Anda di halaman 1dari 30

SEMINAR PENDAHULUAN

IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BENCANA


SULAWESI TENGGARA

KERJASAMA
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD)
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
DENGAN
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIA KEPADA MASYARAKAT (LPPM)
UNIVERSITAS HALU OLEO
LATAR BELAKANG
Kejadian bencana di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam beberapa tahun terakhir masih
terus terjadi.
Berdasarkan peta indeks risiko bencana banjir/Flood Disaster Risk Index Map Tahun
2013 yang dianaliasis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana,
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki Indeks risiko bencana pada kelas tinggi yaitu
Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Bombana,
Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara, dan pada kelas risiko sedang yaitu
Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kolaka
Utara, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Muna, dan Kota Bau-bau.
LANJUTAN
Kompleksitas penyelenggaraan penanggulangan bencana memerlukan suatu
penataan dan perencanaan yang matang, terarah dan terpadu. Penanggulangan yang
dilakukan selama ini belum didasarkan pada langkah-langkah yang sistematis dan
terencana, sehingga seringkali terjadi tumpang tindih dan bahkan terdapat langkah
upaya penting yang tidak tertangani. Pemaduan dan penyelarasan arah
penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu kawasan membutuhkan dasar
yang kuat dalam pelaksanaanya. Kebutuhan ini akan terjawab dengan kajian risiko
bencana. Kajian risiko bencana merupakan perangkat untuk menilai kemungkinan
dan besaran kerugian, fokus perencanaan, dan keterpaduan penyelenggaran
penanggulangan bencana menjadi lebih efektif. Dapat dikatakan kajian risiko bencana
merupakan dasar untuk menjamin keselarasan arah dan efektivitas penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada suatu daerah.
LANJUTAN
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
mengamanatkan pada pasal 35 dan 36 agar setiap daerah, mempunyai perencanaan
penanggulangan bencana. Hal ini dipertegas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2008 tentang Penyelenggraan Penanggulangan Bencana. Badan Penaggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai salah satu instansi teknis yang
mempunyai tupoksi khusus dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana di Sulawesi
Tenggara seyogyanya memiliki dokumen kajian risiko bencana yang disusun berdasarkan
hasil analisis risiko bencana dan upaya penanggulangannya.
Oleh karena itu, kajian risiko bencana merupakan bagian dari perencanaan
pembangunan. Setiap rencana yang dihasilkan dalam perencanaan ini merupakan
program/kegiatan yang terkait dengan pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan yang
dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) maupun Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) tahunan serta Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD).
PETA CINCIN API
PETA CINCIN API
TUJUAN

1. Memberikan panduan yang memadai


2. Mengoptimalkan penyelenggaraan penanggulangan bencana
3. Menyelaraskan arah kebijakan penyelenggaraan
penanggulangan bencana antara pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota.
OUTPUT KEGIATAN

1. Tersedianya data riwayat kejadian bencana dan data fisik lahan.


2. Tersedianya informasi dasar tentang kebencanaan di Provinsi
Sulawesi Tenggara.
3. Tersedianya peta ancaman, berupa daerah rawan bencana di
Provinsi Sulawesi Tenggara.
RUANG LINGKUP KEGIATAN

1. Pengkajian penyebab bencana;


2. Pengkajian ancaman/identifikasi bencana;
3. Sebaran ancaman bencana.
LANDASAN HUKUM
• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
• Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025
• Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
• Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 Tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana.
• Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Umum Pengkaji Risiko Bencana.
• Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 03 Tahun 2012 Panduan Penilaian
Kapasitas Daerah Dalam Penanggulangan Bencana.
• Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Pengelolaan Data dan Informasi Bencana Indonesia.
TAHAPAN KEGIATAN
1. Penentuan tingkat ancaman; Tingkat ancaman dihitung dengan
menggunakan hasil indeks ancaman dan indeks penduduk
terpapar. Penentuan dilaksanakan dengan menghubungkan
kedua indeks dalam matriks bencana.
2. Penentuan sebaran ancaman bencana; Sebaran ancaman
bencana dilakukan berdasarkan administrasi Kabupaten Se-
Sulawesi Tenggara.
TINJAUAN PUSTAKA
Bencana
didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
Berdasarkan sumber dan penyebabnya, bencana dapat dibagi dua, yaitu bencana alam dan
bencana non alam.
bencana alam adalah segala jenis bencana yang sumber, perilaku, dan faktor
penyebab/pengaruhnya berasal dari alam. banjir, tanah longsor, gempa bumi, erupsi
gunung api, kekeringan, angin ribut dan tsunami adalah contoh-contoh bencana alam.
Sedangkan bencana non alam antara lain bencana sosial (teror, konflik dalam
masyarakat), kegagalan teknologi dan wabah penyakit (Undang-Undang, No. 24 Tahun
2007).
LANJUTAN
Rawan Bencana
Kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial,
budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu
yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu (Perka BNPB No. 12
Tahun 2012 tentang pedoman umum pengkajian risiko bencana),
Ancaman Bencana
Ancaman bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat kejadian bencana.
Dalam Perka BNPB Nomor 12 Tahun 2012 tentang pedoman umum pengkajian risiko
bencana terdapat beberapa ancaman bencana yaitu:
Gempa Bumi, Tsunami, Banjir, Tanah Longsor, Gelombang Ekstrim dan Abrasi,
Cuaca Ekstrim, Kekeringan, Kebakaran Hutan dan Lahan, Kebakaran Gedung dan
Permukiman, Epidemi dan Wabah Penyakit, Konflik Sosial.
LANJUTAN
Kerentanan Wilayah
karakteristik spesifikasi atau kondisi yang akan meningkatkan bencana
yang akan mengakibatkan kerusakan, kerugian dan kehilangan. Tingkat
kerentanan bervariasi tergantung dari karakteristik exposure, seperti
tingkat desain, material konstruksi, demografis, lokasi geografis, dan lain-
lain.
kerentanan adalah suatu keadaan penurunan ketahanan akibat pengaruh
eksternal yang mengancam kehidupan, mata pencaharian, sumber daya
alam, pemukiman, infrastruktur, produktivitas ekonomi dan kesejahteraan.
LANJUTAN
Pengkajian Risiko Bencana
potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun
waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya
rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat (UU No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana).
Sistem Informasi Geografis (SIG)
sistem berbasis komputer yang memberikan empat kemampuan untuk menangani
data bereferensi geografis, yaitu pemasukan, pengelolaan atau manajemen data
(menyimpan atau pengaktifan kembali), manipulasi dan analisis serta keluaran.
Pemasukan data ke dalam sistem informasi geografis dilakukan dengan cara
digitasi dan tabulasi. Manajemen data meliputi semua operasi penyimpanan,
pengaktifan, penyimpanan kembali, dan pencetakan semua data yang diperoleh
dari masukan data.
METODOLOGI
Lokasi dan Jadwal Kegiatan
Pekerjaan identifikasi daerah rawan bencana Sulawesi Tenggara tahun
2017 dilaksanakan di Kota Kendari, Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe
Selatan, Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kolaka
Timur, Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten Bombana, dan Kabupaten
Konawe Kepulauan, sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan di
Laboratorium Sistem Informasi Geografi (SIG), Fakultas Ilmu dan Teknologi
Kebumian, Universitas Halu Oleo. Kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan
selama 6 (enam) bulan, terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK) oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BPBD.
LANJUTAN
Bahan dan Alat
 BAHAN
Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:50.000, citra satelit resolusi tinggi, peta geologi, peta penggunaan
lahan, peta topografi, peta lereng, peta ketinggian, peta morfometri pantai, peta tipologi pantai, peta bahaya
gerakan tanah tahun 2009, peta kawasan rawan gempa bumi tahun 2012, peta tutupan vegetasi, peta tanah,
peta sungai, peta jenis hutan, data statistik, data iklim (curah hujan, suhu, tekanan, kelembapan, kecepatan,
dan arah angin), data arus, gelombang, dan pasang surut.

 ALAT
• GPS (Global Positioning System),
• Personal Computer (PC),
• Software ENVI 4.5, ArcGIS 10.3 dan Microsoft Office 2010,
• Kamera digital.
LANJUTAN
Tahap Pelaksanaan Kegiatan
 Tahap Persiapan
Kegiatan identifikasi daerah rawan bencana Sulawesi Tenggara diawali dengan workshop dan
pertemuan tim pelaksana dengan BPBD Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai upaya menyamakan
persepsi terutama menyangkut lokasi, tujuan, ruang lingkup dan metode, serta menyiapkan persyaratan
administrasi, logistik, peralatan dan bahan survei demi kelancaran kegiatan penelitian.
 Tahap Kerja Lapangan
Kerja lapangan dimaksudkan untuk mengambil sampel-sampel dan mencocokkan hasil interpreatasi
awal dari data yang diperoleh. Kegiatan ini meliputi pengukuran karakteristik wilayah. Pengamatan
intensif dilakukan pada setiap satuan lahan yang menjadi sampel area, dengan teknik sampling yaitu
purposive sampling
LANJUTAN
Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Re-Interpretasi Citra Satelit Penginderaan Jauh
Melakukan interpretasi data citra penginderaan jauh berdasarkan hasil kerja lapangan.
Kegiatan ini bertujuan untuk mencocokan hasil interpretasi sebelumnya sehingga dapat
meminimalisir terjadinya kesalahan dan untuk melengkapi data awal.
Reproduksi Peta dan Data Sekunder
Tahap ini bertujuan untuk mengekstraksi informasi dan data-data sekunder sehingga bisa dianalisis lebih
lanjut. Kegiatan ini berupa, registrasi, retrifikasi, dan digitasi peta-peta tematik, data teks dan data
tabular.

Pengolahan dan Analisis Data


Proses analisis data yaitu dengan melakukan interpolasi spasial, buffer, dan analisa overlay atau tumpang
susun semua data dan informasi kebencanaan yang sebelumnya telah diekstrak dari data primer dan
sekunder. Overlay dilakukan berdasarkan indeks ancaman dengan metode penilaian scoring dengan
pembobotan berjenjang tertimbang. Kriteria masing-masing ancaman, kerentanan, kapasitas dan risiko
bencana mengacu pada Perka BNPB No. 02 Tahun 2012
LANJUTAN
Indeks Ancaman Bencana
Indeks ancaman bencana disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu kemungkinan terjadi suatu
ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan
bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang pernah terjadi pada suatu
daerah. Dalam penyusunan peta risiko bencana, komponen-komponen utama ini dipetakan dengan
menggunakan perangkat GIS.
Penentuan Indeks dan Identifikasi Ancaman Bencana Gempa Bumi
LANJUTAN
Penentuan Indeks dan Identifikasi Ancaman Bencana Tsunami
LANJUTAN
Penentuan Indeks dan Identifikasi Ancaman Bencana Banjir
LANJUTAN
Penentuan Indeks dan Identifikasi Ancaman Bencana Tanah Longsor
LANJUTAN
Penentuan Indeks dan Identifikasi Ancaman Bencana Kekeringan
LANJUTAN
Penentuan Indeks dan Identifikasi Ancaman Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi
LANJUTAN
Penentuan Indeks dan Identifikasi Ancaman Bencana Cuaca Ekstrim
LANJUTAN
Penentuan Indeks dan Identifikasi Ancaman Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan
LANJUTAN
Penentuan Indeks dan Identifikasi Ancaman Bencana Kebakaran Gedung dan
Permukiman
LANJUTAN
Penentuan Indeks dan Identifikasi Ancaman Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit
LANJUTAN
Penentuan Indeks dan Identifikasi Ancaman Bencana Konflik Sosial

Anda mungkin juga menyukai