Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA

PENYELESAIAN MASALAH HUKUM DALAM PENANGANAN BENCANA

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Dhinda Kartika Yanti 2010070170011
2. Sinyal osisti 2010070170018
3. Silvia nindi fitri 2010070170025
4. Fitra 2010070170030

Dosen Pengampu :
Ns.Fatimah S.kep,M.kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
TAHUN AJARAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Manajemen
Bencana ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah manajemen bencana. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang manajemen
pengendalian penyakit menular dan supervaillance di wilayah darurat bagi pembaca
dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Fatimah, S.Kep.,M.Kep


selaku Dosen mata kuliah manajemen bencana yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang Kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang Kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 07 April 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penanggulangan bencana di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari
komitmenkomitmen global. Keprihatinan masyarakat dunia terhadap dampak
bencana telah melahirkan keuputusan-keputusan bersama untuk bertindak
bersama mengurangi dampak bencana. Pasal 1 ayat 1 UU 24/2007 menjelaskan:
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana (Psl 1 ayat 13 UUPB). Ancaman dapat berupa kejadian
alamiah, hasil samping kegiatan manusia atau gabungan keduanya. Ancaman
alamiah seperti gempa bumi, letusan gunungapi, tsunami, wabah, hama, banjir
dan longsor. Ancaman akibat hasil samping kegiatan manusia meliputi konflik
sosial, pencemaran, kegagalan teknologi dan kecelakaan transportasi. Ancaman
seperti banjir, longsor, wabah, hama, dan kecelakaan transportasi.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi (Pasal 1, ayat 5,
UU No 24/2007).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Bencana ?
2. Apa Saja Jenis Bencana ?
3. Apa Saja Jenis Ancaman Penanggulangan Bencana ?
4. Bagaimana Penyelesaian Penanggulangan Bencana Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bencana
2. Untuk mengetahui apa saja jenis bencana
3. Untuk mengetahui apa saja jenis ancaman penanggulangan bencana
4. Untuk mengetahui Bagaimana Penyelesaian Penanggulangan Bencana
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
B. Jenis Bencana Di Indonesia
Pasal 1 ayat 2, 3 dan 4 UU 24/2007 menjelaskan:
a) Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor.
b) Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
c) Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror
C. Jenis Ancaman
Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana (Psl 1 ayat 13 UUPB). Ancaman dapat berupa kejadian
alamiah, hasil samping kegiatan manusia atau gabungan keduanya. Ancaman
alamiah seperti gempa bumi, letusan gunungapi, tsunami, wabah, hama, banjir dan
longsor. Ancaman akibat hasil samping kegiatan manusia meliputi konflik sosial,
pencemaran, kegagalan teknologi dan kecelakaan transportasi. Ancaman seperti
banjir, longsor, wabah, hama, dan kecelakaan transportasi juga sering diartikan
sebagai kombinasi antara peristiwa alamiah dan kesalahan manusia.
Jenis Ancaman Ragam Ancaman
Ancaman Geologi Gempa bumi, tsunami, longsor, gerakan tanah
Ancaman Hidrometerologi Banjir, topan, banjir bandang, kekeringan
Ancaman biologi Wabah, hama/penyakit tanaman, penyakit hewan
Ancaman kegagalan teknologi Kecelakaan transportasi, pencemaran industri
Ancaman lingkungan Kebakaran hutan, pengundulan hutan
Ancaman sosial Konflik, terorisme
Tabel 2.1. Jenis dan ragam ancaman

D. Penyelesaian Penanggulangan Bencana Indonesia


Penyelesaian penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi (Pasal 1, ayat 5,
UU No 24/2007).
1. Pengertian Rehabilitas
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada
wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca bencana.
Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan: perbaikan lingkungan
daerah bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian
bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis,
pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan
sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban,
pemulihan fungsi pemerintahan, serta pemulihan fungsi pelayanan
publik.
Dalam penentuan kebijakan rehabilitasi prinsip dasar yang
digunakan adalah sebagai berikut :
 Menempatkan masyarakat tidak saja sebagai korban
bencana, namun juga sebagai pelaku aktif dalam kegiatan
rehabilitasi.
 Kegiatan rehabilitasi merupakan rangkaian kegiatan yang
terkait dan terintegrasi dengan kegiatan prabencana,
tanggap darurat dan pemulihan dini serta kegiatan
rekonstruksi.
 “Early recovery” dilakukan oleh “Rapid Assessment
Team” segera setelah terjadi bencana.
 Program rehabilitasi dimulai segera setelah masa tanggap
darurat (sesuai dengan Perpres tentang Penetapan Status
dan Tingkatan Bencana) dan diakhiri setelah tujuan utama
rehabilitasi tercapai.
2. Pengertian Rekontruksi
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta
langkah-langkah nyata yang terencana baik, konsisten dan
berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen semua
prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat
pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi
masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di
wilayah pasca bencana.
Rencana Rekonstruksi adalah dokumen yang akan digunakan
sebagai acuan bagi penyelenggaraan program rekonstruksi pasca-
bencana, yang memuat informasi gambaran umum daerah pasca
bencana meliputi antara lain informasi kependudukan, sosial, budaya,
ekonomi, sarana dan prasarana sebelum terjadi bencana, gambaran
kejadian dan dampak bencana beserta semua informasi tentang
kerusakan yang diakibatkannya, informasi mengenai sumber daya,
kebijakan dan strategi rekonstruksi, program dan kegiatan, jadwal
implementasi, rencana anggaran, mekanisme/prosedur kelembagaan
pelaksanaan.
Pelaksana Rekonstruksi adalah semua unit kerja yang terlibat
dalam kegiatan rekonstruksi, di bawah koordinasi pengelola dan
penanggung jawab kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca
bencana pada lembaga yang berwenang menyelenggarakan
penanggulangan bencana di tingkat nasional dan daerah.
Mengacu pada arahan Presiden Republik Indonesia pada Sidang
Kabinet Paripurna 25 November 2010, maka pelaksanaan rehabilitasi
dan rekonstruksi agar dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-
prinsip dasar, sebagai berikut:
a) Dilaksanakan dengan memperhatikan UU nomor 24 tahun
2007 tentang Penanggulangan
b) Bencana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
pada tahap pasca bencana;
c) Dilaksanakan dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Peraturan Pemerintah
nomor 24 tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan;
d) Dilaksanakan dengan memperhatikan Undang Undang nomor
26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dalam proses
perencanaan tata ruang, proses pemanfaatan ruang dan proses
pengendalian pemanfaatan ruang;
e) Dilaksanakan dengan memperhatikan UU 27 tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
dalam perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan
pengendalian sumber daya pesisir dan pulau pulau kecil;
f) Dilaksanakan dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.

Penyelesaian penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang


meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi (Pasal 1, ayat 5,
UU No 24/2007).
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai