Anda di halaman 1dari 3

Gunung Merapi merupakan gunung berapi yang sebagian wilayahnya termasuk kedalam wilayah

administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunung ini terletak kurang lebih 20 km dari pusat
pemerintahan Kabupaten Sleman di Denggung, Tridadi, Sleman. Dari total 129 gunung api yang
ada di wilayah Indonesia, gunung setinggi 2.980 meter ini termasuk yang paling aktif. Sebagai
gunung berapi yang aktif, Gunung Merapi tentunya memiliki potensi bahaya yang sewaktu-
waktu dapat mengancam keselamatan masyarakat di sekitarnya apabila sedang mengalami
erupsi. Bahaya utama yang mengancam sekitar wilayah Merapi adalah aliran awan panas
(piroclastic flow), lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, lelehan lava (lava flow) dan gas beracun
di samping bahaya sekunder banjir lahar dingin yang dapat terjadi pada musim hujan (Nurjanah
dkk, 2011:30-32).

Upaya penetapan kebijakan yang berisiko timbulnya bencana Gunung Merapi harus dilakukan
pada semua tahapan penanggulangan bencana dengan melakukan perbaikan secara terus
menerus. Penyelenggaraan penanggulangan bencana Gunung Merapi pada tahapan prabencana
berlangsung baik dalam situasi tidak terjadi bencana maupun dalam situasi terdapat potensi
terjadinya bencana.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana Gunung Merapi dalam situasi tidak terjadi bencana
setidaknya harus meliputi perencanaan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana,
pencegahan, pemaduan dalam perencanaan pembangunan, persyaratan analisis risiko bencana,
penentuan dan penegakan rencana tata ruang (KRB/Kawasan Rawan Bencana), pendidikan dan
pelatihan, dan persyaratan standar teknis penanggulangan bencana. Perencanaan
penanggulangan bencana meliputi pengenalan dan pengkajian ancaman bencana, pemahaman
tentang kerentanan masyarakat, analisis kemungkinan dampak bencana, pilihan tindakan
pengurangan risiko bencana, penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana; dan alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia. Dalam kegiatan
pelatihan, Pemda, BNPB, Kementerian Sosial, dan Badan SAR Nasional sudah melakukan
serangkaian pelatihan penanggulangan bencana bagi masyarakat lereng Gunung Merapi. Dalam
kegiatan pendidikan, banyak TK SD, SMP, SMA di wilayah lereng Gunung Merapi sudah mulai
medapatkan pengetahuan pengenalan Gunung Merapi, baik oleh para guru di dalam kelas
maupun oleh instansi dan para kelompok pegiat PB/PRB misalnya oleh BPPTK, Kelompok
Pelestari Lingkungan Hidup “Wana Mandhira” dan MUSEGA SWD (Sumardani, 2010). Di
tingkat perguruan tinggi, pendidikan serta kajian yang terkait dengan penanggulangan bencana
Gunung Merapi dapat ditemui misalnya pada Program Unggulan Kemendiknas dalam bidang
Manajemen Rekayasa Kegempaan di Magister Teknik Sipil Program Pasca Sarjana Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (MRK UII) serta pada PSBA UGM
dan CEEDEDS UII.

Pengurangan risiko bencana (PRB) Gunung Merapi dilakukan untuk mengurangi dampak buruk
yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana, yang
meliputi pengenalan dan pemantauan risiko bencana, perencanaan partisipatif penanggulangan
bencana sebagaimana disebutkan dalam subsistem perencanaan di muka, pengembangan budaya
sadar bencana, peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana, dan penerapan
upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana Gunung Merapi dalam situasi terdapat potensi terjadi
bencana meliputi kesiapsiagaan, peringatan dini oleh BPPTK Kementerian ESDM, dan mitigasi
bencana. Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam
menghadapi kejadian bencana. Peringatan dini dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan
tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap
darurat. Mitigasi dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada
kawasan rawan bencana Gunung Merapi.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana Gunung Merapi pada saat tanggap darurat meliputi
pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya, penentuan status
keadaan darurat bencana, penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, kebutuhan
dasar, perlindungan terhadap kelompok rentan, dan pemulihan dengan segera prasarana dan
sarana vital. Dalam status keadaan darurat bencana telah ditetapkan BNPB/BPBD mempunyai
kemudahan akses yang meliputi pengerahan sumber daya manusia, pengerahan peralatan,
pengerahan logistik, imigrasi, cukai, dan karantina, perizinan, pengadaan barang/jasa,
pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau barang, penyelamatan, dan komando untuk
memerintahkan sektor/lembaga. Hal tersebut sudah mulai dilaksanakan dalam penangangan
darurat erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang lalu (BNPB, 2010b)

Penyelenggaraan penanggulangan bencana Gunung Merapi pada tahap pascabencana meliputi


rehabilitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan perbaikan lingkungan
daerah bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah
masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik,
pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi
pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik. Rekonstruksi dilakukan melalui kegiatan
pembangunan yang lebih baik, meliputi pembangunan kembali prasarana dan sarana,
pembangunan kembali sarana sosial masyarakat, pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya
masyarakat, penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan
tahan bencana, partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha,
dan masyarakat, peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya, peningkatan fungsi pelayanan
public, dan peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat. Untuk Erupsi Gunung Merapi
2010, tahap pasca bencana primer dan tahap tanggap darurat bencana sekunder sedang berjalan

Sumber : Sarwidi.2021."PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG MERAPI


BERDASARKAN SISTEM NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA",
https://drive.google.com/file/d/1PotwY9bwAWcd5CPN1_adnJutNqemjt6V/view?usp=sharing,
diakses pada 5 Maret 2022 pukul 19.10.

Anda mungkin juga menyukai