Anda di halaman 1dari 21

KOTA PEMATANGSIANTAR

Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Bab I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 menyatakan bahwa bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat baik yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor manusia
yang mengakibatkan timbulnya kerusakan lingkungan hingga korban jiwa.
Kompleksitasnya kondisi wilayah dan faktor manusia juga dapat memicu terjadinya
bencana alam di Indonesia.
Dalam Undang-Undang tersebut, disebutkan juga bahwa pemerintah, pemerintah
daerah bersama masyarakat memiliki tanggung jawab dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Lahirnya Undang-Undang ini merubah paradigma dalam
penanggulangan bencana dari responsif menjadi preventif dengan lebih menitik beratkan
kepada aspek-aspek pengurangan risiko bencana yang dilaksanakan secara terencana,
terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pra-bencana meliputi
situasi tidak terjadi bencana dan situasi potensi terjadinya bencana. Pada situasi tidak
terjadi bencana, salah satu kegiatannya adalah Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana dalam bentuk dokumen Rencana Kontijensi. Rencana Kontijensi merupakan
rencana terintegrasi yang berisi upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah,
masyarakat, serta lembaga usaha dalam menghadapi ancaman bencana. Rencana
Kontijensi disusun untuk menghadapi suatu krisis yang diperkirakan akan segera terjadi
tetapi dapat pula tidak terjadi. Rencana Kontijensi tidak dimaksudkan untuk menyusun
suatu proyek, melainkan upaya pemanfaatan semaksimal mungkin sumberdaya / potensi
masyarakat yang tersedia untuk menghadapi bencana/keadaan darurat.
Kota Pematangsiantar merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara
yang memiliki potensi terjadinya berbagai bencana. Berdasarkan kondisi eksisting,
wilayah Kota Pematangsiantar di aliri oleh banyak sungai yang melewati wilayah
Kabupaten Simalungun, baik didaerah hulu maupun hiilir. Dengan kondisi topografi dan
hidrologi yang ada, wilayah Kota Pematangsiantar memiliki potensi bencana alam berupa
banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan juga bencana kebakaran gedung dan
pemukiman.

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-1
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk pengurangan risiko bencana banjir
dan tanah longsor adalah membuat Kajian Risiko Bencana (KRB) di Kota
Pematangsiantar yang akan menjadi acuan untuk melahirkan kebijakan-kebijakan dalam
pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana di Kota Pematangsiantar. Di sisi lain,
dokumen tersebut juga dapat dijadikan dasar dalam Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana (RPB) di Kota Pematangsiantar ke depannya.
Oleh karena itu Pemerintah Kota Pematangsiantar perlu meningkatkan kapasitas
serta ketahanan daerah dari ancaman bencana yang berpotensi mengancam masyarakat
dan lingkungan Kota Pematangsiantar. Terdapat 6 (enam) strategi utama penanggulangan
bencana berdasarkan kebijakan-kebijakan yang dibangun antara lain sebagai berikut.
1. Penguatan regulasi dan kapasitas penanggulangan bencana;
2. Perencanaan penanggulangan bencana terpadu;
3. Penelitian, pendidikan, dan pelatihan;
4. Peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat;
5. Perlindungan masyarakat;
6. Penanganan bencana.
Terkait dengan hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Pematangsiantar
melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pematangsiantar
melaksanakan “Penyusunan Kajian Risiko Bencana di Kota Pematangsiantar” untuk
bencana banjir dan longsor pada Tahun Anggaran 2019 ini.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan kejelasan mengenai tingkat risiko
bencana banjir, bencana tanah longsor, dan bencana angin puting beliung/cuaca ekstrim
di Kota Pematangsiantar untuk selanjutnya dapat dipetakan. Hasil dari kegiatan ini
diharapkan membantu proses pengambilan kepurusan dalam mengantisipasi dan mitigasi
bencana oleh Pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, serta stakeholders (pemangku
kepentingan) lainnya dalam penanganan/penataan kawasan rawan bencana tersebut.

1.2 TUJUAN
Adapun Tujuan dari Kajian Risiko Bencana di Kota Pematangsiantar adalah
antara lain sebagai berikut:
1. Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko bencana sebagai dasar
untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana, rencana penanggulangan
bencana sehingga merupakan mekanisme untuk mengutamakan penanggulangan
bencana dalam rencana pembangunan;

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-2
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

2. Pada tatanan mitra pemerintah, pengkajian risiko bencana digunakan sebagai


dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun interpensi teknis langsung ke
komunitas untuk mengurangi risiko bencana. Pendampingan dan interpensi para
mitra dilaksanakan dengan berkoordinasi dan sinkronisasi terlebih dahulu dengan
program pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
3. Pada tatanan masyarakat umum, hasil dari pengkajian risiko bencana dapat
digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam rangka
pencegahan dan kesiapsiagaan, seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi,
rencana tempat penampungan sementara pengungsi, rencana/koordinasi
pengambilan keputusan daerah dan sebagainya.

1.3 SASARAN
Sasaran dari Penyusunan Kajian Risiko Bencana di Kota Pematangsiantar, yaitu
antara lain sebagai berikut.
1. Teridentifikasinya karakteristik wilayah Kota Pematangsiantar;
2. Teridentifikasinya seluruh daerah yang memiliki potensi terjadinya bencana
banjir dan tanah longsor di wilayah Kota Pematangsiantar;
3. Terinventarisasinya ancaman bahaya yang paling berpotensi di alami oleh
masyarakat beserta probabilitas magnitude (besaran) dampak yang ditimbulkan
bahaya tersebut;
4. Teridentifikasinya seluruh permasalahan, penyebab, akibat yang ditimbulkan
bencana banjir dan tanah longsor, serta upaya-upaya pencegahan dan
penanganannya.
5. Terdeskripsinya sejarah kejadian bencana di wilayah Kota Pematangsiantar;
6. Terdeskripsinya kemungkinan potensi bencana ikutan (collateral), misalnya
wabah penyakit, kerusuhan, hilangnya kebutuhan dasar/mata pencaharian;
7. Tersedianya peta risiko bencana banjir dan tanah longsor di wilayah Kota
Pematangsiantar.

1.4 KELUARAN (OUTPUT)


Keluaran (output) yang dihasilkan dari pelaksanaan layanan jasa konsultasi ini
adalah tersedianya profile risiko bencana banjir dan profile risiko bencana tanah longsor
disertai dengan peta risiko bencana tersebut.

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-3
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

1.5 LANDASAN HUKUM


Landasan hukum yang dapat menjadi acuan dalam Penyusunan Kajian Risiko
Bencana Kota Pematangsiantar, yaitu antara lain sebagaimana dijabarkan antara lain
sebagai berikut.
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air.
8. Perka Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 tentang Pedoman
Umum Pengkajian Risiko Bencana
9. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Provinsi Sumatera Utara.
10. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No.7 Tahun 2003 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2018
11. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 8 Tahun 2013 tentang
Penanggulangan Bencana Daerah.
12. Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar No.1 Tahun 2013 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Pematansiantar tahun 2012-2032

1.6 PENGERTIAN
Untuk mempermudah memahami isi laporan Penyusunan Kajian Risiko Bencana
Kota Pematangsiantar ini, maka disajikan pengertian-pengertian kata dan kelompok kata
sebagai berikut:
1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disingkat dengan
BNPB adalah lembaga pemerintah non departemen sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-4
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan


BPBD adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan
penanggulangan bencana di daerah.
3. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
4. Cek Lapangan (Ground Check) adalah mekanisme revisi garis maya yang
dibuat pada peta berdasarkan perhitungan dan asumsi dengan kondisi
sesungguhnya.
5. Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS adalah sistem untuk
pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis, dan
penayangan data yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait
dengan muka bumi.
6. Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran
menyeluruh terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis tingkat
bahaya, tingkat kerugian, dan kapasitas daerah.
7. Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan
pengurangan tingkat bahaya dan tingkat kerugian akibat bencana.
8. Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang
mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman
bencana.
9. Korban Bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau
meninggal dunia akibat bencana.
10. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
11. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
12. Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area yang
didefinisikan oleh lokaisnya dengan sistem koordinat tertentu dan oleh atribut
non spasialnya.

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-5
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

13. Peta Risiko Bencana adalah gambaran tingkat risiko bencana suatu daerah
secara spasial dan non spasial berdasarkan kajian risiko bencana suatu daerah.
14. Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
15. Rencana Penanggulangan Bencana adalah rencana penyelenggaraan
penanggulangan bencana suatu daerah dalam kurun waktu tertentu yang menjadi
salah satu dasar pembangunan daerah.
16. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
17. Skala Peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan
satuan atau teknik tertentu.
18. Tingkat bahaya adalah potensi timbulnya korban jiwa pada zona bahaya tertentu
pada suatu daerah akibat terjadinya bencana.
19. Tingkat Kerugian adalah potensi kerugian yang mungkin timbul akibat
kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah penduduk pada zona
ketinggian tertentu akibat bencana.
20. Tingkat Risiko adalah perbandingan antara tingkat kerugian dengan kapasitas
daerah untuk memperkecil tingkat kerugian dan tingkat bahaya akibat bencana.

1.7 RUANG LINGKUP


1.7.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah Penyusunan Kajian Risiko Bencana ini adalah Kota
Pematangsiantar. Untuk lebih jelasnya mengenai ruang lingkup wilayah perencanaan
dapat dilihat pada gambar 1.1.

1.7.2 Ruang Lingkup Kegiatan


Untuk dapat memperoleh kajian yang komprehensif, maka ruang lingkup kajian
ini meliputi antara lain sebagai berikut:
1. Pengkajian Tingkat Ancaman

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-6
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

2. Pengkajian Tingkat Kerentanan


3. Pengkajian Tingkat Kapasitas
4. Pengkajian Tingkat Risiko Bencana
5. PenyusunanPeta Risiko Bencana (bencana banjir, bencana tanah longsor, dan
bencana angin puting beliung atau cuaca ekstrim)

Adapun materi (muatan substansi) yang akan dibahas pada Penyusunan Kajian
Risiko Bencana di Kota Pematangsiantar ini adalah sebagaimana diuraikan berikut ini :
1. Pengumpulan data sekunder, meliputi :
 Data-data spasial Kota Pematangsiantar
 Studi-studi pembangunan dan pengembangan di Kota Pematangsiantar
 Pengumpulan data parameter pengembangan kawasan. Parameter
pengembangan kawasan. Parameter pengembangan kawasan digunakan
variabel perubahan kawasan terbangun; pola penggunaan lahan; perubahan
benteng alam serta perkembangan sarana dan prasarana di Kota
Pematangsiantar.

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-7
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Pematangsiantar

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-8
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

 Pengumpulan data primer, meliputi kegiatan survei primer pada kawasan


perencanaan berupa observasi lapangan, wawancara, dan pengambilan titik-
titik rawan bencana dengan menggunakan GPS (Geo-Positioning System).
Langkah pertama untuk menyusun Kajian Risiko Bencana di Kota
Pematangsiantar adalah dengan melakukan inventaris ancaman bahaya yang paling
berpotensi dialami oleh masyarakat beserta probabilitas magnitude (besaran) dampak
yang ditimbulkan bahaya tersebut.
Inventarisasi ini dilakukan berdasarkan studi pustaka, wawancara, dan observasi
lapangan. Kemungkinan dilakukan penilaian tentang kerentanan dan ketahanan
masyarakat dan kota terkait dengan ancaman bahaya tersebut. Penilaian ini di dasarkan
pada kondisi kerentanan fisik, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Hasil penelitian
kemungkinan ancaman bahaya beserta dampaknya dengan kerentanan / ketahanan
masyarakat inilah nantinya yang menghasilkan kondisi tingkatan risiko untuk bencana
banjir dan bencana tanah longsor.
Kemudian, hasil tingkatan risiko bencana banjir dan bencana tanah longsor
tersebut di-plot dalam bentuk peta risiko bencana banjir dan peta risiko bencana tanah
longsor.

1.8 PENDEKATAN PENELITIAN


Pendekatan penelitian untuk kegiatan Penyusunan Kajian Risiko Bencana di Kota
Pematangsiantar ini menggunakan pendekatan kuantiatif. Pendekatan kuantitatif
merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang didasari oleh
filsafat positivisme logikal (logical positivism) yang beroperasi dengan aturan-aturan
yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum, dan prediksi (Watson, dalam
Danim 2002). Fokus penelitian kuantitatif diidentifikasikan sebagai proses kerja yang
berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian
yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-angka. Penelitian ini dilaksanakan untuk
menjelaskan, menguji hubungan antar variabel, menentukan kasualitas dari variabel,
menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif (untuk
meramalkan suatu gejala).
Penelitian kuantitatif menggunakan instrumen (alat pengumpul data) yang
menghasilkan data numerikal (angka). Analisis data dilakukan menggunakan teknik
statistik untuk mereduksi dan mengelompokan data, menentukan hubungan serta
mengidentifikasikan perbedaan antar kelompok data. Kontrol, instrumen, dan analisis
statistik digunakan untuk menghasilkan temuan-temuan penelitian secara akurat. Dengan

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-9
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

demikian kesimpulan hasil uji hipotesis yang diperoleh melalui penelitian kuantitatif
dapat diberlakukan secara umum.
Pendekatan kuantitatif seperti penjelasan di atas mementingkan adanya variabel-
variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan
dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Dalam hal ini, variabel penelitian
yang digunakan mengikuti peraturan Perka BNPB No.2 tahun 2012 tentang tentang
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Variabel yang digunakan bergantung dari
jenis bencana yang akan dikaji yaitu bencana banjir, bencana tanah longsor, dan bencana
angin puting beliung atau cuaca ekstrim.
1.8.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah risiko bencana banjir, bencana tanah longsor dan
bencana angin puting beliung atau cuaca ekstrim yang terjadi di Kota Pematangsiantar.
Objek penelitian menurut (Sugiyono: 2011) dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas
tiga komponen yaitu place atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang
berlangsung, actor atau pelaku/orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu, dan
activity atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang
berlangsung.

1.8.2 Metode Analisis


Metode analisis yang dilakukan untuk Penyusunan Kajian Risiko Kota
Pematangsiantar adalah:
1. Analisis spasial
Analisis spasial merupakan sekumpulan metoda untuk
menemukan dan menggambarkan tingkatan/ pola dari sebuah fenomena
spasial, sehingga dapat dimengerti dengan lebih baik. Dengan melakukan
analisis spasial, diharapkan muncul infomasi baru yang dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan di bidang yang dikaji. Metode yang
digunakan sangat bervariasi, mulai observasi visual sampai ke
pemanfaatan matematika/statistik terapan (Sadahiro,2006). Beberapa
pendekatan yang digunakan dalam analisis spasial untuk Penyusunan
Kajian Risiko Bencana Kota Pematangsiantar adalah.

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-10
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

 Metode Kuantitatif Binary


Pendekatan kuantitatif ini memberikan nilai yang sama
untuk setiap komponen dalam menganalisis. Setiap komponen
yang digunakan mempunyai harkat yang sama untuk dianalisis,
dengan berasumsi bahwa setiap komponen memiliki pengaruh
yang sama terhadap objek yang dianalisis. Namun, pendekatan ini
mempunyai faktor – faktor pembatas untuk setiap parameter.
Akan tetapi, faktor pembatas tidak bersifat mutlak namun
berjenjang dengan tingkatan kelas dan nilai yang berbeda – beda.
 Metode Kuantitatif Berjenjang Tertimbang
Pendekatan ini tetap memberikan nilai pengharkatan, tetapi
menggunakan bobot yang berbeda untuk setiap variabel yang
digunakan dalam menganalisis. Pemberian bobot bergantung pada
besar atau kecilnya pengaruh variabel tersebut yang terdapat pada
tema analisis. Metode ini juga memberikan asumsi, jika setiap
variabel mempunyai pengaruh yang berbeda tergantung dari
tujuan objek yang dianalisis.

2. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang paling mendasar untuk
menggambarkan keadaan data secara umum. Analisis deskriptif ini
meliputi beberapa hal, yakni distribusi frekuensi, pengukuran tendensi
pusat, dan pengukuran variabilitas (Wiyono, 2001).
 Distribusi frekuensi
Distribusi frekuensi merupakan susunan data-data mentah
yang acak dan sulit dibaca yang kemudian disusun berdasarkan
kategori tertentu dalam suatu daftar secara sistematis agar mudah
dipahami. Distribusi frekuensi dibagi menjadi beberapa jenis yaitu
distribusi frekuensi secara tidak berkelompok, distribusi rank order,
distribusi frekuensi secara berkelompok, dan grafik distribusi.
 Pengukuran Tendensi Pusat

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-11
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Ukuran tendensi pusat merupakan suatu ukuran yang


merupakan wakil kumpulan data untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas mengenai data tersebut baik mengenai sampel
ataupun populasi. Beberapa macam ukuran tendensi sentral yaitu
rata-rata (mean), median dan modus. Tendensi pusat digunakan
untuk melihat letak bagian terbesar dalam distribusi.
 Pengukuran Variabilitas
Pengukuran variabilitas untuk menggambarkan derajat
berpencarnya data kuantitatif. Ukuran ini terdiri atas rentang
antarkuartil, simpangan kuartil, rata-rata simpangan, simpangan
baku dan koefisien variasi, serta varian. Pengukuran variabilitas
berfungsi untuk mengetahui homogenitas atau heterogenitas data.
Suatu data bisa saja memiliki nilai tendensi pusat yang sama namun
memiliki nilai variansi yang berbeda
Dalam analisis deskriptif, data-data disajikan dalam bentuk tabel, diagram,
grafik, dan lain-lain. Hal ini ditujukan untuk mempermudah memahami data-data
yang disajikan. Dalam ilmu perencanaan, penggunaan statistik deskriptif dapat
dilakukan untuk mempermudah penyampaian informasi agar mudah diterima dan
dipahami.

1.8.3 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan


Tahapan yang dilakukan dalam Kegiatan Penyusunan Kajian Risiko
Bencana Kota Pematangsiantar antara lain:
1. Lingkup Kerja Persiapan
Tahap awal dalam pekerjaan ini adalah persiapan. Kegiatan
persiapan ini terdiri dari kegiatan sebagai berikut:
 Kegiatan Administrasi yang mencakup pengurusan SPK dan kontrak
kerja, mobilisasi tim serta mempersiapkan prasarana dan sarana yang
dibutuhkan dalam mendukung pelaksanaan pekerjaan dan pengurusan
surat pengantar survei instansi pusat dan daerah.

 Kegiatan Teknis mencakup :


a. Brainstorming dan Rapat Koordinasi dengan Tim Supervisi

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-12
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kegiatan ini merupakan kegiatan awal pelaksanaan


pekerjaan yang bertujuan untuk menyamakan persepsi antara tim
supervisi dengan tim konsultan terhadap maksud dan tujuan,
lingkup pekerjaan dan keluaran yang diharapkan.
b. Memantapkan Metodologi dan Rencana Kerja
Setelah kegiatan brainstorming, maka pihak konsultan
melakukan pemantapan kembali metodologi pelaksanaan
pekerjaan dan rencana kerja berdasarkan arahan dari tim
supervisi.
c. Menyusun check list data
Sebelum dilaksanakan survei, maka terlebih dahulu
disusun daftar kebutuhan data/informasi, serta asal/sumber dari
data tersebut yang berupa check list data. Penyusunan check list
data ini bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan survei, efisien
dan efektif serta agar data/informasi yang dicari sesuai kebutuhan.
d. Mempersiapkan tenaga pelaksana survei
Tenaga pelaksana survei terdiri dari tenaga teknis atau
surveior dan tenaga ahli.
e. Menyusun bahan/material survei lapangan
Selain check list data, disusun juga bahan/material survei
lapangan yang merupakan bahan atau pegangan dalam melakukan
survei kejadian bencana di lapangan
f. Identifikasi stakeholder/pemangku kepentingan (tingkat pusat
maupun di daerah)
Dalam rangka mendapatkan informasi tentang isu-isu
kebencanaan di wilayah perencanaan, maka dilakukan identifikasi
para pemangku kepentingan.
g. Mengumpulkan dan Mengkaji Data Awal (Peraturan Perundang-
undangan, Kebijakan dan Studi-studi terkait).
Dalam tahap ini juga dilakukan kegiatan mengumpulkan
dan mengkaji data awal, baik berupa studi-studi terkait terdahulu
maupun peraturan perundang-undangan, kebijakan nasional

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-13
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(sektoral). Data awal tersebut diperoleh melalui browsing


internet, dari tim supervisi dari sumber-sumber lain yang
kompeten.

h. Menyusun Rencana Survei Lapangan


Setelah seluruh persiapan survei selesai disusun, maka
dibuatlah rencana survei lapangan yang waktunya disesuaikan
dengan waktu dari tim supervisi yang akan mendampingi pihak
konsultan dalam melakukan survei lapangan.

2. Lingkup Kerja Survei dan Pengumpulan Data


Kegiatan pengumpulan data dan survei ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran nyata kondisi kebencanaan di Kota
Pematangsiantar sehingga diharapkan kajian yang dihasilkan nantinya
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Pengumpulan data yang akan
dilakukan dalam survei ini dibagi atas dua kelompok besar, yaitu
pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data primer.
3. Lingkup Kerja Kompilasi & Identifikasi data
Semua data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil kegiatan
pengumpulan data dan survei kemudian di kompilasi. Pada dasarnya
kegiatan kompilasi data ini dilakukan dengan cara mentabulasi dan
mensistematisasi data-data tersebut dengan menggunakan cara
komputerisasi khususnya data spasial. Hasil dari kegiatan ini adalah
tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh sehingga mudah
untuk dianalisis. Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan
informasi yang telah diperoleh sehingga akan mempermudah
pelaksanaan tahapan selanjutnya yaitu tahap analisis. Metode pengolahan
dan kompilasi data yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
 Mengelompokan data dan informasi menurut kategori aspek kajian
dalam hal ini data perjenis bencana yang di kaji;
 Menyortir data-data setiap aspek tersebut agar menjadi sederhana dan
tidak duplikasi;

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-14
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

 Mendetailkan desain pengolahan dan kompilasi data dari desain studi


awal sehingga tercipta form-form isian berupa tabel-tabel, konsep
isian, peta tematik dll;
 Mengisi dan memindahkan data yang telah tersortir ke dalam tabel-
tabel isian dan peta isian tematik;
 Melakukan pengolahan data berupa penjumlahan, pengalian,
pembagian, prosentase dsb baik bagi data primer maupun sekunder.

Setelah seluruh tabel dan peta terisi, maka langkah selanjutnya adalah
membuat uraian deskriptif penjelasannya ke dalam suatu laporan yang
sistematis per aspek kajian bencana dan menuangkan informasi kedalam
analisis konsep-konsep kajia risiko bencana.

4. Lingkup Kerja Proses Analisis


Pekerjaan analisis dimaksudkan untuk menganalisis data-data
baik berupa tabulasi, peta, titik kordinat maupun hasil interview yang di
dapat untuk di olah dengan metode yang telah dijelaskan sebelumnya.
Data-data non spasial digunakan sebagai data pendukung untuk
menjelaskan sebab atau dampak terjadinya bencana, sedangkan data
spasial di olah berdasarkan perka BNPB No.2 tahun 2012 Tentang
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana dan Petunjuk Teknis
Penyusunan Ancaman dan Risiko Bencana Untuk Tingkat Kab/Kota
 Bencana Banjir
Bahaya banjir dibuat berdasarkan data daerah rawan banjir
dengan memperhitungkan kedalaman genangan sesuai Perka No. 2
BNPB Tahun 2012. Daerah rawan banjir dibuat dengan
menggunakan data raster DEM berdasarkan metode yang
dikembangkan oleh Manfreda et al (2009).

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-15
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Gambar 1.1 : Alur Proses Pembuatan Peta Bahaya


Banjir

 Bencana Tanah Longsor


Bahaya tanah longsor dibuat berdasarkan pengklasifkasian
zona
kerentanan gerakan tanah yang dikeluarkan oleh PVMBG dan
dikoreksi dengan kemiringan lereng di atas 15%. Bagi wilayah
kabupaten/kota yang belum memiliki zona kerentanan gerakan
tanah, bahaya tanah longsor dibuat dengan mengacu pada RSNI
Penyusunan dan Penentuan Zona Kerentanan Gerakan Tanah
yang dikeluarkan oleh PVMBG (2015)

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-16
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Gambar 1.2 : Alur Proses Pembuatan Peta Bahaya Tanah Longsor

 Bencana Cuaca Ekstrim


Bahaya cuaca ekstrim dalam hal ini bahaya angin puting
beliung dibuat sesuai Perka No. 2 BNPB Tahun 2012 dengan
menggunakan metode skoring terhadap parameter-parameter
penyusunnya yaitu Keterbukaan Lahan (KL), Kemiringan Lereng
(L), dan Curah Hujan Tahunan (CH).

Gambar 4.3 : Alur Proses Pembuatan Peta Bahaya Tanah Longsor

Gambar 1.4 : Alur Proses Pembuatan Peta Bahaya Cuaca Ekstrim

5. Lingkup Kerja Penyusunan Kajian Risiko Bencana

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-17
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Penyusunan kajian risiko bencana disusun berdasarkan perka


BNPB No.2 tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko
Bencana dan Petunjuk Teknis Penyusunan Ancaman dan Risiko
Bencana Untuk Tingkat Kab/Kota dengan memperhatikan sejarah
kejadian bencana bencana banjir, bencana tanah longsor, dan bencana
angin puting beliung yang pernah terjadi di Kota Pematangsiantar
berdasarkan survei yang telah dilakukan sebelumnya.
Kajian risiko bencana Kota Pematangsiantar setidaknya memuat
beberapa hal sebagai berikut :
 Peta persebaran penduduk (penduduk terpapar)
 Peta persebaran fasilitas umum/sarana dan prasarana, peta
persebaran rumah, peta penggunaan lahan (indeks kerugian)
 Peta bahaya bencana banjir, peta bahaya bencana tanah longsor,
dan peta bahaya bencana angin puting beliung atau cuaca ekstrim

Kemudian untuk menghasilkan sebuah kajian risiko bencana maka


peta-peta tersebut dilakukan analisis overlay dan skoring atau pembobotan
baik dengan format data vektor atau pun data raster yang akan
menghasilkan peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana tanah
longsor, dan peta risiko bencana angin puting beliung dengan indeks
kerugian yang telah di susun sebelumnya.

1.9 KEBUTUHAN DATA


Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan
pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari
sumber yang sudah ada. Contoh data primer dalam penyusunan kajian risiko
bencana Kota Pematangsiantar adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara
dan pemetaan bencana berdasarkan data historis bencana. Sedangkan data
sekunder itu dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertama data hasil penelitian
(orang lain), dan kedua, data administratif kelembagaan yang dimiliki oleh dinas
atau instansi di Kota Pematangsiantar.

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-18
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

1.9.1 Pengumpulan Data Sekunder


Survei ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah
terdokumentasikan dalam buku, laporan dan statistik yang umumnya terdapat di
instansi terkait data yang dibutuhkan untuk menyusun kajian risiko bencana Kota
Pematangsiantar melalui inventarisasi beberapa data dan informasi mengenai
karakteristik kebencanaan di Kota Pematangsiantar yang dapat diperoleh melalui
survei instansional ke beberapa instansi yang terkait dan berwenang.
Pengumpulan data sekunder di dalam penyusunan pada pekerjaan Kajian
Risiko Bencana Kota Pematangsiantar ini antara lain sebagai berikut:
1. Data-data spatial Kota Pematangsiantar.
2. Studi-studi pembangunan dan pengembangan di Kota Pematangsiantar.
3. Pengumpulan data parameter pengembangan kawasan. Parameter
pengembangan kawasan digunakan variable perubahan kawasan
terbangan, persebaran kegiatan yang diataranya meliputi: permukiman,
perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, pertambangan, pertanian dan
kehutanan dan lain-lain.

1.9.2 Pengumpulan Data Primer


Survei ini dilakukan untuk mendapatkan data terbaru/ terkini langsung dari
lapangan atau obyek kajian. Pengumpulan data primer ini sendiri akan dilakukan
melalui 2 metode, yaitu metode observasi langsung ke lapangan dan metode
wawancara. Penetuan penggunaan kedua metode ini dilakukan berdasarkan jenis
data yang dibutuhkan. Namun demikian kedua metode tersebut diharapkan dapat
saling menunjang pengumpulan informasi dan fakta yang diinginkan. Data dan
informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan Penyusunan Kajian Risiko Bencana
haruslah terukur, baik, dan berkualitas. Survei primer yang akan dilakukan dalam
Penyusunan Kajian Risiko Bencana Kota Pematangsiantar, yaitu:
1. Sejarah kebencanaan yaitu melakukan survei ke lokasi yang
pernah terjadi bencana banjir, bencana tanah longsor, dan bencana
angin puting beliung atau cuaca ekstrim untuk dilakukan deliniasi

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-19
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

wilayah bencana dan untuk mengetahui sebab dan dampak


terjadinya bencana.
2. Penggunaan lahan menurut luas dan persebaran kegiatan yang
diataranya meliputi: permukiman, perdagangan dan jasa, industri,
pariwisata, pertambangan, pertanian dan kehutanan dan lain-lain.

1.9.3 Kebutuhan Data


Sebelum melakukan kegiatan pengumpulan data, diperlukan adanya tabel
kebutuhan data. Tabel kebutuhan data ini berisi data apa saja yang diperlukan
dalam penyusunan kajian risiko bencana Kota Pematangsiantar. Data-data yang
diperlukan untuk menunjang dalam pekerjaan ini harus tercatat dalam tabel
kebutuhan data sehingga akan memudahkan peneliti dalam melakukan pencarian
dan pengumpulan data. Hal ini akan sangat membantu karena akan membuat
proses penyusunan kajian risiko bencana Kota Pematangsiantar berjalan efektif
dan efisien.
Tabel kebutuhan data menjelaskan semua hal tentang data tersebut, dimulai
data yang diperlukan, jenis data, sumber data,dan data, dan tahun data.Untuk lebih
jelasnya mengenai jenis-jenis data primer dan data sekunder yang dibutuhkan
dalam penelitian ini dapat dijabarkan dalam Tabel 4.1 berikut ini:

1.10 SISTEMATIKA LAPORAN


Sistematika Laporan dalam Penyusunan Kajian Risiko Bencana Kota
Pematangsiantar Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 3 (tiga) jenis laporan, antara lain
sebagai berikut:
A. Laporan Pendahuluan
Laporan awal/laporan pendahuluan merupakan usulan yang berisi tentang
rencana kegiatan yang akan dilakukan mencakup lokasi, luas, ruang lingkup,
metode pengumpulan data, metode analisis, dan rencana kegiatan lain yang
mendukung. Laporan pendahuluan disusun, dijilid/dicetak dan digandakan
sebanyak 5 (lima) rangkap, selanjutnya Laporan Pendahuluan tersebut diserahkan
kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Kajian Risiko Bencana untuk
dipresentasikan oleh tim konsultan agar dapat memperoleh saran/masukan dari
berbagai instansi dari pihak terkait.

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-20
KOTA PEMATANGSIANTAR
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

B. Laporan Draft Akhir Laporan


Laporan Draft Akhir adalah laporan yang disusun berdasarkan data-data yang
telah dikumpulkan dan diolah dengan metode yang telah ditentukan dan susunan
yang telah disepakati dalam laporan pendahuluan. Disampaikan dalam 5 (lima)
rangkap yang diserahkan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota
Pematangsiantar.
C. Laporan Akhir / Final
Laporan Akhir ini merupakan hasil koreksi Laporan Draft Akhir PPTK bidang
yang bersangkutan yang kemudian selanjutnya dibahas melalui seminar/paparan
untuk mendapatkan masukan dari instansi dan dinas terkait sebagai finalisasi
Laporan Akhir. Disampaikan dalam 10 (sepuluh) rangkap beserta Peta Album 10
(sepuluh) eksemplar dan dalam CD sebanyak 5 (lima) keping yang diserahkan ke
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Pematangsiantar.

Penyusunan Kajian Risiko Kota Pematangsiantar


I-21

Anda mungkin juga menyukai