Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat hamil, kondisi kesehatan ibu akan menentukan sehat-tidaknya
pertumbuhan janin. Namun sebetulnya, kehamilan itu sendiri bisa menjadi
penyebab menurunnya daya tahan ibu yang kemudian memicu munculnya
beberapa penyakit. Apa saja aneka penyakit yang kerap muncul dan
bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Pendarahan Tidak sedikit wanita hamil
mengalami perdarahan. Kondisi ini terjadi di awal masa kehamilan
(trimester pertama), tengah semester (trimester kedua) atau bahkan pada
masa kehamilan tua (trimester ketiga). Perdarahan pada kehamilan
merupakan keadaan yang tidak normal sehingga harus diwaspadai. Ada
beberapa penyebab perdarahan yang dialami oleh wanita hamil. Setiap kasus
muncul dalam fase tertentu. Ibu hamil yang mengalami perdarahan perlu
segera diperiksa untuk mengetahui penyebabnya agar bisa dilakukan solusi
medis yang tepat untuk menyelamatkan kehamilan. Adakalanya kehamilan
bisa diselamatkan, namum tidak jarang yang gagal. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan kandungan disertai dengan pengajuan
beberapa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan terjadinya
perdarahan. Bila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
ultrasonographi (USG) dan pemeriksaan laboratorium.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa sajakah penyakit yang dialami oleh ibu selama kehamilan ?
1.2.2 Apa sajakah penanganan penyakit – penyakit yang di derita ibu
selama hamil ?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum : Untuk mengetahui apa saja penyakit – penyakit yang di
derita ibu selama hamil dan ntuk mengetahui penanganan
penyakit – penyakit yang di derita ibu selama hamil.
1.3.2 Khusus : Untuk memenuhi tugas mata kuliah asuhan neonatus
tentang penyakit – penyakit yang di derita ibu selama
hamil.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hiperemesis Gravidarum

2.1.1. Pengertian

Hiperemesis gravidarium adalah keadaan dimana penderita Mual dan muntah


(Morning Sickness, Emesis Gravidarum) adalah mual dan muntah selama
kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus berlanjut
hingga 14-16 minggu kehamilan dan gejala biasanya akan membaik. Mual dan
muntah selama kehamilan dapat berupa gejala yang ringan hingga berat. Mual
dan muntah adalah keluhan utama pada 70 %-80 % kehamilan. (1,4)

Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat selama
kehamilan, yang terjadi pada 1 %-2 % dari semua kehamilan atau 1-20 pasien
per 1000 kehamilan. (4,5)

Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya cairan, elektrolit,


asambasa, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Pada
hiperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat kelaparan,
alkalosis akibat hilangnya asam hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia
dan ketonuria, sehingga mengharuskan pasien masuk dan dirawat di rumah
sakit.

2.1.2 Tingkatan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil

1. hipermesis gravidium tingkat 1

Hipermesis gravidium dengan gejala tergolong normal kondisi di sebabkan dari


berbagai factor, diantaranya yaitu perubahan hormon, esterogen dalam tubuh,
peningkatan hormone HCG yang di produksi plasenta, kegemukan(obesitas)
memiliki riwayat hiperemesis gravidarium. Gejala paling umum pada penderita
gravidirium

a. .badan terasa lemas dan lesu

3
b. lidah menjadi kering

c. sering muntah setiap selesai makan

d .berkurangnya nafsu makan

e. bobot badan menurun secara perlahan

f. mata tampak cekung

g. mudah merasa haus

2. hiperemesis gravidarium tingkat 2

Tingkat hiperemesis gravidarium ini umumnya terjadi saat gejalanya tak


kunjung usai. Untuk penyebab hipermesis gravidium tingkat 2 hampir sama
dengan tingkat 1 yakni perubahan hormone HCG, obesitas, genetic. Gejala
umum pada penderita hipermesis gravidiu tingkat 2 yakni

a. muntah tak terkendal(terus-menerus) dalam seharian dan terkadang berhenti


cukup Lama, lalu kambuh lagi.

b. lidah kering dan tampak ktor

c. bobot badan trun drastic

d. dehidrasi

e. wajah terlihat pucat

f. konstipasi

g. kenaikan suhu badan(demam)

3. hiperemesis gravidarum tingkat 3

Pada tahap ini kondisi hiperemesis gravidarium sudah sangat parah. Penderita
mengalami gejala koomplikasi yang membuatnya merasa tidak nyaman.sehingga
tak jarang penderita harus di rawat di rumah sakit, penyebab dari gravidium 3

4
adanya gangguan ginjal,gangguang pada proses oksidasi lemak, kenaikan kadar
hormone,HCG,obesitas, daya imun sangat menurun, kekuranagan nutrusi.gejala
pada umu pada penderita hipermesis gravidarium tingkat 3 yakni:

a.gejala mual muncul dan hilang

b .muntah berhenti sementara

c. dehidrasi

d. mata cekung

e .cepat merasa haus

d. mengalami kondisi dehidrasi melebih

e. demam(suhu badan meningkat)

f .gangguan pada mental

g .kehilangan kesadaran

2.1.3. Etiologi

Hingga saat ini penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara


pasti dan multifaktorial. Walaupun beberapa mekanisme yang diajukan bisa
memberikan penjelasan yang layak, namun bukti yang mendukung untuk setiap
penyebab hiperemesis gravidarum masih belum jelas. Beberapa teori telah
diajukan untuk menjelaskan penyebab hiperemesis gravidarum. Teori yang
dikemukakan untuk menjelaskan patogenesis hiperemesis gravidarum, yaitu
fasktor endokrin dan faktor non endokrin. Yang terkait dengan faktor endokrin
antara lain Human Chorionic Gonodotrophin, estrogen, progesteron, Thyroid
Stimulating Hormone, Adrenocorticotropine Hormone, human Growth
Hormone, prolactin dan leptin. Sedangkan yang terkait dengan faktor non
endokrin antara lain immunologi, disfungsi gastrointestinal, infeksi
Helicobacter pylori, kelainan enzym metabolik, defisiensi nutrisi, anatomi dan
psikologis .

5
2.1.4. Komplikasi

Baik komplikasi yang relatif ringan maupun berat bisa disebabkan karena
hiperemesis gravidarum. Kehilangan berat badan, dehidrasi acidosis akibat dari
gizi buruk, alkalosis akibat dari muntah-muntah, hipokalemia, kelemahan otot,
kelainan elektrokardiografi dan gangguan psikologis dapat terjadi. Komplikasi
yang mengancam nyawa meliputi ruptur esofagus yang disebabkan muntah-
muntah berat, Wernicke's encephalopathy (diplopia, nystagmus, disorientasi,
kejang, coma), perdarahan retina, kerusakan ginjal, pneumomediastinum
spontan, IUGR dan kematian janin. Pasien dengan hiperemesis gravidarum
pernah dilaporkan mengalami epistaxis pada minggu ke-15 kehamilan karena
intake vitamin K yang tidak adekuat yang disebabkan emesis berat dan
ketidakmampuannya mentoleransi makanan padat dan cairan. Dengan
penggantian vitamin K, parameter-parameter koagulasi kembali normal dan
penyakit sembuh. Vasospasme arteri cerebral yang terkait dengan hiperemesis
gravidarum juga ada dilaporkan pada beberapa pasien. Vasospasme didiagnosa
dengan angiografi Magnetic Resonance Imaging (MRI). (2,5) Tetapi bila
semua bentuk pengobatan gagal dan kondisi ibu menjadi mengancam nyawa,
pengakhiran kehamilan merupakan pilihan. Verberg melaporkan pilihan

2.1.5 ssPenanganan

Terdapat beberapa kontroversi mengenai tipe pengobatan yang harus


diberikan pada wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum. Terapi cairan dan
elektrolit parenteral pengganti, pemberian vitamin B6, antiemetik dan tirah
baring secara rutin digunakan pada hiperemesis gravidarum dan biasanya tanpa
perbaikan yang berarti. Hal ini tidak mengherankan, karena obat-obat tersebut
tidak ada yang mempengaruhi infeksi H. pylori. H. pylori merupakan
organisme yang hidup di dalam lingkungan yang tidak mudah diakses banyak
obat, selain itu karena resistensi bakteri yang muncul menimbulkan tantangan
tambahan. Lagipula, banyak aturan yang direkomendasikan sulit dilaksanakan
oleh pasien, yang menimbulkan masalah dengan kepatuhan, dengan harus

6
mengkonsumsi obat dalam jumlah besar setidaknya dua kali sehari dan efek
yang tidak menyenangkan, sehingga tidak banyak berpengaruh dalam
mendorong kerjasama pasien. Meskipun dengan kendala-kendala ini, aturan
pengobatan saat ini bisa memperoleh tingkat kesembuhan lebih dari 85 % pada
sebagian besar populasi pasi

2.2 Anemia Dalam Kehamilan

2.2.1 Pengertian
Anemia ialah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau
jumlah eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal).

Ukuran haemoglobin normal :


1) Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
2) Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram

Tingkat pada anemia :


1) Kadar Hb 8 gram – 10 gram disebut anemia ringan
2) Kadar Hb 5 gram – 8 gram disebut anemia sedang
3) Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat

Pada kehamilan jumlah darah bertambah banyak, yang disebut hidremia dan
hipervolemia pertambahan dari sel-sel darah kurang, bila dibanding dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut
berbanding sebagia berikut:
Plasma 30 %, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Proses bertambahnya jumlah darah dalam kehamilan sudah mulai sejak
kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara
32-36 minggu.
Seorang wanita hamil yang memiliki Hb < 11gr% dapat disebut penderia
anemia dalam kehamilan. Pemeriksaan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan
darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan

7
setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama pada
triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir

2.2.2 Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas


1) Keguguran
2) Partus prematurus
3) Partus lama karena inersia uteri
4) Perdarahan post partum karena atonia uteri
5) Syok
6) Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum
7) Anemia yang sangat berat adalah Hb dibawah 4 gr% terjadi payah
jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa
fatal

2.2.3 Pengaruh Anemia Terhadap Hasil Konsepsi :


Hasil konsepsi (janin, placenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah
untuk pembuatan butir-butir darah merah besar dan pertumbuhannya, yaitu
sebanyak berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh.
Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat
besi dalam hati, limpa, dan sum-sum tulang. Selama masih mempunyai cukup
persediaan zat besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan
turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan, pada waktu janin membutuhkan
zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap konsepsi ádalah :
a Kematian mudigah (Keguguran)
b IUFD
c Prematuritas
d Kematian janin waktu lahir (stillbirth)
e Dapat terjadi cacat-bawaan

2.2.4 Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan

8
1) Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia
akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurangnya
masukan unsur besi dalam makanan karena gangguan resorpsi, gangguan
penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan,
misalnya karena perdarahan. Kebutuhan zat besi bertambah dalam kehamilan,
terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah,
maka akan mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan
kembar

Pencegahan :
Didaerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya
wanita hamil diberi sulfasferosus cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita
dinasehatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur –sayur yang
banyak mengandung mineral dan vitamin
2) Anemia megaloblastik (29,0%)
Biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Terjadi akibat
kekurangan asam folat, jarang sekali akibat karena kekurangan Vitamin B12.
Biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.

Penanganan :
a. Pemberian asam folat, biasanya bersamaan dengan pemberian
Sulfas ferosus
b. Diet makanan yang bergizi (tinggi kalori dan protein)
Ditemukan pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran segar atau
kandungan protein tinggi
3) Anemia hipoplastik (8,0%)
Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah
merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan darah
tepi lengkap, pemeriksaan pungsi sternal, pemeriksaan retikulosit, dan lain-
lain.

9
Terapi dengan obat-obatan tidak memuaskan, mungkin pengobatan yang
paling baik yaitu tranfusi darah, yang perlu sering diulang.

4) .Anemia hemolitik (sel sickle) (0,7%)


Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang langsung
cepat dari pembuatannya. Misalnya disebabkan karena malaria, racun ular.
Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil. Apabila ia hamil
maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula
bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak menderita anemia.
`kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada
organ-organ vital.
Pengobsatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya,
bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-
obatan penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini
memberi hasil. Maka darah berulang dapat membantu penderita ini.

BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan

1.Hiperemesis gravidarium

10
Adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah, selama kehamilan yang
terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus berlanjut hiingga 14-16 minggu
kehamila dan gejala biasanya akan membaik.mual dan muntah selama kehamilan
dapat berupa gejala yang ringat dan berat.

a.. Tingkatan hiperemesis gravida

1. hiperemesis tingkat 1 masih normal

Gejala mual munta,dehidrasi

2 .hiperemesis tingkat 2 (sedang)gejala berat badan menurun,

3.hiperemesis tingkat 3 (berat) sudah di rawat di rumah sakit

2. Anemia Dalam Kehamilan

suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah


eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal).

Ukuran haemoglobin normal :


a. Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
b. Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram

Tingkat pada anemia :


a. Kadar Hb 8 gram – 10 gram disebut anemia ringan
b. Kadar Hb 5 gram – 8 gram disebut anemia sedang
c. Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat

Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan

a. Anemia defisiensi besi (62,3%) : anemia akibat kekurangan besi

11
b. Anemia megaloblastik (29,0%) : Terjadi akibat kekurangan asam
folat
c. Anemia hipoplastik (8,0%) : Disebabkan oleh hipofungsi
sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah baru
d. Anemia hemolitik (sel sickle) (0,7%) : Disebabkan penghancuran /
pemecahan sel darah merah yang langsung cepat dari
pembuatannya.

3.2 Saran

Adapun saran yang diajukan dalam makalah ini, yaitu:

a. Dalam mempelajari asuhan neonatus, seorang calon bidan diharapkan


mengetahui penyakit yang diderita ibu selama kehamilan sehingga
mampu memberikan asuhan neonatus dengan baik dan sesuai dengan
kewenangan profesi.
b. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam
pembuatan makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul
makalah ini, diharapkan kekurangan yang ada pada makalah ini dapat
diperbaharui dengan lebih baik

12

Anda mungkin juga menyukai