Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI BENCANA:

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan
manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan
mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

DEFINISI LETUSAN GUNUNG BERAPI:

Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah
"erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan
abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.

Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi
yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat
di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C.
Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa
mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur
sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius
90 km. Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut
gunung berapi aktif.

PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG MERAPI:

UU RI No. 24/2007 adalah landasan bagi pembentukan sistem (system building)


penanggulangan bencana di Indonesia. Setiap upaya penanggulangan bencana di Indonesia harus
berpedoman pada Sistem Nasional Penanggulangan Bencana, agar hasil dari upaya tersebut
maksimum. Sistem penanggulangan bencana tersebut terdiri atas beberapa subsistem, yaitu
legislasi, kelembagaan, pendanaan, perencanaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
penyelenggaraan. Penjelasan subsistem-subsistem tersebut beserta dengan penerapan yang dapat
dilakukan untuk penanggulangan bencana Gunung adalah sebagai berikut ini

Legislasi

Dalam hal penanggulangan bencana Gunung Merapi, serangkaian legislasi tersebut sangat
penting karena ada ketegasan negara dalam mengatur penanggulangan yang sistematis untuk
segala macam bencana, termasuk bencana akibat letusan gunung api.

Peraturan pemerintah (PP) yang sudah maupun yang masih perlu dibuat adalah yang terkait
dengan peran lembaga usaha dan internasional, penyelenggaraan penanggulangan bencana serta
pendanaan dan bantuan. PP yang terkait dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana
misalnya adalah yang terkait dengan rehabilitasi, rekonstruksi, dan kemudahan akses. Peraturan
Presiden (Perpres) yang sudah dan yang akan disusun antara lain adalah pembentukan BNPB
serta penentuan status bencana dan tingkatan bencana. Permen yang diperlukan misalnya adalah
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 26 Tahun 2008 (Permendagri No. 26/2008) tentang
Pedoman Organisasi serta Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Dalam
implementasi penanggulangan bencana di tingkat daerah, Peraturan Daerah (Perda) yang harus
disusun antara lain adalah yang terkait dengan pembentukan BPBD dan yang terkait dengan
penanggulangan bencana secara umum serta serangkaian Peraturan Gubernur (Pergub),
Peraturan Bupati (Perbub), dan Peraturan Walikota (Perwal) yang terkait dengan
penanggulangan bencana. Kelengkapan legislasi yang terkait dengan implementasi
penanggulangan bencana Gunung Merapi di tingkat daerah di sekeliling Gunung Merapi akan
menentukan tingkat keberhasilan penanggulangan bencana Gunung Merapi.

Kelembagaan
Subsistem kelembagaan yang terkait dengan penanggulangan bencana Gunung Merapi adalah
apabila ditemui permasalahan yang bersifat nasional ataupun internasional yang tidak mampu
dihadapi daerah, maka BNPB menjadi komando penanggulangan bencana Gunung Merapi
sebagaimana dalam tanggap darurat Erupsi Gunung Merapi 2010 ataupun menjadi koordinator di
luar masa tanggap darurat. Demikian pula dalam hal perencanaan dan implementasi
penanggulangan bencana Gunung Merapi ke depan yang terkait dengan isu nasional ataupun
internasional yang tidak dapat ditangani oleh daerah. BPBD dua provinsi dan BPBD empat
kabupaten yang melingkupi Gunung Merapi menjadi ujung tombak dalam penanggulangan
bencana Gunung Merapi. Dengan demikian, permasalahan penanggulangan bencana yang dapat
dipecahkan oleh daerah adalah menjadi tanggung jawab BPBD. Kepala BPBD dikedua provinsi
tersebut dijabat secara ex officio oleh Sekretaris Daerah (Sekda) masing-masing provinsi, dan
Kepala BPBD di empat kabupaten tesebut dijabat oleh Sekda masing-masing kabupaten. Setiap
BPBD mempunyai seorang Kepala Pelaksana yang bertanggung jawab kepada Sekda.

Pendanaan

Subsistem pendanaan yang penting menjadi menjadi pertimbangan dalam penanggulangan


bencana Gunung Merapi adalah tentang kuantitas dana dan kualitas penggunaanya. Mengingat
erupsi Gunung Merapi itu tidak hanya bendampak lokal, tetapi dapat berdampak secara nasional
dan internasional, maka kuantitas pendanaan penanggulangan bencana Gunung Merapi haruslah
mencukupi dengan menggali berbagai macam sumber dana. Penggunaan sumber dana
penanggulangan bencana Gunung Merapi juga harus efektif, transparan, dan akuntabel.
Pendanaan penanggulangan bencana Gunung Merapi yang sistematik ini menjadi tantangan yang
menarik ke depan untuk dikembangkan oleh semua fihak yang terkait, misalnya melalui
penggunaan teknologi informasi yang optimal dengan SDM yang mumpuni maupun melalui
berbagai inovasi.
Perencanaan

perencanaan penanggulangan bencana Gunung Merapi harus lebih terarah dan terpadu. Dengan
berbagai pengalaman oleh berbagai fihak-fihak yang terkait, baik secara personal maupun
institusional, yang dilandasi dengan berbagai teori PB/PRB terkini, para pakar dan aktor PB /
PRB dapat lebih mengarahkan perencanaan penanggulangan bencana Gunung Merapi ke depan
dengan berbagai macam media komunikasi dan informasi. Selanjutnya, keterpaduan perencanaan
penanggulangan bencana Gunung Merapi dapat dilakukan menggunakan sistem perencanaan
terpadu dan benjenjang dalam berbagai koordinasi yang dituangkan dalam RPB daerah dan RAD
PRB serta Renas PB dan RAN PRB. Rencana penanggulangan bencana Gunung Merapi harus
dimasukkan dalam RPB daerah dan RAD PRB untuk Provinsi DIY dan Jateng serta
Kabupaten/Kota Sleman, Magelang, Klaten, Boyolali, dan Yogyakarta, RPB daerah disusun oleh
masing-masing Pemda dua provinsi dan lima kabupaten/kota tersebut, dan RAD PRB disusun
oleh masing-masing Pemda bersama-sama dengan masing-masing Forum PRB di dua provinsi
dan lima kabupaten/kota itu. Selanjutnya aspek penting rencana penanggulangan bencana
Gunung Merapi juga harus dimasukkan dalam Renas PB dan RAN PRB serta rencana sektoral
penanggulangan bencana di kementerian dan lembaga (K/L).

IPTEK

IPTEKS dalam penanggulangan bencana Gunung Merapi dapat diterapkan dalam pengenalan
mengenai karakteristik ancaman/hazard Gunung Merapi dan berbagai kemajuan teknologi untuk
penanggulangan bencana Gunung Merapi. Penerapan teknologi penanggulangan bencana
Gunung Merapi dalam tahap pra, darurat, dan pasca bencana misalnya adalah pembuatan
mapping risiko bencana dan tata ruang wilayah Gunung Merapi dan sekitarnya, pengembangan
teknologi deteksi dini erupsi Gunung Merapi melalui pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi, pengembangan dan pembuatan bangunan/rumah tahan gempa yang sekaligus dapat
digunakan untuk perlindungan sementara.
Penyelenggaraan

Penyelenggaraan penanggulangan bencana Gunung Merapi dalam situasi tidak terjadi bencana
setidaknya harus meliputi perencanaan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana,
pencegahan, pemaduan dalam perencanaan pembangunan, persyaratan analisis risiko bencana,
penentuan dan penegakan rencana tata ruang (KRB/Kawasan Rawan Bencana), pendidikan dan
pelatihan, dan persyaratan standar teknis penanggulangan bencana. Perencanaan
penanggulangan bencana meliputi pengenalan dan pengkajian ancaman bencana, pemahaman
tentang kerentanan masyarakat, analisis kemungkinan dampak bencana, pilihan tindakan
pengurangan risiko bencana, penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana; dan alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia. Dalam kegiatan
pelatihan, Pemda, BNPB, Kementerian Sosial, dan Badan SAR Nasional sudah melakukan
serangkaian pelatihan penanggulangan bencana bagi masyarakat lereng Gunung Merapi.

Anda mungkin juga menyukai