Bab I
PENDAHULUAN
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk pengurangan risiko bencana banjir
dan tanah longsor adalah membuat Kajian Risiko Bencana (KRB) di Kota
Pematangsiantar yang akan menjadi acuan untuk melahirkan kebijakan-kebijakan dalam
pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana di Kota Pematangsiantar. Di sisi lain,
dokumen tersebut juga dapat dijadikan dasar dalam Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana (RPB) di Kota Pematangsiantar ke depannya.
Oleh karena itu Pemerintah Kota Pematangsiantar perlu meningkatkan kapasitas
serta ketahanan daerah dari ancaman bencana yang berpotensi mengancam masyarakat
dan lingkungan Kota Pematangsiantar. Terdapat 6 (enam) strategi utama penanggulangan
bencana berdasarkan kebijakan-kebijakan yang dibangun antara lain sebagai berikut.
1. Penguatan regulasi dan kapasitas penanggulangan bencana;
2. Perencanaan penanggulangan bencana terpadu;
3. Penelitian, pendidikan, dan pelatihan;
4. Peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat;
5. Perlindungan masyarakat;
6. Penanganan bencana.
Terkait dengan hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Pematangsiantar
melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pematangsiantar
melaksanakan “Penyusunan Kajian Risiko Bencana di Kota Pematangsiantar” untuk
bencana banjir dan longsor pada Tahun Anggaran 2019 ini.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan kejelasan mengenai tingkat risiko
bencana banjir, bencana tanah longsor, dan bencana angin puting beliung/cuaca ekstrim
di Kota Pematangsiantar untuk selanjutnya dapat dipetakan. Hasil dari kegiatan ini
diharapkan membantu proses pengambilan kepurusan dalam mengantisipasi dan mitigasi
bencana oleh Pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, serta stakeholders (pemangku
kepentingan) lainnya dalam penanganan/penataan kawasan rawan bencana tersebut.
1.2 TUJUAN
Adapun Tujuan dari Kajian Risiko Bencana di Kota Pematangsiantar adalah
antara lain sebagai berikut:
1. Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana sebagai dasar
untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana, rencana penanggulangan
bencana sehingga merupakan mekanisme untuk mengutamakan penanggulangan
bencana dalam rencana pembangunan;
1.3 SASARAN
Sasaran dari Penyusunan Kajian Risiko Bencana di Kota Pematangsiantar, yaitu
antara lain sebagai berikut.
1. Teridentifikasinya karakteristik wilayah Kota Pematangsiantar;
2. Teridentifikasinya seluruh daerah yang memiliki potensi terjadinya bencana
banjir dan tanah longsor di wilayah Kota Pematangsiantar;
3. Terinventarisasinya ancaman bahaya yang paling berpotensi di alami oleh
masyarakat beserta probabilitas magnitude (besaran) dampak yang ditimbulkan
bahaya tersebut;
4. Teridentifikasinya seluruh permasalahan, penyebab, akibat yang ditimbulkan
bencana banjir dan tanah longsor, serta upaya-upaya pencegahan dan
penanganannya.
5. Terdeskripsinya sejarah kejadian bencana di wilayah Kota Pematangsiantar;
6. Terdeskripsinya kemungkinan potensi bencana ikutan (collateral), misalnya
wabah penyakit, kerusuhan, hilangnya kebutuhan dasar/mata pencaharian;
7. Tersedianya peta risiko bencana banjir dan tanah longsor di wilayah Kota
Pematangsiantar.
1.6 PENGERTIAN
Untuk mempermudah memahami isi laporan Penyusunan Kajian Risiko Bencana
Kota Pematangsiantar ini, maka disajikan pengertian-pengertian kata dan kelompok kata
sebagai berikut:
1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disingkat dengan
BNPB adalah lembaga pemerintah non departemen sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
13. Peta Risiko Bencana adalah gambaran tingkat risiko bencana suatu daerah
secara spasial dan non spasial berdasarkan kajian risiko bencana suatu daerah.
14. Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
15. Rencana Penanggulangan Bencana adalah rencana penyelenggaraan
penanggulangan bencana suatu daerah dalam kurun waktu tertentu yang menjadi
salah satu dasar pembangunan daerah.
16. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
17. Skala Peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan
satuan atau teknik tertentu.
18. Tingkat bahaya adalah potensi timbulnya korban jiwa pada zona bahaya tertentu
pada suatu daerah akibat terjadinya bencana.
19. Tingkat Kerugian adalah potensi kerugian yang mungkin timbul akibat
kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah penduduk pada zona
ketinggian tertentu akibat bencana.
20. Tingkat Risiko adalah perbandingan antara tingkat kerugian dengan kapasitas
daerah untuk memperkecil tingkat kerugian dan tingkat bahaya akibat bencana.
Adapun materi (muatan substansi) yang akan dibahas pada Penyusunan Kajian
Risiko Bencana di Kota Pematangsiantar ini adalah sebagaimana diuraikan berikut ini :
1. Pengumpulan data sekunder, meliputi :
Data-data spasial Kota Pematangsiantar
Studi-studi pembangunan dan pengembangan di Kota Pematangsiantar
Pengumpulan data parameter pengembangan kawasan. Parameter
pengembangan kawasan. Parameter pengembangan kawasan digunakan
variabel perubahan kawasan terbangun; pola penggunaan lahan; perubahan
benteng alam serta perkembangan sarana dan prasarana di Kota
Pematangsiantar.
demikian kesimpulan hasil uji hipotesis yang diperoleh melalui penelitian kuantitatif
dapat diberlakukan secara umum.
Pendekatan kuantitatif seperti penjelasan di atas mementingkan adanya variabel-
variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan
dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Dalam hal ini, variabel penelitian
yang digunakan mengikuti peraturan Perka BNPB No.2 tahun 2012 tentang tentang
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Variabel yang digunakan bergantung dari
jenis bencana yang akan dikaji yaitu bencana banjir, bencana tanah longsor, dan bencana
angin puting beliung atau cuaca ekstrim.
1.8.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah risiko bencana banjir, bencana tanah longsor dan
bencana angin puting beliung atau cuaca ekstrim yang terjadi di Kota Pematangsiantar.
Objek penelitian menurut (Sugiyono: 2011) dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas
tiga komponen yaitu place atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang
berlangsung, actor atau pelaku/orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu, dan
activity atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang
berlangsung.
2. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang paling mendasar untuk
menggambarkan keadaan data secara umum. Analisis deskriptif ini
meliputi beberapa hal, yakni distribusi frekuensi, pengukuran tendensi
pusat, dan pengukuran variabilitas (Wiyono, 2001).
Distribusi frekuensi
Distribusi frekuensi merupakan susunan data-data mentah
yang acak dan sulit dibaca yang kemudian disusun berdasarkan
kategori tertentu dalam suatu daftar secara sistematis agar mudah
dipahami. Distribusi frekuensi dibagi menjadi beberapa jenis yaitu
distribusi frekuensi secara tidak berkelompok, distribusi rank order,
distribusi frekuensi secara berkelompok, dan grafik distribusi.
Pengukuran Tendensi Pusat
Setelah seluruh tabel dan peta terisi, maka langkah selanjutnya adalah
membuat uraian deskriptif penjelasannya ke dalam suatu laporan yang
sistematis per aspek kajian bencana dan menuangkan informasi kedalam
analisis konsep-konsep kajia risiko bencana.