Anda di halaman 1dari 73

NASKAH AKADEMIK

PERATURAN DAERAH RENCANA INDUK SISTEM


PROTEKSI KEBAKARAN KABUPATEN BELITUNG TIMUR

Dinas perumahan rakyat dan kawasan permukiman


kabupaten Belitung timur
2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohiim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
selesailah penulisan Naskah Akademik Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
Kabupaten Belitung Timur Tahun 2017.

Naskah Akademik ini ditujukan sebagai acuan atau referensi dalam penyusunan dan
pembahasan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur
Tahun 2017.

Disadari bahwa selesainya penulisan naskah akademik ini dikarenakan adanya


bantuan, pengarahan, bimbingan, serta dorongan yang telah diberikan oleh berbagai
pihak, baik secara perseorangan maupun bersama-sam. Untuk itu, pada kesempatan
ini penulis ucapkan terimakasih.

Dilihat dari segi materi maupun teknis penulisannya, naskah akademik ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati diharapkan adanya
saran demi kesempurnaannya.
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................i

DAFTAR ISI ..............................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................iv

A. Latar Belakang .....................................................................................1

B. Identifikasi Masalah ..............................................................................5

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik ........6

D. Metode .................................................................................................6

E. Sistematika...........................................................................................7

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS ................................9

A. Kajian Teoritis ......................................................................................9

B. Praktik Empiris .....................................................................................14

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN YANG TERKAIT ..................................................................20

A. Acuan Peraturan Tingkat Nasional .......................................................21

B. Acuan SNI (Standar Nasional Indonesia) .............................................47

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS .............60

A. Landasan Filosofis ...............................................................................60

B. Landasan Sosiologis ............................................................................60

C. Landasan Yuridis .................................................................................61

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP


MATERI MUATAN ....................................................................................63

BAB VI PENUTUP ....................................................................................65

ii
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

A. Kesimpulan ..........................................................................................65

B. Saran....................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................67

iii
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Diagram / Alur RISPK ........................................................... 21

Gambar 3. 2 Diagram / Alur Kejadian Bencana Alam ................................ 33

Gambar 3. 3 Diagram / Alur Penanggulangan Bencana Alam................... 34

iv
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di perkotaan baik karena


urbanisasi atau pertumbuhan alami, maka aktivitas penduduk di perkotaan akan
semakin tinggi pula. Aktivitas penduduk yang tinggi ini akan semakin
memperbesar peluang terjadinya kebakaran, karena penduduk terkadang lalai
dalam menjaga keamanan dari kebakaran, dan hal ini menyebabkan
peningkatan frekwensi kebakaran di perkotaan. Bencana Kebakaran merupakan
sebuah risiko yang dihadapi oleh komunitas penduduk perkotaan. Di Indonesia,
resiko yang dihadapi oleh perkotaan tidak saja terhadap bencana kebakaran
tetapi juga terhadap bencana alam dilihat dari kedudukan geografi Indonesia di
daerah “Belt” yang sarat bencana. Bencana yang telah dan ‘akan’ terjadi selain
memberikan pelajaran yang berharga kepada kita untuk saling mengingatkan,
mewaspadai dan mencegah agar kedepan tidak terulang lagi, juga menjadi
dasar bagi otoritas kota dan komunitas penduduk ketika menggaris-bawahi
tentang pentingnya pelaksanaan kegiatan mitigasi sebelum bencana terjadi.
Dalam wilayah perkotaan, kegiatan mitigasi bencana umumnya dimulai dari
pengimplementasian peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
keselamatan bangunan gedung. Salah satu dari peraturan perundang-undangan
yaitu Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung telah
mengamanatkan bahwa setiap bangunan gedung wajib memenuhi persyaratan
keselamatan meliputi persyaratan bangunan gedung untuk mendukung beban
muatan, serta kemampuan bangunan dalam mencegah dan menanggulangi
bahaya kebakaran dan bahaya petir. Kebakaran dapat dilihat sebagai bencana
akibat factor manusia (man- made hazards) maupun karena factor alamiah
(natural hazards).

Faktor manusia yang menyebabkan kebakaran antara lain: korsleting listrik,


kebocoran gas, sabotase, puntung rokok dan lain sebagainya. Sedangkan faktor

1
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

tidak langsung dapat berupa pengurangan kualitas pengamanan kebakaran


dalam pelaksanaan konstruksi misalnya penggunaan kualitas kabel listrik lebih
rendah dari spesifikasi yang di haruskan. Sedangkan faktor alamiah penyebab
kebakaran dapat berupa gempa bumi, longsoran, letusan gunung berapi, iklim
temperature tinggi, badai angin maupun kombinasi diantaranya. Selain faktor-
faktor tersebut, pengaruh kualitas kemampuan gedung pun bisa dijadikan
sebagai penyebab kebakaran dimana persyaratan kemampuan bangunan
gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran ditujukan tidak
saja demi keselamatan bangunan gedung itu sendiri tetapi juga demi tidak
terjadinya ‘conflagration’ yaitu kebakaran besar yang melanda banyak bangunan
gedung dalam wilayah perkotaan. Oleh Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung disebutkan bahwa persyaratan kemampuan gedung
dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dimaksud adalah
kemampuan bangunan gedung menghadapi bahaya kebakaran melalui sistem
proteksi pasif dan/atau proteksi aktif.

Kabupaten Belitung Timur beribukota di Manggar, secara geografis terletak


antara 107°45 -108°18 BT dan antara 02°30 - 03°15 LS, kabupaten ini
berbatasan :

 Di sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan,

 Di sebelah Timur Selat Karimata,

 Di sebelah Selatan, Laut Jawa,

 Disebelah Barat, Kabupaten Belitung

Pada tahun 2015 Kabupaten Belitung Timur memiliki jumlah penduduk 119.394
jiwa yang terdiri dari 62.134 jiwa pria dan 57.260 jiwa wanita Berdasarkan
Belitung Timur Dalam Angka (BTDA) tahun 2014/2015, Kecamatan yang
kepadatan penduduknya paling tinggi adalah Manggar yaitu sebesar 113,73
jiwa/km2. Kecamatan ini memiliki luas wilayah sebesar 262.42 Km2 dan
berpenduduk sebanyak 44.511 Jiwa, sedangkan Kecamatan yang kepadatan
penduduknya paling kecil adalah Dendang yaitu sebanyak 27,55 jiwa/Km2.

2
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Daerah ini dikenal dengan penghasil biji timah, namun sejak ditutupnya
pertambangan ini pada tahun 1991 daerah ini mengalami kemunduran. Di sektor
pertanian yang merupakan penyumbang PDRB terbesar, Komoditas utama
sektor pertanian di Kabupaten Belitung Timur adalah tanaman hortikultura,
antara lain berupa durian, dukuh, jeruk, nanas, cempedak, manggis, pisang,
rambutan, salak, dan beberapa tanaman tropis lainnya. Sedangkan potensi
sektor kehutanan yang menonjol di daerah ini adalah kayu meranti, kayu
mandura, dan kayu bulat.

Pada tahun 2004, komoditas kelautan dan perikanan yang berkembang di


Kabupaten Belitung Timur secara garis besar terdiri atas lima komoditas utama,
yaitu ikan laut, ikan air tawar, udang, rajungan, dan cumi-cumi. Untuk sektor
pariwisata, Dilihat dari potensi alamnya, terlihat bahwa objek wisata yang paling
menonjol di wilayah ini adalah pantai. Paling tidak ada sebelas pantai, seperti
Pantai Burung Mandi, Pantai Pengempangan, Pantai Malang Lepau, Pantai
Serdang, Pantai Sengaran, Pantai Pering, Pantai Batu Lalang, Pantai Burung
Punai, Pantai Mengguru, Pantai Tanjung Keluang, dan Pantai Nyiur Melambai.
Beberapa objek sejarah dan budaya lainnya adalah Bendungan Pice, Museum
Kerajaan Buding, Kelenteng Dewi Kwan Im, Pesta Meras Tahun, Muang Jong,
dan lain-lain. Sementara itu, sarana penunjang pariwisata yang baru ada di di
Kabupaten Belitung Timur baru berupa hotel/penginapan.

Di sektor perindustrian, Sektor industri yang berkembang di Kabupaten Belitung


Timur sebagian besar adalah industri kecil non pertambangan, terdiri dari industri
pangan, industri sandang, industri kimia dan bahan bangunan, industri kerajinan
dan umum, serta industri logam dan jasa. Dan paparan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Kabupaten Belitung Timur yang belum memilki Rencana
Induk Sistem Proteksi Kebakaran adalah perlu adanya Rencana Induk Sistem
Penanggulangan Kebakaran.

Pentingnya penyusunan RISPK ini dilakukan dalam rangka tertib pembangunan


dan keandalan bangunan gedung dan lingkungan terhadap ancaman bahaya
kebakaran. Terkait dengan hal di atas, maka permasalahan pokok yang terkait

3
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

dengan upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada


bangunan dan lingkungan di Kota Manggar (Ibukota Kab. Belitung Timur) adalah:

 Terbatasnya sumber air, baik dari danau, sungai, sumur kebakaran,


tendon air, hidran kota, dan lain sebagainya, guna keperluan pemadaman.

 Masih Banyak wilayah yang belum terlayani terutama pos-pos pemadam


kebakaran belum ada.

 Topografi Kota Manggar yang relatif berbukit memerlukan penanganan


tersendiri.

 Bertambahnya kawasan yang spesifik rawan terhadap bahaya kebakaran


dan bencana ataupun kawasan yang memerlukan perlakuan khusus
dalam pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran,
misalnya saja kawasan permukiman kumuh di Kota Manggar

 Meningkatnya ancaman bahaya kebakaran dan bencana lainnya yang


disebabkan oleh unsur kesengajaan dan tindakan tidak bertanggung
jawab

 Infrastruktur kota belum memadai, yaitu penataan hidran kota untuk


keperluan pemadaman

 Jumlah dan ketrampilan personil pemadaman belum memadai

 Kelembagaan dan tupoksi penanganan kebakaran belum ada

 Koordinasi dan komunikasi antara instansi yang terkait dengan


masalah pencegahan dan penanggulangan kebakaran masih lemah

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, maka perlu adanya perencanaan


tentang Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran kota. Diharapkan hasil dari
perencanaan ini didapatkan gambaran upaya pelaksanaan penanggulangan dan
seberapa jauh pemahaman aparat pemerintah daerah didalam sistim
penanggulangan bencana kebakaran di daerah, sehingga korban materi dan
korban jiwa akibat dari bencana kebakaran dapat diminimalisir. Studi ini adalah
untuk merespon kondisi rencana tata ruang Kota Manggar yang baru dengan

4
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

perubahan tingkat resiko kawasan, peta potensi sumber air kebakaran, dan
analisis kelayakan pembangunan pos kebakaran di daerah terpilih.

Oleh karena hal tersebut maka Pemerintah telah dan terus mendorong agar
pemerintah daerah segera melaksanakan langkah-langkah positif dan proaktif
terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
dan bencana, baik dalam bidang peraturan perundangan, peningkatan dan
penguatan kelembagaan, serta peningkatan sarana dan prasarananya itu
sendiri.

B. Identifikasi Masalah

Alasan kegiatan penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran ini


diselenggarakan antara lain karena hal-hal sebagai berikut:

 Tingginya tingkat frekuensi dan resiko kebakaran menyebabkan tingginya


nilai potensi kerugian yang diderita oleh suatu pemerintahan dan dapat
berdampak kepada stabilitas pembangunan daerah tersebut.

 Penyelenggaraan proteksi kebakaran belum mempunyai landasan


kebijakan dalam skala pemerintah daerah yang terintegrasi dan
dibakukan dalam rangka mengantisipasi terjadinya bahaya kebakaran
yang tertuang dalam masterplan rencana program dan tindakan, dalam
satu komando kebijakan dan operasional, menyebabkan tingginya resiko
yang terpaksa ditanggung oleh pemerintah daerah dan masyarakatnya.

 Penyelenggaraan proteksi kebakaran perkotaan memerlukan komitmen


pemerintah daerah dan semua pemangku kepentingan yang dituangkan
suatu rencana induk sistem, mulai dari visi dan misi, kebijakan, sasaran
yang hendak dicapai sampai dengan rencana monitoring dan evaluasi
guna perbaikan rencana program dan tindakan di masa selanjutnya
secara berkesinambungan.

 Pemantapan lembaga yang membidangi masalah kebakaran perlu terus


ditingkatkan untuk dapat mendukung sistem proteksi kebakaran yang ada

 Minimnya sarana dan prasarana proteksi kebakaran di perkotaan

5
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

 Minimnya kesadaran masyarakat terkait dengan masalah proteksi


kebakaran.

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan dicantumkan bahwa setiap pembentukan
Peraturan Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota disertai dengan
adanya keterangan atau penjelasan yang biasa disebut dengan naskah
akademik.

Naskah akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan
hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertangungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut
dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Perauran Daerah
Provinsi, Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/kota sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.

Sesuai dengan definisi diatas, naskah akademik Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran Kabupaten Belitung Timur bertujuan untuk: terwujudnya
implementasi dari dokumen Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
Kabupaten Belitung Timur sehingga mampu meningkatkan kesiapan, kesiagaan
dan keberdayaan masyarakat, pengelola bangunan, serta dinas terkait dalam
mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran, serta bencana lainnya.

Kegunaan dari Naskah akademik ini adalah sebagai acuan atau referensi
penyusunan dan pembahasan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
Kabupaten Belitung Timur.

D. Metode

Dalam penyusunan naskah akademik ini, metode atau pendekatan yang


digunakan adalah melalui suatu kajian ilmiah secara sistematik dan
interdisipliner, dengan metodologi sebagai berikut:

6
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

1. Kajian Pustaka yaitu pengkajian peraturan perundang-undangan yang


terkait dengan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kabupaten
Belitung Timur.
2. Serangkaian diskusi
3. Kaji terap pengalaman kabupaten/kota dalam pemanfaatan ruang yang
didapatkan melalui proses telaah dokumen-dokumen dari berbagai media
(internet, proses seminar, dll);
4. analisis dan evaluasi; dan
5. penyusunan naskah.

Penyusunan materi naskah akademik juga memperhatikan kaidah-kaidah


hukum, kelembagaan dan mempertimbangkan peran serta masyarakat.

E. Sistematika

Naskah akademik ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi uraian tentang latar belakang, identifikasi masalah,


tujuan dan kegunaan kegiatan penyusunan naskah akademik, metode dan
sistematika.

Bab II Kajian Teoretis dan Praktik Empiris, berisi uraian tentang kajian teoritis
dan praktik empiris Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

Bab III Evaluasi Dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan Yang Terkait,


berisi tentang acuan peraturan tingkat nasional, dan acuan SNI yang berkaitan
dengan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis, berisi tentang penjelasan


mengenai landasan filosofis, landasan sosiologis, dan landasan yuridis

Bab V Jangkauan, Arah Pengaturan dan Ruang Lingkup Materi, berisi uraian
tentang sasaran yang akan diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan materi
dan susunan rancangan Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

7
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Bab VI Penutup, bagian akhir naskah akademik berisi kesimpulan dan saran
hasil kajian analisa naskah akademik

Daftar Pustaka, memuat sumber yang menjadi bahan penyusunan Naskah


Akademik

8
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis

1. Definisi Kebakaran

Kebakaran pada bangunan hampir selalu disebabkan oleh ulah manusia, baik
oleh sebab kesalahan maupun kelalaian. Manusia primitif menggunakan panas
untuk memasak, menghangatkan dan menerangi tempat tinggalnya dengan
risiko melekat yaitu kesalahan penggunaan atau ketidakmampuan
mengendalikan bahan bakar yang dapat menjadi bencana. Kondisi sekarang ,
masih seperti pada masyarakat primitif, risiko belum dapat dieliminasi meskipun
kecanggihan kehidupan modern tampak jelas. Dengan pengembangan hunian
tempat tinggal, sikap terhadap proteksi kebakaran juga berkembang.
Perkembangan sikap itu terkadang sukar diketahui, tetapi umumnya berasal dari
pengalaman pahit.

Definisi kebakaran adalah terjadinya api yang tidak dikehendaki, tidak terkendali,
dan merugikan. Kebakaran merupakan salah satu ancaman yang terdapat di
permukiman (Dinas Pencegahan dan penanggulangan Kebakaran Kota
Bandung). Hasil penelitian Wahyudi tahun 2004 menyatakan bahwa ancaman
kebakaran adalah 30 proses penyalaan api yang dapat terjadi dimana saja dan
kapan saja dan didukung ketersediaan material sebagai bahan bakar.
Sedangkan Kepmen PU Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Ancaman Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan menyebutkan bahwa ancaman yang diakibatkan oleh adanya
ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi
kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan. ancaman ini
akan menimbulkan kerugian semakin besar ketika terjasi pada keadaan yang
lebih rentan. Kebakaran dengan proporsi yang tinggi dapat merugikan
lingkungan sekitar oleh karena adanya pembakaran secara besarbesaran serta

9
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

adanya gas dan asap pembakaran (Masellis, Annals of Burns and fire Disasters
vol XII-n0 2-june 1999).

2. Konsep Terjadinya Kebakaran

Sama dengan ancaman pada umumnya, ancaman kebakaran disebabkan oleh


dua faktor yaitu faktor alam dan faktor kelalaian manusia. Kebakaran termasuk
dalam natural hazard biasanya merupakan collateral hazard yaitu ancaman
ikutan yang ditimbulkan akibat adanya ancaman lain. Kebakaran sebagai man-
made hazard merupakan bentuk ancaman yang disebabkan oleh kelalaian
manusia. Tedapat berbagai pendapat mengenai sumber datangnya api yang
dapat menyebabkan kebakaran yaitu:

a. Menurut Davidson (1997), sumber api berasal dari collateral hazard, yaitu
api muncul akibat adanya ancaman alam.
b. Berdasarkan Menurut Urban Research Institute pada Leo Urban Disaster
Mitigatian Projct tahun 2004 sumber api berasal dari keberadaan pompa
bensin dari lokasi rumah terdekat, keberadaan pengguna gas, dan sistem
pemasangan sambungan listrik.
c. Menurut Mantra (2005), bahwa hubungan singkat arus listrik, kompor
minyak tanah, perlengkapan non-listrik dab punting rokok merupakan
faktor munculnya api di lingkungan permukiman.
d. Berdasarkan National Fire Protection Agency no.1231, faktor munculnya
api dipengaruhi oleh keberadaaan industry yang menggunakan bahan 31
padat logam dan non logam, keberadaan pom bensin, keberadaan
pemasak BBm dan LPG, kebocoran alat listrik dan lain-lain.

3. Klasifikasi kebakaran

Ketika hendak melakukan perlindungan terhadap ancaman kebakaran, perlu


diketahui jenis ancaman kebakaran yang sedang terjadi berdasarkan material
yang terbakar, supaya dapat diketahui jenis pemdam apa yang paling tepat
digunakan. Berdasarkan penjelasan pasal 37 peraturan daerah Kota Bandung

10
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

No.15 tahun 2001 tentang pencegahan dan penanggulangan Ancaman


Kebakaran terdapat empat jenis kebakaran dan bahan pemadamnya yaitu:

a. Kebakaran biasa, yaitu kebakaran benda-benda padat kecuali logam


yang mudah terbakar disebut jenis kebakaran A. penanggulangannya
dapat menggunakan alat pemadam pokok yaitu air foam, CO2 atau bubuk
kimia kering.
b. Kebakaran ancaman cairan yang mudah terbakar (seperti minyak bumi
dll) disebut jenis kebakaran kelas B. penanggulangannya dapat
menggunakan alat pemadam pelengkap yang memakai zat kimia.
c. Kebakaran listrik disebut jenis kebakaran kelas C.
d. Kebakaran logam disebut jenis kebakaran kelas D

Kebakaran di Indonesia dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:

 Kelas A
Kebakaran yang disebabkan oleh benda- benda
padat, misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa
dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran
untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung goni yang dibasahi, dan Alat
Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering.
 Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda- benda
mudah terbakar berupa cairan, misalnya bensin,
solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-
lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk
kelas ini berupa: pasir dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun
api tepung kimia kering. Dilarang memakai air untuk jenis ini karena
berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas sehingga
bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar kemana-mana.
 Kelas C

11
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media


pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa:
Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api
tepung kimia kering. Matikan dulu sumber listrik
agar kita aman dalam memadamkan kebakaran.

4. Mitigasi Bencana

Perhitungan Tingkat Risiko Bencana adalah salah satu proses dalam mitigasi
bencana. Oleh karena itu kita perlu mamahami proses mitigasi bencana itu
secara keseluruhan. Mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan untuk
menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana
yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasu kesiapan dan
tindakantindakan pengurangan risiko jangka panjang. Mitigasi bencana
mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk
mengurangi risiko terkait dengan ancaman-ancaman karena ulah manusia dan
ancaman alam yang sudah diketahui dan proses untuk respon terhadap bencana
yang betul-betul terjadi.

Usaha mitigasi dapat berupa prabencana, saat bencana dan pasca bencana.
Prabencana mrupaan kesiapsiagaan atau upaya memberikan pemahaman pada
penduduk untuk mengantisipasi bencana melalui pemberian informasi,
peningkatan kesiagaan kalo terjadi bencana ada langkah-langkah untuk
memperkecil risiko bencana. Pada saat kejadian merupakan tanggap darurat
yaitu upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana untuk
menanggulagi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan
korban, harta benda, evakuasi dan pengungsian. Pascabencana merupakan
pemulihan rehabilitasi dan pembangunan. Mitigasi dapat dikategorikan ke dalam
mitigasi structural dan non structural (Godschalk,1999).

 Mitigasi Struktural

12
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Mitigasi struktural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang


dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan
pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan
banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat tahan
gempa, ataupun Early Warning System yang digunakan untuk memprediksi
terjadinya gelombang tsunami. Mitigasi struktural adalah upaya untuk
mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan cara
rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah
bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga
bangunan tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak
memancamankan apabila bencana yang bersangkutan terjadi. Rekayasa
teknis adalah prosedur perancangan struktur bangunan yang telah
memperhitungkan karakteristik aksi dari bencana.
 Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain
dari upaya tersebut di atas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan
seperti pembuatan suatu peraturan. Undang-Undang Penanggulangan
Bencana (UU PB) adalah upaya non-struktural di bidang 33 kebijakan dari
mitigasi ini. Contoh lainnya adalah pembuatan tata ruang kota, capacity
building masyarakat, bahkan sampai menghidupkan berbagaia aktivitas lain
yang berguna bagi penguatan kapasitas masyarakat, juga bagian ari mitigasi
ini. Ini semua dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar
daerah rawan bencana. Kebijakan non struktural meliputi legislasi,
perencanaan wilayah, dan asuransi. Kebijakan non struktural lebih berkaitan
dengan kebijakan yang bertujuan untuk menghindari risiko yang tidak perlu
dan merusak. Tentu, sebelum perlu dilakukan identifikasi risiko terlebih
dahulu. Penilaian risiko fisik meliputi proses identifikasi dan evaluasi tentang
kemungkinan terjadinya bencana dan dampak yang mungkin
ditimbulkannya.

Kebijakan mitigasi baik yang bersifat struktural maupun yang bersifat non
struktural harus saling mendukung antara satu dengan yang lainnya.

13
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Pemanfaatan teknologi untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi


risiko terjadinya suatu bencana harus diimbangi dengan penciptaan dan
penegakan perangkat peraturan yang memadai yang didukung oleh rencana tata
ruang yang sesuai. Sering terjadinya peristiwa banjir dan tanah longsor pada
musim hujan dan kekeringan di beberapa tempat di Indonesia pada musim
kemarau sebagian besar diakibatkan oleh lemahnya penegakan hukum dan
pemanfaatan tata ruang wilayah yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan
sekitar. Teknologi yang digunakan untuk memprediksi, mengantisipasi dan
mengurangi risiko terjadinya suatu bencana pun harus diusahakan agar tidak
mengganggu keseimbangan lingkungan di masa depan.

B. Praktik Empiris

Sejarah pemadam kebakaran bermula dari Pemadam Kebakaran Roma yang


dibentuk dari kelompok-kelompok budak yang disewa oleh aedile Marcus
Egnatius Rufus. Caesar Augustus mengambil idea Rufus dan membentuk
satuan relawan (Vigile) pada tahun 6 Masehi, untuk memerangi kebakaran
dengan menggunakan ember pemadam kebakaran (bucket brigades) dan
pompa, berikut galah, pengkait, bahkan pelontar untuk merobohkan bangunan.
Relawan tersebut berpatroli di jalan-jalan kota Roma untuk menjaga kebakaran
dan memberi layanan seperti polisi. Pasukan terdiri dari ratusan orang yang siap
untuk bertindak. Ketika terjadi kebakaran anggota pasukan akan membuat
jajaran orang ke sumber air terdekat dan secara beranting mengestafetkan
ember air ke tempat kejadian kebakaran. Inilah sejarah pemadam kebakaran
yang pertama di dunia.

Di tempat lain, George Washington adalah seorang relawan pemadam


kebakaran di Alexandria, Virginia. Tahun 1774, sebagai anggota Friendship
Veterans Fire Engine Company, ia yang pertama kali membeli sebuah fire engine
baru dan memberikannya kepada kota. Dalam penyelenggaraan instansi
kebakaran oleh pemerintah sampai dengan waktu sekitar Perang Sipil Amerika,
Amerika Serikat tidak mempunyai pemadam kebakaran profesional. Sebelum
waktu ini, pemadam kebakaran amatir bersaing satu dengan lainnya untuk

14
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

menjadi yang pertama dalam merespon kebakaran karena perusahaan asuransi


membayar brigade yang menyelamatkan bangunan gedung. Pihak penanggung
risiko juga menggunakan ’Salvage Corps’ miliknya di beberapa kota.

Pemadam kebakaran wanita pertama yaitu Molly Williams mengambil tempat


bersama dengan beberapa laki-laki menarik tali dalam taufan salju tahun 1818
dan menarik pompa ke tempat kebakaran melalui salju yang sangat tebal.

Di Indonesia sejarah pemadam kebakaran pertama direpresentasikan oleh kota


Jakarta yang dahulu ketika zaman Belanda bernama Batavia. Data sekunder
sangat minim jumlahnya, sedangkan data fisik tentang sejarah pemadam
kebakaran kota Jakarta nyaris tidak diperoleh. Tanggal 25 April 1873 Resident
Batavia telah menetapkan Reglement op de Brandweer in de Afdeling tad en
Voorsteden van Batavia (Reglemen tentang Pemadam Kebakaran di afdeling
kota dan kota-kota perbatasan Batavia). Dengan telah ditetapkannya Reglement
ini maka organisasi pemadam kebakaran di Batavia makin mantap dalam arti
bahwa untuk menghadapi bahaya kebakaran terdapat satu organisasi khusus
untuk menanggulanginya, dengan pegawai tetap yang berhak atas gaji sebagai
imbalan pelaksanaan tugas.

Tanggal 4 Oktober 1917 Gubernur Jenderal Hindia Belanda menetapkan


Staatsblad 1917 No.602 tentang Decentralisatie Brandweer. Dari Staatsblad
1917 No.602 ini dapat diketahui bahwa ketika itu disamping pemadam
kebakaran sipil masih terdapat pemadam kebakaran lainnya, yaitu pemadam
kebakaran militer untuk daerah-daerah yang dikuasai oleh militer. Proklamasi
kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 tidak serta merta menjadikan Indonesia
sebuah negara yang terorganisasi baik dan teratur. Pergolakan politik
berlangsung terus bahkan sampai pasca Pemilu pertama tahun 1955. Tanggal
18 Januari 1957 telah diberlakukan UU No.1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah. Sejak hari itu berlaku peraturan desentralisasi di seluruh
Indonesia dengan mencabut UU No.22 Tahun 1948, Staatsblad Indonesia Timur
No.44 Tahun 1950, staadsgemeente ordonantie dan semua peraturan lainnya
mengenai pemerintah daerah.

15
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Di Indonesia perkembangan peraturan tentang desentralisasi mempunyai


pengaruh yang kuat terhadap perkembangan organisasi pemadam kebakaran di
kabupaten/kota. Namun pengaruh kuat (otonomi daerah) tersebut tidak jarang
ber-outcome negatif justru bagi perkembangan organisasi pemadam kebakaran
di daerah yang notabene masih membutuhkan pembinaan teknis dari
pemerintah pusat. Era proteksi kebakaran modern di Indonesia ditandai dengan
terbitnya Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 1975 tentang Ketentuan
Penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. Gubernur Ali Sadikin ketika itu menyadari pentingnya peraturan
kebakaran bagi Jakarta yang pada tahun 1970-an mulai membangun gedung-
gedung tinggi, sementara institusi kota belum mampu memproteksi gedung
tinggi dari bahaya kebakaran.

Para ahli teknik dan birokrat juga belum memahami tentang aplikasi yang benar
dari persyaratan proteksi kebakaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan,
maupun penanganannya. Regulasi yang siap dalam menghadapi pembangunan
gedung tinggi yang pesat di Jakarta belum ada. Hal itu menyebabkan banyaknya
gedung tinggi yang tidak aman dari segi proteksi kebakaran. Baru setelah
sejumlah gedung tinggi di Jakarta terbakar berat pada tahun 1983/1984,
pemerintah pusat sadar akan fungsinya dalam pembinaan teknis kepada daerah.
Untuk itu telah diterbitkan berbagai regulasi bidang proteksi kebakaran baik
berupa keputusan menteri, standar nasional, maupun undang-undang seperti
UU No.1 th. 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan UU no. 28 th.
2002 tentang Bangunan Gedung.

Namun meskipun regulasi di bidang proteksi kebakaran telah tersedia, untuk


melaksanakan peraturan proteksi kebakaran tersebut di daerah ternyata tidak
mudah. Padahal untuk menyelenggarakan proteksi kebakaran yang baik
dibutuhkan banyak peraturan yang mengatur berbagai bidang terkait. Banyaknya
peraturan proteksi kebakaran yang harus dipersiapkan tentu menuntut
penguasaan atau pemahaman aspek teknis yang lebih tinggi. Masih terbatasnya
tenaga profesional di bidang proteksi kebakaran dan kekurang-pedulian
masyarakat dalam pengelolaan risiko kebakaran adalah salah satu kendala

16
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

kurang tersosialisasinya peraturan proteksi kebakaran hingga saat ini. Hal ini
akan sangat berpengaruh pada keamanan bangunan. Oleh karenanya
pemerintah daerah harus memberlakukan peraturan proteksi kebakaran secara
konsisten. Sampai kini sayangnya belum jelas sanksi bagi pemerintah daerah
yang tidak memberlakukan regulasi proteksi kebakaran di daerahnya.Padahal
peraturan proteksi kebakaran, baik yang termuat dalam Peraturan Bangunan
(Building Code) maupun dalam Peraturan Kebakaran (Fire Code); selain penting
bagi perencana, kontraktor, pemilik dan pengguna bangunan gedung; juga
mempunyai fungsi pengawasan. Fungsi pengawasan merupakan fungsi utama
pencegahan kebakaran dari instansi pemadam kebakaran di daerah. Di
samping itu pemerintah daerah juga mempunyai kewajiban dalam penyediaan
prasarana dan sarana proteksi kebakaran, penyediaan SDM, dan bantuan pasca
kebakaran. Tetapi masalah yang dihadapi oleh pemerintah daerah umumnya
sama yaitu masih adanya kesenjangan antara prasarana dan sarana proteksi
kebakaran berbanding dengan tingginya risiko kebakaran yang ada. Sejalan
dengan itu standar kompetensi personil proteksi kebakaran baik pada
pemerintah daerah maupun swasta juga masih belum mantap. Gambaran di atas
menyimpulkan bahwa risiko kebakaran pada tingkat perkotaan di Indonesia
masih cukup besar.

Lingkungan pemukiman padat dan kumuh juga selalu menjadi masalah


perkotaan sebagai akibat ketimpangan sosial yang ada. Lingkungan seperti ini
memiliki resiko kebakaran yang tinggi dan tentu menuntut keadilan dalam
mendapatkan pelayanan proteksi kebakaran. Sedangkan bangunan yang
memiliki fungsi publik, seperti bangunan vital, bangunan bersejarah, bangunan
pendidikan, bangunan rumah sakit, panti-panti, bangunan industri, bangunan
peribadatan, dan bangunan rekreasi perlu mendapat proteksi kebakaran yang
maksimal. Semua proteksi terhadap bangunan tersebut harus diarahkan agar
dapat mengatasi kebakaran yang terjadi secara mandiri mengingat minimnya
prasarana dan sarana proteksi kebakaran.

17
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

1. Permasalahan Proteksi Kebakaran Saat Ini

Hambatan kultural terbesar dari proteksi kebakaran di Indonesia adalah masih


kuatnya anggapan bahwa kebakaran adalah sebagai musibah dan bukan resiko.
Masyarakat juga belum menanamkan pengertian ”jangan dengan membakar”
sejak anak-anak. Sedangkan pendidikan proteksi kebakaran yang ada masih
sangat bersifat elementer. Saat ini belum ada sekolah kebakaran terakreditasi.
Yang ada, hanyalah diklat kebakaran milik pemerintah DKI Jakarta yang sudah
out of date dilihat dari perkembangan dunia proteksi kebakaran saat ini. Kursus
kilat yang ada lebih diminati karena sertifikat yang diterbitkan ketimbang
kompetensinya. Di lain pihak saat ini belum ada jurusan fire engineering pada
perguruan tinggi di Indonesia.

Upaya pemerintah sendiri dalam melakukan sosialisasi dan penyuluhan proteksi


kebakaran kepada masyarakat dirasakan masih belum efektif dan cenderung
hanya merupakan pemborosan. Media cetak dan elektronik umumnya juga lebih
tertarik meliput kebakaran sebagai kecelakaan ketimbang mengungkap akar
penyebabnya. Indonesia sampai kini belum mempunyai angka statistik nasional
tentang nilai ekonomi kerugian kebakaran baik korban jiwa, luka-luka, maupun
harta benda. Dengan demikian persepsi kebakaran sebagai resiko belum
dipahami dari aspek nilai ekonomi..

Sementara itu adanya tumpang-tindih peraturan kebakaran yang diterbitkan


pemerintah pusat telah menghambat pelayanan proteksi kebakaran kepada
masyarakat. Kurangnya code of practice peraturan proteksi kebakaran juga
menyulitkan pengaplikasiannya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pemanfaatan bangunan. Apalagi saat ini belum ada akuntabilitas polisi sebagai
penyidik tunggal dalam kasus-kasus kebakaran untuk membedakan penyebab
antara kelalaian atau kesengajaan. Secara umum memang komitmen
pemerintah daerah kepada proteksi kebakaran terutama dari segi penegakan
hukum masih kurang.

18
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

2. Proteksi Kebakaran ke Depan

Proteksi kebakaran ke depan sayogyanya dilihat dalam kerangka yang tidak saja
memperhatikan perlindungan aset milik masyarakat secara menyeluruh sebagai
perwujudan keadilan sosial, tetapi juga memperhatikan perlindungan aset milik
bangsa dalam kerangka warisan sejarah, lingkungan, dan keberlanjutan
ekosistem. Tantangan proteksi kebakaran yang dihadapi oleh instansi publik
seperti terbatasnya sumber air dan semakin sempitnya ruang gerak kendaraan
pemadam kebakaran diharapkan dapat diantisipasi dengan memanfaatkan
kemajuan mengimplementasikan teknologi dan mewujudkan proteksi kebakaran
yang lebih adil.

Pemerintah di masa mendatang perlu segera menetapkan standar kompetensi


personil proteksi kebakaran baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, serta
mendirikan lembaga diklat proteksi kebakaran yang handal di Indonesia. Hal itu
termasuk meningkatkan standar teknis proteksi kebakaran dalam rangka
menghadapi persoalan proteksi kebakaran yang semakin komplek.

Undang Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung juga diharapkan
memberi ruang bagi peran aktif masyarakat, bukan hanya dalam rangka
pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung untuk kepentingan sendiri,
tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan persyaratan dan tertib
penyelenggaraan bangunan gedung pada umumnya. Untuk mengaktualisasikan
peran aktif masyarakat dalam proteksi kebakaran perlu dibentuk organisasi
asosiasi dari orang-orang yang mempunyai profesi dan menaruh minat pada
bidang proteksi kebakaran. Dapat dipastikan bahwa akan banyak sekali
kegiatan yang harus dilakukan oleh organisasi asosiasi tersebut agar bidang
proteksi kebakaran di Indonesia semakin berkembang.

19
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN YANG TERKAIT

Peraturan perundangan yang terkait dengan Kebakaran dan Bencana menjadi


acuan dalam penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
Kabupaten Belitung Timur, dan sekaligus menjadi landasan kebijakan dalam
pengembangannya. Untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan dari kegiatan ini,
acuan yang menjadi standar kualifikasi / spesifikasi, diantaranya:
1. Undang-undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
2. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
3. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
4. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
Alam
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2008 tentang
Pedoman teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
(RISPK)
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung
Dan Lingkungan.
8. Keputusan Meneg. PU Nomor 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Perkotaan
9. Perda Kab. Belitung Timur No 2 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Bangunan Gedung dan Izin Mendirikan Bangunan.
10. SNI yang berhubungan dengan pencegahan dan penaggulangan
kebakaran

20
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Gambar 3. 1 Diagram / Alur RISPK

A. Acuan Peraturan Tingkat Nasional

1. Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Acuan Pokok untuk bidang pencegahan kebakaran adalah Undang Undang


Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Peraturan Pemerintah Nomor
36 tahun 2005 tentang Bangunan Gedung, Permen PU No.26 Tahun 2008
tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan gedung dan Lingkungan, serta Standar Nasional Indonesia.

1. Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk:

a. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan


tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan
lingkungannya;

b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang


menjamin keandalaan teknis bangunan gedung dari segi
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;

21
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

c. Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bagunan


gedung.

2. Undang-Undang ini mengatur ketentuan tentang bangunan gedung yang


meliputi fungsi, persyaratan, penyelenggaraan, peran masyarakat, dan
pembinaan

3. Persyaratan Teknis bangunan gedung yang terkait dengan kebakaran

a. Persyaratan jarak bebas bangunan gedung (pasal 13) selain


memperhitungkan garis sempadan bangunan gedung, jarak antara
as jalan dan pagar halaman, juga keamanan. Jarak antar bangunai
merupakan faktor penting dalam rangka mencegah penjalaran api
antar bangunan gedung

b. Persyaratan keandalan bangunan gedung (pasal 16) meliputi


persyaratan keselamatan, kecepatan, kenyamanan, dan
kemudahan.

c. Persyaratan keselamatan bangunan gedung (pasal 17) persyaratan


kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan,
serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.

d. Persyaratan kemampunan bangunan gedung dalam mencegah dan


menanggulanggi bahaya kebakaran, merupakan kemampunan
bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya
kebakaran melalui sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif.

e. Sistem proteksi pasif (pasal 19) meliputi kemampuan stabilitas


struktur dan elemennya, konstruksi tahan api, kompartemenisasi
dan pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada untuk
menahan dan membatasi kecepatan menjalarnya api dan asap
kebakaran.

22
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

f. Sistem proteksi aktif (pasal 19) meliputi kemampuan peralatan


dalam mendeteksi dan memadamkan kebakaran, pengendalian
asap, dan sarana penyelamatan kebakaran.

g. Bangunan gedung, selain rumah tinggal, harus dilengkapi dengan


sistem proteksi pasif dan aktif.

h. Akses evakuasi dalam keadaan darurat (pasai 30) harus disediakan


di dalam bangunan gedung meliputi sistem peringatan bahaya bagi
pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi apabila terjadi
bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya kecuali rumah
tinggal.

i. Penyediaan akses evakuasi sebagaimana dimaksud diatas harus


dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi dengan penunjuk arah
yang jelas.

j. Undang Nomor 28 tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah Nomor 36


tahun 2005 sudah menjabarkan persyaratan teknis kebakaran,
secara detail dalam KEPMENEG PU 10/KPTS/2000 dan SNI
sebagai peraturan pelaksanaannya

4. Persyaratan Penyelenggaraan bangunan gedung yang terkait dengan


kebakaran :

a. Penyelenggaraan bangunan gedung (pasal 34) meliputi kegiatan


pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.

b. Penyelenggaraan bangunan gedung terdiri dari atas pemilik


bangunan gedung, penyedia jasa konstruksi,- dan pengguna
bangunan gedung.

c. Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratan


teknis, tetap harus memenuhi ketentuan tersebut secara bertahap.

d. Pengesahan rencana teknis bangunan gedung untuk kepentingan


umum ditetapkan oteh Pemerintah Daerah setelah mendapat
pertimbangan teknis dari tim ahli (pasal-36)

23
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

e. Keanggotaan tim ahli bangunan gedung sebagaimana dimaksud


diatas bersifat ad hoc terdiri atas para ahli yang diperlukan sesuai
dengan kompleksitas bangunan gedung.

f. Pemanfaatan bangunan gedung dilakukan oleh pemilik atau


pengguna bangunan gedung setelah bangunan gedung tersebut
dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi (pasal 37).

g. Bangtinan gedung dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi


apabila telah memenuhi persyaratan teknis

h. Pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala pada


bangunan gedung harus dilakukan agar tetap memenuhi
persyaratan laik fungsi.

i. Perbaikan, pemugaran, dan pemanfaatan bangunan gedung dan


lingkungan cagar budaya yang dilakukan menyalahi ketentuan
fungsi dan/atau karakter cagar budaya, harus dikembalikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

5. Pembinaan Penyelenggaraan bangunan gedung

a. Pemerintah meryelenggarakan pembinaan bangunan gedung (pasal


43) secara nasional untuk meningkatkan pemenuhan persyaratan
dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung.

b. Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan penyelenggaraan


bangunan gedung sebagaimana dimaksud diatas di daerah.

Sebagian penyelenggaraan dan pelaksanaan pembinaan dilakukan


bersama¬sama dengan masyarakat yang terkait dengan bangunan gedung
dengan persetujuan Dewan Perwakilan. Rakyat Republik Indonesia, undang-
undang ini ditetapkan dengan pertimbangan antara lain bahwa bangunan
gedung harus diselenggarakan secara tertib, diwujudkan sesuai dengan
fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan
gedung; bahwa bangunan gedung hams dapat terselenggara secara tertib dan

24
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

terwujud sesuai dengan fungsinya, diperlukan peran masyarakat dan upaya


pembinaan.

Penanganan bencana merupakan salah satu perwujudan fungsi pemerintah


dalam perlindungan rakyat. Oleh karenanya rakyat mengharapkan pemerintah
dapat melaksanakan penanganan kebakaran dan bencana sepenuhnya. Hak
atas keselamatan dapat didefmisikan secara sederhana sebagai berikut:

"Setiap orang mempunyai hak atas standar perlindungan yang setinggi


tingginya dari ancaman kebakaran dan bencana baik yang disebabkan
oleh maupun dari ulah manusia".

Definisi ini didukung oleh hak-hak ekonomi, sosial dan budaya seperti tercantum
pada piranti-piranti hukum hak azasi internasional. Seperti juga hak-hak yang
lain, hak atas keselamatan juga membawa kewajiban, pada umumnya dari
pemerintah, tetapi juga para pelaku-pelaku lainnya untuk mengambil langkah-
langkah untuk mewujudkannya. Seperti juga kesejahteraan sosial dan
kesehatan, suatu keselamatan yang mutlak tidak ada dan tidak akan pernah
tercapai. Keselamatan tidak juga dapat didefmisikan secara persis karena
masing-masing interaksi antara ancaman, kerentanan dan kemampuan
penanggulangan kebakaran dan bencana akan menghasilkan tingkat
keselamatan yang berbeda-beda.

Oleh karena tingkat keselamatan tidak dapat dibakukan, maka yang layak
menjadi sasaran adalah tercapainya tingkat keselamatan yang
setinggi¬tingginya sehubungan dengan masing-masing konteks risiko yang ada
pada masyarakat tertentu. Hak atas setinggi-tingginya tingkat keselamatan ini
berhadapan dengan kewajiban untuk memenuhi hak tersebut, yaitu kewajiban
untuk memberikan sebaik mungkin perlindungan dari risiko kebakaran dan
bencana.

25
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

2. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan


Pelaksanaan Undang-Undang nomor 28 tahun 2002

Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan


yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.

Asas, Tujuan dan Lingkup


Pasal 1

1. Bangunan gedung diselengarakan berlandaskan asas kemanfaatan,


keselamatan, keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung
dcngar, lingkungannya.

2. Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk:

a. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan


tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengn lingkungannya;

b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang


menjamin keandalan teknis bangunan gedung dart. segi keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;

c. Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan


gedung.

Undang-undang ini mengatur ketentuan tentang bangunan gedung


yang meliputi fungsi, persyaratan, penyelenggaraan, peran
masyarakat, dan pembinaan.

3. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan


Pelaksanaan Undang-undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung,

Ruang Lingkup:

Memuat penjelasan pasal demi pasal Undang-undang No. 28 Tahun


2002 Tentang Bangunan Gedung.

26
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

4. KepMeneg PU No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis


Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan.

Maksud dan Tujuan


Pasal 2

1. Pengaturan pengamanan terhadap bahaya kebakarari ipada bangunan


gedung dan lingkungan dimaksudkan untuk mewujudkan penyelenggaraan
bangunan gedung yang aman terhadap bahaya kebakaran mulai dari
perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai pada tahap
pemanfaatan sehingga bangunan gedung senantiasa andal dan berkualitas
sesuai dengan fungsinya.

2. Pengaturan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan


gedung dan lingkungan bertujuan terselenggaranya fungsi bangunan
gedung dan lingkungan yang aman terhadap manusia, harta benda,
khususnya dari bahaya kebakaran sehingga tidak mengakibatkan
terjadinya gangguan proses produksi/distribusi barang dan jasa, dan
bahkan dari gangguan kesejahteraan sosial.

Persyaratan Teknis

Pasal 3

1. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan


lingkungan meliputi:

a. Perencanaan tapak untuk proteksi kebakaran

b. Sarana penyelamatan

c. Sistem proteksi pasif

d. Sistem proteksi aktif

e. Pengawasan dan pengendalian

2. Rincian pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung


dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini yang dirinci

27
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

lebih lanjut pada Lampiran Keputusan Menteri Negara ini merupakan


bagian yang tak terpisahkan dari Keputusan Menteri Negara ini.

3. Setiap orang atau badan termasuk instansi pemerintah dalam


penyelenggaraan pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung wajib
memenuhi ketentuan pengamanan bahaya kebakaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2) Pasal ini.

Pengaturan Pelaksanaan di Daerah

Pasal 5

1. Untuk pedoman pelaksanaan penyelenggaraan bangunan gedung di


daerah perlu dibuat Peraturan Daerah yang didasarkan pada ketentuan-
ketentuan dalam Keputusan Menteri Negara

2. Dalam hal Daerah belum mempunyai Peraturan Daerah sebagaimana


dimaksud ayat (1) Pasal ini, maka terhadap penyelenggaraan bangunan
gedung di Daerah diberlakukan ketentuan-ketentuan pengamanan
terhadap kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3.

3. Daerah yang telah mempunyai Peraturan Daerah tentang pengamanan


terhadap kebakaran pada bangunan gedung sebelum Keputusan Menteri
Negara ini diterbitkan harus. menyesuaikannya dengan ketentuan-
ketentuan pengamanan terhadap kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

Pasal 6

1. Dalam melaksanakan pembinaan pembinaan pembangunan dan


pemanfaatan / pemeliharaan bangunan gedung, Pemerintah Daerah
melakukan peningkatan kemampuan aparat Pemerintah Daerah maupun
masyarakat dalam memenuhi ketentuan pengamanan terhadap kebakaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 untuk terwujudnya tertib
pembangunan gedung.

28
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

2. Dalam melaksanakan pembinaan pembinaan pembangunan dan


pemanfaatan / pemeliharaan bangunan gedung, Pemerintah Daerah wajib
menggunakan ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sebagai landasan dalam
mengeluarkan persetujuan perizinan yang diperlukan.

3. Terhadap aparat Pemerintah Daerah yang bertugas dalarn pengen.dalian


pembangunan dan pemanfaatan / pemeliharaan bangunan gedung yang
inefakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3 dikenakan sanksi
administrasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. KEPMENNEG PU NOMOR 10/KP1'S/2000 Ketentuan Teknis Pengamanan


Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Pengamanan. terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan


lingkungan adalah segala upaya yang menyangkut ketentuan dan
persyaratan teknis yang diperlukan dalam mengatur dan mengendaliKan
penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung, yaitu :

a. Termasuk dalam rangka proses perizinan,

b. Pelaksanaan

c. Pemanfaatan/pemeliharaan bangunan gedung,

d. Pemeriksaan kelaikan dan keandalan bangunan gedung terhadap


bahaya kebakaran

1. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan


lingkungan meliputi:

a. Perencanaan tapak untuk proteksi kebakaran, yaitu Perencanaan


mengenai tata letak bangunan terhadap lingkungan sekitar dikaitkan
dengan bahaya kebakaran dan upaya pemadaman

b. Sarana penyelamatan, yaitu sarana yang dipersiapkan untuk


dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran

29
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta-benda bila


terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan.

c. Sistem proteksi pasif, yaitu sistem perlindungan terhadap


kebakaran yang dilaksanakan dengan melakukan pengaturan
terhadap komponen bangunan gedung dari aspek arsitektur dan
struktur sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dan
Benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran.

d. Sistem proteksi aktif, yaitu sistem perlindungan terhadap kebakaran


yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan yang dapat
bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh penghuni
atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi
pemadaman. Selain itu sistem ini digunakan dalam melaksanakan
penanggulangan awal kebakaran

e. Pengawasan dan pengendalian, yaitu upaya yang perlu dilakukan


oleh pihak terkait dalam melaksanakan pengawasan maupun
pengendalian dari tahap perencanaan pembangunan bangunan
gedung sampai dengan setelah terjadi kebakaran pada suatu
bangunan gedung dan lingkungan

2. Pedoman pelaksanaan penyelenggaraan bangunan gedung di Daerah


perlu dibuat:

a. Peraturan Daerah yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam


Keputusan Menteri Negara ini.

b. Daerah belum mempunyai Peraturan Daerah, maka terhadap


penyelenggaraan bangunan gedung di Daerah diberlakukan
ketentuan-ketentuan pengamanan terhadap kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan.

c. Daerah yang telah mempunyai Peraturan Daerah tentang


pengamanan terhadap kebakaran pada bangunan gedung sebelum
Keputusan Menteri Negara ini diterbitkan harus menyesuaikannya
dengan ketentuan-ketentuan pengamanan terhadap kebakaran pada

30
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

bangunan gedung dan lingkungan

3. Dalam melaksanakan pembinaan pembangunan dan pemanfaatan/


pemeliharaan bangunan gedung, Pemerintah Daerah melakukan
peningkatan kemampuan aparat Pemerintah Daerah maupun masyarakat
dalam memenuhi ketenthan pengarrianan terhadap kebakaran untuk
terwujudnya tertib pembangunan bangunan gedung.

4. Dalam melaksanakan pengendalian pembangunan dan pemanfaatan/


pemeliharaan bangunan gedung, Pemerintah Daerah wajib
menggunakan ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran
sebagai landasan dalam mengeluarkan persetujuan perizinan yang
diperlukan.

5. Terhadap aparat Pemerintah Daerah yang bertugas dalam pengendalian


pembangunan dan pemanfaatan/pemeliharaan bangunan gedung yang
melakukan pelanggaran ketentuan dapat dikenakan sanksi administrasi
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Penyelenggaraan pembangunan atau pemanfaatan/pemeliharaan


bangunan gedung yang melanggar ketentuan-ketentuan dapat dikenakan
sanksi administrasi yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

7. Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dikenakan sesuai dengan


tingkat pelanggaran, dapat berupa:

a. Peringatan tertulis

b. Pembatasan kegiatan

c. Penghentian sementara kegiatan pemanfaatan sampai dilakukannya


pemenuh an ketentuan manajemen tersebut

d. Pencabutan ijin yang telah dikeluarkan untuk menyelenggarakan


pemanfaatan bangunan gedung dan atau lingkungannya.

8. Pembinaan pelaksanaan ketentuan teknis ini dilakukan oleh Pemerintah


dalam rangka meningkatkan kemampuan, dan, kemandirian Pemerintah
Daerah dan masyarakat dalam manajemen penanggulangan kebakaran

31
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

kota, lingkungan, dan bangunan gedung.

9. Pembinaan dilakukan melalui pemberian bimbingan, penyuluhan,


pelatihan dan pengaturan.

4. Undang-Undang Nomor 24/2007 Tentang Penanggulangan Bencana

Pemadam Kebakaran sebagai Lembaga yang bersifat non-profit mempunyai


tugas,pokok dan fungsi mulai dari pencegahan, penanggulangan kebakaran
serta penyelamatan baik harta benda, maupun jiwa dari bahaya kebakaran
maupu bencana lainnya.

Adapun pengertian penyelamatan dari bencana sudah barang tentu


mempunyai persamaan dengan lembaga lain yang mempunyai Tupoksi
serupa yakni Linmas, Dinas Sosial atau pun satuan lain seperti Satkorlak
PBA namun, ada satu Tupoksi lain di Lembaga Pemadam Kebakaran yang
tidak dapat diadopsi oleh Lembaga lain yakni Bidang Pencegahan
mengingat pada bidang tersebut lebih bersifat tatanan teknis dalam upaya
mencegah terjadinya kebakaran pada bangunan/ gedung sesuai dengan
amanat undang-undang No.28 Tahun 2002 tentang undang-undang
bangunan gedung.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

32
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Gambar 3. 2 Diagram / Alur Kejadian Bencana Alam

Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang


meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi

1. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana,sesuai Bab I, Pasal 1 Angka


5.

a. Serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan


yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat dan rehabilitasi.

b. Serangkaian upaya yg meliputi penetapan kebijakan (pembangunan)


pengurangan risiko bencana yang dilaksanakan pada tahap pra
bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana.

33
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Gambar 3. 3 Diagram / Alur Penanggulangan Bencana Alam

2. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Bab VII, Pasal 33 dan 34)

a. Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap


meliputi:

 Prabencana;

 Saat tanggap darurat; dan

 Pasca bencana;

b. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan


prabencana meliputi:

 Dalam situasi tidak terjadi bencana

 Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana

c. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dalam Situasi Tidak


Terjadi Bencana, meliputi:

 Perencanaan penanggulangan bencana

 Pengurangan risiko bencana

 Pencegahan

 Pemaduan dalam perencanaan pembangunan

34
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

 Persyaratan analisis risiko bencana

 Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang

 Pendidikan dan pelatihan

 Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana

d. Perangkat yang mendukung agar Sistem Penanggulangan Bencana


dapat dilaksanakan, minimal harus ddisiapkan :

 Legislasi (peraturan perundangan)

 Institusi /kelembagaan ( SDM, Saerana dan Prasarana, serta SOP)

 Perencanaan

 Implementasi (penyelenggaraan)

 Pendanaan

 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

e. Perencanaan Penanggulangan Bencana

 Ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai


kewenangannya

 Penyusunannya dikoordinasikan oleh Badan

 Dilakukan melalui penyusunan data tentang risiko bencana pada


suatu wilayah dalam waktu tertentu berdasarkan dokumen resmi
yang berisi program kegiatan penanggulangan bencana.

 Ditinjau secara berkala oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.

f. Perencanaan Penanggulangan Bencana (Pasal 36, ayat (4) meliputi

 Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana

 Pemahaman kerentanan masyarakat

 Analisis kemungkinan dampak bencana

 Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana

 Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak;

35
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

 Alokasi tugas, kewenangan dan sumberdaya yg tersedia.

g. Pengenalan dan Pengkajian Ancaman (hazard assessment)

 Identifikasi semua jenis ancaman bahaya (hazard) yang ada di


daerah tersebut.

 Identifikasi diperoleh dari catatan/data kejadian bencana yg pernah


terjadi.

 Lokalisir wilayah yang terancam.

 Analisis tingkat / magnitudo dari ancaman tersebut (besar, sedang


dan ringan).

h. Pemahaman tentang Kerentanan

 Kerentanan adalah kondisi sosial, ekonomi dan budaya


masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan dalam
menghadapi bencana.

 Kerentanan masyarakat dapat dilihat dari aspek:

- Sosial (kesehatan, pendidikan dll.)

- Ekonomi (taraf hidup, penghasilan dll.)

- Budaya (perilaku, kearifan lokal dll)

- Lingkungan (pesisir, hutan, perkotaan dll.)

- Kerentanan selalu dikaitkan dengan ancamannya, misal:


kerentanan thd banjir # terhadap tsunami.

i. Analisis Kemungkinan Dampak Bencana

j. Analisis kemungkinan dampak bencana = analisis risiko bencana

 Tingkat risiko dapat dihitung dgn. beberapa metoda.

 Hasil analisis risiko disajikan dalam bentuk peta risiko bencana.

k. Tindakan terhadap risiko bencana

 Suatu risiko bencana dapat ditanggapi dg. Tindakan:

36
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

 Pencegahan risiko (menghilangkan ancaman dan kerentanan atau


pemicu kejadian)

 Pengurangan risiko (mitigasi dan kesiapsiagaan)

 Pengalihan risiko (asuransi)

 Menerima risiko (pasrah)

l. Mekanisme Kesiapan dan Penanggulangan

 Setiap pilihan tindakan thd. risiko dibuat mekanisme


penanganannya dlm. bentuk: pedoman, petunjuk, prosedur yg
disepakati dan dipatuhi oleh semua pihak.

 Berdasarkan mekanisme penanganan yg disepakati, setiap


unit/satuan kerja menyusun mekanisme penanganan internal di
lingkungan masing-masing.

m. Alokasi tugas, kewenangan dan sumberdaya.

 Sesuai tugas, fungsi dan kewenangan lembaga, setiap unit/satuan


kerja menyusun rencana kerja dan rencana aksi untuk
mengerahkan sumberdaya manusia, peralatan dan pendanaan
yang dimiliki.

 Seluruh rencana kerja dan rencana aksi setiap unit/satuan kerja


diintegrasikan dlm. Rencana Penanggulangan Bencana.

n. Penyusunan dan Penetapan RPB, Penyusunan RPB dikoordinasikan


oleh:

 BNPB untuk tingkat nasional

 BPBD provinsi untuk tingkat provinsi

 BPBD kab/kota untuk tingkat kabupaten/kota

 RPB ditetapkan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah untuk


jangka waktu 5 (lima) tahun.

 RPB ditinjau secara berkala setiap 2 (dua) tahun

37
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

 Pedoman penyusunan RPB ditetapkan oleh Kepala BNPB.

o. Outline Rencana PB

 Gambaran Umum Daerah

 Ancaman, Kerentanan dan Risiko

 Kebijakan

 Tindakan Penanganan

 Mekanisme

 Alokasi tugas

p. Perencanaan dalam Penanggulangan Bencana

Sesuai tahapan dan sasarannya perencanaan penanggulangan


bencana dibagi menjadi:

 Perencanaan penanggulangan bencana

 Perencanaan kontinjensi dan kedaruratan

 Perencanaan operasi tanggap darurat

 Perencanaan pemulihan (rehab & rekon)

q. Organisasi Manajemen Bencana yang Ideal (in our dream)

 Wadah organisasi permanen (tidak Ad Hoc seperti Satkorlak)

 Mempunyai kapabilitas dan kemampuan “Strategis dan


Operasional” untuk seluruh fase siklus Manajemen Bencana :
Preparedness, Respon, Recovery dan Mitigasi.

 Mempunyai kewenangan untuk

 Mewarnai kebijakan semua tingkat pemerintahan (dimulai


perencanaan)

 Menggerakkan lintas Pemerintahan(TNI/ POLRI/ SAR dsb) dan


mengkoordinasi lintas sektor (terutama ketika beroperasional).

38
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

 Kewenangan mengelola anggaran dan SDM (untuk beinvestasi


menciptakan kapabilitas profesionalisme penanganan bencana).

 Mengedukasi dan menggerakan masyarakat.

 Melakukan kerjasama internasional maupun lokal.

r. Refleksi ke aktivitas 2002-2007

Strategis Operasional

• Pengembangan Kapabilitas dan • Pembangunan dan


Kemampuan Kelurahan sebagai Pengelolaan Crisis Center
frontliners • Pengembangan Training
• Edukasi Masyarakat (Jakarta Center
Disaster Awareness Week) • Pelatihan dan sertifikasi
• Kerjasama international untuk berbagai jenjang tenaga
mendapatkan pengetahuan pengelola bencana
best practices (Claude De Ville, • Peningkatan kapasitas dan
Kerjasama dengan Pemerintah keterlibatan community
Perancis, dsb) dalam pengelolaan bencana
• Pengembangan kapabilitas 1st
responders: Ambulans Gawat
Darurat, Pemadam Kebakaran,
RS/Puskesmas dll.

5. Undang-Undang Nomor 26/2007 Tentang Tata Ruang

 Undang-Undang No.27 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Pembuat Undang-Undang No.27 tahun 2007 tentang Penataan Ruang


dalam menimbangnya antara lain telah mengamanatkan:

Bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat


yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang sehingga

39
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

diperlukan penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif,


dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan;

Bahwa secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada


pada kawasan rawan bencana sehingga diperlukan penataan ruang yang
berbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan
kenyamanan kehidupan.

Amanat dalam menimbang tersebut dijabarkan dalam pasal 1 UU No.27


tahun 2007 tentang Penataan Ruang dengan memperjelas a.l. tentang
Penataan Ruang, Penyelenggaraan Penataan Ruang, Pembinaan
Penataan Ruang, Pelaksanaan Penataan Ruang, Pengawasan Penataan
Ruang, Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang,Pengendalian
Pemanfaatan Ruang, dan Rencana Tata Ruang sbb.

1) Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata


ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

2) Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi


pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan
ruang.

3) Pembinaan penataan ruang adalah upaya untumeningkatkan


kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.

4) Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan


penataan ruang melalui

5) pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan


pengendalian pemanfaatan ruang.

6) Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan


penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.

40
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

7) Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan


struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang.

8) Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur


ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui
penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

9) Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk


mewujudkan tertib tata ruang.

Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

 Tujuan Penataan Ruang (pasal 3 UU No.27 thn 2007 tentang


Penataan Ruang )

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang


wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:

1) Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan


lingkungan buatan;

2) Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam


dan sumber daya

3) buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak


negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

 Tentang Kawasan Perkotaan UU ttg Penataan Ruang ini memberi


batasan bahwa kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

41
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota ditentukan dalam


pasal 11 UU No.27 Thn 2007 ttg Penataan Ruang sbb:

1) Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam


penyelenggaraan penataan ruang meliputi:

 Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap


pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan
kawasan strategis kabupaten/kota;

 Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;

 Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis


kabupaten/kota; dan

 Kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota.

2) Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan


penataan ruang wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:

 Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota;

 Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan

 Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

3) Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis


kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
pemerintah daerah kabupaten/kota melaksanakan:

 Penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;

 Perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;

 Pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan

 Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis


kabupaten/kota.

4) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dan ayat (2), pemerintah daerah kabupaten/kota mengacu

42
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

pada pedoman bidang penataan ruang dan petunjuk


pelaksanaannya.

5) Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), pemerintah daerah
kabupaten/kota :

 Menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan rencana


umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota; dan

 Melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan


ruang.

6) Dalam hal pemerintah daerah kabupaten/kota tidak dapat


memenuhi standar pelayanan minimal bidang penataan ruang,
pemerintah daerah provinsi dapat mengambil langkah
penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

 Tentang Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota (Pasal 28,29, dan


30 UU No27 Thn 2007)

Pasal 28

Bahwa ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 27 berlaku
mutatis mutandis untuk perencanaan tata ruang wilayah kota, dengan
ketentuan selain rincian dalam Pasal 26 ayat (1) ditambahkan:

a. Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau;

b. Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau;


dan

c. Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana


jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal,
dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan

43
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan


pusat pertumbuhan wilayah.

Pasal 29

a. Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf


a terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau
privat.

b. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30


(tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.

c. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit
20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.

Pasal 30

Distribusi ruang terbuka hijau publik sebagaimandimaksud dalam Pasal


29 ayat (1) dan ayat (3) disesuaikan dengan sebaran penduduk dan
hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola
ruang.

 Tentang Penataan Ruang Kawasan Perkotaan (pasal 41 UU No. 27


Thn 2007)

Pasal 41

a. Penataan ruang kawasan perkotaan diselenggarakan pada:

 Kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten;


atau

 Kawasan yang secara fungsional berciri perkotaan yang mencakup


2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih
wilayah provinsi.

b. Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan


huruf b menurut besarannya dapat berbentuk kawasan perkotaan kecil,

44
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

kawasan perkotaan sedang, kawasan perkotaan besar, kawasan


metropolitan, atau kawasan megapolitan.

c. Kriteria mengenai kawasan perkotaan menurut besarannya


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan
pemerintah.

 Tentang Perencanaan Tata Ruang Kawasan Perkotaan (pasal 42 dan


43 UU No.27 Thn 2007)

Pasal 42

a. Rencana tata ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagian


wilayah kabupaten adalah rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.

b. Dalam perencanaan tata ruang kawasan perkotaan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan Pasal 29, dan Pasal 30.

Pasal 43

a. Rencana tata ruang kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau


lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah provinsi
merupakan alat koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan yang
bersifat lintas wilayah.

b. Rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi


arahan struktur ruang dan pola ruang yang bersifat lintas wilayah
administratif.

 Tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang (pasal 35 dan 36 UU


No.27 thn 2007)

Pasal 35

Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan


zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan
sanksi.

45
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Pasal 36

a. Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 disusun


sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.

b. Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk


setiap zona pemanfaatan ruang.

c. Peraturan zonasi ditetapkan dengan:

 Peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem


nasional;

 Peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem


provinsi

 Peraturan

6. Permen PU No. 2009 Tentang Pedoman Teknis Proteksi Kebakaran


Kota

BAB II
MANAJEMEN PROTEKSI KEBAKARAN DI PERKOTAAN
Bagian Kesatu
Umum
1.) Manajemen proteksi kebakaran di perkotaan meliputi ketentuan
manajemen mengenai:
a. proteksi kebakaran di kota;
b. proteksi kebakaran di lingkungan termasuk ketentuan
mengenai sistem ketahanan kebakaran lingkungan (SKKL);
dan
c. proteksi kebakaran di bangunan gedung termasuk panduan
penyusunan model Rencana Tindakan Darurat Kebakaran
(RTDK/Fire Emergency Plan) pada Bangunan Gedung, serta
pembinaan dan pengendaliannya.
2.) Ketentuan rinci mengenai manajemen proteksi kebakaran di perkotaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran yang

46
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan peraturan


menteri ini.
3.) Ketentuan manajemen proteksi kebakaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan pedoman teknis yang wajib dipenuhi setiap orang
atau badan termasuk instansi Pemerintah dalam penyelenggaraan
pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung.

B. Acuan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Standar Nasional Indonesia atau SNI adalah standar yang dibuat bersama-
sama oleh Badan Standarisasi Nasional atau BSN dan tim teknis dan
instansi terkait dan ditetapkan dengan cara konsensus. Terutama untuk
bidang proteksi kebakaran, SNI adalah hasil adopsi seluruhnya atau
sebagian dari standar internasional (misalnya standar-standar NFPA atau
National Fire Protection Association), dengan demikian didapat standar yang
bermutu tinggi dan teruji kebenarannya. Berikut adalah SNI yang terkait
dengan pencegahan kebakaran.

1. Daftar SNI terkait aspek kebakaran, keterangan dapat dilihat sebagai


berikut:

a. SNI 03-1735-2000 Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan


Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Rumah dan Gedung

b. SNI 03-1736-2000 Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif


Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah
dan Gedung

c. SNI 03-1745-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan


Sistem Pipa Tegak dan Slang Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung

47
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

d. SNI 03-1746-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan


Sarana Jalan Keluar Untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung

e. SNI 03-6574-2001 Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat,


Tanda Arah dan Sistem Peringatan Bahaya Pada Bangunan
Gedung

f. SNI 03-3985-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan


Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung

g. SNI 03-3987-1995 Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Alat


Pemadam Api Ringan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan Rumah Dan Gedung

h. SNI 03-3989-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan


Sistem Springkler Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan Gedung

i. SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk


Proteksi Kebakaran

j. SNI 03-6571-2000 Sistem Pengendalian Asap Kebakaran Pada


Bangunan Gedung

k. SNI 03-7012-2004 Sistem Manajemen Asap di Dalam Mal, Atrium


dan Ruangan Bervolume Besar

l. SNI 03-7015-2004 Sistem Proteksi Petir Pada Bangunan Gedung

m. SNI 04-0225-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik


2000 (PUIL 2000)

n. SNI 03-7011-2004 Keselamatan Pada Bangunan Fasilitas Layanan


Kesehatan

o. SNI 09-7053-2004 Kendaraan dan Peralatan Pemadam Kebakaran


- Pompa

48
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

p. SNI 03-1739-1989 Metode Pengujian Jalar Api Pada Permukaan


Bahan Bangunan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Rumah dan Gedung.

q. SNI 03-1740-1989 Metode Pengujian Bahan Bakar Bangunan


Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah
dan Gedung.

r. SNI 03-1741-1989 Metode Pengujian Tahan Api Komponen


Struktur Bangunan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung.

s. SNI 03-6382-2000 Spesifikasi Hidran Kebakaran Tabung Basah.

t. SNI C3-6420-2000 Spesifikasi Sistem Pengolahan Udara di Dapur


dan Ruang Parkir Sebagai Pengendali Asap Kebakaran Dalam
Bangunan.

u. SNI 03-6382-2000 Tata Cara Penanggulangan Keadaan Darurat


untuk Bangunan.

2. Ruang Lingkup SNI

a. SNI 03-1735-2000 Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan


dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan Rumah dan Gedung (acuan ”Fire Precautions in
Buildings”, 1997, Fire Safety Bureau, Singapore Civil Defence
Force).

Ruang Lingkup:

Standar ini dimaksudkan sebagai acuan yang diperlukan dalam


perencanaan jalan lingkungan dan akses ke bangunan gedung
sehingga penyelamatan dan operasi pemadaman kebakaran dapat
dilakukan seefektif mungkin.

b. SNI 03-1736-2000 Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi


Pasif Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Rumah dan Gedung (acuan Building Code of Australia, 1996).

49
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Ruang Lingkup:

 Standar ini ditujukan untuk mengamankan dan menyelamatkan


jiwa, harta benda dan kelangsungan fungsi bangunan.

 Standar ini mencakup ketentuan-ketentuan yang memperkecil


resiko bahaya kebakaran pada bangunan itu sendiri, maupun
resiko perambatan api terhadap bangunan yang berdekatan
sehingga pada saat terjadi kebakaran, bangunan tersebut
masih stabil dan tahan terhadap robohnya bangunan.

 Standar ini menetapkan kriteria minimal untuk perancangan


sistem proteksi pasif sehingga usaha mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran pada bangunan gedung
dapat tercapai.

c. SNI 03-1745-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan


Sistem Pipa Tegak dan Slang Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung (acuan NFPA
14, Standard for the Installation of Standpipe and Hose System,
1996) .Ruang Lingkup:

 Standar ini mencakup persyaratan minimal untuk instalasi pipa


tegak dan sistem hidran/slang pada bangunan gedung.

 Standar ini tidak mencakup persyaratan untuk pemeriksaan


berkala, pengujian, dan pemeliharaan sistem pipa tegak.

d. SNI 03-1746-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan


Sarana Jalan Keluar Untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung (acuan NFPA 101 Life
Safety Code, 1997).

Ruang Lingkup:

 Standar ini ditujukan untuk keselaatan jiwa dari bahaya


kebakaran Ketentuan-ketentuannya juga akan membantu
keselamatan jiwa dari keadaan darurat yang serupa.

50
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

 Standar ini mencakup aspek: konstruksi, proteksi dan


penghunian, untuk meminimalkan bahaya kebakaran terhadap
jiwa, termasuk asap, gas dan kepanikan.

 Standar ini menetapkan kriteria minimal untuk perancangan


fasilitas jalan keluar yang aman, sehingga memungkinkan
penghuni menyelamatkan diri dengan cepat dari dala,
bangunan, atau bila dikehendaki ke dalam daerah aman di
dalam bangunan.

e. SNI 03-1747-2000 Tata Cara Perancangan Pencahayaan


Darurat, Tanda Arah dan Sistem Peringatan Bahaya Pada
Bangunan Gedung (acuan NFPA 101 Life Safety Code, dll)

Ruang Lingkup:

 Standar pencahayaan darurat, tanda arah dan sistem


peringatan bahaya pada bangunan gedung ini dimaksudkan
sebagai standar minimal bagi semua pihak yang terlibat dalam
perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan gedung.

 Dengan mengikuti standar ini diharapkan diperoleh bangunan


gedung yang memenuhi syarat keamanan sesuai ketentuan
yang berlaku untuk bangunan.

f. SNI 03-3985-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan


Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung (acuan
NFPA 72E, Standard on Automatic Fire Detector, 1987).

Ruang Lingkup:

 Standar ini mencakup persyaratan minimal, kinerja, lokasi,


pemasangan, pengujian, dan pemeliharaan sistem deteksi dan
alarm kebakaran untuk memproteksi penghuni, bangunan,
ruangan, struktur, daerah, atau suatu obyek yang diproteksi
sesuai standar ini.

51
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

 Standar ini disiapkan untuk digunakan bersama standar atau


ketentuan lain yang berlaku dimana secara spesifik berkait
dengan alarm kebakaran, pemadaman atau kontrol. Detektor
kebakaran otomatik meningkatkan proteksi kebakaran dengan
mengawali tindakan darurat, tetapi hanya bila digunakan
bekerja sama dengan peralatan lain.

 Interkoneksi dari detektor, konfigurasi kontrol, suplai daya listrik


atau keluaran sistem sebagai respon dari bekerjanya detektor
kebakaran otomatik tidak tercakup dalam standar ini dan
diuraikan pada ketentuan atau standar lain yang berlaku.

 Standar ini tidak mencakup persyaratan untuk sistem


komunikasi suara darurat.

 Standar ini tidak dimaksudkan untuk mencegah penggunaan


metoda atau peralatan baru apabila dilengkapi dengan data
teknis yang cukup, dan diajukan kepada instansi yang
berwenang untuk menunjukkan bahwa metoda atau peralatan
baru itu setara dalam kualitas, efektivitas, ketahanan dan
keamanan sebagaimana disebutkan dalam standar ini.

g. SNI 03-3987-1995 Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan


Alat Pemadam Api Ringan Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung (acuan NFPA
10).

Ruang Lingkup:

 Panduan ini memuat ketentuan tentang: penggolongan,


pemasangan, pemeriksaan, pemeliharaan dan pengujian
pemadam api ringan (PAR).

 Ketentuan yang ditetapkan disini memuat syarat minimum,


yang dalam ketentuan ini telah disesuaikan pemakaiannya
dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran.

52
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

 Pemadam api ringan (PAR).ialah pemadm api yang ringan,


mudah dibawa / dipindahkan dan dilayani oleh satu orang dan
alat tersebut hanya digunakan untuk memadamkan api pada
mula terjadi kebakaran, pada saat api belum terlalu besar.

h. SNI 03-3989-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan


Sistem Springkler Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung (acuan Rules for Automatic
Sprinkler Installation, 1974, FOC (Fire Officers Committee).

Ruang Lingkup:

Standar ini mencakup persyaratan minimal sistem springkler


otomatis dengan sasaran penyediaan instalasi pemadam
kebakaran pada bangunan gedung bertingkat, bangunan industri
dan bangunan-bangunan lainnya sesuai dengan klasifikasi sifat
hunian.

i. SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk


Proteksi Kebakaran (acuan NFPA 20, Standard for the Installation
of Stationery Pumps for Fire Protection, 1999 Edition).

Ruang Lingkup:

Standar ini berhubungan dengan pemilihan dan instalasi pompa


yang memasok air untuk proteksi kebakaran pada bangunan
gedung.

Hal-hal yang dipertimbangkan, termasuk:

 Pasokan air;

 Hisapan, pelepasan, dan peralatan pelengkap;

 Pasokan daya;

 Penggerak elektrik dan kontrol;

 Motor bakar penggerak dan kontrol;

 Turbin uap penggerak dan kontrol;

53
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

 Uji serah terima dan pengoperasian.

Standar ini tidak mencakup kapasitas pasokan air dan persyaratan


tekanan (lihat standar untuk sistem hidran dan sprinkler), maupun
persyaratan yang mencakup pemeriksaan berkala, pengujian dan
pemeliharaan sistem pompa kebakaran (lihat NFPA 25, Inspection,
Testing and Maintenance of Water-based Fire Protection Systems).
Standar ini juga tidak mencakup persyaratan untuk instalasi
pengkabelan unit pompa kebakaran (lihat SNI 04-0225-2000
tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)).

j. SNI 03-6571-2000 Sistem Pengendalian Asap Kebakaran Pada


Bangunan Gedung (acuan NFPA 92A, Recommended Practice
for Smoke Control System, 2000 Edition).

Ruang Lingkup:

 Standar ini ditujukan untuk keselamatan jiwa dan perlindungan


harta benda terhadap bahaya kebakaran.

 Standar ini digunakan untuk perancangan, instalasi, pengujian,


pengoperasian dan pemeliharaan dari sistem pengolah udara
mekanik baru atau perbaikan yang juga digunakan sebagai
sistem pengendalian asap. Dalam zona yang besar seperti
pada atrium dan mal, dibahas pada standar lain.

 Standar ini menetapkan kriteria minimal untuk perancangan


sistem pengendalian asap, sehingga memungkinkan penghuni
menyelamatkan diri dengan aman dari dalam bangunan, atau
bila dikehendaki ke dalam daerah aman di dalam bangunan.

 Tujuan dari standar ini adalah sebagai pedoman dalam


menerapkan sistem yang menggunakan perbedaan tekanan
dan aliran udara untuk menyempurnakan satu atau lebih hal
berikut:

54
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

- Menghalangi asap yang masuk ke dalam sumur tangga,


sarana jalan keluar,daerah tempat berlindung, saf lif, atau
daerah yang serupa.

- Menjaga lingkungan yang masih dapat dipertahankan


dalam daerah tempat berlindung dan sarana jalan keluar
selama waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi.

- Menghalangi perpindahan asap dari zona asap.

- Menyediakan kondisi di luar zona kebakaran yang


memungkinkan petugas mengambil tindakan darurat
untuk melakukan operasi penyelamatan dan untuk
melokalisir dan mengendalikan kebakaran.

- Menambah proteksi jiwa dan untuk mengurangi kerugian


harta milik.

k. SNI 03-7012-2004 Sistem Manajemen Asap di Dalam Mal,


Atrium dan Ruangan Bervolume Besar (acuan NFPA 92B, Guide
for Smoke Management Systems in Malls, Atria, and Large Areas,
2000 Edition).

Ruang Lingkup:

 Standar ini menyediakan metodologi untuk memperkirakan


lokasi asap di dalam ruangan bervolume besar, yang
disebabkan oleh kebakaran dalam ruangan tersebut atau
dalam suatu ruangan yang bersebelahan.

 Metodologi ini meliputi dasar teknik untuk membantu


perancangan, pemasangan, pengujian, pengoperasian dan
pemeliharaan dari sistem manajemen asap yang baru atau
pembaharuan (retrofit) yang dipasang dalam bangunan yang
mempunyai ruangan yang bervolume besar untuk manajemen
asap di dalam ruangan yang terjadi kebakaran atau antara
ruangan yang tidak dipisahkan oleh penghalang asap.

55
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

 Bangunan yang termasuk di dalam lingkup standar ini adalah


atrium, mal tertutup dan ruangan bervolume besar yang
sejenis.

 Standar ini tidak ditujukan untuk gudang, fasilitas manufaktur,


atau ruangan serupa lainnya. Standar ini tidak menyediakan
metodologi untuk menilai pengaruh asap terhadap orang, harta
milik ataupun kelangsungan usaha atau proses.

 Pendekatan aljabar untuk manajemen asap yang terkandung


dalam standar ini semuanya mengasumsikan pembuangan
asap akan dilakukan dengan sarana mekanik.

l. SNI 03-7015-2004 Sistem Proteksi Petir Pada Bangunan


Gedung (acuan IEC 6-1024, Protection of Structures against
lightning – Part 1, General Principles, IEC 6-1312-1, Protection
against lightning – Part 1, General Principles, dan IEC TR 6-1662,
Assessment of the risk of damage due to lightning).

Ruang Lingkup:

 Standar ini menetapkan persyaratan untuk ssitem proteksi petir


yang berlaku secara umum pada bangunan gedung dan
peralatan yang ada di dalamnya.

 Tujuan standar ini adalah memberikan petunjuk untuk


perancangan, instalasi, pemeliharaan sistem efektif untuk
proteksi bangunan gedung dan peralatan listrik terhadap petir
dan inspeksi sistem proteksi petir.

m. SNI 04-0225-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik


2000 (PUIL 2000) (acuan hasil penyempurnaan Peraturan Umum
Instalasi Listrik 1987 dengan memperhatikan standar IEC,
terutama terbitan TC 64 ”Electrical Installations of Buildings” dan
standar internasional lainnya yang berkaitan).

56
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Maksud dan Tujuan:

Maksud dan tujuan Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini ialah


agar pengusahaan instalasi listrik terselenggara dengan baik,
untuk menjamin keselamatan manusia dan bahaya kejut listrik,
keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya, keamanan
gedung serta isinya dan kebakaran akibat listrik, dan perlindungan
lingkungan.

Ruang Lingkup:

 Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini berlaku untuk semua


pengusahaan instalasi listrik tegangan rendah arus bolak-balik
sampai dengan 1000 V, arus searah 1500 V dan tegangan
menengah sampai dengan 35 kV dalam bangunan dan
sekitarnya baik perancangan, pemasangan, pemeriksaan dan
pengujian, pelayanan, pemeliharaan maupun pengawasannya
dengan memperhatikan ketentuan yang terkait.

 Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini tidak berlaku untuk:

- Bagian instalasi listrik dengan tegangan rendah yang


hanya digunakan untuk menyalurkan berita dan isyarat;

- Bagian instalasi listrik yang digunakan untuk keperluan


telekomunikasi dan pelayanan kereta rel listrik;

- Instalasi listrik dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel


listrik, dan kendaraan lain yang digerakkan secara
mekanis;

- Instalasi listrik di bawah tanah dalam tambang;

- Instalasi listrik dengan tegangan rendah yang tidak


melebihi 25 v dan dayanya tidak melebihi 100 w.

n. SNI 03-7011-2004 Keselamatan Pada Bangunan Fasilitas


Pelayanan Kesehatan (acuan NFPA 99, Health Care Facility,
2002).

57
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Ruang Lingkup:

 Standar ini menetapkan kriteria untuk meminimalkan bahaya


kebakaran, ledakan, dan kelistrikan pada bangunan fasilitas
yang memberikan pelayanan kesehatan untuk manusia.

 Standar ini memuat persyaratan minimum untuk kinerja,


pemeliharaan, pengujian, dan tindakan yang aman untuk
fasilitas, bahan, peralatan, dan peranti, termasuk bahaya lain
yang terkait dengan bahaya primer.

o. SNI 09-7053-2004 Kendaraan dan Peralatan Pemadam


Kebakaran - Pompa (acuan NFPA 1901, Standard for Automotive
Fire Apparatus, 1999).

Ruang Lingkup:

 Ruang lingkup standar ini berlaku untuk kendaraan pemadam


kebakaran – pompa baru yang dirancang untuk operasi
pemadaman kebakaran pada bangunan atau untuk menunjang
kegiatan operasi pemadaman, termasuk persyaratan
administrasi dan umum.

 Maksud standar ini memuat persyaratan minimum bagi


kendaraan pemadam kebakaran – pompa yang baru.

p. SNI 03-1739-1989 Metode Pengujian Jalar Api Pada Permukaan


Bahan Bangunan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Rumah dan Gedung.

q. SNI 03-1740-1989 Metode Pengujian Bahan Bakar Bangunan


Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah
dan Gedung.

r. SNI 03-1741-1989 Metode Pengujian Tahan Api Komponen


Struktur Bangunan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung.

58
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

s. SNI 03-6382-2000 Spesifikasi Hidran Kebakaran Tabung Basah.

t. SNI C3-6420-2000 Spesifikasi Sistem Pengolahan Udara di Dapur


dan Ruang Parkir Sebagai Pengendali Asap Kebakaran Dalam
Bangunan.

u. SNI 03-6382-2000 Tata Cara Penanggulangan Keadaan Darurat


untuk Bangunan cagar Kabupaten Belitung Timur.

59
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila yang juga sebagai ideology dan
pedoman hidup bangsa merupakan landasan idiil yang mengandung nilai hakiki
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada sial kedua yaitu kemanusiaan
yang adil dan beradab, selanjutnya di sila kelima yaitu nilai keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan
yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah
maupun batiniah. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan tentang bagaimana
penyelenggaraan negara, diantaranya adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta mewujudkan keadilan
social bagi selruh rakyat Indonesia, penjelasan ini dapat diartikan apabila bangsa
ini mengalami bencana dan malapetaka yang menelan korban harta benda,
dibutuhkan bantuan untuk menanggulangi akibat bencana tersebut serta
memberikan perlindungan. Undang-Undang nomor 28 tahun 2002, Undang-
undang ini mengatur ketentuan tentang bangunan gedung yang meliputi fungsi,
persyaratan, penyelenggaraan, peran masyarakat, dan pembinaan.

B. Landasan Sosiologis

Dalam rangka tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung dan


lingkungan terhadap ancaman bahaya kebakaran. Terkait dengan hal di atas,
maka permasalahan pokok yang terkait dengan upaya pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran pada bangunan dan lingkungan di
Kabupaten Belitung Timur adalah :

 Terbatasnya sumber air, baik dari danau, sungai, sumur kebakaran,


tendon air, hidran kota, dan lain sebagainya, guna keperluan pemadaman.

 Masih Banyak wilayah yang belum terlayani terutama pos-pos pemadam

60
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

kebakaran belum ada.

 Bertambahnya kawasan yang spesifik rawan terhadap bahaya kebakaran


dan bencana ataupun kawasan yang memerlukan perlakuan khusus
dalam pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran,
misalnya saja kawasan permukiman kumuh di Kota Manggar

 Meningkatnya ancaman bahaya kebakaran dan bencana lainnya yang


disebabkan oleh unsur kesengajaan dan tindakan tidak bertanggung
jawab

 Infrastruktur kota belum memadai, yaitu penataan hidran kota untuk


keperluan pemadaman

 Jumlah dan ketrampilan personil pemadaman belum memadai

 Kelembagaan dan tupoksi penanganan kebakaran belum ada

 Koordinasi dan komunikasi antara instansi yang terkait dengan


masalah pencegahan dan penanggulangan kebakaran masih lemah

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, maka perlu adanya perencanaan


tentang Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran di Kabupaten Belitung Timur.
Diharapkan hasil dari perencanaan ini didapatkan gambaran upaya pelaksanaan
penanggulangan dan seberapa jauh pemahaman aparat pemerintah daerah
didalam sistim penanggulangan bencana kebakaran di daerah, sehingga korban
materi dan korban jiwa akibat dari bencana kebakaran dapat diminimalisir.
Penyusunan Perda Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kabupaten
Belitung Timur adalah untuk merespon kondisi rencana tata ruang Kabupaten
Belitung Timur yang baru dengan perubahan tingkat resiko kawasan, peta
potensi sumber air kebakaran, dan analisis kelayakan pembangunan pos
kebakaran di daerah terpilih.

C. Landasan Yuridis

Landasan yuridis merupakan pertimbangan secara hukum bahwa Rencana


Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur mempunyai
landasan hokum yang kuat untuk diberlakukan di Kabupaten Belitung Timur.

61
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Peraturan Perundang-undangan yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum dan


acuan dalam pembentukan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
Kabupaten Belitung Timur adalah:

1. Undang-undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung


2. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
3. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
4. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana Alam
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2008
tentang Pedoman teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran (RISPK)
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007
tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008
tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung Dan Lingkungan.
8. Keputusan Meneg. PU Nomor 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Perkotaan
9. Perda Kab. Belitung Timur No 2 tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Izin Mendirikan
Bangunan.

Dengan adanya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kabupaten


Belitung Timur makadiharapkan dapat meningkatkan kesiapan,
kesiagaan dan keberdayaan masyarakat, pengelola bangunan, serta
dinas terkait dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran,
serta bencana lainnya.

62
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP


MATERI MUATAN

Arah dan Jangkauan Pengaturan Materi dan susunan Peraturan Daerah


Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur, antara
lain:

Bab I Ketentuan Umum

Pada bab ini dimuat pengertian-pengertian dari istilah-istilah yang akan


dipergunakan lebih dari satu kali dalam pasal-pasal dari batang tubuh dalam
Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kabupaten
Belitung Timur.

Bab II Tujuan dan Sasaran

Pada bab ini dijelaskan tujuan dan sasaran Peraturan Daerah Rencana Induk
Sistem Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur.

Bab III Ruang Lingkup

Pada bab ini dijelaskan mengenai ruang lingkup Peraturan Daerah Rencana
Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur.

Bab IV Rencana Induk Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Pada bab ini dijelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Rencana Induk
Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran.

Bab V Potensi Bahaya Kebakaran

Pada bab ini dijelaskan klasifikasi potensi bahaya kebakaran.

Bab VI Pencegahan Bahaya Kebakaran

63
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

Pada bab ini dijelaskan program pencegahan kebakaran, sistem proteksi


kebakaran, akses pemadam kebakaran, pasokan air untuk pemadam
kebakaran, sarana penyelamatan, sitem proteksi pasif, sistem proteksi aktif,
program bencana kebakaran, pemeriksaan dan pengujian, dan praktek
tatagraha.

Bab VII Penanggulangan Kebakaran

Pada bab ini akan dijelaskan manajemen dan program penanggulangan


kebakaran.

Bab VIII Pembinaan dan Pengawasan

Pada Bab ini dijelaskan mengenai pembinaan dan pengawasan terhadap setiap
penyelenggaraan penanggulangan bahaya kebakaran.

Bab IX Sanksi Administrasi

Pada bab ini dijelaskan mengenai ketentuan sanksi yang dapat dikenakan
kepada setiap pelanggaran terhadap Rencana Sistem Proteksi Kebakaran
Kabupaten Belitung Timur

Bab X Ketentuan Penutup

Pada bab ini dijelaskan mengenai pemberlakuan dan pengundangan Peraturan


Daerah Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur
dalam lembaran Daerah Kabupaten Belitung Timur.

64
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pentingnya penyusunan RISPK ini dilakukan dalam rangka tertib


pembangunan dan keandalan bangunan gedung dan lingkungan
terhadap ancaman bahaya kebakaran
2. Acuan Pokok untuk bidang pencegahan kebakaran adalah Undang
Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Peraturan
Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Bangunan Gedung, Permen
PU No.26 Tahun 2008 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan gedung dan Lingkungan, serta
Standar Nasional Indonesia.
3. Penyusunan Perda Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
Kabupaten Belitung Timur adalah untuk merespon kondisi rencana tata
ruang Kabupaten Belitung Timur yang baru dengan perubahan tingkat
resiko kawasan, peta potensi sumber air kebakaran, dan analisis
kelayakan pembangunan pos kebakaran di daerah terpilih.

B. Saran

1. Perencanaan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kabupaten


Belitung Timur harus berdasarkan perundang-undangan serta semua
aspirasi masayarakat atau instansi terkaitt di kabupaten Belitung
Timursehingga dapat meningkatkan kesiapan, kesiagaan dan
keberdayaan masyarakat, pengelola bangunan, serta dinas terkait dalam
mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran, serta bencana
lainnya.

65
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

2. Pembentukan Perda Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran


Kabupaten Belitung Timur diharapkan dapat menjadi sebuah solusi dalam
menuju Kabupaten Belitung Timur yang aman dan nyaman terutama
dalam resiko bencana dan kebakaran, sehingga dapat meningkatkan dan
mengoptimalakan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Belitung
Timur.

66
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

DAFATAR PUSTAKA

KEPMENNEG PU NOMOR 10/KP1'S/2000 Ketentuan Teknis Pengamanan


Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Laporan RISPK Belitung Timur, 2012

Peraturan Daerah Kota Bandung No.15 tahun 2001 tentang pencegahan dan
penanggulangan Bahaya Kebakaran.

Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan


Undang-Undang nomor 28 tahun 2002.

Permen PU No. 2009 Tentang Pedoman Teknis Proteksi Kebakaran Kota.

Putra, Tri Nofansyah. 2011. Identifikasi Tingkat Resiko Kebakaran di Pemukiman


Padat. Bandung : Universitas Komputer Indonesia.

SNI 03-1735-2000 Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses


Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan
Gedung

SNI 03-1736-2000 Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif Untuk


Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung (acuan
Building Code of Australia, 1996).

SNI 03-1745-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak
dan Slang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan
Gedung.

SNI 03-1746-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan


Keluar Untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Gedung (acuan NFPA 101 Life Safety Code, 1997).

SNI 03-1747-2000 Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah


dan Sistem Peringatan Bahaya Pada Bangunan Gedung.

67
Naskah Akademik Peraturan Daerah Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kabupaten Belitung Timur

SNI 03-3985-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Deteksi


dan Alarm Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Rumah dan Gedung.

SNI 03-3987-1995 Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Alat Pemadam


Api Ringan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan
Gedung.

SNI 03-3989-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Springkler


Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.

SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi


Kebakaran.

SNI 03-6571-2000 Sistem Pengendalian Asap Kebakaran Pada Bangunan


Gedung.

SNI 03-7011-2004 Keselamatan Pada Bangunan Fasilitas Pelayanan


Kesehatan.

SNI 03-7012-2004 Sistem Manajemen Asap di Dalam Mal, Atrium dan Ruangan
Bervolume Besar.

SNI 03-7015-2004 Sistem Proteksi Petir Pada Bangunan Gedung.

SNI 04-0225-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000.

SNI 09-7053-2004 Kendaraan dan Peralatan Pemadam Kebakaran - Pompa.

Undang-Undang Nomor 24/2007 Tentang Penanggulangan Bencana.

Undang-Undang Nomor 26/2007 Tentang Tata Ruang.

Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

68

Anda mungkin juga menyukai