Anda di halaman 1dari 10

The 6th University Research Colloquium 2017

Universitas Muhammadiyah Magelang

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan


Masyarakat dalam Mitigasi Bencana Alam Tanah
Longsor
Putra Agina Widyaswara Suwaryo1*, Podo Yuwono2
1,2
Program Studi Keperawatan/STIKes Muhammadiyah Gombong
*Email: stikesmuhgombong@yahoo.com

Abstrak
Keywords: Bencana merupakan suatu proses alam atau bukan alam yang menyebabkan
Mitigasi Bencana; korban jiwa, harta dan mengganggu tatanan kehidupan. Korban jiwa
Tanah Longsor; mencapai 1.481 orang akibat bencana. Tanah longsor merupakan bencana
Tingkat Pengetahuan alam geologi yang diakibatkan oleh gejala alam dan tindakan manusia
dalam mengelola lahan. Manajemen bencana perlu dilakukan dan dipahami
oleh semua kalangan meliputi pemerintah, masyarakat dan tenaga
kesehatan. Manajemen bencana terdiri dari Pra Bencana, Saat Bencana
dan Pasca Bencana. Mitigasi merupakan bagian dari pra bencana yang
memiliki peran dalam pengurangan resiko bencana, mencegah dan
mengurangi jumlah korban ketika bencana terjadi. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang mitigasi
bencana alam tanah longsor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
analitik observasional yang dilakukan terhadap 48 responden yaitu warga
masyarakat Desa Sampang Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen,
dengan menggunakan teknik total sampel. Hasil penelitian didapatkan umur
responden sebagian besar 26-35 tahun (37.5%), jenis kelamin perempuan
(64.6%), pendidikan lulus SMP (45.8%), pekerjaan petani (54.2%) dan
tingkat pengetahuan kategori baik (47.9%). Hasil uji korelasi menggunakan
koefisien kontingensi menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur
(p=0.001), pendidikan (p=0.008) dan pekerjaan (p=0.000) terhadap tingkat
pengetahuan. Hasil uji regresi logistik didapatkan umur (RR=3.224)
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkat pengetahuan warga
masyarakat tentang mitigasi bencana alam tanah longsor. Oleh karena itu,
perlu adanya sosialisasi terkait mitigasi bencana dan peran masyarakat
untuk meningkatkan manajemen bencana.

1. PENDAHULUAN sangat merugikan, baik dari segi lingkungan


Bencana merupakan suatu proses alam maupun sosial ekonomi (BNPB, 2008).
atau bukan alam yang menyebabkan korban Tanah longsor terjadi karena adanya
jiwa, harta dan mengganggu tatanan gerakan tanah sebagai akibat dari bergeraknya
kehidupan. Tanah longsor merupakan bencana masa tanah atau batuan yang bergerak di
alam geologi yang diakibatkan oleh gejala sepanjang lereng atau diluar lereng karena
alam geologi maupun tindakan manusia dalam faktor gravitasi. Kekuatan gravitasi yang
mengelola lahan. Dampak dari bencana ini dipaksakan pada tanah-tanah miring melebihi
kekuatan memecah kesamping yang
mempertahankan tanah-tanah tersebut pada posisinya [8].

ISSN 2407-9189 1
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

Banyaknya peristiwa bencana yang bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan
terjadi di Indonesia dan menimbulkan korban tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka
jiwa serta kerugian harta benda yang besar panjang.
membutuhkan manajemen bencana yang baik. Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam
Berdasarkan data statistik di Indonesia sampai bentuk mitigasi struktur dengan memperkuat
dengan Juli 2017, korban jiwa mencapai 1.481 bangunan dan infrastruktur yang berpotensi
orang meninggal akibat bencana. Selama ini, terkena bencana, seperti membuat kode
manajemen bencana dianggap bukan prioritas bangunan, desain rekayasa, dan kontruksi
dan hanya datang sewaktu-waktu saja, untuk menahan serta memperkokoh struktur
padahal kita hidup di wilayah yang rawan ataupun bangunan penahan longsor, penahan
bencana. Oleh karena itu, pemahaman tentang dinding pantai dan lain-lain (Suzanne, et al,
manajemen bencana perlu dimengerti dan 2009). Selain itu, upaya mitigasi juga dapat
dikuasai oleh seluruh kalangan, baik dilakukan dalam bentuk non struktural,
pemerintah, masyarakat maupun swasta [2]. diantaranya seperti menghindari wilayah
Ada beberapa wilayah di Jawa Tengah bencana dengan cara membangun menjauhi
yang memiliki potensi bencana alam tanah lokasi bencana yang dapat diketahui melalui
longsor, salah satunya yaitu Kabupaten perencanaan tata ruang dan wilayah serta
Kebumen. Kebumen memiliki beberapa dengan memberdayakan masyarakat dan
kecamatan yang terletak di dataran tinggi dan pemerintah daerah [1].
sering mengalami bencana alam tanah Pada tanggal 18 Juni 2016 pukul 17.00
longsor, antara lain Sadang, Wadas Lingtang WIB terjadi hujan lebat di Kebumen,
dan Sampang. Bencana tanah longsor terjadi khususnya wilayah Sempor. Hal tersebut
pada wilayah dengan dataran tinggi, dan menyebabkan tanah longsor, lebih tepatnya di
terjadi setelah terjadi hujan lebat. Hal ini Dusun Semampir. Enam orang tertimbun
terjadi karena struktur tanah yang kurang karena bencana tanah longsor tersebut.
padat dan mulai banyak pemukiman rumah Longsor tersebut juga mengakibatkan tiga
serta proses penyerapan air oleh tumbuhan rumah warga rata dengan tanah dan dua
atau pohon yang kurang optimal [2]. rumah roboh. Pasca proses evakuasi korban
Pada bulan Juni 2016 lalu, tepatnya bencana tanah longsor, kami mencoba untuk
tanggal 18-19 terjadi tanah longsor akibat melakukan observasi dan wawancara kepada
hujan lebat selama 10 jam di Sampang beberapa warga masyarakat sekitar Dusun
Kecamatan Sempor. Beberapa desa yang Semampir. Salah satunya adalah ketua RT 3
terkena tanah longsor yaitu Desa Sampang Dusun Semampir yang menyampaikan bahwa
(tepatnya dukuh semampir) dan Wagirpandan. belum ada tindakan dan persiapan yang
Setidaknya ada 3 rumah terbawa longsor dan dilakukan baik oleh warga masyarakat sendiri
6 orang tertimbun. maupun pemerintah untuk antisipasi ketika
Warga masyarakat mempunyai peran musim hujan datang agar bencana alam tanah
penting dalam tiga aspek tersebut. Pada longsor itu tidak terjadi.
keadaan bencana belum terjadi, peran Berdasarkan fenomena diatas, maka
masyarakat sangat penting terutama dalam peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tahap mitigasi. Mitigasi bencana mencakup tentang gambaran pengetahuan warga
baik perencanaan dan pelaksanaan tindakan- masyarakat tentang mitigasi bencana alam
tindakan untuk mengurangi resiko dampak tanah longsor di Desa Sampang Kecamatan
dari suatu bencana yang dilakukan sebelum Sempor Kabupaten Kebumen
2. METODE kelamin, pendidikan dan pekerjaan terhadap
Penelitian ini menggunakan metode tingkat pengetahuan warga masyarakat desa
penelitian analitik observasional. Pada sampang terkait mitigasi bencana. Adapun
penelitian ini mengidentifikasi umur, jenis proses identifikasi dilakukan kepada warga

2 ISSN 2407-9189
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

yang terkena dampak langsung bencana tanah mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa
longsor di desa sampang kecamatan sempor tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kabupaten kebumen. kematangan seseorang akan lebih matang
Pengambilan sampel menggunakan dalam berpikir dan bekerja. Hal ini juga
teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan berpengaruh terhadap kognitif seseorang.
sampel bila semua anggota populasi Kemudian, dari segi kepercayaan
digunakan sebagai sampel. Sampel dalam masyarakat, seseorang lebih dewasa akan
penelitian ini adalah Warga Desa Sampang lebih dipercaya dari orang yang belum
RT 3 RW 1 sebanyak 48. cukup kedewasaannya.
Usia seseorang juga mempengaruhi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap daya tangkap dan pola pikir
Hubungan Umur dengan Tingkat seseorang. Semakin bertambah usia akan
Pengetahuan Warga Masyarakat semakin berkembang pula daya tangkap
tentang Mitigasi dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan
Hasil uji statistik menggunakan uji yang diperolehnya semakin baik. Pada usia
korelasi koefisien kontingensi didapatkan 20-35 tahun, individu akan lebih berperan
hasil p=0.001, hal ini berarti umur memiliki aktif dalam masyarakat dan kehidupan
hubungan terhadap tingkat pendidikan sosial serta lebih banyak melakukan
dengan nilai r=0.605 yang berarti memiliki persiapan demi suksesnya upaya
kekuatan korelasi kuat. Rata-rata umur menyesuaikan diri menuju usia tua. Selain
warga adalah mereka yang masih dalam itu, mereka akan lebih banyak
usia produktif yaitu 26-35 tahun. Hal ini menggunakan banyak waktu untuk
sesuai dengan penelitian yang dilakukan membaca. Kemampuan intelektual,
oleh Pangesti (2012), bahwa pada usia pemecahan masalah dan kemampuan verbal
produktif merupakan usia yang paling dilaporkan hampir tidak ada penurunan
berperan dan memiliki aktivitas yang padat pada usia ini [5].
serta memiliki kemampuan kognitif yang
baik. Sehingga, pada usia ini memiliki Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat
pengaruh terhadap tingkat pengetahuan. Pengetahuan Warga Masyarakat
Penelitian lain yang dilakukan oleh tentang Mitigasi
Firmansyah (2014), menggunakan 92 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
responden yang diambil di wilayah rawan bahwa jenis kelamin tidak memiliki
bencana didapatkan hasil bahwa usia hubungan dengan tingkat pengetahuan
responden dalam rentang 20-45 tahun warga masyarakat tentang mitigasi bencana
memiliki tingkat pengetahuan paling baik alam tanah longsor dengan nilai p=0.787.
tentang mitigasi bencana. Hal ini juga Perbedaan jenis kelamin mungkin
sejalan dengan Indiantoro (2009), bahwa membentuk persepsi yang berbeda sehingga
umur adalah usia individu yang terhitung mempengaruhi sikap dan pengetahuan yang
berbeda juga antara laki-laki dan
perempuan. Hal ini memang menjadi
perdebatan apakah laki-laki dan perempuan
berbeda dalam bagaimana jalan mereka
membuat keputusan etis dan kognitif [10].
Pendekatan sosial jenis kelamin dan
literature dari Gillgan (1982) dalam Carter
(2011), laki-laki dan perempuan
mengevaluasi dilema etis secara berbeda. cenderung untuk melakukan perilaku kurang
Berdasarkan pendekatan tersebut, pria lebih etis sebab mereka akan fokus pada

ISSN 2407-9189 3
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

kesuksesan secara kompetitif dan pengetahuan tentang mitigasi bencana alam.


cenderung mengabaikan aturan demi Seseorang yang memiliki pengalaman yang
kesuksesan. Hal ini tidak berbanding lurus luas akan berdampak pada kognitifnya.
dengan kemampuan kognitif seseorang. Pendidikan merupakan faktor yang semakin
Sedangkan, perempuan lebih berorientasi penting dalam kehidupan sehari-hari.
pada tugas dan kurang kompetitif. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi
Beberapa literatur juga belum ada yang persepsi seseorang tentang kognitif.
menjelaskan bahwa laki-laki atau Seseorang yang berpendidikan tinggi juga
perempuan memiliki tingkat pengetahuan memiliki penalaran yang tinggi pula.
atau secara kognitif yang berbeda. Realita Menurut Eberhardt et al (2007),
yang ada, perempuan memang lebih rajin, melakukan penelitian terhadap 74
tekun dan teliti ketika diberi tugas atau responden dengan latarbelakang pendidikan
mengerjakan sesuatu, tetapi hal ini tidak yang berbeda dan dihubungkan dengan
menjelaskan dan menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan. Hasilnya adalah
dengan sikap seperti itu maka perempuan mereka yang memiliki pendidikan dengan
memiliki tingkat pengetahuan atau kognitif level lebih tinggi memiliki tingkat
lebih baik. pengetahuan yang lebih luas dan
pengalaman yang banyak. Hal ini juga
Hubungan Pendidikan dengan Tingkat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif
Pengetahuan Warga Masyarakat tentang seseorang.
Mitigasi
Hasil uji bivariat menggunakan uji Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat
koefisien kontingensi didapatkan nilai Pengetahuan Warga Masyarakat tentang
p=0.008, yang berarti bahwa pendidikan Mitigasi
memiliki hubungan dengan tingkat Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
pengetahuan warga masyarakat tentang bahwa pekerjaan memiliki pengaruh
mitigasi bencana alam tanah longsor. Data terhadap tingkat pengetahuan warga
pendidikan yang didapatkan pada penelitian masyarakat tentang mitigasi bencana
ini sebagian besar sudah menempuh jalur (p=0.000). Petani merupakan jenis
Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar pekerjaan yang paling banyak ada di Desa
45.8% dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Sampang Kecamatan Sempor, hal ini sesuai
sebesar 8,4%, jika diakumuasikan menjadi dengan lokasi wilayah dimana terdapat
54.2%. Mereka yang pernah menempuh banyak sawah. Selain petani, pekerjaan
jenjang pendidikan dengan level lebih warga Desa Sampang adalah pedagang, dan
tinggi memiliki pengalaman dan wawasan sebagian lagi wiraswastas serta tidak
lebih luas, yang akan berdampak kepada bekerja [4].
kognitif seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Pangesti
Menurut Carter (2011), bahwa semakin (2012), menjelaskan bahwa pekerjaan
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan seseorang akan berpengaruh terhadap
semakin mudah menerima informasi pengetahuan dan pengelaman seseorang.
sehingga semakin banyak pula pengalaman Penjelasan mengapa pekerjaan berpengaruh
yang dimiliki, dalam hal ini khususnya terhadap seseorang adalah ketika pekerjaan
tersebut lebih sering menggunakan otak
daripada menggunakan otot. Kinerja dan
kemampuan otak seseorang dalam
menyimpan (daya ingat) bertambah atau
meningkat ketika sering digunakan, hal ini seseorang lebih banyak menggunakan
berbanding lurus ketika pekerjaan otak daripada otot.

4 ISSN 2407-9189
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

Penjelasan lain yang mendukung adalah baik sebesar 74,8%. Sedangkan, seseorang
kemampuan otak atau kognitif seseorang dengan usia kurang dari 26 tahun dan lebih
akan bertambah ketika sering digunakan dari 35 tahun kemungkinan memiliki
untuk beraktifitas dan mengerjakan sesuatu tingkat pengetahuan baik sebesar 35,2%.
dalam bentuk teka-teki atau penalaran. Beberapa penelitian juga menjelaskan
Adapun realita yang ada untuk variabel bahwa usia seseorang pada masa produkti
pekerjaan warga masyarakat Desa Sampang memiliki tingkat pengetahuan atau kognitif
yang paling banyak adalah petani. Jika yang paling baik. Selain itu, pada usia
melihat kuantitas atau jumlah responden tersebut juga seseorang memiliki
sama antara pendidikan yang tinggi dan pengalaman dan kemampuan yang luas
pekerjaan yang dimiliki. Hal ini yang untuk beraktifitas yang tentunya akan
membuat hubungan dan hasil secara menunjang pengetahuannya dalam segala
statistik bahwa pekerjaan memiliki hal [12].
pengaruh terhadap tingkat pengetahuan Hasil penelitian juga didapatkan jumlah
[13]. warga masyarakat Desa Sampang pada saat
Selain itu, beberapa penyuluhan yang ini lebih banyak yang usia produktif.
pernah didapatkan oleh warga Desa Sehingga hal ini juga mempengaruhi hasil
Sampang yang diberikan oleh mahasiswa, secara statistik. Usia seseorang
tenaga kesehatan dan pemerintah dalam hal mempengaruhi terhadap daya tangkap dan
ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah pola pikir seseorang. Semakin bertambah
(BPBD) lebih sering diikuti oleh warga usia akan semakin berkembang pula daya
yang memiliki pekerjaan petani. Hal ini tangkap dan pola pikirnya, sehingga
dibuktikan dari pernyataan beberapa pengetahuan yang diperolehnya semakin
perangkat desa ketika kegiatan penyuluhan baik [11].
itu berlangsung. Pada usia 20-35 tahun, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
Faktor paling dominan yang mempengaruhi kehidupan sosial serta lebih banyak
Tingkat Pengetahuan Warga Masyarakat melakukan persiapan demi suksesnya upaya
tentang Mitigasi menyesuaikan diri menuju usia tua. Selain
Hasil uji statistik multivariat itu, mereka akan lebih banyak
menggunakan uji regresi logistik menggunakan banyak waktu untuk
didapatkan bahwa variabel independen membaca. Kemampuan intelektual,
yaitu umur yang paling dominan pemecahan masalah dan kemampuan verbal
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dilaporkan hampir tidak ada penurunan
warga masyarakat tentang mitigasi bencana pada usia ini [5].
[9]. Hal ini juga sejalan dengan Indiantoro
Nilai probabilitas tingkat pengetahuan (2009), bahwa umur adalah usia individu
warga masyarakat tentang mitigasi bencana yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
alam tanah longsor dapat diketahui dengan saat beberapa tahun. Semakin cukup umur,
menggunakan persamaan diatas. Seseorang tingkat kematangan seseorang akan lebih
dengan usia 26-35 tahun, maka matang dalam berpikir dan bekerja. Hal ini
kemungkinan memiliki tingkat pengetahuan juga berpengaruh terhadap kognitif
seseorang. Kemudian, dari segi
kepercayaan masyarakat, seseorang lebih
dewasa akan lebih dipercaya dari orang
yang belum cukup kedewasaannya.
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan dan Tingkat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur, Jenis Pendidikan Masyarakat Desa Sampang

ISSN 2407-9189 5
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

Kecamatan Sempor *Terlampir kelamin tidak memiliki hubungan


Pada tabel 4.1 yang berisi distribusi (p=0.787).
frekuensi variabel terikat dan variabel bebas
bisa dilihat bahwa usia produktif paling Tabel 3. Uji Multivariat tentang Mitigasi
banyak daripada rentang usia yang lain, Bencana Alam Tanah Longsor pada
yaitu kisaran 26-35 tahun. Hal ini Masyarakat Desa Sampang Kecamatan
menunjukkan pada usia tersebut seseorang Sempor *Terlampir
paling banyak beraktifitas dan paling Berdasarkan hasil uji multivariat
berperan dalam kehidupan sehari-hari. menggunakan uji regresi logistik, variabel
Namun, jika dilihat dari jenis kelamin, umur merupakan variabel paling dominan
secara data statistik jumlah perempuan yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
lebih banyak 2 kali lipat jumlah laki. masyarakat tentang mitigasi bencana alam
Pada tingkat pendidikan, sebagian tanah longsor di Dukuh Semampir Desa
responden sudah pernah merasakan sekolah Sampang Kecamatan Sempor, dengan
sampai dengan tahap Sekolah Menengah kekuatan hubungan resiko relative (RR)
Pertama atau SMP (45.8%). Sedangkan sebesar 3.224. Hal ini berarti bahwa
sebagian besar pekerjaan yaitu sebagai seorang dengan umur 26-35 tahun memiliki
petani (54.2%), hal ini karena melihat tingkat pengetahuan tentang mitigasi
wilayah sekitar sempor lebih banyak bencana alam tanah longsor 3 kali lipat
dataran tinggi dan sawah. Tingkat lebih baik daripada yang memiliki umur
pendidikan menunjukkan baik terhadap kurang 26 tahun atau lebih dari 35 tahun.
mitigasi bencana alam tanah longsor. Aplikasi persamaan regresi logistic adalah
Beberapa sosialisasi dan penyuluhan sudah untuk memprediksi tingkat pengetahuan
pernah dilakukan oleh tenaga medis seperti masyarakat tentang mitigas bencana alam
dari puskesmas dan informasi dari bidan tanah longsor. Contoh kasus yaitu
desa ketika kegiatan posyandu, baik seseorang dengan usia 26-35 tahun, maka
posyandu balita maupun lansia. kemungkinan memiliki tingkat pengetahuan
baik sebesar 74,8%. Sedangkan, seseorang
Tabel 2. Uji Korelasi Variabel Umur, Jenis dengan usia kurang dari 26 tahun dan lebih
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan dengan dari 35 tahun kemungkinan memiliki
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa tingkat pengetahuan baik sebesar 35,2%.
Sampang Kecamatan Sempor
*Terlampir Tabel 4. Uji Nilai Kalibrasi menggunakan
Pada tabel 4.2 menyajikan uji korelasi Hosmer and Lemeshow Test *Terlampir
menggunakan koefisien kontingensi. Uji ini digunakan untuk menilai kualitas
Hasilnya didapatkan bawah variabel yang persamaan yang diperoleh berdasarkan
memiliki hubungan yaitu usia (p=0.001), parameter kalibrasi. Nilai p pada uji
pendidikan (p=0.008) dan pekerjaan Hosmer and Lemeshow Test adalah sebesar
(p=0.000) terhadap tingkat pengetahuan 0.658. Hal ini berarti bahwa persamaan
warga masyarakat tentang mitigasi bencana yang diperoleh mempunyai kalibrasi yang
alam tanah longsor, sedangkan jenis baik.

Tabel 5. Uji Nilai Deskriminan


menggunakan Area Under the Curve
*Terlampir
Nilai diskriminasi dapat diketahui tersebut menunjukkan bahwa intrepretasi
dengan melihat nilai Area Under the Curve AUC kuat secara statistik.
atau AUC. Nilai AUC sebesar 83%. Hasil

6 ISSN 2407-9189
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

4. KESIMPULAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan Adapun saran berdasarkan hasil penelitian
pembahasan tentang Faktor-faktor yang adalah memberikan informasi terkait mitigasi
mempengaruhi tingkat pengetahuan warga bencana dan peran warga masyarakat dalam
masyarakat tentang mitigasi bencana alam proses tersebut, sehingga bisa mencegah,
tanah longsor di Desa Sampang, Kecamatan menghindari dan mengurangi jumlah korban jiwa
Sempor, Kabupaten Kebumen didapatkan ketika bencana terjadi. Selain itu, sebagai bahan
kesimpulan bahwa umur responden sebagian referensi dan tambahan informasi tentang
besar berada pada 26-35 tahun, jenis kelamin komponen yang berperan dalam proses pra
lebih banyak perempuan, pendidikan sebagian bencana yaitu khususnya mitigasi, dimana
besar lulus SMP, pekerjaan sebagian besar sebelum melakukan aksi nyata atau
petani, tingkat pengetahuan warga masyarakat merealisasikan alangkah lebih baik diberikan
tentang mitigasi bencana alam tanah longsor sosialisasi dan pengetahuan kepada warga
di Desa Sampang dalam kategori baik dan masyarakat, sehingga target pada tahap pra
umur merupakan faktor paling dominan yang bencana bisa tercapai.
memiliki pengaruh terhadap tingkat Menambah referensi wilayah atau daerah
pengetahuan warga masyarakat tentang target pengabdian masyarakat di bidang
mitigasi bencana alam tanah longsor di Desa kebencanaan berbasis masyarakat terkait aplikasi
Sampang Kecamatan Sempor Kabupaten mitigasi bencana dengan melibatkan semua
Kebumen. komponen meliputi masyarakat, tenaga medis
dan pemerintah. Kemudian, melakukan penelitian
IMPLIKASI lanjutan dengan variabel lain yang belum diteliti
Manajemen bencana merupakan untuk mengetahui lebih luas terkait faktor apa
rangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, saja yang berpengaruh terhadap tingkat
penganggulangan bencana, sebelum, saat dan pengetahuan warga masyarakat tentang mitigasi
sesudah bencana. Secara umum kegiatan bencana alam tanah longsor
manajemen bencana dibagi menjadi tiga yaitu
pra, saat dan pasca bencana. Mitigasi merupakan
bagian dan langkah penting yang bisa dilakukan REFERENSI
untuk mengurangi dan mencegah banyaknya [1] Agustina, Wibawa & Tika. Tingkat
korban ketika bencana terjadi. Tenaga kesehatan Kerentanan dan Kapasitas Masyarakat
bekerjasama pemerintah dan masyarakat serta dalam Menghadapi Risiko Banjir di
saling bersinergi sangat membantu dalam Kecamatan Pasar Kliwon Kota
mitigasi bencana. Perlu tindak lanjut untuk Surakarta.
realisasi mitigasi bencana seperti sosialisasi atau Universita Gadjah Mada Yogyakarta. 2013
penyuluhan kepada semua komponen warga [2] Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
masyarakat baik diwilayah yang berpotensi dan Peraturan Kepala Badan Nasional
tidak berpotensi bencana. Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun
2008 tentang pedoman pembentukan badan
penanggulangan bencana daerah. Jakarta.
2008
[3] Carter, W. Disaster Manegement: A
Disaster Manager’s Handbook. Manila:
ADB; 2011. 1-204
[4] Eberhardt, E., Bonzanigo, L., & Loew, S.
Long-term investigation of a deep-seated
creeping landslide in crystalline rock. Part
II. Mitigation measures and numerical modelling of deep drainage at Campo

ISSN 2407-9189 7
The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

Vallemaggia. Canadian Geotechnical [10] Normadewi, B. Analisis pengaruh jenis


Journal; 2007, 44 (10): 8-12 kelamin dan tingkat pendidikan seseorang.
[5] Erdian. Ilmi Perilaku, cetakan pertama. Universitas Diponegoro Semarang; 2012
Jakarta: CV Sagung Seto; 2009. 1-122 [11] Pangesti, A. Gambaran tingkat
[6] Firmansyah, I. Hubungan pengetahuan pengetahuan dan aplikasi kesiapsiagaan
dengan perilaku kesiapsiagaan dalam bencana pada mahasiswa Fakultas Ilmu
menghadapi bencana banjir dan longsor Keperawatan Universitas Indonesia tahun
pada remaha usia 15-18 tahun di SMA Al- 2012. Universitas Indonesia; 2012
Hasan Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten [12] Pedro, J., Cevasco, A., Brandolini, P., &
Jember. Program Studi Ilmu Keperawatan Soldati, M. (2015). Assessment of shallow
Universtias Jember; 2014. landslide risk mitigation measures based
[7] Indiantoro. Pengetahuan Masyarakat on land use planning through probabilistic
terhadap Mitigasi Bencana Kekeringan di modelling. Springer Link; 2015, 12 (1),
Kecamatan Tawangsari Kabupaten 101-104
Sukoharjo. Universita Gadjah Mada [13] Subagia, Wiratma & Sudita. Pelatihan
Yogyakarta; 2009. Mitigasi Bencana Alam Gempa Bumi pada
[8] Kilpauk. A First Look at Communitation Siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Pengastulan
Theory. The McGraw Hill Companies Inc: Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng
Singapore; 2009. 1-202 Bali. Universitas Gadjah Mada
[9] Marcato, G., Mantovani, M., Pasuto, A., Yogyakarta; 2015
Zabuski, L., & Borgatti, L. Monitoring, [14] Suzanne, L., Nadim, F., Laccase, S, &
numerical modelling and hazard mitigation Nadim, N. (2009). Landslide Risk
of the Moscardo Landslide. Engineering Assessment and Mitigation Strategy.
Geology; 2012, 128 (2) Disaster Risk Reduction; 2009. 6-14

LAMPIRAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan dan Tingkat
Pendidikan Masyarakat Desa Sampang Kecamatan Sempor

n %
1. Usia
- 18 – 25 tahun 10 20.8
- 26 – 35 tahun 18 37.5
- 36 – 45 tahun 13 27.1
- 46 – 55 tahun 4 8.3
- > 55 tahun 3 6.3
2. Jenis Kelamin
- Laki-laki 17 35.4
- Perempuan 31 64.6
3. Pendidikan
- Tidak sekolah 8 16.7

8 ISSN 2407-9189
- Lulus SD 14 29.2
- Lulus SMP 22 45.8
- Lulus SMA 4 8.3
4. Pekerjaan
- Tidak bekerja 6 12.5
- Petani 26 54.2
- Pedagang 14 29.2
- Wiraswasta 2 4.2
5. Tingkat Pendidikan
- Baik 23 47.9
- Cukup 20 41.7
- Kurang 5 10.4

Tabel 2. Uji Korelasi Variabel Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan dengan Tingkat
Pendidikan Masyarakat Desa Sampang Kecamatan Sempor

Tingkat Pendidikan Total r p


Baik Cukup Kurang
18-25
tahun
26-35 3 7 0 10
tahun 13 5 0 18
Usia 36-45 7 5 1 13 0.603 0.001
tahun 0 2 2 4
46-55 0 1 2 3
tahun
> 55 tahun
Jenis Laki-laki 7 8 2 17
0.099 0.787
Kelamin Perempuan 16 12 3 31
Tidak
sekolah 1 3 4 8
Lulus SD 8 6 0 14
Pendidikan 0.515 0.008
Lulus SMP 12 9 1 22
Lulus 2 2 0 4
SMA
Tidak
0 2 4 6
bekerja
12 14 0 26
Pekerjaan Petani 0.634 0.000
10 4 0 14
Pedagang
1 0 1 2
Wiraswasta
Tabel 3. Uji Multivariat tentang Mitigasi Bencana Alam Tanah Longsor pada Masyarakat
Desa Sampang Kecamatan Sempor

IK 95%
Koefisien S.E Wald Nilai RR
Min Maks
Usia 26- 0.3 4.35 3.2
35 tahun 2.203 06 5 0.35 24 15.8
0.04
Konstan 0.707 0.2 0.61 0.41 0.2 5
ta 33 1 72

Tabel 4. Uji Nilai Kalibrasi menggunakan Hosmer and Lemeshow Test

Step Chisquare df Sig


1 5.901 8 0.658

Tabel 5. Uji Nilai Deskriminan menggunakan Area Under the Curve

IK 95%
Area Std. Error Asymp Sig
Lower Upper
0.830 0.018 0.001 0.096 0.363

Anda mungkin juga menyukai