PAPER
Dosen Pengampu:
Meilani Dewi Setiamanah MS,Ph.D
Oleh :
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan .................................................................................... 1
KESIMPULAN.......................................................................................... 22
ii
A. PENDAHULUAN
1
dan 504 bencana. Sementara itu provinsi yang menempati posisi terbawah
adalah Kepulauan Riau dengan jumlah 9 bencana.
Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana sendiri
tertuang dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana. Penanggulangan bencana yang diamanatkan
dalam undang-undang tersebut memuat aktivitas yaitu pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, peringatan dini, tanggap darurat, rehabilitasi, dan
rekonstruksi. Semua aktivitas tersebut dilaksanakan dalam rangkaian kerja
holistik-berkesinambunga dengan kerangka menyukseskan pembangunan.
Selain itu, Kebijakan kemensos terkait bencana alam terdapat pada
Permensos RI No 1 Tahun 2013 tentang bantuan sosial bagi korban bencana
yang berisi IX BAB dan 48 Pasal. Hal tersebut juga terdapat pada peraturan
menteri sosial republik indonesia nomor 28 tahun 2012
Kebijakan ini telah lama ditunggu-tunggu oleh sebagian masyarakat
dan stakeholder yang berkepentingan dalam urusan kebencanaan, terkait
Indonesia belum mempunyai undang-undang tentang kebencanaan. Sangat
riskan kiranya dilihat dengan mempertimbangkan kondisi geografi, geologi,
dan demografi Indonesia yang rawan bencana, mulai dari bencana alam
seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, angin rebut, kebakaran
hutan. Bahkan bencana sosial seperti konflik antar komunitas sebagai
dampak negatif dari keberagaman adat, budaya, agama, disparitas
pendapatan ekonomi, dan sebagainya.
2
B. TINJAUAN KONSEPTUAL
3
kesengajaan, manusia dalam penggunaan teknologi dan insdustri
yang menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa,
dan kerusakan lainnya.
4
a. menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut
usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat
fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang
mengalami masalah ketidakmampuan sosial ekonomi
agar kebutuhan dasarnya terpenuhi.
b. menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga
pahlawan atas jasa jasanya.
2) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diberikan dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan
bantuan langsung berkelanjutan.
3) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
diberikan dalam bentuk tunjangan berkelanjutan.
Pasal 10
1) Asuransi kesejahteraan sosial diselenggarakan untuk melindungi
warga negara yang tidak mampu membayar premi agar mampu
memelihara dan mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya.
2) Asuransi kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan dalam bentuk bantuan iuran oleh Pemerintah.
Jenis bantuan langsung yang diberikan kepada korban bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, berupa:
a. sandang, pangan, dan papan;
b.pelayanan kesehatan;
c. penyediaan tempat penampungan sementara;
d.pelayanan terapi psikososial di rumah perlindungan;
e. bahan bangunan rumah dan/atau uang tunai melalui transfer
bank;
f. keringanan biaya pengurusan dokumen kependudukan dan
kepemilikan;
g.penyediaan kebutuhan pokok murah;
h.penyediaan dapur umum, air bersih, dan sanitasi yang sehat;
i. penyediaan pemakaman.
5
j. santunan bagi korban bencana berupa uang duka bagi ahli
waris dan/atau biaya pengobatan rumah sakit; dan/atau.
k.bantuan pemulihan ekonomi dasar berupa bantuan usaha
ekonomi produktif melalui transfer uang bagi korban.
c. Pemberdayaan Sosial
Pemberdayaan sosial dimaksudkan dalam UU No.11 tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 12 yaitu untuk :
1. memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok, dan masyarakat
yang mengalami masalah kesejahteraan sosial agar mampu
memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
2. meningkatkan peran serta lembaga dan/atau perseorangan
sebagai potensi dan sumber daya dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
Adapun proses pemberdayaan terhadap korban bencana alam yaitu:
1. sumber daya, Pada tahap awal perlu mempersiapkan
sumberdaya manusia, logistik, alat, media, dan informasi yang
diperlukan.
2. melakukan pendekatan (advokasi ke tomas, toga, toda,
pemerintah nagari / jorong) untuk mendapatkan dukungan.
3. Membentuk kelompok-kelompok kerja (pokja/ksb) di
dimasyarakat pokja ini sebagai wadah untuk (komunikasi dan
informasi) membahas berbagai kepentingan yang berkaitan
dengan pemberdayaan.
4. Mengidentifikasi anggota masyarakat yang akan
mengembangkan / diberdayakan (sebagai kader).
5. melakukan pelatihan dengan -memberi pengetahuan tentang
ancaman / potensi dan risiko bencana pada daerah masing-
masing.
6. melakukan pembinaan untuk keberlangsungan kegiatan
d. Perlindungan Sosial
Perlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan
menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang,
6
keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan
hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.
Pelindungan terhadap kelompok rentan sebagaimana
dimaksud dalam UU No.24 tahun 2007 Pasal 48 huruf e dilakukan
dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan
psikososial.
Kelompok rentan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. bayi, balita, dan anak-anak;
b. ibu yang sedang mengandung atau menyusui;
c. penyandang cacat;dan
d. orang lanjut usia.
7
C. IDENTIFIKASI PROGRAM BERDASARKAN ISU
8
Tujuan : sebagai upaya perlindungan sosial untuk mengurangi risiko
dari guncangan dan kerentanan sosial bagi perseorangan,
keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat korban bencana
diperlukan bantuan langsung berupa uang tunai;
3. Nama : HUNTARA(HunianSementara)Hunian
Program sementara merupakan salah satu program solusi jangka
pendek untuk mengatasi masalah tempat tinggal bagi warga
yang terkena bencana.
9
4. Nama : HUNTAP (Hunian Tetap) adalah tempat tinggal para korban
Program bencana pasca tinggal dari hunian sementara yang bersifat
permanen
10
Landasan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 56 /
hukum Huk / 2011 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Tim Reaksi
Cepat Kementerian Sosial Republik Indonesia
11
8. Nama : Program Bantuan Stimulan Bahan Bangunan
Program Rumah (BBR). BBR merupakan bantuan bersyarat yang
diberikan kepada masyarakat korban bencana alam yang
rumahnya rusak total/berat atau kepada masyarakat
yang tinggal di daerah rawan bencana yang mau untuk
direlokasi.
12
9. Nama : TAGANA (Taruna Siaga Bencana) TAGANA
Program berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Sosial melalui Direktur Jenderal Perlindungan dan
Jaminan Sosial melaksanakan penanggulangan bencana,
baik pada pra bencana, saat tanggap darurat, maupun
pascabencana, dan tugas-tugas penanganan permasalahan
sosial lainnya yang terkait dengan penanggulangan bencana.
13
D. PROGRAM YANG TERPILIH :
KAMPUNG SIAGA BENCANA (KSB)
14
pola tindak masyarakat dalam penanggulangan bencana. Kampung Siaga
Bencana (KSB) merupakan program unggulan Kementerian Sosial dalam
mengemban tugas penanggulangan bencana bidang bantuan sosial berbasis
masyarakat. Kampung Siaga Bencana (KSB) juga sebagai program
pemberdayaan masyarakat dan para Tagana seluruh indonesia.
- Ketepatan Kebijakan
Ketepatan kebijakan disini adalah hal-hal mengenai kesesuaian
kebijakan yang telah dirumuskan dengan karakter masalah yang akan
dipecahkan. Kemudian pembentukan program yang dilakukan oleh lembaga
yang akuntabel. Kesesuian Kebijakan Pelaksanaan program Kampung Siaga
Bencana (KSB) dilakukan sesuai dengan kebijakan tentang penyelenggaraan
penanggulangan bencana di antaranya yaitu mengatur tentang berbagai
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tahapan penanggulangan bencana
yang meliputi pra bencana, tanggap bencana dan pasca bencana. Fenomena
ketepatan kebijakan dilihat dari kesesuaian kebijakan dengan permasalahan
yang akan dipecahkan telah tepat karena dalam fenomena tersebut terdapat
faktor pendorong adalah tujuan kebijakan. Para implementator program
KSB setuju bahwa program Kampung Siaga Bencana (KSB) tepat untuk
dilaksanakan walaupun memang belum sepenuhnya dapat memecahkan
masalah kebencanaan secara keseluruhan. Namun program ini telah mampu
mengurangi risiko bencana. Kebijakan program kampung siaga bencana dan
desa tangguh bencana dilihat dari lembaga pembuat kebijakan, tujuan,
konsep desa/kelurahan dan kampung, organisasi pelaksana, pelaksana, mitra
organisasi, konteks ekologikal, protokol intervensi, populasi target.
- Maksud tujuan dari Kampung Siaga Bencana (KSB) :
Secara umum adalah untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi bencana melalui :
1. Terlatihnya tenaga lokal penanggulangan bencana yang
memiliki kompetensi.
2. Terorganisirnya dan terwadahinya upaya penanggulanan
bencana yang dilakukan masyarakat.
15
3. Tersusunya tata kelola penanggulangan bencana ditingkat lokal
yang incheren dengan sistem penanggulangan bencana bidang
bantuan sosial nasional.
- Konsep Kampung Siaga Bencana : Kampung hanya sebatas merek
dan mengacu pada kelembagaan penanggulangan bencana yang
berbasis masyarakat yang bisa berkedudukan di
kecamatan/desa/kelurahan/dusun
- Maksud dan Tujuan : Upaya penanggulangan bencana berbasis
komunitas, tujuan memberikan pemahaman dan kesadaran
masyarakat, membentuk jejaring dan memperkuat interaksi sosial,
mengorganisasikan, menjamin kesinambungan, mengoptimalkan
potensi dan sumber daya
- Organisasi Pelaksana : Membentuk organisasi
pelaksana/kelembagaan baru yang dinamakan “Kampung Siaga
Bencana”.
- Pelaksana : Perseorangan yaitu relawan (Tagana) dan unsur
masyarakat.
- Mitra Masyarakat dan Mitra Organisasi : Lebih cenderung
pemerintah sebagai mitra Organisasi.
- Konteks Ekological : Disebutkan pada ketentuan umum tanpa diatur
lebih lanjut yaitu defnisi kearifan lokal.
- Protokol Intervensi dan Deliveri Layanan-Layanan : Terkesan
intervensi pemerintah lebih dominan dibanding komunitas lokal itu
sendiri mulai dari fasilitasi kegiatan sosialisasi, penyuluhan,
penyiapan sistem peringatan dini lokal, pembuatan lumbung bencana
sebagai kesiapan logistik lokal, simulasi (gladi bencana) dan apel
lokal siaga bencana.
- Populasi Target Masyarakat : Yang potensial terkena ancaman dan
resiko bencana alam baik pada tingkat kecamatan/desa/kelurahan
maupun dusun.
16
E. PEMBAHASAN BERDASARKAN UNSUR-UNSUR PELAYANAN
1. Landasan/Dasar Hukum :
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana
- Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan
Sosial
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Pasal 22 Tentang Penanggulangan Bencana
- Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 128 Tahun
2011 Tentang Kampung Siaga Bencana
2. Sasaran/Pemerlu Sis UKS :
a. Perorangan
b. Keluarga, atau
c. Kelompok masyarakat
Diwilayah-wilayah yang memiliki kerentanan bencana alam tinggi.
3. Kondisi masalah pemerlu :
Masyarakat yang menderita baik secara fisik, mental maupun sosial
ekonomi sebagai akibat dari terjadinya bencana alam yang
menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan
tugas-tugas kewajibannya.
4. Asas dan Tujuan :
➢ Asas :
a. Kemanusiaan
b. Keadilan
c. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
d. Keseimbangan, keselarasan, dan keserasian
e. Ketertiban dan kepastian hukum
f. Kebersamaan
g. Kelestarian budaya dan lingkungan hidup
h. Ilmu pengetahuan dan teknologi
i. Partisipasi
17
➢ Tujuan :
a. Memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang
bahaya dan risiko
bencana.
b. Membentuk jejaring siaga bencana berbasis masyarakat dan
memperkuat interaksi sosial anggota masyarakat.
c. Mengorganisasikan masyarakat terlatih siaga bencana.
d. Menjamin terlaksananya kesiapsiagaan bencana berbasis
masyarakat yang berkesinambungan
e. Mengoptimalkan potensi dan sumber daya untuk
penanggulangan bencana
5. Fungsi :
a. Untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari
ancaman dan risiko bencana dengan cara menyelenggarakan
kegiatan pencegahan dan penanggulangan bencana berbasis
masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya alam dan
manusia yang ada pada lingkungan setempat.
b. Untuk mengorganisir masyarakat ketika menghadapi bencana
c. Meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana
d. Sebagai fungsi edukatif yang penting karena individu belajar
bagaimana untuk menjadi (bagian dari) penduduk
publik/masyarakat dan anggota komunitas dalam
mengembangkan rasa memiliki
6. Pendekatan :
Pendekatan Konseling dan Pendekatan Pembelajaran.
a. Pendekatan Konseling, masyarakat yang memerlukan
layanan konselingkomunitas seperti korban bencana alam
yang bermasalah dengan keadaanpsikologis serta tingkatan
sosial yang memacu untuk menjadikan ia semakin
terpinggirkan. Pemberian layanan konseling komunitas
sangat tepat bagi korbanbencana alam yang akan membantu
serta mengarahkan individu dan kelompokmasyarakat yang
18
terkena bencana alam untuk lebih bisa bangkit dan berjuang
kembali secara fisik dan psikologis menuju kesejahteraan
yang ingin di capai.
b. Pendekatan Pembelajaran, ide atau prinsip cara memandang
dalam menentukan kegiatan pembelajaran agar masyarakat
ikut berpartisipasi dan meningkatkan rasa memiliki.
Pendekatan ini merupakan landasan berpikir atau filosofi
dalam menentukan pembelajaran dalam masyarakat agar
masyarakat bisa menerima dengan mudah dan cepat.
7. Program/Kegiatan :
a. Sosialisasi, penyuluhan, atau kegiatan penyadaran
masyarakat tentang bahaya bencana
b. Menyiapkan sistem peringatan dini lokal
c. Pendataan dan pemetaan daerah rawan bencana lokal
termasuk jalur evakuasi
d. Menginventarisasi potensi dan sumber daya yang ada di
wilayah rawan bencana
e. Membuat lumbung bencana sebagai kesiapan logistik lokal
f. Melaksanakan pelatihan tenaga bencana di tingkat lokal
bekerjasama dengan instansi atau pihak terkait
g. Melaksanakan simulasi (gladi bencana) sesuai jenis dan
kerawanan bencana secara periodik sesuai kebutuhan
h. Membentuk jejaring kerja dengan pihak terkait
i. Melaksanakan apel lokal siaga bencana pada waktu tertentu
j. Melakukan pendataan korban bencana dan tindakan awal
penanggulangan bencana apabila terjadi bencana
k. Melaksanakan upaya-upaya pengurangan resiko lain dalam
menghadapi kemungkinan terjadi bencana
l. Membantu seluruh pihak dalam upaya pemulihan sosial.
8. Metode dan Teknik :
a. Metode : Forward chaining yang menggunakan pengetahuan,
fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang
19
biasanya hanya bisa dipecahkan oleh seorang pakar dalam
bidang tersebut. Sehingga akan mudah menentukan apa yang
akan dibutuhkan dan dilakukan, pendekatan, partisipasi,
pembuatan keputusan, pertemuan, menggunakan bahan ajar
modul seperti apa.
b. Teknik :
• Penentuan informan Kampung Siaga Bencana (KSB)
• Pengumpulan data wawancara
• Observasi
• Menelaah dokumen
9. Mekanisme pelayanan/program :
a) Rapat/musyawarah koordinasi KSB (Kampung Siaga
Bencana)
b) Kegiatan Penyuluhan
c) Latihan Keterampilan Evakuasi
d) Manajemen Shelter
e) Distribusi Logistik atau ( Dapur Umum dan Hunian
Sementara)
f) Kegiatan Simulasi dan Pemberian Bantun Logistik
Persediaan untuk Kampung Siaga Bencana tersebut
g) Pelayanan Dukungan Psikososial
10. Organisasi Pelaksana/Tim Kerja :
Antara Kementerian Sosial Republik Indonesia dengan Pemerintah
Daerah
11. Tenaga profesional dan penunjang :
A. Tenaga Profesional :
• Pekerja Sosial
• Supervisor
• Tenaga Medis (Dokter, Perawat, dan Bidan Desa)
• Konselor
• Petugas survey
• Praktisi - tagana kawasan setempat sebagai fasilitator
20
• TKSB ( Tim Kampung Siaga Bencana ) - warga masyarakat
berumur 18 s/d 50 tahun yang terlatih
B. Penunjang :
• Peralatan. Misalnya, Tenda keluarga, tenda regu, blankar
tidur, perlengkapan dapur keluarga, dan lainnya.
12. Dana/anggaran/sumber pembiayaan :
A. Sumber pembiayaan pelaksanaan kegiatan KSB meliputi :
a) Anggaran Pendapatan Belanja Negara
b) Anggaran pendapatan belanja daerah provinsi
c) Anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota
d) Sumbangan masyarakat
e) Dana yang disisihkan dari badan usaha sebagai
kewajiban dan tanggung jawab sosial
f) Bantuan asing sesuai dengan kebijakan pemerintah
dan ketentuan peraturan perundang-undangan
g) Sumber pendanaan yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
B. Penyediaan dana bagi pelaksanaan kegiatan KSB dialokasikan
oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dan peraturan
perundang-undangan ( Melalui Kemensos RI dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD)).
13. Sarana dan prasarana :
- Sarana :
Tenda keluarga, tenda regu, blankar tidur, perlengkapan dapur
keluarga, tikar gulung, kabel, lampu TL, pentrungan, terpal,
tambang.
- Prasarana :
Penyediaan dan perbaikan prasarana jalan dan penerangan
21
KESIMPULAN
22
Jadi, secara garis besar masyarakat tidak perlu takut akan apa yang
mereka alami setelah bencana alam karena pemerintah sendiri sudah
menyiapkan segala keperluan dan kebutuhan korban bencana alam.
23
DaftarPustaka :
https://nasional.republika.co.id/berita/pxhksr383/kemensos-indonesia-
miliki-638-kampung-siaga-bencana
https://www.slideshare.net/arisaridjo/perdes-no-16-th-2014-ttg-desa-siaga-
bencana
https://bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf
https://perpustakaan.kemsos.go.id/elib/index.php?p=show_detail&id=3965
&keywords=
https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/Sosioinforma/article/view/69/38
https://jdih.kemsos.go.id/pencarian/www/storage/repository/PERMENSOS
%2001%20TAHUN%202013.pdf
http://simlit.puspijak.org/files/other/MITIGASI_BENCANA_(bahan_KLH)
_-_Kemensos.pdf
http://kemsos.go.id/direktorat-jenderal-perlindungan-dan-jaminan-sosial
24