Anda di halaman 1dari 9

PAPER

MANAJEMEN BENCANA BERBASIS LINGKUNGAN PADA BENCANA


GUNUNG MELETUS
(disusun guna memenuhi nilai ujian tengah semester ganjil Mata Kuliah
Manajemen Bencana Berbasis Kesmas Kelas C)

Dosen Pengampu:
Dr. Isa Ma’rufi, S.KM., M.Kes.

Disusun Oleh:
Nuzulul Rahmawati Agustini
NIM. 192110101084

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2022
MANAJEMEN BENCANA BERBASIS LINGKUNGAN PADA BENCANA
GUNUNG MELETUS
Nuzulul Rahmawati Agustini 192110101084
Fakultas Kesehatan Masyarakat / Universitas Jember

Latar Belakang
Bencana menurut WHO dalam Ahmad (2017) merupakan setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang
memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena dampak
(Ahmad, 2017). Adapun bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana didefinisikan sebagai suatu serangkaian peristiwa atau
kejadian yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat sehingga menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kehilangan mal, serta dampak psikologis. Bencana dapat disebabkan oleh 3 (tiga)
faktor, yaitu faktor alam, faktor non alam, serta faktor manusia (Presiden Republik
Indonesia, 2007).
Bencana alam sesuai namanya merupakan suatu bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam (Presiden Republik
Indonesia, 2007). Bencana alam umumnya terjadi karena adanya suatu perubahan
pada alam, baik perlahan maupun secara ekstrem. Bencana alam juga dapat terjadi
akibat adanya campur tangan manusia yang tidak bertanggung jawab (Universitas
Medan Area, 2021).
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam UU No.24 Tahun 2007
merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan
yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,
dan rehabilitasi (Presiden Republik Indonesia, 2007). Tujuan dari penyelenggaraan
penanggulangan bencana yaitu untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan
penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh
dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko,
dan dampak bencana (Presiden Republik Indonesia, 2008).
Gunung meletus merupakan salah satu bencana alam yang disebabkan oleh
adanya suatu perubahan pada alam. Bencana gunung meletus terjadi akibat adanya
endapat magma di dalam perut bumi yang terdorong keluar oleh gas bertekanan
tinggi (BPBD Kota Kediri, 2020). Letusan gunung berapi dapat membawa kerugian
bagi masyarakat yang tinggal di sekitar gunung tersebut. Batu serta abu yang keluar
dari letusan gunung vulkanik dapat disemburkan hingga sejauh radius 18 km atau
lebih, sedangkan lavanya dapat membanjiri daerah di sekitar gunung hinggga
sejauh 90 km (BPBD Kota Tanjung Balai, 2017). Bencana alam gunung meletus
membawa banyak dampak dan perubahan terhadap lingkungan sekitar, sehingga
aspek kesehatan lingkungan menjadi aspek yang penting untuk diperhatikan dalam
manajemen bencana gunung meletus.

Studi Kasus
Judul : Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam Manajemen
Bencana Erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang
Penulis : Alnizar Zagarino, Dhea Cika Pratiwi, Rika Nurhayati, dan Diana
Hertati
Jurnal : Jurnal Syntax Admiration
Volume :2
Nomor :5
Tahun : 2021
Tabel 1. Analisis 5W+1H Jurnal Studi Kasus

What Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam


Manajemen Bencana Erupsi Gunung Semeru di Kabupaten
Lumajang
Who Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Lumajang
When Bulan Januari 2021
Where Kabupaten Lumajang
Why Erupsi Gunung Semeru yang berlokasi di Kabupaten Lumajang
Kabupaten Malang pada Bulan Januari 2021 mengakibatkan
warga yang berada disekitar lereng gunung terdampak abu
vulkanik dan awan panas. Akibatnya warga harus mengungsi ke
daerah yang lebih aman untuk menghindari abu vulkanik dan
awan panas.
How BPBD Kabupaten Lumajang melakukan upaya mitigasi bencana
untuk meminimalisir dampak yang diakibatkan oleh erupsi
Gunung Semeru

Hasil dan Pembahasan


Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa tujuan dari penyelenggaraan
penanggulangan bencana yaitu untuk menghindarkan masyarakat dari bencana baik
dengan mengurangi kemungkinan munculnya hazard maupun mengatasi
kerentanan (Purnama, 2017). Berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2007 pada bab 3
dijelaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah memiliki tanggung jawab
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana (Presiden Republik Indonesia,
2007). Untuk memenuhi hal tersebut maka pemerintah membentuk badan
penanggulangan bencana, baik nasional maupun daerah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan lembaga
pemerintah nonkementerian yang bertanggung untuk melaksanakan
penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota
(Presiden Republik Indonesia, 2019). BPBD memiliki 2 (dua) fungsi, yaitu
(Presiden Republik Indonesia, 2007):
1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan terkait penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien.
2. Melakukan pengoordinasian terkait pelaksanaan kegiatan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu, dan menyuluruh.
Dalam rangka melaksanakan fungsi-fungsinya dalam pelaksanaan manajemen
kebencanaan, BPBD memiliki tugas secara terintegrasi untuk melaksanakan
penanggulangan bencana yang meliputi 3 (tiga) proses, antara lain (Presiden
Republik Indonesia, 2007):
a. Pra bencana
Pada proses ini, penanggulangan bencana dibagi menjadi situasi tidak terjadi
bencana dan situasi potensi terjadinya bencana. Dalam situasi tidak terjadi
bencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi perencanaan
penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan, pemanduan
perencanaan pembangunan, pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang,
pendidikan dan pelatihan, persyaratan analisis risiko bencana, dan persyaratan
standar teknis penanggulangan bencana. Sedangkan dalam situasi potensi
terjadinya bencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:
kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi bencana.
b. Saat tanggap darurat
Tanggap darurat bencana merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan pada
saat terjadi bencana untuk menangani dampak yang ditimbulkan dari bencana
tersebut. Dalam tahap saat tanggap darurat, penyelenggaraan penanggulangan
bencana meliputi pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan,
sumber daya, perlindungan terhadap kelompok rentan, penyelamatan dan
evakuasi masyarakat terkena bencana, penentuan status keadaan darurat
bencana, pemenuhan kebutuhan dasar, dan pemulihan dengan segera prasarana
dan sarana vital.
c. Pasca bencana
Pada tahap ini, penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan dengan
cara rehabilitasi dan rekonstruksi. Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007,
rehabilitasi merupakan upaya perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana. Adapun rekonstruksi merupakan upaya pembangunan kembali
semua sarana dan prasarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik
pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh
dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala
aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
Melalui hasil studi literature yang dilakukan pada jurnal ditemukan peranan
BPBD Kabupaten Lumajang dalam bencana meletusnya Gunung Semeru sebagai
beriku (Zagarino et al., 2021):
a. Pra bencana
Pada tahap ini BPBD Kabupaten Lumajang melakukan pengelompokan 2 (dua)
situasi, yaitu situasi tidak terjadi bencana dan situasi potensi terjadinya bencana.
Dalam situasi tidak terjadi bencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana
meliputi perencanaan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana,
pencegahan, pemanduan perencanaan pembangunan, pelaksanaan dan
penegakan rencana tata ruang, pendidikan dan pelatihan, persyaratan analisis
risiko bencana, dan persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
Sedangkan dalam situasi potensi terjadinya bencana, penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi: kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi
bencana.
b. Saat tanggap darurat
Pada saat tanggap darurat berlangsung, BPBD Kabupaten Lumajang langsung
menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Langkah-langkah yang dilakukan oleh BPBD
Kabupaten Lumajang antara lain yaitu:
1) Membuat posko untuk tempat evakuasi bagi para pengungsi yang terdampak
oleh erupsi Gunung Semeru
2) Membuat surat darurat bencana
3) Membuat Surat Komando Tanggap Darurat (SKTD)
4) Melakukan kerja sama lintas sektor baik vertical maupun horizontal sesuai
dengan 3 pilar yaitu pemerintah, dunia usaha (swasta), dan masyarakat.
Implementasi yang dilakukan antara lain penyediaan posko oleh Dinas
Kesehatan setempat, pembangunan dapur oleh Dinas Sosial dan PMI,
penanganan erupsi yang terpusat di posko utama oleh relawan, penyediaan
tempat sampah dan toilet portable oleh pihak yang bersangkutan, serta
evakuasi korban bencana yang dibantu oleh TNI dan Polri. BPBD juga
memberikan bantuan kepada korban bencana berupa tenda pengungsian,
beras, mi instan, minyak goreng, lauk pauk, selimut, matras, masker,
handsanitizer, disinfektan, dan lain sebagainya.
c. Pasca bencana
Pada tahap pasca bencana, BPBD Kabupaten Lumajang melakukan upaya
rehabilitasi dan rekonstuksi terhadap aspek pelayanan public serta sarana dan
prasaran kelembagaan yang rusak selama terjadinya erupsi Gunung Semeru.

Kesimpulan
Bencana merupakan setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan
ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat atau wilayah yang terkena dampak. Bencana dapat disebabkan oleh 3
(tiga) faktor, yaitu faktor alam, faktor non alam, serta faktor manusia. Bencana yang
disebabkan oleh faktor alam disebut dengan bencana alam yang terjadi karena
adanya suatu perubahan pada alam, baik perlahan maupun secara ekstrem, atau
dapat disebabkan oleh campur tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.
Salah satu contoh dari bencana alam yang disebabkan oleh perubahan alam yaitu
bencana meletusnya Gunung Merapi di Kabupaten Lumajang. Pertistiwa tersebut
membawa banyak dampak dan perubahan terhadap lingkungan sekitar sehingga
memerlukan adanya upaya penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh BPBD Kabupaten
Lumajang dilakukan pada 3 (tiga) tahap, yaitu tahap pra bencana, saat tanggap
darurat, dan pasca bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S.L. (2017) ‘Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kesiapsiagaan
Keluarga dalam Menghadapi Dampak Bencana di Kota Ternate Propinsi
Maluku Utara’. Malang: Universitas Brawijaya. Available at:
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/2632/.

BPBD Kota Kediri (2020) Bencana Alam Gunung Meletus. Available at:
https://bpbd.kedirikota.go.id/view/bencana-alam-gunung-meletus
(Accessed: 16 November 2022).

BPBD Kota Tanjung Balai (2017) Gunung Meletus. Available at:


https://bpbd.tanjungbalaikota.go.id/jenis-bencana/gunung-
meletus/#:~:text=Gunung meletus merupakan peristiwa yang,lebih dari
1.000 °C. (Accessed: 16 November 2022).

Presiden Republik Indonesia (2007) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta: Republik
Indonesia.

Presiden Republik Indonesia (2008) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana. Jakarta: Republik Indonesia. Available at:
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2008/21TAHUN2008PP.htm#:~:text=
Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk,%2C
risiko%2C dan dampak bencana.

Presiden Republik Indonesia (2019) Peraturan Presiden Republik Indonesia


Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Jakarta: Republik Indonesia.

Purnama, S.G. (2017) Modul Manajemen Bencana. Denpasar: Universitas


Udayana.

Universitas Medan Area (2021) Pengertian Bencana Alam. Available at:


https://kepegawaian.uma.ac.id/pengertian-bencana-alam/ (Accessed: 16
November 2022).

Zagarino, A. et al. (2021) ‘Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam


Manajemen Bencana Erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang’,
Jurnal Syntax Admiration, 2(5).

Anda mungkin juga menyukai