Anda di halaman 1dari 89

NASKAH AKADEMIK

RENCANA INDUK SISTEM PROTEKSI


KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

TAHUN 2020

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO


BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN
KOTA MOJOKERTO
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
perkenan-Nya, sehingga Naskah Akademik Peraturan Walikota Mojokerto Tentang
Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran/RISPK Kota Mojokerto dapat
diselesaikan dengan baik. Penyusunan Naskah Akademik ini merupakan salah satu
upaya untuk mewujudkan sinergi di pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran antara pihak pihak yang membidangi dan pihak-pihak lain yang terkait.
Besar harapan kami agar laporan ini dapat memberikan gambaran mengenai
pentingnya manfaat Naskah Akademik Peraturan Walikota Mojokerto Tentang
Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran/RISPK Kota Mojokerto dalam mendorong
pemenuhan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran secara
terintegrasi dan sistematis.
Terimakasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah memberikan data dan
masukan untuk penyempurnaan laporan ini.

Mojokerto, Mei 2020

Tim Penyusun

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi ii
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1-1


1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................1-2
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ......................................................................1-3
1.3. SASARAN ...........................................................................................1-3
1.4. PENDEKATAN ....................................................................................1-3
1.5. METODE............................................................................................1-9
1.6. DASAR HUKUM..................................................................................1-9

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIS EMPIRIS ...................................2-1


2.1. KAJIAN TEORITIS ..............................................................................2-2
2.1.1. Pengertian Bencana ..................................................................2-2
2.1.2. Pengertian Bencana Kebakaran.................................................2-3
2.1.3. Penyebab Terjadinya Kebakaran................................................2-3
2.1.4. Faktor Penyebab Kebakaran......................................................2-5
2.1.5. Bahaya Kebakaran ...................................................................2-7
2.1.6. Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran .................2-9
2.1.6.1 Konsep Dasar ...............................................................2-9
2.1.6.2 Sistem Proteksi Aktif .....................................................2-10
2.1.6.3 Sistem Proteksi Pasif .....................................................2-11
2.1.6.4 Tahap Penanggulangan Kebakaran ................................2-15
2.1.6.5 Peran Pemerintah..........................................................2-16
2.1.6.6 Pengamanan melalui Prosedur Perizinan........................2-17
2.1.6.7 Kontrol Penggunaan Sistem Penanggulangan Kebakaran 2-18
2.1.7. Peranan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan
Kebakaran .........................................................................................2-19

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT 3-1


3.1. Tinjauan Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan Masalah
Bahaya Kebakaran .............................................................................3-2
3.1.1. Undang-Undang Bangunan Gedung No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung....................................................................3-2
3.1.2. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Bangunan
Gedung ....................................................................................3-4
3.1.3. Permen PU No. 25/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Teknis
Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran ............3-13
3.1.3.1. Kedudukan RISPK terhadap Perencanaan Ruang dan
Pembangunan Kawasan ................................................3-13
3.1.3.2. Kajian Konsep Penanggulangan Kebakaran...................3-13

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi iii
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

3.1.3.3.Konsep Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)..............3-14


3.1.3.4.Pendekatan Analisis Resiko Kebakaran..........................3-16
3.1.4. Keputusan Direktur Jendral Pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran Nomor: 58/KPTS/DM/2002 tentang
Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran Pada
Bangunan Gedung Direktorat Jenderal Permukiman .................3-17

BAB IV LANDASAN FISIOLOGIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS ....................4-1

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN LINGKUP RENCANA


INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN KOTA MOJOKERTO .........5-1
5.1. LINGKUP PENGATURAN .....................................................................5-2
5.2. Arahan Pengaturan dan Ruang Lingkup Materi ...................................5-3

BAB VI PENUTUP....................................................................................6-1
6.1. KESIMPULAN .....................................................................................6-2
6.2. SARAN ...............................................................................................6-5

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi iv
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
BAB I
PENDAHULUAN
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

1.1 LATAR BELAKANG


Suatu kota/daerah tumbuh dan berkembang sebagai akibat representasi
kegiatan masyarakat yang ada atau yang berpengaruh terhadap daerah tersebut.
Diatur maupun tidak, sebuah daerah akan tumbuh dan berkembang berdasarkan
keterkaitan yang ada antara penduduk, aktivitas, penggunaan lahan dan
peraturan yang ada. Mekanisme terjadinya perkembangan dan pertumbuhan
daerah akan sangat beragam bergantung pada karakteristik masing-masing
daerah.
Perkembangan dan pertumbuhan kota pada dasarnya merupakan
perwujudan dan tuntutan kebutuhan ruang yang diakibatkan oleh
perkembangan dan pertumbuhan penduduk serta kegiatan fungsionalnya dan
interaksi antar kegiatan tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan kota dapat
berjalan dengan sendirinya tetapi pada suatu saat dapat menimbulkan masalah
yang sulit untuk diatasi yang bersifat keruangan, struktural dan fungsional.
Melihat kenyataan tersebut, sebaiknya sejak dini bila ada gejala pertumbuhan
dan perkembangan kota, maka perlu sekali diarahkan melalui perencanaan
untuk mencapai keserasian dan keseimbangan dalam pemanfaatan potensi yang
ada seefisien dan seefektif mungkin, agar tercipta hubungan yang serasi dan
harmonis antara manusia dan lingkungannya.
Perkembangan penyelenggaraan pembangunan perkotaan dewasa ini
berkembang semakin kompleks baik dari segi kuantitas teknologi maupun
kebutuhan prasarana dan sarana akibat kegiatan spasial ekonomi yang tidak
selalu diikuti oleh kesiapan sarana dan prasarana kota tentang penanggulangan
masalah kebakaran yang memadai, keadaan ini diperburuk dengan belum adanya
peraturan kepala daerah berupa peraturan walikota yang mengatur tentang
masalah penanggulangan dan proteksi kebakaran dikawasan perkotaan dan
lemahnya koordinasi instansi terkait dalam penanggulangan kebakaran.
Kebakaran senantiasa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, baik
menyangkut kerusakan harta benda, kerugian materi, gangguan terhadap
kelestarian lingkungan, terhentinya proses produksi barang dan jasa, serta
bahaya terhadap keselamatan jiwa manusia.
Berdasarkan dari penjelasan diatas, maka Pemerintah Kota Mojokerto
melalui pendanaan APBD perlu melaksanakan kegiatan Penyusunan Dokumen
Perencanaan Sub Bidang Sumber Daya Alam (berupa Penyusunan Peraturan
Walikota Mojokerto tentang Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran/RISPK),
hal ini dikarenakan untuk dijadikan acuan/pedoman bagi Organisasi Perangkat

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 1-2
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Daerah (OPD) teknis dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran yang


mungkin terjadi di wilayah Kota Mojokerto serta untuk memberi perlindungan
kawasan (protected area) perkotaan dari bahaya kebakaran sesuai dengan
persyaratan waktu tanggap (response time) pelayanan dengan
mempertimbangkan tingkat resiko kebakaran berdasarkan klasifikasi
pemanfaatan ruang kota/bangunan.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik ini dimaksudkan untuk
menghasilkan suatu kajian hukum menyelenggarakan kegiatan proteksi
kebakaran untuk mewujudkan keselamatan dan keamanan terhadap bahaya
kebakaran di Kota Mojokerto yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
dalam suatu rancangan peraturan daerah sebagai solusi terhadap permasalahan
dan kebutuhan hukum masyarakat di Kota Mojokerto yang selanjutnya dijadikan
dasar sebagai acuan penyusunan ranperwal terkait.
Adapun maksud kegiatan penyusunan naskah akademis adalah Sebagai
acuan/pedoman bagi Pemerintah Kota Mojokerto terutama Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) teknis dalam menyelenggarakan kegiatan proteksi kebakaran
untuk mewujudkan keselamatan dan keamanan terhadap bahaya kebakaran di
Kota Mojokerto. Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah tTersusunnya regulasi
sebagai dasar hukum dalam mengimplementasikan dokumen Rencana Induk
Sistem Proteksi Kebakaran(RISPK) sehingga mampu meningkatkan kesiapan,
kesiagaan dan keberdayaan masyarakat, pengelola bangunan, serta dinas terkait
dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran.

1.3. SASARAN
Sasaran yang ingin dicapai adalah :
a. Merumuskan naskah akademis dari dokumen Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran(RISPK); dan
b. Merumuskan regulasi berupa Peraturan Walikotadalam
mengimplementasikan dokumen Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran (RISPK).

1.4. PENDEKATAN
Penyusunan naskah akademik menggunakan beberapa pendekatan, antara lain:
I. Pendekatan Normatif

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 1-3
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Pendekatan normatif adalah suatu pendekatan yang komprehensif dan


mengacu pada norma (peraturan, strategi, dokumen perencanaan, dan lain
sebagainya) yang terkait dengan ketentuan peraturan dan perundangan
terkait dengan substansi. Mekanisme yang digunakan dalam pendekatan
normatif adalah:
1 Perumusan masalah
Perumusan masalah adalah proses review dan analisis normatif akan
kebijakan, peraturan, dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan
mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah sehingga
menghasilkan informasi yang memadai.
2 Prediksi
Prediksi akan menghasilkan informasi mengenai konsekuensi dari
penerapan alternative kebijakan di masa mendatang, termasuk apabila
tidak dilakukan apapun.
3 Rekomendasi
Rekomendasi atau preskripsi menyediakan informasi mengenai kegunaan
relatif atau nilai dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan
masalah
4 Pemantauan
Pemantauan atau deskripsi menyediakan informasi mengenai
konsekuensi saat ini dan masa lalu dari penerapan alternatif kebijakan
5 Evaluasi
Evaluasi menghasilkan informasi tentang nilai atau kegunaan dari
konsekuensi pemecahan masalah
Kelima tahapan tersebut membentuk suatu rangkaian atau siklus yang
berulang dan dilihat sebagai bagian dari siklus yang ada.

Gambar 1.1 Diagram Pendekatan Normatif (Sumber : Rustandi, 2015)

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 1-4
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

II. Pendekatan Partisipatif


Pendekatan partisipatif dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan yang terkait dengan penanganan perumahan dan kawasan
permukiman di wilayah perencanaan. Pendekatan partisipatif dilakukan
dengan maksud agar hasil kegiatan nantinya dapat dirasakan dan dimiliki
oleh seluruh pemangku kepentingan terkait perumahan dan kawasan
permukiman di Kota Mojokerto. Mekanisme yang digunakan dalam
pendekatan partisipatif antara lain:
1 Persiapan sosial
2 Survei (permasalahan umum, potensi, dan kendala)
3 Kesepakatan prioritas permasalahan yang akan ditangani
4 Kesepakatan penggalangan dan alokasi sumber daya
5 Kesepakatan rencana
6 Proses implementasi
7 Pemanfaatan hasil pembangunan
8 Evaluasi

Gambar 1.2 Mekanisme Umum Pendekatan Partisipatif (Sumber : Rustandi,


2015)
Dalam melakukan pendekatan partisipatif, dilakukan pertemuan atau
diskusi, misalnya dalam bentuk FGD, untuk memperoleh kesepakatan antar
pemangku kepentingan. Diskusi dan pertemuan tersebut juga bertujuan
untuk mendorong semua pemangku kepentingan untuk turut berkontribusi
dan berpartisipasi dalam curah pendapat, membangun consensus kelompok
yang sifatnya praktis, memfasilitasi penyusunan informasi dalam mencari

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 1-5
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

solusi kreatif dan inovasi dalam pemecahan isu dan masalah, serta
memunculkan kepekaan dan rasa tanggung jawab pemangku kepentingan
dalam kelompok.
Pendekatan partisipatif dapat diaplikasikan pada proses pencarian data atau
survei sekunder dan survei primer dan diskusi untuk membahas identifikasi
potensi, masalah, hambatan, dan tantangan.
III. Pendekatan Teknis-Akademis
Pendekatan teknis-akademis dilakukan dengan menggunakan metodologi
yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, baik untuk teknik
identifikasi, analisis, penyusunan konsep, dan perumusan strategi. Lingkup
pelaksanaan pendekatan ini antara lain dengan:
1 Koordinasi, diskusi kegiatan dengan tim peneliti ataupun langsung
dengan masyarakat yang berada di sekitar wilayah perencanaan
2 Analisis kedudukan Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam
Rencana Tata Ruang
3 Penyusunan konsepsi Naskah Akademik RISPK Kota Mojokerto
4 Penyusunan Tahapan Pelaksanaan Program Pembangunan (Indikasi
Program)
IV. Pendekatan Eksploratif
Pendekatan eksploratif merupakan pendekatan di mana pencarian dilakukan
terus-menerus dan digunakan dalam proses pengumpulan data dan informasi
maupun dalam proses analisa dan evaluasi guna merumuskan konsep
strategi.
1 Eksplorasi dalam proses pengumpulan data dan informasi: sifat
pendekatan ekspolratif yang menerus akan memungkinkan terjadinya
pembaharuan data dan informasi berdasarkan hasil temuan terakhir.
Pendekatan eksploratif juga memungkinkan pengumpulan data dengan
sumber informasi yang luas, baik itu dari pendapat ahli, pemangku
kepentingan, studi literatur, dan lainnya. Dengan menggunakan
pendekatan eksploratif, mungkin ditemukan informasi yang tidak diduga
sebelumnya karena pendekatan ini dapat bersifat situasional.
2 Eksplorasi dalam proses analisa dan evaluasi: dilakukan guna
mengelaborasi pokok permasalahan serta konsep-konsep penanganan
dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman yang ada
berikut dukungan regulasi dan kebijakannya. Dalam melakukan
pendekatan eksplorasi dalam proses analisa dan evaluasi, perlu dikaitkan

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 1-6
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

antara konsep-konsep teoritis dengan kondisi dan karakteristik


permasalahan. Hasil pendekatan eksplorasi adalah penilaian kesesuaian
pola penanganan terhadap permasalahan dan kebutuhan akan kebijakan
yang sesuai.
V. Pendekatan Studi Dokumenter Dalam Identifikasi dan Kajian Materi
Kegiatan
Pendekatan studi dokumenter dilakukan karena diperlukan model
pendekatan yang dapat menginventarisasi dan mengeksplorasi berbagai
dokumen terkait dengan materi kegiatan. Studi dokumenter memiliki ciri
pendekatan yang mengandalkan dokumen dan data-data sekunder seperti:
1 Peraturan perundang-undangan dan dokumen kebijakan yang terkait
2 Laporan strategi dan model penanganan perumahan dan kawasan
permukiman pada wilayah lain (best practice)
3 Teori maupun konsep-konsep penanganan perumahan dan kawasan
permukiman
VI. Pendekatan Incremental-Strategis
Suatu produk strategi pengembangan yang “baik” harus operasional, oleh
karenanya
maksud dan tujuan perencanaan yang ditetapkan harus realistis, demikian
pula dengan langkah-langkah kegiatan yang ditetapkan untuk mencapai
maksud dan tujuan tersebut. Dalam melakukan pendekatan yang realistis,
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1 Mengenali secara nyata potensi dan masalah-masalah yang ada
2 Mengenali secara nyata kendala yang dihadapi
3 Memahami tujuan kegiatan
4 Mengenali pihak-pihak yang berperan
5 Mengenali sistem atau aturan main yang berlaku
Karakteristik pendekatan ini antara lain:
1 Berorientasi pada persoalan-persoalan nyata
2 Bersifat jangka pendek dan menengah
3 Terkonsentrasi pada beberapa hal, namun tetap bersifat strategi
4 Mempertimbangkan eksternalitas
5 Langkah-langkah penyelesaian tidak bersifat final
VII. Pendekatan Strategis –Proaktif
Pendekatan ini menekankan pada proses pengenalan dan penyelesaian
masalah yang

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 1-7
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

kemudian dijabarkan pada program-program pembangunan dan alokasi


pembiayaan
pembangunan. Selain itu, dalam pendekatan ini, perkiraan kondisi di masa
depan tidak hanya didasarkan pada perhitungan-perhitungan proyeksi
tertentu, sehingga terdapat kemungkinan-kemungkinan munculnya
kecenderungan-kecenderungan baru, dan faktor-faktor ketidakpastian.
Rencana yang lebih bersifat jangka pendek dan menengah, dengan
memberikan satu acuan arah-arah pembangunan kawasan serta merupakan
rencana yang berorientasi pada pelaksanaan atau action.
VIII. Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan
Pendekatan pembangunan berkelanjutan memandang bahwa pembangunan
bukan kegiatan yang sesaat namun merupakan sesuatu yang berlangsung
secara kontinyu, terus-menerus, dan tidak pernah berhenti. Pendekatan
pembangunan berkelanjutan menekankan pada keseimbangan ekosistem,
antara ekosistem buatan dengan ekosistem alamiah. Dalam pendekatan
berkelanjutan, selain memperhatikan aspek ekologi atau lingkungan, perlu
diperhatikan pula aspek ekonomi dan sosial sehingga pembangunan yang
dilaksanakan menghasilkan kondisi yang harmonis. Agar tercipta
pembangunan yang berkelanjutan, ketiga pilar pembangunan berkelanjutan,
yaitu pilar ekonomi, sosial, dan kelingkungan harus seimbang.

Gambar 1.3 Tiga Aspek Pembangunan Berkelanjutan

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 1-8
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

1.5. METODE
Kegiatan Penyusunan Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana
Induk Sistem Proteksi Kebakaran/RISPK Kota Mojokerto ini dikerjakan secara
kontraktual. Agar pelaksanaan kegiatan ini dapat memperoleh hasil optimal,
maka pelaksanaan kegiatan menggunakan metode sebagai berikut:
a. Melakukan studi literatur terkait materi dan kebijakan tata ruang,
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman
di Kota Mojokerto;
b. Melakukan survei pengumpulan dan kompilasi data dengan instansi yang
terkait mengenai pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman di Kota Mojokerto;
c. Melakukan analisis yang berkaitan dengan pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kota Mojokerto;
d. Menjaring masukan pemangku kepentingan dengan melakukan FGD
dengan instansi dan lembaga terkait kasiba dan lisiba, baik di pusat
maupundaerah;
e. Menyusun Dokumen Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana
Induk Sistem Proteksi Kebakaran/RISPK Kota Mojokerto;
f. Menyusun Naskah Akademik RISPK Kota Mojokerto.

1.6. DASAR HUKUM


Dasar hukum kegiatan Pembuatan Naskah Akademik RISPK Kota
Mojokerto adalah sebagai berikut:
1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja;
2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung;
3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 1-9
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

59,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);


4 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
5 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
68,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5025);
7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
8 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5252);
9 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Pemukiman;
10 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah;
11 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun;
12 Peraturan Pemerintah RI No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung;
13 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
14 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2008
tentang Penyusunan Rencana Induk Sistem Kebakaran;
15 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 1 - 10
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada


Bangunan Gedung Dan Lingkungan;
16 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2009
tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran
di Perkotaan; dan
17 Perda Kota Mojokerto Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Mojokerto Tahun 2012 – 2032.
18 Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Bangunan Gedung; dan
19 Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 2 Tahun 2019 tentang
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Mojokerto
Tahun 2019 – 2039

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 1 - 11
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIS
EMPIRIS
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

2.1. KAJIAN TEORITIS


2.1.1. Pengertian Bencana
Pengertian bencana berdasarkan sumber adalah sebagai berikut:
Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga
menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi
materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan
masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan
sumberdaya mereka sendiri.(ISDR, 2004)
Bencana (Disasters ) adalah kerusakan yang serius akibat fenomena alam
luar biasa dan/atau disebabkan oleh ulah manusia yang menyebabkan
timbulnya korban jiwa, kerugian material dan kerusakan lingkungan yang
dampaknya melampaui kemampuan masyarakat setempat untuk
mengatasinya dan membutuhkan bantuan dari luar.(PMI)
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007)

Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam,


non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan
bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2-2
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

2.1.2. Pengertian Bencana Kebakaran


Definisi bencana kebakaran dari beberapa sumber dapat dirangkum
sebagai berikut:
Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti
rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang
menimbulkan korban dan/atau kerugian (BNPB).
Definisi umumnya adalah suatu peristiwa terjadinya nyala api yang tidak
dikehendaki, sedangkan defenisi khususnya adalah suatu peristiwa oksidasi
antara tiga unsur penyebab kebakaran.
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat, situasi
dan waktu yang tidak kita kehendaki, merugikan dan pada umumnya sukar
dikendalikan. Jadi api yang menyala di tempat-tempat yang dikehendaki
seperti kompor, di perindustrian dan tempat atau peralatan lain tidak
termasuk dalam kategori kebakaran.
Adapun definisi kebakaran menurut Departemen Tenaga Kerja adalah “Suatu
reaksi oksidasi eksotermis (terjadi karena pemanasan) yang berlangsung
dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api
atau penyalaan”.
Sedangkan definisi kebakaran menurut Asuransi secara umum adalah
“Sesuatu yang benar-benar terbakar yang seharusnya tidak terbakar yang
dibuktikan dengan adanya nyala api secara nyata, terjadi secara tidak
sengaja, tiba-tiba serta menimbulkan kecelakaan atau kerugian”.

2.1.3. Penyebab Terjadinya Kebakaran


Unsur penyebab kebakaran antara lain:
BAHAN PADAT, kayu, Kain, kertas, Plastik dan lain sebagainya dan jika
terbakar umumnya akan meninggalkan abu / bara.
BAHAN CAIR, Cat, Alkohol dan berbagai jenis minyak.
BAHAN GAS, Propane, Butane, LNG dan lain sebagainya.
Penyebab terjadinya kebakaran secara umum antara lain:
Peristiwa listrik
Penyimpanan / penggunaan bahan-bahan
Spontanious (bahan yang dapat terbakar sendiri)
Merokok tidak pada tempatnya
Gesekan atau benturan
House keeping yang tidak baik.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2-3
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Secara umum penyebab kebakaran adalah sebagai berikut:


Karena kelalaian.
Misalnya :
kurang pengertian dalam pencegahan bahaya kebakaran.
Kurang berhati-hati dalam menggunakan alat atau bahan.
Kurang kesadaran.
Kurang disiplin.
Karena peristiwa alam.
Misalnya :
letusan gunung berapi.
Gempa bumi.
Sambaran petir.
Kebakaran yang terjadi karena penyalaan sendiri.
Rumput kering yang terbakar dengan sendirinya karena cuaca yang
sangat panas.
Batu bara yang terbakar dengan sendirinya karena cuaca yang sangat
panas.
Kebakaran yang disebabkan unsure kesengajaan dengan tujuan sabotase,
keuntungan pribadi, atau menghilangkan jejak.
Klasifikasi kebakaran diperlukan agar dapat ditentukan sisitem pemadaman
api yang tepat. Perkembangan klasifikasi kebakaran dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Sebelum tahun 1970 (diikuti Negara-negara seperti Amerika utara, Australia,
dan Afrika selatan).
Kelas A : bahan bakar padat. seperti kain, kertas, kayu, dsb.
Kelas B : bahan bakar cair dan padat lunak (grease).
Kelas C : kebakaran listrik.
Sesudah tahun 1970 (diikuti Negara-negara eropa)
Kelas A : bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu dan arang.
Kelas B : bahan bakar cair dan padat lunak (grease).
Kelas C : bahan bakarnya gas.
Kelas D : bahan bakarnya logam.
Klasifikasi menurut NFPA (National Fire Protection Association)
Kelas A : bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu atau arang.
Kelas B : bahan bakar cair.
Kelas C : kebakaran listrik.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2-4
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Kelas D : kebakaran logam (Magnesium, Titanium, Ziroanium, dsb.)

2.1.4. Faktor Penyebab Kebakaran


Sederhananya kebakaran tidak akan terjadi apabila api tidak menyentuh
atau mengenai suatu benda yang bisa menjadi katalisator terjadinya kebakaran
ataupun kebakaran bisa saja terjadi akibat terlalu panasnya suhu, benda yang
mudah terbakar dan oksigen di suatu tempat. Oleh kerena itu, kita sebaiknya
mengambil langkah preventif dengan mengetahui sebab utama suatu kebakaran
agar dalam keseharian kita bisa memisahkan dengan tegas antara api dengan
bahan-bahan yang mudah terbakar itu.
Sebab-sebab yang sering mengakibatkan kebakaran adalah ketiga unsur
dibawah dan bila tiga unsur di atas tidak lengkap,maka persyaratan bahwa dapat
terjadinya kebakaran tidak dapat dipenuhinya.
Ketiga unsur tersebut adalah:
Bahan yang Mudah Terbakar.
Baik barang padat, cair atau gas misalnya kayu, kertas, textil, bensin, minyak,
acetelin, dll.
Panas atau Suhu.
Pada lingkungan yang memiliki suhu tinggi misalnya sumber panas dari sinar
matahari, listrik (kortsluiting), panas energimekanik (gesekan), reaksi kimia, dll.
Oksigen (O2).
Kandungan (kadar) O2 ditentukan dengan persentasi (%), semakin besar kadar
oksigen maka api akan menyala semakin hebat, sedangkan pada kadar oksigen
kurang dari 12% tidak akan terjadi pembakaran api. Dalam keadaan normal
kadar oksigen di udara bebas berkisar 21 %, maka udara memiliki keaktifan
pembakaran yang cukup.
Ketiga faktor tersebut bisa digambarkan dalam bentuk hubungan segitiga
kebakaran sebagai berikut:

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2-5
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Perlu diperhatikan apabila salah satu sisi dari segita tersebut di atas tidak ada,
maka tidak mungkin terjadi suatu nyala api atau kebakaran. Jadi secara sederhana
setiap kebakaran yang terjadi dapat dipadamkan dengan menghilangkan salah satu
dari ketiga unsur di atas.

Selain itu, adajuga yang membagi secara umum faktor kebakaran antara
lain:
Faktor Alam
Faktor alama adalah faktor yang disebabkan karena lingkungan-
lingkungan/alam di sekitar kita. Contohnya;
Petir atau kilat
Kalau petir atauu kilat menyambar jaringan listrik, maka alat-alat tersebut
akan terbakar dan bisa menimbulkan kebakaran yang lumayan besar.
Kemarau panjang atau teriknya matahari
Ranting-ranting yang bergesekan akan menimbulkan percikan api dan
membuat api membesar (kebakaran).
Faktor Manusia
Faktor manusia adalah faktor yang disebabkan karena ulah-ulah atau kelalaian
manusia. Contohnya;
Korsleting listrik
Persinggungan antara 2 kabel yang terkupas dapat menimbulkan kebaran,
hal ini karena manusia tidak mau peduli terhadap kabel-kabel yang telah
rusak.
Kompor
Kebocoran kompor gas atau lubernya minyak tanah di dekat kompor.
Putung rokok
Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2-6
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Bara api yang berada di putung rokok dapat menimbulkan kebaran bila
terkena barang-barang yang mudah terbakar atau tempat-tempat seperti
POM Bensin.
Obat nyamuk bakar
Bantal atau guling yang mengenai obat nyamuk bakar akan mudah
terbakar.
Lilin atau lampu minyak
Lilin dan lampu minyak diletakkan di temat yang mudah terbakar akan
menyebabkan kebakaran.
Membakar sampah
Api sampah tersebut bila tertiup angin yang kencang akan menyerambat ke
perumahan-perumahan disekitarnya.

2.1.5. Bahaya Kebakaran


Ada dua jenis bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat dar i terjad inya
kebakaran yaitu kerugian material dan keselamatan jiwa manusia. Beberapa aspek
penyelamatan sebenarnya lebih diarahkan dan diprioritaskan pada penyelamatan
jiwa manusia terlebih dahulu, untuk kemudian meminimalkan kerugian pada tahap
berikutnya. Sehingga pada prinsipnya, konsep penanggulangan kebakaran (fire
safety) yang utama adalah penyelamatan jiwa manusia.
Bahaya keselama tan jiwa ma nusia pada peristiwa kebakaran dapat
diklasifikasikan :
bahaya langsung
tersengat temperatur yang tinggi
keracunan asap
bahaya tidak langsung
terluka
terjatuh
terserang sakit
mengalami shock/serangan psikologis
Hal diatas dapat digambarkan malalui skematik grafik yang pernah
dipublikasikan oleh Biro Sta tistik Amerika (National Bereau of Standart
USA)mengenai akibat yang ditimbulkan setelah peristiwa kebakaran terjadi.
Dapat disimpulkan dari grafik di bawah ini, bahwa penyebab korban jiwa
terbesar pada peristiwa kebakaran adalah asap yang meracuni pernapasan.
Jumlahnya menempati urutan pertama, yaitu sebesar 74% dari korban, sementara

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2-7
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

yang diakibatkan yang tersengat oleh panas sebesar 18% serta korban jiwa karena
penyebab lain sebesar 8% dari total korban. Asap yang timbul sebagai hasil reaksi
pembakaran, mengakibatkan bahaya ganda, selain meracuni pernapasan juga
menghalangi pemandangan dan orientasi orang untuk menyelamatkan diri.
Penelitian lain mengungkapakan bahwa serangan psikologis akibat bencana
kebakaran me mbuat orang panik yang akan me nghilangkan pikiran logisnya,
selain pada pernapasan yang berlebih yang akan semakin mempercepat proses
keracunan.

Gambar 0.1 Bahaya Akibat Kebakaran

Manusia mempunyai toleransi yang terbatas terhadap panas yang menerpa


tubuhnya. Tingkat pengkondisian termal yang dapat ditoleriroleh manusia hanya
mencapai temperatur ± 65 C, itupun dengan persyaratan kelembaban tertentu serta
aktifitas yang dilakukan. Selanjutnya, kemampuan manusia terhadap tingkat
perkembangan termal dapat ditunjukkan dengan grafik di bawah ini :

( 10-35 ) 0C = kondisi nyaman termal

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2-8
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

65 0C = suhu masih dapat ditoleransi tergantung kelembaban dan


aktifitas )
105 0C = suhu panas tidak dapat ditolerir dalam waktu 23 menit
120 0C = suhu panas tidak dapat ditolerir dalam waktu 15 menit
140 0C = suhu panas tidak dapat ditolerir dalam waktu 5 menit
180 0C = kerusakan fatal dan kekeringan dalam waktu 30 detik

2.1.6. Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran


Sebagai suatu sistem, bangunan terdiri dari sub sub sistem yang
membentuknya secara integral dalam satu kesatuan. Sub-sub sistem tersebut
antara lain arsitektur, struktur, mekanikal, elektrikal, desain ruang dalam (interior),
desaain ruang luar (landscape), utilitas, dan sistem-sistem lain seperti
manajemen/pengelolaan, maitenance/service, sistem penanggulangan
kebakaran/fire safety. Sistem -sistem ini haruslah terintegrasi dengan baik dalam
bangunan. Pada pelaksanaannya, tentunya penataan atau perencanaannya harus
dilibatkan secara kontinyu pada saat proses konstruksi secara keseluruhan. Proses
konstruksi yang dimaksudkan di atas adalah dari mulai tahap perencanaan,
pembangunan, pengoperasian serta perbaikan dan perawatan.

2.1.6.1 Konsep Dasar


Tujuan perencanaan penanggulangan kebakaran (Fire Safety) adalah untuk
menyelamatkan jiwa manusia dan kemudian menghindari kerusakan seminimal
mungkin. Dasar-dasar penyelama tan terhadap bahaya kebakaran banguan,
dilandasi oleh sifat alamiah api yang signifikan membahayakam baik itu yang
menimbulkan kerugian maerial ataupun keselamatan jiwa manusia. Beberapa item
yang sekaligus juga menjadi tujuan langkah penyelamatan terhadap bahaya
kebakaran, antara lain:
memcegah api/kebakaran
mencegah api berkembang tidak terkendali
mendeteksi adanya api sedini mungkin
memadamkan api secepatnya
memudahkan pengevaluasian penghuni dan barang
meminimalkan kerusakan
Sedangkan implementasi dari tindakan-tindakan penyelamatan di atas bisa
diringkas menjadi empat bagian utama yaitu :
menyelamatkan jiwa manusia

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2-9
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

menyelamatkan bangunan dan isinya


menjadi acuan/pedoman proses penanggulangan dan penyelamatan
meminimalkan kerusakan pada lingkungan
Pada dasarnya, berdasarkan implementasi dan cara pelaksanaannya,
sistem penanggulangan kebakaran biasanya diklasipikasikan dalam dua janis yaitu
: sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif. Keduannya diupayakan bekerja
secara bersama-sama melindungi bangunan dari bahaya kebakaran.

2.1.6.2 Sistem Proteksi Aktif


Sistem proteksi aktif merupakan perlindungan terhadap kebakaran melalui
sarana aktif yang terdapat pada bangunan atau sistem perlindungan dengan
menangani api/kebakaran segara langsung. Cara yang lazim digunakan adalah :
Sistem Pendektesian Dini
Sistem pendektesian dini terhadap terjadinya kebakaran dimaksudkan untuk
mengetahui serta dapat memberi refleksi cepat kepada penghuni untuk segera
memadamkan api pada tahap awal.
Sensor-sensor yang umum dikenal adalah :
alat kebakaran;
detektor panas, asap,nyala atau gas
manual call point;
panel contro l;
sumber daya darurat lainya
Hal-hal penting yang me njadi perhatian da lam penggunaan sistem peralatan
ini pada bangunan antara lain :
menentukan tipe alat pendeteksian yang digunakan
mengatur distribusi perletakan detektor dalam banguan
sistem pengintalasian alat sensor
pemeriksaan dan pemeliharaan instalansi (agar selalu dapat bekerja
bila suatu waktu dibutuhkan )
Sistem Pemercik (Spirinkler) Otomatis
Sistem ini biasanya bersinegri langsung dengan sistem pendeteksi dini, dimana
bila sistem detektor bekerja, langsung dilanjutkan dengan bekerjanya alat ini
untuk pemadam. Beberapa sistem yang bisa dikenal antara lain :
alarm kebakaran;
sistem spinkler otomatis
sistem hidran (hidran dalam maupun halamam) ;hose reel;

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2 - 10
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Beberapa faktor yang menjadi sangat penting didalam perencanaan sistem


pemercik otomatis ini : karakteristik alat pemercik (spinkler ), jenis bangunan
yang dilayani, distribusi dan jarak pemasangan alat, daerah jangkauan yang
dapat dicapai alat, pasokan air, instalasi pemipaan alat.
Sistem Pemadam dengan Bahan Kimia Portable
alat pemadam Halon/BCP;
alat pemadam CO2;
alat pemadam Dry chemicals;
alat pemadam buisa/foam;
Sistem Pemadam Khusus , yang mencakup :
CO2 com ponent,
Halon extinguisher unit;
Foam systems;
Pertimbangan dan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyedian
peralatan sistem di atas :
Untuk sistem penyemprot tetap/tidak bergerak (fixed system)
Distribusi peralatan di dalam bangunan
Jumlah dan kapasitas alat yang digunakan percakupan layanan
Konsentrasi bahan kimia minimum yang disyaratkan
Jenis bangunan yang dilayani
Sistem penyemprot bergerak (portable system)
Tipe alat pemadam
perkiraan tingkat api yang akan dihadapi untuk me nentukan jenis
dan kapasitas alat yang akan digunakan
distribusi alat
biasanya ditempatkan pada daerah -daerah yang rawan terbakar
misalnya dapur, ruang mesin, gudang dan lain-lain
Sistem Pengendalian Asap, sistem yang umum dipakai :
smoke venting;
smoke towers;
tata udara untuk pengendalian asap; dan
eleventor smoke control.

2.1.6.3 Sistem Proteksi Pasif


Sistem proteksi pasif merupakan sistem perlindungan terhadap kebakaran
yang bekerjanya melalui sarana pasif yang terdapat pada bangunan. Biasanya juga

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2 - 11
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

disebut sebagai sistem perlindungan bangunan dengan menangani api dan


kebakaran secara tidak langsung. Caranya dengan meningka tkan kinerja bahan
bangunan, stuktur bangunan, pengontrolan dan penyediaan fasilitas pendukung
penyelamatan terhadap bahaya api dan kebakaran. Sistem ini adalah yang paling
lazim dan maksimal yang bisa dilakukan pada kasus fasilitas pemukiman.
Yang termasuk di dalam sistem proteksi pasif ini antara lain :
Perencanaan dan desain site, akses dan lingkungan bangunan
Banyak ditemukan kasus dimana kebakaran menimbulkan kerugian dan
kerusakan yang lebih besar disebabkan kurangnya pertolongan yang cepat oleh
para petugas pemadam kebakaran. Desain dan perencanaan bangunan (dalam
hal ini disain ruang luar dan aksesibilitas bangunan) ternyata sangat berperan
dalam mendukung perlindungan terhadap timbul, berkembang dan
tertanggulanginya kebakaran terhadap bangunan.
Beberapa hal yang termasuk di dalam permasalahan site dalam kaitannya
dengan penanggulangan kebakaran ini antara lain :
penataan blok-blok masa hunian dan jarak antar bangunan
kemudahan pencapaian ke lingkungan pemukiman maupun
bangunan
tersedianya area parkir ataupun open space dilingkungan kaewasan
menyediakan hidrant eksterior di lingkungan kawasan
menyediakan aliran dan kapasitas suply air untuk pemadam
Perencanaan Struktur dan Kontruksi Bangunan
Perencanaan struktur di sini berkaitan dengan kemampuan bangunan untuk
tetap atau bertahan berdiri pada saat terjadi bencana kebakaran. Sedangkan
perencanaan kontruksi berkaitan dengan jenis material yang digunakan.
Material yang mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap api (terbakar),
akan lebih baik pula terhadap pencegahan penjalaran api, pengisolasian daerah
yang terbakar serta memberi waktu yang cukup untuk peng’evaluasi’an
penghuni. Hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan sistem ini antara lain :
Pemilihan material bangunan yang memperhatikan sifat material
Sifat penjalaran dan penyebaran
Com bustibility (kemampuan terbakar material)
Sifat penyalaan material bila terbak ar
Sifat racun (akibat reaksi kimia yang ditimbulkan/dihasilkan bila bahan
tersebut terbakar)

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2 - 12
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Kemampuan/daya tahan bahan struktur (fire resistance) dari


komponen-komponen struktur.
Komponen struktur seperti rangka atap, lantai, kolam dan balok adalah
tulang – tulang kekuatan pada bangunan. Perencanaan yang optimal dari
hal yang dimaksudkan :
meminimalkan kerusakan pada bangunan
mencegah penjalaran kebakaran
melindungi penghuni, minimal memberi waktu yang cukup dievakuasi.
Penataan ruang, terutama berkaitan dengan areal yang rawan bahaya
dipilih material struktur yang lebih resisten.
Perencanaan daerah dan jalur penyelamatan (evakuasi) pada bangunan
Perencanaan daerah evakuasi, biasanya diperuntukan untuk bangunan
pemukiman berlantai banyak dan merupakan bangunan yang lebih kompleks.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan perencanaan sistem ini :
kalkulasi jumlah penghuni/pemakai bangunan
tangga kebakaran dan jenisnya
pintu kebakaran
daerah perlindungan seme ntara
jalur keluar bangunan &
peralatan dan perlengkapan evakuasi

Manajemen sistem penanggulangan kekakaran


Gagasan dari manajemen sistem penanggulangan kebakarann berkembang
sekitar me melihara peralatan/perlengkapan penanggulangan kebakaran
sehingga dapat digunakan secara optimal pada saat diperlukan. Manajemen
penanggulangan kebakaran termasuk juga administrasi strategi untuk
memastikan keselamatan secara preventif, membatasi perkembangan api, dan
menjamin keselamatan penghuni. Untuk mencapai fungsi ini, manajemen
sistem ini harus terlihat didalam semua aspek yang ada dalam bangunan term
asuk daerah yang atau mungkin riskan terhadap bahaya.
Komunikasi
Kebakaran tidak dapat diatur walaupun dengan sistem proteksi yang paling
baik, sehingga sangat penting untuk mendeteksi terjadinya segera untuk
keberhasilan penanggulangaannya. Sistem informasi yang baik bisa berguna
untuk memicu tindakan awal penyelamatan. Komunikasi menjadi hal yang
penting buat penghuni bangunan, baik itu dari sistem alarm maupun penghuni

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2 - 13
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

lain, sehingga informasi harus tersampaikan dan terdengar dengan jelas agar
dapat memanfaatkan waktu untuk penyelamatan yang perlu.
Pemeliharaan
Perbaikan dan peme liharaan terhadap peralatan- peralatan darurat, seperti
hidrant, bose reels, extinguisher, lampu darurat dll, adalah sangat penting. Tipe,
standar dan frekuensi pemeliharaan harus terdokumentasikan pada program
manajemen ini, dan staf yang berkepentingan perlu mengetahuinya dan selalu
menjalankannya dengan benar.
Pelatihan
Pelatihan pegawai yang berkepentingan terhadap penanggulangan kebakaran
ini tidak boleh luput dari perhatian. Mereka harus menerima instruksi
bagaimana menghidupkan alarm tanda bahaya bila mereka menemukan
kebakaran, serta mereka yang memberi peringatan kebakaran kepada
penghuni. Begitu pula terhadap penggunaan peralatan pemadam api, yang
harus mampu dipraktekkan. Beberapa pelatihan yang dilaksanakan antara lain
memberi pengetahuan tentang :
pencegahan kebakaran secara umum
tindakan yang diambil pada waktu mendengarkan alarm dan
menemukan api
metode yang benar dalam memanggil pasukan pemadam
lokasi, kegunaan dan penggunaan peralatan pemadam
rute penyelamatan, titik pertemuan dan jalan keluar
prosedur evakuasi
Ada lima aspek yang harus dipertimbangkan di dalam sistem manajemen ini,
yaitu :
tindakan preventif
prosedur
komunikasi
perawatan / pemeliharaan dan
pelatihan
Kelima aspek-aspek tersebut masing-masing harus selalu dievaluasi
kelengkapan dan kegunaannya.

Tindakan Pencegahan
Aspek ini adalah yang paling langsung dan efektif dalam mencegah datangnya
kebakaran. Pencegahan dan pembatasan perkembangan api, harus dimulai dari

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2 - 14
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

saat bangunan masih dalam bentuk gambar. Arsitek mempunyai tanggung


gawab moral untuk memasukkan perencanaan penanggulangan kebakaran ini
pada konsep bangunannya.
Perlu juga dibuat instruksi manual sederhana untuk staf yang kompeten serta
untuk melatih penghuni beradaptasi bila hal yang tidak diinginkan terjadi. Staf
yang kompeten, misalnya Satpam, atau pegawai kebersihan, atau teknisi dll,
perlu untuk diatur secara reguler mengawasi bangunan.
Prosedur
Memformulasikan sistem prosedur adalah bertujuan untuk mensikronisasikan
operasional bangunan. Prosedur perbaikan dan perawatan/perlengkapan
khususnya peralatan darurat kebakarann, harus dikerjakan terdokumentasi
dan dilaksanakan secara sungguh-sungguh oleh staf-staf yang berkompeten.
Semua pihak yang terlibat dalam hal ini (penghuni, terutama pegawai) haruslah
mengetahui apa yang harus dilakukan, siapa yang harus dihubungi, bagaimana
melakukannya, dan kapan itu perlu. Keuntuingan dari pelaksanaan yang sesuai
prosedur, adalah bisa menghindari keterlambatan penyelamatan bila keadaan
darurat.

2.1.6.4 Tahap Penanggulangan Kebakaran


Skema Tahap Penanggulangan Kebakaran dapat dilihat sebagai berikut:

Skema diatas, menggambarkan bahwa ada lima tindakan yang harus


dilakukan sebelum tingkat bahaya api tidak dapat tertanggulangi lagi, Yaitu :
Mencegah timbulnya kebakaran, dengan mewaspadai sumber-sumber api
Mencegah pertumbuhan api, desain kompartemen dan panggunaan material
yang resisten.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2 - 15
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Memadamkan api secara dini, sistem proteksi aktif berupa pendeteksi dini
dan sistem penyemprot
Mengontrol asap, desain kompartemen, ventilasi dan jalur sirkulasi
Melakukan tindakan evakuasi, desain kompartemen, jalur evakuasi vertikal
dan horijontal

2.1.6.5 Peran Pemerintah


Peran pemerintah yang belum memadai didalam menyediakan dan
mengontrol kebijaksanaan yang berkaitan dengan perlindungan bangunan terhadap
bahaya terjadinya kebakaran, ikut andil besar dalam timbulnya masalah kebakaran.
Beberapa kasus yang menjadi penyebab yang diakibatkan oleh kurangnya
kebijaksanaan dan kontrol berkaitan dengan hal ini :
Perencanaan kawasan bangunan yang kurang terencana
Daerah terbuka antar dan di sekitar bangunan maupun pemukiman
yang terbatas
Akses-akses ke lokasi kecelakaan kebakaran yang sering menyulitkan
Hal ini sering terjadi di daerah kawasan pemukiman. Sehingga bila
kecelakaan terjadi, hampir dapat dipastikan kerusakan yang timbul sangat
besar dan meluas. Karena kurang mendukungnya lokasi buat pasukan
pemadam kebakaran untuk menjalankan kegiatannya.
Kapasistas dan jumlah fire hidrant serta kapasitas dan sumber air di lokasi
kebakaran yang tidak memenuhi syarat.
Kondisi peralatan pemadam yang terbatas, ini menyangkut kemampuan &
kelengkapan peralatan pasukan pemadam kebakaran terhadap kondisi
kebakaran yang dihadapi.
Keterlambatan pertolongan karena buruknya sistem komunikasi dan
kemacetan lalu lintas. Ini menyangkut sistem komunikasi yang terbatas,
kesiapsiagaan pasukan pemadam ataupun tanda peringatan bahya di lokasi
kecelakaan tidak ada atau tidak bekerja dengan baik.
Perlindungan bangunan terhadap bahaya kebakaran yang kurang memenuhi
syarat. Hal ini umumnya disebabkan kurang tersedianya persyaratan
perlindungan kebakaran pada bangunan dan tidak terkontrolnya
pengawasan berkaitan dengan sistrem penanggulangan kebakaran pada saat
proses pelaksanaan kontruksi.
Kontruksi dan disain bangunan yang menyulitkan pertolongan pada saat
terjadinya kebakaran.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2 - 16
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Buruknya perawatan peralatan pena nggulangan bahaya kebakaran pada


bangunan.
Tidak dilakukannya pelatihan rutin menghadapi bahaya kebakaran
(terutama di kawasan yang rawan kebakaran), sehingga umumnya para
korban kecelakaan tidak siap menghadapi kejadian. Hal ini menyebabkan
kerusakan, kerugian dan korban jiwa yang dialami berpotensi menjadi lebih
besar.
Masalah-masalah tersebut, sedtidaknya menjadi masukan buat para pelaku
konstruksi, untuk mulai serius memperhatikan dan merencanakan sistem
penanggulangan kebakaran yang memenuhi syarat. Karena bagaimanapun masalah
kebakaran ini paling tidak selalu diawali dari persoalan ataupun kealpaan
perencanaan bangunan/perumahan itu sendiri untuk kemudian meluas dan
menyangkut persoalan banyak pihak.

2.1.6.6 Pengamanan melalui Prosedur Perizinan


Disamping hal-hal diatas, pemerintah mempunyai peran dalam
pengamanan kebakaran melalui prosedur-prosedur perizinan dalam proses
konstruksi. Seprti kita ketahui, bahwa proses berdirinya suatu bangunan akan
melalui proses perencanaan, proses pelaksanaan dan pemakaian/penggunaan
bangunan. Pengamanan pada bangunan bisa diterapkan melalui prosedur-prosedur
tersebut.
Bentuk izin yang dikeluarkan antara lain :
Izin Mendirikan Bangunan (IMB), untuk pros es-proses perencanaan
bangunan. Izin ini me nyangkut beberapa aspek yaitu :
aspek administratif, menyangkut kepemilikan, pajak, dll.
Aspek planologis, menyangkut ketatakotaan
Aspek teknik, menyangkut rencana arsitektur, struktur, instalansi
serta perlengkapan lain pada bangunan.
Dari prosedur inilah langkah awal bisa dilakukan kontrol terhadap
pengamanan kebakaran.
Izin Penggunaan Bangunan (IPB), pada proses pelaksanaan pembangunan.
Izin ini berpungsi mengontrol apakah perencanaan telah sesui dengan
pelaksanaan. Adapun bentuk pengawasannya menyangkut semua aspek teknis
pada bangunan. Dalam kaitannya dengan sistem penanggulangan kebakaran,
biasannya izin bisa ditunda diberikan bila persyaratan-persyaratan minimalnya

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2 - 17
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

belum terpenuhi. Dengan demikian IPB ini bisa menjadi suatu legitimasi bahwa
suatu bangunan telah aman dan layak digunakan.
Izin Perpanjangan Penggunaan Bangunan (IPPB), yang diberikan pada proses
penggunaan/pemakaian bangunan
Izin Perpanjangan Penggunaan Bangunan (IPPB) ini adalah merupakan bentuk
kontrol pada tahap pasca pembangunan (post construction). Izin ini diberikan
secara berkala sebagai kontrol terhadap pemakaian bangunan, apakah masih
tetap baik dalam aspek teknisnya pada jangka waktu tertentu.
Dengan ketiga tahap mekanisma perizinan di atas, diharapkan dapat
memperkecil kemungkinan tarjadinnya bahaya, terutama kebakaran pada
bangunan. Dan bilapun kebakaran tidak juga dapat terhindar, minimal dapat
mengoptimalkan penyelamatan serta meminimalkan dampak kerugian pada
penghuni, pemilik maupun lingkungan.

2.1.6.7 Kontrol Penggunaan Sistem Penanggulangan Kebakaran


Fungsi kontrol didalam pelaksanaan persyaratan-persyaratan teknis pada
bangunan adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat. Pemerintah
sebagai pembuat kebijakan, pelaku kontruksi sebagai pelaksana serta pengguna
dan masyarakat selaku pihak yang berhubungan langsung dengan kejadian.
Begitupun, peran pemerintah adalah yang paling signifikan disini, karena
penyediaan dan pengelolaan manajemen dan sumber daya yang berkaitan dengan
kepentingan umum ada di tangan pemerintah.
Berkaitan dengan peran pemerintah terhadap perlindungan
penanggulangan bahaya kebakaran, antara lain :
Pengelolaan dan kontrol terhadap dinas-dinas penanggulangan yang terkait
sistem manajemen pengelolan
peralatan dan perlengkapan
sumber daya manusia
Penyediaan dan pengelolaan fasilitas-fasilitas pendukung
sirkulasi kota dan open space
penyediaan airr
sistem telekomunikasi
peraturan-peraturan terkait, dll
Kontrol persyaratan pelaksanaan proses kontruksi pada bangunan

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2 - 18
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Ada enam tahap di dalam proses konstruksi yang keseluruhannya bisa


dimasukkan persyaratan kualifikasi sistem penanggulangan kebakaran dalam
pelaksanaannya. Tahap-tahap tersebut adala h:
tahap perencanaan bangunan
tahap desain
tahap pelaksanaan / pengoperasian bangunan
tahap perawatan
tahap perbaikan dan atau restorasi bangunan
Peran pemerintahdi sini adalah dengan melakukan pengontrolan atas izin
yang dikeluarkan saat sebelum dan ketika proses tahap-tahap konstruksi tersebut
berlangsung. Karena kewenangan tersebut, pemerintah mempunyai peran yang
signifikan didalam mengontrol kelengkapan persyaratan pada bangunan termasuk
persyaratan proteksi terhadap bahaya kebakaran.

2.1.7. Peranan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan


Kebakaran
Berangkat dari kedudukan, tugas, dan fungsinya, Direktorat Jenderal Cipta
Karya Kementerian PU memberikan perhatian yang besar dalam mendukung upaya
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas
kehidupan serta penghidupan masyarakat, khususnyaBagan Resiko bahaya sebagai
kombinasi dari kecenderunganterjadi dan konsekwensi potensialpeningkatan
kualitas lingkungan permukiman. Adanya Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah
untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam
menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan.
Pelaksanaannya dilakukan secara holistic dan terpadu pada tingkat
kawasan/ lingkungan permukiman melalui pengembangan kegiatan usaha ekonomi
masyarakat, pemberdayaan sumber daya manusia, dengan memperhatikan tatanan
sosial kemasyarakatan serta penataan prasarana lingkungan dan kualitas hunian.
Melalui program ini diharapkan adanya pembangunan dalam aspek sosial, ekonomi
dan lingkungan (SEL). Salah satu strateginya adalah dengan pembentukan BKM
(Badan Keswadayaan Masyarakat) sebagai badan pelayanan masyarakat untuk
mampu secara mandiri memenuhi kebutuhan dan mengelola pembangunan
llingkungan di wilayahnya (Community Management), melalui upaya pelatihan-
pelatihan. Program ini dapat dikaitkan dengan konsep dan pendekatan upaya
pencegahan kebakaran di kawasan permukiman padat. Seperti contoh pada metoda

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2 - 19
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK), dimana diharapkan masyarakat dapat


menjadi barisan terdepan yang dapat memberikan pertolongan pertama pada saat
terjadi kebakaran.
Karena pada banyak kasus kebakaran di permukiman padat, petugas PMK
kesulitan untuk menjangkau pusat kebakaran. Dengan adanya barisan relawan
kebakaran Balakar (contohnya seperti di Prov. DKI, Bandung, dan Surabaya yang
telah menerapkan sistem ini) diharapkan masyarakat dapat membantu
meringankan dan meminimalisir kerusakan akibat kebakaran sebelum petugas
PMK tiba. Ada 2(dua) sistem pemberdayaan masyarakat :
Top Down : pemerintah berperan memberikan pelatihan kepada masyarakat,
ditandai dengan pemberian sertifikat kelulusan. Masyarakat dibekali ilmu
cara-cara pemadaman api, pengetahuan mengenai peralatan pemadam
sederhana.
Bottom Up : masyarakat memiliki inisiatif sendiri untuk membentuk regu
pemadam kebakaran, biasanya dikarenakan daerah tersebut sangat rawan
terhadap bahaya kebakaran (contohnya : Kota Samarinda, Pontianak, dan
Palangkaraya yang sebagian besar wilayahnya merupakan lahan gambut
sehingga rawan terjadi kebakaran).
Dari analisis di atas serta dengan memperhatikan potensi bahaya
dan resource yang diperlukan, maka selanjutnya dapat disusun program-program
peningkatan kinerja lembaga (baik institusi / instansi pemadam kebakaran maupun
lembaga swadaya masyarakat) berikut kegiatan pelaksanaannya yang disusun
dalam tahap-tahap yang disepakati.
Dalam Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) dapat
dicantumkan menyangkut kondisi-kondisi yang perlu dipenuhi atau dikembangkan
dalam rangka penerapan RISPK seperti perlunya dilakukan sosialisasi, usul
pembentukan Dewan Keselamatan Kebakaran di tingkat Kota/Kabupaten serta
perlunya dilakukan evaluasi secara berkala terhadap substansi RIK termasuk
penyempurnaannya menggunakan teknologi baru (GPS, simulasi komputer), dsb.
Pengembangan Sistem Informasi Kebakaran (Siskar) yang dapat dibentuk di
lingkungan permukiman dan dapat dioperasikan oleh warga pada saat terjadi
kebakaran juga dapat menjadi salah satu alternatif usaha penanggulangan. Di tiap
Kelurahan sistem ini dapat dipasang dan terhubung langsung dengan pos pemadam
kebakaran terdekat. Diharapkan dengan adanya sistem ini tingkat kepedulian
masyarakat meningkat, upaya penanggulangan pun dapat terlaksana dengan lebih
baik sehingga diharapkan dampak kerusakan apabila terjadi kebakaran pun dapat

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2 - 20
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

ditekan seringan mungkin. Berikut adalah beberapa saran sederhana yang dapat
dilakukan untuk mencegah kebakaran di permukiman padat :
WPL : waspadai sumber api, proteksi peralatan – peralatan yang berpotensi
menimbulkan kebakaran, dan lari pada saat terjadi kebakaran;
Kompartemenisasi, yaitu usaha untuk mencegah penjalaran kebakaran
dengan cara membatasi api dengan dinding, lantai, kolom, balok yang
memiliki ketahanan api baik.
Pengaturan jarak-jarak antar bangunan;
Sistem proteksi pasif pada bangunan, contohnya pembuatan gunungan pada
dinding penutup atap, dan teritis dengan jarak-jarak tertentu agar penjalaran
api terhambat;
Pemeriksaan berkala terhadap sistem utilitas pada bangunan, contohnya
memeriksa umur kabel – kabel listrik. Banyak kasus perumahan padat yang
telah mendapat suplai listrik (dengan 220 V) namun tidak menggunakan
kabel berkualitas baik, sehingga rawan korsleting.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 2 - 21
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS
PERATURAN PERUNDANGAN
TERKAIT
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

3.1. Tinjauan Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Bahaya


Kebakaran
3.1.1. Undang-Undang Bangunan Gedung No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung
Pembangunan nasional untuk memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana dimuat di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada hakekatnya adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia yang menekankan pada keseimbangan pembangunan,
kemakmuran lahiriah dan kepuasan batiniah, dalam suatu masyarakat Indonesia
yang maju dan berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila.
Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan
produktivitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan
gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan
serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung
yang fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi, dan selaras dengan
lingkungannya.
Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang.
Oleh karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada
pengaturan penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan
bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan
administratif dan teknis bangunan gedung, serta harus diselenggarakan secara
tertib.
Undang-undang tentang Bangunan Gedung mengatur fungsi bangunan
gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung,
termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap
tahap penyelenggaraan bangunan gedung, ketentuan tentang peran masyarakat dan
pembinaan oleh pemerintah, sanksi, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.
Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas
kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung
dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan
dan berkeadilan. Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif
bukan hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung
untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3-2
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung pada


umumnya.
Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia jasa
konstruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi
baik sebagai perencana, pelaksana, pengawas atau manajemen konstruksi maupun
jasa-jasa pengembangannya, termasuk penyedia jasa pengkaji teknis bangunan
gedung. Oleh karena itu, pengaturan bangunan gedung ini juga harus berjalan
seiring dengan pengaturan jasa konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Dengan diberlakukannya undang-undang ini, maka semua
penyelenggaraan bangunan gedung baik pembangunan maupun pemanfaatan, yang
dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah,
swasta, masyarakat, serta oleh pihak asing, wajib mematuhi seluruh ketentuan
yang tercantum dalam Undang-undang tentang Bangunan Gedung.
Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi
maupun arsitektur dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang dengan
tetap mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat dan
karakteristik arsitektur dan lingkungan yang telah ada, kh ususnya nilai-nilai
kontekstual, tradisional, spesifik, dan bersejarah. Pengaturan dalam undang-
undang ini juga memberikan ketentuan pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam. Berkaitan dengan hal tersebut,
pemerintah terus mendorong, memberdayakan dan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk dapat memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini secara
bertahap sehingga jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat
dalam menyelenggarakan bangunan gedung dan lingkungannya dapat dinikmati
oleh semua pihak secara adil dan dijiwai semangat kemanusiaan, kebersamaan, dan
saling membantu, serta dijiwai dengan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.
Undang-undang ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan normatif,
sedangkan ketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah dan/atau peraturan perundang-undangan lainnya, termasuk Peraturan
Daerah, dengan te tap mempertimbangkan ketentuan dalam undang-undang lain
yang terkait dalam pelaksanaan undang-undang ini.
Kewenangan Kabupaten di bidang bangunan gedung, berarti pemerintah
berwenang melakukan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan
bangunan gedung. Pengertian bangunan gedung menurut Pasal 1 butir 1 UU
Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3-3
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau


di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Dengan demikian,
bangunan gedung yang menjadi kewenangan pemerintah Daerah adalah bangunan
gedung yang dapat berupa hunian atau tempat tinggal, tempat ibadah, tempat
usaha, dan bangunan-bangunan gedung yang digunakan untuk peruntukan selain
itu, seperti untuk kegiatan sosial, budaya, dan kegiatan khusus.

3.1.2. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Bangunan Gedung


Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan
produktivitas, dan jati diri manusia. Karena itu, penyelenggaraan bangunan gedung
perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta
penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung yang
andal, berjati diri, serta seimban g, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang.
Oleh karena itu, pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada pengaturan
penataan ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin
kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung, setiap
bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan
teknis bangunan gedung.
Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan sebagai pengaturan lebih lanjut
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
baik dalam pemenuhan persyaratan yang diperlukan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung, maupun dalam pemenuhan tertib penyelenggaraan bangunan
gedung.
Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan
bangunan gedung yang tertib, baik secara administratif maupun secara teknis, agar
terwujud bangunan gedung yang fungsional, andal, yang menjamin keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan pengguna, serta serasi dan selaras
dengan lingkungannya. Peraturan Pemerintah ini mengatur ketentuan pelaksanaan
tentang fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan
bangunan gedung, peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung,
dan pembinaan dalam penyelengaraan bangunan gedung.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3-4
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Pengaturan fungsi bangunan gedung dalam Peraturan Pemerintah ini


dimaksudkan agar bangunan gedung yang didirikan dari awal telah ditetapkan
fungsinya sehingga masy arakat yang akan mendirikan bangunan gedung dapat
memenuhi persyaratan baik administratif maupun teknis bangunan gedungnya
dengan efektif dan efisien, sehingga apabila bermaksud mengubah fungsi yang
ditetapkan harus diikuti dengan perubahan persyaratan administratif dan
persyaratan teknisnya. Di samping itu, agar pemenuhan persyaratan teknis setiap
fungsi bangunan gedung lebif efektif dan efisien, fungsi bangunan gedung tersebut
diklasifikasikan berdasarkan tingkat kompleksitas, tingkat permanensi, tingkat
risiko kebakaran, zonasi gempa, lokasi, ketinggian, dan/atau kepemilikan.
Pengaturan persyaratan administratif bangunan gedung dalam Peraturan
Pemerintah ini dimaksudkan agar masyarakat mengetahui lebih rinci persyaratan
administrati f yang diperlukan untuk mendirikan bangunan gedung, baik dari segi
kejelasan status tanahnya, kejelasan status kepemilikan bangunan gedungnya,
maupun kepastian hukum bahwa bangunan gedung yang didirikan telah
memperoleh persetujuan dari pemerintah daerah dalam bentuk izin mendirikan
bangunan gedung.
Kejelasan hak atas tanah adalah persyaratan mutlak dalam mendirikan
bangunan gedung, meskipun dalam Peraturan Pemerintah ini dimungkinkan
adanya bangunan gedung yang didirikan di atas tanah milik orang/pihak lain,
dengan perjanjian. Dengan demikian kepemilikan bangunan gedung dapat berbeda
dengan kepemilikan tanah, sehingga perlu adanya peng aturan yang jelas dengan
tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan tentang kepemilikan tanah.
Bagi pemerintah daerah sendiri, dengan diketahuinya persyaratan
administratif bangunan gedung oleh masyarakat luas, khususnya yang akan
mendirikan atau memanfaatkan bangunan gedung, menjadi suatu kemudahan dan
sekaligus tantangan dalam penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik.
Pelayanan pemrosesan dan pemberian izin mendirikan bangunan gedung
yang transparan, adil, tertib hukum, partisipatif, tanggap, akuntabilitas, efisien dan
efektif, serta profesional, merupakan wujud pelayanan prima yang harus diberikan
oleh pemerintah daerah. Pengaturan persyaratan teknis dalam Peraturan
Pemerintah ini mengatur lebih lanjut persyaratan teknis tata bangunan dan
keandalan bangunan gedung, agar masyarakat dalam mendirikan bangunan gedung
mengetahui secara jelas persyaratan-persyaratan teknis yang harus dipenuhi
sehingga bangunan gedungnya dapat menjamin keselamatan pengguna dan
lingkungannya, dapat ditempati secara aman, sehat, nyaman, dan aksesibel,

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3-5
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

sehinggga secara keseluruhan dapat memberikan jaminan terwujudnya bangunan


gedung yang fungsional, layak huni, berjati diri, dan produktif, serta serasi dan
selaras dengan lingkungannya.
Dengan dipenuhinya persyaratan teknis bangunan gedung sesuai fungsi
dan klasifikasinya, maka diharapkan kegagalan konstruksi maupun kegagalan
bangunan gedung dapat dihindari, sehingga pengguna bangunan dapat hidup lebih
tenang dan sehat, rohaniah dan jasmaniah yang akhirnya dapat lebih baik dalam
berkeluarga, bekerja, bermasyarakat dan bernegara.
Pengaturan bangunan gedung dilandasi oleh asas kemanfaatan,
keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dan lingkungannya
bagi masyarakat yang berperikemanusiaan dan berkeadilan. Oleh karena itu,
masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan aktif, positif, konstruktif dan
bersinergi bukan hanya dalam rangka pembangunan dan pemanf aatan bangunan
gedung untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan
pemenuhan persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan
gedung pada umumnya.
Pelaksanaan peran masyarakat yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini
juga tetap mengacu pada pera turan perundang-undangan tentang organisasi
kemasyarakatan, sedangkan pelaksanaan gugatan perwakilan yang merupakan
salah satu be ntuk peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung
juga mengacu pada peraturan perundang-undangan yang terkait dengan gugatan
perwakilan. Pengaturan peran masyarakat dimaksudkan untuk mendorong
tercapainya tujuan penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, fungsional,
andal, dapat menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan bagi
pengguna dan masyarakat di sekitarnya, serta serasi dan selaras dengan
lingkungannya.
Pengaturan penyelenggaraan pembinaan dimaksudkan sebagai ketentuan
dasar pelaksanaan bagi Pemerintah dan pemerintah daerah dalam melakukan
pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung dengan berlandaskan prinsip-
prinsip tata pemerintahan yang baik. Pembinaan dilakukan untuk pemilik
bangunan gedung, pengguna bangunan gedung, penyedia jasa konstruksi, maupun
masyarakat yang berkepentingan dengan tujuan untuk mewujudkan tertib
penyelenggaraan dan keandalan ba ngunan gedung yang memenuhi persyaratan
administratif dan teknis, serta yang dilaksanakan dengan penguatan kapasitas
penyelenggara bangunan gedung. Penyelenggaraan bangunan gedung tidak terlepas
dari peran penyedia jasa konstruksi baik sebagai perencana, pelaksana, pengawas

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3-6
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

atau manajemen konstruksi maupun jasa-jasa pengembangannya, termasuk


penyedia jasa pengkaji teknis ba ngunan gedung, dan pelaksanaannya juga
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi.
Penegakan hukum menjadi bagian yang penting dalam upaya melindungi
kepentingan semua pihak agar memperoleh keadilan dalam hak dan kewajibannya
dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Penegakan dan penerapan sanksi ad
ministratif perlu dimasyarakatkan dan diterapkan secara bertahap ag ar tidak
menimbulkan ekses di lapangan, dengan tetap mempertimbangkan keadilan dan
ketentuan perundang-undangan lain.
Mengenai sanksi pidana, tata cara pengenaan sanksi pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (5) dan Pasal 47 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dilaksanakan dengan tetap mengikuti
ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Peraturan Pemerintah ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan
normatif mengenai penyelenggaraan bangunan gedung sedangkan ketentuan
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan
lain seperti peraturan presiden, peraturan menteri, standardisasi nasional, maup
un peraturan daerah dengan tetap mempertimbangkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan lain yang terkait dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah
ini.
Setiap bangunan gedung, apapun karakteristik fungsinya, harus memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis. Persyaratan administratif
bangunan gedung meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan
bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan. Menurut Pasal 11 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, setiap
bangunan gedung harus didirikan pada tanah yang status kepemilikannya
jelas,baik milik sendiri maupun milik pihak lain. Dengan demikian, maka norma
yang terdapat dalam Perda bangunan gedung yang terkait dengan persyaratan
administratif harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan pertanahan, apakah itu, Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah, dan sebagainya.
Terkait dengan persyaratan Izin Mendirikan Bangunan, berarti pengaturan
mengenai bangunan gedung dalam sebuah perda juga harus memperhatikan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3-7
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Izin Mendirikan Bangunan dan juga perda lain yang mengatur tentang Izin
Mendirikan Bangunan. Menurut Permendagri tersebut IMB merupakan instrumen
yang dapat dimanfaatkan untuk:
pengawasan, pengendalian, dan penertiban bangunan;
mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan yang menjamin keandalan
bangunan dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;
mewujudkan bangunan yang fungsional sesuai dengan tata bangunan dan
serasi dengan lingkungannya; dan
syarat penerbitan sertifikasi laik fungsi bangunan.
Berdasarkan Pasal 4 Permendagri tersebut, pemberian IMB didasarkan pada
peraturan daerah tentang izin mendirikan bangunan dan RDTRK, RTBL, dan/atau
RTRK. Dengan demikian, maka Perda Bangunan Gedung juga akan berkaitan
dengan Perda lain yang mengatur tentang Izin Mendirikan Bangunan.
Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan tata bangunan
dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan menurut
UU Bangunan Gedung meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan
gedung,arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak
lingkungan. Ketentuan lebih lanjut tentang persyaratan teknis bangunan gedung
diatur dalamPeraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung jo.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 29/Prt/M/2006 Tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
Perda Bangunan Gedung juga harus memperhatikan secara khusus
terhadap bangunan gedung eksisting yang ditetapkan sebagai cagar budaya. Hal ini
karena menurut Pasal 38 (1) UU Bangunan Gedung, bangunan gedung dan
lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya dilindungi dan dilestarikan.
Terkait dengan apa yang dimaksud dengan cagar budaya, maka perlu dirujuk
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya (UU Cagar Budaya).
Menurut Pasal 5 UU Cagar Budaya, benda, bangunan, atau struktur dapat
diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur
Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria:
berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan; dan
memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3-8
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Penetapan bangunan gedung dan lingkungannya yang dilindungi dan


dilestarikan dilakukan olehPemerintah Daerah dan/atau Pemerintah dengan
memperhatikan ketentuan perundang-undangan.
Ketika bangunan gedung didirikan dalam rangka penciptaan bangunan
dengan fungsi hunian, maka pembangunan bangunan gedung harus
memperhatikan norma-norma yang ditetapkan bagi keberadaan sebuah perumahan
dan kawasan permukiman. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan Dan Kawasan Permukiman secara tegas menentukan bahwa
perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk:
memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman;
mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran
penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan
kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan
keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR;
meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi
pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;
memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman;
menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan
menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan
berkelanjutan.
Dengan demikian, pengaturan Perda Bangunan Gedung yang berhubungan
dengan pembangunan bangunan gedung yang dimaksudkan untuk menciptakan
perumahan baik yang berbentuk rumah tunggal, rumah deret, maupun rumah
susun, dan kawasan permukiman harus mengacu pada tercapainya tujuan
sebagaimana telah dicantumkan di atas. Khusus untuk pembangunan perumahan
yang berbentuk rumah susun, maka harus diperhatikan Undang Undang No. 16
Tahun 1985 tentang Rumah Susun (UU Rumah Susun). Menurut Pasal 1 butir 1
UU Rumah Susun, yang dimaksud dengan rumah Susun adalah bangunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-
bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertical
dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3-9
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-
bersama, benda-bersama dan tanah bersama.
Penyelenggaraan pembangunan rumah susun wajib memisahkan rumah
susun atas satuan dan bagian-bersama dalam bentuk gambar dan uraian yang
disahkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang memberi kejelasan atas:
batas satuan yang dapat dipergunakan-secara terpisah untuk perseorangan;
batas dan uraian atas bagian-bersama dan benda-bersama yang menjadi
haknya masing-masing satuan;
batas dan uraian tanah-bersama dan besarnya bagian yang menjadi haknya
masing-masing satuan.
Bangunan gedung yang merupakan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi
tidak dapat dipisahkan dari ruang di mana bangunan gedung itu berada, karena
dalam konteks Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UU
Penataan Ruang), pembangunan gedung merupakan salah satu tahapan aktivitas
pemanfaatan ruang.
Keberadaan bangunan gedung dalam ruang tertentu bukan hanya sebatas
beradanya, tetapi juga saling berpengaruh secara bertimbal balik dengan ruang dan
lingkungan di mana bangunan gedung itu berada. Karena itu, pembangunan sebuah
bangunan gedung tidak dapat dilepaskan dari tujuan membangunan tata ruang
yang selaras, serasi dan seimbang dengan lingkungan hidup. Artinya, pembangunan
sebuah bangunan gedung harus sejalan dengan perencanaan ruang yang telah
ditetapkan. Sejalan dengan itu, UU Penataan Ruang menegaskan dalam Pasal 3
bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:
terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Agar penyelenggaraan bangunan gedung dalam ruang tertentu dapat
mewujudkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dengan lingkungan alam,
maka aktivitas pembangunan sebuah bangunan gedung sejak awal perencanaannya
harus dilakukan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan agar kelestarian fungsi lingkungan dapat terpelihara. Sehubungan

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3 - 10
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

dengan itu, setia pembangunan sebuah bangunan gedung harus memperhitungkan


dampak yang mungkin terjadi yang akan menimpa lingkungan hidup.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) dan juga Peraturan Pemerintah Nomor
27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (PP AMDAL)
menegaskan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal. Sementara itu, untuk kegiatan
yang tidak berdampak penting wajib memiliki Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL).
Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting menurut Pasal
23 UPPLH terdiri atas:
pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak
terbarukan;
proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan
sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan
negara; dan/atau
penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.
Masih terkait dengan upaya menjaga kelestarian fungsi lingkungan, maka
penyelenggaraan bangunan gedung juga harus memperhatikan kawasan yang
lindung. Menurut Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung (Keppres Kawasan Lindung), kawasan-kawasan yang dimasukkan
ke dalam kawasan lindung meliputi :
Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya.
Kawasan Perlindungan Setempat.
Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya
Kawasan Rawan bencana Alam.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3 - 11
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya terdiri dari:


Kawasan Hutan Lindung.
Kawasan Bergambut.
Kawasan Resapan Air.
Sementara itu, kawasan perlindungan setempat terdiri dari:
Sempadan Pantai.
Sempadan Sungai.
Kawasan Sekitar Danau/Waduk.
Kawasan Sekitar Mata Air.
Sedangkan kawasan suaka alam dan cagar budaya terdiri dari :
Kawasan Suaka Alam.
Kawasan Suaka Alam laut dan Perairan lainnya.
Kawasan pantai Berhutan Bakau.
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.
Menurut Pasal 2 Keppres Kawasan Lindung, pengelolaan kawasan lindung
tersebut ditujukan untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup.
Di samping harus memperhatikan tata ruang, lingkungan, dan kawasan lindung
dalam rangka menjaga kelestarian fungsi lingkungan, penyelenggaraan bangunan
gedung juga harus memperhatikan keselamatan orang yang menempati bangunan
gedung maupun orang yang berada di sekitarnya. Kebutuhan akan keselamatan ini
begitu mengkhawatirkan apabila dihubungkan dengan ancaman akan bahaya
bencana yang dapat saja mengena pada bangunan fisik gedung, sehingga
menyebabkan roboh/runtuh. Dalam perspektif Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 Tentang Penanggulangan Bencana (UU Bencana) dan juga Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana (PP Bencana), dari aspek sumbernya bencana dapat dikategorikan ke
dalam bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Menurut Pasal 4,
penanggulangan bencana antara lain bertujuan untuk memberikan perlindungan
kepada masyarakat dari ancaman bencana dan juga menjamin terselenggaranya
penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan
menyeluruh. Sehubungan dengan itu, maka penyelenggaraan bangunan gedung
juga harus memperhatikan daerah rawan bencana dan persyaratan teknis yang
tahan bencana.
Penyelenggaraan bangunan gedung secara jelas adalah pekerjaan
konstruksi, dengan demikian maka proses pembangunan sebuah bangunan gedung

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3 - 12
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

harus tunduk juga pada pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang


berkaitan dengan jasa konstruksi yaitu Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi.

3.1.3. Permen PU No. 25/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Teknis Penyusunan


Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
3.1.3.1. Kedudukan RISPK terhadap Perencanaan Ruang dan Pembangunan
Kawasan
Kedudukan dokumen RISPK terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah dan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah sebagai berikut :

3.1.3.2. Kajian Konsep Penanggulangan Kebakaran


Sesuai dengan amanat Permen PU No. 25/PRT/M/2008 dan
memperhatikan berbagai aspek terkait dalam penanggulangan kebakaran serta
profil / kondisi kota-kota dan kabupaten di Indonesia dan arah pengembangannya
kedepan, maka diperlukan suatu Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
yang dapat digunakan sebagai acuan baku dalam penyusunan Rencana Kerja /
Program Dinas Pemadam Kebakaran kota dan kabupaten untuk sekurang-
kurangnya sepuluh atau dua puluh tahun ke depan.
Disamping itu berbagai tuntutan yang berkembang akibat derap
perkembangan kota dan kabupaten, implikasinya dikaitkan dengan resiko
kebakaran serta munculnya berbagai paradigma baru dalam sistem proteksi
kebakaran dan kondisi kinerja Institusi Pemadam Kebakaran (IPK) saat ini semakin

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3 - 13
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

meningkatkan urgensi disusunnya Rencana Induk (Fire Safety Master Plan)


Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) di kota-kota / kabupaten di
Indonesia. Pengaturan manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan
dimaksudkan untuk mewujudkan bangunan gedung, lingkungan, dan kota yang
aman terhadap bahaya kebakaran melalui penerapan manajemen penanggulangan
bahaya kebakaran yang efektif dan efisien. Manajemen tersebut meliputi
penanggulangan di wilayah kota, lingkungan dan bangunan (termasuk mengenai
Satuan Relawan Kebakaran / SATLAKAR).
Namun dalam penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
(RISPK) yang sesuai dan tepat kiranya memerlukan berbagai konsep dan
pendekatan metodologis yang dapat diterapkan dengan memperhatikan
karakteristik dan kekhususan daerah yang bersangkutan serta mempelajari
pengalaman di berbagai negara maju. Beberapa konsep dan pendekatan yang dapat
diterapkan sebagai upaya penanggulangan kebakaran khususnya di kawasan
permukiman padat adalah sebagai berikut :
Konsep Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) /Fire Management Area (FMA)
Pendekatan Analisis Resiko Kebakaran

3.1.3.3. Konsep Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)


Konsep Fire Management Area (FMA) atau sering disebut sebagai konsep
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK). WMK merupakan salah satu dasar pokok
dalam perencanaan sistem penanggulangan kebakaran di perkotaan yang
menentukan efektivitas pemadaman suatu areal atau wilayah, disamping
penentuan penyediaan air untuk pemadaman. Untuk menentukan jumlah
kebutuhan air untuk pemadaman di setiap WMK dibutuhkan analisis resiko
kebakaran, dimana di dalam analisis tersebut diperhitungkan volume total
bangunan, angka resiko bahaya kebakaran, serta angka klasifikasi konstruksi
bangunan. Konstruksi suatu bangunan harus mampu menciptakan kestabilan
struktur selama kebakaran untuk memberikan waktu bagi penghuni untuk
menyelamatkan diri dan memberikan kesempatan petugas untuk beroperasi.
Bangunan di kawasan padat / kumuh seringkali menggunakan bahan – bahan
bangunan yang sangat sederhana dan rentan terhadap api. Direkomendasikan agar
bahan bangunan adalah :
Papan plester dengan ketebalan 13 mm, atau bisa juga menggunakan
material lain dengan ketahanan api yang relatif sama;
Lembaran semen serat selulosa dengan ketebalan 12 mm;

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3 - 14
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Plester berserat yang diperkuat kawat anyam besi galvanis yang dipasang
tidak lebih dari 6 mm dari permukaan.
Secara fisik, WMK dibentuk dengan mengelompokkan hunian yang memiliki
kesamaan kebutuhan proteksi kebakaran dalam batas wilayah yang ditentukan
secara alamiah maupun buatan. Konsep WMK dirancang untuk mendukung
tercapainya sistem penanggulangan kebakaran yang efektif yang ditentukan melalui
waktu tanggap (respond time) dan bobot serangan (weight of attack). Waktu tanggap
terhadap pemberitahuan kebakaran adalah total waktu dari saat menerima berita –
pengiriman pasukan dan sarana pemadaman kebakaran ke lokasi kebakaran
sampai dengan kondisi siap untuk melaksanakan pemadaman kebakaran. Waktu
tanggap terdiri atas waktu pengiriman pasukan dan sarana pemadam kebakaran
(dispatch time), waktu perjalanan menuju lokasi kebakaran, dan waktu menggelar
sarana pemadam kebakaran sampai siap untuk melaksanakan pemadaman (lihat
Peraturan Menteri PU No. 25/PRT/M/2008 sebagai referensi). Untuk kondisi di
Indonesia, waktu tanggap tidak lebih dari 15 (lima belas) menit. Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu tanggap adalah :
Sistem pemberitahuan kejadian kebakaran untuk menjamin respon yang
tepat;
Tipe layanan yang dilakukan oleh instansi penanggulangan kebakaran;
Ukuran atau luasan wilayah yang dilayani termasuk potensi bahaya di lokasi
WMK dan kapasitas kemampuan yang ada;
Perjalanan petugas & kendaraan pemadam menuju ke lokasi kebakaran.
Untuk menjamin kualitas bobot serangan dan respond time yang tepat
termasuk unsur jarak atau aksesibilitas maka ditentukan pos-pos pemadam
kebakaran dalam setiap WMK. Secara kuantitas disebutkan bahwa daerah layanan
dalam setiap WMK tidak melebihi radius 7,5 km, di luar daerah tersebut
dikategorikan sebagai daerah yang tidak terlindung (unprotected area). Daerah yang
sudah terbangun harus mendapatkan perlindungan dari mobil pemadam kebakaran
yang pos terdekatnya berada dalam jarak 2,5 km dan berjarak 3,5 km dari sektor.
Berdasarkan unsur-unsur di atas, maka selanjutnya dibuat peta jangkauan
layanan penanggulangan kebakaran secara rinci yang menunjukkan lokasi dari
setiap pos pemadam di wilayah tersebut. Peta jangkauan layanan penanggulangan
kebakaran secara geografis bisa kurang tepat dengan mengingat adanya jalan atau
infrastruktur lainnya, sungai, bukit-bukit dan batas-batas fisik lainnya. Penerapan
WMK memiliki peran strategis dalam penentuan persyaratan sumber air untuk

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3 - 15
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

pemadaman kebakaran di wilayah kota yang sebagaimana telah disebutkan diatas,


merupakan unsur utama dalam perencanaan Master Plan.
Kebutuhan air untuk setiap WMK ditentukan dengan analisis resiko
kebakaran dengan memperhitungkan potensi bahaya kebakaranyang terdapat
dalam WMK, yang dinyatakan dalam volume bangunan yang terkena kebakaran,
kelas bahaya hunian, kelas konstruksi bangunan dan factor bahaya kebakaran.
Bagan Alir untuk menyusun Rencana Induk Sistem Penanggulangan Kebakaran
Kota / kabupaten (Permen PU No. 25/PRT/M/2008) Dari kebutuhan air total yang
dibutuhkan pada setiap WMK, serta dengan memperhitungkan laju pengeluaran air
(delivery rate) dan laju penerapan air efektif (application rate) untuk pemadaman
kebakaran, maka dapat ditentukan kebutuhan pos atau stasiun kebakaran yang
memadai termasuk sarana hidran, mobil tangki dan titik-titik penghisapan air yang
diperlukan untuk menjamin efektivitas pemadaman kebakaran. Dari volume ini
dapat direncanakan jumlah dan kualifikasi personil, sarana, peralatan dan
kelengkapan penunjang lainnya. Peralatan sederhana seperti Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) sebaiknya tersedia pada tiap pos kebakaran lingkungan (min 10 buah
@ 10 kg). Untuk lingkungan atau gugus bangunan yang berada dalam kelompok
beberapa kepemilikan tertentu.

3.1.3.4. Pendekatan Analisis Resiko Kebakaran


Resiko dalam konteks kebakaran diartikan sebagai kombinasi antara
kecenderungan terjadinya kebakaran dan konsekwensi potensi yang
ditimbulkannya. Kecenderungan terjadi kebakaran dan bencana lainnya
dipengaruhi olehfaktor-faktor :
Pertumbuhan kebakaran (fire history)
Penggunaan lahan (land use)
Kepadatan penduduk
Kerapatan bangunan
Level proteksi terpasang
Level kesiapan masyarakat
sedang konsekwensi potensial ditunjukkan antara lain dengan korban luka
atau meninggal, kerugian materi dan terjadinya stagnasi bisnis atau usaha. Ilustrasi
mengenai resiko ini digambarkan pada Bagan 2. Dalam penaksiran resiko bahaya
kebakaran perlu dipertimbangkan faktor-faktor sbb :
Kecenderungan terjadinya kebakaran
Konsekwensi potensial (yang paling berbahaya)

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3 - 16
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

Pertimbangan bobot serangan


Memerinci penaksiran resiko
Perlakuan terhadap resiko
Kondisi institusi pemadam kebakaran
Peran masyarakat
Manfaat yang ingin diperoleh (outcome)
Oleh karena itu maka hal penting yang perlu disusun adalah pembuatan
peta zonasi bahaya (hazard mapping) dalam rangka memandu IPK untuk mencapai
tingkat atau bobot serangan yang paling efektif. Penaksiran resiko dapat dirinci
dengan melihat atau memperhitungkan peta resiko bahaya tersebut diatas yang bisa
didasarkan pada :
Kategori resiko yang lazim digunakan oleh IPK
Pembagian zoning yang ditetapkan oleh IPK berdasarkan RTRW
Sistem lain seperti adanya benda-benda berbahaya,
Fasilitas industri yang mengandung bahan atau benda berbahaya Dapat
disimpulkan bahwa efektivitas pemadaman tidak semata-mata tergantung
pada response time dan kualitas serangan, tetapi harus sudah diperluas kepada hal-
hal yang menyangkut kondisi apakah upaya pencegahan kebakaran telah
dilakukan, sejauh mana analisis resiko bahaya kebakaran telah diterapkan dan
setiap pengerahan kendaraan operasional, SDM dan peralatan lain ke lokasi
kebakaran atau bencana lainnya didasarkan pada peta resiko bahaya yang sudah
ditetapkan sebelumnya.

3.1.4. Keputusan Direktur Jendral Pencegahan dan penanggulangan bahaya


kebakaran Nomor: 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana
Tindakan Darurat Kebakaran Pada Bangunan Gedung Direktorat Jenderal
Permukiman
Tindakan darurat termasuk evakuasi penghuni pada bangunan gedung yang
secara vertikal maupun horizontal relatif besar bukan merupakan hal yang
sederhana. Setiap bangunan sangat spesifik dan penanganannya berbeda-beda satu
sama lain, terlebih jika bangunan tersebut multi fungsi maka penanganannya
menjadi semakin rumit.
Tindakan seperti mengetahui/ memperkirakan lokasi yang merupakan
sumber api, memadamkan api, melokalisir penjalaran api, memberitahukan kepada
penghuni, upaya evakuasi, menghubungi Instansi Pemadam Kebakaran setempat,

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3 - 17
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

dan membantu operasional pemadaman oleh petugas Pemadam Kebakaran sangat


diperlukan sekali untuk dipahami oleh Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK).
Untuk lebih siap dalam menghadapi kemungkinan adanya kebakaran maka sangat
diperlukan adanya Rencana Tindakan Darurat Kebakaran (RTDK) pada bangunan
gedung yang menjadi tanggung jawab Manager/ Koordinator/ Penanggung Jawab
TPK. Rencana tersebut merupakan panduan dalam melaksanakan operasi evakuasi
maupun pemadaman kebakaran pada suatu bangunan gedung.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 3 - 18
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
4 BAB IV
LANDASAN FISIOLOGIS,
SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

4.1. LANDASAN FILOSOFIS


4.1.1. Pengertian
Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran/RISPK merupakan sebuah skenario rencana 20 (dua puluh) tahun
untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang
terkoordinasi dan terpadu baik secara lintas sektoral maupun wilayah administratif.
Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan RISPK adalah:
a. Merumuskan naskah akademis dari dokumen Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran(RISPK); dan
b. Merumuskan regulasi berupa Peraturan Walikotadalam
mengimplementasikan dokumen Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
(RISPK).
Dengan demikian RISPK merupakan pedoman bagi pemerintah dalam mengatur
di Kota Mojokerto.
4.1.2. Peran
Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran/RISPK pada dasarnya merupakan bagian integral dari rencana
pembangunan dan pengembangan provinsi, kabupaten, maupun kota. RISPK
mempunyai kedudukan yang sama dengan berbagai rencana sektor. Peruntukan
penyusunannya mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota yang
mengatur cara khusus bencana alam yang salah satunya adalah bahaya kebakaran
dan berbagai tindak lanjutnya.
4.1.3. Kedudukan
Kedudukan RISPK mempunyai kekuatan hukum yang kuat sebagai salah
satu pedoman dalam menghadapi kemungkinan adanya kebakaran maka sangat
diperlukan adanya Rencana Tindakan Darurat Kebakaran (RTDK) pada bangunan
gedung yang menjadi tanggung jawab Manager/ Koordinator/ Penanggung Jawab
TPK. Rencana tersebut merupakan panduan dalam melaksanakan operasi evakuasi
maupun pemadaman kebakaran pada suatu bangunan gedung. Tindakan darurat
termasuk evakuasi penghuni pada bangunan gedung yang secara vertikal maupun
horizontal relatif besar bukan merupakan hal yang sederhana. Setiap bangunan
sangat spesifik dan penanganannya berbeda-beda satu sama lain, terlebih jika
bangunan tersebut multi fungsi maka penanganannya menjadi semakin rumit.
Tindakan seperti mengetahui/ memperkirakan lokasi yang merupakan sumber
api, memadamkan api, melokalisir penjalaran api, memberitahukan kepada
penghuni, upaya evakuasi, menghubungi Instansi Pemadam Kebakaran setempat,

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 4-2
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

dan membantu operasional pemadaman oleh petugas Pemadam Kebakaran sangat


diperlukan sekali untuk dipahami oleh Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK).

4.2. LANDASAN YURIDIS


4.2.1. Asas Kepastian Hukum
Dalam negara hukum, asas kepastian hukum menjadi prioritas utama. Asas
kepastian hukum dalam RISPK menjadi sumber untuk mengontrol keputusan-
keputusan terkait dengan kebijakan pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran dan menjaga kedinamisan sistem hukum agar kebijakan RISPK dapat
diterapkan dalam pembangunan di Kota Mojokerto. Asas kepastian hukum
diperlukan oleh segenap masyarakat Kota Mojokerto untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan penyelenggaraan RISPK. pengaturan partisipasi masyarakat akan
diatur dalam peraturan wali kota tentang RISPK.
Asas kepastian hukum Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk
Sistem Proteksi Kebakaran/RISPK adalah asas yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam kebijakan
penyelenggaraan RISPK Kota Mojokerto. Penyelenggaraan RISPK Kota Mojokerto
dilakukan dengan berlandaskan hukum atau ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
Peraturan-peraturan tersebut akan menjadi dasar dan akan menuntun dalam
penyusunan RISPK seperti kebijakan pemanfaatan ruang sebagai kawasan
permukiman, kebijakan pengaturan bangunan permukiman, kebijakan dalam
penyediaan prasarana, sarana dan utilitas pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran, kebijakan pengaturan permukiman di kawasan bencana, serta
kebijakan dalam penyelesaian masalah pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran yang terdapat di Kota Mojokerto.
Dalam pelaksanaan kebijakan yang ada nantinya, asas kepastian hukum yang
dijalankan sekurang-kurangnya harus menjamin bagi sasaran program mengenai
adanya pelaksanaan RISPK yang mampu menciptakan RISPK yang berbasis
kesejahteraan, keadilan dan pemerataan, kearifan lokal, efisiensi dan
kebermanfaatan, keterjangkauan dan kemudahan, kemandirian dan kebersamaan,
kemitraan, keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, kesehatan, kelestarian dan
keberlanjutan, serta keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan.
4.2.2. Asas Keterpaduan
Asas keterpaduan mengandung makna bahwa Peraturan Daerah tentang
RISPK yang disusun harus mendukung terwujudnya keterpaduan antara subyek

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 4-3
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

yang diatur dengan subyek-subyek pengaturan lain yang terkait. Kebijakan RISPK
harus selaras dengan kebijakan-kebijakan lain yang terkait seperti Rencana Tata
Ruang, Rencana Jangka Panjang, Rencana Jangka Menengah serta rencana-
rencana sektor lain terkait dengan pengaturan pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran di Kota Mojokerto.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Mojokerto yang mengatur tentang
pemanfaatan ruang khususnya peruntukan pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran menjadi pedoman RISPK dalam pengalokasian pembangunan
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. Pengaturan pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran di RISPK juga harus memperhatikan
pengaturan kawasan lindung dalam RTRW agar tetap menjaga keseimbangan
lingkungan dan mengurangi resiko dampak kerusakan lingkungan disekitar lokasi
perumahan dan pemukiman RISPK.
Dengan demikian, RISPK sebagai salah satu kebijakan pembangunan dan
pengembangan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran harus memiliki
kedudukan yang jelas dalam suatu sistem pembangunan Daerah Kota Mojokerto.
Sehingga pengaturan pembangunan di Kota Mojokerto terhindar dari tumpang
tindih atau ketidak selarasan untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan.
Sejalan dengan asas kepastian hukum sebelumnya, maka asas keterpaduan
yang berlaku juga harus mampu menjadi acuan sinergis bagi sasaran program
pelaksanaan RISPK yang kesejahteraan, keadilan dan pemerataan, kearifan lokal,
efisiensi dan kebermanfaatan, keterjangkauan dan kemudahan, kemandirian dan
kebersamaan, kemitraan, keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, kesehatan,
kelestarian dan keberlanjutan, serta keselamatan, keamanan, ketertiban, dan
keteraturan. Artinya, keterpaduan yang terjalin bukan hanya bersifat parsial,
namun lebih menyeluruh dan memenuhi segala aspek yang nantinya berkaitan
dengan keberhasilan pelaksanaan program.

4.3. LANDASAN SOSIOLOGIS


4.3.1. Asas Keterbukaan (Peran Serta Masyarakat)
Setiap masyarakat di Kota Mojokerto berhak untuk mendapatkan informasi
pembangunan dan pengembangan pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran salah satunya adalah RISPK Kota Mojokerto yang dapat mewujudkan
kehidupan adil, makmur dan sejahtera, karenanya secara umum informasi
kebijakan RISPK bersifat terbuka dan dapat diakses masyarakat guna kepentingan

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 4-4
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

bersama. Keterpaduan rencana pembangunan di bidang pencegahan dan


penanggulangan bahaya kebakaran tingkat kota diharapkan dapat selaras dengan
kebijakan keruangan dan rencana pembangunan gedung. Peraturan ini harus
mengatur dengan jelas sifat terbuka pada informasi rencana pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah
Kota Mojokerto.
4.3.2. Tujuan Keterbukaan (Peran Serta Masyarakat)
Asas keterbukaan berarti bahwa informasi di dalam rencana dan arahan
kebijakan yang di dalam RISPK selenggarakan untuk dapat dipergunakan oleh
banyak pihak dengan memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat
untuk mendapatkannya dengan tujuan mewujudkan kehidupan adil, makmur, dan
sejahtera bagi semua pihak yang terlibat.
4.3.3. Ruang Lingkup Keterbukaan (Peran Serta Masyarakat)
Ruang lingkup dalam keterbukaan peran serta masyarakat adalah seluruh
masyarakat di Kota Mojokerto yang merupakan sasaran kebijakan RISPK dan yang
terlibat didalam prosesnya.
4.3.4. Area Kebijakan Partisipatif Masyarakat dan Bentuk Keterbukaan (Peran
Serta Masyarakat)
Sebagai wujud keterbukaan dan membuka peran serta masyarakat, RISPK
Kota Mojokerto dapat dilakukan dengan kegiatan penyebarluasan informasi ke
masyarakat dan instansi pemerintah yang berkaitan. Kegiatan penyebarluasan
luasan informasi dapat dilakukan melalui sosialisasi, media internet dan sebagainya
untuk kemudian mampu diakses masyarakat guna kepentingan bersama. Bentuk
partisipasi yang ada yakni partisipasi masyarakat yang terbuka yang telah
disepakati bersama guna kepentingan tujuan mewujudkan kehidupan yang adil,
makmur, dan sejahtera bagi semua pihak yang terlibat.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 4-5
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

BAB V 5

JANGKAUAN, ARAH
PENGATURAN DAN LINGKUP
RENCANA INDUK SISTEM
PROTEKSI KEBAKARAN KOTA
MOJOKERTO

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5-1
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

5.1. LINGKUP PENGATURAN


Lingkup Kegiatan yang dilaksanakan dalam Penyusunan Dokumen
Perencanaan Sub Bidang Sumber Daya Alam (berupa Penyusunan Peraturan
Walikota Mojokerto tentang Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran/RISPK),
meliputi :
a. Persiapan
§ Melakukan konsolidasi dengan semua pemangku kepentingan dalam proses
penyamaan pemahaman, tujuan dan rencana kerja kegiatan Penyusunan
Dokumen Perencanaan Sub Bidang Sumber Daya Alam (berupa Penyusunan
Peraturan Walikota Mojokerto tentang Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran/RISPK).
§ Melakukan persiapan pelaksanaan menyangkut penyusunan program kerja
(alur pikir dan jadwal), penyusunan instrumen pendataan (kuisioner,
peralatan, bahan dan tenaga) yang akan dilibatkan.
b. Pengumpulan data
§ Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif dari sumber data primer
maupun sekunder sebagai bahan analisis;
§ Melakukan analisis data baik dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif yang
dapat dipakai sebagai bahan untuk merumuskan penyusunan kegiatan
Penyusunan Dokumen Perencanaan Sub Bidang Sumber Daya Alam (berupa
Penyusunan Peraturan Walikota Mojokerto tentang Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran/RISPK).
c. Penyusunan Laporan Naskah Akademis
§ Membuat Checklist.
§ Mempersiapkan bahan pendukung yang telah tersedia.
§ Kegiatan Evaluasi.
§ Proses koordinasi/konsultasi/sinkronisasi dalam rangka evaluasi dengan
instansi terkait.
§ Kegiatan diskusi.
§ Persiapan bahan pengajuan Peraturan Walikota ke Bagian Hukum.
§ Melaksanaan proses evaluasi, koordinasi, konsultasi dan revisi dalam rangka
proses persetujuan substansi Peraturan Walikota Mojokerto tentang Rencana
Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) yang diajukan.
§ Evaluasi-review-revisi.
§ Kegiatan penyusunan Peraturan Walikota.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5-2
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

d. Kegiatan Pelaporan Peraturan Walikota Mojokerto tentang Rencana Induk


Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Kota Mojokerto.

5.2. Arahan Pengaturan dan Ruang Lingkup Materi


BAB I KETENTUAN UMUM
A. Pengertian
Dalam peraturan wali kota ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah daerah adalah Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, kecuali untuk
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah Gubernur.
2. Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran yang selanjutnya disebut RISPK
kabupaten/kota di perkotaan adalah segala hal yang berkaitan dengan
perencanaan tentang sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran
dalam lingkup kota, lingkungan dan bangunan.
3. Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran yang selanjutnya disebut RSCK
adalah bagian dari Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran yang
merupakan rencana kegiatan untuk mengantisipasi sebelum kebakaran terjadi,
yang selanjutnya disebut RSCK.
4. Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran yang selanjutnya disebut RSPK
adalah bagian dari Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran yang
merupakan rencana kegiatan untuk mengantisipasi sesaat kebakaran dan
bencana terjadi, yang selanjutnya disebut RSPK.
5. Intansi Pemadam Kebakaran yang selanjutnya disebut IPK adalah
instansi pemerintah kabupaten/kota yang mempunyai tugas pokok dan
fungsi dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran, serta
penyelamatan jiwa dan harta benda.
6. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di
atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal,
kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun
kegiatan khusus.
7. Kendaraan Bermotor Khusus adalah moda angkutan yang khusus
diperuntukkan untuk mengangkut Bahan Berbahaya;
8. Bahan Berbahaya adalah bahan/zat atau campurannya yang bersifat mudah
menyala/terbakar/eksplosif, korosif dan lain-lain yang karena penanganan,
Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5-3
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

penyimpanan, pengolahan atau pengemasannya dapat menimbulkan bahaya


terhadap manusia, peralatan dan lingkungan.
9. Pencegahan kebakaran pada bangunan gedung adalah mencegah terjadinya
kebakaran pada bangunan gedung atau ruang kerja. Bila kondisi-kondisi yang
berpotensi terjadinya kebakaran dapat dikenali dan dieliminasi akan dapat
mengurangi secara substansial terjadinya kebakaran.
10. Penanggulangan Kebakaran adalah upaya yang dilakukan dalam rangka
memadamkan atau mengendalikan kebakaran, termasuk disini upaya
penyelamatan jiwa, peningkatan koordinasi instansional, dan pemberdayaan
masyarakat.
11. Potensi Bahaya Kebakaran adalah tingkat bahaya kebakaran yang terdapat
pada kegiatan penggunaan atau penghunian bangunan yang diklasifikasikan
atas tingkat bahaya berat, sedang dan ringan.
12. Bahaya Kebakaran Beratadalah bahaya yang terdapat pada kegiatan
penimbunan, penjualan, pembuatan atau pemrosesan bahan/produk yang bisa
terbakar dengan sangat cepat, mudah meledak dengan produksi asap tinggi,
serta menimbulkan gas racun saat terjadi kebakaran.
13. Bahaya Kebakaran Sedang adalah bahaya yang terdapat pada kegiatan
penyimpanan, penjualan, pembuatan atau pemrosesan bahan/produk yang
bisa terbakar dengan kecepatan sedang, produksi asap sedang, namun tidak
menimbulkan gas racun maupun terjadi ledakan saat terjadi kebakaran.
14. Bahaya Kebakaran Ringan adalah bahaya yang terdapat pada kegiatan
penyimpanan/penimbunan, penjualan atau pembuatan bahan/produk yang
lambat terbakar, produksi asap rendah, dan tidak menimbulkan gas racun atau
terjadi ledakan saat terjadi kebakaran.
15. Sarana Penyelamatan Jiwa adalah sarana yang terdapat pada bangunan yang
digunakan untuk menyelamatkan jiwa dari bahaya kebakaran dan bencana
lain.
16. Akses Bagi Pemadam Kebakaran adalah akses/jalan atau sarana lain yang
terdapat pada bangunan gedung yang khusus disediakan untuk jalan masuk
petugas dan unit pemadam ke dalam bangunan.
17. Sistem Proteksi Kebakaran adalah upaya melindungi/mengamankan
bangunan gedung dan fasilitas lainnya terhadap bahaya kebakaran melalui
penyediaan dan atau pemasangan sistem, peralatan dan kelengkapan lainnya
baik bersifat aktif maupun pasif.
18. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5-4
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual


ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler,
pipa tegak dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis
bahan kimia, seperti APAR (Alat pemadam Api Ringan), APAB (Alat Pemadam
Api Berat), dan pemadam khusus.
19. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang
terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan
komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan
berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap
bukaan.
20. Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung atau Fire Safety Management
(FSM) adalah bagian dari manajemen gedung untuk mewujudkan keselamatan
penghuni bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran melalui kesiapan
instalasi proteksi kebakaran dan kesiagaan personil atau tim internal dalam
pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta penyelamatan bagi
penghuninya.
21. Sistem Proteksi Total adalah sistem perlindungan terhadap bahaya
kebakaran yang meng-intergrasikan sistem proteksi aktif, pasif serta
manajemen keselamatan kebakaran.
22. Alat Pemadam Api Ringanyang selanjutnya disingkat APAR adalah alat berisi
bahan kimia tertentu yang digunakan untuk memadamkan kebakaran secara
manual, baik dari jenis pemadam ringan atau dapat dijinjing (APAR) atau
jenis yang menggunakan roda.
23. Sistem Alarm Kebakaran adalah suatu alat untuk memberitahukan
kebakaran tingkat awal yang mencakup alarm kebakaran manual dan/atau
alarm kebakaran otomatis.
24. Sistem Pipa Tegak dan Slang Kebakaran adalah sistem pemadam kebakaran
yang berada dalam bangunan, dengan kopling pengeluaran berukuran 2,5
(dua setengah) inci, 1,5 (satu setengah) inci atau gabungan keduanya.
25. Hidran Halaman adalah hidran yang berada di luar bangunan, dengan
kopling pengeluaran ukuran 2,5 (dua setengah) inci.
26. Sistem Sprinkler Otomatis adalah suatu sistem pemancar/pemercik air
yang bekerja secara otomatis bilamana temperatur ruangan mencapai suhu
tertentu.
27. Sistem Pengendalian Asap adalah suatu sistem alami atau mekanis yang
berfungsi untuk mengendalikan atau membuang asap dari bangunan atau

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5-5
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

bagian bangunan sehingga ruangan mencapai sampai batas aman huni pada
saat kebakaran terjadi.
28. Bencana Lain adalah kejadian yang dapat merugikan jiwa dan atau harta
benda, selain kebakaran, antara lain bangunan runtuh, gempa bumi, banjir,
genangan air, gangguan instalasi, keadaan darurat medis, kecelakaan
transportasi dan kebocoran/polusi bahan berbahaya.
29. Uji Mutu Bahan adalah uji sifat bahan bangunan termasuk interior
bangunan terhadap api guna mengetahui perilaku dari bahan tersebut seperti
sukar/mudahnya terbakar atau tersulut, sukar/mudahnya menjalarkan api,
serta tingkat produksi asap yang terjadi, saat terkena paparan panas akibat
kebakaran.
30. Uji Ketahanan Api (fire resistance test) adalah uji yang dikenakan terhadap
komponen struktur bangunan guna mengetahui sejauh mana tingkat
ketahanan api komponen struktur tersebut, yang dinyatakan dalam ukuran
menit/jam, saat dibakar sesuai kurva temperatur-waktu standar.
31. Surat Keterangan adalah naskah dinas yang berisi pernyataan tertulis dari
pejabat sebagai tanda bukti untuk menerangkan atau menjelaskan
kebenaran sesuatu hal.
32. Kawasan Khusus adalah suatu kawasan yang memiliki kewenangan tersendiri
untuk mengatur wilayahnya, contoh kawasan industry, kawasan militer,
kawasan bandara, dll.
33. Pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pengaturan,
pemberdayaan, dan pengawasan dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan
yang baik sehingga setiap penyelenggaraan bangunan gedung dapat
berlangsung tertib dan tercapai keandalan bangunan gedung yang sesuai
dengan fungsinya, serta terwujudnya kepastian hukum.
34. Pengaturan adalah penyusunan dan pelembagaan peraturan perundang-
undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan gedung sampai
di daerah dan operasionalisasinya di masyarakat.
35. Pemberdayaan adalah kegiatan untuk menumbuhkembangkan kesadaran
akan hak, kewajiban, dan peran para penyelenggara bangunan gedung dan
aparat pemerintah daerah dalam penyelenggaraan bangunan gedung.
36. Pengawasan adalah pemantauan terhadap pelaksanaan penerapan
peraturan perundang- undangan bidang bangunan gedung dan upaya
penegakan hukum.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5-6
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

B. Maksud, Tujuan dan Lingkup


(1) Peraturan Walikota Mojokerto tentang Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran/RISPK dimaksudkan sebagai pedoman dalam rangka mewujudkan
keselamatan dan keamanan terhadap bahaya kebakaran di kabupaten/kota
melalui analisis risiko kebakaran.
(2) Peraturan Walikota Mojokerto tentang Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran/RISPK di kota Mojokerto sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk terwujudnya kesiapan, kesiagaan dan keberdayaan
masyarakat, pengelola bangunan, serta dinas terkait dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran, serta bencana lainnya.
(3) Lingkup Peraturan Walikota Mojokerto tentang Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran/RISPK meliputi Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran (RSCK) dan
Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran (RSPK) di kota Mojokerto.

BAB II RENCANA INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN


A. Dasar Penyusunan RISPK
(1) RISPK disusun oleh Walikota atas dasar rekomendasi teknis dari Instansi
Pemadam Kebakaran.
(2) RISPK disusun untuk menindaklanjuti RTRW pada bidang pencegahan
dan penanggulangan kebakaran serta bencana lain.
(3) RISPK disusun berdasarkan analisis risiko kebakaran dan bencana yang
pernah terjadi dengan memperhatikan rencana pengembangan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta/kabupaten/kota, serta rencana prasarana
dan sarana kabupaten/kota lainnya
(4) RISPK disusun sebagai arahan untuk penanganan masalah kebakaran dan
bencana lain selama 10 tahun kedepan dan dapat dilakukan peninjauan
kembali sesuai dengan keperluan.
(5) RISPK disusun dengan memperhatikan keterpaduan pelaksanaannya
dengan prasarana dan sarana kabupaten/kota lainnya, sehingga dapat
meminimalkan biaya pelaksanaan, biaya operasional dan pemeliharaan.

Pasal 1
(1) RISPK meliputi ketentuan mengenai:
a. Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran; dan
b. Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5-7
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

(2) RISPK mencerminkan layanan yang disepakati oleh pemangku kepentingan


(stakeholder), yang meliputi layanan :
a. pencegahan kebakaran;
b. pemberdayaan peran masyarakat;
c. pemadaman kebakaran; dan
d. penyelamatan jiwa dan harta benda.
(3) Penyusunan RISPK sekurang-kurangnya meliputi:
a. Kriteria penyusunan RISPK;
b. Penetapan sasaran;
c. Identifikasi masalah;
d. Kedudukan dokumen RISPK; dan
e. Keluaran dokumen RISPK.

B. Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran


I. Layanan Tentang Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung Dan
Lingkungan Terhadap Kebakaran
(1) Perencanaan bangunan baru perlu dilakukan upaya pemeriksaan
keandalan bangunan yang meliputi :
a. Kesiapan bangunan dan lingkungannya terhadap kebakaran
dilakukan dengan melengkapi peralatan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran (peralatan proteksi) yang sudah
disiapkan sejak awal perencanaan dan perancangan bangunan dan
lingkungan;
b. Dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan bangunan,
kecuali bangunan rumah tinggal tidak bertingkat, harus mendapat
rekomendasi dari instansi pemadam kebakaran, khususnya
menyangkut akses mobil dan ambulance sesuai dengan standar
prosedur penyelamatan;
c. Dalam perencanaan bangunan dan lingkungan harus mengikuti
ketentuan persyaratan teknis tata bangunan dan lingkungan (urban
guide lines, sekurang-kurangnya berisi rencana darurat pemadam
kebakaran (fire emergency plan);
d. Prasarana dan sarana kebakaran yang disediakan harus dirawat
termasuk penggantian secara berkala komponennya (apparatus
replecement schedule).
(2) Penempatan Alat Pemadam Api Ringan (apar) disediakan pada tempat-

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5-8
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

tempat strategis yang disesuaikan dengan peraturan Instansi Pemadam


Kebakaran antara lain :
a. Untuk setiap 200 m2 ruang terbuka disediakan 1 unit alat pemadam
api ringan (apar) type a dengan jarak antara setiap unit maksimum
20 meter;
b. Untuk ruang yang dilengkapi dengan pembagi / pembatas ruang,
disediakan 1 unit alat pemadam api ringan (apar) type a tanpa
memperhatikan luas ruang;
c. Untuk daerah/ruang mekanikal-elektrikal berskala kecil disediakan
1 unit alat pemadam api ringan (apar) type a dan 1 unit apar type b;
dan
d. Untuk daerah/ruang mekanikal-elektrikal berskala besar disediakan
1 unit alat pemadam api ringan (apar) type a, 1 unit apar type c dan
1 unit apar type d.

II. Sistem Dan Sarana Proteksi Kebakaran


(1) Setiap bangunan gedung dan lingkungan harus disediakan/ dilengkapi/
dipasang atau dibentuk sistem atau sarana untuk perlindungan/
proteksi terhadap bahaya kebakaran.
(2) Sistem atau sarana proteksi kebakaran meliputi :
a. sarana penyelamatan jiwa;
b. akses bagi pemadam kebakaran;
c. sistem proteksi kebakaran dan kelengkapan pendukungnya;
d. sistem proteksi kebakaran pasif;
e. sistem manajemen keselamatan kebakaran gedung.
(3) Persyaratan sistem dan peralatan proteksi kebakaran yang harus
disediakan atau dipasang pada bangunan gedung tersebut harus
didasarkan pada potensi bahaya kebakaran yang dapat terjadi.
(4) Sistem proteksi kebakaran terdiri atas sistem proteksi aktif yang
merupakan sistem terpasang (installed) dan sistem proteksi pasif yang
merupakan sistem terbangun (built-in);

III. Sarana Penyelamatan Jiwa


(1) Setiap bangunan gedung wajib dilengkapi dengan sarana untuk
penyelamatan jiwa pemilik dan atau pengguna bangunan.
(2) Sarana penyelamatan jiwa terdiri dari :

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5-9
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

a. sarana jalan ke luar;


b. pencahayaan darurat bagi tanda jalan ke luar;
c. penunjuk arah jalan ke luar;
d. landasan helikopter (helipad);
e. sarana bantu evakuasi;
f. tempat berhimpun di luar bangunan.
(3) Bangunan gedung dengan ketinggian lebih dari 60 meter dapat
disediakan Landasan helikopter (helipad) untuk tujuan penyelamatan
terbatas tetapi bukan untuk evakuasi saat terjadi kebakaran.
(4) Sarana penyelamatan jiwa harus selalu dalam kondisi baik, tidak
terhalangi dan siap pakai.
(5) Lift atau elevator tidak boleh digunakan sebagai sarana jalan ke luar;
(6) Ketentuan mengenai persyaratan teknis sarana penyelamatan jiwa,
pemberlakuan-nya sesuai fungsi dan klasifikasi bangunan mengacu ke
Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(7) Sarana jalan ke luar terdiri dari :
a. pintu ke luar (eksit);
b. tangga kebakaran;
c. koridor;
d. jalan/pintu penghubung;
e. jalur lintas menuju jalan ke luar.
(8) Eksit harus memenuhi persyaratan berikut :
a. Jumlah eksit ditentukan berdasarkan jumlah penghuni bangunan
sebagai berikut :
1. Sampai dengan 500 orang minimum 2 (dua) buah eksit;
2. Lebih dari 500 hingga 1000 orang, minimal 3 (tiga) eksit;
3. Lebih dari 1000 orang, minimal 4 (empat) buah eksit;
b. Ukuran lebar eksit ditentukan berdasarkan klas bangunan, luas
area maksimum per penghuni dan kapasitas per unit lebar eksit.
c. Eksit harus membuka ke arah luar dan dilengkapi dengan alat
penutup pintu otomatis apabila dikehendaki harus dalam keadaan
tertutup;
d. Apabila diperlukan 2 (dua) eksit atau pintu akses eksit maka
harus ditempatkan satu sama lain pada jarak minimal setengah
jarak diagonal ruangan;
e. Semua eksit harus berakhir langsung pada jalan umum atau pada

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 10
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

bagian luar eksit pelepasan, di luar bangunan, kecuali untuk


hunian tahanan dan lembaga pemasyarakatan diizinkan di bagian
luar daerah tempat perlindungan;
f. Setiap perubahan fisik pada bangunan gedung tidak boleh
mengurangi jumlah atau kapasitas pintu keluar (eksit)
sebagaimana yang dipersyaratkan.
(9) Sarana jalan ke luar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. dilindungi dengan konstruksi tahan api dan bebas asap;
b. lebar minimum sarana jalan ke luar adalah 91 cm;
c. Dipelihara terus menerus, bebas dari segala hambatan atau rintangan
untuk penggunaan sepenuhnya pada saat kebakaran dan atau
pada keadaan darurat lainnya
d. perabot, dekorasi atau benda-benda lain tidak boleh diletakkan
sehingga mengganggu eksit, akses ke sana, jalan ke luar dari sana
atau mengganggu pandangan;
e. setiap alat atau alarm yang dipasang untuk membatasi penggunaan
sarana jalan ke luar secara tidak benar, harus dirancang dan
dipasang sedemikian, hingga pada sat alat ini terganggu, tidak
menghalangi atau mencegah penggunaan sarana jalan ke luar
selama dalam keadaan darurat, kecuali ditentukan dengan cara lain.
(10)Ketentuan mengenai persyaratan teknis sarana penyelamatan jiwa
mengacu ke Peraturan perundang- undangan yang berlaku.
(11)Pencahayaan darurat harus dipasang pada sarana jalan ke luar kses
ke eksit, tangga kebakaran dan ruang khusus.
(12)Pencahayaan darurat harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
melalui pemeriksaan dan pengujian berkala.
(13)Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis dan tatacara
pemasangan pencahayaan darurat harus mengacu ke Peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(14)Penunjuk arah jalan ke luar sebagaimana harus dipasang pada sarana
jalan ke luar dan tangga kebakaran.
(15)Akses ke eksit harus diberi tanda dengan tanda yang disetujui, mudah
terlihat di semua keadaan dimana eksit atau jalan untuk mencapainya
tidak tampak langsung oleh para pengguna bangunan.
(16)Tanda penunjuk arah jalan ke luar diberi warna hijau dengan warna
dasar putih atau sebaliknya agar mudah terlihat.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 11
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

(17)Penunjuk arah jalan ke luar harus mengarah pada pintu tangga


kebakaran dan pintu keluar.
(18)Penunjuk arah jalan ke luar harus selalu dalam kondisi baik dan siap
pakai.
(19)Ketentuan mengenai persyaratan teknis dan tatacara pemasangan
penunjuk arah jalan keluar harus mengacu ke Peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(20)Pada bangunan gedung tinggi (lebih dari 60 m) harus disediakan area-
area pengungsian (area of refugee) sementara di dalam bangunan dalam
upaya evakuasi penghuni bangunan secara tertib, tidak menimbulkan
kepanikan dan terkendali.
(21)Ketentuan mengenai area pengungsian tersebut diatur secara khusus
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(22)Untuk bangunan gedung yang tingginya melebihi 60 m perlu
diperhitungkan kemungkinan diadakan-nya landasan helikopter atau
helipad untuk tujuan penyelamatan (rescue) terbatas, tetapi bukan
untuk evakuasi, saat terjadi kebakaran.
(23)Pembangunan helipad harus memperhatikan desain atap, lingkungan
sekitar bangunan, instalasi di atas atap bangunan, papan iklan
(billboard), persyaratan konstruksi dan sarana pemadam kebakaran,
termasuk tanda lokasi helipad untuk pendaratan.
(24)Ketentuan rinci lainnya mengenai hal tersebut harus mengacu ke
Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(25)Pada bangunan tinggi bisa digunakan sarana dan peralatan bantu
evakuasi berupa chute (selubung luncur), sliding rolls, tangga monyet,
tangga tali, dsb sebagai sarana bantu evakuasi.
(26)Ketentuan mengenai penggunaan sarana/peralatan bantu evakuasi
tersebut mengacu ke Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(27)Pada bangunan tinggi ataupun berukuran besar seperti bangunan Klas
1, 4, 5, 7, 8 dan 9 perlu diadakan tempat-tempat berkumpul (master
points /assembly points) di halaman luar bangunan untuk pengecekan
kehadiran personil setelah pelaksanaan latihan kebakaran maupun
setelah terjadi kebakaran yang sebenarnya.
(28)Ketentuan mengenai tempat berkumpul, lokasi, penanda-an dan
lain-lain mengacu ke Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 12
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

IV. Akses Pemadam Kebakaran


(1) Setiap bangunan gedung terutama gedung tinggi harus menyediakan
jalan akses untuk pemadaman kebakaran yang meliputi akses ke
bangunan gedung atau lingkungan bangunan gedung, jalan akses
pemadam kebakaran dan akses untuk operasional pemadaman.
(2) Pemilik atau pengelola bangunan gedung wajib menyediakan
sambungan siamesse (kembar siam) yang dipasang di lokasi dimana
akses ke atau di dalam bangunan gedung atau lingkungan bangunan
gedung menjadi sulit karena alasan keamanan.
(3) Jalan akses pemadam kebakaran meliputi jalan kendaraan, jalan
untuk pemadam kebakaran, jalan ke tempat parkir atau kombinasi
jalan-jalan tersebut.
(4) Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk mensyaratkan
pemasangan dan pemeliharaan gerbang atau penghalang-penghalang
yang disetujui sepanjang jalan, jalan kecil atau jalan terusan lainnya,
tidak termasuk jalan-jalan umum, gang untuk umum atau jalan besar.
(5) Sarana akses masuk ke bangunan atau lantai bangunan dari bagian
bawah bangunan ke bagian atas bangunan dalam rangka penyelamatan
atau operasi pemadaman bisa menggunakan tangga atau lift kebakaran.
(6) Ketentuan mengenai persyaratan teknis akses mencapai bangunan,
akses masuk ke dalam bangunan dan area operasional harus mengacu
ke Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

V. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif


(1) Sistem proteksi kebakaran pasif meliputi Perencanaan dan Desain Site,
Akses dan Lingkungan Bangunan, Pemilihan material bangunan yang
memperhatikan sifat material, Kemampuan/ daya tahan bahan struktur
(fire resistance) dari komponen-komponen struktur pemakaian bahan
bangunan yang memperhatikan sifatnya terhadap api.
(2) Perencanaan dan Desain Site, Akses dan Lingkungan Bangunan
meliputi:
a. Penataan blok-blok masa hunian dan jarak antar bangunan;
b. Kemudahan pencapaian ke lingkungan pemukiman maupun
bangunan;
c. Tersedianya area parkir ataupun open space dilingkungan kawasan;
d. Menyediakan hidrant eksterior di lingkungan kawasan;
Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 13
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

e. Menyediakan aliran dan kapasitas suply air untuk pemadam.


(3) Pemilihan material bangunan yang memperhatikan sifat material
meliputi :
a. Sifat penjalaran dan penyebaran;
b. Combustibility (kemampuan terbakar material);
c. Sifat penyalaan material bila terbakar;
d. Sifat racun (akibat reaksi kimia yang ditimbulkan / dihasilkan bila
bahan tersebut terbakar).
(4) Kemampuan/ daya tahan bahan struktur (fire resistance) dari
komponen-komponen struktur bangunan meliputi :
a. Meminimalkan kerusakan pada bangunan;
b. Mencegah penjalaran kebakaran;
c. Melindungi penghuni, minimal memberi waktu yang cukup;
d. Dievaluasi;
e. Penataan ruang, terutama berkaitan dengan areal yang rawan bahaya
dipilih material struktur yang lebih resisten
(5) Sistem proteksi pasif harus direncanakan dan dirancang sejak tahapan
awal perencanaan bangunan gedung.
(6) Persyaratan mengenai sistem proteksi pasif mengacu ke Peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

VI. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif


(1) Sistem proteksi aktif meliputi :
a. Sistem pendektesian dini untuk mengetahui serta dapat memberi
refleksi cepat kepada penghuni untuk segera memadamkan api pada
tahap awal berupa sensor-sensor antara lain :
1. Alarm kebakaran;
2. Detektor Panas, Asap, Nyala Atau Gas;
3. Manual Call Point;
4. Panel Control;
5. Sumber daya darurat lainya
b. Sistem Pemercik (Spirinkler) Otomatis bersinegri langsung dengan
sistem pendeteksi dini, dimana bila sistem detektor bekerja,
langsung dilanjutkan dengan bekerjanya alat antara lain :
1. Alarm kebakaran;
2. Sistem spinkler otomatis;
Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 14
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

3. Sistem hidran (hidran dalam maupun halamam);


4. hose reel.
c. Sistem Pemadam dengan Bahan Kimia Portable digunakan selama
bahan kimia yang digunakan adalah bahan kimia yang tidak dilarang
digunakan di indonesia antara lain :
1. Alat pemadam Halon/BCP;
2. Alat pemadam CO2;
3. Alat pemadam Dry chemicals;
4. Alat pemadam busa/foam.
d. Sistem Pemadam Khusus, yang mencakup :
1. CO2 Component,
2. Halon extinguisher unit;
3. Foam systems;
e. Sistem Pengendalian Asap, yang mencakup :
1. Smoke venting;
2. Smoke towers;
3. Tata udara untuk pengendalian asap; dan
4. Eleventor smoke control.
(2) Sistem proteksi aktif memerlukan sarana pendukung seperti pasokan
daya listrik darurat, pompa kebakaran, sumber air untuk pemadaman
dan peralatan sambungan dengan kendaraan pemadam kebakaran untuk
memasok air, seperti sambungan siamesse, dsb.
(3) Sistem proteksi aktif dan sarana pendukungnya harus senantiasa
diperiksa dan dipelihara agar selalu dalam keadaan baik dan siaga.
(4) Ketentuan mengenai persyaratan sifat bahan bangunan dan aplikasinya
mengacu ke Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

VII. Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung dan Kawasan Khusus


(1) Pemilik dan/atau pengelola dan/atau pengguna bangunan gedung
bukan kelas 1 yaitu bangunan hunian biasa, yang mempunyai
ketinggian bangunan lebih dari 23 m atau memiliki luas lantai melebihi

5000 m2, atau jumlah penghuni lebih dari 200 (dua ratus orang) orang,
wajib membentuk Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung.
(2) Manajemen keselamatan kebakaran gedung dipimpin oleh kepala dan
wakil kepala manajemen keselamatan kebakaran gedung dengan
persyaratan berikut:

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 15
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

a. sehat jasmani dan rohani;


b. mempunyai pengalaman dan/atau mengikuti pelatihan dibidang
pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung
serta dinyatakan lulus.
(3) Manajemen keselamatan kebakaran gedung mempunyai tugas :
a. melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana dan peralatan
proteksi kebakaran pada bangunan gedung;
b. membentuk tim penanggulangan kebakaran bangunan gedung;
c. melakukan pelatihan personil secara berkala;
d. melaksanakan latihan pemadaman kebakaran dan evakuasi secara
berkala;
e. menyusun rencana penanggulangan kebakaran dan keadaan darurat
lainnya;
f. melaksanakan audit keselamatan kebakaran;
g. menerapkan prosedur dan tatacara yang aman kebakaran pada
setiap pekerjaan yang dilakukan dalam bangunan gedung;
h. menyelenggarakan sosialisasi aman kebakaran secara berkala
dan berkelanjutan.
(4) Ketentuan mengenai materi pelatihan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran serta tugas dan fungsi manajemen penanggulangan kebakaran
gedung mengacu ke Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(1) Pemilik dan/atau pengelola kawasan khusus, yang mengelola kawasan
khusus wajib membentuk Manajemen Keselamatan Kebakaran Kawasan.
(2) Manajemen keselamatan kebakaran kawasan dipimpin oleh kepala dan
wakil kepala manajemen keselamatan kebakaran kawasan dengan
persyaratan sebagai berikut :
a. sehat jasmani dan rohani;
b. mempunyai pengalaman dan/atau mengikuti pelatihan di bidang
pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada kawasan khusus
serta dinyatakan lulus.
(3) Dalam rangka efektivitas pemadaman dan ketepatan logistik operasional
pemadaman kebakaran, maka harus disusun suatu peta potensi
bahaya kebakaran (fire hazard mapping) di kawasan tersebut.
(4) Pemilik dan atau pengelola kawasan khusus harus melakukan koordinasi
dengan instansi pemadam kebakaran kota apabila terjadi kebakaran atau
bencana lainnya di sekitar areal kawasan khusus tersebut;

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 16
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

(5) Apabila diperlukan, maka koordinasi tersebut dapat dikukuhkan dalam


bentuk memorandum kesepakatan bersama (MOU).
(6) Pemilik dan/atau pengelola kawasan khusus wajib menyediakan
prasarana dan sarana penanggulangan kebakaran sesuai dengan potensi
bahaya kebakaran.
(7) Prasarana dan sarana penanggulangan kebakaran antara lain :
a. sistem pemadaman;
b. akses pemadaman;
c. sistem komunikasi;
d. sumber daya listrik darurat;
e. jalan ke luar;
f. proteksi terhadap api, asap, racun, korosif dan ledakan;
g. pos pemadam dan mobil pemadam.
(8) Ketentuan mengenai materi pelatihan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran kawasan khusus mengacu ke Peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(1) Bangunan gedung yang menerapkan Manajemen Keselamatan kebakaran
harus memiliki fasilitas pusat pengendali kebakaran.
(2) Pusat pengendali kebakaran harus mempunyai ketahanan api dan
ditempatkan pada lantai dasar.
(3) Pusat pengendali kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap
pakai.
(4) Prosedural Pembinaan dan Personal Instansi Kebakaran meliputi :
a. Inspeksi Keandalan Terhadap Bahaya Kebakaran;
b. Tersedianya Peraturan & Standar Kebakaran;
c. Evaluasi Gambar Rencana ;
d. Advis Teknis;
e. Layanan Laboratorium;
f. Asosiasi Profesi;
g. Program Dan Kegiatan Pendidikan Keselamatan Kebakaran;
h. Program Dan Kegiatan Pembinaan Sarana Peralatan;
i. Program Kegiatan Bidang Perencanaan Dan Pengembangan;
j. Program Kegiatan Bidang Administrasi Dan Tata Usaha;
k. Program Kegiatan Pembinaan Personil;
l. Sistem Pembinaan Prestasi Kerja;
m. Pendidikan Dan Pelatihan;

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 17
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

n. Pendidikan Dan Pelatihan Teknis Fungsional Penanggulangan


Kebakaran; dan
o. Model Tata Organisasi Dan Manajemen.
(5) Rekomendasi Alat Pemadam Sistem Proteksi Kebakaran pada setiap
bangunan gedung dapat dilihat pada lamppiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini.
(6) Penyusunan RSCK sekurang-kurangnya meliputi:
a. Kriteria RSCK;
b. Lingkup kegiatan RSCK;
c. Identifikasi resiko kebakaran;
d. Analisis permasalahan; dan
e. Rekomendasi pencegahan kebakaran.

C. Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran


I. Kesiapan Penanggulangan
(1) Dalam upaya penanggulangan dan penyelamatan korban kebakaran dan
atau bencana lainnyasecara efektif, khususnya dalam pemenuhan waktu
tanggap (response time) dan bobot serangan (weight of attack), maka
perlu dibangun pos-pos pemadam kebakaran sesuai dengan prinsip
wilayah manajemen kebakaran (fire managementarea).
(2) Pada setiap pos pemadam kebakaran yang dibangun harus dilengkapi
dengan sarana, prasarana, peralatan dan personil yang memenuhi
persyaratan.
(3) Dalam rangka kesiapan penanggulangan kebakaran dan bencana
lainnya, perlu ditetapkan suatu pola koordinasi antar instansi dalam
bentuk prosedur tetap.
(1) Kesiapan penanggulangan kebakaran wajib dilaksanakan :
a. Pemilik, pengguna dan/atau pengelola bangunan gedung
b. Pemilik dan/atau pengelola kendaraan bermotor khusus dan
c. orang atau badan usaha yang menyimpan dan/atau memproduksi
bahan berbahaya
(2) Kesiapan penanggulangan kebakaran harus berkoordinasi dengan Dinas
II. Saat Terjadinya Kebakaran
(1) Dalam hal terjadi kebakaran, pemilik, pengguna dan/atau badan
pengelola bangunan gedung, pemilik dan/atau pengelola kendaraan
bermotor khusus dan orang atau badan usaha yang menyimpan

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 18
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

dan/atau memproduksi bahan berbahaya wajib melakukan :


a. Tindakan awal penyelamatan jiwa, harta benda, pemadaman
kebakaran dan pengamanan lokasi;
b. Menginformasikan kepada Dinas dan atau instasi terkait.
(2) Sebelum petugas Dinas tiba di tempat terjadinya kebakaran, pengurus
RT/RW, Satuan Relawan Kebakaran (Satlakar), Lurah/Camat dan Polisi
melakukan penanggulangan dan pengamanan awal sesuai tugas dan
fungsinya.
(3) Dinas melaksanakan tindakan pengaturan dan pengendalian operasi
pemadaman kebakaran.
(4) Pada saat terjadinya kebakaran, setiap orang yang berada di daerah
kebakaran wajib mentaati petunjuk dan/atau perintah yang diberikan
oleh Dinas.
(5) Hal-hal yang terjadi di daerah kebakaran yang disebabkan karena tidak
dipatuhinya petunjuk dan perintah menjadi tanggung jawab
sepenuhnya dari yang bersangkutan
(6) Dalam mencegah menjalarnya kebakaran atau menghindari bahaya
kebakaran, pemilik dan/ atau pengelola/ penghuni bangunan/
pekarangan wajib memberikan ijin kepada petugas Dinas untuk :
a. memasuki bangunan/pekarangan;
b. membantu memindahkan barang/bahan yang mudah terbakar;
c. memanfaatkan air dari kolam renang dan hidran halaman yang
bersumber dari air PDAM yang berada dalam daerah bahaya
kebakaran;
d. merusak/merobohkan sebagian atau seluruh bangunan;
e. melakukan tindakan lain yang diperlukan dalam operasi
pemadaman dan penyelamatan.
(7) Perusakan/perobohan bangunan dilakukan berdasarkan situasi dan
kondisi di lapangan
(8) Penanggulangan kebakaran yang terjadi di perbatasan daerah
ditanggulangi bersama dengan dari Dinas yang berbatasan.
(9) Pelaksanaan penanggulangan kebakaran dilakukan melalui
perjanjian kerjasama antar Daerah yang berbatasan.
(10) Biaya operasi untuk penanggulangan kebakaran menjadi beban
dari Dinas pemadam masing-masing

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 19
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

III. Bencana lainnya


(1) Apabila terjadi bencana lainnya, maka tindakan utama yang harus
dilakukan adalah penyelamatan korban.
(2) Selain penanggulangan kebakaran Walikota dalam hal ini Dinas dapat
membantu penyelamatan korban bencana yang terjadi di luar daerah

IV. Pemeriksaan Sebab Kebakaran


(1) Dinas melakukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab-sebab
terjadinya kebakaran dalam rangka basis data untuk mendukung
upaya pencegahan dan pembinaan.
(2) Dalam melakukan pemeriksaan Dinas berkoordinasi dengan pihak
Kepolisian dan instansi terkait lainnya.

V. Penyelamatan Jiwa Dan Harta Benda


(1) Dalam hal terjadi kebakaran dan/atau bencana lain, Dinas
melakukan tindakan penyelamatan jiwa dan harta benda antara lain
sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan operasi penyelamatan dan evakuasi korban
kejadian kebakaran, banjir dan keadaan darurat lainnya;
b. Menyelenggarakan pemberian pertolongan pertama kepada para
korban, dalam peristiwa kebakaran, banjir dan keadaan darurat
lainnya yang mengalami luka-luka;
c. Menyelenggarakan pengangkutan para korban kebakaran dan
keadaan darurat lainnya ke tempat penampungan sementara;
d. Menyelenggarakan penyediaan tempat penampungan sementara
korban kebakaran, banjir dan keadaan darurat lainnya;
e. Pemberian fasilitas dalam rangka pemulangan korban kebakaran,
banjir dan keadaan darurat lainnya.
(2) Dalam melakukan tindakan penyelamatan jiwa dan harta benda,
pemilik dan/atau pengelola/penghuni bangunan/pekarangan wajib
memberikan izin kepada petugas Dinas untuk:
a. Memasuki dan/atau mengosongkan lokasi bangunan/
pekarangan/ jalan raya;
b. membantu memindahkan barang dan/atau bahan berbahaya;
c. merusak/memotong alat transportasi;
d. melakukan tindakan emergency lainnya yang diperlukan

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 20
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

dalam operasi penyelamatan baik di darat, perairan/laut udara


dan di lokasi ketinggian.
(3) Dalam melakukan tindakan penyelamatan jiwa dan harta benda
Dinas berkoordinasi dengan Instansi terkait.
VI. Pemberdayaan Masyarakat
(1) Masyarakat harus berperan aktif dalam:
a. Melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran dini di
lingkungannya;
b. membantu melakukan pengawasan, menjaga dan memelihara
prasarana dan sarana pemadam kebakaran di lingkungan-nya;
c. melaporkan terjadinya kebakaran;
d. melaporkan kegiatan yang menimbulkan ancaman bahaya
kebakaran.
(2) Untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran di
tingkat RW dan Kelurahan dapat dibentuk Sistem Keselamatan
Lingkungan Kebakaran (SKLK).
(3) SKLK terdiri dari Satlakar, prasarana dan sarana kebakaran.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara
pembentukan SKLK dan Satlakar diatur dengan Peraturan Walikota.

VII. Pengendalian Keselamatan Kebakaran


(1) Pengendalian keselamatan kebakaran di kelompokkan menjadi dua
bagian antara lain :
a. Bangunan Gedung Baru;
b. Bangunan Gedung Eksisting;
c. Jasa di Bidang Keselamatan kebakaran
(2) Dinas bersama Instansi terkait memberikan masukan pada tahap
perencanaan dan melakukan pemeriksaan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penggunaan bangunan gedung baru
(3) Pengendalian keselamatan kebakaran pada tahap perencanaan
pembangunan gedung baru, Dinas memberikan surat keterangan teknis
kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab dalam
bidang perencanaan bangunan gedung mengenai akses mobil pemadam,
sumber air untuk pemadaman, pos pemadam kebakaran.
(4) Pada saat bangunan gedung baru akan digunakan, dilakukan
pemeriksaan terhadap kinerja sistem proteksi kebakaran terpasang,

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 21
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

akses pemadam kebakaran dan sarana penyelamatan jiwa;


(5) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan memenuhi persyaratan, Dinas
memberikan persetujuan berupa surat rekomendasi sebagai dasar
untuk penerbitan Sertifikat Laik Fungsi (SLF).
(6) Pengendalian keselamatan kebakaran pada bangunan gedung eksisting,
untuk mengetahui kondisi sistem keselamatan kebakaran berfungsi
baik kecuali bangunan kelas 1 (bangunan gedung hunian biasa), maka
harus dilakukan pemeriksaan secara berkala oleh pemilik, pengguna
dan/ atau pengelola bangunan gedung, sekurang-kurangnya1
(satu)tahun sekali.
(7) Hasil pemeriksaan berkala dilaporkan oleh pemilik, pengguna dan/atau
pengelola bangunan gedung kepada Dinas setiap tahun.
(8) Apabila dipandang perlu, berdasarkan laporan pemilik, pengguna
dan/atau pengelola bangunan, Dinas dapat melakukan pemeriksaan
ke lapangan
(9) Selain ketentuan, Dinas wajib melakukan pemeriksaan dan pengujian
berkala sarana proteksi kebakaran terhadap bangunan gedung
eksisting.
(10) Apabila berdasarkan pemeriksaan lapangan, kinerja sistem proteksi
kebakaran terpasang, akses pemadam kebakaran dan sarana
penyelamatan jiwa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan Dinas memberikan Sertifikat Keselamatan Kebakaran;
(11) Sertifikat Keselamatan Kebakaran merupakan salah satu persyaratan
dalam perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi (SLF);
(12) Apabila berdasarkan pemeriksaan lapangan, kinerja sistem proteksi
kebakaran terpasang, akses pemadam kebakaran dan sarana
penyelamatan jiwa tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, Dinas memberikan peringatan tertulis
dengan memasang papan peringatan yang bertuliskan “ BANGUNAN
INI TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN KESELAMATAN KEBAKARAN”;
(13) Ketentuan dilaksanakan setelah Dinas melakukan peringatan tertulis
sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut.
(14) Pemilik, pengguna dan/atau pengelola bangunan gedung yang akan
mengubah fungsi bangunan gedung atau bagian bangunan gedung
tertentu sehingga menimbulkan potensi bahaya kebakaran lebih
tinggi harus melaporkan kepada Dinas.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 22
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

(15) Bangunan gedung atau bagian bangunan gedung tertentu harus


dilengkapi dengan proteksi kebakaran, akses pemadam kebakaran
dan sarana penyelamatan jiwa sesuai dengan potensi bahaya
kebakaran.
(16) Dalam hal bangunan gedung atau bagian bangunan gedung tertentu
sudah dilengkapi dengan proteksi kebakaran, akses pemadam
kebakaran dan sarana penyelamatan jiwa, Dinas memberikan surat
keterangan teknis atas perubahan fungsi.
(17) Jasa di Bidang Keselamatan kebakaran bahwa setiap orang dan/atau
Badan Hukum yang bergerak di bidang perencanaan, pengawasan,
pengkaji teknis, pemeliharaan/perawatan di bidang keselamatan
kebakaran wajib mendapat sertifikat keahlian keselamatan kebakaran
dari Asosiasi Profesi yang ter-akreditasi dan harus terdaftar pada
Dinas.
(18) Setiap orang dan/atau Badan Hukum yang memproduksi, memasang,
mendistribusikan, memperdagangkan atau mengedarkan segala jenis
alat pencegah dan pemadam kebakaran, wajib mendapat rekomendasi
dari Dinas.
(19) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara
mendapatkan rekomendasi diatur dengan Peraturan Walikota.
(20) Setiap orang atau Badan Hukum yang memproduksi atau
mengimpor sarana pemadam kebakaran, sarana penyelamatan jiwa
dan bahan pelapis wajib mendapatkan sertifikat uji mutu komponen
dan bahan dari Dinas atas hasil uji dari lembaga pengujian yang telah
terakreditasi.
(21) Sertifikat uji mutu komponen dan bahan, berlaku selama 3 (tiga)
tahun.

BAB III PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


Dinas melakukan pembinaan kepada pemilik, pengguna, badan pengelola
bangunan gedung; pemilik, pengguna dan pengelola kendaraan bermotor khusus;
penyimpan bahan berbahaya; pengkaji teknis bidang pencegahan dan
penanggulangan kebakaran, kontraktor instalasi proteksi kebakaran, Satlakar, Unit
Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung dan masyarakat dalam melakukan
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
(1) Dinas melakukan pengawasan terhadap sarana proteksi kebakaran, akses

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 23
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

pemadam kebakaran ke bangunan gedung, sarana penyelamatan jiwa pada


tahap perencanaan, pelaksanaan dan penggunaan bangunan gedung dan Unit
Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung.
(2) Dalam melakukan pengawasan Dinas berkoordinasi dengan Dinas/Instansi
lainnya di daerah.

BAB IV SANKSI ADMINISTRATIF


Setiap orang dan/atau badan hukum sebagai pemilik, pengelola atau
penanggung jawab bangunan gedung yang melakukan pelanggaran atas
kewajiban yang harus dipenuhi terhadap sarana penyelamatan jiwa, akses
pemadam kebakaran, dan proteksi kebakaran atau melanggar ketentuan
dikenakan sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis;
b. menunda atau tidak mengeluarkan persetujuan atau surat keterangan
teknis sebagai salah satu syarat penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan;
c. memerintahkan menutup atau melarang penggunaan bangunan
seluruhnya atau sebagian.

BAB V KETENTUAN PENYIDIKAN


(1) Selain pejabat Penyidik Polri yang bertugas menyidik tindak pidana,
penyidikan atas tindak pidana dalam Peraturan Daerah ini dapat dilakukan oleh
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Kota Mojokerto
yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
udangan yang berlaku;
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para Pejabat PPNS, berwenang :
a. menerima, laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan
melakukan pemeriksaan;
b. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
c. melakukan penyitaan benda dan/atau surat;
d. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
e. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
f. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 24
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

pemeriksaan perkara;
g. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk bahwa
tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan
tindak pidana dan selanjutnya memberitahukan hal tersebut kepada
penuntut umum, tersangka atau keluarganya;
h. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat di pertanggung
jawabkan.
(3) Dalam melakukan tugasnya, PPNS tidak berwenang melakukan penangkapan,
penahanan dan/atau penahanan.
(4) PPNS membuat berita acara setiap tindakan tentang :
a. pemeriksaan tersangka;
b. pemasukan rumah;
c. penyitaan barang.
d. pemeriksaan surat;
e. pemeriksaan saksi;
f. pemeriksaan di tempat kejadian; dan
g. mengirimkan berkasnya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik POLRI

BAB VI KETENTUAN PIDANA


Setiap orang dan/atau badan hukum yang melanggar ketentuan diancam
pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000 (lima puluh juta rupiah);

BAB VII KETENTUAN PERALIHAN


(1) Dengan berlakunya peraturan wali kota ini, maka semua peraturan
pelaksanaan yang berkaitan dengan sistem pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran yang telah ada dinyatakan berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan dan belum di ganti berdasarkan peraturan wali kota ini.

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP


Peraturan wali kota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Peraturan wali
kota ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Mojokerto.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 5 - 25
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
6BAB VI
PENUTUP
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

6.1. KESIMPULAN
Kesimpulan didapatkan berdasarkan pembahasan bab-bab terkait Rencana
induk sistem proteksi kebakaran/ RISPK Kota Mojokerto, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
A. Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran
I. Layanan Tentang Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung Dan
Lingkungan Terhadap Kebakaran
(1) Perencanaan bangunan baru perlu dilakukan upaya pemeriksaan
keandalan bangunan yang meliputi :
a. Kesiapan bangunan dan lingkungannya terhadap kebakaran
dilakukan dengan melengkapi peralatan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran (peralatan proteksi) yang sudah
disiapkan sejak awal perencanaan dan perancangan bangunan
dan lingkungan;
b. Dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan bangunan,
kecuali bangunan rumah tinggal tidak bertingkat, harus mendapat
rekomendasi dari instansi pemadam kebakaran, khususnya
menyangkut akses mobil dan ambulance sesuai dengan standar
prosedur penyelamatan;
c. Dalam perencanaan bangunan dan lingkungan harus mengikuti
ketentuan persyaratan teknis tata bangunan dan lingkungan
(urban guide lines, sekurang-kurangnya berisi rencana darurat
pemadam kebakaran (fire emergency plan);
d. Prasarana dan sarana kebakaran yang disediakan harus dirawat
termasuk penggantian secara berkala komponennya (apparatus
replecement schedule).
(2) Penempatan Alat Pemadam Api Ringan (apar) disediakan pada tempat-
tempat strategis yang disesuaikan dengan peraturan Instansi
Pemadam Kebakaran antara lain :
a. Untuk setiap 200 m2 ruang terbuka disediakan 1 unit alat
pemadam api ringan (apar) type a dengan jarak antara setiap unit
maksimum 20 meter;
b. Untuk ruang yang dilengkapi dengan pembagi / pembatas ruang,
disediakan 1 unit alat pemadam api ringan (apar) type a tanpa
memperhatikan luas ruang;

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 6-2
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

c. Untuk daerah/ruang mekanikal-elektrikal berskala kecil


disediakan 1 unit alat pemadam api ringan (apar) type a dan 1 unit
apar type b; dan
d. Untuk daerah/ruang mekanikal-elektrikal berskala besar
disediakan 1 unit alat pemadam api ringan (apar) type a, 1 unit
apar type c dan 1 unit apar type d.

II. Sistem Dan Sarana Proteksi Kebakaran


(1) Setiap bangunan gedung dan lingkungan harus disediakan/
dilengkapi/ dipasang atau dibentuk sistem atau sarana untuk
perlindungan/ proteksi terhadap bahaya kebakaran.
(2) Sistem atau sarana proteksi kebakaran meliputi :
a. sarana penyelamatan jiwa;
b. akses bagi pemadam kebakaran;
c. sistem proteksi kebakaran dan kelengkapan pendukungnya;
d. sistem proteksi kebakaran pasif;
e. sistem manajemen keselamatan kebakaran gedung.
(3) Persyaratan sistem dan peralatan proteksi kebakaran yang harus
disediakan atau dipasang pada bangunan gedung tersebut harus
didasarkan pada potensi bahaya kebakaran yang dapat terjadi.
(4) Sistem proteksi kebakaran terdiri atas sistem proteksi aktif yang
merupakan sistem terpasang (installed) dan sistem proteksi pasif yang
merupakan sistem terbangun (built-in);

B. Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran


I. Kesiapan Penanggulangan
(1) Dalam upaya penanggulangan dan penyelamatan korban kebakaran
dan atau bencana lainnyasecara efektif, khususnya dalam pemenuhan
waktu tanggap (response time) dan bobot serangan (weight of attack),
maka perlu dibangun pos-pos pemadam kebakaran sesuai dengan
prinsip wilayah manajemen kebakaran (fire managementarea).
(2) Pada setiap pos pemadam kebakaran yang dibangun harus dilengkapi
dengan sarana, prasarana, peralatan dan personil yang memenuhi
persyaratan.
(3) Dalam rangka kesiapan penanggulangan kebakaran dan bencana
lainnya, perlu ditetapkan suatu pola koordinasi antar instansi dalam

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 6-3
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

bentuk prosedur tetap.


(4) Kesiapan penanggulangan kebakaran wajib dilaksanakan :
a. Pemilik, pengguna dan/atau pengelola bangunan gedung
b. Pemilik dan/atau pengelola kendaraan bermotor khusus dan
c. orang atau badan usaha yang menyimpan dan/atau
memproduksi bahan berbahaya
(5) Kesiapan penanggulangan kebakaran harus berkoordinasi dengan
Dinas
II. Saat Terjadinya Kebakaran
(1) Dalam hal terjadi kebakaran, pemilik, pengguna dan/atau badan
pengelola bangunan gedung, pemilik dan/atau pengelola kendaraan
bermotor khusus dan orang atau badan usaha yang menyimpan
dan/atau memproduksi bahan berbahaya wajib melakukan :
a. Tindakan awal penyelamatan jiwa, harta benda, pemadaman
kebakaran dan pengamanan lokasi;
b. Menginformasikan kepada Dinas dan atau instasi terkait.
(2) Sebelum petugas Dinas tiba di tempat terjadinya kebakaran,
pengurus RT/RW, Satuan Relawan Kebakaran (Satlakar), Lurah/Camat
dan Polisi melakukan penanggulangan dan pengamanan awal sesuai
tugas dan fungsinya.
(3) Dinas melaksanakan tindakan pengaturan dan pengendalian operasi
pemadaman kebakaran.
(4) Pada saat terjadinya kebakaran, setiap orang yang berada di daerah
kebakaran wajib mentaati petunjuk dan/atau perintah yang diberikan
oleh Dinas.
(5) Hal-hal yang terjadi di daerah kebakaran yang disebabkan karena tidak
dipatuhinya petunjuk dan perintah menjadi tanggung jawab
sepenuhnya dari yang bersangkutan
(6) Dalam mencegah menjalarnya kebakaran atau menghindari bahaya
kebakaran, pemilik dan/ atau pengelola/ penghuni bangunan/
pekarangan wajib memberikan ijin kepada petugas Dinas untuk :
a. memasuki bangunan/pekarangan;
b. membantu memindahkan barang/bahan yang mudah terbakar;
c. memanfaatkan air dari kolam renang dan hidran halaman yang
bersumber dari air PDAM yang berada dalam daerah bahaya
kebakaran;

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 6-4
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto
PENYUSUNAN PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO TENTANG RENCANA
N AS K A H AK A D E M I K INDUK SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN/RISPK KOTA MOJOKERTO

d. merusak/merobohkan sebagian atau seluruh bangunan;


e. melakukan tindakan lain yang diperlukan dalam operasi
pemadaman dan penyelamatan.
(7) Perusakan/perobohan bangunan dilakukan berdasarkan situasi dan
kondisi di lapangan
(8) Penanggulangan kebakaran yang terjadi di perbatasan daerah
ditanggulangi bersama dengan dari Dinas yang berbatasan.
(9) Pelaksanaan penanggulangan kebakaran dilakukan melalui
perjanjian kerjasama antar Daerah yang berbatasan.
(10) Biaya operasi untuk penanggulangan kebakaran menjadi beban
dari Dinas pemadam masing-masing

6.2. SARAN
1. Pembentukan Rancangan Peraturan Wali Kota Mojokerto tentang Rencana
induk sistem proteksi kebakaran/ RISPK diharapkan dapat menjadi sebuah
dasar peraturan dalam pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
di Kota Mojokerto; dan
2. Agar pelaksanaan pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kota
Mojokerto tentang Rencana induk sistem proteksi kebakaran/ RISPK dapat
dilaksanakan secara baik, maka diperlukan mekanisme dan prosedur yang
transparan serta dukungan pada segala aspek.

Tim Penyusun Peraturan Walikota Mojokerto Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi 6-5
Kebakaran/Rispk Kota Mojokerto

Anda mungkin juga menyukai