Anda di halaman 1dari 35

MITIGASI

BENCANA
PENGERTIAN DAN TUJUAN MITIGASI
BENCANA

DEFINIS MITIGASI BENCANA (Undang-Undang Nomor 24 Tahun


2007):
Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.

TUJUAN UTAMA mitigasi bencana alam yaitu:


1. Mengurangi risiko bencana bagi penduduk dalam bentuk korban
jiwa, kerugian ekonomi dan kerusakan sumber daya alam.
2. Menjadi landasan perencanaan pembangunan
3. Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menghadapi serta
mengurangi dampak dan risiko bencana sehingga masyarakat
dapat hidup aman
KEBIJAKAN DAN STRATEGI MITGASI
BENCANA

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 tahun


2006 tanggal 18 Oktober 2006 perihal Pedoman Umum
Mitigasi Bencana berbagai kebijakan yang perlu ditempuh
dalam mitigasi bencana antara lain:
a. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu
membangun persepsi yang sama bagi semua pihak
jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur
masyarakat yang ketentutan langkahnya diatur dalam
pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur
tetap yang dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan
sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
KEBIJAKAN DAN STRATEGI MITGASI
BENCANA

b. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan


secara terpadu, terkoordinir yang melibatkan
seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
c. Upaya preventif harus diutamakan agar
kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan.
d. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama
dengan semua pihak, melalui pemberdayaan
masyarakat serta kampanye.
KEBIJAKAN DAN STRATEGI MITGASI BENCANA
YANG EFEKTIF

Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki empat unsur


utama, yaitu :
1. Penilaian bahaya (bahagian dari informasi dalam Risiko
Bencana)
2. Peringatan dini
3. Kesiapsiagaan
4. Adaptasi

Dengan tidak melupakan faktor berikut:


a. Pemantauan;
b. Penyebaran Informasi;
c. Sosialisasi dan Penyuluhan;
d. Pelatihan/Pendidikan;
KEBIJAKAN DAN STRATEGI MITGASI BENCANA
YANG EFEKTIF

Mitigasi bencana yang efektif harus


memiliki tiga unsur utama, yaitu :

MITIGASI
BENCANA
Adaptasi
Kesiapsiag
aan
Peringatan
dini

Penilaian
bahaya
(bahagian dari
informasi dalam
Risiko Bencana)
MITIGASI BENCANA YANG EFEKTIF
1. PENILAIAN BAHAYA

1. Penilaian bahaya (hazard assestment);


diperlukan untuk mengidentifikasi populasi dan
aset yang terancam, serta tingkat ancaman.

Penilaian ini memerlukan pengetahuan tentang


karakteristik sumber bencana, probabilitas kejadian
bencana, serta data kejadian bencana di masa lalu.

Tahapan ini menghasilkan Peta Potensi Bencana


yang sangat penting untuk merancang kedua unsur
mitigasi lainnya.
MITIGASI BENCANA YANG EFEKTIF
2. PERINGATAN DINI (EARLY WARNING SYSTEM)

2. Peringatan Dini(EWS); diperlukan untuk memberi peringatan


kepada masyarakat tentang bencana yang akan mengancam
(seperti bahaya tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi, aliran
lahar akibat letusan gunung berapi, perubahan muka air sungai,
badai, dsb).

Konsep sistem peringatan dini terdiri dari empat unsur yaitu:


a. pengetahuan tentang risiko bencana
b. layanan pengawasan dan peringatan
c. penyebaran informasi dan komunikasi
d. kemampuan merespon
MITIGASI BENCANA YANG EFEKTIF
3. KESIAP SIAGAAN (PREPARADNESS)

3. Persiapan (Preparedness). Kegiatan kategori ini tergantung


kepada unsur mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya dan
peringatan), membutuhkan :
a. pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan terkena
bencana dan
b. pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui
kapan harus melakukan evakuasi dan kapan Peringatan
Dini(EWS);
c. Perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi fasilitas
umum dan fasilitas sosial di luar zona bahaya bencana
(mitigasi non struktur),
d. serta usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang
aman terhadap bencana dan melindungi struktur akan
bencana (mitigasi struktur).
MITIGASI BENCANA YANG EFEKTIF
4. ADAPTASI

Hal-hal penting dalam adaptasi terhadap


ancaman bencana alam adalah:
1. Kesadaran publik
2. Kesiapsiagaan
3. Ketangguhan/tangguh
4. Langkah-langkah struktural/nonstruktural
5. Manajemen risiko bencana
6. Partisipasi
MITIGASI BENCANA YANG EFEKTIF
4. ADAPTASI

Adaptasi diperlukan untuk mengurangi


dampak negatif dari bencana. Contoh
adaptasi dalam berbagai bidang kehidupan
manusia:
1. Adaptasi dalam bidang ekonomi
2. Adaptasi dalam bidang kesehatan
3. Adaptasi dalam ketersediaan air
4. Adaptasi terhadap wilayah perkotaan
yang sering dilanda banjir
LANGKAH MITIGASI

Langkah mitigasi sesudah bencana meliputi hal-hal sebagai


berikut:
1. menginventarisasi data-data kerusakan akibat bencana dan
kekuatan bencana yang terjadi
2. mengidentifikasi wilayah-wilayah yang terkena dampak
bencana berdasarkan tingkat kerusakan
3. membuat rekomendasi dan saran untuk penanggulangan
bencana pada masa depan
4. membuat rencana penataan ulang wilayah, termasuk
rencana tata ruang dan penggunaan lahan
5. memperbaiki dan mengganti fasilitas pemantauan bencana
yang rusak
6. melanjutkan aktivitas pemantauan rutin dan simulasi
tanggap bencana
Proses Rencana Mitigasi Bencana (Contoh kasus dari
Regional all hazard mitigation Master Plan for Benton, Lane
and Liin county, USA)

Sumber : All hazard mitigation Master Plan for Benton, Lane and Liin county, USA
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Contoh Banjir)

Terdapat dua cara untuk melakukan mitigasi secara struktural dan non
struktural, yaitu:
1. Pengawasan penggunaan lahan dan perencanaan lokasi
untuk menempatkan fasilitas vital yang rentan terhadap banjir
pada daerah yang aman
2. Penyesuaian desain bangunan di daerah banjir harus tahan
terhadap banjir dan dibuat bertingkat.
3. Pembangunan infrastruktur harus kedap air
4. Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai,
tembok laut sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami
akan sangat membantu untuk mengurangi bencana banjir.
5. Pengaturan kecepatan aliran air permukaan dan daerah hulu
sangat membantu mengurangi terjadinya bencana banjir .
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mengatur kecepatan
air masuk kedalam sistem pengaliran diantaranya adalah dengan
pembangunan bendungan/waduk , reboisasi dan pembangunan
sistem peresapan.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Contoh Banjir-lanjutan)

6. Pengerukan sungai, pembuatan sudetan sungai


baik secara saluran terbuka maupun dengan
pipa atau terowongan dapat membantu
mengurangi resiko banjir.
7. Pembuatan tembok penahan dan tembok
pemecah ombak untuk mengurangi energi
ombak jika terjadi badai atau tsunami untuk
daerah pantai.
9. Memperhatikan karakteristik geografi pantai dan
bangunan pemecahan gelombang untuk daerah
teluk. Pembersihan sedimen
10. Pembangunan pembuatan saluran drainse
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Contoh Banjir-lanjutan)

11. Peningkatan kewaspadaan di daerah dataran banjir


12. Desain bangunan rumah tahan banjir (material tahan
air, fondasi kuat)
13. Pelatihan pertanian yang sesuai dengan kondisi daerah
banjir
14. Meningkatkan kewaspadaan terhadap penggundulan
hutan.
15. Pelatihan tentang kewaspadaan banjir seperti cara
penyimpanan/pergudangan perbekalan, tempat
istirahat/tidur di tempat yang aman (daerah yang tinggi)
16. Persiapan evakuasi bencana banjir seperti perahu dan
alat-alat penyelamatan lainnya.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Contoh Gempabumi dan
Tsunami)

1. Perencanaan lokasi (land management) dan pengaturan


penempatan penduduk
2. Memperkuat bangunan dan infrastruktur serta memperbaiki
peraturan (code) disain yang sesuai.
3. Melakukan usaha preventif dengan merealokasi aktiftas yang
tinggi kedaerah yang lebih aman dengan mengembangkan
mikrozonasi
4. Melindungi dari kerusakan dengan melakukan upaya perbaikan
lingkungan dengan maksud menyerap energi dari gelombang
Tsunami (misalnya dengan melakukan penanaman mangrove
sepanjang pantai)
5. Mensosialisasikan dan melakukan training yang intensif bagi
penduduk didaerah area yang rawan Tsunami
6. Membuat Sistem Peringatan dini di sepanjang daerah
pantai/perkotaan yang rawan Tsunami
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Tsunami)

1. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan


terhadap bahaya tsunami.
2. Pendidikan kepada masyarakat tentang
karakteristik dan pengenalan bahaya tsunami.
3. Membuat Sistem Peringatan dini di sepanjang daerah
pantai/perkotaan yang rawan Tsunami
4. Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis
pantai yang berisiko.
5. Melindungi dari kerusakan dengan melakukan upaya
perbaikan lingkungan dengan maksud menyerap energi
dari gelombang Tsunami (misalnya dengan melakukan
penanaman mangrove sepanjang pantai)
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Tsunami)

6. Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar


daerah pemukiman. Tempat/ bangunan ini harus cukup tinggi
dan mudah diakses untuk menghidari ketinggian tsunami.
7. Pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami, khususnya di
Indonesia.
8. Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami.
9. Mengenali karaktenstik dan tanda-tanda bahaya tsunami di lokasi
sekitarnya.
10. Memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda tsunami.
11. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam
menghadapi tsunami.
12. Memberikan laporan sesegera mungkin jika mengetahui
tandatanda akan terjadinya tsunami kepada petugas yang
berwenang Kepala Desa. Polisi, Stasiun radio, BPBD dan
lain-lain.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Tsunami)

13. Melengkapi diri dengan alat komunikasi.


Perencanaan lokasi (land management) dan
pengaturan penempatan penduduk
14. Memperkuat bangunan dan infrastruktur serta
memperbaiki peraturan (code) disain yang
sesuai.
15. Melakukan usaha preventif dengan merealokasi
aktiftas yang tinggi kedaerah yang lebih aman
dengan mengembangkan mikrozonasi
16. Mensosialisasikan dan melakukan training yang
intensif bagi penduduk didaerah area yang
rawan Tsunami
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Contoh Gempa Bumi)

1. Memastikan bangunan harus dibangun


dengan konstruksi tahan getaran/gempa.
2. Memastikan perkuatan bangunan dengan
mengikuti standard kualitas bangunan.
3. Pembangunan fasilitas umum dengan
standard kualitas yang tinggi.
4. Memastikan kekuatan bangunan-bangunan
vital yang telah ada.
5. Rencanakan penempatan pemukiman untuk
mengurangi tingkat kepadatan hunian di
daerah rawan bencana.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Contoh Gempa Bumi)

7. Penerapan zonasi daerah rawan bencana dan


pengaturan penggunaanlahan.
8. Membangun rumah dengan konstruksi yang aman
terhadap gempa bumi.
9. Kewaspadaan terhadap risiko gempa bumi.
10. Selalu tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi
goncangan gempa bumi.
11. Sumber api, barang-barang berbahaya lainnya harus
ditempatkan pada tempat yang aman dan stabil.
12. Ikut serta dalam pelatihan program upaya
penyelamatan dan kewaspadaan masyarakat
terhadap gempa bumi.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Contoh Tanah Longsor)

1. Pembangunan permukiman dan vasilitas


utama lainnya menghindari daerah rawan
bencana.
2. Menyarankan relokasi.
3. Menyarankan pembangunan pondasi tiang
pancang untuk menghindari bahaya
liquefation.
4. Menyarankan pembangunan pondasi yang
menyatu, untuk menghindari penurunan yang
tidak seragam (differential settlement).
5. Menyarankan pembangunan utilitas yang ada
didalam tanah harus bersifat fleksibel.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Tanah Longsor)

6. Mengurangi tingkat keterjalan lereng.


Meningkatkan/memperbaiki drainase baik air
permukaan maupun air tanah.
7. Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan
pilling.
8. Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana
dengan pelatihan pemadaman kebakaran dan
pertolongan pertama.
9. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan
penggatian, dan peralatan perlindungan
masyarakat lainnya.
10. Rencana kontingensi/kedaruratan untuk melatih
anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Gunung Api)

1. Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas


penting harus jauh atau diluar dari kawasan rawan
bencana
2. Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan
untuk dialiri lava dan atau lahar
3. Perkenalkan struktur bangunan tahan api.
4. Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap
tambahan beban akibat abu gunung api
5. Membuat barak pengungsian yang permanen.
terutama di sekitar gunung api yang sering
meletus, misalnya G. Merapi (DIY, Jateng), G.
Semeru (Jatim), G. Karangetang (Sulawesi Utara)
dsb.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Gunung Api)

6. Membuat fasititas jalan dan tempat pemukiman ke


tempat pengungsian untuk memudahkan evakuasi
7. Menyediakan alat transportasi bagi penduduk bila ada
perintah pengungsian.
8. Meningkatkan kewaspadaan terhadap resiko letusan
gunung api di daerahnya.
9. Mengidentifikasi daerah bahaya (dapat dilihat
pada Data Dasar Gunung api Indonesia atau Peta
Kawasan Rawan Bencana Gunung api).
10. Tingkatkan kemampuan pemadaman api.
11. Membuat tempat penampungan yang kuat dan tahan
api untuk kondisi kedaruratan.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Gunung Api)

12. Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di


sekitar gunung api harus mengetahui posisi tempat
tinggalnya pada Peta kawasan Rawan Bencana Gunung
api (penyuluhan).
13. Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim
di sekitar gunung api hendaknya faham cara
menghindar dan tindakan yang harus dilakukan ketika
terjadi letusan gunung api (penyuluhan).
14. Mensosialisasikan kepada masyarakat agar paham arti
dari peringatan dini yang diberikan oleh aparat/Pengamat
Gunung api (penyuluhan).
15. Mensosialisasikan kepada masyarakat agar bersedia
melakukan koordinasi dengan aparat/ Pengamat Gunung
api.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Kekeringan)

1. Perlu melakukan pengelolaan air secara


bijaksana, yaitu dengan mengganti penggunaan air
tanah dengan penggunaan air permukaan dengan
cara pembuatan waduk, pembuatan saluran distribusi
yang efisien.
2. Konservasi tanah dan pengurangan tingkat erosi
dengan pembuatan check dam, reboisasi
3. Pengalihan bahan bakar kayu bakar menjadi bahan
bakar minyak untuk menghindari penebangan
hutan/tanaman.
4. Pengenalan pola tanam dan penanaman jenis tanaman
yang bervariasi.
5. Pendidikan dan pelatihan
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Kekeringan-lanjutan)

6. Meningkatkan/memperbaiki daerah yang tandus


dengan melaksanakan pengelolaan lahan, pengelolaan
hutan, waduk peresapan dan irigasi.
7. Pembangunan check dam, waduk, sumur serta
penamp
8. ungan air, penghijauan secara swadaya.
9. Mengurangi pemanfaatan kayu bakar.
10. Pembuatan dan sosialisasi kebijakan konservasi air.
11. Pengelolaan peternakan disesuaikan dengan kondisi
ketersediaan air diwilayahnya.
12. Mengembangkan industri alternatif non pertanian.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Angin Siklon Tropis)

1. Memastikan struktur bangunan yang memenuhi syarat


teknis untuk mampu bertahan terhadap gaya angin.
2. Penerapan aturan standar bangunan yang
memperhitungkan beban angin khususnya di daerah
yang rawan angin topan.
3. Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang
penting pada daerah yang terlindung dari serangan
angin topan.
4. Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam
gaya angin.
5. Pembangunan bangunan umum yang cukup luas
yang dapat digunakan sebagai tempat penampungan
sementara bagi orang maupun barang saat terjadi
serangan angin topan.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Angin Siklon Tropis)

6. Pembangunan rumah yang tahan angin.


7. Pengamanan/perkuatan bagian-bagian yang mudah
diterbangkan angin yang dapat membahayakan diri
atau orang lain disekitarnya.
8. Meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi
angin topan,
9. mengetahui bagaimana cara penyelamatan diri.
10. Pengamanan barang-barang di sekitar rumah agar
terikat/dibangun secara kuat sehingga tidak
diterbangkan angin.
11. Mensosialisasikan kepada nelayan agar supaya
menambatkan atau mengikat kuat kapal-kapalnya.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Kebakaran)

1. Pernbuatan dan sosialisasi kebijakan Pencegahan dan


Penanganan Kebakaran.
2. Peningkatan penegakan hukum.
3. Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran
khususnya untuk penanganan kebakaran secara dini.
4. Pembuatan waduk-waduk kecil, Bak penampungan
air dan Hydran unuk pemadaman api.
5. Pembuatan barrier penghalang api terutama antara lahan
perkebunan dengan hutan.
6. Hindarkan pembukaan lahan dengan cara pembakaran.
7. Pembakaran lahan bisa dilakukan jika selalu dalam
pengawasan dan segera dimatikan jika sudah terlalu
besar.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Kebakaran-lanjutan)

8. Hindarkan pembakaran lahan secara serentak


sehingga membakar wilayah yang Iuas yang akan
berpotensi menjadi kebakaran yang tak terkendali.
9. Hindarkan penanaman tanaman sejenis untuk daerah
yang Iuas.
10. Melakukan pengawasan pembakaran lahan untuk
pembukaan lahan secara ketat.
11. Melakukan penanaman kembali daerah yang telah
terbakar dengan tanaman yang heterogen.
12. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pemadaman awal
kebakaran di daerahnya.
LANGKAH MITIGASI SECARA STRUKTURAL dan
NON STRUKTURAL (Wabah Penyakit)

1. Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya


di jajaran kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami resiko bila wabah
terjadi serta bagaimana cara-cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi metalui
kegiatan sosialisasi yang berkesinambungan.
2. Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya-upaya
pencegahan, respon cepat serta penanganan bila wabah terjadi.
3. Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan seperti sumberdaya
manusia yang profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi,
transportasi, logistik serta pembiayaan operasional.
4. Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk identifikasi faktor risiko
dan menentukan strategi intervensi dan penanganan maupun respon dini di
semua jajaran.
5. Pengendalian faktor risiko.
6. Deteksi secara dini.
7. Respon cepat.
Sekian

Anda mungkin juga menyukai