PUSKESMAS X
TAHUN 2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
petunjuk dan bimbinganNYA, sehingga pedoman Disaster Plan puskesmas X dapat diterbitkan di
tahun 2021. Disaster Plan merupakan suatu bagian dari standar K3 di Fasyankes. Hal ini juga tertuang
dalam PERMENKES NO 52 TAHUN 2018 tentang K3 Fasyankes.
Pedoman Disaster Plan Puskesmas X memuat informasi lengkap tentang tata cara
penanganan suatu keadaan bencana yang akan sangat bermanfaat dalam menunjang kelancaran
bila terjadi bencana dan sebagai buku panduan dalam penanganan suatu keadaan bencana di
Puskesmas X.
Akhir kata, semoga pedoman Disaster Plan Puskesmas X ini dapat dijadikan sebagai buku
pegangan dan pedoman bagi semua petugas yang ada di Puskesmas serta buku petunjuk
pelaksanaan dalam penanganan keadaan suatu bencana di Puskesmas.
3
DAFTAR ISI
4
K. Penyediaan Suplai Medis dan Non Medis.................................................................................42
BAB V – DEMOBILISASI DAN PEMULIHAN ............................................................................................43
5
A. Demobilisasi ..............................................................................................................................43
B. Evaluasi dan Pelaporan .............................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................44
6
BAB I - PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana (hazard) dapat terjadi di manapun di muka bumi ini, termasuk di Indonesia,
dan kapanpun waktunya, baik yang berupa fenomena alam, maupun yang merupakan akibat
dari perbuatan manusia. Posisi dan kondisi geografis dan geologis Indonesia yang sedemikian
rupa memang sangat potensial untuk terjadinya berbagai bencana alam.Beberapa contoh
bencana alam yang dalam kurun waktu sekitar sepuluh tahun terakhir terjadi di Indonesia
adalah gempa bumi dan tsunami, tanah longsor, banjir bandang, gunung meletus, dan
sebagainya.Contoh bencana lain yang merupakan akibat dari perbuatan manusia misalnya
ledakan bom, kebocoran pipa gas atau tangki minyak, semburan lumpur panas Sidoardjo dan
kecelakaan lalulintas termasuk tenggelamnya kapal dan pesawat terbang.
Karena seringkali terjadi secara tiba-tiba dan sulit diprediksi, banyak pihak tidak sempat
menyiapkan diri untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan akibat yang timbul dari bencana
alam tersebut.Dalam beberapa kasus kejadian bencana menyebabkan terjadinya musibah
massal hingga ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB).Dalam hal ini unit-unit layanan
terkait di berbagai wilayah seringkali juga belum memiliki sistem penanganan yang baik dan
terpadu antar berbagai unsur.
Puskesmas memiliki peran penting di dalam penanganan kejadian-kejadian bencana.
Pengalaman menunjukkan bahwa di dalam memberikan bantuan pelayanan kepada para korban
bencana eksternal maupun dalam penanggulangan bencana internal, masih dijumpai berbagai
permasalahan. Peraturan perundang- undangan maupun standar akreditasi Puskesmas
mewajibkan agar Puskesas berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
bencana sesuai dengan kemampuan pelayanannya, mempunyai sistem pencegahan kecelakaan
dan penanggulangan bencana, serta mengembangkan dan memelihara program manajemen
bencana.
Untuk itu Puskesmas menyusun Pedoman Penanggulangan Bencana Puskesmas atau
Disaster Plan Puskesmas yang menitikberatkan pada upaya-upaya terkait penanggulangan
kondisi darurat di dalam puskesmas akibat bencana eksternal maupun internal.
B. Dasar Hukum
Dasar hukum penanggulangan bencana, dan penyusunan buku pedoman
Disaster Plan puskesmas mengacu pada:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
C. Tujuan
Disaster Plan ini disusun sebagai acuan untuk :
1. Mengetahui tingkat keamanan struktural dan nonstruktural Puskesmas.
2. Mengidentifikasi jenis bahaya/ancaman beserta dampaknya terhadap Puskesmas.
3. Merencanakan kegiatan yang perlu dilakukan terkait dengan siklus penanggulangan
bencana.
4. Merencanakan sistem komando penanggulangan bencana.
5. Mengidentifikasi dan penetapan peran serta tanggung jawab staf selama kejadian.
6. Menentukan strategi komunikasi pada waktu kejadian bencana.
7. Merencanakan pengelolaan kegiatan klinis dan pendukungnya selama kejadian bencana
termasuk tempat pelayanan.
8. Merencanakan pengelolaan sumber daya selama kejadian bencana termasuk sumber-
sumber alternatif.
D. Sasaran
Pedoman Disaster Plan ini ditujukan bagi seluruh petugas Puskesmas X.
1. Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
2. Musibah massal
Musibah massal adalah keadaan yang gawat dalam kehidupan sehari-hari yang
mendadak terganggu dan banyak orang terjerumus dalam keadaan tak berdaya dan
menderita, dan sebagai akibatnya membutuhkan pengobatan, perawatan,
perlindungan, makanan, dan kebutuhan lain.
3. Kejadian Luar Biasa(KLB)
Kejadian Luar Biasa(KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan
atau kematian bermakna secara epidemiologis pada suatu wilayah, dalam kurun waktu
tertentu, termasuk penyakit karantina, dan keracunan makanan, yang memerlukan
penanganan segera.
4. Bencana Internal
Bencana Internaladalah bencana, musibah massal, dan kejadian luar biasa (KLB) yang
terjadi di dalam puskesmas, yang memerlukan koordinasi dan penanganan segera baik
oleh staf di dalam puskesmas maupun staf luar puskesmas agar bencana, musibah
massal, dan KLB tersebut dapat segera diatasi.
5. Bencana Eksternal
Bencana Eksternal adalah bencana yang terjadi di luar p u s k e s m a s , di
dalam masyarakat, sehingga memerlukan koordinasi baik internal puskesmas maupun
lintas sektor terkait.
6. Identifikasi hazard
Identifikasi hazard adalah mengenali setiap fenomena (alam, buatan manusia, teknologi
maupun konflik sosial) yang mempunyai potensi untuk menimbulkan ancaman terhadap
penduduk dan lingkungan.
7. Mitigasi hazard
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.
Tabel 1. Daftar nama dan nomor telepon penanggung jawab keadaan darurat / bencana
No Nama Tanggung Jawab No. HP No. Telepon
1 Pimpinan Faskes
2 PJ Admen
3 PJ UKP
4 PJ UKM
Tim Manajemen Bencana Puskesmas adalah tim yang dibentuk untuk mengelola
program manajemen bencana Puskesmas yang mencakup fase mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap
darurat, dan pemulihan.
Ketua : KASUBBAG TU
Risiko merupakan skor perkalian antara probabilitas dan dampak. Risiko dapat dikurangi
dengan upaya mitigasi yang berfokus pada penurunan probabilitas maupun minimalisasi
dampak. Melalui proses HVA diperoleh hasil bahwa peringkat 5 teratas untuk masing-masing
bentuk hazard/bahaya yang dihadapi puskesmas adalah sebagai berikut (dari urutan tertinggi) :
Sebagai tanda peringatan keadaan darurat di dalam Puskesmas, ditetapkan sistem kode
sebagaimana tersebut pada tabel 13 di bawah.
DARURAT MEDIS
CODE BLUE 6666
(HENTI JANTUNG/HENTI NAPAS)
1. Aktif, adalah apabila para korban bencana dibawa ke RS untuk mendapatkan pertolongan
medis. Dalam hal inipuskesmas akan mengaktivasi sistem siaga sesuai dengan jumlah
korban yang datang. Dan semua korban akan ditangani dengan metode triase dalam
keadaan bencana. Kegiatan ini akan di lakukan oleh Tim Penanggulangan Bencana
puskesmas.
2. Pasif, adalah menunggu informasi BPBDdan instruksi dari instansi terkait seperti Pusat Krisis
Kesehatan KEMENKES, Dinkes atau BPBD dalam menghadapi bencana yang terjadi di luar
puskesmas dimana para korban tidak dibawa ke RS melainkan faskes yang telah ditentukan
oleh instansi yang berwenang tersebut.
Puskesmas dapat membantu penaganan kejadian bencana yang terjadi diluar area D.I
Yogyakarta atas instruksi dari institusi yang berwenang. Kejadian bencana bersifat skala
nasional yang terjadi di luar area Prov D.I Yogyakarta membutuhkan banyak bantuan dari
tim medis untuk penaganan jumlah korban yang banyak. Untuk itu puskesmas selalu
siap memberikan bantuan tim medis reaksi cepat ke lokasi bencana dan
berkoordinasi dengan pusat krisis kesehatan kemenkes.
Catatan : Jika puskesmas menghadapi kejadian bencana yang sebenarnya dan puskesmas
menjalankan program tersebut serta melakukan diskusi (debriefing) setelah kejadian maka
situasi tersebut dapat mewakili atau setara dengan simulasi tahunan.
Tahap Simulasi
a) Table Top Exercise
Table top exercise (TTX) adalah latihan pertama dalam tahapan simulasi yang
dirancang dalam bentuk diskusi kelompok di dalam ruangan, melibatkan personil
kunci untuk membahas skenario simulasi. TTX dapat digunakan untuk menilai rencana,
kebijakan, dan prosedur yang diperlukan untuk menghadapi scenario kondisi darurat
/bencana. Kegiatan TTX diikuti oleh seluruh perwakilan unsur puskesmas, mengacu
pada sistem komando penanggulangan bencana. Bentuk TTX yang diikuti khusus oleh
staf komado/pengambil keputusan disebut juga gladi posko.
b) Gladi lapangan
Gladi lapangan merupakan simulasi dalam bentuk praktek di lapangan sesuai
skenario yang telah disusun dan dibahas dalam table top exercise. Gladi lapangan
diikuti oleh seluruh/sebagian unsur RS yang terlibat sesuai dengan skenario.
c) Debriefing
Debriefing dilakukan sebagai akhir rangkaian kegiatan simulasi yang dilaksanakan
untuk mendiskusikan masalah, menilai tindakan terhadap keadaan darurat dan
melakukan perbaikan untuk masa mendatang. Hasil pertemuan harus
disebarluaskan pada seluruh petugas puskesmas.
2) Unsur Pelaksana
a. Operasional
b. Logistik
c. Perencanaan
d. Keuangan
Gambar 9. Siklus bencana dan alur aktivasi sistem komando penanggulangan bencana RS
Dalam situasi tanggap darurat bencana rumah sakit, unsur-unsur komando berikut
menempatkan diri pada Pos Komando Bencana (Posko) yang sudah ditetapkan untuk dapat
melakukan koordinasi secara berkesinambungan selama 24 jam.
PIMPINAN FKTP
Terdiri atas
Pimpinan FKTP
PJ ADMEN
PJ UKP
PJ UKM
Tugas pokok
Menetapkan masa tanggap darurat bencana FKTP (mulai dan berakhir). Menetapkan
kebijakan strategis yang diperlukan dalam penanganan bencana FKTP.
Memberikan arahan pada Ketua Tim Penanganan Bencana FKTP
Melakukan pengawasan kinerja Tim Penanganan Bencana FKTP
Koordinasi dengan pemerintahan / kementerian / lembaga
Pada fase respon awal kejadian bencana, peran sebagai komandan insiden (Incident
Commander) sementara di lapangan dapat dilakukan oleh kepala atau staf yang berwenang
di satuan kerja atau komandan regu keamanan sampai diambil alih oleh staf yang lebih tinggi
sesuai struktur organisasi Puskesmas.
KESELAMATAN
Penanggung Jawa
Tim Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3)
Tugas pokok
Memastikan upaya penanganan bencana dilaksanakan sesuai prinsip-prinsip
keselamatan dan keamanan.
Melakukan supervisi dan menkoordinasikanupaya pengamanan dan penertiban
FKTP selama bencana
Melakukan supervisi dan menkoordinasikan Brigade Siaga Kebakaran dan
Penanggungjawab Keselamatan Gedung
PENGHUBUNG
Penanggung Jawab
Kasubbag TU
Tugas pokok
Menjadi penghubung antara FKTP dengan institusi atau stakeholder eksternal yang
terlibat atau dibutuhkan dalam penanganan bencana
Menjadi kontak pertama FKTP bagi pihak-pihak eksternal yang bermaksud
memberikan bantuan/dukungan bagi FKTP selama bencana
OPERASIONAL
PERENCANAAN
Tugas
Melakukan analisis/pemetaan situasi terkini saat aktivitas penanggulangan bencana di
FKTP, mencakup data tentang :
- Kondisi pasien korban bencana
- Penggunaan sumber daya FKTP (SDM, fasilitas medis dan non medis) Melakukan
perencanaan kebutuhan dan mobilisasi sumber daya untuk menunjang
pelayanan
Penanggung Jawab
PJ Admen
PJ UKP
PJ UKM
Koordinator Kasubbag TU
Area Instalasi terkait
Pos-pos penanganan bencana
Kegiatan pokok Memetakan area-area vital dalam rumah sakit selama bencana
Berkoordinasi dengan bidang terkait untuk menyiapkan pos-pos
untuk eskalasi penanganan bencana di rumah sakit (Tabel 9)
Mendirikan tenda RS lapangan bila diperlukan
Mengelola tempat penampungan bagi petugas dan keluarganya di
rumah sakit
Mengkoordinasikan dukungan logistik, psikologis, dan kesehatan
yang diperlukan untuk petugas dan keluarganya di pos
penampungan
Koordinator PJ UGD
Koordinator PJ UGD
Koordinator PJ UGD
PJ Rawat jalam
Area Gedung RJ
Untuk pasien yang tidak dapat dipindahkan ke dalam Gedung dan
lobby RJ karena keterbatasan ruang, maka tim medis melakukan
penanganan di pos triase sesuai kemampuan
Kegiatan pokok Melakukan pemeriksaan dan terapi pada pasien kategori hijau
Melakukan re-triase pada pasien kategorihijau
Memulangkan pasien
Koordinator Kasubba TU
Area Pos-pos keamanan
Seluruh area puskesmas yang terkena dampak bencana
Pos-pos penanganan/perawatan pasien korban bencana
Kegiatan pokok Mengidentifikasi dan mengamankan perimeter lokasi kejadian
pada bencana internal rumah sakit
Mengidentifikasi dan mengamankan semua akses masuk dan
keluar rumah sakit.
Menjaga keamanan lokasi-lokasi vital di rumah sakit saat bencana,
seperti : posko bencana RS, area triase, area dekontaminasi, area
perawatan pasien, area pengelolaan jenazah, farmasi, dll.
Memonitor CCTV
Mengidentifikasi dan mengamankan/mengeluarkan pihak tidak
berkepentingan dari area-area dengan akses masuk terbatas
Koordinator Kasubbag TU
Area Pos koordinasi SDM
Seluruh area puskesmas yang terkena dampak bencana
Pos-pos penanganan/perawatan pasien korban bencana
Kegiatan pokok Menginstruksikan pemanggilan petugas yang sedang libur/tidak
berada di rumah sakit, berkoordinasi dengan satuan kerja terkait
Menindaklanjuti hasil perencanaan kebutuhan SDM untuk
membantu pelayanan/penanganan bencana
Membuat permintaan bantuan SDM kepada instansi eksternal
Mengelola penyediaan SDM termasuk bantuan tenaga/relawan
dari internal maupun eksternal rumah sakit
Koordinator Kasubbag TU
Area Pos Kendaraan
Pos-pos penanganan/perawatan pasien korban bencana
Koordinator Kasubbag TU
Area Pos Informasi Publik
Pos-pos penanganan/perawatan pasien korban bencana
Koordinator PJ Srpras
Area Pos Logistik
Seluruh area puskesmas yang terkena dampak bencana
Pos-pos penanganan/perawatan pasien korban bencana
Kegiatan pokok Mengelola penyediaan dan distribusi suplai medis dan non medis
ke area yang mebutuhkan
Mengelola bantuan/donasi berupa suplai medis dan non medis
Berkoordinasi dan mengatur perjanjian dengan pemasok lokal
dan vendor untuk keadaan darurat dan bencana sesuai ketentuan
A. Demobilisasi
Demobilisasi atau pengakhiran masa tanggap darurat bencana FKTP sebaiknya
direncanakan sejak awal respon kejadian.Fase ini dilakukan setelah seluruh korban telah
diidentifikasi dan ditangani, serta setiap hazardtelah dapat dikendalikan/diatasi. Dari hasil
koordinasi dengan Ketua tim atau incident commander (IC),pimpinan FKTP (atau pihak
berwenang yang lebih tinggi) akan mengumumkan demobilisasi penanganan bencana bagi
seluruh pihak yang terlibat, baik internal maupun eksternal. Direktur Utama RS beserta Ketua
tim atau incident commander (IC)akan melakukan demobilisasi pada seluruh anggota Tim
Penanggulangan Bencana RS untuk menyatakan deaktivasi sistim bencana yang bertujuan :
1.Mengembalikan semua fungsi organisasi ke tugas pokoknya.
2.Mengembalikan semua SDM ke tugas pokoknya.
3.Melakukan rehabilitasi fisik maupun mental pegawai.
4.Melakukan evaluasi dan pelaporan kegiatan.
California Emergency Medical Services Authority (EMSA). 2014. Hospital Incident Command System
Guidebook Fifth Edition. California : EMSA
Depkes RI. 2009. Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana Bagi FKTP. Jakarta : Depkes
Government of India-UNDP. 2008. Guidelines for Hospital Emergencies Preparedness Planning. India
Kaiser Permanente. 2014. Hazard Vulnerability Assessment Tool. USA
FKTP. 2017. Pedoman Penanggulanan Bencana FKTP. Yogyakarta
FKTP Sanglah.2008.Pedoman Penanggulangan Bencana di FKTP. Denpasar
World Health Organization and Pan American Health Organization. 2015. Hospital Safety Index Guide
nd
Pfor Evaluators-2 edition