Anda di halaman 1dari 7

KERANGKA ACUAN KERJA

ANALISA DAMPAK LALULINTAS


Analisis dampak lalu lintas adalah serangkaian kegiatan kajian mengenai dampak lalu lintas
dari pembangunan pusat kegiatan, permukiman dan infrastruktur yang hasilnya dituangkan
dalam bentuk dokumen analisis dampak lalu lintas atau lebih dikenal sebagai dokumen
Andalalin. Analisis dampak lalu lintas atau perencanaan pengaturan lalu lintas, hal ini selalu
dikaitkan bahwa setiap perubahan tataguna lahan akan mengakibatkan perubahan di dalam
sistem transportasinya. Hotel, Apartemen, Mal, Kampus, stadion ataupun kawasan
pemukiman yang baru akan mempengaruhi lalu lintas yang ada di sekitar kegiatan baru
tersebut. Dengan kajian andalalin maka dapat diperhitungkan seberapa besar bangkitan dan
tarikan akibat kegiatan tersebut yang memerlukan kajian manajemen dan rekayasa lalu
lintas untuk mengatasi dampaknya. Dasar pelaksanaan analisis dampak lalu lintas, yaitu
mengacu pada:
1. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan angkutan jalan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Manajemen dan rekayasa.
Analisis dampak, serta Manjemen kebutuhan lalulintas.
3. Peraturan Menteri Perhubungan republik Indonesia Nomor PM 75 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas.
Beberapa waktu lalu jauh sebelum diberlakukannya Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009
dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011. Untuk Studi atau kajian analisis dampak
lalu lintas atau Andalalin di Daerah Istimewa Yogyakarta penerapannya telah dilakukan oleh
Gubernur melalui Komisi Penilai Amdal DIY, selama ini di dalam melakukan penilaian Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan atau Amdal telah dilakukan secara detail meliputi antara lain:
kajian komponen fisik, biotis dan sosial termasuk di dalamnya kajian mengenai
Sosekbudkesmas dan Transportasi (atau Andalalin). Kajian analisis dampak lalu lintas ini
dibahas dalam bab tersendiri oleh pemrakarsa dan dinilai oleh tim teknis serta dibahas
melalui sidang Komisi Penilai Amdal Daerah di DIY. Dengan demikian kajian manajemen dan
rekayasa lalu lintas sudah di bahas dalam satu dokumen, yaitu dokumen Amdal.
Lalu kemudian setelah Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan
angkutan jalan di syahkan dan selanjutnya diikuti penerbitan Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Menteri, maka secara otomatis pemerintahan baik di tataran tingkat pusat
maupun di tingkat Pemerintah Daerah wajib menerapkan Andalalin.
Pelaksanaan Andalalin menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 dan Undang
Undang Nomor 22 Tahun 2009, secara garis besar diterangkan sebagai berikut:
1.Pelaksanaan Analisis Dampak Lalu Lintas menurut pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2011 disebutkan bahwa: Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan,
permukiman, dan infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan wajib dilakukan Analisis Dampak
Lalu Lintas.
2.Di dalam Pasal 49 disebutkan bahwa : Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas merupakan salah
satu persyaratan pengembang atau pembangun untuk memperoleh:
a.izin lokasi;
b.izin mendirikan bangunan; atau
c.izin pembangunan bangunan gedung dengan fungsi khusus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang bangunan gedung.
3.Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 disusun dalam
bentuk dokumen hasil Analisis Dampak Lalu Lintas dan harus mendapat persetujuan dari:
a.menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan
jalan, untuk jalan nasional;
b.gubernur, untuk jalan provinsi;
c.bupati, untuk jalan kabupaten dan/atau jalan desa; atau
d.walikota, untuk jalan kota.
4.Berdasarkan Pasal 54 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 disebutkan bahwa:
a.Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan
jalan, gubernur, bupati, atau walikota sesuai dengan kewenangannya, membentuk tim
evaluasi dokumen hasil Analisis Dampak Lalu Lintas.
b.Tim evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur pembina sarana dan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, pembina jalan, dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Sehingga sesuai dengan kewenangannya untuk dapat memberikan persetujuan Andalalin
berada pada Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas
dan angkutan jalan, Gubernur, Bupati, atau Walikota sesuai dengan kewenangannya, dalam
hal ini di tingkat Provinsi di koordinasikan dalam Tim oleh Dinas yang membidangi sarana
dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, (yaitu Dinas Perhubungan dan Kominfo)
dengan anggota Pembina Jalan (yaitu Dinas PUP dan ESDM) dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia (yaitu Direktur Lantas Polda).
Sementara itu di dalam Undang Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan turunan aturannya Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan mengamanatkan, bahwa pembangunan wajib
berwawasan lingkungan yang menuntut untuk memperhatikan lingkungan sejak
pembangunan itu direncanakan sampai pada waktu operasi pembangunan. Sehingga untuk
memprediksi dampak, apakah itu dampak positip maupun negatif diperlukan suatu
dokumen yang memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup, yaitu dokumen
Amdal atau UKL-UPL.
Amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Sedangkan UKL-UPL adalah pengelolaan
dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Baik Amdal maupun UKL-UPL digunakan untuk
mengajukan permohonan Izin Lingkungan yang digunakan sebagai prasyarat memperoleh
izin Usaha dan/atau Kegiatan dan dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap
lingkungan hidup.
Kendala pelaksanaan Amdal dan Andalalin
Aplikasi pelaksanaan Amdal maupun Andalalin ternyata tidak mudah, karena banyak konflik
kepentingan (conflic of interst) utamanya di tingkat Daerah. Banyak dikeluhkan oleh para
pengusaha dan para pelaku investasi selaku pemrakarsa usaha dan atau kegiatan di daerah.
Dokumen Andalalin dianggap justru memperpanjang birokrasi perizinan. Bagaimana tidak?
Jika dokumen andalalin tidak terintregasi dengan dokumen Amdal, maka pemrakarsa
mempunyai kewajiban untuk membuat dua dokumen, yaitu dokumen Andalalin dan
dokumen Amdal, sehingga akan menambah beban pemrakarsa kegiatan ditinjau dari segi
waktu dan biaya.
1.Berdasarkan PP 32 Tahun 2011, maka kewenangan dalam memberikan persetujuan
Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) berada pada Menteri yang bertanggung jawab di
bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, Gubernur, Bupati, atau Walikota
sesuai dengan kewenangannya, dalam hal ini di tingkat Provinsi di koordinasikan dalam Tim
oleh Dinas yang membidangi sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan (Dinas
Perhubungan dan Kominfo Provinsi DIY) dengan anggota Pembina Jalan dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2.Sedangkan Berdasarkan PP 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dokumen Amdal
dibahas dengan mekanisme pembahasan dalam tim teknis dan komisi penilai Amdal. Untuk
uji tahap proyek, uji konsistensi, uji keharusan, uji kedalaman dan uji relevansi dibahas
dalam rapat tim teknis (dimana para anggotanya meliputi ahli dan pakar-pakar dari UGM,
PPEJ, BLH-DIY, serta ahli transportasi dari UGM dan Dishubkominfo), sedangkan untuk
kebijakan yang sifatnya lintas sektor dibahas dalam Sidang Komisi Amdal dengan melibatkan
lintas SKPD Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah serta LSM dan Masyarakat
terdampak.
Dengan demikian untuk satu usaha dan atau kegiatan saja diperlukan dua mekanisme
persetujuan untuk Amdal dan Andalalin.
Pemecahan Masalah Penerapan Andalalin
Dengan adanya beberapa permasalahan mengenai penerapan Andalalin dan Amdal
tersebut, Badan Lingkungan Hidup selaku pengampu kebijakan di bidang lingkungan hidup
di DIY, melakukan koordinasi dengan Instansi terkait ditingkat provinsi dan kabupaten untuk
mengurai permasalahan dan mencari solusi serta melakukan langkah terobosan dengan
beberapa cara sebagai berikut:
1.Mengintregasikan dokumen Amdal dan Andalain ke dalam satu dokumen.
Dengan mengacu pada pasal 99 ayat (1) Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009, maka
penilaian dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas diintegrasikan ke dalam penilaian Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan, sehingga tidak diperlukan dokumen Anadalalin yang berdiri
sendiri. (Surat Sekretaris Daerah a.n. Gubernur Nomor 660/4030 tertanggal September 2012
yang ditujukan kepada Direktur Lantas Polda). Dengan diterbitkannya surat Gubernur
tersebut permasalahan penilaian dokumen Amdal dan Andalalin sudah bisa diatasi dengan
hanya membuat satu dokumen, yaitu dokumen Amdal, yang mana didalamnya sudah
mencakup studi atau kajian mengenai Analisis dampak lalu lintasnya (perencanaan
manajemen dan rekayasa laulintas) di dalam bab tersendiri.
Persoalan jalan berdasarkan pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011, yang
mana memuat klasifikasi jalan dan dibedakan menjadi 1) Jalan kabupaten dan/atau jalan
desa, 2) jalan kota kemudian 3) jalan provinsi dan 4) jalan nasional. Dalam hal ini masing-
masing disusun dalam bentuk dokumen hasil Analisis Dampak Lalu Lintas dan harus
mendapat persetujuan dari:
a.menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan
jalan, untuk jalan nasional;
b.gubernur, untuk jalan provinsi;
c.bupati, untuk jalan kabupaten dan/atau jalan desa; atau
d.walikota, untuk jalan kota.
Untuk andalalin yang kewenangan penilaiannya berada di tingkat kabupaten/kota atau
provinsi memang sudah teratasi, namun untuk usaha dan atau kegiatan yang lokasinya
berada di jalan nasional masih menyisakan persoalan, karena kewenangan Andalalin harus
tetap dibahas di tingkat pusat, sehingga masih harus tetap menyusun dua dokumen yaitu
Amdal dan Andalalin pusat, sebagai contoh kegiatan Mal Hartono dan hotel JW Mariot serta
hotel ibis di Ring Road Utara, bahwa masing-masing kegiatan tersebut masih menyusun dua
dokumen, yaitu Amdal dan Andalalin pusat,
2.Penyusunan dokumen Andalalin dilakukan pada tahapan sebelum IPT.
Selanjutnya mengacu pasal 49 bahwa Hasil Analisis Dampak Lalu Lintas merupakan salah
satu persyaratan pengembang atau pembangun untuk memperoleh, antara lain adalah: izin
lokasi; sehingga penerapan Andalalin seharusnya dilakukan sebelum IPT (Izin Pemanfaatan
Tanah) atau Izin Lahan diterbitkan. Atau dengan kata lain sebagai syarat diterbitkannya IPT
atau IL di tingkat Kabupaten/Kota. Sehingga bila hal ini diterapkan maka tidak ada
kerancuan dalam pembahasan Amdal di Daerah Istimewa Yogyakarta (sesuai pasal 141
huruf b Perda DIY Nomor 3 Tahun 2015 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup

Analisis dampak lalu lintas, untuk selanjutnya disebut Andalalin adalah Studi / Kajian
mengenai dampak lalu lintas dari suatu kegiatan dan/atau usaha tertentu yang hasilnya
dituangkan dalam bentuk dokumen Andalalin atau Perencanaan pengaturan Lalu Lintas. Hal
ini dikaitkan bahwa setiap perubahan guna lahan akan mengakibatkan berubahan di dalam
sistem transportasi nya. Mal yang besar, atau stadion ataupun kawasan permukiman yang
baru akan memengaruhi lalu lintas yang ada di sekitar kegiatan baru tersebut. Dengan
andalalin maka dapat diperhitungkan berapa besar bangkitan perjalanan baru yang
memberlukan rekayasa lalu lintas dan manajemen lalu lintas untuk mengatasi dampaknya.
Tujuan
Tujuan dilakukannya ANDALALIN adalah untuk :
1. Memprediksi dampak yang ditimbulkan suatu pembangunan kawasan;
2. Menentukan bentuk peningkatan/perbaikan yang diperlukan untuk mengakomodasi
perubahan yang terjadi akibat pengembangan baru;
3. Menyelaraskan keputusan-keputusan mengenai tata guna lahan dengan kondisi lalu
lintas, jumlah dan lokasi akses, serta alternatif peningkatan/perbaikan;
4. Mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat memengaruhi putusan pengembang
dalam meneruskan proyek yang diusulkan;
5. Sebagai alat pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan manajemen dan
rekayasa lalu lintas.
Kapan Andalalin dibutuhkan
Kegiatan Pembangunan kawasan yang dalam proses pembangunannya perlu terlebih dahulu
dilakukan studi ANDALALIN adalah sebagai berikut :
1. Permukiman; Apartemen;
2. Pusat perkantoran/pemerintahan dan/atau perdagangan;
3. Pusat perbelanjaan; Toko swalayan/Supermarket; Restaurant;
4. Hotel;
5. Rumah Sakit;
6. Universitas/sekolah;
7. Kawasan Industri;
8. Terminal;
9. Pelabuhan/bandara;
10. Stadion;
11. Tempat ibadah.
Amdal Lalin sebenarnya diatur dalam UU No 22 tahun 2009 Tetang Lalu lintas dan Jalan
pasal 99 dan 100. Pada pasal 99 ayat 1 (satu) berbunyi, setiap rencana pembangunan
pusat kegiatan, pemukiman dan infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan kelancaran
lalu lintas dan angkuatan jalan, wajib dilakukan analisis dampak lingkungan.
Sebagai contoh , pendirian mal-mal atau fasilitas umum lainnya, sebelum dibangun harus
melaporkan kepada pihak yang berkompeten dalam hal ini Dishub. Laporan tersebut
selanjutnya akan dikaji terlebih dahulu oleh konsultan atau tenaga ahli yang bersetifikat.
”Nanti tenaga ahli akan mengkaji apakah pembangunan layak dari segi dampak lalu lintas
atau tidak.Takutnya bila tidak dilakukan akan terjadi kemacetan atau menggunakan badan
jalan sebagai parkir kendaraan,” ujarnya.
Saat ini, pemberlakukan Amdal Lalin harus terus dilakukan. Karena kalau tidak dilakukan,
maka ditakutkan kediri akan rawan macet. Untuk diketahui, peningkatan jumlah kendaraan
terus terjadi sedangkan fasilitas jalan tidak seimbang. “Kedepan, sebelum mengeluarkan Izin
Mendirikan Bangunan (IMB), harus ada izin analisis dampak lalu–lintas terlebih
dahulu,”pungkasnya. Sayangnya, dalam UU No 22 tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan belum mengatur jelas sanksi yang diberikan kepada para pelanggar.
Sedangkan kendala di lapangan, masih sulit menerapkan pasal-pasal tersebut
dikarenakan belum ada peraturan pemerintah (PP) yang memback-upnya. ”PP-nya
penerapannya akan lebih diperketat lagi,” pungkasnya

Pendahuluan
Pembangunan ….ada lahan sekitar 3 hektar untuk mall, perkantoran dan apartemen akan
menimbulkan bangkitan lalu lintas. Bangkitan yang besar pada jalan yang tidak bertambah
lebar tentu membutuhkan pengelolaan agar kelancaran lalu lintas terjaga baik di sekitar
lokasi kegiatan maupun akses keluar masuk …..
Untuk mengelola dampak lalu lintas akibat pembangunan …ini maka perlu dilakukan studi
analisis dampak lingkungan lalu lintas. Studi akan dilakukan dengan menginduk pada
peraturan perundang-undangan yang dan konsultasi dengan stakeholder terutama Dinas
Perhubungan kota …..
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud Kegiatan
Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen Andal Lalin yang dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam kegiatan pra, konstruksi, operasi dan pasca operasi
“PEMBANGUNAN …” sehingga kegiatan pembangunan dapat berjalan sesuai dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta kelancaran lalu lintas dapat terkelola.
Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan Jasa Konsultansi ini adalah adalah melakukan koordinasi dan konsultasi,
melakukan kajian tentang rincian dan deskripsi, melakukan observasi lapangan, melakukan
survey lapangan untuk pengumpulan data primer dan skunder serta melakukan kajian untuk
menyusun dokumen Andal Lalin “….”.

CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


Metode Pelaksanaan
1. Melakukan koordinasi dan konsultasi tentang rencana Pekerjaaan Penyusunan
dokumen andal lalin “….”.
2. Melakukan observasi lapangan untuk pelingkupan guna mendapatkan tipologi
lingkungan dan dampak penting.
3. Melakukan survey lapangan untuk pengumpulan data primer dan skunder tentang
lingkungan, sosial dan ekonomi.
4. Melakukan kajian untuk menyusun dokumen Andal lalin.
5. Memproses persetujuan dokumen Andal Lalin

Tahapan Kegiatan
1. Survey Pendahuluan.
2. Pengumpulan Data Sekunder.
3. Kegiatan Survey.
4. Kegiatan Analisis.
5. Koordinasi / Konsultasi.

TENAGA AHLI / PERSONIL DAN LINGKUP PENUGASAN.


Tenaga ahli yang menyusun dokumen harus yang professional dan berpengalaman, Ketua
Tim harus memiliki sertifikat AMDAL, dan berpengalaman minimal 10 (sepuluh) tahun
dibidang lingkungan serta dapat melampirkan sertifikatnya, apabila dikemudian hari tenaga
ahli yang dinilai tidak mampu melanjutkan pekerjaannya maka akan diganti oleh pemberi
pekerjaan atau oleh ketua tim dengan persetujuan pemberi pekerjaan.
1. Penugasan tenaga ahli dan tenaga pendukung untuk kegiatan ini, adalah :
Jumlah
No Tenaga Ahli / Personil Kualifikasi Satuan
OB
A. Tenaga Ahli
1 Ketua Tim / Team Leader Ahli Madya OB 3
2 Ahli Manajemen Transportasi Ahli Muda OB 3
3 Ahli Rekayasa Transportasi Ahli Muda OB 3
6 Ahli Manajemen Konstruksi Ahli Muda OB 3
B Tenaga Pendukung
1 Surveyor – OB 3
2 Operator Komputer – OB 3
2. Kualifikasi tenaga ahli dan tenaga pendukung untuk kegiatan ini, adalah :
1. Ketua Tim / Team Leader, dengan kualifikasi pendidikan Sarjana (S1) berpengalaman
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun dalam bidangnya serta memiliki sertifikat
sebagai penyusun AMDAL dan bertugas selama 3 (empat) bulan efektif.
2. Ahli Manajemen Transportasi, dengan kualifikasi pendidikan Sarjana (S1) Kimia
berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dalam bidangnya dan bertugas
selama 3 (tiga) bulan efektif.
3. Ahli Rekayasa Transportasi, dengan kualifikasi pendidikan Sarjana (S1) Biologi
berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dalam bidangnya dan bertugas
selama 3 (tiga) bulan efektif.
4. Ahli Manajemen Konstruksi, dengan kualifikasi pendidikan Sarjana (S1) Teknik Sipil /
Transportasi berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dalam bidangnya
dan bertugas selama 3 (tiga) bulan efektif.
3. Tenaga pendukung untuk kegiatan ini, adalah :
1. Tenaga Survey, dengan kualifikasi pendidikan Sarjana Muda (D3) atau Sekolah
Menengah berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam bidangnya dan
bertugas selama 3 (tiga) bulan efektif sebanyak 1 (satu) orang.
1. Operator Komputer, dengan kualifikasi pendidikan Sarjana Muda (D3) atau Sekolah
Menengah berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam bidangnya dan
bertugas selama 3 (tiga) bulan efektif sebanyak 2 (dua) orang..

1. PELAPORAN
Jasa konsultansi untuk Pekerjaaan Penyusunan dokumen andal lalin “…” ini diwajibkan
menyampaikan laporan dalam bentuk buku adalah sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Sebanyak 30 (Tiga Puluh) eksemplar, berisikan rencana pelaksanaan pekerjaan, koordinasi
dan konsultasi dengan instansi terkait, pengumpulan data dan identifikasi terhadap rencana
kegiatan, data existing pelaksanaan kegiatan. Laporan Pendahuluan dibuat oleh PIHAK
KEDUA dan disampaikan kepada PIHAK PERTAMA paling lambat 1 (Satu) bulan setelah
penandatanganan kontrak;
2. Draft Laporan Akhir (Draft Report)
Sebanyak 30 (Tiga Puluh) eksemplar, adalah bentuk Draf Dokumen UKL, dan UPL yang
berisikan hasil analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana
pemantauan lingkungan, dibuat oleh PIHAK KEDUA dan disampaikan kepada PIHAK
PERTAMA paling lambat 5 (Lima) bulan setelah penandatanganan kontrak.
3. Laporan Akhir (Final Report).
Sebanyak 30 (Tiga Puluh) eksemplar, adalah bentuk Dokumen UKL, dan UPL, yang berisikan
dokumen hasil analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana
pemantauan lingkungan, dibuat oleh PIHAK KEDUA dan disampaikan kepada PIHAK
PERTAMA paling lambat 6 (enam) bulan setelah penandatanganan kontrak.
4. Ringkasan Eksekutif (Executive Summary)
Sebanyak 30 (Tiga Puluh) eksemplar, yang berisikan Ringkasan Eksekutif (Executive
Summary) Dokumen UKL, dan UPL, hasil analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan
lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan RPL, dan Soft Copy (CD) sebanyak 5 (lima)
copy, dibuat oleh PIHAK KEDUA dan disampaikan kepada PIHAK PERTAMA paling lambat 6
(enam) bulan setelah penandatanganan kontrak.
1. PENUTUP
Hal-hal yang belum ditentukan Kerangka Acuan Kerja (Term Of Reference) ini akan
ditentukan kemudian dan ditetapkan oleh Pemberi Tugas

Anda mungkin juga menyukai