Anda di halaman 1dari 43

PEDOMAN

MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN


(MFK)

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT


DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS KARANGPAWITAN
Jl. Raya Karangpawitan No. 29 Sindangpalay Kecamatan Karangpawitan-Garut
Koder Pos 442, website : pkm-karangpawitan.garutkab.go.id
Email :uptkarangpawitan@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala Rahmat dan Hidayahnya, shingga penyusunan Pedoman Pengelolaan
Fasilitas dan Keselamatan (MFK) UPT. Puskesmas Karangpawitan dapat
diselesaikan dengan baik.
UPT Puskesmas Karangpawitan sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Garut yang bertanggung jawab menyelenggarakan Pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja, mempunyai posisi yang strategis dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, sehingga
masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal.
Pedoman Pengelolaan Fasilitas dan Keselamatan (MFK) UPT
Puskesmas Karangpawitan ini merupakan acuan minimal yang diperlukan
untuk melaksanakan upaya pengobatan perorangan dasar di Puskesmas
agar tercapai pelayanan yang terstandar, aman dan bermutu.
Dengan tersusunnya pedoman ini, kami mengucapkan sebesar –
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam
penyusunan pedoman ini.
Kami sadari pedoman ini masih belum sempurna, oleh karenanya
masukan dan saran perbaikan sangat kami harapkan guna
penyempurnaannya .Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat
dan hidayahnya kepada kita semua.

Garut, Desember 2022


Kepala UPT Puskesmas Karangpawitan

H. AJat Sudrajat, S.Ke., Ners


NIP.19810331 201001 1 007
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakanupaya promotif

dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi – tingginya di wilayah kerjanya. Menurut Permenkes No. 43 tahun

2019 pasal 9 ( 4) tentang pusat kesehatan masyarakat, pendirian

puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,

peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium.

Fasilitas bangunan pelayanan kesehatan merupakan aspek

pertama yang dirasakan sebelum pelayanan medis dilaksanakan. Oleh

karena itu, kesesuaian antara kebutuhan pelayanan medis dan

pemenuhan syarat bangunan fisik sangat ponting. Sarana dan prasarana

pada puskesmas juga merupakan factor yang mendukung

berlangsungnya system pelayanan kesehatan. Puskesmas sebagai

penyedia pelayanan kesehatan masyarakat dituntut untuk bertanggung

jawab terhadap kelengkapan sarana dan prasarana yang dibutuhkan,

sesuai perkembangan maka ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana

menjadi sangat penting sehingga puskesmas harus melakukan

pembenahan dan perbaikan untuk memberikan pelayananterbaik dan

memberikan kenyamanan bagi penggunanya.

Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan yang

ada si setiap kecamatan di Indonesia, mempunyai kontribusi penting

dalam mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan. Tahun 2015

standar akreditasi Puskesmas sudah mulai dilaksanakan agar Puskesmas


mampu memberikan pelayanan kesehatan berkualitas dan sesuai

standar.

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Meningkatkan kualitas dan kapasitas penyelenggaraan pelayanan

puskesmas melalui perencanaan, pembangunan, dan pengembangan

sarana dan prasarana puskesmas.

b. Tujuan Khusus

1. Sebagai pedoman dalam perencanaan, pembangunan dan

pengembangan sarana dan prasarana puskesmas.

2. Sebagai pedoman kegiatan pengelolaan dalam pemantauan dan

pemeliharaan sarana dan prasarana puskesmas.

3. Meningkatkan pengetahuan tentang tata cara perencanaan,

pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana

puskesmas.

1.3 Sasaran

a. Penanggung jawab Pengelola Fasilitas dan Keselamatan Puskesmas .

b. Semua Tim Pengelolaan Fasilitas dan Keselamatan Puskesmas.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Pengelolaan Fasilitas dan Keselamatan

Puskesmas meliputi :

a. Persyaratan Sarana dan Prasarana Puskesmas

b. Kegiatan yang berhubungan dengan semua sarana dan prasarana yang

ada di puskesmas untuk melaksanakan pelayanan kesehatan dan

peralatan medis dan non medis termasuk meubelair .

c. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko


d. Mencegah kecelakaan dan cidera

e. Memelihara kondisi yang aman

1.5 Batasan Operasional

a. Puskesmas

Adalah Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Dinas Kesehatan

Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

sebagian tugas – tugas Dinas Kesehatan dalam pembangunan

kesehatan di satu wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Sarana

Adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi

mata ataupun teraba panca indra dengan mudah dapat dikenali dan

merupakan bagian dari suatu gedung ataupun bangunan itu

sendiri.meliput peralatan medis , peralatan non medis, meubeleir dan

mesin.

c. Prasarana

Adalah benda maupun jaringan yang membuatsuatu bangunan

yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Prasarana bangunan Puskesmas meliputi : Sistem ventilasi, Sistem

Kelistrikan, Sistem Pencahayaan, Sistem Proteksi kebakaran, Sistem

Komunikasi, Gas Medik, Sistem pengendalian dalam kebisingan,

Sistem sanitasi, Sistem transportasi, Aksesbilitas penyandang cacat,

Ambulan.

d. Peralatan kesehatan

Adalah instrumen, mesin yang tidak mengandung obat yang

digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan da

meringankan penyakit

e. Peralatan medis

Adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan terapi,

rehabilitasi dan penelitian medik , baik secara langsung maupun tidak


langsung. Peralatan medis sebagai bagian peralatan kesehatan yang

memerlukan pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi dimana kegiatan

ini biasanya di kelola oleh tenaga teknis ( elektromedis ).

f. Peralatan non medis

Adalah peralatan penunjang pelayanan kesehatan yang bukan

termasuk alat medis dalam hal ini berupa meubelair dan/atau alat

kesehatan yang tidak memiliki nilai ukur ( misal : bed pasien, kursi

roda, tiang infus dll ).

g. Pemeliharaan

Adalah suatu kegiatan baik preventif maupun korektif yang

dilakukan untuk menjaga peralatan medis tetap bermutu, aman dan

laik pakai sesuai dengan fungsinya.

h. Perbaikan

Adalah serangkaian kegiatan upaya mengembalikan fungsi dan

kondisi alat yang rusak akibat dari pemakaian alat tersebut pada

fungsi dan kondisi semula.

i. Kalibrasi

Adalah suatu kegiatan pengecekan atau pengukuran akurasi

dari suatu alat ukur dengan cara membandingkannya dengan

standar/ tolak ukur.


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

1 KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh Pengurus Barang dan

Penyimpan Barang sebagai pelaksana fungsi Pengelola Barang Sarana

dan Prasarana Puskesmas ( sesuai dengan Perwali Nomor 114 Tahun

2014 tentang Juknis Pelaksanaan dan Pengendalian Kegiatan Pemerintah

Garut Tahun 2015 ) adalah sebagai berikut :

1. Berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan golongan serendah-

rendahnya golongan II dan setinggi-tingginya golongan III ;

2. Diutamakan memiliki kompetensi yang cukup di bidang Pengelolaan

Sarana dan Prasarana Puskesmas yang dibuktikan dengan sertifikat

kursus atau pelatihan terkait dengan pengelolaan sarana dan

prasarana puskesmas daerah ;

3. Memiliki Integritas Moral, Disiplin dan Tanggung Jawab dalam

melaksanakan tugas.

2 DISTRIBUSI KETENAGAAN
KUALIFIKASI
NO NAMA L/P PENDIDIKAN
TENAGA
1 Widan Saeful Majid, P D-III Penanggungjawab
A.Md.Kep Kaperawatan UKP
2 H. Titin Sumarni, P S-2 Kesmas Penanggung Jawab
S.ET., SKM., M.Kes UKM Esensial
3 Alit Rohman P SMA Penanggungjawab
Sarana Prasarana
3 KEGIATAN PENGELOLAAN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)

Kegiatan di dalam Sarana Puskesmas ada beberapa kegiatan di

dalamnya , yaitu:

1. Perencanaan / Usulan Kebutuhan Barang ( jadwal 1 tahun sekali )

Untuk kegiatan ini penanggung jawab peralatan puskesmas

merekapitulasi semua usulan barang baik medis dan non medis yang

diajukan oleh semua unit pelayanan yang ada di Puskesmas

Karangpawitan Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut. Yang

selanjutnya akan di laporkan kepada Kepala Puskesmas

Karangpawitan terkait pengadaannya, apakah akan diajukan ke Dinas

Kesehatan Garut melalui RKBMD

( Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah ) atau melalui Tim

Pengadaan Puskesmas Karangpawitan.( lampiran 1 )

2. Penerimaan Barang ( Jadwal menyesuaikan dengan barang datang )

Puskesmas Karangpawitan menerima barang dari Dinas Kesehatan

Garut atau dari Tim Pengadaan Puskesmas Karangpawitan,

selanjutnya penanggung jawab barang hal ini adalah Pengurus Barang

Pembantu/ Penyimpan Barang meneliti jumlah dan kualitas barang

yang di terima sesuai dengan dokumen pengadaan dan kemudian akan

di catat di dalam buku penerimaan barang.

3. Penatausahaan Barang ( Inventarisasi, pencatatan dan pelaporan )

Setelah barang yang diterima sudah sesuai dengan dokumen –

dokumen pengadaan ,selanjutnya penyimpan barang menghimpun

dokumen pengadaan yang diterima dan sekaligus melakukan

penatausahaan barang yang meliputi inventarisasi, pencataan dan

pelaporan.
4. Pendistribusian Barang ( Jadwal menyesuaikan dengan barang

datang )

Pendistribusian barang akan dilaksanakan setelah spesifikasi barang

sudah sesuai dengan dokumen pengadaan dan tentunya setelah

semua dokumen – dokumen dari barang tersebut sudah lengkap.

Barang akan didistribusikan ke unit pelayanan Puskesmas

Karangpawitan sesuai dengan perencanaan kebutuhan barang yang

diusulkan ke pengurus barang pembantu sebelumnya. Pada kegiatan

pendistribusian ini akan di dokumentasikan melaui BBK ( Berita Acara

Keluar ) yang akan di tandatangani oleh Pengurus Barang Pembantu/

penyimpan Barang selaku pihak yang mengeluarkan barang dan

Penanggung jawab unit pelayanan selaku pihak yang menerima barang

kemudian mengetahui Kepala Puskesmas.

5. Pemeliharaan ( jadwal tiap bulan )

Untuk menjaga agar barang /peralatan tetap pada kondisi baik dan

mencegah barang / alat rusak maka perlu dilakukan pemeliharaan

pada barang/ peralatan tersebut. Baik pemeliharaan secara rutin

maupun pemeliharaan secara berkala melalui RKPBMD ( rencana

Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah )

6. Kalibrasi Peralatan ( jadwal 1 kali dalam 1 tahun )

Kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai

penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan

terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar

nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau

internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.Petugas akan

memeriksa tanggal kalibrasi setiap alat yang sudah dikalibrasi


sebelumnya serta memeriksa alat yang belum terkalibrasi jika masa

kalibrasi telah habis maka akan dilakukan kalibrasi kembali .

7. Perbaikan ( Jadwal menyesuaikan dengan kerusakan )

Akibat pemakaian alat yang kurang tepat akan menimbulkan

kerusakan pada alat tersebut. Maka tentunya perbaikan pada alat

tersebut. Untuk perbaikan alat di Puskesmas Karangpawitan bisa

dilakukan oleh tenaga teknis ( elektromedis ), jika dalam kerusakan

memerlukan suku cadang/ spare part maka akan di lakukan

pembelian spare part tapi akan diusulkan perbaikan ke Dinas

Kesehatan Garut jika dalam perbaikan membutuhkan spare part yang

sulit dan mahal.

8. Membuat Usulan penghapusan ( jadwal 1 tahun sekali )

Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari

daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang

berwenang untuk membebaskan pengguna dan/atau kuasa pengguna

dan/atau pengelola dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas

barang yang berada dalam penguasannya. Dalam hal ini Pengurus

Barang Pembantu Puskesmas Karangpawitan akan mengirimkan

Usulan penghapusan ini ke Dinas Kesehatan Garut melalui RKBMD

( Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah ) yang nantinya akan di

teruskan ke BPPKA Garut. Jadi Puskesmas Karangpawitan hanya

dalam batas pengusulan pengapusan barang saja, tentunya barang

yang akan diajukan adalah barang yang rusak dan sudah tidak

terpakai di Puskesmas Karangpawitan Kecamatan Karangpawitan

Kabupaten Garut.(lampiran 3)
Kegiatan di dalam Prasarana Puskesmas ada beberapa kegiatan di

dalamnya, yaitu :

1. Pemantauan Prasarana puskesmas ( jadwal tiap bulan )

Kegiatan rutin untuk memantau fungsi dan kondisi fasilitas prasarana

yang ada di Puskesmas meliputi Sistem ventilasi, Sistem kelistrikan,

Sistem pencahayaan, Sistem proteksi kebakaran, Sistem Komunikasi,

Gas medic, Sistem Sanitasi, Sistem transportasi, Aksesbilitas

penyandang cacat, Ambulan

2. Pemeliharaan dan Perbaikan prasarana ( jadwal tiap bulan )

Untuk menjaga agar fasilitas prasarana tetap pada kondisi baik dan

mencegah kerusakan maka perlu dilakukan pemeliharaan pada

Prasarana tersebut. Baik pemerilharaan secara rutin maupun

pemeliharaan secara berkala. Jika terdapat kerusakan maka akan

dilakukan perbaikan .
BAB III
STANDAR FASILITAS

A DENAH RUANG PUSKESMAS KARANGPAWITAN


DENAH LANTAI 1 UPT PUSKESMAS WANARAJA

2,5 3 2,5

WC
WC WC

2
R.KIA
3
R.BERSALIN

MTBS R.GIGI

R.TUNGGU
R.APOTEK PASIEN

R.UGD
3
R.BP 2

R.FENDAFTARAN

2 2 2 2

DENAH LANTAI BAWAH


KETERANGAN SISI KIRI DALAM TAHAP KETERANGAN SISI KANAN :
RENOVASI : 1. RUANG UGD
1. RUANGAN PONED 2. RUANG FARMASI
2. MUSHOLA 3. RUANG PENDAFTRAN
4. RUANG PELAYANAN UMUM
5. RUANG PELAYANAN KESEHATAN GIGI
6. RUANG PELAYANAN KIA/KB
7. RUANG MTBS DAN RUANG LAKTASI
8. RUANG USG
9. GUDANG
10. RUANG STERILISASI
11. KAMAR MANDI PASIEN
12. KAMAR MANDI PASIEN
13. POS KEAMANAN
14. RUANGAN RAWAT INAP
15. DAPUR & WASHREY
16. GUDANG
DENAH LANTAI 2 UPT PUSKESMAS WANARAJA

R.KA PKM

R.RAPAT / AULA

R.KEUANAGAN WC WC

R.PROGRAMER
R.KA TU

DENAH LANTAI ATAS


KETERANGAN SISI KIRI : KETERANGAN SISI KANAN :
1. RUANG KEPALA TATA USAHA 1. RUANG KEUANGAN
2. RUANG PROGRAM 2. RUANG PERTEMUAN
3. RUANG PENATAUSAHAAN 3. RUANG GUDANG ASET
4. RUANG PELAYANAN PCARE & 4. RUANG TAMU KEPALA
RUJUKAN PUSKESMAS
5. RUANG KERJA KEPALA
PUSKESMAS
6. TOILET KEPALA PUSKESMAS
7. TOILET PEGAWAI
B STANDAR LOKASI PUSKESMAS

A. Geografis

Puskesmas tidak didirikan di lokasi berbahaya, yaitu :

1. Tidak di Tepi Lereng

2. Tidak Dekat Kaki Gunung yang rawan terhadap longsor

3. Tidak Dekat Anak Sungai, Sungai atau Badan Air yang dapat

mengikis pondasi

4. Tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif

5. Tidak di Daerah Rawan Tsunami

6. Tidak di Daerah Rawan Banjir

7. Tidak dalam Zona Topan

8. Tidak di Daerah Rawan Badai, dan lain lain

B. Aksesbilitas untuk Jalur Transportasi.

Puskesmas didirikan di lokasi yang mudah dijangkau oleh

masyarakatdan dapat diakses dengan mudah menggunakan

transportasi umum, tersedia jalur untuk pejalan kaki dan jalur

aksesibel untuk penyandang disabilitas.

C. Kontur Tanah

Kontur tanah mempunyai pengaruh pada perencanaaan struktur,

dan harus dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai. Selain itu

kontur tanah juga berpengaruh terhadap perencanaan system

drainase, kondisi jalan terhadap tapak bangunan dan lain – lain.

D. Fasilitas Parkir

Perancangan dan perencanaan prasarana parkir cukup penting

karena prasarana parkir kendaraan akan menyita banyak lahan.

Kapasitas parkir harus memadai, menyesuaikan dengan kondisi dan

lokasi, social dan ekonomi daerah setempat.


E. Fasilitas Keamanan

Perancangan dan Perencanaan Prasarana Keamanan sangat

penting untuk mendukung pencegahan dan penanggulangan

keamanan minimal menggunakan pagar dan disediakannya pos

keamanan untuk security dan CCTV.

F. Ketersediaan Utilitas

Puskesmas sebagai salah satu Fasilitas Pelayanan Kesehatan

membutuhkan Air Bersih, Pembuangan Air Kotor/ Limbah, Listrik dan

Jalur Telepon . Pemerintah Daerah harus mengupayakan utilitas

tersebut selalu tersedia untuk kebutuhan pelayanan dengan

mempertimbangkan berbagai sumber daya yang ada pada daerahnya.

G. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan

Puskesmas harus menyediakan fasilitas khusu untuk pengelolaan

kesehatan lingkungan antara lain air bersih, pengelolaan B3 seperti

limbah padat dan cair yang bersifat infeksius dan non infeksius serta

pemantauan limbah gas / udara dari emisi incinerator dan genzet.

H. Kondisi lainnya

Puskesmas tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara

Tegangan Tinggi ( SUTT ) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi

( SUTET ).
C STANDAR BANGUNAN PUSKESMAS

A. Arsitektur Bangunan

1. Tata ruang bangunan

a. Rancangan Tata Ruang / Bangunan agar memperhatikan fungsi

sebagai fasilitas pelayanan kesehatan.

b. Bangunan harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan

lokasi yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

kabupaten/ kota dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

( RTBL ) yang bersangkutan.

c. Tata Ruang Puskesmas mengikuti Peraturan Tata Ruang Daerah.

2. Desain

a. Tata letak ruang pelayanan pada bangunan puskesmas harus

diatur dengan memperhatikan zona puskesmas sebagai

bangunan fasilitas pelayanan kesehatan.

b. Tata letak ruangan diatur dan dikelompokkan dengan

memperhatikanzona infeksius dan non infeksius

c. Zona berdasarkan privasi kegiatan

1) Area public, yaitu area yang mempunyai akses langsung

dengan lingkungan luar puskesmas , misalnya ruang

pendaftaran

2) Area semi public, yaitu area yang tidak berhubungan lansung

dengan lingkungan luar puskesmas, umumnya merupakan

area yang menerima beban kerja dan area public, misalnya

laboratorium, ruang rapat / diskusi

3) Area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung

puskesmas, misalnya ruang sterilisasi, ruang Ispa.


d. Zona berdasarkan pelayanan

Tata letak ruang diatur dengan memperhatikan kemudahan

pencapaian antar ruang yang saling memiliki hubungan fungsi,

misalnya :

1) Ruang Farmasi letaknya mudah terjangkau dari Gudang

Farmasi

2) Ruang tunggu Lansia dibuat lebih dekat dengan Ruang

Lansia.

e. Pencahayaan dan penghawaan yang nyaman dan aman untuk

semua bagian bangunan

f. Harus disediakan fasilitas pendingin untuk penyimpanan obat –

obatan khusus dan vaksin dengan suplai listrik yang tidak boleh

terputus.

g. Lebar koridor disarankan 2,40 m dengan tinggi langit – langit

minimal 2,80 m, koridor sebaiknya lurus . apabila terdapat

perbedaan ketinggian permukaan pijakan , maka dapat

menggunakan ram dengan kemiringan tidakmelebih7°

3. Lambang

Bangunan Puskesmas harusmemasang lambang sebagai berikut

agar mudah dikenali masyarakat.

Lambang Puskesmas harus diletakkan di depan bangunan yang

mudah terlihat dari jarak jauh oleh masyarakat. Arti dari lambang

tersebut yaitu makna pemerataan pelayanan kesehatan yang

mudah di akses masyarakat.


4. Ruang

Jumlah dan jenis ruang di Puskesmas Karangpawitan

ditentukan melalui Analisis Kebutuhan Ruang berdasarkan

pelayanan yang diselenggarakan dan ketersediaan Sumber Daya

Lokasi :

1. Lokasi : Jl. Raya Talaga Bodas KM.1 Desa Wanamekar

Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.

2. Tempat Parkir : Ada 2 tempat parkir pasien dan karyawan

3. Keamanan : Terdapat Petugas Keamanan

4. Bangunan:

1 Bangunan Permanen Lantai 2 Ya


2 Posisi Bangunan Terpisah dengan Ya
Rumah Masyarakat
3 Ruang Rawat Inap Ya
4 Lambang Puskesmas ada
5 Ketersediaan Papan Nama ada
6 Ruangan Administrasi Kantor ada
7 Ruangan Kepala Puskesmas ada
8 Ruangan Rapat / Aula ada
9 Ruangan Pendaftaran Dan Rekam Medis ada
10 Ruangan Tunggu ada
11 Ruangan Pemeriksaan ada
12 Ruangan Tindakan ( IGD ) ada
13 Ruangan KIA, KB, imunisasi ada
14 Ruangan Kes. Gigi dan mulut ada
15 Ruangan ASI ( Laktasi ) ada
16 Ruangan Promosi Kesehatan ada
17 Ruang Farmasi ada
18 Ruang Sanitasi ada
19 Ruang Gizi ada
20 Ruang Pelayanan Laboratorium ada
21 Ruangan Sterilisasi ada
22 Ruangan USG ada
23 Ruangan Penyelenggara Makanan ada
( dapur )
24 Kamar Mandi ada
25 Gudang Umum ada
26 Gudang Farmasi ada
27 Ruang Senam Hamil ada
28 Ruang Lansia ada
29 Ruang MTBS / Anak ada
30 Mushola ada

D STANDAR PRASARANA PUSKESMAS

1. Sistem Penghawaan dan Ventilasi.

a. Ventilasi merupakan proses untuk mensuplai udara segar ke dalam

bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan, bertujuan

menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan, menghilangkan

uap air yang berlebih dan membantu mendapatkan kenyamanan

termal.

b. Ventilasi Ruangan pada bangunan Puskesmas, dapat berupa

Ventilasi Alami dan atau Ventilasi Mekanis. Bumlah bukaan

ventilasi alami tidak kurang dari 15 % terhadap luas lantai ruangan

yang membutuhkan ventilasi. sedangkan sistem ventilasi mekanis

diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat tidak memadai.

c. Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi

ruangan di bangunan Puskesmas minimal 12 x pertukaran udara

per jam dan untuk KM / WC 10 x pertukaran udara per jam.

d. Penghawaan / Ventilasi dalam ruang perlu memperhatikan 3 ( tiga )

elemen dasar, yaitu

1) Jumlah Udara Luar berkualitas baik yang masuk dalam ruang

pada waktu tertentu


2) Arah Umum Aliran Udara dalam gedung yang seharusnya dari

area bersih ke area terkontaminasi serta distribusi udara luar ke

setiap bagian dari ruangan dengan cara yang efisien dan

kontaminan airborne yang ada dalam ruangan dialirkan ke luar

dengan cara yang efisien

3) Setiap Ruang diupayakan proses udara didalam ruangan

bergerak dan terjadi pertukaran antara udara didalam ruang

dengan udara dari luar.

e. Pemilihan sistem ventilasi yang alami, mekanik atau campuran,

perlu memperhatikan kondisi lokal, seperti struktur bangunan,

cuaca, biaya dan kualitas udara luar.

2. Sistem Pencahayaan

1. Bangunan Puskesmas harus mempunyai pencahayaan alami

dan;atau pencahayaan buatan

2. Pencahayaan harus terdistribusikan rata dalam ruangan.

3. lampu-lampu yang digunakan diusahakan dari jenis hemat energi.

3. Sistem Sanitasi

Sistem sanitasi Puskesmas terdiri dari sistem air bersih, sistem

pembuangan air kotor dan / atau air limbah, kotoran dan sampah,

serta penyaluran air hujan.

a. Sistem air bersih

Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan

mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem pengalirannya.

Sumber air bersih dapat diperoleh langsung dari sumber air

berlangganan dan / atau sumber air lainnya dengan baku mutu

yang memenuhi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


b. Sistem penyaluran air kotor dan / atau air limbah

Tersedia sistem pengolahan air limbah yang memenuhi persyaratan

kesehatan.

Saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah dan

dilengkapi penutup dengan bak kontrol untuk menjaga kemiringan

saluran minimal 1%.

c. Dalam sistem penyaluran air kotor dan;atau air limbah dari ruang

penyelenggaraan makanan disediakan perangkap lemak untuk

memisahkan dan;atau menyaring kotoran / lemak.

d. Sistem pembuangan limbah infeksius dan non infeksius.

e. Sistem pembuangan limbah infeksius dan non infeksius harus

direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas

pewadahan,Tempat Penampungan Sementara ( TPS ) dan

pengolahannya

f. Pertimbangan Jenis Pewadahan dan pengolahan limbah infeksius

dan non infeksius diwujudkan dalam bentuk penempatan

pewadahan dan;atau pengolahannya yang tidak mengganggu

kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya serta tidak

mengundang datangnya vektor;binatang penyebar penyakit.

g. Pertimbangan Fasilitas Tempat Penampungan Sementara ( TPS )

yang terpisah diwujudkan dalam bentuk penyediaan tempat

Penampungan sementara ( TPS ) limbah infeksius dan non infeksius,

yang diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah

penghuni, dan volume limbah.

h. Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara perencanaan,

pemasangan, dan pengolahan fasilitas pembuangan limbah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


4. Sistem Kelistrikan

a. Umum

Sistem kelistrikan dan penempatannya harus mudah dioperasikan,

diamati, dipelihara, tidak membahayakan, tidak mengganggu

lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain.

b. Sumber daya listrik

Sumber daya listrik yang dibutuhkan, terdiri dari :

1) Sumber daya listrik normal dengan daya paling rendah 2200 va

2) Sumber daya listrik darurat 75 % dari Sumber Daya Listrik

normal.

Sumber Daya Listrik Normal, diperoleh dari :

1) Sumber Daya Listrik Berlangganan seperti PLN

2) Sumber Daya Listrik Darurat, diperoleh dari : Generator Diesel

c. Sistem distribusi

Sistem distribusi terdiri dari :

1) Panel-panel listrik.

2) Instalasi pengkabelan.

3) Instalasi kotak kontak dan sakelar.

d. Sistem komunikasi

Alat komunikasi diperlukan untuk hubungan;komunikasi di

lingkup dan keluar Puskesmas, dalam upaya mendukung pelayanan

di Puskesmas. lat komunikasi dapat berupa telepon kabel, seluler,

ataupun alat komunikasi lainnya.


e. Sistem gas Medik

Gas medik yang digunakan di Puskesmas adalah oksigen ( O2).

Sistem gas medik harus direncanakan dan diletakkan dengan

mempertimbangkan tingkat keselamatan bagi penggunanya.

Persyaratan teknis :

a. Pengolahan, penggunaan, penyimpanan dan pemeliharaan gas

medik harus sesuai ketentuan berlaku

b. Tabung/silinder yang digunakan harus yang telah dibuat, diuji,

dan dipelihara sesuai spesifikasi dan ketentuan dari pihak yang

berwenang.

c. Tabung/silinder O2 pada saat digunakan, diletakkan di samping

tempat tidur pasien, dan harus menggunakan alat pengaman

seperti troli tabung atau dirantai.

d. Tutup pelindung katup harus dipasang erat pada tempatnya bila

tabung;silinder sedang tidak digunakan.

e. Apabila diperlukan, disediakan ruangan khusus penyimpanan

silinder gas medik. Tabung/silinder dipasang/diikat erat dengan

pengaman/rantai.

f. Hanya tabung/silinder gas medik dan perlengkapannya yang

boleh disimpan dalam ruangan penyimpanan gas medik.

g. Tidak boleh menyimpan bahan mudah terbakar berdekatan

dengan ruang penyimpanan gas medik.

h. Dilarang melakukan pengisian ulang tabung/silinder O2 dari

tabung/silinder gas medic besar ke tabung/silinder gas medik

kecil.
f. Sistem Proteksi Kebakaran

1) Bangunan Puskesmas harus menyiapkan alat pemadam

kebakaran untuk memproteksi kemungkinan terjadinya

kebakaran.

2) Alat pemadam kebakaran kapasitas minimal 2 kg, dan dipasang 1

buah untuk setiap 15 m.

3) Pemasangan alat pemadam kebakaran diletakkan pada dinding

dengan ketinggian antara 15cm - 120 cm dari permukaan lantai,

dilindungi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan

kerusakan atau pencurian.

g. Sistem Pengendalian Kebisingan

1) Intensitas kebisingan equivalent ( Leq ) diluar bangunan

Puskesmas tidak lebih dari 55 Dba dan di dalam bangunan

Puskesmas tidak lebih dari 45 Dba

2) Pengendalian sumber kebisingan disesuaikan dengan sifat

sumber.

3) Sumber suara genset dikendalikan dengan meredam dan

membuat sekat yang memadai dan sumber suara dari lalu lintas

dikurangi dengan cara penanaman pohon ataupun cara lainnya.

h. Sistem Transportasi Vertikal dalam Puskesmas.

Setiap bangunan Puskesmas yang bertingkat harus menyediakan

sarana hubungan vertikal antar lantai yang memadai berupa

tersedianya tangga
1) Tangga

Umum

Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang

dirancang dengan mempertimbangkan ukuran dan kemiringan

pijakan dan tanjakan dengan lebar yang memadai.

2) Persyaratan tangga

a. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran

seragam, dengan tinggi masing-masing pijakan/tanjakan

adalah 15 – 17 cm.

b. Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 60 °

c. Lebar tangga minimal 120 cm untuk mempermudah evakuasi

dalam kondisi gawat darurat.

d. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat

membahayakan pengguna tangga.

e. Harus dilengkapi dengan rel pegangan tangan (handrail )

f. Rel pegangan tangan harus mudah dipegang dengan

ketinggian 65 cm - 80 cm dari lantai bebas dari elemen

konstruksi yang mengganggu, dan bagian ujungnya harus

bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding

atau tiang.

g. Rel pegangan tangan harus ditambah panjangnya pada

bagian ujung-ujungnya ( puncak dan bagian bawah )

sepanjang 30 cm.

h. Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus

dirancang sehingga tidak ada air hujan yang menggenang

pada lantainya.

3) Puskesmas keliling (Pusling) dan Ambulans


Ketentuan mengenai kendaraan Puskesmas keliling dan

ambulans mengikuti ketentuan teknis yang berlaku.

Prasarana
1 Ventilasi Ruangan Jendela, Exhaust fan
2 Sumber Air Bersih Sumur Bor, PDAM
3 Sistem Pembuangan Limbah IPAL
4 Sumber Daya Listrik PLN 17.500 watt
5 Sistem Telekomunikasi Jaringan internet
6 Sistem Proteksi Petir ada 1
7 Alat Pemadam Kebakaran 5 unit tabung APAR
8 Kendaraan Pusling 1 unit
9 Kendaraan Ambulance 1 unit
10 Kendaraan Roda Dua 1 unit
11 Sumber Daya Listrik Darurat Genset 2 unit
12 Sistem Informasi dan Pengaduan Ig, Website, WhattApp,
Facebook, Email
13 Gudang Limbah Medis Ada
14 Mushola Ada
15 AC/Kipas Angin 11/2

Peralatan
1 Set Pemeriksaan Umum Ada
2 Set Tindakan Medis dan Gawat Darurat Ada
3 Set Pemeriksaan Kesehatan Ibu Ada
4 Set Pemeriksaan Kesehatan Anak Ada
5 Set pelayanan KB Ada
6 Set Imunisasi Ada
7 Set Obgyn / Persalinan Ada
8 Set Insersi dan Ekstraksi AKDR Ada
9 Set Resusitasi Bayi Ada
10 Set Perwawatan Pasca Persalinan Ada
11 Set Kesehatan Gigi dan Mulut Ada
12 Set Promosi Kesehatan Ada
13 Set ASI Ada
14 Set Laboratorium Ada
15 Set Farmasi Ada
16 Set Sterilisasi Ada
17 Set Puskesmas Keliling Ada
18 Kit Keperawatan Kesmas Ada
19 Kit Imunisasi Ada
20 Kit UKS Ada
21 Kit UKGS Ada
22 Kit Bidan Ada
23 Kit Posyandu Ada
24 Kit Kesehatan Lingkungan Ada

Ketenagaan
Jumlah SDMK
No Tugas Pokok Jumlah
seharusnya
1 Kepala Puskesmas 1 orang 1 orang
2 Dokter Umum 3 orang 3 orang
3 Dokter Gigi 0 orang 1 orang
4 Penanggung Jawab TU 1 orang 1 orang
5 Perawat 24 orang 26 orang
6 Bidan 20 orang 23 orang
7 Apoteker 0 orang 1 orang
8 Asisten Apoteker 3 orang 4 orang
9 Sanitarian 1 orang 1 orang
10 Analis Kesehatan 2 orang 2 orang
11 Nutrisionis 2 orang 2 orang
12 Perekam medis dan informasi 0 orang 1 orang
kesehatan
13 Teknisi Elektromedis 0 orang 1 orang
14 Promkes 2 orang 2 orang
15 Pengelola keuangan 0 orang 2 orang
16 Pengadministrasi kepegawaian 1 orang 1 orang
17 Juru Bayar / Kasir 1 orang 1 orang
18 Penyuluh Kesehatan 0 orang 0 orang
19 Pengolah Data 0 orang 1 orang
21 Pengadmintrasi Persuratan - 1 orang
22 Pengemudi Ambulan 1 orang 2 orang
24 Pengadminstrasi Umum 2 orang 2 orang
25 Petugas Keamanan 2 orang 3 orang
26 Pramu Kebersihan 2 orang 3 orang
Sarana Kesehatan
Puskesmas Induk 1 buah
Rawat Inap 1 buah
Puskesmas Pembantu 3 buah
Pusling 1 buah
Posyandu 104 buah

No Jenis Sarana Jumlah


Sarana Kesehatan Pemerintah

1 Puskesmas Pembantu 3

2 Poskesdes 2
Sarana Kesehatan Swasta

1 Dokter Praktek Swasta 2

2 Bidan Praktek Swasta 6

3 Klinik Rawat Inap 1

4 Klinik Rawat Jalan 0


BAB IV

TATA LAKSANA / SOP DALAM MANAJEMEN PENGELOLAAN FASILITAS


DAN KESELAMATAN (MFK)

Tata laksana atau Standard Operating Procedure (SOP) pada dasarnya

berupa pedoman yang berisi prosedur operasional standar dalam suatu

organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan,

tindakan, dan penggunaan fasilitas berjalan secara efektif, efisien, standar,

dan sistematis. Sebuah SOP memuat pernyataan-pernyataan yang berisi

harapan- harapan akan prosedur operasi yang harus dijadikan acuan dalam

menjalankan suatu proses. Ada lima kata kunci dalam SOP yakni: efisien,

efektif, konsisten, standar, dan sistematis.

4.1 KALIBRASI PERALATAN


Peralatan peralatan yang memerlukan kalibrasi yaitu
1. Tensimeter elektrik
2. Tensimeter an aerob
3. Timbangan manual
4. Timbangan digital
5. Timbangan bayi
6. ECG
7. Doppler
8. Autoclave
9. Coldchain vaksin
10. Suction Pump
11. MikroPhipete
12. Hemolyzer
13. Photometer
14. Centrifuge
15. Oxymeter
16. Pulse meter
17. Sterilisator kering
18. Termogun
19. USG
20. Rotator
21. Doppler
22. Luxmeter
23. Termohigro
24. Inkubator Sanitasi
25. Digital Fe meter
26. Kulkas Vaksin
27. Dental Unit

Berikut ini adalah SOP ( Standar Operasional Prosedur ) Kalibrasi


peralatan proses ini menjadi dasar dalam proses pengkalibrasian rutin .

Gambar 4.1 Proses kegiatan kalibrasi di Puskesmas Karangpawitan


Secara Umum Alur Kegiatan Kalibrasi Peralatan di Puskesmas

Karangpawitan dilakukan melalui prosedur berikut ini :

1. Petugas melihat jadwal kalibrasi peralatan dan mengecek alat yang

belum terkalibrasi.

2. Mengumpulkan dan menyiapkan peralatan yang perlu di kalibrasi .

3. Mengajukan usulan biaya kalibrasi ke Tata Usaha yang dilampiri

dengan jumlah peralatan yang akan dikalibrasi.

4. Apabila biaya sudah di setujui maka petugas akan menghubungi

rekanan untuk dilakukan kalibrasi, dan jika biaya tidak disetujui oleh

pihak Tata usaha maka akan dilakukan pengajuan usulan kalibrasi

ke Dinas Kesehatan dan mengetahui Kepala Puskesmas.

5. Rekanan datang dan kalibrasi dilakukan .

6. Setelah kegiatan kalibrasi selesai dilakukan maka petugas akan

melakukan pencatatan tanggal kalibrasi dan membuat jadwal untuk

kegiatan kalibrasi berikutnya.

7. Hasil sertifikat kalibrasi akan diarsipkan dalam satu dokumen

4.2 PEMELIHARAAN PERALATAN


Gambar 4.2 menunjukkan diagram alir proses umum pemeliharaan
di UPT. Puskesmas Karangpawitan .

Gambar 4.2 Prosedur Umum Pemeliharaan


1. Perencanaan pemeliharaan. Pemeliharaan ini dimaksudkan untuk

prasarana dan sarana yang terencana baik terjadwal secara eksplisit

maupun yang tidak terjadwal (bagi yang sulit diprediksi waktunya).

Penyusunan perencanaan pemeliharaan harus didasari anggaran,

jadwal pemeliharaan, dan sumber daya. Di sisi lain perencanaan

pemeliharaan yang mengacu pada daftar inventaris barang.

2. Pelaksanaan pemeliharaan. Berdasarkan pengecekan, jika

pelaksanaan telah memenuhi syarat pemeliharaan, maka

pemeliharaan selesai, tetapi bila masih ada kekurangan dalam

pelaksanakaan perbaikan tersebut, maka perlu dilakukan revisi

kegiatan pemeliharaan dan jika perlu akan dilakukan perbaikan.

3. Pemeriksaan. Memastikan semua hasil pelaksanaan dari pemeliharaan

sesuai rencana dan tujuan. Jika pelaksanaan belum sesuai rencana

maka perlu dilakukan penyempurnaan dan jika telah sesuai maka

pemeliharaan selesai.

4.3 PENGHAPUSAN BARANG MILIK DAERAH

Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari

daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang

berwenang untuk membebaskan pengguna dan/atau kuasa pengguna

dan/atau pengelola dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas

barang yang berada dalam penguasaannya. (Permendagri Nomor 17 Tahun

2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah).


Gambar 4.3 menunjukkan diagram alir proses penghapusan di UPT.
Puskesmas Karangpawitan.

Gambar 4.3 Diagram Alir Proses Penghapusan Barang

Secara umum proses penghapusan di Puskesmas Karangpawitan melalui

prosedur berikut ini :

1. Mengumpulkan barang yang akan di hapus yang sebagian besar

adalah barang rusak berat dan tidak dapat di pergunakan / di

fungsikan lagi.

2. Setelah terkumpul semua barang yang akan di hapus berikutnya

adalah pendataan barang yang akan diusulkan, yaitu melakukan

pencatatan di dalam perencanaan RKBMD ( Rencana Kebutuhan Milik

Daerah ), pendokumentasian barang dan mengidentifikasi serta

mencocokkan dengan data barang yang ada di KIB ( Kartu Inventaris

Barang ) .

3. Melaporkan dan mengusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Garut

dengan mengetahui Kepala Puskesmas Karangpawitan.

4. Proses penghapusan akan diproses oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Garut .
4.4 PENGUSULAN BARANG UNIT
Pengusulan barang adalah permintaan untuk jenis barang habis
pakai maupun barang inventaris dari unit di lingkungan UPT. Puskesmas
Karangpawitan yang ditujukan kepada Pejabat Pengadaan ataupun Dinas
Kesehatan.

Gambar 4.4 Diagram Alir Proses Usulan Barang


1. Pengguna barang mengajukan usulan permintaan dan kebutuhan
barang
2. Petugas memeriksa barang yang akan diusulkan, kesesuaian
permintaan barang serta analisis teknis yang diajukan pengguna
barang, bila tidak layak maka proses akan selesai, jika layak maka
proses akan dilanjutkan ke langkah selanjutnya.
3. Cek ketersediaan di gudang, petugas memeriksa ketersediaan di
gudang , bila barang tersedia maka dilanjutkan untuk membuat
BBK / BAST untuk pengambilan barang.
4. Jika di Gudang tidak tersedia maka akan diusulkan / di ajukan ke
Pejabat Pengadaan Barang ( PPBJ ) atau ke Dinas Kesehatan untuk
dilakukan proses Pengadaan.
5. Setelah proses pengadaan selesai maka dibuatkan BBK / BAST untuk
pengambilan barang.
6.
BAB V
LOGISTIK

Untuk perencanaan kebutuhan terutama sarana dan prasarana (mis:

alat), sama dengan perencanaan alat untuk program pelayanan kesehatan

yang lain.

1. Perencanaan alat kesehatan

Penanggungjawab : koordinator sarana dan prasarana puskesmas

Perencanaan dilakukan pada bulan Oktober – Desember untuk tahun

berikutnya berdasarkan kebutuhan yang disesuaikan dengan standar

puskesmas rawat jalan.

Adapun rencana perbaikan jika ada sarana dan prasarana yang rusak

diajukan saat itu juga kepada Dinas Kesehatan bagian Pelayanan

Kesehatan.

2. Perencaan kelengkapan laporan

Untuk bentuk laporan sesuai dengan ketentuan dari Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Timur. Bentuk seragam anatar semua puskesmas. Untuk

ketersediaan lembar laporan, disediakan dalam bentuk soft kopi dan

laporan dikirim ke dinas kesehatan kota/kabupaten dalam bentuk hard

kopi setiap bulannya.


BAB VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

6.1 STANDAR PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS

Bentuk pelayanan kesehatan kerja untuk petugas Sarana dan

Prasarana yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi pekerja :

a. Pemeriksaan fisik lengkap

b. Kesegaran jasmani

c. Pemeriksaan penunjang dasar (foto thorax, laboratorium rutin,

EKG)

d. Pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan guna mencegah

bahaya yang diperkirakan timbul khusus untuk pekerjaan tertentu

e. Jika tiga bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan

oleh dokter dan tidak ada keragu-raguan dinyatakan sehat maka

tidak perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja

2. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang

kesehatan kerja dan memberikan bantuan kepada pekerja puskesmas

dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental terhadap

pekerjanya, di antaranya :

a. Informasi umum puskesmas dan fasilitas atau sarana yang terkait

dengan kesehatan dan keselamatan kerja

b. Informasi tentang resiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya

c. SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat pelindung diri

d. Orientasi kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja

e. Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/penyuluhan

kesehatan kerja secara berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam

rangka menciptakan budaya kesehatan dan keselamatan kerja.


3. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai

dengan pajanan di puskesmas :

a. Setiap pekerja di puskesmas wajib mendapatkan pemeriksaan

berkala minimal satu tahun sekali

b. Pemeriksaan khusus disesuaikan dengan jenis dan besar pajanan

serta umur dari pekerja

c. Adapun jenis pemeriksaan khusus yang perlu dilakukan antara lain

sebagai berikut :

- Pemeriksaan kesehatan HbsAg dan HIV untuk pekerja yang

berhubungan dengan darah dan produk tubuh manusia (dokter,

dokter gigi, perawat, perawat gigi, bidan, petugas laboratorium)

- Melakukan upaya preventif (vaksinasi hepatitis B pada pekerja

yang terpajan produk tubuh manusia)

4. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan

kemampuan fisik karyawan puskesmas

a. Pemberian imunisasi bagi petugas puskesmas

b. Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi

c. Pembinaan mental dan rohani

5. Memberikan pengobatan bagi karyawan puskesmas yang menderita

sakit

a. Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh

karyawan puskesmas

b. Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk

karyawan puskesmas yang terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK)

c. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan

pemeriksaan kesehatan khusus

d. Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait.


6. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja puskesmas,

a. Pemeriksaan kesehatan fisik

b. Pemeriksaan laboratorium lengkap, EKG, paru (foto thorax dan

fungsi paru)

7. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja

a. Melaksanakan pemetaan (mapping) tempat kerja untuk

mengidentifikasi jenis bahaya dan besarnya resiko

b. Melakukan identifikasi pekerja berdasarkan jenis pekerjaannya,

lama pajanan, dosis pajanan

c. Melakukan analisa hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan

khusus

d. Melakukan tindak lanjut analisa pemeriksaan kesehatan berkala

dan khusus (dirujuk ke spesialis terkait, rotasi kerja,

merekomendasikan pemberian istirahat kerja)

e. Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan karyawan

puskesmas

8. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang

berkaitan dengan kesehatan kerja (pemantauan/pengukuran terhadap

faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi)

9. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan dan

keselamatan kerja puskesmas yang disampaikan kepada Kepala

Puskesmas dan Dinas Kesehatan.


6.2 STANDAR PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI PUSKESMAS

Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan

sarana, prasarana dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan

kerja yang dilakukan :

1. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana,

prasarana, dan peralatan kesehatan :

Lokasi puskesmas memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,

keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil

kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan puskesmas

a. Teknis bangunan puskesmas, sesuai dengan fungsi, kenyamanan

dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan

dengan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang

cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut

b. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta

keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggara puskesmas

c. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan

puskesmas harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai

kompetensi di bidangnya (sertifikasi personil petugas/operator

sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan puskesmas)

d. Membuat program pengoperasian, perbaikan dan pemeliharaan

rutin dan berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan

dan selanjutnya didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala

dan berkesinambungan

e. Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan non medis

harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu,

keamanan, keselamatan dan laik pakai

f. Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan,

peralatan kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala


oleh Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian

fasilitas kesehatan yang berwenang

g. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta

peralatan kesehatan.

2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja

terhadap pekerja :

a. Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomi terhadap

peralatan kerja dan karyawan puskesmas

b. Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan

mengendalikan resiko ergonomi

3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja :

a. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja

yang memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan

psikososial

b. Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi,

ergonomi dan psikososial secara rutin dan berkala

c. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk

perbaikan lingkungan kerja

4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi

Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana

prasarana sanitasi yang memenuhi syarat, meliputi :

a. Penyehatan makanan dan minuman

b. Penyehatan air

c. Penyehatan tempat pencucian

d. Penanganan sampah dan limbah

e. Pengendalian serangga dan tikus

f. Sterilisasi/desinfeksi

g. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan


5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja

a. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan

b. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri

(APD)

c. Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan penggunaan APD

d. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap keputusan

penggunaan peralatan keselamatan dan APD

6. Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja

a. Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh

karyawan puskesmas Karangpawitan.

7. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, pembuatan

tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait

keselamatan/keamanan :

a. Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi sarana, prasarana

dan peralatan keselamatan kerja dan membuat rekomendasi

sesuai dengan persyaratan yang berlaku serta standar keamanan

dan keselamatan.

8. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya

a. Membuat alur pelaporan kejadian nyaris cedera dan cedera

petugas

b. Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian

nyaris cedera dan cedera petugas

9. Pembinaan dan pengawasan Sistem Penanggulangan Kebakaran

a. Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan

penanggulangan kebakaran

b. Membentuk tim penanggulangan kebakaran

c. Membuat SOP APAR

d. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan

penanggulangan kebakaran
e. Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan

penanggulangan kebakaran

10. Membuat evaluasi, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan

keselamatan kerja yang disampaikan kepada Kepala Puskesmas

Karangpawitan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut.


BAB VII
PENUTUP

Manajemen Sarana dan Prasarana (SP) di lingkungan UPT.

Puskesmas Karangpawitan, Sarana Prasarana yang dimiliki diupayakan

selalu terjaga keamanannya, terpelihara dengan baik, mengalami perbaikan

dalam pengelolaannya, dan peningkatan kualitas pemanfaatannya.

Pengelolaan Prasarana dan Sarana Fisik di UPT Puskesmas Karangpawitan

mencakup fungsi: Pengadaan, Inventarisasi, Pemeliharaan, dan

Penghapusan.

Seluruh fungsi di atas didasari peraturan dan pedoman umum, SOP

serta Standar Pengelolaan Sarana Prasarana yang bersangkutan. Pedoman

ini diharapkan dapat membantu para pelaksana pengelolaan sarana dan

prasarana, bagi para pelaksanaan teknis serta para pengguna fasilitas fisik

berupa sarana dan prasarana di lingkungan UPT Puskesmas Karangpawitan

Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.

Puskesmas sesuai standar sangatlah penting, guna memastikan

kualitas pelayanan yang dapat diberikan oleh Puskesmas tersebut. Dengan

adanya informasi rinci tentang hasil pemantauan dapat dijadikan landasan

dalam melakukan perencanaan dan tindak lanjut guna memperbaiki

kelengkapan Puskesmas agar sesuai standar.

Ditetapkan di : Garut
Pada tanggal : 05 Januari 2022
KEPALA UPT PUSKESMAS
KARANGPAWITAN,

H. Ajat Sudrajat, S.Kep., Ners


NIP. 19810331 201001 1 007

Anda mungkin juga menyukai