Anda di halaman 1dari 11

MINI PROPOSAL

URGENSI DESA TANGGUH BENCANA DI DESA SUMBERMUJUR

Dosen Pengampu:

Dr. Rosnida Sari, S.Ag., M.Si., Ph.D

Oleh:

Yehezkiel Christopher

200910302054

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2022
DAFTAR ISI

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
disebutkan bahwa suatu rangkaian peristiwa yang mengganggu serta mengancam kehidupan
serta penghidupan manusia yang mengakibatkan timbulnya kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, dampak psikologis, bahkan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, dapat
dikatakan sebagai suatu bencana (Suharini.2016:1). Adapun bencana dibagi menjadi 3
menurut faktor penyebabnya, yakni bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh faktor alam seperti erupsi gunung,
tsunami, gempa dan yang lainnya. Sedangkan bencana non alam adalah bencana yang
disebabkan oleh faktor non alam seperti epidemi dan wabah penyakit. Yang ketiga, bencana
sosial adalah bencana yang disebabkan oleh faktor manusia seperti terorisme dan juga konflik
sosial. Di Indonesia sendiri kasus bencana yang paling sering terjadi ialah bencana alam.
Adapun hal ini dipengaruhi oleh letak geografis Indonesia yang berada di antara 3 lempeng
tektonik.

Berdasarkan infografis yang diberikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana,


yang dapat di akses melalui laman web Geoportal Data Bencana Indonesia, tercatat telah
terjadi sekitar 5.402 kejadian bencana, terhitung mulai tanggal 1 Januari 2021 hingga 31
Desember 2021. Adapun bencana tersebut diantaranya ialah gempa bumi, banjir, kekeringan,
erupsi gunung berapi, cuaca ekstrem, tanah longsor, dan sejumlah bencana lainnya. Peristiwa
tersebut menyebabkan timbulnya korban, baik yang terdampak dan mengungsi, korban luka-
luka, korban hilang, bahkan korban jiwa. Berdasarkan infografis tersebut, jumlah bencana di
tahun ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan jumlah tahun sebelumnya.

Selain itu, dalam infografis juga diperlihatkan bahwa pada tahun 2021 provinsi Jawa
Timur berada di posisi ke 3 sebagai provinsi yang banyak terjadi bencana alam. Adapun salah
satu bencana yang paling menjadi perhatian publik ialah erupsi Gunung Semeru yang dampak
paling besarnya terjadi di Kabupaten Lumajang yang menyebabkan korban meninggal dunia
sebanyak 51 jiwa. Sementara itu, jumlah warga yang mengungsi sebanyak 10.395 jiwa, dan
tersebar di 410 titik (Yanuarto, 2021).

Desa Sumbermujur merupakan salah satu desa di Kabupaten Lumajang, tepatnya di


Kecamatan Candipuro. Jaraknya sekitar 9.9 kilometer dari Gunung Semeru serta memiliki

iii
luas daerah sekitar 1.690 Ha (Jadesta Kemenparekraf). Meskipun memiliki jarak yang cukup
dekat dengan Gunung Semeru akan tetapi Desa Sumbermujur menjadi salah satu daerah yang
terdampak tidak terlalu parah saat terjadi erupsi Gunung Semeru, bahkan menjadi salah satu
titik posko pengungsian bagi korban yang daerahnya terdampak erupsi cukup parah. Akan
tetapi, berdasarkan peta Kawasan Rawan Bencana (KRB), Desa Sumbermujur berada di
daerah KRB I yang menjadikan Desa Sumbermujur ini berpotensi terlanda aliran lahar serta
abu vulkanik dan memiliki kemungkinan terlanda perluasan awan panas dan aliran lava (Peta
Kawasan Rawan Bencana Gunung Semeru, Google.com, diakses pada 5 April 2022)

Bencana alam memang sering kali tidak dapat dihindari karena peristiwa tersebut terjadi
di luar kendali manusia, akan tetapi dampak yang ditimbulkan dari kejadian bencana
sebenarnya bisa dikurangi yakni melalui pengelolaan risiko bencana. Adapun siklus dari
pengelolaan bencana ini terdiri dari empat tahap yaitu tahap kesiapsiagaan, tahap pencegahan
atau mitigasi, tahap tanggap darurat, dan tahap rehabilitasi serta rekonstruksi pasca bencana.
Selain itu, upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari
bencana ialah melalui program Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana) yang bertujuan
untuk melatih suatu desa/kelurahan agar mampu secara mandiri untuk beradaptasi dalam
menghadapi ancaman bencana, dan juga untuk memulihkan diri dengan segera dari segala
dampak bencana (Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan beberapa rumusan
masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, yakni:
1. Bagaimanakah bagaimanakah urgensi pembentukan Desa Tangguh Bencana di desa
Sumbermujur?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari erupsi Gunung
Semeru tahun 2021 terhadap kondisi sosial masyarakat yang ada di Desa Sumbermujur.
Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan bagaimana kondisi sosial
masyarakat Desa Sumbermujur sebelum terjadinya erupsi Gunung Semeru tahun 2021
dengan kondisi setelah terjadinya erupsi, serta untuk mengetahui apakah terjadi konflik sosial
antara penduduk asli dengan para pengungsi dan bagaimanakah penyelesaian konflik
tersebut.

iv
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Konseptual

Desa Tangguh Bencana


Desa Tangguh Bencana (Destana) adalah suatu program yang dibentuk oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan tujuan utama ialah untuk mewujudkan
suatu ketangguhan bagi masyarakat terutama yang ada di desa dalam menghadapi bencana
dan mengurangi resiko bencana. Selain itu, program ini dibentuk supaya masyarakat desa
dapat secara mandiri memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman yang
ada di wilayahnya, sehingga juga mampu untuk memulihkan kondisi desa secara cepat dari
dampak bencana yang terjadi, serta dapat mengorganisir sumber daya masyarakat demi
mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas. Dalam program ini perlu adanya
keterlibatan semua pihak baik pemerintah, lembaga non pemerintah, maupun seluruh
masyarakat. Sebab hal ini merupakan mandat yang telah di tatapkan dalam Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, siaga.bnpb.go.id, diakses pada 5 April 2022).

2.2 Kerangka Teori


2.2.1 Teori Strukturasi
Dalam melakukan suatu penelitian perlu adanya sebuah teori untuk menganalisis
fenomena yang terjadi, dan dalam penilitian ini penulis menggunakan teori strukturasi milik
Anthony Giddens. “Tujuan teori strukturasi adalah menjelaskan hubungan dialektika dan
saling pengaruh mempengaruhi antara agen dan struktur. Dengan demikian, agen dan struktur
tidak bisa dipahami dalam keadaan saling terpisah satu sama lain. Agen dan struktur saling
menjalin tanpa terpisahkan dalam praktik atau aktivitas manusia.” (Syahri, 2015:15). Dalam
teori strukturasi hal yang dipelajari adalah mengenai bagaimana penciptaan dan reproduksi
sistem sosial, tanpa memberi kelebihan pada keduanya. Selanjutnya, dalam teori strukturasi
baik analisis mikro ataupun makro semata sudah cukup. Teori ini pertama kali diusulkan oleh
Anthony Giddens, dalam bukunya yang berjudul The Constitution of Society. Dalam
bukunya tersebut, Giddens menguji fenomenologi, hermeneutika, dan praktik sosial pada
persimpangan antara struktur dan agen yang tak terpisahkan. Pendukungnya telah
mengusulkan dan memperluas posisi seimbang ini. Adapaun teori ini menjadi pilar dalam
teori sosiologi kontemporer meskipun banyak kritik yang dituai oleh teori ini. Diharapkan

v
nantinya teori ini bisa mengetahui struktur-struktur yang ada pada Desa Tangguh Bencana
dan dapat membantu dalam menyelesaikan penelitian di desa Sumbermujur Kecamatan
Candipuro Kabupaten Lumajang.

2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu


2.3.1 Persamaan dan Perbedaan

vi
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan suatu prosedur penelitian yang dilakukan secara menyeluruh dan utuh. Kemudian
data hasil penelitian yang didapat disusun dengan cara deskripsi dalam bentuk kata dan
bahasa. Selanjutnya, dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan studi kasus. Studi
kasus adalah strategi penelitian dengan cara menyelidiki secara cermat suatu program,
aktivitas, peristiwa, proses, ataupun sejumlah kelompok individu. Hal ini dilakukan dengan
tujuan agar peneliti dapat mengetahui mengenai sesuatu dengan lebih mendalam. Adapun
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi kasus ini untuk mengetahui mengenai
urgensi dari pembentukan program desa tangguh bencana di Desa Sumbermujur.

3.2 Lokasi Penelitian


Tempat penelitian berada di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten
Lumajang. Adapun peneliti memiliki beberapa alasan dalam memilih Desa Sumbermujur
sebagai tempat penelitian, yakni karena desa ini merupakan salah satu desa yang letak
geografisnya cukup dekat dengan Gunung Semeru tepatnya berada di kawasan rawan
bencana 1 (KRB I), akan tetapi desa ini tidak terdampak erupsi gunung secara langsung sebab
termasuk dalam zona hijau. Alasan lainnya adalah karena Desa Sumbermujur juga menjadi
salah satu titik posko pengungsian untuk korban yang daerahnya terkena dampak erupsi
cukup parah, serta menjadi desa relokasi bagi warga desa yang daerahnya terdampak erupsi
dengan dibangunnya hunian sementara (Huntara) dan hunian tetap (Huntap). Selain itu, Desa
Sumbermujur juga menjadi desa persinggahan bagi para relawan yang membantu
mengevakuasi dan menyelamatkan korban erupsi Gunung Semeru dan merupakan salah satu
desa penyalur bantuan bagi korban. Oleh sebab itu, peneliti memilih Desa Sumbermujur ini
menjadi tempat penelitian.

3.3 Teknik Penentuan Informan


Pemilihan informan dalam penelitian ini kami lakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2008). Tujuan dari teknik ini adalah untuk
menghasilkan sampel secara logis sehingga dapat dianggap mewakili populasi. Teknik

vii
informan dalam penelitian ini menggunakan 3 jenis informan yang akan menjadi sumber
informasi peneliti. Yang pertama adalah informan kunci, informan kunci dalam penelitian ini
merujuk pada pemerintah desa setempat yakni Bapak Eko Supriyanto selaku Sekertaris Desa
Sumbermujur, kemudian informan utama yakni Bapak Agus Wijaya Humas Desa Tangguh
Bencana Desa Sumbermujur, dan terakhir informan pendukung yaitu Bapak Wawan selaku
Staff Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian kualitatif terdapat 4 teknik pengumpulan data, yakni observasi,
wawancara, studi dokumen/dokumentasi, dan diskusi terfokus (Focus Group Discussion), dan
dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu:

a. Wawancara
Dalam Sugiyono (2015:72) Esterberg mengatakan bahwa wawancara merupakan kegiatan
bertemunya dua orang atau lebih yang kemudian terjadinya interaksi berupa tanya jawab
demi terjadinya pertukaran informasi maupun suatu gagasan yang kemudian dapat ditarik
menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu. Adapun teknik wawancara yang
peneliti gunakan ialah teknik wawancara semi terstruktur yang akan dilakukan baik kepada
perangkat desa, relawan, BPBD, dan masyarakat Desa Sumbermujur. Menurut Esterberg
dalam Sugiyono (2015:73) teknik ini di lakukan dengan tujuan agar menemukan suatu
masalah dengan cara lebih terbuka, yakni selain melalui pertanyaan-pertanyaan yang
terstruktur juga melalui informan diperbolehkan bahkan diminta untuk mengemukakan apa
yang menjadi pendapat serta gagasannya

b. Observasi

Menurut Supriyati (2011:46) dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan cara agar
seorang peneliti dapat mengumpulkan data penelitian dengan memiliki sifat dasar natural.
Adapun peneliti sebagai pelaku berpartisipasi secara wajar dalam berinteraksi. Sedangkan
menurut Sugiyono (2009:144) observasi merupakan teknik dalam mengumpulkan data yang
memiliki ciri atau sifat mendetail jika dibandingkan dengan teknik pengumpulan data
lainnya. Selain itu observasi tidak hanya terbatas pada individu atau orang, melainkan juga
obyek-obyek alam lainnya.

c. Dokumentasi / Studi Dokumentasi

viii
Berdasarkan Sugiyono (2015:82) dapat disimpulkan bahwa dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data penelitian dengan cara melihat catatan peristiwa pada waktu yang lalu,
catatan ini dapat berupa tulisan, gambar, maupun karya-karya monumental. Adapun pada
penelitian ini peneliti menggunakan data dari Statuta Forum Pengurangan Resiko Bencana
“Sabuk Semeru“ Desa Sumbermujur Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. Selain itu,
peneliti juga menggunakan data dari penelitian terdahulu baik mengenai Desa Sumbermujur,
maupun mengenai desa tangguh bencana.

ix
DAFTAR PUSTAKA

Admin Bpbd. (n.d.). PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA DESA GOTAKAN,


PANJATAN. Retrieved from Bpbd kulonprogo:
https://bpbd.kulonprogokab.go.id/detil/156/pembentukan-desa-tangguh-bencana-desa-
gotakan-panjatan

BNPB. (n.d.). Tentang Desa Tangguh Bencana. Retrieved from Siaga BNPB:
https://siaga.bnpb.go.id/destana/tentang

Idhom, A. M. (2021, Maret 10). Contoh Sistematika Laporan Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif. Retrieved from Tirto.id: https://tirto.id/contoh-sistematika-laporan-
penelitian-kualitatif-dan-kuantitatif-ga39

Jadesta.kemenparekraf.go.id. (n.d.). Desa Wisata Sumbermujur. Retrieved from Jadesta


Kemenparekraf: https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/sumbermujur

Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Najib, A. &. (2021). Analisis Pelaksanaan Program Desa Tangguh Bencana di Desa Buluh
Cina, Siak Hulu, Kampar, Riau. Jurnal Ilmiah Muqaddimah: Jurnal Ilmu Sosial,
Politik dan Hummanioramaniora, 5(1), 14-23.

Oktari, R. S. (2019). Peningkatan Kapasitas Desa Tangguh Bencana. Jurnal Pengabdian


kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement), 4(2), 189-197.

Ramadhan, A. (2022, 01 14). Hunian Sementara dan Hunian Tetap Warga Terdampak
Erupsi Semeru Dibangun di Lokasi yang Sama. Retrieved from Kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2022/01/14/14333771/hunian-sementara-dan-
hunian-tetap-warga-terdampak-erupsi-semeru-dibangun-di

Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta

Supriyati. 2011. Metodologi Penelitian.Bandung: Labkat press.

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta

Yanuarto, T. (2021, December 23). Korban Meninggal Pasca Erupsi Semeru Bertambah
Menjadi 51 Jiwa. Retrieved from Badan Nasional Penanggulangan Bencana:

x
https://bnpb.go.id/berita/korban-meninggal-paska-erupsi-semeru-bertambah-menjadi-
51-jiwa#:~:text=Berdasarkan%20data%20 Pos%20 Komando%20

xi

Anda mungkin juga menyukai