremities in KEPERAWATAN PADA KLIEN
Post-Stroke Ischemic Clients. DENGAN STROKE NON
Jurnal Ners, 12(1), 142–150. HEMORAGIK YANG DI RAWAT DI
https://doi.org/10.20473/jn.v12 RUMAH SAKIT. In Kaos GL Dergisi
i1.2790 (Vol. 8, Issue 75).
Leniwita, H., & Anggraini, Y. (2019). https://doi.org/10.1016/j.jnc.2
Modul dokumentasi 020.125798
keperawatan. Fakultas Vokasi Wahyuni, H. (2017). Analisis praktik
Universitas Kristen Indonesia, 1– klinik Keperawatan Pada Pasin
182. Stroke Non Hemoragik Dengan
http://eprints.ukh.ac.id/id/epri Intervensi Inovasi Mobilisasi Dini
nt/694/1/MODUL AJAR Terhadap Tonus Otot, Kekuatan
DOKUMENTASI Otot, dan Kemampuan
KEPERAWATAN.pdf MotorikFungsional di Ruang
Nursalam. (2018). 75 Konsep dan Stroke Center Afi RSUD Abdul
penerapan metodologi.pdf. In Wahab Sjahranie Samarinda.
Konsep dan Penerapan Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Metodologi Penelitian Ilmu Samarinda.
YAYUK HANDAYANI, . S.KEP. (2019).
ANALISIS PRAKTIK KLINIK
KEPERAWATAN PADA PASIEN
STROKE NON HEMORAGIK
DENGAN INTERVENSI INOVASI
LATIHAN OTOT INSTRINSIK DAN
EKSTRINSIK EKSTREMITAS ATAS
UNTUK MENINGKATKAN
KEKUATAN OTOT TANGAN DI
RUANG STROKE CENTER RSUD A.
WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA.
Carbohydrate Polymers, 6(1), 5–
10.

Anda mungkin juga menyukai