Anda di halaman 1dari 27

PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL

TERKAIT ISU PERMASALAHAN KORBAN BENCANA ALAM

PAPER

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Program Kesejahteraan Sosial


di Indonesia

Dosen Pengampu:
Meilani Dewi Setiamanah MS,Ph.D

Oleh :

Eka Fitri Handayani 19.04.282


Tristiawan Budi Utomo 19.04.132
Nurul Annisa 19.04.165
Evan Farhan S 19.04.210
Septianing Puji Lestari 19.04.221
Salma Nabilawati 19.04.285
2A Pekerjaan Sosial

POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL


KOTA BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah


memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Paper yang berjudul
Program Kesejahteraan Sosial Terkait Isu Permasalahan Korban Bencana
Alam tepat waktu.
Paper yang berjudul Program Kesejahteraan Sosial Terkait Isu
Permasalahan Korban Bencana Alam disusun guna memenuhi tugas UAS
Mata kuliah Program Kesejahteraan Sosial di Indonesia. Selain itu, kami
juga berharap agar Paper ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang Isu Permasalahan Korban Bencana Alam.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu
Meilani Dewi Setiamanah MS,Ph.D selaku dosen mata kuliah Program
Kesejahteraan Sosial di Indonesia. Semoga Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan Paper ini.
Kami menyadari Paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan Paper ini.

Selasa, 29 November 2020

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

A. Pendahuluan .................................................................................... 1

B. Tinjauan Konseptual ....................................................................... 3

C. Identifikasi Program ....................................................................... 8

D. Program Kesejahteraan Sosial .....................................................14

E. Unsur-Unsur Pelayanan ................................................................ 17

KESIMPULAN.......................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 24

ii
A. PENDAHULUAN

Bencana merupakan kejadian yang disebabkan oleh alam maupun


oleh kelalaian manusia. Tanah longsor, gempa bumi, puting beliung,
tsunami, banjir dan tanah longsor, letusan gunung merapi, kekeringan serta
gelombang pasang adalah bencana yang disebabkan oleh alam. Sementara
itu aksi teror, konflik, kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, dan
kebakaran hutan merupakan bencana akibat kelalaian manusia. Bencana
yang disebabkan oleh alam dan kelalaian manusia sama - sama
menimbulkan kerugian terhadap lingkungan dan perekonomian.
Wilayah Indonesia secara geologi terletak pada pertemuan tiga
lempeng tektonik aktif yaitu lempeng Indo-Australia dibagian selatan,
lempeng Eurasia dibagian utara dan lempeng pasifik dibagian timur. Ketiga
lempeng saling berbenturan dan bergerak. Lempeng Indo-Australia bergerak
ke utara dan lempeng Eurasia ke selatan. Pergerakan ini menimbulkan jalur
gempa, rangkaian gunung merapi aktif dan patahan. Kondisi ini membuat
kawasan Indonesia menjadi rawan bencana. Gempa bumi dan letusan
gunung merapi senantiasa dapat terjadi kapanpun (BNPB, 2011).
Berdasarkan data BNPB terdapat 10.021 bencana yang terjadi di
Indonesia tahun 1990-2010 pada 33 provinsi. Bencana dikategorikan
menjadi 17 yaitu aksi teror, banjir, banjir dan tanah longsor, gelombang
pasang, tsunami, gempa bumi, gempa bumi dan tsunami, kejadian luar biasa
(klb), tanah longsor, kecelakaan industri, kecelakaan transportaasi,
kebakaran hutan, hama tanaman, konflik, kekeringan, puting beliung, dan
letusan gunung merapi. Lima bencana yang sering terjadi di Indonesia
adalah banjir, kekeringan, puting beliung, tanah longsor, dan gempa bumi.
Sementara itu bencana terbanyak terjadi pada tahun 2008 yaitu 1849.
Provinsi yang mengalami bencana terbanyak adalah Jawa Tengah yaitu
sebanyak 1.954 bencana. Posisi kedua adalah provinsi Jawa Barat dengan
jumlah bencana 1.580. Posisi ketiga oleh provinsi Jawa Timur dengan
jumlah bencana 915 bencana. Posisi keempat dan kelima oleh provinsi Aceh
dan Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan jumlah bencana bertuurt-turut 516

1
dan 504 bencana. Sementara itu provinsi yang menempati posisi terbawah
adalah Kepulauan Riau dengan jumlah 9 bencana.
Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan bencana sendiri
tertuang dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana. Penanggulangan bencana yang diamanatkan
dalam undang-undang tersebut memuat aktivitas yaitu pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, peringatan dini, tanggap darurat, rehabilitasi, dan
rekonstruksi. Semua aktivitas tersebut dilaksanakan dalam rangkaian kerja
holistik-berkesinambunga dengan kerangka menyukseskan pembangunan.
Selain itu, Kebijakan kemensos terkait bencana alam terdapat pada
Permensos RI No 1 Tahun 2013 tentang bantuan sosial bagi korban bencana
yang berisi IX BAB dan 48 Pasal. Hal tersebut juga terdapat pada peraturan
menteri sosial republik indonesia nomor 28 tahun 2012
Kebijakan ini telah lama ditunggu-tunggu oleh sebagian masyarakat
dan stakeholder yang berkepentingan dalam urusan kebencanaan, terkait
Indonesia belum mempunyai undang-undang tentang kebencanaan. Sangat
riskan kiranya dilihat dengan mempertimbangkan kondisi geografi, geologi,
dan demografi Indonesia yang rawan bencana, mulai dari bencana alam
seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, angin rebut, kebakaran
hutan. Bahkan bencana sosial seperti konflik antar komunitas sebagai
dampak negatif dari keberagaman adat, budaya, agama, disparitas
pendapatan ekonomi, dan sebagainya.

2
B. TINJAUAN KONSEPTUAL

Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) yang dikutip


Wijayanto (2012), Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap
masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik
oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak
yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan
sumber daya yang ada. Lebih lanjut, menurut Parker (1992) dalam dikutip
Wijayanto (2012), bencana adalah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi
disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya
merupakan imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari
masyarakat, komunitas, individu maupun lingkungan untuk memberikan
antusiasme yang bersifat luas.
Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam atau faktor alam maupun faktor manusia sehingga timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda , dan dampak
psikologis.
Jenis-jenis Bencana Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, yaitu:
a. Bencana alam adalah bencana bencana yang peristiwa peristiwa
yang đisebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor;
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal
teknologi.gagal modernisasi. dan wabah penyakit;
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang termasuk
konflik sosial antar kelompok atau komunitas masyarakat.
Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang
diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan

3
kesengajaan, manusia dalam penggunaan teknologi dan insdustri
yang menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa,
dan kerusakan lainnya.

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan lanjut


usia terlantar berdasarkan UU RI No.11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial, meliputi : a) Rehabilitasi Sosial, b) Jaminan Sosial, c) Pemberdayaan
Sosial, dan d) Perlindungan Sosial.
a. Rehabilitasi social
Rehabilitasi social dimaksudkan untuk memulihkan dan
mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi
social agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
Rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam UU No.24 tahun
2007 Pasal 57 huruf a dilakukan melalui kegiatan:
a. perbaikan lingkungan daerah bencana;
b. perbaikan prasarana dan sarana umum;
c. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
d. pemulihan sosial psikologis;pelayanan kesehatan;
e. rekonsiliasi dan resolusi konflik;
f. pemulihan sosial ekonomi budaya;
g. pemulihan keamanan dan ketertiban;
h. pemulihan fungsi pemerintahan; dan
i. pemulihan fungsi pelayanan publik.
Ketentuan lebih lanjut mengenai rehabilitasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
b. Jaminan Sosial
Mengena jaminan social bagi lenjut usia terlantar juga
disebutkan pada UU no.11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
pasal 9 dan 10.
Pasal 9
1) Jaminan sosial dimaksudkan untuk:

4
a. menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut
usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat
fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang
mengalami masalah ketidakmampuan sosial ekonomi
agar kebutuhan dasarnya terpenuhi.
b. menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga
pahlawan atas jasa jasanya.
2) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
diberikan dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan
bantuan langsung berkelanjutan.
3) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
diberikan dalam bentuk tunjangan berkelanjutan.
Pasal 10
1) Asuransi kesejahteraan sosial diselenggarakan untuk melindungi
warga negara yang tidak mampu membayar premi agar mampu
memelihara dan mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya.
2) Asuransi kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan dalam bentuk bantuan iuran oleh Pemerintah.
Jenis bantuan langsung yang diberikan kepada korban bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, berupa:
a. sandang, pangan, dan papan;
b.pelayanan kesehatan;
c. penyediaan tempat penampungan sementara;
d.pelayanan terapi psikososial di rumah perlindungan;
e. bahan bangunan rumah dan/atau uang tunai melalui transfer
bank;
f. keringanan biaya pengurusan dokumen kependudukan dan
kepemilikan;
g.penyediaan kebutuhan pokok murah;
h.penyediaan dapur umum, air bersih, dan sanitasi yang sehat;
i. penyediaan pemakaman.

5
j. santunan bagi korban bencana berupa uang duka bagi ahli
waris dan/atau biaya pengobatan rumah sakit; dan/atau.
k.bantuan pemulihan ekonomi dasar berupa bantuan usaha
ekonomi produktif melalui transfer uang bagi korban.
c. Pemberdayaan Sosial
Pemberdayaan sosial dimaksudkan dalam UU No.11 tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 12 yaitu untuk :
1. memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok, dan masyarakat
yang mengalami masalah kesejahteraan sosial agar mampu
memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
2. meningkatkan peran serta lembaga dan/atau perseorangan
sebagai potensi dan sumber daya dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
Adapun proses pemberdayaan terhadap korban bencana alam yaitu:
1. sumber daya, Pada tahap awal perlu mempersiapkan
sumberdaya manusia, logistik, alat, media, dan informasi yang
diperlukan.
2. melakukan pendekatan (advokasi ke tomas, toga, toda,
pemerintah nagari / jorong) untuk mendapatkan dukungan.
3. Membentuk kelompok-kelompok kerja (pokja/ksb) di
dimasyarakat pokja ini sebagai wadah untuk (komunikasi dan
informasi) membahas berbagai kepentingan yang berkaitan
dengan pemberdayaan.
4. Mengidentifikasi anggota masyarakat yang akan
mengembangkan / diberdayakan (sebagai kader).
5. melakukan pelatihan dengan -memberi pengetahuan tentang
ancaman / potensi dan risiko bencana pada daerah masing-
masing.
6. melakukan pembinaan untuk keberlangsungan kegiatan
d. Perlindungan Sosial
Perlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan
menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang,

6
keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan
hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.
Pelindungan terhadap kelompok rentan sebagaimana
dimaksud dalam UU No.24 tahun 2007 Pasal 48 huruf e dilakukan
dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan
psikososial.
Kelompok rentan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. bayi, balita, dan anak-anak;
b. ibu yang sedang mengandung atau menyusui;
c. penyandang cacat;dan
d. orang lanjut usia.

7
C. IDENTIFIKASI PROGRAM BERDASARKAN ISU

1. Nama : Layanan dukungan psikolsosia (LDP)


Program LDP merupakan layanan sosial dasar kepada korban
bencanayang menghadapi gangguan agar mampu keluar dari
masalah trauma

Tujuan : Meningkatkan resiliensi (ketangguhan) dari masing-masing


anak untuk dapat menghadapi situasi saat ini ketika bencana
dan masa depan. Resiliensi merupakan kemampuan
seseorang untuk bangkit meski telah menghadapi berbagai
permasalahan ataupun situasi yang tidak menyenangkan

Mitra Kerja : Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan


Anak (P2TP2A), TAGANA

Mekanisme : Beragam entuk kegiatan: pemberian informasi yang akurat


(yang berkaitan dengan bencana, bantuan, dampak bencana
bagi psikologis seseorang dan cara untuk mengatasinya),
kegiatan keagamaan, kegiatan rekresional dan edukasi bagi
anak, mempertemukan kembali keluarga yang terpisah,
ritual penguburan, mengadvokasi dan mendorong adanya
kegiatan psikososial pada komunitas yang terkena dampak
bencana. •

2. Nama : Bantuan Langsung Berupa Uang Tunai Bagi Korban


Program Bencana adalah program bantuan yang diberikan langsung
dan dirasakan langsung oleh seseorang, keluarga, kelompok,
dan/atau masyarakat yang mengalami guncangan dan
kerentanan sosial akibat bencana agar dapat tetap hidup
secara wajar

8
Tujuan : sebagai upaya perlindungan sosial untuk mengurangi risiko
dari guncangan dan kerentanan sosial bagi perseorangan,
keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat korban bencana
diperlukan bantuan langsung berupa uang tunai;

Pendanaan : a. Anggaran Pendapatan Belanja Negara;


b. anggaran pendapatan belanja daerah provinsi;
c. anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota;
d. sumber pendanaan yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Mekanisme : Jumlah penerima bantuan jaminan hidup dalam bentuk uang


pada satu jenis belanja bantuan sosial secara tunai diberikan
langsung kepada penerima Permohonan bantuan jaminan
hidup diusulkan oleh dinas/instansi sosial kabupaten/kota
dan direkomendasikan oleh dinas/instansi sosial provinsi.
diserta dengan data nama dan alamat yang lengkap korban
bencana yang diusulkan untuk mendapatkan bantuan

3. Nama : HUNTARA(HunianSementara)Hunian
Program sementara merupakan salah satu program solusi jangka
pendek untuk mengatasi masalah tempat tinggal bagi warga
yang terkena bencana.

Tujuan : menjadi penopang untuk meringankan beban para korban


untuk kebutuhan tepat tinggal yang terkena bencana alam

Pendanaan : Anggaran Pendapatan Belanja Negar;

9
4. Nama : HUNTAP (Hunian Tetap) adalah tempat tinggal para korban
Program bencana pasca tinggal dari hunian sementara yang bersifat
permanen

Tujuan : Huntap diperuntukkan bagi korban bencana yang sudah


tidak punya tempat tinggal lagi. Juga diperuntukkan bagi
meraka yang tempat tinggalnya masuk Kawasan Rawan
Bencana yang tidak boleh ditinggali lagi menurut aturan
pemerintah.

Mekanisme : Pembangunan huntap mulai tahap perencanaan,


pelaksanaan, pengawasan serta pertanggungjawaban, pelaku
utamanya adalah masyarakat. Ini sebagai bentuk
pemberdayaan masyarakat pasca bencana. Pemanfaatan dan
perawatan huntap semuanya diserahkan pada masyarakat.
Pemerintah hanya sebagai aktor pendukung.

5. Nama TRC tim reaksi cepat melaksanakan penanggulangan


Program kedaruratan di bidang sosial dalam rangka membantu tugas
Kementerian Sosial dalam menyelenggarakan pembangunan
sosial.

Tujuan : pengkajian secara cepat dan tepat dilokasi bencana dalam


waktu tertentu, dalam rangka mengidentifikasi cakupan
lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan prasarana dan
sarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan umum dan
pemerintahan, serta kemampuan sumber daya alam maupun
buatan dan saran yang tepat dalam upaya penanganan
bencana

10
Landasan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 56 /
hukum Huk / 2011 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Tim Reaksi
Cepat Kementerian Sosial Republik Indonesia

6. Nama : Mobil anti galau melayani konsultasi terhadap beragam


Program permasalahan. Selain itu mobil ini juga diproyeksikan hadir
di berbagai daerah yang dilanda bencana untuk memberikan
bantuan.

Tujuan : menjadi kantor sementara di lokasi daerah yang terkena


bencana dalam melayani masyarakat yang membutuhkan
bantuan.

Mekanisme : Mobil anti galau melayani konsultasi, pemeriksaan


kesehatan dan sebagai mediator bagi korban bencana alam
yang belum mendapatkan bantuan

7. Nama : Kampung Siaga Bencana disebut KSB adalah wadah


Program penanggulangan bencana berbasis masyarakat yang
dijadikan kawasan/tempat untuk program penanggulangan
bencana.

Tujuan : untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari


ancaman dan risiko bencana dengan cara menyelenggarakan
kegiatan pencegahan dan penanggulangan bencana berbasis
masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya alam dan
manusia yang ada pada lingkungan setempat.

Mekanisme : daerah yang akan dibentuk sebagai KSB harus memiliki


kerawanan terhadap jenis bencana tertentu; dan b. adanya
kesiapan dan peran serta aktif masyarakat yang bermukim di
daerah rawan bencana untuk membentuk KSB.

11
8. Nama : Program Bantuan Stimulan Bahan Bangunan
Program Rumah (BBR). BBR merupakan bantuan bersyarat yang
diberikan kepada masyarakat korban bencana alam yang
rumahnya rusak total/berat atau kepada masyarakat
yang tinggal di daerah rawan bencana yang mau untuk
direlokasi.

Tujuan : agar seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat


yang mengalami guncangan akibat bencana alam dan
kerentanan sosial dapat tetap hidup secara wajar.

Mekanisme : bahwa Sasaran program adalah:


1. Keluarga/Masyarakat korban bencana alam yang
rumahnya mengalami kerusakan dan masih dalam
keadaan belum diperbaiki serta mau menerima
bantuan BBR, terutama bagi korban bencana yang
kondisi sosial ekonominya tergolong tidak mampu.
2. Keluarga/Masyarakat yang bermukim di
daerah rawan bencana alam dan mau
direlokasi/dipindahkan/dimukimkan ke daerah
yang lebih aman dari ancaman bencana alam.
3. Pemerintah daerah Kabupaten/Kota lokasi penerima
bantuan (BBR) menyediakan dana sharing dan atau
lahan relokasi

12
9. Nama : TAGANA (Taruna Siaga Bencana) TAGANA
Program berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Sosial melalui Direktur Jenderal Perlindungan dan
Jaminan Sosial melaksanakan penanggulangan bencana,
baik pada pra bencana, saat tanggap darurat, maupun
pascabencana, dan tugas-tugas penanganan permasalahan
sosial lainnya yang terkait dengan penanggulangan bencana.

Tujuan : untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam


penanggulangan bencana baik sebelum, pada saat dan
sesudah terjadinya bencana.

Mekanisme : mengkaji dengan cepat dan melaporkan hasil identifikasi


serta rekomendasi kepada posko atau dinas / instansi sosial,
serta berkoordinasi dengan Tim Reaksi Cepat bidang
Perlindungan dan Jaminan Sosial

13
D. PROGRAM YANG TERPILIH :
KAMPUNG SIAGA BENCANA (KSB)

Kampung Siaga Bencana (KSB) yang selanjutnya disebut KSB


adalah wadah penanggulangan bencana berbasis masyarakat yang dijadikan
kawasan/tempat untuk program penanggulangan bencana. Kampung Siaga
Bencana (KSB) merupakan salah satu upaya dan komitmen Kementerian
Sosial RI dalam melaksanakan penanggulangan bencana bidang bantuan
sosial berbasis masyarakat. Kampung Siaga Bencana yang memiliki
kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana,
serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan,
jika terkena bencana. Dengan demikian sebuah Kampung Siaga Bencana
adalah sebuah desa atau kelurahan yang memiliki kemampuan untuk
mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya
masyarakat untuk mengurangi kerentanan dan sekaligus meningkatkan
kapasitas demi mengurangi risiko bencana. Pengembangan Kampung Siaga
Bencana merupakan salah satu upaya pengurangan risiko bencana berbasis
masyarakat. Pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat adalah segala
bentuk upaya untuk mengurangi ancaman bencana dan kerentanan
masyarakat, dan meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan, yang direncanakan
dan dilaksanakan oleh masyarakat sebagai pelaku utama. Kampung Siaga
Bencana (KSB) dibentuk pada kampung-kampung yang paling sering terjadi
bencana.
Kampung siaga bencana memiliki struktur organisasi yang dipimpin
oleh seorang ketua, yang dibantu oleh sekertaris, bendahara, dan seksi
ataupun koor pembantu lainnya. Kampung Siaga Bencana (KSB) yang
dibentuk oleh BPBD diharapkan mampu menjadi perpanjangan tangan dari
BPBD dalam menanggulangi bencana yang terjadi. Para anggota Kampung
Siaga Bencana (KSB) dipilih secara musyawarah melalui koordinasi dari
kelurahan yang terkait dan keanggotaannya bersifat relawan. Jadi pada
dasarnya Kampung Siaga Bencana (KSB) adalah model pendekatan
penanggulangan bencana berbasis masyarakat untuk merubah pola pikir dan

14
pola tindak masyarakat dalam penanggulangan bencana. Kampung Siaga
Bencana (KSB) merupakan program unggulan Kementerian Sosial dalam
mengemban tugas penanggulangan bencana bidang bantuan sosial berbasis
masyarakat. Kampung Siaga Bencana (KSB) juga sebagai program
pemberdayaan masyarakat dan para Tagana seluruh indonesia.
- Ketepatan Kebijakan
Ketepatan kebijakan disini adalah hal-hal mengenai kesesuaian
kebijakan yang telah dirumuskan dengan karakter masalah yang akan
dipecahkan. Kemudian pembentukan program yang dilakukan oleh lembaga
yang akuntabel. Kesesuian Kebijakan Pelaksanaan program Kampung Siaga
Bencana (KSB) dilakukan sesuai dengan kebijakan tentang penyelenggaraan
penanggulangan bencana di antaranya yaitu mengatur tentang berbagai
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tahapan penanggulangan bencana
yang meliputi pra bencana, tanggap bencana dan pasca bencana. Fenomena
ketepatan kebijakan dilihat dari kesesuaian kebijakan dengan permasalahan
yang akan dipecahkan telah tepat karena dalam fenomena tersebut terdapat
faktor pendorong adalah tujuan kebijakan. Para implementator program
KSB setuju bahwa program Kampung Siaga Bencana (KSB) tepat untuk
dilaksanakan walaupun memang belum sepenuhnya dapat memecahkan
masalah kebencanaan secara keseluruhan. Namun program ini telah mampu
mengurangi risiko bencana. Kebijakan program kampung siaga bencana dan
desa tangguh bencana dilihat dari lembaga pembuat kebijakan, tujuan,
konsep desa/kelurahan dan kampung, organisasi pelaksana, pelaksana, mitra
organisasi, konteks ekologikal, protokol intervensi, populasi target.
- Maksud tujuan dari Kampung Siaga Bencana (KSB) :
Secara umum adalah untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi bencana melalui :
1. Terlatihnya tenaga lokal penanggulangan bencana yang
memiliki kompetensi.
2. Terorganisirnya dan terwadahinya upaya penanggulanan
bencana yang dilakukan masyarakat.

15
3. Tersusunya tata kelola penanggulangan bencana ditingkat lokal
yang incheren dengan sistem penanggulangan bencana bidang
bantuan sosial nasional.
- Konsep Kampung Siaga Bencana : Kampung hanya sebatas merek
dan mengacu pada kelembagaan penanggulangan bencana yang
berbasis masyarakat yang bisa berkedudukan di
kecamatan/desa/kelurahan/dusun
- Maksud dan Tujuan : Upaya penanggulangan bencana berbasis
komunitas, tujuan memberikan pemahaman dan kesadaran
masyarakat, membentuk jejaring dan memperkuat interaksi sosial,
mengorganisasikan, menjamin kesinambungan, mengoptimalkan
potensi dan sumber daya
- Organisasi Pelaksana : Membentuk organisasi
pelaksana/kelembagaan baru yang dinamakan “Kampung Siaga
Bencana”.
- Pelaksana : Perseorangan yaitu relawan (Tagana) dan unsur
masyarakat.
- Mitra Masyarakat dan Mitra Organisasi : Lebih cenderung
pemerintah sebagai mitra Organisasi.
- Konteks Ekological : Disebutkan pada ketentuan umum tanpa diatur
lebih lanjut yaitu defnisi kearifan lokal.
- Protokol Intervensi dan Deliveri Layanan-Layanan : Terkesan
intervensi pemerintah lebih dominan dibanding komunitas lokal itu
sendiri mulai dari fasilitasi kegiatan sosialisasi, penyuluhan,
penyiapan sistem peringatan dini lokal, pembuatan lumbung bencana
sebagai kesiapan logistik lokal, simulasi (gladi bencana) dan apel
lokal siaga bencana.
- Populasi Target Masyarakat : Yang potensial terkena ancaman dan
resiko bencana alam baik pada tingkat kecamatan/desa/kelurahan
maupun dusun.

16
E. PEMBAHASAN BERDASARKAN UNSUR-UNSUR PELAYANAN

1. Landasan/Dasar Hukum :
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana
- Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan
Sosial
- Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Pasal 22 Tentang Penanggulangan Bencana
- Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 128 Tahun
2011 Tentang Kampung Siaga Bencana
2. Sasaran/Pemerlu Sis UKS :
a. Perorangan
b. Keluarga, atau
c. Kelompok masyarakat
Diwilayah-wilayah yang memiliki kerentanan bencana alam tinggi.
3. Kondisi masalah pemerlu :
Masyarakat yang menderita baik secara fisik, mental maupun sosial
ekonomi sebagai akibat dari terjadinya bencana alam yang
menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan
tugas-tugas kewajibannya.
4. Asas dan Tujuan :
➢ Asas :
a. Kemanusiaan
b. Keadilan
c. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
d. Keseimbangan, keselarasan, dan keserasian
e. Ketertiban dan kepastian hukum
f. Kebersamaan
g. Kelestarian budaya dan lingkungan hidup
h. Ilmu pengetahuan dan teknologi
i. Partisipasi

17
➢ Tujuan :
a. Memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang
bahaya dan risiko
bencana.
b. Membentuk jejaring siaga bencana berbasis masyarakat dan
memperkuat interaksi sosial anggota masyarakat.
c. Mengorganisasikan masyarakat terlatih siaga bencana.
d. Menjamin terlaksananya kesiapsiagaan bencana berbasis
masyarakat yang berkesinambungan
e. Mengoptimalkan potensi dan sumber daya untuk
penanggulangan bencana
5. Fungsi :
a. Untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari
ancaman dan risiko bencana dengan cara menyelenggarakan
kegiatan pencegahan dan penanggulangan bencana berbasis
masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya alam dan
manusia yang ada pada lingkungan setempat.
b. Untuk mengorganisir masyarakat ketika menghadapi bencana
c. Meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan masyarakat dalam
menghadapi bencana
d. Sebagai fungsi edukatif yang penting karena individu belajar
bagaimana untuk menjadi (bagian dari) penduduk
publik/masyarakat dan anggota komunitas dalam
mengembangkan rasa memiliki
6. Pendekatan :
Pendekatan Konseling dan Pendekatan Pembelajaran.
a. Pendekatan Konseling, masyarakat yang memerlukan
layanan konselingkomunitas seperti korban bencana alam
yang bermasalah dengan keadaanpsikologis serta tingkatan
sosial yang memacu untuk menjadikan ia semakin
terpinggirkan. Pemberian layanan konseling komunitas
sangat tepat bagi korbanbencana alam yang akan membantu
serta mengarahkan individu dan kelompokmasyarakat yang

18
terkena bencana alam untuk lebih bisa bangkit dan berjuang
kembali secara fisik dan psikologis menuju kesejahteraan
yang ingin di capai.
b. Pendekatan Pembelajaran, ide atau prinsip cara memandang
dalam menentukan kegiatan pembelajaran agar masyarakat
ikut berpartisipasi dan meningkatkan rasa memiliki.
Pendekatan ini merupakan landasan berpikir atau filosofi
dalam menentukan pembelajaran dalam masyarakat agar
masyarakat bisa menerima dengan mudah dan cepat.
7. Program/Kegiatan :
a. Sosialisasi, penyuluhan, atau kegiatan penyadaran
masyarakat tentang bahaya bencana
b. Menyiapkan sistem peringatan dini lokal
c. Pendataan dan pemetaan daerah rawan bencana lokal
termasuk jalur evakuasi
d. Menginventarisasi potensi dan sumber daya yang ada di
wilayah rawan bencana
e. Membuat lumbung bencana sebagai kesiapan logistik lokal
f. Melaksanakan pelatihan tenaga bencana di tingkat lokal
bekerjasama dengan instansi atau pihak terkait
g. Melaksanakan simulasi (gladi bencana) sesuai jenis dan
kerawanan bencana secara periodik sesuai kebutuhan
h. Membentuk jejaring kerja dengan pihak terkait
i. Melaksanakan apel lokal siaga bencana pada waktu tertentu
j. Melakukan pendataan korban bencana dan tindakan awal
penanggulangan bencana apabila terjadi bencana
k. Melaksanakan upaya-upaya pengurangan resiko lain dalam
menghadapi kemungkinan terjadi bencana
l. Membantu seluruh pihak dalam upaya pemulihan sosial.
8. Metode dan Teknik :
a. Metode : Forward chaining yang menggunakan pengetahuan,
fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang

19
biasanya hanya bisa dipecahkan oleh seorang pakar dalam
bidang tersebut. Sehingga akan mudah menentukan apa yang
akan dibutuhkan dan dilakukan, pendekatan, partisipasi,
pembuatan keputusan, pertemuan, menggunakan bahan ajar
modul seperti apa.
b. Teknik :
• Penentuan informan Kampung Siaga Bencana (KSB)
• Pengumpulan data wawancara
• Observasi
• Menelaah dokumen
9. Mekanisme pelayanan/program :
a) Rapat/musyawarah koordinasi KSB (Kampung Siaga
Bencana)
b) Kegiatan Penyuluhan
c) Latihan Keterampilan Evakuasi
d) Manajemen Shelter
e) Distribusi Logistik atau ( Dapur Umum dan Hunian
Sementara)
f) Kegiatan Simulasi dan Pemberian Bantun Logistik
Persediaan untuk Kampung Siaga Bencana tersebut
g) Pelayanan Dukungan Psikososial
10. Organisasi Pelaksana/Tim Kerja :
Antara Kementerian Sosial Republik Indonesia dengan Pemerintah
Daerah
11. Tenaga profesional dan penunjang :
A. Tenaga Profesional :
• Pekerja Sosial
• Supervisor
• Tenaga Medis (Dokter, Perawat, dan Bidan Desa)
• Konselor
• Petugas survey
• Praktisi - tagana kawasan setempat sebagai fasilitator

20
• TKSB ( Tim Kampung Siaga Bencana ) - warga masyarakat
berumur 18 s/d 50 tahun yang terlatih
B. Penunjang :
• Peralatan. Misalnya, Tenda keluarga, tenda regu, blankar
tidur, perlengkapan dapur keluarga, dan lainnya.
12. Dana/anggaran/sumber pembiayaan :
A. Sumber pembiayaan pelaksanaan kegiatan KSB meliputi :
a) Anggaran Pendapatan Belanja Negara
b) Anggaran pendapatan belanja daerah provinsi
c) Anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota
d) Sumbangan masyarakat
e) Dana yang disisihkan dari badan usaha sebagai
kewajiban dan tanggung jawab sosial
f) Bantuan asing sesuai dengan kebijakan pemerintah
dan ketentuan peraturan perundang-undangan
g) Sumber pendanaan yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
B. Penyediaan dana bagi pelaksanaan kegiatan KSB dialokasikan
oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dan peraturan
perundang-undangan ( Melalui Kemensos RI dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD)).
13. Sarana dan prasarana :
- Sarana :
Tenda keluarga, tenda regu, blankar tidur, perlengkapan dapur
keluarga, tikar gulung, kabel, lampu TL, pentrungan, terpal,
tambang.
- Prasarana :
Penyediaan dan perbaikan prasarana jalan dan penerangan

21
KESIMPULAN

Berdasarkan UU RI No.11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,


pemerintah mempunyai beberapa cara yang dibutuhkan pasca bencana alam
yaitu meliputi, Rehabilitasi Sosial, Jaminan Sosial, Pemberdayaan Sosial,
dan Perlindungan Sosial.Pemerintah juga mempunyai program kerja demi
menunjang korban yang terkena bencana alam tersebut seperti Layanan
dukungan psikolsosia (LDP), Bantuan Langsung Berupa Uang Tunai Bagi
Korban Bencana, HUNTARA ( Hunian Sementara), HUNTAP (Hunian
Tetap), TRC (Tim Reaksi Cepat), Mobil anti galau, KSB (Kampung Siaga
Bencana), Program Bantuan Stimulan Bahan Bangunan Rumah (BBR),
TAGANA (Taruna Siaga Bencana).Salah satu program yang terpilih adalah
Kampung Siaga Bencana (KSB)Kampung Siaga Bencana (KSB) yang
selanjutnya disebut KSB adalah wadah penanggulangan bencana berbasis
masyarakat yang dijadikan kawasan/tempat untuk program
penanggulangan bencana.

Tujuan dari Kampung Siaga Bencana (KSB) ntk Terorganisirnya


dan terwadahinya upaya penanggulanan bencana yang dilakukan
masyarakat.salah satunyaPemerintah juga tidak hentinya merekrut tenaga-
tenaga yang profesional dan menunjang ntk membantu para korban pasca
bencana alam sepert Tenaga Profesional, Pekerja Sosial, Supervisor, Tenaga
Medis, Konselor, Petugas Survey, Praktisi dan penunjang
lainnya.Masyarakat tidak perlu khawatir kehidupan mereka pasca bencana
alam tidak akan enak dan hanya menimbulkan trauma saja karena
pemerintah sendiri sudah menyiapkan segala kebutuhan korban-korban
pasca bencana alam. Semua hunian, makanan, obat-obatan, baju dan biaya
lainya pemerintah sendiri yang akan menanggng dari smber-sumber dana
seperti Anggaran Pendapatan Belanja Negara, Anggaran pendapatan belanja
daerah provinsi, Anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota,
Sumbangan masyarakat, Bantuan asing sesuai dengan kebijakan pemerintah,
dan Sumber pendanaan yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

22
Jadi, secara garis besar masyarakat tidak perlu takut akan apa yang
mereka alami setelah bencana alam karena pemerintah sendiri sudah
menyiapkan segala keperluan dan kebutuhan korban bencana alam.

23
DaftarPustaka :

https://nasional.republika.co.id/berita/pxhksr383/kemensos-indonesia-
miliki-638-kampung-siaga-bencana
https://www.slideshare.net/arisaridjo/perdes-no-16-th-2014-ttg-desa-siaga-
bencana
https://bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf
https://perpustakaan.kemsos.go.id/elib/index.php?p=show_detail&id=3965
&keywords=
https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/Sosioinforma/article/view/69/38
https://jdih.kemsos.go.id/pencarian/www/storage/repository/PERMENSOS
%2001%20TAHUN%202013.pdf
http://simlit.puspijak.org/files/other/MITIGASI_BENCANA_(bahan_KLH)
_-_Kemensos.pdf
http://kemsos.go.id/direktorat-jenderal-perlindungan-dan-jaminan-sosial

24

Anda mungkin juga menyukai