PAKET PEKERJAAN
SATUAN KERJA
2. Gambaran Umum
Secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berada pada kawasan rawan bencana, sehingga diperlukan
penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana (konsideran
menimbang huruf e UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang). Penataan Ruang berbasis mitigasi bencana dapat
dimaknai sebagai Penataan Ruang yang diposisikan sebagai
salah satu upaya atau instrumen dalam hal Pengurangan Risiko
Bencana (Disaster Risk Reduction/DRR).
Provinsi Maluku Utara secara geografis terletak dibagian timur
NKRI, memiliki luasan wilayah kurang lebih 1400 pulau dengan
luas mencapai 140.255 km2 dimana hanya sekitar 23 % saja
yang merupakan dataran selebihnya lautan. Keunikannya
wilayah ini terletak dijalur cincin api yang berpotensi untuk
menimbulkan beragam bencana. Disisi lain, tepatnya di Kota
Ternate ada terletak salah satu gunung api aktif yaitu gunung
api gamalama yang memiliki historis letusan cukup tinggi factor
risikonya. Sementara itu, laju kepadatan penduduk yang
terkonsentrasi di Kota Ternate sebagai ibu kota provinsi juga
menjadi faktor utama pada saat terjadinya bencana.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(UUPR) disusun dan ditetapkan dengan menimbang bahwa
secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berada pada kawasan rawan bencana, sehingga diperlukan
penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana sebagai upaya
meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan
penghidupan (konsideran menimbang huruf e). Kemudian
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (UUPPB), diatur bahwa mitigasi adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran, dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana, atau
dengan kata lain, baik melalui pengurangan ancaman bencana
maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengurangi risiko
bencana yang di antaranya melalui integrasi aspek pengurangan
risiko bencana ke dalam perencanaan pembangunan, termasuk
ke dalam rencana tata ruang wilayah. Pengarusutamaan aspek
pengurangan risiko bencana merupakan invetasi pembangunan
yang akan sangat dirasakan pengaruhnya pada jangka panjang,
untuk mengurangi kerugian di masa depan akibat bencana.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun 2021 Direktorat
Jenderal Tata Ruang c.q. Bina Perencanaan Tata Ruang Daerah
Wilayah II melakukan kegiatan “Penyusunan Materi Teknis
RDTR KRB di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara” untuk
meningkatkan kualitas tata ruang sekaligus mengurangi risiko
bencana di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.
C. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari pekerjaan ini adalah stakeholder di tingkat
pusat dan daerah dengan penjelasan lebih detail sebagai berikut:
1. Di tingkat pusat
Untuk memberikan kepastian hukum bagi K/L dan pemangku
kepentingan lainnya dalam pemanfaatan ruang di kawasan
perencanaan.
2. Di tingkat daerah
Memberikan kepastian hukum bagi Pemprov, Pemkab dan
pemangku kepentingan lainnya dalam pemanfaatan ruang di
kawasan perencanaan.
3. Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui gambaran spasial dalam
pemanfaatan ruang untuk pembangunan, investasi dan/atau
aktivitas lainnya.
e. Pelaporan
Keluaran (output) dan kelengkapan yang dihasilkan dari
pelaksanaan pekerjaan penyusunan Penyusunan Rekomendasi
Teknis KRB di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, sebagai
berikut :
1. Laporan Mutu Kontrak
Laporan Mutu Kontrak dibuat sebanyak sebanyak 10
(sepuluh) eksemplar dan diserahkan 1 (satu) bulan setelah
SPMK.
2. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berisi latar belakang kegiatan, tujuan
dan sasaran kegiatan, metodologi, jadwal pelaksanaan
kegiatan, dan rencana kerja. Laporan ini merupakan acuan
dan pengendali kegiatan secara keseluruhan. Laporan ini
dibuat 10 (sepuluh) eksemplar.
3. Laporan Antara
Laporan Antara berisi kemajuan hasil pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan ruang lingkup kegiatan dan metodologi sampai
dengan bulan ke 4 (empat). Laporan ini dibuat 10 (sepuluh)
eksemplar, diserahkan 3 (bulan) bulan setelah SPMK.
4. Laporan Draft Akhir
Laporan Draft Akhir berisi kemajuan hasil pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan ruang lingkup kegiatan dan
metodologi sampai dengan bulan ke 6 (enam). Laporan ini
dibuat 10 (sepuluh) eksemplar, diserahkan 6 (enam) bulan
setelah SPMK.
5. Laporan Akhir
Laporan Akhir berisikan hasil pelaksanaan kegiatan tahap
akhir dengan muatan substansi sebagaimana yang telah
disebutkan pada ruang lingkup kegiatan. Laporan ini dibuat
sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar, diserahkan 8 (delapan)
bulan setelah SPMK dalam bentuk hardcopy dan softcopy.
Laporan Akhir ini harus dilengkapi dengan:
a. Masterplan Penataan KRB makro dan mikro sebanyak 10
(sepuluh) eksemplar
b. Dokumen materi teknis (Fakta dan Analisis serta Rencana)
bagi RDTR lokasi prioritas: sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar;
c. album peta di wilayah perencanaan yang telah ditetapkan
dengan ukuran A3 dan A1 masing-masing sebanyak 10
(sepuluh) eksemplar dan 5 (lima) eksemplar;
d. dokumen Raperda beserta naskah akademik RDTR
sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar;
e. berita acara pembahasan di tingkat daerah dan pusat;
f. buku deluxe yang berisi hasil pelaksanaan kegiatan dalam
format buku populer sejumlah 10 (sepuluh) eksemplar;
g. materi publikasi yang meliputi poster/standing banner
sejumlah 4 (empat) eksemplar, serta video profil dan
visualisasi 3D; dan
h. dokumen-dokumen lainnya yang dihasilkan selama proses
pelaksanaan pekerjaan (bahan paparan, dokumentasi, dll).