Anda di halaman 1dari 367

ANALISIS

DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP


(ANDAL)

WADUK SADAWARNA

Kecamatan Surian
KABUPATEN SUMEDANG
dan
Kecamatan Cibogo
KABUPATEN SUBANG

PROVINSI JAWA BARAT

JULI 2015
RISALAH RAPAT TIM TEKNIS KOMISI PENILAIAN AMDAL PEMBAHASAN PERBAIKAN
DOKUMEN ANDAL, RKL DAN RPL RENCANA PEMBANGUNAN WADUK SADAWARNA
SELASA, 2 DESEMBER 2014

No. Tanggapan Tim Teknis Jawaban Konsultan


AMDAL
1 Perda RTRW Kabupaten Perda RTRW Kab Sumedang sudah ANDAL
Sumedang yang betul adalah tertulis No. 2/2012 I-15
No. 2/2012 bukan 22/2012.
2 Untuk deselaraskan Sudah tercantum di laporan ANDAL
pemanfaatan Waduk Hal I-2
Sadawarna ini kedepannya, I-3
khususnya bagi Kabupaten I-7
Sumedang, sehingga sesuai
dengan Perda RTRW
Kabupaten Sumedang No.
2/2012 tersebut. Dimana
dalam RTRW tersebut, Waduk
Sadawarna merupakan salah
satu sistem jaringan SDA
kabupaten dan untuk
pemanfaatan air baku (untuk
diperhatikan aspek
kepentingan/kegunaan waduk
bagi masyarakat di Kabupaten
Sumedang pada tahap
operasional kegiatan).
3 Memperhatikan waktu Tercantum dalam Tabel 1.13 Rencana ANDAL
pelaksanaan Jadwal Kegiatan Bendungan Sadawarna hal I-74 s/d
pengadaan/pembebasan lahan I-75
yang akan dilakukan
(kepastian waktu pengadaan
lahan), sehingga tidak
membingungkan/membuat
resah masyarakat.
4 Proses pengadaan tanah/lahan Sudah tercantum dalam Hal 1-26 akan ANDAL
yang berasal dari masyarakat diselenggarakan serentak dengan jangka Hal 1-26
agar dilakukan secara serentak waktu yang mengacu kepada Peraturan
dengan rentang waktu yang Presiden Nomor 71 Tahun 2012
tidak terlalu lama dengan
memperhatikan pengalaman
rencana pembangunan waduk
sebelumnya.
5 Dalam deskripsi kegiatan tidak Jalan pengganti sudah ditambahkan ANDAL
ada penjelasan mengenai jalan dalam Dokumen ANDAL Gbr1.11. I-23.
pengganti untuk menggantikan halaman I-23.
jalan masyarakat yang akan Dokumen RKL Gbr 2.1. halaman II-67 RKL RPL
tergenang (seharusnya sudah Selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan II-67
masuk dalam rencana dan Studi Kelayakan dan DED.
dilengkapi dengan dengan Dampak penurunan muka air tanah tidak
analisis dampaknya). Selain itu, teridentifikasi sebagai DPH karena
dampak penurunan muka air keberadaan waduk tidak akan
tanah yang digunakan menurunkan muka air tanah.

Notulensi – klarifikasi - hal 1


masyarakat akibat adanya
kegiatan ini (bagian hilir) agar
diberikan penjelasan.
6 Uraian mengenai pembebasan Tabel 1.1 sudah disajikan sebelum pie ANDAL
lahan berdasarkan status graph (Gambar 1.8) Hal I-20
kepemilikannya dapat Hal I-20
ditambahkan lokasinya, dan pie
graph. Apabila akan
ditampilkan sebaiknya setelah
tabel (pie graph masih
ditampilkan, tampaknya ini
yang lebih ditonjolkan, akan
tetapi sebetulnya lebih
informatif dan jelas dengan
menggunakan tabel).
7 Untuk lebih memperjelas Proses dan lokasi rencana pemukiman ANDAL
proses dan lokasi rencana kembali masyarakat sebetulnya telah I – 26
pemukiman kembali diuraikan di Lampiran 4 dokumen Lampiran 4
masyarakat yang terkena ANDAL atau Lampiran 1 dokumen
dampak langsung rencana RKL/RPL. RKL RPL
kegiatan (dengan mendasarkan Tetapi dalam revisi dokumen ini Lampiran 1
pada studi LARAP yang telah penjelasan pada 1.1.6.1.2.e.
dilakukan). Hal ini sangat Penanganan Pembebasan Lahan
penting karena akan sudah ditambahkan.
berpengaruh terhadap
kepadatan penduduk dan
sumber kehidupan mereka
setelah pindah.
8 Peralihan pekerjaan Sudah tercantum dalam 1.1.6.1.2.f. ANDAL
masyarakat memang tidak Strategi Pemulihan Pendapatan I – 31
mudah dilakukan, sehingga (Rekayasa Sosial), Lampiran 4 Lampiran 4
diperlukan pendampingan dan dokumen ANDAL atau Lampiran 1
pelatihan secara dokumen RKL/RPL. RKL RPL
berkesinambungan. Lampiran 1
Masyarakat harus diyakinkan
tentang adanya kesempatan
ekonomi baru bila mereka
berpindah tempat. Sosialisasi
melalui jalur-jalur informal dan
nonformal menjadi efektif, agar
masyarakat dapat menerima
mekanisme relokasi yang akan
dilaksakan tersebut.
9 Untuk memperjelas kembali Sudah dijelaskan dalam KA, bahwa -
dampak keberadaan waduk dampak perlu dibedakan dengan tujuan
kedepannya dalam kaitannya pembangunan. Produktifitas pertanian
dengan produktivitas dan keuntungan lainnya berupa
pertanian dan keuntungan kecukupan air baku air bersih
ekonomi lainnya merupakan tujuan dibangunnya waduk
(dibandingkan dengan kondisi bukan dampak yang muncul akibat
saat ini). adanya waduk. Perimbangan biaya yang
dikeluarkan dalam pembangunan
dengan keuntungan yang diperoleh

Notulensi – klarifikasi - hal 2


sudah dikaji dalam Studi Kelayakan (segi
ekonomi)
10 Untuk mengaitkan kondisi rona Penjelasan untuk apa data RLA diambil ANDAL
lingkungan saat ini dengan dikaitkan dengan kebutuhan prakiraan Hal II-1, II-3,
perkiraan dampak yang dampak sudah dituliskan dalam II-6, II-11,
dilakukan, sehingga Hal II-1, II-3, II-6, II-11, II-12, II-28, II-29, II-12, II-28,
memperjelas perubahan yang II-32, II-38, II-41, II-72. II-29, II-32,
akan terjadi. Data-data pada rona lingkungan awal II-38, II-41,
(bab 2) kemudian diacu dalam bab II-72
prediksi dampak (bab 3),
Halaman keseluruhan di bab 3
11 Uraian mengenai tataguna kecenderungan perkembangan ANDAL
lahan, seharusnya perubahan penggunaan lahan disajikan II-6
menggambarkan tentang pada halaman II-6 (sub bab 2.1.3.), II-8
kecenderungan perkembangan gambar 2.2. (hal II-8) II-14
perubahan penggunaan lahan.
Selain itu akan sangat Mengenai analisis tentang pusat-pusat II-9 dan II-
bermanfaat jika disajikan RTRW Kab Subang dan Sumedang, serta 10
mengenai analisis tentang analisis dampak kegiatan pembangunan
pusat-pusat RTRW kedua waduk (pengaruh rencana pembangunan
daerah tersebut, serta yang ada atau tidak) diinformasikan
perkembangannya. Dengan pada halaman II-6 (sub bab 2.1.3.),
demikian analisis dampak gambar 2.3. dan 2.4.. (hal II-9 dan II-10)
kegiatan pembangunan waduk
apakah akan mempengaruhi
rencana pembangunan yang
ada atau tidak dapat
terinformasikan.
12 Untuk melakukan kembali Sudah dilakukan pengambilan sampel ANDAL
pengambilan sampel dan dan analisis terhadap kualitas air Halaman II-
analisis terhadap kualitas air sungai/sumur di lokasi rencana kegiatan 38 s/d II-41
sungai/sumur di lokasi rencana dari laboratorium yang berbeda dan
kegiatan, dengan menggunakan sudah disajikan analisisnya.
laboratorium terakreditasi Tabel 2.9
lainnya sebagai bahan second Gambar 2.12
opinion. Halaman II-38 s/d II-41
13 Pada pembahasan geologi Lokasi tapak bangunan Bendungan ANDAL
tapak bendung, apakah betul Sadawarna terutama terletak pada Halaman II-
tersusun oleh 3 formasi batuan Formasi Citalang dan Satuan Batupasir 19
atau hanya 1 formasi saja. Tufaan, Batulempung dan Konglomerat
dari Formasi Citalang (Qos) yang di
bagian bawahnya dialasi oleh
Batulempung Bersisik dari Formasi
Subang (Msc).
Halaman II-19
14 Hal. II-23, dari hasil pemboran Kedalaman setiap lapisan batuan ANDAL
sedalam 70 m, yang perlu hal II-25 s/d
disajikan pada Resume Interprestasi
disampaikan adalah setiap II-26
lapisan batuan tersebut pada data Geologi Hasil Pemboran Inti
kedalaman berapa, sehingga
nantinya untuk pondasi
bendung akan akan
tertumpu/tertambat pada

Notulensi – klarifikasi - hal 3


lapisan yang mana menjadi
jelas.
15 Hal. II-26, untuk tatanan akifer Hasil pengamatan lapangan terhadap ANDAL
dangkal di daerah hilirnya yang singkapan-singkapan batuan di sekitar Halaman II-
terjadi bukan dari pembuatan rencana pembangunan bendungan 28
terowongan dan pembangunan diperoleh beberapa struktur perlapisan
bendung, melainkan akibat batuan yang mewakili. Kedudukan
mengeringnya air Sungai perlapisan batuan umumnya
Cilamatan dan Sungai berkemiringan ke arah hulu aliran sungai
Cipunagara, maka air tanah di (up stream) dengan jurus/kemiringan
sekitrarnya akan hilang karena yaitu: N 1400E/430 dan N. 1500E/350.
tidak ada suplesi dari air Hasil uji permeabilitas terhadap lapisan-
sungai yang memasok air tanah lapisan batuan yang dilakukan pada
di sekelilingnya. penyelidikan geologi teknik umumnya
menunjukkan nilai koefisien
permeabilitas rendah yaitu 10-4 cm/det.
s/d 10-5 cm/det.
Berdasarkan uraian di atas, maka
keberadaan bendungan dan terowongan
pengelak tidak memberikan dampak
penurunan muka air tanah karena
masukan air tanah di hilir tidak berasal
dari suplesi air sungai Cipunegara yang
berarti termasuk ke hilir bendungan.

16 Data mengenai tingkat Telah ditambahkan data dan informasi ANDAL


pendidikan, jenis pekerjaan, mengenai jenis pekerjaan dan Halaman II-
harus dilengkapi dengan data Komposisi Penduduk Menurut Tingkat 74 /d II-75
primer dari penduduk yang Pendidikan.
terkena dampak pembangunan Bab II Rona Lingkungan Hidup
waduk.
17 Data komposisi penduduk 89 responden adalah khusus dibahas ANDAL
berdasarkan tingkat dalam sub –bab ‘karakteristik penduduk II-72 s/d II-
pendapatan yang ditampilkan yang akan terkena dampak pembebasan 93
hanya dari 89 responden, lahan’, sedangkan responden yang
sedangkan jumlah responden berjumlah 193 orang adalah responden
seluruhnya ada 193 orang, umum dari lima desa diluar penduduk
sehingga lebih dari 100 yang terkena dampak pembebasan
responden tidak disajikan lahan. Masalh ini telah diklarifkasi
datanya. dalam jawaban Notulen Tim Teknis
sebelumnya dan telah disampaikan
klarifiikasinya pada pembahasan Komisi
Penilai Amdal oleh Tim Teknis pada 2
Desember 2014
18 Ikatan sosial dalam masyarakat Orientasi mengenai nilai budaya ANDAL
perlu ditinjau tidak saja secara merupakan bagian yang diidentifikasi RKL RPL
sosiologis, tetapi juga dalam Studi Amdal Bendungan
antropologis. Masyarakat Sadawarna , khususnya aspek Sosek .
bukan sekedar entitas yang Identifikasi awal telah dimulai sejak
saling berinteraksi antar Kerangka Acuan yang mengindentifkasi
sesamanya, tetapi juga terikat Dampak Sosial Budaya terhadap wujud
dengan adat istiadat dan rasa fisik dari situs –situs yang merupakan
identitas bersama. Dengan orientasi masyarakat dalam melakukan

Notulensi – klarifikasi - hal 4


demikian penting untuk kegiatan budaya khususnya yang bersifat
mengidentifikasi orientasi nilai religi. Selain identifkasi terhadap situs-
budaya masyarakat, perspektif situs budaya, dilakukan juga penggalian
masyarakat terhadap alam- gagasan dalam Persepsi Penduduk yang
lingkungan-Tuhan, yang terjena dampak , yaitu Persepsi
tercermin dari mitos, tradisi masyarakat terhadap rencana kegiatan
dan lain-lain. Identifikasi yang pemrakarsa, merupakan interpretasi
lebih terinci akan lebih tentang kegiatan dan dampaknya.
mempermudah langkah- Dampak terhadap persepsi masyarakat
langkah penanganan dampak ini selanjutnya dapat diidentifikasi dari
pembangunan waduk respon sebagai hasil dari persepsi
kedepannya, UU No. 5/1992 masyarakat. Tipe respon masyarakat
tentang Benda Cagar Budaya dapat berbentuk tindakan pindah ke
telah diganti dengan UU. No. tempat lain, berkembangnya opini
11/2010, untuk itu agar tentang lingkungan tempat mereka
disesuaikan kembali. tinggal, atau dampak psikologis misalnya
stress, rasa cemas dan lain-lain). Tipe
respon itu sangat bergantung pada
tingkat pendidikan, informasi, dan
pengetahuan masyarakat. Persepsi
masyarakat pada penelitian ini mencoba
menggali gagasan awal mengenai alam
pikiran penduduk perubahan
lingkungan dan strategi yang
dipersiapkan
Adapun dalam dokumen RKL/RPL serta
dokumen perencanaan lain yang telah
dipersiapkan sebelumnya, disampaikan
panduan untuk membantu penduduk
menata kembali perekonomian
rumahtangga dan jaringan sosial setelah
perubahan lingkungan berlangsung. Hal
ini mengacu pada prinsip teoritik bahwa
kegiatan budaya (penciptaan dan
pertumbuhan seni, kegiatan ANDAL
religi/ibadah, dan kreativitas lainnya) halaman II-
akan berlangsung setelah kebutuhan – 90
kebutuhan primer dan sekunder telah
terpenuhi.

UU No 5 Tahun 1992 telah diperbaiki


menjadi UU no 11 /2010 sesuai saran
yang disampaikan (halaman II-90)
19 Analisis dan telaahan manusia Basis dasar masyarakat yang terkena
serta kebudayaan lokal mutlak dampak telah teridentifikasi sebagai
diperlukan. Pembangunan masyarakat agraris, baik yang mampu
waduk niscaya akan mengumpulkan suprlus (pemilik lahan )
mengakibatkan perubahan maupun yang baru pada tahap
besar dalam masyarakat. memenuhi kebutuhan subsisten
Masyarakat terkena dampak (penggarap lahan dan buruh tani).
genangan yang sejatinya
berbudaya agraris, Untuk membantu dan memfasilitasi
kemungkinan dipaksa masyarakat terkena dampak atas telah
menyesuaikan diri ke dalam dilakukan rencana pengelolaan berbasis

Notulensi – klarifikasi - hal 5


budaya berbasis perairan pada kapasitas sosial masyarakat
ketika waduk selesai dibangun. terkena dampak , rencana tata ruang
Hal ini akan mengakibatkan pemerintah, kondisi sumberadaya lam
culture shockbagi masyarakat. dan lain –lain yang dituangakan dalam
Mereka mengalami minimal tiga dokumen perencanaan , ANDAL
kebingungan ketika yaitu : Lampiran 4
menyesuaikan dengan 1. Dokumen Land Acqusition and
lingkungan dan kebudayaan Resettlement Program yang memuat RKL/RPL
yang belum tentu sama. Oleh rencana proses pembayaran Lampiran 1
karena itu, diperlukan langkah- gantirugi, program pemulihan
langkah persuasif melalui pendapatan dan pemukiman kembali
pendekatan budaya dan berdasarakan hasil studi terhadap
psikologis. kapasitas sosial masyarakat. Resume
disajikan pada Lampiran 4 dok
ANDAL dan Lampiran 1 dan 2 dok
RKL/RPL
2. Dokumen Rekayasa Sosial yang
merencanakan bantuan dan fasilitasi
peningkatan SDM terhadap kelompok RKL RPL
orang terkena dampak. Resume II-2 s/d II-6
disajikan pada Lampiran 4 dok dan
ANDAL dan Lampiran 1 dan 2 dok II-26 s.d II-
RKL/RPL 27
3. Dokumen RKL/RPL yang
menyajikan pengelolaan lingkungan
aspek sosial dari dampak positif dan
negatf pada setiap Tahap kegiatan
(Pra Konstruksi, Konstruksi dan
Tahap Operasi. Dok RKL/RPL
halaman II-2 s/d II-6 ; dan II-26 s.d
II-27

Atas perencanaan tersebut , maka


penurunan tingkat kesejahteraan sosial
orang terkena dampak termasuk culture
shocks akibat perubahan sumberdaya
alam dapat diantisipasi. Perlu
disampaikan bahwa Waduk Sadawarna
merupakan area yang terbatas untuk
akses masyarakat untuk mengelolanya.
Hal ini untuk menjaga konsistensi tujuan
pembangunan waduk sebagai
pemenuhan sarana irigasi , sehingga
perlu menjaga eksploitasi yang
menggannggu keberadaannya. Namun
demikian, dengan berbagai program
tersebut, maka sumberdaya
perekonomian penduduk akan
tergantikan minimal dengan kapasitas
yang sama dengan sumberdaya yang ada
sebelumnya.

20 Peta RTRW Kabupaten Subang Sudah disatukan pada Gambar 1.5. ANDAL
dan RTRW Kabupaten

Notulensi – klarifikasi - hal 6


SUmedang sebaiknya disatukan
dengan menampilkan lokasi
rencana proyek dan sekitarnya,
sehingga cukup satu peta.
21 Agar dikoordinasikan dengan Penggantian lahan Hutan Produksi yang ANDAL
instansi terkait, khususnya dikelola PT Perhutani (Persero) akan I-14
mengenai dipakainya kawasan mengikuti Peraturan Menteri Kehutanan
hutan untuk rencana kegiatan No.32/Menhut-II/2010 Tentang Tukar
ini (disesuaikan dengan Menukar Kawasan Hutan, Peraturan
peraturan yang ada). Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor : P. 41/Menhut -II/2012, tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.32/Menhut-II/2010
Tentang Tukar Menukar Kawasan Hutan
dan Permenhut No 27 tahun 2014
tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.32/Menhut-II/2010 Tentang Tukar
Menukar Kawasan Hutan.
Sudah jelaskan pada I-27 s.d I-29
22 Memperjelas kembali 10 10 (sepuluh) kriteria kelayakan ANDAL
(sepuluh) kriteria kelayakan lingkungan sudah direvisi pada halaman IV-31 s/d IV
lingkungan yang disampaikan. IV-31 s/d IV 32 32
23 Mempertegas ada tidaknya izin Ruang lingkup izin lingkungan yang RKL/RPL
PPLH pada tahap operasional diperlukan adalah untuk kegiatan di hal II-2
kegiatan. bawah ini pengumpulan sementara
limbah B3 (berupa oli dan thinner) pada
saat konstruksi.
24 Mengkonsistenkan antara Rencana pengelolaan dan pemantauan Keseluruhan
bentuk rencana pengelolaan lingkungan hidup sudah di cek dan sudah Dok RKL
dan pemantauan lingkungan konsisten. RPL
hidup yang dilakukan. Keseluruhan Dok RKL RPL
25 Senantiasa menjalin Hal-hal mengenai komunikasi, ANDAL
komunikasi dengan musyawarah, dan konsultasi publik hal I-26, I-
masyarakat disekitar lokasi sudah dicantumlan pada 30
rencana kegiatan, serta  Dokumen ANDAL hal I-26, I-30, Lampiran 4
berkoordinasi dengan aparat Lampiran 4 Dokumen ANDAL
setempat untuk  Dokumen RKL/RPL halaman II-2 s/d RKL RPL
mensosialisasikan secara jelas II-10 halaman II-
dan transparan terkait rencana  Dokumen RKL/RPL lampiran 1 dan 2 3 s/d II-11
kegiatan yang akan Lampiran 1
dilaksanakan serta dan 2
berkesinambungan(ganti
untung, kompensasi, relokasi
maupun dampak negatif dan
positifnya rencana kegiatan ini,
serta pengelolaan lingkungan
yang direncanakan.

Notulensi – klarifikasi - hal 7


KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xv
LAMPIRAN xvii
DAFTAR ISTILAH xviii
BAB I PENDAHULUAN I-1
1.1. DeskripsiRencana Kegiatan I-1
1.1.1. Latar Belakang I-1
1.1.2. Tujuan I-2
1.1.3. Status Studi AMDAL I-5
1.1.4. Deskripsi Umum Bendungan Sadawarna I-5
1.1.4.1. Ringkasan Deskripsi Teknis I-5
1.1.4.1.a. Umum I-5
1.1.4.1.b. Manfaat I-7
1.1.4.1.c. Hidrologi I-7
1.1.4.1.d. Reservoar I-7
1.1.4.1.e. Bendungan Utama/Main Dam I-8
1.1.4.1.f. Bendungan Pelana ( Sadle Dam ) I-8
1.1.4.1.g. Sistem Pengelakan/(Diversion I-8
1.1.4.1.h. Coffer Dam Hulu I-8
1.1.4.1.i. Coffer Dam Hilir I-9
1.1.4.1.j. Spillway/Pelimpah I-9
1.1.4.1.k. Peredam Energi untuk Spillway I - 10
1.1.4.1.l. Bottom Outlet (Ex. Diversion) I - 10
1.1.4.1.m. Intake Irigasi No-1 (kanan) I - 11
1.1.4.1.n. Intake Irigasi No-2 (kiri) I - 11
1.1.4.1.o. Jembatan I -11
1.1.4.2. Tata Letak Bangunan Utama waduk Sadawarna I - 13
1.1.5. Lokasi Kegiatan dan Kesesuaiannya dengan Tata Ruang Setempat I - 13
1.1.6. Tahapan Rencana Kegiatan I – 16
1.1.6.1. Tahap Pra Konstruksi I – 16

ii
1.1.6.1.1. Survey dan Pengukuran Tapak I – 16
1.1.6.1.2. Pembebasan Lahan I – 16
1.1.6.1.2.a. Lahan Milik Masyarakat yang Terbebaskan I – 16
1.1.6.1.2.b. Guna Lahan yang Terbebaskan I –18
1.1.6.1.2.c. Bangunan Aset Publik Terkena Proyek I –24
1.1.6.1.2.d. Penanganan Pembebasan Lahan Masyarakat I –25
1.1.6.1.2.e. Penanganan Relokasi Penduduk I – 26
1.1.6.1.2.f. Strategi Pemulihan Pendapatan (Rekayasa Sosial) I – 31
1.1.6.1.2.g. Penanganan Pengadaan dan Pembebasan Lahan yang I –32
Dikuasai oleh BUMN (Lahan PT Dahana dan PT
Perhutani).
1.1.6.1.2.h. Penanganan Pembebasan Lahan milik Desa I –35
1.1.6.2. Tahap Konstruksi I –36
1.1.6.2.1. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi I –37
1.1.6.2.2. Aktivitas Kantor Lapangan dan Base Camp I –38
1.1.6.2.3. Mobilisasi Alat Berat dan Material Konstruksi I –40
1.1.6.2.4. Pembangunan Jalan Akses Baru I –41
1.1.6.2.5. Konstruksi Terowongan Pengelak I –44
1.1.6.2.6. Pengoperasian Terowongan Pengelakan I –45
1.1.6.2.7. Persiapan Material (Penggalian Bahan Tanah, Pasir dan I –46
Kerikil dan Penggalian Batu (Borrow dan Quarries)
1.1.6.2.7.a. Material Batu I –48
1.1.6.2.7.b. Material Pasir I –48
1.1.6.2.7.c. Material Tanah I –49
1.1.6.2.7.d.Upaya Pengelolaan Lingkungan di lokasi I –50
Quarry dan Borrow Area
1.1.6.2.8. Konstruksi Bendungan Utama dan Bangunan Pelengkap I –51
1.1.6.2.8.a. Penimbuhan Percobaan I –52
1.1.6.2.8.b. Penimbunan Tubuh Bendungan/Pembuatan I –53
Lereng Udik Bendungan
1.1.6.2.8.c. Pemberian Hamparan Pelindung di Atas Lereng I –54
Udik Bendungan
1.1.6.2.8.d. Pemasangan Instrumentasi Bendungan untuk I –54
Evaluasi Keamanan Bendungan
1.1.6.2.8.e. Upaya Pengendalian Erosi Saat Konstruksi I –56
1.1.6.2.8.f. Pengelolaan Buangan Konstruksi (Dumping Area) I –57

iii
1.1.6.2.8.g. Pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja I –57
1.1.6.2.9. Konstruksi Bangunan Pengambilan (Intake) I –60
1.1.6.3. Tahap Operasional I –61
1.1.6.3.1. Pengisian Awal Waduk I –61
1.1.6.3.2. Operasional dan Pemeliharaan Bendungan I –62
1.1.6.3.2.a. Pengoperasian Bendungan I –62
1.1.6.3.2.b. Pemeliharaan Waduk dan Bangunan Pelengkap I –63
1.1.6.3.2.c. Organisasi Operasi dan Pemeliharaan Waduk I –68
1.1.6.3.2.d. Rencana Pengelolaan DAS Waduk Sadawarna I –70
1. Penjelasan Mengenai Umur Waduk
2. Potensi Erosi, Sedimentasi, dan Rencana
Pengelolaan DAS Waduk Sadawarna
1.1.6.4. Kegiatan Tahap Pasca Operasi I –77
1.1.6.4.1. Pemanfaatan bangunan bendungan dan penunjangnya I –77
setelah tidak beroperasi
1.1.6.4.2. Pemanfatan daerah genangan setelah bendungan tidak I –77
dioperasikan
1.1.7. Kegiatan Lain yang Ada di Sekitar Lokasi Rencana Kegiatan I -77
1.1.7.1. Kawasan Pertanian I –77
1.1.7.2. Kawasan Permukiman I –78
1.1.7.3. Kawasan Hutan Produksi I –78
1.1.7.4. Kegiatan PT Dahana (Persero) I –78

1.1.8. Alternatif-alternatif yang Akan Dikaji dalam ANDAL I –79


1.1.9. Jadwal Implementasi Rencna Kegiatan I – 79
1.2. Dampak Penting Hipotetik I –83
1.2.1. Tahap Identifikasi Dampak Potensial I –83
1.2.2. Tahap Evaluasi Dampak Hipotetik I –83
1.3. Batas Waktu Kajian I –83
1.4. Batas Wilayah Studi ANDAL I – 110
1.4.1. Batas Proyek I –110
1.4.2. Batas Ekologis I –110
1.4.3. Batas Sosial I –112
1.4.4. Batas Administratif I –113
1.4.5. Batas Wilayah Studi I –114

iv
BAB II RONA LINGKUNGAN HIDUP II - 1
2.1. Komponen Fisik – Kimia II - 1
2.1.1. Iklim dan Kondisi Meteorologi II - 1
2.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan II – 3
2.1.3. Tata Guna Lahan II – 6
2.1.4. Aksesilibitas II – 11
2.1.4.1. Jalan Akses Masyarakat II – 11
2.1.4.2. Kondisi Fisik Jalan dan Jembatan II – 11
2.1.5. Geologi II - 12
2.1.5.1. Fisiografi II - 12
2.1.5.2. Geomorfologi II – 17
2.1.5.3. Tataan Stratigrafi Daerah Studi II – 18
2.1.5.4. Struktur Geologi Regional II – 19
2.1.5.5. Stratigrafi Rencana Tapak Bendungan II – 19
a. Geologi Rencana Tapak Bendungan II – 19
b. Geologi Rencana Terowongan Pengelak II – 21
c. Geologi Rencana Bangunan Pelimpah II – 21

2.1.5.6. Geologi Rencana Daerah Genangan (Kom Waduk) II – 22


A. Morfologi II – 22
B. Statigrafi II – 22
2.1.5.7. Geologi Rencana Daerah Genangan (Kom Waduk) II – 24
2.1.5.8. Kajian Struktur Geologi II - 25
2.1.5.9. Gerakan atau Longsoran Tanah di Sempadan Waduk II – 25
2.1.5.10. Hasil Kajian Geologi Teknik Tapak Bendungan II - 26
2.1.5.11. Resume Analisis Keamanan Bendungan II – 26
2.1.6. Hidrogeologi II – 28
2.1.7. Potensi Sumber Daya Material/Bahan Galian II – 29
2.1.8. Hidrologi II – 32
2.1.9. Kualitas Air II – 38
2.2. Komponen Biologi II – 41
2.2.1. Komponen Vegetasi (Flora) II – 43
2.2.2. Komponen Satwa (Fauna) II – 55
2.2.3. Biota Perairan II – 65
2.3. Komponen Sosio-Ekonomi-Budaya II – 72
2.3.1. Kependudukan II – 72

v
2.3.1.1. Luas Wiayah dan Kepadatan Penduduk II – 72
2.3.1.2. Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan II – 73
2.3.1.3. Tingkat Pendidikan Penduduk II – 74
2.3.1.4. Mobilitas ke Luar Desa II – 74
2.3.2. Sosial Ekonomi II – 77
2.3.3. Rencana Pembebasan Lahan II – 79
2.3.3.1. Profil Kelompok Orang Terkena Dampak II – 81
2.3.3.1.1. Jenis Matapencaharian Orang Terkena Dampak II – 81
2.3.3.1.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur II -82
2.3.3.1.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan II – 83
2.3.3.1.4. Kompsisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan II – 83
2.3.3.2. Ringkasan Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali 85
di Waduk Sadawarna
2.3.4. Sosial Budaya II – 86
2.3.4.1. Ikatan Sosial dan Partisipasi Kelembagaan Masyarakat II – 85
2.3.4.2. Peninggalaan Bersejarah/Arkeologis II – 90
2.3.5. Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Bendungan Sadawarna II – 91
2.3.6. Komponen Kesehatan Masyarakat II – 93

BAB III PRAKIRAAN DAMPAK III - 1


3.1. Umum III - 1
3.2. Tahap PraKonstruksI III - 2
3.2.1. Pembebasan Lahan III - 2
3.2.1.1. Penurunan Pendapatan Petani III - 2
3.2.1.2. Keresahan Masyarakat III - 6
3.2.1.3. Konflik Sosial Karena Nama Bendungan III - 7
3.2.1.4. Konflik Sosial Karena PembebasanMakam Keramat III - 9
3.3. Tahap Konstruksi III - 10
3.3.1. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi III - 10
3.3.1.1. Kenaikan Pendapatan Tenaga Kerja III - 10
3.3.2. Aktivitas Kantor Lapangan dan Basecamp III – 13
3.3.2.1. Penurunan Kualitas Sanitasi Lingkungan III – 13
3.3.2.2. Peningkatan Prevalensi Penyakit Bawaan Air III - 16
3.3.3. Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi III - 18
3.3.3.1. Penurunan Kualitas Udara (Parameter Debu) III - 18
3.3.3.2. Peningkatan Prevalensi Penyakit ISPA III - 21

vi
3.3.3.3. Peningkatan Kebisingan III- 22
3.3.3.4. Kerusakan Jalan (Pengurangan Masa Layan Jalan) III - 25
3.3.3.5. Keresahan Masyarakat III - 29
3.4. Tahap Operasional III – 31
3.4.1. Pengisian Awal Waduk III – 31
3.4.1.1. Penurunan Keanekaan Jenis Flora Teresterial III - 31
3.4.1.2. Migrasi Fauna Teresterial III - 33
3.4.1.3. Penurunan Stabilitas Lereng Sempadan Waduk III - 35
3.4.1.4. Terputusnya Aksesibiltas Masyarakat III - 37
3.4.1.5. Berkurangnya Kuantitas Aliran Air di Hilir Bendungan II - 39
3.4.2. Operasional dan Pemeliharaan Bendungan dan Fasilitas Penunjangnya III – 45
3.4.2.1. Perubahan Komposisi Penyusun Komunitas Biota Air III - 45
3.4.2.2. Perkembangan Wilayah III - 49
3.4.2.3. Gangguan Keamanan untuk Kegiatan PT Dahana III - 52
3.4.2.4. Peningkatan Produktivitas Pertanian III - 54
3.4.2.5. Konflik Kepentingan Pemanfaatan Air Waduk III - 57

BAB IV EVALUASI DAMPAK PENTING IV - 1


4.1. Umum IV - 1
4.2. Bentuk Hubungan Keterkaitan dan Interaksi Dampak Penting Beserta IV - 3
Karakteristiknya
4.3. Komponen-komponen Rencana Kegiatan yang Paling Banyak Menimbulkan IV - 8
Dampak Lingkungan
4.4. Area-areayangPerluMendapatPerhatianPenting(AreaofConcerns) IV - 9
4.5. Analisa Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup IV - 16
4.5.1. Pendekatan Teknologi IV – 16
4.5.1.1. Pendekatan Teknologiyang perlu dilakukan pada Tahap Pra IV –16
Konstruksi
4.5.1.1.1. Dampak penting yang dikelola : Terputusnya IV –16
Aksesibilitas Masyarakat - Keresahan Masyarakat
4.5.1.1.2. Dampak penting yang dikelola : Konflik Sosial akibat IV – 17
Pembebasan Makam Keramat
4.5.1.2. Pendekatan Teknologi untuk Pengelolaan Dampak Tahap IV – 17
Konstruksi
4.5.1.2.1. Dampak penting yang dikelola : Penurunan Kualitas IV - 17
Sanitasi Lingkungan-Peningkatan Angka Penyakit

vii
Bawaan Air

4.5.1.2.2. Dampak penting yang dikelola : Penurunan IV - 18


Kualitas Jalan- Peningkatan Kebisingan – Peningkatan
Resuspensi Debu- Keresahan Masyarakat
4.5.1.3. Pendekatan Teknologi untuk Pengelolaan Dampak IV – 19
Tahap Operasional
4.5.1.3.1. Dampak penting yang dikelola : Penurunan IV - 19
Kerapatan Flora Teresterial - Migrasi Fauna
Teresterial – Keresahan Masyarakat
4.5.1.3.2. Dampak penting yang dikelola : Terganggunya IV - 20
Stabilitas Lereng di Sempadan Waduk
4.5.1.3.3. Dampak penting yang dikelola : Berkurangnya IV - 20
Kuantitas Aliran Air Di Hilir Bendungan
4.5.2. Pendekatan Sosial Ekonomi IV - 21
4.5.2.1. Pendekatan Sosial Ekonomi yang perlu Dilakukan IV – 21
pada Tahap Pra Konstruksi
4.5.2.1.1. Dampak penting yang dikelola : Penurunan IV -21
Pendapatan Penduduk - Terputusnya Aksesibiltas
Masyarakat - Keresahan Masyarakat
4.5.2.1.2. Dampak penting yang dikelola : Konflik Sosial IV - 22
dalamPenanganan Pembebasan Makam Keramat
4.5.2.1.3. Dampak penting yang dikelola : Konflik Sosial IV - 23
dalamPenetapan Nama Bendungan
4.5.2.2. Pendekatan Sosial Ekonomi untuk Pengelolaan Dampak IV – 23
Tahap Konstruksi
4.5.2.2.1. Dampak penting yang dikelola : Peningkatan IV –23
Pendapatan Tenaga Kerja
4.5.2.2.2. Dampak penting yang dikelola : Penurunan Kualitas IV - 24
Jalan - Peningkatan Kebisingan –Penurunan
kualitas udara - Keresahan Masyarakat
4.5.2.3. Pendekatan Sosial Ekonomi untuk Pengelolaan Dampak Tahap IV –24
Operasional
4.5.2.3.1. Dampak penting yang dikelola : Migrasi Fauna IV –24
Teresterial – Keresahan Masyarakat
4.5.2.3.2. Dampak penting yang dikelola : Berkurangnya IV - 25

viii
Kuantitas Aliran Air di Hilir Bendungan
4.5.2.3.3. Dampak penting yang dikelola : Perubahan Komposisi IV - 26
Penyusun Komunitas Biota Air – Perkembangan Wilayah
4.5.3. Pendekatan Institusional IV – 26
4.5.3.1. Pendekatan Institusional untuk Pengelolaan Dampak IV – 26
Tahap Pra Konstruksi

4.5.3.1.1. Dampak penting yang dikelola : Penurunan IV - 26


Pendapatan Petani – Terputusnya Aksesilibitas
Masyarakat - Keresahan Masyarakat
4.5.3.2. Pendekatan Institusional untuk Pengelolaan IV – 27
Dampak Tahap Konstruksi
4.5.3.2.1. Dampak penting yang dikelola : Peningkatan IV – 27
Pendapatan Tenaga Kerja
4.5.3.2.1. Dampak penting yang dikelola : Peningkatan IV - 28
Kebisingan – Penurunan Kualitas Jalan- Penurunan
Kenyamanan Masyarakat - Keresahan Masyarakat
4.5.3.3. Pendekatan Institusional untuk Pengelolaan Dampak IV - 28
Tahap Operasional
4.5.3.3.1. Dampak Penting Yang Dikelola : Berkurangnya IV - 28
Kuantitas Air di Hilir Bendungan
4.5.3.3.2. Dampak Penting Yang Dikelola : Perkembangan Wilayah IV - 29
4.5.3.3.3. Dampak Penting Yang Dikelola : Peningkatan IV –29
Produktivitas Pertanian
4.6. Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan IV - 30

DAFTAR PUSTAKA

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1. Status Kepemilikan Lahan Terbebaskan I – 17
Tabel 1.2. Luas lahan Terkena Proyek Berdasarkan Tata Guna Lahan Per Desa I - 19
Tabel 1.3. Perkiraan Luas Lahan Milik Masyarakat dan Jumlah KK yang I – 22
Terendam oleh Waduk Sadawarna
Tabel 1.4. Fasilitas Umum dan Sosial yang akan Dibebaskan I - 24
Tabel 1.5. Bentuk Ganti Rugi Yang Diinginkan Oleh Masyarakat I - 27
Tabel 1.6. Proyeksi Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja Konstruksi I – 37
Pembangunan Waduk Sadawarna
Tabel 1.7. Jenis, Jumlah dan Nama Alat Berat yang Digunakan Dalam I - 39
Pembangunan Waduk Sadawarna
Tabel 1.8. Volume Material Tanah Timbunan, Pasir, Kerikil dan Batu Boulders I – 40
yang Dibutuhkan Dalam Pembangunan Waduk Sadawarna
Tabel 1.9. Lokasi Jalan Akses Kendaraan Pengangkut Material yang Melintasi I – 41
Rumah Penduduk beserta Rekapitulasi Ritasi Per Hari
Tabel 1.10. Daftar Prosedur Kesehatan dan Keselataman Kerja (K3) untuk I –45
Konstruksi Terowongan pada Bendungan
Tabel 1.11. Lokasi dan Ketersediaan Volume Material I – 46
Tabel 1.12. Daftar Prosedur Kesehatan dan Keselataman Kerja (K3) untuk I – 58
Konstruksi Bendunganberdasarkan SK Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah No. 384 Tahun 2004
Tabel 1.13. Rencana Jadwal Kegiatan Bendungan Sadawarna I - 80
Tabel 1.14. Ringkasan Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik dari Rencana I – 87
Pembangunan Waduk Sadawarna serta Batas Waktu Kajian Studi
AMDAL
Tabel 1.15. Hasil Evaluasi Dampak Penting Hipotetik dari Rencana I – 101
Pembangunan Waduk Sadawarna
Tabel 2.1. Stasiun Meteorologi yang Dipilih sebagai Sumber Pengambilan Data II - 1
Iklim
Tabel 2.2. Rata-Rata Jumlah Hari Hujan Bulanan II - 2
Tabel 2.3. Ciri-ciri Iklim pada Kawasan Pengerjaan Proyek II - 2
Tabel 2.4. Hasil Uji Kualitas Udara dan Kebisingan di Lokasi Studi II - 5

x
Tabel 2.5. Penggunaan Lahan di Wilayah Studi II - 7
Tabel 2.6. Kondisi Eksisting Jalan Akses Masyarakat II - 13
Tabel 2.7. Evaluasi Kestabilan Lereng Bendungan Sadawarna II - 27
Tabel 2.8. Resume Debit Puncak Hidrograph Banjir Hasil Perhitungan II – 33
Berbagai Metoda
Tabel 2.9. Kualitas Air Permukaan S.Cipunegara di Wilayah Studi AMDAL II – 40
Waduk Sadawarna
Tabel 2.10. Kualitas Air Tanah di sekitar rencana As Bendungan Sadawarna di II - 42
S.Cipunegara
Tabel 2.11. Keanekaragaman Vegetasi Kebun Jati di Daerah Rencana Genangan II – 45
dan Sekitar Daerah Rencana Genangan Waduk Sadawarna
Tabel 2.12. Analisis Vegetasi di Kebun Jati untuk Tingkat Pohon II – 45
Tabel 2.13. Analisis Vegetasi di Kebun Jati untuk Tingkat Tiang II – 46
Tabel 2.14. Analisis Vegetasi di Kebun Campuran untuk Tingkat Pancang II – 46
Tabel 2.15. Vegetasi Sawah di Daerah Rencana Genangan dan Sekitar II – 48
DaerahRencana GenanganWaduk Sadawarna
Tabel 2.16. Vegetasi Kebun Campuran di Daerah Rencana Genangan dan Sekitar II – 49
DaerahRencana GenanganWaduk Sadawarna
Tabel 2.17. Analisis Vegetasi di Kebun Campuran untuk Tingkat Pohon II – 50
Tabel 2.18. Analisis Vegetasi di KebunCampuranuntuk Tingkat Tiang II – 51
Tabel 2.19. Analisis Vegetasi di Kebun Campuran untuk Tingkat Pancang II – 51
Tabel 2.20. Vegetasi Pekarangan di Daerah Rencana Genangan dan Sekitar II – 52
DaerahRencana GenanganWaduk Sadawarna
Tabel 2.21. Vegetasi Tepi Sungai di Daerah Rencana Genangan dan II – 54
SekitarDaerahRencana GenanganWaduk Sadawarna
Tabel 2.22. Jenis Fauna Binaan yang Ditemukan di Wilayah Studi II – 55
Tabel 2.23. Daftar Jenis Avifauna dan Status Perlindungannya II – 59
Tabel 2.24. Indeks Keanekaragaman Jenis Avifauna di Wilayah Studi II – 61
Tabel 2.25. Daftar Jenis Mammalia dan Status Perlindungannya II – 63
Tabel 2.26. Daftar Jenis Reptil dan Status Perlindungannya II – 64
Tabel 2.27. Daftar Jenis Amfibi dan Status Perlindungannya II – 64
Tabel 2.28. Keanekaragaman Jenis Plankton di Wilayah Studi II – 66
Tabel 2.29. Keanekaragaman Jenis Benthos di Wilayah Studi II – 68
Tabel 2.30. Keanekaragaman dan Kelimpahan Jenis Ikan di Wilayah Studi II – 70
Tabel 2.31. Dokumentasi Ikan Hasil Tangkapan II – 71
Tabel 2.32. Luas dan Kepadatan Penduduk II – 73

xi
Tabel 2.33. Luas Pemanfaatan Lahan II – 73
Tabel 2.34. Jenis-jenis Pekerjaan Penduduk II – 74
Tabel 2.35. Kondisi Pendidikan Penduduk II – 75
Tabel 2.36. Pola Mobilitas Penduduk Ke Luar Desa II – 75
Tabel 2.37. Tujuan dan Frekuensi Serta Penggunaan Sarana untuk Mobilitas ke II – 76
Luar Desa
Tabel 2.38. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Budidaya Tanaman Padi II – 78
Sawah di Desa-desa Wilayah Studi
Tabel 2.39. Perkiraan Luas dan Jenis Lahan Milik Masyarakat untuk Waduk II – 80
Sadawarna
Tabel 2.40. Kategori Orang Terkena Dampak Berdasarkan Jenis Asset Tanah II – 80
Tabel 2.41. Jumlah Bidang dan Luas Bangunan Yang Dimiliki OTD Waduk II – 81
Sadawarna
Tabel 2.42. Kepala Keluarga Berdasarkan Mata Pencaharian Utama II -81
Tabel 2.43. Komposisi Penduduk Kelompok Penggarap II – 82
Berdasarkan Struktur Umur
Tabel 2.44 Komposisi Kepala Keluarga Berdasarkan Tingkat Pendidikan II - 83
Tabel 2.45. Tingkat Pendapatan Penduduk II – 84
Tabel 2.46. Prosentase Sumber-sumber Penghasilan Penduduk II - 85
Tabel 2.47. Frekuensi Kunjungan Kepada Tetangga dan Kerabat II – 87
Tabel 2.48. Alasan Responden Berkunjung Kepada Tetangga Atau Kerabat II – 88
Tabel 2.49. Alasan Responden Tidak Berkunjung Kepada Tetangga dan Kerabat II – 88
Tabel 2.50. Jenis -jenis Organisasi Sosial yang Diikuti Oleh Penduduk II – 89
Tabel 2.51. Persepsi Masyarkat Terhadap Rencana Pembangunan Bendungan II – 92
Sadawarna
Tabel 2.52. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Cibogo Tahun 2012 II – 94
Tabel 2.53. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Surian 2013 II – 94
Tabel 2.54. Kondisi Sanitasi Penduduk II – 95
Tabel 3.1. Dampak Penurunan Pendapatan Petani Akibat Pembebasan Lahan III - 3
Tabel 3.2. Analisis Perbandingan Dampak Positif Dan Dampak Negatif dari III - 4
Kegiatan Pertanian
Tabel 3.3. Prediksi Jumlah Peziarah Dengan dan Tanpa Keberadaan III - 9
Bendungan Sadawarna
Tabel 3.4. Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Tenaga Kerja III - 11
Tabel 3.5. Prakiraan Pendapatan Pekerja Konstruksi dari Penduduk Lokal III - 12
Tabel 3.6. Potensi Beban dan Debit Limbah Cair Domestik yang dihasilkan III - 15

xii
Pekerja Konstruksi Bendungan Sadawarna
Tabel 3.7. Prediksi Peningkatan Konsentrasi Partikulat (TSP) dari III - 20
KendaraanPengangkut Material Pada Tahap Konstruksi
Tabel 3.8. Prediksi Dampak Kebisingan III - 24
Tabel 3.9. Perhitungan Sisa Umur Rencana Ruas Jalan di Sekitar Lokasi III - 28
Bendungan
Tabel 3.10. Dampak Terputusnya Aksesibilitas Masyarakat terhadap Frekuensi III - 37
Bepergian Masyarakat
Tabel 3. 11. Dampak Terputusnya Aksesibilitas Masyarakat terhadap Kegiatan III - 38
Sosial Ekonomi
Tabel 3.12. Pembagian DAS Cipunagara III - 39
Tabel 3.13. Prediksi Peningkatan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas III - 55
Budidaya Tanaman Padi Sawah di Daerah Pemanfaat Waduk
Sadawarna
Tabel 3.14 Perkiraan perkembangan manfaat pengairan melalui peningkatan III - 55
luas panen sawah 6.000 Ha terhitung mulai tahun pertama
beroperasinya Waduk Sadawarna dengan tingkat produktivitas
sebesar 5,559 ton beras/ha/tahun
Tabel. 3.15. Kesenjangan Mengenai Wilayah Penerima Manfaat Waduk III - 58
Sadawarna antara Perencanaan Pemrakarsa dengan Perencanaan
RTRW Kabupaten Sumedang
Tabel 3.16. Ringkasan Analisis Dampak III - 60
Tabel 4.1. Pemetaan Kegiatan Penyebab Dampak dengan Komponen IV - 4
Lingkungan yang Terkena Dampak
Tabel 4.2. Analisis Dampak Yang Berinteraksi Dalam Ruang Dan Waktu IV - 11

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Skematik Diagram Daerah Irigasi yang Dilayani Oleh Waduk I-3
Sadawarna
Gambar 1.2. Daerah Layanan Waduk Sadawarna I–4
Gambar 1.3 Peta Orientasi Rencana Kegiatan Waduk Sadawarna I–6
Gambar 1.4. Tata Letak Bangunan Utama Bendungan Sadawarna I - 12
Gambar 1.5. Peta RTRW Kabupaten Subang dan Sumedang I - 14
Gambar 1.6 Situasi di Sekitar Lokasi Rencana As Bendungan Sadawarna I - 16
Gambar 1.7 Status Kepemilikan Lahan Terbebaskan I - 18
Gambar 1.8 Prosentase Luas Lahan Masyarakat yg Terendam Terhadap Luas I – 20
Total Wilayah Terendam
Gambar 1.9 Site Plan Wilayah terbebaskan untuk Genangan Waduk I - 20
Gambar 1.10 Lahan Terbebaskan untuk Waduk Sadawarna berdasakan I - 22
Administrasi
Gambar 1.11. Guna Lahan Eksisting dari Lahan yang Terkena Pembebasan I -23
Gambar 1.12 Rencana Penggantian Infrastruktur Aksesibilitas (Jalan, jembatan) I - 30
dan Rencana Relokasi Penduduk
Gambar 1. 13 Kondisi Topografi Rencana Jalan Akses Menuju Bendungan I - 43
Gambar 1.14 Lokasi Quarry dan Borrow Area dan Aksesibilitas Masyarakat I –47
Gambar 1.15. Posisi Cathment Area Waduk Sadawarna I - 73
Gambar 1.16. Potensi Erosi(ton/ha/thn) pada Kondisi Pengelolaan Buruk pada I –74
Cathment Area Waduk Sadawarna
Gambar 1.17. Potensi Erosi(ton/ha/thn) pada Kondisi Pengelolaan Baik pada I –75
Cathment Area Waduk Sadawarna
Gambar 1.18. Rencana Teknik RehabilitasiHutandan Lahan(RTK RHL) I - 76
Gambar 1.19. Diagram Ali Prakiraan Dampak Hipotetik Tahap Pra Konstruksi I –84
Gambar 1.20. Diagram Alir Prakiraan Dampak Hipotetik Tahap Konstruksi I –85
Gambar 1.21 Diagram Alir Prakiraan Dampak Hipotetik Tahap Operasional I –86
Gambar 1.22 Diagram Alir Pelingkupan I –109
Gambar 1.23 Batas Proyek I –115
Gambar 1.24 Batas Ekologis I –116
Gambar 1.25. Batas Sosial dan Administrasi I –117

xiv
Gambar 1.27. Batas Wilayah Studi AMDAL I –118
Gambar 2.1 Titik Sampling Rona Lingkungan Awal II - 4
Gambar 2.2. Peta Guna Lahan di Wilayah Studi II - 8
Gambar 2.3. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Subang II - 9
Gambar 2.4. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Sumedang II - 10
Gambar 2.5. Pembagian Fisiografi Jawa Barat II - 17
Gambar 2.6 Peta Geologi Daerah Studi dan Sekitarnya II-20
Gambar 2.7 Peta Hidrogeologi Daerah Studi II - 27
Gambar 2.8 Hidrograph DAS Cipunagara di lokasi Rencana Bendungan (Tr= II – 34
PMF)
Gambar 2.9 Hidrograph DAS Cipunagara di lokasi Rencana Bendungan (Tr= II – 35
1000)
Gambar 2.10 Hidrograph DAS Cipunagara di lokasi Rencana Bendungan (Tr=100) II – 36
Gambar2.11 Hidrograph DAS Cipunagara di lokasi Rencana Bendungan (Tr=2) II – 37
Gambar2.12. Peta Catchment Area Waduk Sadawarna II - 39
Gambar2.13 Kondisi Vegetasi Kebun Jati di Daerah Rencana Genangan dan II – 44
Sekitar Waduk Sadawarna
Gambar2.14. Kondisi Vegetasi Sawah di Daerah Rencana Genangan Waduk II – 47
Sadawarna
Gambar2.15. Kondisi Vegetasi Kebun Campuran di Daerah Rencana Genangan II – 49
Waduk Sadawarna
Gambar 2.16. Kondisi Vegetasi di Tepi Sungai Cipunagara II – 53
Gambar 2.17. Hewan Ternak di Wilayah Studi II – 56
Gambar 2.18. Pengamatan Fauna Terestrial di Wilayah Studi II – 58
Gambar 2.19. Pengambilan Sampel Plankton Benthos di Wilayah Studi II – 66
Gambar 2.20. Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon & Wienner Plankton Di II – 67
Wilayah Studi
Gambar 2.21. Pengambilan Sampling Nekton di Wilayah Studi II – 69
Gambar 3.1. Pembagian DAS Cipunagara III - 42

Gambar 3.2 Perbandingan FDC Hasil Perhitungan dan Pengamatan S. Cipunagara III – 43
di lokasi AWLR Kiara Payung
Gambar 3.3. Qrata-rata Perhitungan dan Pengamatan di AWLR Kiara Payung III – 43
Gambar 3.4 Q80 Perhitungan dan Pengamatan di AWLR Kiara Payung III – 44
Gambar 3.5. Q90 Perhitungan dan Pengamatan di AWLR Kiara Payung III – 44

xv
Gambar 4.1. Diagram Alir Dampak Penting Tahap Pra Konstruksi IV - 5
Gambar 4.2. Diagram Alir Prakiraan Dampak Hipotetik Tahap Konstruksi IV - 6
Gambar 4.3. Diagram Alir Prakiraan Dampak Potensial Tahap Operasional IV - 7

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Kesepakatan Dokumen Kerangka Acuan Rencana Kegiatan


Pembangunan Waduk Sadawarna Di Kab Sumedang Dan Subang

LAMPIRAN 2 Keputusan Pembentukan Tim Pelaksana Studi AMDAL dan Surat


Pernyataan Tenaga Ahli

LAMPIRAN 3 Dokumentasi

LAMPIRAN 4 Rencana Pengelolaan Kegiatan Pembebasan Lahan untuk Waduk


Sadawarna dan Rencana Rekayasa Sosial

LAMPIRAN 5 Resume Analisis Keamanan Bendungan

LAMPIRAN 6 Upaya Pengelolaan Lingkungan untuk Pertambangan di Quarry


dan Borrow Area (erosi, sedimentasi) dan pengelolaan stock pile
serta limbah konstruksi

LAMPIRAN 7 Sertifikat Uji Laboratorium

LAMPIRAN 8 Profil Geologi TeknikTapak Bendung dan Bangunan Pelengkapnya

xvii
DAFTAR ISTILAH

Analisis Keruntuhan Berbagai kegiatan untuk melakukan analisis terhadap simulasi apabila terjadi
Bendungan keruntuhan bendungan yang mencakup proses terjadi dan pola keruntuhannya,
sampai ke gelombang banjir yang akan mengakibatkan bencana, kehilangan jiwa dan
harta benda di daerah hilir bendungan agar dapat menentukan berbagai macam
resiko yang kemungkinan terjadi termasuk upaya pencegahannya sehingga dapat
menyusun Rencana Tindak darurat

Bangunan Pelengkap dan Bangunan atau komponennya dan fasilitas yang secara fungsional berkaitan dengan
peralatannya bendungan, antara lain berupa bangunan pelimpah, bangunan pengeluaran,
bangunan sadap utama dan konduit, pintu air dan fasilitas pembangkit tenaga listrik
yang merupakan bagian dari bendungan, termasuk semua peralatan bendungannya
Bangunan Pelimpah Bangunan pelimpah yang bertujuan untuk mengalirkan air banjir yang masuk
(Spillway) kedalam waduk agar tidak membahayakan keamanan bendungan

Bangunan pelimpah Adalah bangunan pelimpah yang dilengkapi pintu-pintu air untuk mengatur tinggi
berpintu (pelimpah muka air di waduk dan pengaliran air banjir.
berpintu, gated spillway)

Bangunan pelimpah Adalah bangunan peiimpah yang hanya difungsikan sewaktu keadaan darurat, misal
darurat (pelimpah luapan banjir melewati kapasitas pelimpah utama atau pada saat pelimpah utama
darurat, emergency tidak dapat dioperasikan baik sebagian maupun penuh.
spillway)

Bangunan pelimpah Adalah bangunan pelimpah darurat yang direncanakan dapat runtuh sendiri apabila
pembantu (pelim-pah dilalui luapan banjir tertentu yang berfungsi sebagai sarana keamanan tambahan
pembantu, fuse-plug) bagi bendungan.

Bangunan pelimpah Adalah bangunan pelimpah untuk mengalirkan debit banjir sesuai yang
utama (pelimpah utama, direncanakan, misal debit banjir 1.000 tahunan, sedang jika terjadi banjir yang lebih
main spillway) besar akan dialirkan melaiui pelimpah darurat dan atau pelimpah pembantu.

Bangunan Pengeluaran Bangunan untuk mengeluarkan air dengan bebas dari waduk untuk memenuhi
(pengeluaran, outlet berbagai macam keperluan yang antara lain untuk : pengaturan elevasi tinggi muka
structure, outlet works) air waduk, pengambilan air bagi irigasi, pengambilan air bagi penggelontoran daerah
perkotaan dan daerah daerah hilir, pengambilan air bagi pembangkitan tenaga listrik,
pengambilan air bagi penyediaan air baku dan air minum, pengambilan air bagi
penyediaan air industri, pengambilan air bagi penyediaan air perkebunan,
pengambilan air bagi keperluan operasi dan pemeliharaan waduk.

Bangunan Pengeluaran Adalah bangunan pengeluaran air yang diletakkan di bagian bawah bendungan untuk
bawah (pengeluaran mengeluarkan air guna keperluan penyediaan air di sebelah hilir pada waktu
bawah, bottom outlet) pengisian waduk pertama kalinya atau apablla terjadi keadaan darurat yang tidak
diinginkan, atau
untuk mengeluarkan lumpur (sedimen) pada tahap operasi dan pemeliharaan.

Banjir (flood) Adalah aluan yang relatif tinggi, dan tidak tertampung lagi oleh alur sungai atau
saluran.

Bendungan (Dam) Setiap penahan buatan, jenis urugan atau jenis lainnya, yang menampung air atau
dapat menampung air baik secara alamiah maupun buatan, termasuk pondasi,
bukit/tebing tumpuan serta bangunan pelengkap serta peralatannya. Dalam

xviii
pengertian ini termasuk juga bendungan limbah galian tetapi tidak termasuk
bendung dan tanggul. Dari segi konstruksi bendungan terdiri dari bendungan urugan
dan bendungan beton. Bendungan urugan terdiri dari bendungan urugan serba sama,
bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di dalam tubuh bendungan (clayore
rockfill dam, zone dam) dan bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di
muka (concrete face rockfill dam). Sedang bendungan beton terdiri dari bendungan
beton berdasar berat sendirt (concrete gravity), bendungan beton dengan penyangga
(buttress dam), bendungan beton berbentuk lengkung (cancrete arch dam),
bendungan beton berbentuk lengkung (arch dam), dan bendungan beton berbentuk
lebih dari satu lengkung (multiple arch dam).

Bendungan besar (Large Adalah a. bendungan yang tingginya lebih dari 15 m, diukur dari bagian terbawah
dam, menurut ICOLD) fondasi sampai ke puncak bendungan; b. bendungan yang tingginya antara 10 m dan
15 m dapat pula disebut bendungan besar asal memenuhi salah satu atau lebih
kriteria sebagai berikut:
1) panjang puncak bendungan tidak kurang dari 500 m; 2) kapasitas waduk yang
terbentuk tidak kurang dari 1 (satu) juta m3; 3) debit baniir maksimal yang
diperhitungkan tidak kurang dart 2.000 m3/detik; 4) bendungan menghadapi
kesulitan-kesulitan khusus pada fondasinya (bad specially difficult foundation
problems); dan 5) bendungan didesain tidak seperti biasanya (unusual design).

Curah hujan maksimum Curah hujan maksimal vang kemungkinan dapat terjadi di suatu wilayah sungai dan
boleh jadi (Probable digunakan untuk menghitung debit banjir maksimal boleh jadi.
Maximum Flood)

Daerah Aliran Sungai Adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
(DAS, DPS, Cathment anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
Area) yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batasnya di
darat merupakan pemisah topografis sedang batasnva di laut adalah sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Daerah genangan waduk Adalah permukaan genangan waduk pada ketinggian muka air normal atau full suply
(Reservoir Area) level.

Debit banjir maksimal Debit banjr maksimal yang kemungkinan dapat terjadidan digunakan untuk
boleh jadi (Probable menghitung k4pasitas debit bangunan pelimpah.
Maximum Flood, PMF)

Debit banjir rencana Adalah debit banjir maksimal dari suatu sungai, atau saluran yang besarnya dihitung
(Design Flood) berdasar kala-ulang tertentu, faktor teknis, faktor ekonomi, dan faktor non teknis
yang dianggap perlu, misalnya klasifikasi bahaya bendungan di daerah hilir.

Elevasi muka air normal Adalah elevasi muka air waduk yang dihitung berdasarkan data rata-rata debit air
(Full supply level, FSL, selama sekurang-kurangnya 30 tahun.
muka air normal, MAN)

Elevasi muka air Adalah elevasi muka air terendah sesuai desain yang apabila tercapai, maka air
terendah untuk operasi waduk tidak boleh di keluarkan untuk salah satu atau lebih keperluan tertentu.
(minimum operating
level,Mol, tinggi muka
air terendah)

Elevasi muka air tertinggi Adalah elevasi muka air tertinggi yang terjadi pada waktu terjadi debit banjir pada
(Top Water Level,TWL, kala ulang tertentu, 1.000 tahun, 10.000 tahun atau debit banjir boleh jadi (Probable
tinggi air banjir tertinggi, Maximum Flood).
permukaan air banjir
tertinggi pada waktu
banjir maksimal)

xix
Fasilitas dasar keamanan Adalah peralatan dasar yang minimal harus dipasang pada bendungan untuk
bendungan (Basic Dam memantau perilaku bendungan vang mencakup: alat untuk mengukur tekanan air
Safety Facilities, BDSF) pori, alat untuk mengukur tinggi muka air waduk, alat untuk mengukur penurunan
dan pergeseran tubuh bendungan serta bangunan pelimpah, dan alat untuk
mengukur rembesan air.

Kala-ulang (Return Adalah probabilitas kejadian disamai atau dilampauinya suatu besaran curah hajan
Period) atau debit aliran.

Kapasitas pelimpah Bila volume tampungan terlalu besar dibandingkan dengan luas DAS suatu waduk,
minimal (Minimum sehingga berdasarkan hasil perhitungan penelusuran banjir diperoleh tinggi banjir
Spillway Capacity) yang kecil atau ukuran pelimpah vang diperlukan sangat kecil, maka perlu
direncanakan dimensi pelimpah minimal dengan ukuran yang memadai untuk
menjaga kemungkinan tertutupnya aliran banjir oleh sampah dan atau tersumbatnya
oleh batang-batang pohon.

Kebocoran (Leakage) Kehilangan air tak terkendali dari waduk melalui bukaan (opening) atau retakan
ditubuh, bukit tumpuan dan atau fondasi bendungan.

Kegagalan bendungan Tidak berfungsinya bendungan sesuai dengan maksud pembangunannya yaitu a.
(Dam failure) waduk tidak dapat berfungsi untuk menampurig air sehingga tidak dapat dialirkan
melalui bangunan pengeluaran; b. bendungan dan bangunan pelengkapnva tidak bisa
mengatur debit yang keluar dari waduk ke hilir atau tidak terkendalinya pengeluaran
air dari waduk; c. bendungan dan bangunan pelengkapnya tidak bisa menyediakan
tinggi tekanan air yang cukup bagi keperiuan pembangkitan tenaga listrik.

Keruntuhan bendungan Terjadinya atau kemungkinan terjadinya keruntuhan bendungan termasuk bukit
tumpuan bendungan yang mengakibatkan mengalirnya air waduk dalam jumlah
besar atau tidak terkendalinya peningkatan jumlah air yang keluar dari waduk.

Koferdam (bendungan Bendungan sementara atau bagian dari tubuh bendungan yang yang berfungsi untuk
pengelak, cofferdam) membendung aliran sungai dan mengelakkan airnya ke saluran atau terowongan
pengelak yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga pembangunan bendungan
utama bisa dilaksanakan dalam keadaan kering.

Lintasan banjir (Flood Alur yang akan dilalui banjir jika terjadi bencana kehancuran bendungan.
Passage)

Menara pengambilan Menara pengambilan dengan beberapa buah pintu atau katup pada elevasi yang tidak
(intake tower) perlu sama.

Papan duga muka air Papan duga tinggi muka air di waduk, di atas pelimpah atau di saluran, biasanya
(Staff gauge) dibaca setiap hari.

Penampang maksimal Potongan melintang tubuh bendungan dengan ketinggian terringgi.


bendungan

Penduduk Terkena Penduduk di dalam daerah genangan banjir yang disebabkan oleh runtuhnya
Risiko bendungan dan bila tidak dipindahkan, akan berada dalam keadaan bahaya.

Penelusuran banjir (flood Proses pelacakan baniir untuk menentukan waktu kejadian, muka air tertinggi di
routing) dalam waduk, dan debit masuk dan keluar waduk melalui pelimpah secara berurutan.

Pengelolaan bendungan Pengelolaan bendungan meliputi pengoperasian, pemeliharaan pengamatan,


pemantauan, pengawasan, pemeriksaan, dan penilaian keamanan bendungan, baik
berkala maupun insidental.

Pengeluaran dasar Bangunan pengeluaran yang ditempatkan di dasar bendungan, untuk keperluan

xx
(bottom outlet, low level pengeringan, pengurasan sedimen, atau keperluan perbaikan lainnya.
outlet)

Pengendalian rembesan Berbagai konstruksi pengendalian rembesan yang berlebihan atau membahayakan
(seepage control) tubuh bukit tumpuan dan fondasi bendungan.

Pengendapan Pengendapan di dalam waduk dapat menggangu pengoperasian waduk secara


sedimentasi keseluruhan (bangunan pengambilan, penguras, dan pelimpah), sehingga perlu
(sedimentdtion, silting) diwaspadai penurunan kapasitas pelimpahnva

Penurunan (settlement) Gerakan tegak ke bawah tubuh bendungan, fondasi atau bukit tumpuan termasuk
bangunan pelengkapnya.

Perlindungan talud Perlindungan talud terhadap bahaya erosi dan atau angin, misal pelapisan dengan
(slope protection) batu kosong, pasangan batu, penanaman rumput, blok beton, dan lain-lain.

Pipa pesat (penstock) Saluran air dari waduk atau bak pelepas tekan ke gedung sentral untuk memutar
sudu-sudu turbin pada PLTA.

Rembesan bawah Rembesan melalui fondasi bendungan yang perlu diperiksa dan dipantau secara
(underseepage) berkala apakah debitnya makin lama makin membesar ataukah tidak.

Rencana Tindak Darwrat Panduan yang memberikan petunjuk tindakan darurat yang harus dilaksanakan
(RTD, emergency action dalam wilayah rawan terhadap bahaya apablla ada keruntuhan bendungan dan atau
plan, EAP) terjadinya keluaran yang melebihi kapasitas sungai.

Retakan Retakan pada tubuh bendungan yang dapat terjadi karena kekeringan, penurunan,
penyusutan, dan atau longsoran

Saluran pengelak Saluran buatan untuk keperluan pengalihan aliran sungat pada tahap pelaksana
(diversion konstruksi bendungan.
channel/canal)

Saluran tertutup Saluran tertutup di bawah tubuh bendungan seperti gorong-gorong, pipa. sipon, dan
(konduit, conduit) terowongan.

Surut cepat (rapid Adalah perlurunan elerasi muka air di waduk karena pelepasan air yang
drawdown) mengakibatkan penurunan muka air waduk secara cepat sudden drawdown) vang
dapat membahayakan stabilitas bendungan.

Tekanan pori (pore Tekanan dalam air pori dt antara butiran tanah, pasir, kerikil atau batuan.
pressure)

Terowongan (tunnel) Tetowongan tegak, mendatar atau miring baik di dalam maupun di luar tubuh
bendungan

Terowongan pengelak Untuk kepeduan pengalihan aliran sungai, pelaksanaan injeksi pada tahap
(diversion tunnel) pelaksanaan maupun inspeksi dan drainase pada tahap operasi dan pemeriharaan.

Tinggi bendungan Perbedaan tinggi antara puncak bendungan dengan elevasi terendah pada galian
menurut ICOLD fondasi bendungan.

Tinggi bendungan (SNI Adalah perbedaan tinggi antara puncak bendungan dengan elevasi dasar sungai pada
No. 1731-1989-F dan kaki hilir badan bendungan (digunakan untuk menghitung volume tampungan
Peraturan Menteri PU waduk).
No. 072/PRT /1997)

Tinggi jagaan (freeboard) Adalah perbedaan tinggi antara eievasi puncak bendungan dan eievasi muka air
normal.

xxi
Volume waduk aktif Adalah volume tampungan waduk yang terletak antara eievasi tertinggi dari volume
(active storage) waduk mati dan elevasi muka air normal waduk (FSL)

Volume waduk tidak aktif Adalah volume tampungan waduk yang terletak antara bagian terbawah dari
(in active storage) bangunan pengeluaran dan bagian terbawah dari elevasi muka air terendah untuk
operasi (MOL).

Volume waduk mati Adalah volume tampungan waduk yang terletak antara dasar sungai terdalam dan
(dead storage) baglan terbawah dari bangunan pengeluarn atau bagian bawah dari waduk aktif.

Volume waduk tambahan Adalah volume tampungan waduk yang tedetak antara elevasi tinggi muka air normal
(surcharge storage) (FSL) dan elevasi muka air tertinggi waduk (TWL)

Volume waduk total Adalah jumlah total votume tampungan waduk aktif, volume tampungan waduk tidak
(kapasitas waduk, gross aktif, dan volume tampungan waduk mati.
storage)

Waduk (reservoir) Adaiah wadah atau tampungan yang dapat menampung air, baik secara alamiah
maupun buatan karena dibangunnya bendungan.
Wilayah Sungai Adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah
aliran sungai dan atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan
2.000 km2.

xxii
DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A , Dkk “ Kondisi dan Antisipasi Keterbatasan Lahan Pertanian di P. Jawa”. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan PertaniaJalan , Bogor, 2009.
Bemmelen,1949, The Geology of Indonesia
Bibby, C., N. D. Burgess & D.A. Hill, 1993. Bird census techniques. London, Academic Press Limited.
Canter,L.W. Environmental Impact Assessment. McGraw-Hill,Inc: New York, 1996
Cooper. D, Alley F.C. 1994. Air Pollution Control: A Design Approach. Waveland Press, Inc. Illiois
Cronquist, A., 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants. Columbia University
Haris , Marvin (1980), "Chapter Two: The Epistemology of Cultural Materialism", Cultural
Materialism: The Struggle for a Science of Culture (New York, NY, USA: Random House,
1980
Press New York.
Homenuck (dalam Hadi, Sudharto P)’ Aspek Sosial dalam Amdal, Sejarah , Teori dan Metode,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta 2009 (edisi kedua)
Howes, J., D. Bakewell, dan Yus Rusila Noor, 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Wetlands
International – Indonesia Programme, Bogor
Idrus, Muhammad, Dr, “ Metode Penelitian Ilmu –ilmu Sosial (pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif) “ UII Press , Yogyakarta, 2007
Iskandar, J. and R. Kotanegara, 1992. Methodology for Biodiversity Research. Dalam Shengji, P. and
P. Sajise (eds), Regional Study on Biodiversity: Concepts, Frameworks, and Methods. Yunan:
Yunan University Press.
Kabupaten Subang dalam Angka, Biro Pusat Statistik 2012
Kabupaten Sumedang dalam Angka, Biro Pusat Statistik 2012
Kastowo, 1975, Peta Geologi Lembar Majenang, Jawa
Krisanti, M. 2006. Permasalahan Dan Strategi Pengelolan Perairan Waduk : Contoh Kasus Waduk
Jatiluhur Dan Waduk Cirata, Jawa Barat. Bagian Produktivitas Dan Lingkungan Perairan,
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor
Kecamatan Cibogo dalam Angka, 2012
Kecamatan Surian dalam Angka, 2012
Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No 32 tahun 1001 tentang Pedoman Usaha Pertambangan
Bahan Galian Golongan C.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Baku Mutu Air Limbah
Domestik

xxiii
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/XI/1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan
Kep Men ESDM no 18 th 2008 ttg Reklamasi dan Penutupan Tambang
Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No. 693.K/008/DJP/1996 tentang Pedoman
Teknis Pengendalian Erosi Pada Kegiatan Pertambangan Umum
Laporan Akhir Studi Potensi Pengembangan Air Baku di DAS Cipunegara, 2010
Laporan Akhir Rekayasa Sosial Pada Tahap Pra Konstruksi Pembangunan Waduk
Sadawarna,2011,
Laporan Akhir Review Desain Rencana Waduk Sadawarna pada Tahun 2011
Laporan Akhir Penyelidikan Geologi teknik dan Finalisasi Desain Waduk Sadawarna tahun
2012,
Laporan Akhir Studi Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali Pada
Rencana Waduk Sadawarna tahun 2012.
Lord, Gately, and Evensen, Noise Control for Engineers, Krieger, 1987
Lynch, S.J. Frank, RM.Hollsteiner, C.L.Covar, Data Gathering by Social Survey, Quezon City,
Phillipine Social Science Council, 1974.
MacArthur, R.H., and J.W. MacArthur, 1961. On Bird Spesies Diversity. Ecology
MacKinnon, J., K. Phillips , dan B. V. Balen, 1998. Panduan Lapangan Burung-burung di Sumatera,
Jawa, Bali dan Kalimantan. Jakarta: Puslitbang Biologi-LIPI
McNaughton, S.J., and L.L.Wolf, 1992. Ekologi Umum edisi kedua. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Meyerhof, G. G. 1956. "Penetration Tests and Bearing Capacity of Cohesionless Soils," Journal of
the Soil Mechanics and Foundations Divisions, American Society of Civil Engineers, Vol 82,
No. SM1
Noerjito M., & I. Maryanto .2001. Jenis-jenis Hayati yang Dilindungi Perundang-undangan
Indonesia. Cibinong: Puslitbang Biologi LIPI – The Nature Conservancy.
Odum, E, Fundamentals of Ecology, Saunders, Philadelphia, PA. 1975.
Pedoman Pengisian Waduk, Balai Keamanan Bendungan, Ditjen SDA-DPU 2002
Pedoman Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum No.010/BM/2009,
tentang Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Urugan, yang dikeluarkan oleh Bintek Ditjen SD
Air, Dept Pekerjaan Umum, 2004 ; SNI 03-6456.2-2000 Metode Pengontrolan Sungai
Selama Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Bagian 2 : Penutupan Alir Sungai dan
Bendungan Pengelak
Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Urugan, yang dikeluarkan oleh Bintek Ditjen SD,
Dept Pekerjaan Umum, 2004.,

xxiv
Pennak, R.W. 1978. Fresh-Water Invertebrates of the United States. 2nd. Ed. John Wiley and Sons,
Inc, New York.
Peraturan Pemerintah No No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Peraturan Pemerintah 81 tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Pemerintah No. 10/2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan
Peraturan Pemerintah No 24/2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan.
Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 2010 ttg Bendungan
Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Sumedang No. 1/1988 tentang K3 (Kebersihan,
Keindahan dan Ketertiban Wilayah Kabupaten sumedang)
Peraturan Daerah Kabupaten Subang No. 12 tahun 2006 tentang K3 (Kebersihan, Keindahan
dan Ketertiban Wilayah Kabupaten Subang)
Pratama, Andi Pandu. Valuasi Keamanan bendungan Cirata dengan menggunakan instrumentasi
Geoteknik, Universitas Kristen Maranatha, 2012
Rahmawaty, 2002. Pengelolaan Sumberdaya Perairan Waduk secara Optimal Dan Terpadu.
Fakultas Pertanianprogram Ilmu Kehutananuniversitas Sumatera Utara.
Ravallion, Martin, Chen, Shaohua and Sangraula, Prem, Dollar a Day Revisited (May 1, 2008).
World Bank Policy Research Working Paper Series, 2008
RSNI M-03-2002, Tata Cara Analisis Stabilitas Lereng Statik Bendungan Tipe Urugan.
RSNI M-03-2003, Tata Cara Analisis Stabilitas Lereng Bendungan Tipe Urugan Akibat Gempa.
SNI Pt T-16-2002-C tentang Pengelolaan air limbah non kakus (grey water)
SNI– 03-2398-2001 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan
SNI 19-7030-2004. Tentang Spesifikasi kompos dari sampah organik domestik.
SNI N0 03-1731-1989, tentang Keamanan Bendungan
SNI 03-6465-2000 tentang Tata Cara Pengendalian Mutu Bendungan Urugan,
SNI 03-6456.1-2000 Metode Pengontrolan Sungai selama Pelaksanaan Konstruksi Bendungan
Bagian 1 : Pengendalian Sungai selama Pelaksanaan Konstruksi Bendungan.
SNI 03-6450-1-2000 tentang Keamanan terowongan.
SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 384 Tahun 2004 tentang Pedoman
Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan
Shanaz, J., P. Jepson dan Rudyanto. 1992. Burung-burung Terancam Punah di Indonesia
[Threatened Birds Species in Indonesia]. PHPA/MoF-BirdLife International-Indonesia
Programme, Bogor
Soehartono, T., dan A. Mardiastuti. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. Japan
Interational Cooperation Agency (JICA). Jakarta
Sutherland, W. J., 1996. Ecological Census Techniques a handbook. Cambridge University Press, UK.

xxv
UNEP-WCMC., 2005. UNEP-WCMC Species Database: CITES-Listed Species. http://sea.unep-
wcmc.org/isdb/CITES/Taxonomy/country_list2.cfm. 26 Maret 2006
Wahyudin, Yudi “ Kerangka Berpikir Penggunaan Analisis Sosial Ekonomi dan Budaya dalam
Pengumpulan Data, Analisis dan Prakiraan Dampak pada Studi Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (Amdal)” Working paper disampaikan sebagai pendapat ahli
dalam mendukung Studi Amdal Pembangunan PLTG dan PLTGU serta Pipa Gas Bawah
laut di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Bogor , 12 Agustus 2012
Ward, R. C. Principles of Hydrology, McGraw-Hill, 1967
Wark, Kenneth dan Warner, Cecil F. Air Polllution, Its Origin And Control, Second edition, Harper
and Row, Publishers, new York, 1981.
Winar Irianto E, & R. W. Triweko, 2011. Eutrofikasi Waduk Dan Danau: Permasalahan, Pemodelan
Dan Upaya Pengendalian. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Air. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum.

xxvi
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Deskripsi Rencana Kegiatan

1.1.1. Latar Belakang


Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Kabupaten Subang dan Kabupaten Indramayu
saat ini dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan sosial, maka meningkat pula kebutuhan
air baku untuk domestik, dan industri. Diproyeksikan bahwa pada tahun 2035, Kabupaten
Indramayu membutuhkan 2.496 m3/dt air baku dan Kabupaten Subang membutuhkan 1.852
m3/dt. Sementara kebutuhan air irigasi di Tahun 2035 membutuhkan pengairan sebanyak 58,7
m3/dt1.
Untuk memenuhi memasok kebutuhan air di wilayah tersebut diperlukan sebuah sistem suplai
air yang meliputi Sungai Cipunegara, Sungai Cipancuh, Sungai Cilamatan, Sungai Cigadung,
Bendung Salamdarma (dari Saluran Irigasi Tarum Timur), dan rencana Waduk Sadawarna1.
Dalam sistem yang telah direncanakan tersebut, Waduk Sadawarna akan memasok tiga daerah
irigasi baru dan pasokan air baku untuk kebutuhan domestik perkotaan dan industri, dan juga
memasok waduk Cipancuh yang saat ini telah mengalami defisit air di musim kemarau
(Gambar 1.1. dan Gambar 1.2.).
Waduk Sadawarna dirancanakan dibangun dengan volume tampung air efektif 48,350 Juta m3,
digunakan langsung untuk mensuplai kebutuhan air sbb1 :
 Sebagai penyediaan air irigasi pertanian di Kecamatan Cibogo, Kecamatan Pagaden, dan
Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang ; serta Kecamatan Haurgeulis Kabupaten
Indramayu, (meliputii DI Sadawarna Kiri (+3000 ha), DI Sadawarna Kanan (+2000 ha),
DI Cikadung (+1000 ha))
 Memasok air untuk Waduk Cipancuh dari sisa buangan air irigasi (return flow). Air yang
diginakan untuk memasok Waduk Cipancuh adalah sebanyak +20% dari total pasokan
untuk DI Cikadung.

1
berdasarkan Studi Potensi Pengembangan Air Baku di DAS Cipunegara, 2010

Bab I. Pendahuluan I- 1
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Waduk Cipancuh terletak +20 km dari rencana lokasi Waduk Sadawarna. Waduk
Cipancuh terletak di Desa Situraja Blok Wadukan, Kec. Gantar, Kab Indramayu. Waduk
ini dibangun pada zaman kolonial Belanda. Luas waduk adalah 700 ha, semula mampu
menampung 13 Juta meter kubik air. Saat ini kapasitas tampung sudah berkurang
hingga 50 prosen akibat penyempitan dan pendangkalan. Daerah irigasi waduk
Cipancuh meliputi Daerah Irigasi Cipancuh dengan luas daerah irigasi 6.831 ha.
Menurut laporan Studi Potensi Pengembangan Air Baku di DAS Cipunegara, 2012,
fungsi waduk ini untuk irigasi tidak lagi berjalan optimal. Pada kondisi eksisting, untuk
memenuhi kebutuhan air irigasi, saat kemarau,petani melakukan pemompaan langsung
dari Kali Cipancuh.

 Sebagai penyediaan air baku untuk perkotaan/permukiman : Kab Subang dan


Sumedang (untuk 1,078 juta orang, meliputi Kecamatan Cibogo, Kecamatan Pagaden,
dan Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang, Kecamatan Surian Kabupaten
Sumedang), DPI Kab Indramayu (untuk 0,723 juta orang, meliputi Kecamatan
Haurgeulis Kabupaten Indramayu).
 +20% dari total pasokan untuk DI Cipancuh. Berdasarkan simulasi, pasokan air ini akan
keluar saat musim tanam kedua dan musim kemarau selanjutnya.

Teridentifikasi adanya Potensi Bendungan ini untuk dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Minihidro, tetapi belum direncanakan secara matang dalam Studi Kelayakan dan
Detailed Engineering Design sehingga tidak dimasukkan dalam ruang lingkup studi AMDAL ini.
Lokasi Waduk Sadawarna berada pada 2 (dua) wilayah, yaitu Kabupaten Sumedang dan
Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Daerah genangannya meliputi Desa Sadawarna dan
desa Desa Cibalandong Jaya, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang, serta Desa Surian, Desa
Suriamedal dan Desa Tanjung, di Kecamatan Surian di Kabupaten Sumedang. Daerah
layanannya berada di sebelah hilir lokasi bendungan yang merupakan wilayah Kabupaten
Subang dan Kabupaten Indramayu. Peta orientasi rencana kegiatan Waduk Sadawarna disajikan
pada Gambar 1.3.

1.1.2. Tujuan

Tujuan dibangunnya Waduk Sadawarna adalah :


1. Sebagai penyediaan air irigasi pertanian di DI Sadawarna Kiri (+3.000 ha), DI Sadawarna
Kanan (+2.000 ha), DI Cikadung (+1.000 ha), meliputi Kecamatan Cibogo, Kecamatan
Pagaden, dan Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang ; serta Kecamatan Haurgeulis
Kabupaten Indramayu.

Bab I. Pendahuluan I- 2
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

2. Memasok air untuk Waduk Cipancuh dari sisa buangan air irigasi (return flow) DI
Cikandung. Air yang diginakan untuk memasok Waduk Cipancuh adalah sebanyak +20%
dari total pasokan untuk DI Cipancuh.
3. Sebagai penyediaan air baku untuk perkotaan/permukiman : DPI Kab Subang (untuk 1,078
juta orang, meliputi Kecamatan Cibogo, Kecamatan Pagaden, dan Kecamatan Cipunagara
Kabupaten Subang), DPI Kab Indramayu (untuk 0,723 juta orang, meliputi Kecamatan
Haurgeulis Kabupaten Indramayu). Kecamatan Surian Kabupaten Sumedang).

Skematik Diagram Daerah Irigasi yang dilayani oleh Waduk Sadawarna disajikan pada Gambar
1.1.

Saluran Irigasi Tarum Timur Bendung Salamdarma

Waduk
DI Cilamatan
Cipancuh DI Cipancuh
Hilir 6.831 ha

Sungai Cilamatan
Sungai
Sungai Cibiuk Sungai
Cikandung Ciseuseupan

Air baku Kab Subang Air baku Kab Indramayu


1,078 juta orang 1,078 juta orang

Irigasi untuk Irigasi untuk Kecamatan


Kecamatan Haurgeulis Kabupaten
Cibogo, Indramayu
Kabupaten (DI Cikandung)
Subang 1.000 ha
(DI Sadawarna Waduk
Kiri) 3.000 ha Irigasi untuk Kecamatan
Sadawarna Pagaden, Kecamatan
Cipunagara Kabupaten
Subang
(DI Sadawarna Kanan)
2.000 ha Sungai Cipancuh
Areal layanan irigasi Waduk
Sadawarna

Sungai
Cipunegara

Gambar 1.1. Skematik Diagram Daerah Irigasi yang Dilayani Oleh Waduk Sadawarna
Sumber : Review Desain Waduk Sadawarna,2012, diolah kembali

Bab I. Pendahuluan I- 3
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 1.2. Daerah Layanan Waduk Sadawarna halaman I-4

Bab I. Pendahuluan I- 4
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

1.1.3. Status Studi AMDAL

Rencana pembangunan Waduk Sadawarna telah berlangsung cukup lama, dan telah melalui
studi-studi terdahulu. Pembangunan Waduk Sadawarna pertama kali disampaikan dalam
Laporan Studi BTA-155 tahun 1989 oleh Puslitbang Pengairan bekerja sama dengan Delf
Hydraulic. Rencana tersebut kemudian ditindaklanjuti melalui studi-studi perencanaan dan
detail desain antara lain yaitu : Perencanaan dan Detail Desain Waduk Cipunagara, Provinsi
Jawa Barat tahun 1999 – 2000, Studi Kelayakan Pembangunan Waduk Sadawarna, Desember
2004, Perencanaan Waduk Sadawarna di Kabupaten Subang tahun 2005, Kajian Teknis
Keamanan Bendungan Sadawarna di Kabupaten Subang, tahun 2006, Perencanaan Detail Tahap
II Waduk Sadawarna tahun 2007, Model Test Fisik Waduk Sadawarna tahun 2009, Studi Potensi
Pengembangan Air Baku di DAS Cipunegara, 2010,Rekayasa Sosial Pada Tahap Pra Konstruksi
Pembangunan Waduk Sadawarna,2011, Review Desain Rencana Waduk Sadawarna pada
Tahun 2011, dan Penyelidikan Geologi teknik dan Finalisasi Desain Waduk Sadawarna tahun
2012, Studi Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali Pada Rencana Waduk
Sadawarna tahun 2012.

1.1.4. Deskripsi Umum Bendungan Sadawarna

Lokasi Waduk Sadawarna berada pada 2 (dua) wilayah, yaitu Kabupaten Sumedang dan
Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Daerah genangannya meliput Desa Sadawarna dan
desa Desa Cibalandong Jaya, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang, serta Desa Surian, Desa
Suriamedal dan Desa Tanjung, di Kecamatan Surian di Kabupaten Sumedang. Daerah
layanannya berada di sebelah hilir lokasi bendungan yang merupakan wilayah Kabupaten
Subang dan Kabupaten Indramayu. Peta orientasi rencana kegiatan Waduk Sadawarna disajikan
pada Gambar 1.3.

1.1.4.1. Ringkasan Deskripsi Teknis


Spesifikasi teknis dan tata letak rencana waduk Sadawarna didasarkan pada hasil pekerjaan
Review Desain Rencana Waduk Sadawarna 2011 selengkapnya tersaji berikut ini :
1.1.4.1.a Umum
Lokasi : Perbatasan Kab Subang danSumedang
Desa terdekat : Sadawarna dan Surian
Kecamatan : Cibogo dan Surian
Kabupaten : Subang dan Sumedang
Provinsi : Jawa Barat

Bab I. Pendahuluan I- 5
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 1.3.
Peta orientasi rencana kegiatan Waduk Sadawarna halaman I-6

Bab I. Pendahuluan I- 6
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

1.1.4.1.b. Manfaat
Irigasi : +6.000 Ha di Kab Subang dan Indramayu
Air Baku : Kab Subang Sumedang, dan Indramayu
Reduksi Banjir : Dengan pengaturan muka air
Multiplier effect pariwisata : Agro Wisata dan Wisata Air
Tenaga Listrik : Tidak Ada

1.1.4.1.c. Hidrologi
Nama sungai : Cipunagara
Nama sungai induk : Cipunagara
Luas DAS : 331,58 km2
Curah Hujan Tahunan : 1.841 mm
Curah Hujan desain terbesar (PMP) : 700 mm
Debit Andalan Q-rata-rata : 19,845 m3/det
Q-80% : 5,799 m3/det
Q-90% : 3,532 m3/det
Debit Banjir Q-2 : 947,35 m3/det
Q-25 : 1.541,8 m3/det
Q-50 : 1.690,3 m3/det
Q-100 : 1.834,4 m3/det
Q-1000 : 2.318,6 m3/det
Q-PMF : 5.137,0 m3/det

1.1.4.1.d. Reservoar
Elevasi Dasar Bottom Outlet : + 58,50 m
Elevasi Muka Air Normal : + 80,00 m
Elevasi Muka Air Banjir PMF : + 84,52 m
Luas Genangan Muka Air Minimum : 29,30 Ha
Volume Tampungan Mati : 0,828 Juta m3
Volume Tampungan Normal : 49,178 Juta m3
Volume Tampungan Maximum : 72,881 Juta m3
Volume Tampungan Efektif : 48,350 Juta m3
Volume Tampungan Banjir : 24,531 Juta m3

Bab I. Pendahuluan I- 7
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

1.1.4.1.e. Bendungan Utama/Main Dam


Type : Earth Fill Dam Inti Tegak
Elevasi Crest Dam : + 87,00 m
Elevasi dasar Sungai As Dam : + 45,00 m
Elevasi Berm Hulu : + 60,00 m
Elevasi Berm Hilir : + 60,00 m
Tinggi Bendungan : 42,00 m
Slope Hulu : 1,0 : 3,0
Slope Hilir : 1,0 : 2,5
Lebar Puncak : 12,0 m
Panjang Puncak : 365,00 m

1.1.4.1..f. Bendungan Pelana ( Sadle Dam )


Type : Earth Fill Dam Inti Tegak
Elevasi Crest Dam : + 87,00 m
Elevasi Terendah As Sadle Dam : + 75,00 m
Tinggi Bendungan : 12,00 m
Slope Hulu : 1,0 : 3,0
Slope Hilir : 1,0 : 2,5
Lebar Puncak : 12,0 m
Panjang Puncak : 422,00 m

1.1.4.1.g. Sistem Pengelakan/(Diversion)


Type : Terowongan Beton
Bentuk : Persegi Panjang
Dimensi (Bersih) : 2 x (7,5 m x 6 m) m
Panjang Terowongan : 263,60 m
Slope terowongan : 0,011675
Elevasi Dasar Inlet Terowongan : + 48,00 m
Elevasi Dasar Outlet Terowongan : + 45,00 m

1.1.4.1.h. Coffer Dam Hulu


Slope Hulu Coffer Dam : 1,0 : 3,0
Slope Hilir Coffer Dam : 1,0 : 2,5
Q 50 Inflow : 1.670,2 m3/det

Bab I. Pendahuluan I- 8
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Q 50 Outflow : 1.669,0 m3/det


Elevasi Muka Air Banjir (Q50) : + 56,66 m
Elevasi Crest Coffer Dam : + 60,00 m
Lebar Crest Coffer Dam : 10,93 – 120,8 m
Panjang Crest Coffer Dam : 65,33 m

1.1.4.1.i. Coffer Dam Hilir


Slope Hulu Coffer Dam : 1,0 : 3,0
Slope Hilir Coffer Dam : 1,0 : 2,5
Q50 outflow : 1.669,0 m3/det
Elevasi Muka Air Banjir (Q50) : +49,40 m
Elevasi Crest Coffer Dam : +60,00 m
Lebar Crest Coffer Dam : 10,72 – 82,26 m
Panjang Crest Coffer Dam : 82,83 m

1.1.4.1.j. Spillway/Pelimpah)
Type : Tapal Kuda beton
Bentuk Mercu : Ogee
Panjang Pelimpah : 143,27 m
Tinggi Pelimpah dari apron : 5 m
Debit Banjir Q-PMF (outflow) : 5.082,0 m3/det
Elevasi Muka Air Normal : + 80,00 m
Elevasi MAB Q-PMF : + 84,52 m
Elevasi MAB Q-PMF : + 84,52 m
Ruang Olak Atas
- Lebar : 22,10 – 49,20 m
- Panjang : 48,00 m
- Elevasi : +70,00 m
- Selisih elevasi dari mercu pelimpah : 10 m
- Slope : 0,1
Saluran Pengarah
- Panjang : 54,72 m
- Lebar : 40 m
- Tinggi : 18,20 – 19,40 m
- Slope : 0,1

Bab I. Pendahuluan I- 9
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Saluran Transisi Atas


- Panjang : 12 m
- Lebar : 40 m
- Tinggi : 18,20 – 19,40 m
- Jari-Jari Lengkung : 100 m
- Slope : 0,1 – 0,25
Saluran Peluncur
- Panjang : 60 m
- Lebar : 40 m
- Tinggi : 11,40 m
- Slope : 0,25
Saluran Transisi Bawah
- Panjang : 24 m
- Lebar : 40 m
- Tinggi : 11,40 – 18,90 m
- Jari-Jari Lengkung : 200 m
- Slope : 0,25 – 0,50

1.1.4.1.k. Peredam Energi untuk Spillway


Type : Stilling Basin endsil tegak
Panjang Kolam Olak : 48,00 m
Debit Banjir Design Q-100 (outflow) : 1.834,40 m3/det
Lebar Kolam Olak : 40,00 m
Tinggi Dinding : 18,90 m
Elevasi Dasar Kolam Olak : 41,10 m
Elevasi Dasar Endsill : 41.10 m
Elevasi Dasar Sungai Hilir Kolam Olak : 45,00 m

1.1.4.1.l. Bottom Outlet (Ex. Diversion)


Bentuk : Terowongan Persegi Dengan Tower
Dimensi (Bersih) : 2 x (7,5 m x 6 m) m
Panjang Terowongan : 263,60 m
Elevasi Dasar Pintu Bottom Outlet : + 56,50 m
Elevasi Dasar Outlet Terowongan : + 45,00 m
Ukuran Pintu : 2,0 m x 3,0 m
Jumlah Pintu : 4 Unit
Debit Pengeluaran (Desain) : 4 x 77,00 m3/det

Bab I. Pendahuluan I- 10
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Manfaat :
- Debit Pemeliharaan Sungai : Dilakukan di musim kering
- Pengendalian muka air : Dilakukan di musim hujan

1.1.4.1.m. Intake Irigasi No-1 (kanan))


Bentuk : Terowongan Persegi Dengan Tower
Ukuran Terowongan : 2 x (3 m x 3 m)
Panjang Terowongan : 500 m
Elevasi Dasar Intake Irigasi : +60,00 m
Elevasi Dasar Outlet Terowongan : + 57,55 m
Slope Terowongan : 0,005
Debit Pengambilan (Desain) : 2 x 20,21 m3/det
Manfaat :
- Layanan Air Irigasi Jangka Pendek : 6.000 Ha
- Layanan Air Irigasi Jangka Panjang : 21.000 Ha

1.1.4.1.n. Intake Irigasi No-2 (kiri)


Bentuk : Terowongan Persegidengan Tower
Ukuran Terowongan : 2,0 m x 2,0 m
Panjang Terowongan : 200 m
Elevasi Dasar Intake Irigasi : +60,00 m
Elevasi Dasar Outlet Terowongan : + 58,77 m
Slope Terowongan : 0,005
Debit Pengambilan (Desain) : 11,60 m3/det

1.1.4.1.o. Jembatan
Fungsi : jembatan penyeberangan di atas
main spillway
Bentang : 40 meter
Ketinggian abutment : : ± 20 meter
Lebar jembatan : 6 meter

Bab I. Pendahuluan I- 11
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 1.4. Tata Letak Bangunan Utama Bendungan Sadawarna


Halman I-12

Bab I. Pendahuluan I- 12
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

1.1.4.2. Tata Letak Bangunan Utama Waduk Sadawarna

Tata letak bangungan utama waduk Sadawarna hasil dari Review Desain Waduk Sadawarna
tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 1.4.
1. Bendungan Utama (Main Dam)
Bendungan utama (Main Dam) merupakan timbunan tanah dengan inti tegak dengan
elevasi crest + 87,00 m dan lebar 12 m. Kemiringan timbunan hulu 1 : 3 dan hilir 1 : 3
dengan crest bendungan penbantu (Coffer Dam) pada elevasi + 60,00 m.
2. Pelimpah Utama (Main Spillway)
Mercu pelimpah utama bertipe Ogee dengan elevasi mercu pada + 80,00 m, bentuk
pelimpah utama berbentuk tapal kuda beton dengan panjang total pelimpah 143,27 m.

1.1.5. Lokasi Kegiatan dan Kesesuaiannya dengan Tata Ruang Setempat

Lokasi rencana Bendungan Sadawarna akan dibangun membentang Sungai Cipunagara yang
merupakan perbatasan wilayah Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Subang, Provinsi Jawa
Barat.

Daerah tangkapan air waduk (catchment area waduk) merupakan DPS Cipunagara dari
rencana As Bendungan, daerah genangan waduk hingga di hulu Sungai Cipunagara yang
terdapat di Bukit Tunggul. Luas keseluruhan catchment area Waduk Sadawarna yang
direncanakan mencapai 331,58ha. Secara administratif catchment area meliputi wilayah
Kecamatan Cisalak, Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang, dan Kecamatan Buah Dua,
Kecamatan Tanjungkerta, Kecamatan Rancakalong dan Kecamatan Tanjungsari Kabupaten
Sumedang.

Dari hasil klarifikasi Perda no. 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Jawa Barat tahun 2009 – 2019, maka diketahui bahwa rencana Waduk Sadawarna sudah
tercantum pada pasal 55 ayat 3. Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa rencana
pembangunan bendungan Sadawarna merupakan salah satu pengembangan infrastruktur
sumberdaya air.

Bab 1. Pendahuluan I - 13
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 1.5.
Peta RTRW Kab Subang sumedang Hal 1-14

Bab 1. Pendahuluan I - 14
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Sisi Barat Bendungan secara administratif


merupakan wilayah :
 Kampung : Songom
 Desa : Tanjung
 Kecamatan : Surian
 Kabupaten : Sumedang
Sisi Timur Bendungan secara administratif
merupakan wilayah :
 Kampung : Sadawarna Satu
 Desa : Sadawarna
 Kecamatan : Cibogo
Gambar 1.6. Situasi di Sekitar  Kabupaten : Subang
Lokasi Rencana As Bendungan
Sadawarna

Dari Peraturan Daerah Kabupaten Subang No 03 tahun 2014Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Subang Tahun 2011 – 2031, diketahui bahwa Rencana Pembangunan
Waduk Sadawarna sudah sesuai dengan rencana pola tata ruang yang telah digariskan dalam
RTRW tersebut (tercantum dalam pasal 21 ayat 5) (Gambar 1.5). Arahan Dari Perda
tersebut adalah Waduk Sadawarna merupakan salah satu sistem jaringan prasarana
sumberdaya airberupa waduk yang dikembangkan untuk suplai irigasi dan air baku air
minum, dan berada di Kecamatan Cibogo.

Rencana pembangunan Waduk Sadawarna sudah tercantum pula pada Peraturan Daerah
Kabupaten Sumedang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sumedang Tahun 2011 – 2031, dalam pasal 19 ayat 2, yang menyebutkan bahwa
Waduk Sadawarna merupakan salah satu pengembangan prasarana waduk dan
bendung(Gambar 1.5). Waduk Sadawarna direncanakan dalam RTRW Kab Sumedang
sebagai salah satu Sistem Jaringan Sumber Daya AirKabupaten, untuk kebutuhan air baku
bagi Kabupaten Subang, Sumedang, dan Indramayu. Sedangkan untuk keperluan irigasi
teknis, dalam materi teknis RTRW Sumedang tersebut memang tidak menyebutkan untuk
Kab Sumedang melainkan untuk wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten Indramayu.

Berdasarkan hasil klarifikasi terhadap rencana tata ruang baik di tingkat Provinsi maupun
kabupaten, maka rencana pembangunan Waduk Sadawarna telah sesuai dengan
peruntukannya baik daerah genangan maupun untuk daerah layanannya, dan akan
mendukung ketercapaian RTRW Kabupaten Subang dan Kabupaten Sumedang.

Bab 1. Pendahuluan I - 15
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

1.1.6. Tahapan Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan pembangunan Waduk Sadawarna akan melalui beberapa tahapan. Tahap
pertama, adalah tahapan pra konstruksi meliputi pembebasan lahan termasuk relokasi
penduduk, dan persiapan pembangunan proyek berupa seperti pengukuran dan survei.
Selanjutnya adalah tahap konstruksi, meliputi pembuatan akses jalan menuju as bendungan,
mobilisasi alat dan tenaga kerja konstruksi, juga pembangunan tubuh bendungan itu sendiri
serta bangunan pelengkap lainnya. Tahap terakhir adalah tahap operasional, mulai dari
pengisian awal bendungan hingga operasional dan pemeliharaan bendungan.

1.1.6.1. Tahap Pra Konstruksi


Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah survey dan pengukuran serta pembebasan
lahan yang terkena tapak proyek.

1.1.6.1.1. Survey dan Pengukuran Tapak


Pada tahap ini kegiatan survei dan pengukuran yang dilakukan antara lain survei untuk
pengukuran topografi dan penempatan tiang-tiang pancang. Survey ini akan meminta
bantuan masyarakat setempat dengan jumlah diperkirakan 10 orang.

1.1.6.1.2. Pembebasan Lahan


Pada kegiatan pengadaan tanah akan dilakukan pembebasan lahan untuk lokasi area
genangan dan area konservasi.Total luas lahan yang dibutuhkan yaitu sekitar 693,943 ha
dengan klasifikasi sebagai berikut :
- Luas lahan masyarakat sebesar 267,83 haatau 38,60% terhadap total lahan yang perlu
dibebaskan.
- Luas lahan kepemilikan lainnya sebesar 426,133 ha, atau 61,40% terhadap total lahan
yang perlu dibebaskan, yang meliputi lahan PT Dahana, lahan PT Perhutani, lahan PT Bakti
Nusa, lahan desa, tanah wakaf, dan jalan desa.
Status kepemilikan dari lahan terbebaskan disajikan pada Gambar 1.7 dan Tabel 1.1. Site
plan lahan terbebaskan untuk genangan waduk digambarkan pada Gambar 1.9.

1.1.6.1.2.a. Lahan Milik Masyarakat yang Terbebaskan


Luas dan jumlah kepala keluarga yang perlu dibebaskan meliputi 4 (empat) desa pada 2
(dua) kecamatan di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, yaitu Desa Sadawarna, Desa
Cibalandong Jaya, Kecamatan Cibogo dan 3 (tiga) desa di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa
Barat, yaitu Desa Surian, Desa Suria Medal, dan Desa Tanjung, Kecamatan Surian, seperti yang
dijelaskan pada Tabel 1.2. dan Gambar 1.8.

Bab 1. Pendahuluan I - 16
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 1.1. Status Kepemilikan Lahan Terbebaskan

No Kepemilikan Lahan Luas Lokasi Guna lahan Prosentase


(Ha ) Prosentase
1 Lahan PT Perhutani 314,436  Desa Sadawarna, Kec. Cibogo, Kab Subang Hutan
(Persero) Unit Jawa  Desa Tanjung, Kec. Surian, Kab. Sumedang produksi
Barat-Banten
 Desa Surian, Kec. Surian, Kab. Sumedang
 Desa Suryamedal, Kec. Surian, Kab. Sumedang
45,3%
2 Lahan PT Dahana 76,741  Desa Sadawarna, Kec. Cibogo, Kab Subang Kebun
campuran
(area
penyangga/
green belt) 11,1%
3 Lahan PT Bhakti Nusa 13,848  Desa Sadawarna, Kec. Cibogo, Kab Subang Kebun
campuran 2,0% 61,40%
4 Lahan Masyarakat  Desa Sadawarna, Kec. Cibogo, Kab Subang Disajikan pada
267,83  Desa Tanjung, Kec. Surian, Kab. Sumedang Tabel 1.2. 38,6% 38,60%
5 Lahan Desa/Lahan 18,25  Desa Surian, Kec. Surian, Kab. Sumedang Sawah/kebun/
Bengkok bangunan 2,6%
 Desa Suryamedal, Kec. Surian, Kab. Sumedang
6 Lahan Wakaf 1,158 Kebun/makam 0,2%
7 Jalan Desa 1,68 Jalan 0,2%
JUMLAH 693,943 100,0% 100,00%
Sumber : Studi LARAP Waduk Sadawarna, 2012, dan Hasil Observasi Lapangan, 2013

Bab 1. Pendahuluan I - 17
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Lahan Desa/Lahan Lahan Wakaf


Lahan PT Bengkok 0,2%
Bhakti Nusa 2,6% Jalan Desa
2,0% 0,2%

Lahan PT Dahana
11,1%
Lahan Masyarakat
38,6%

Lahan Perhutani
45,3%

Gambar 1.7. Status Kepemilikan Lahan Terbebaskan

Dapat dilihat bahwa untuk katagori lahan milik masyarakat, wilayah di Kabupaten Subang
memiliki prosentaseluas pembebasan lahan masyarakat lebih tinggi (80,60%). Pada wilayah
ini Desa Cibalandong Jaya di Kabupaten Subang memiliki prosentase tertinggi terhadap total
luas lahan masyarakat yang akan dibebaskan untuk tapak waduk. (58,60%), menyusul Desa
Sadawarna di Kabupaten Subang (22,00%).
Adapun bila dilihat dari prosentase jumlah Kepala keluarga yang harus direlokasi terhadap
angka total, penduduk di wilayah administrasi Kabupaten Subang memiliki prosentase
terbesar yaitu 74,15%, sementara prosentase penduduk kab Sumedang yang perlu direlokasi
sebanyak 25,86 dari total. Desa Cibalandong Jaya di Kabupaten Subang memiliki prosentase
tertinggi (59,79%), menyusul Desa Sadawarna di Kabupaten Subang (14,58%).

1.1.6.1.2.b. Guna Lahan yang Terbebaskan

Penggunaan lahan eksisting dari lahan yang terkena pembebasan tercantum pada Tabel 1.2.
dan Gambar 1.11. Dapat dilihat bahwa khusus lahan katagori milik masyarakat, 66,4%
berupa sawah, 27,9% berupa perkebunan, dan perumahan hanya 5,4%.

Sedangkan dari keseluruhan luas lahan terbebaskan, sebagian besar merupakan katagori
kebun dan hutan produksi.
Guna lahan yang terbebaskan dapat dilihat pada Gambar 1.11.

Bab 1. Pendahuluan I - 18
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Desa Tanjung,
3.27%
Desa Suriamedal,
8.12%

Desa Surian, 8.01%

Desa Cibalandong
Jaya, 58.60%
Desa Sadawarna,
22.01%

Gambar 1.8. Prosentase Luas Lahan Masyarakat yang Terendam


Terhadap Luas Total Wilayah Terendam

Tabel 1.2. Luas lahan Masyarakat Terkena Proyek Berdasarkan


Tata Guna Lahan Per Desa
Luas (Ha)
No Alamat Desa Kec Kab Total
Sawah Kebun Pekarangan
Desa Cibalandong
1 Jaya Cibogo Subang 86,87 57,44 12,62 156,93
2 Desa Sadawarna 42,01 15,79 1,15 58,95
3 Desa Surian 20,60 0,84 0 21,44
4 Desa Suriamedal Surian Sumedang 20,90 0 0,85 21,74
5 Desa Tanjung 8,09 0,66 0 8,75
Total 178,49 74,73 14,62 267,83
66,4% 27,90% 5,46% 100%
Sumber : Laporan Akhir Studi Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali
Pada Rencana Waduk Sadawarna, 2012

Bab 1. Pendahuluan I - 19
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 1.9. Site Plan Wilayah terbebaskan untuk Genangan Waduk

I-20

Bab 1. Pendahuluan I - 20
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 1.10. Lahan Terbebaskan untuk Waduk Sadawarna berdasakan I - 21


Batas Administrasi

Bab 1. Pendahuluan I - 21
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 1.3.Perkiraan Luas Lahan Milik Masyarakat dan Jumlah KK yang Terendam oleh Waduk Sadawarna

LUAS WILAYAH JUMLAH KELUARGA


% luas yg % luas yg % KK yg % KK thd
Luas lahan
terendam terendam terendam jml KK
milik
thd luas thd luas thd jml Total
masyarakat
Desa total KK Desa terendam
Luas yang Jumlah
genangan
Wilayah Terendam Jml KK yg
Kecamatan/Desa (Ha) (Ha) KK terendam
KABUPATEN SUBANG
KEC. CIBOGO
Desa Cibalandong Jaya 1270,61 156,93 12,35% 58,60% 591 470 79,53% 59,57%
Desa Sadawarna 2063,6 58,95 2,86% 22,01% 1299 115 8,85% 14,58%
SUB TOTAL KABUPATEN SUBANG 3334,21 215,88 1890 585 30,95% 74,14%
KABUPATEN SUMEDANG
KEC SURIAN
Desa Surian 143,9 21,44 14,90% 8,01% 693 56 8,08% 7,10%
Desa Suriamedal 509,8 21,74 4,26% 8,12% 312 103 33,01% 13,05%
Desa Tanjung 1540,77 8,75 0,57% 3,27% 636 45 7,08% 5,70%
SUB TOTAL KABUPATEN SUMEDANG 2194,47 51,93 1005 204 20,30% 25,86%
5528,68 267,81 2895 789
Sumber : Profil Desa, 2011, Kec, Surian Dalam Angka , 2011, Studi LARAP Waduk
Sadawarna, 2012

Bab 1. Pendahuluan I - 22
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 1.11. Guna Lahan Eksisting dari Lahan yang Terkena I - 23


Pembebasan

Bab 1. Pendahuluan I - 23
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

1.1.6.1.2.c. Bangunan Aset Publik Terkena Proyek

Aset publik yang terkena rencana proyek paling banyak terdapat di Desa Cibalandong Jaya
Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang, disampaikan pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4. Fasilitas Umum dan Sosial yang akan Dibebaskan

No Nama Fasilitas Jumlah/luas Keterangan


1 Bangunan Kantor 1 buah dengan luas Tahun pembuatan 2008, sumber
Desa Cibalandong bangunan sekitar 200 m2 pembiayaan dana pemerintah dan
Jaya swadaya masyarakat.
2 Bangunan PAUD 1 buah dengan luas Tahun pembuatan 2008, sumber
(Pendidikan Anak bangunan sekitar 40 m2 pembiayaan dana Alokasi Dana Desa
Usia Dini) (ADD).
3 Masjid Al-Fajri 1 buah dengan luas 60 m2 Tahun pembuatan 1982, sumber
pembiayaan ,swadaya masyarakat,
mesjid ini pernah mengalami perbaikan
pada tahun 2011
4 Balai Musyawarah 1 buah dengan luas Tahun pembuatan 2008, sumber
bangunan sekitar 48 m2 pembiayaan swadaya masyarakat.

5 Pemakaman Umum 1 buah dengan luas sekitar Status tanah adalah tanah wakaf
3000 m2

6 Bangunan 1 buah dengan luas Tahun pembuatan 2012, sumber


POSYANDU (Pos bangunan sekitar 35 m2 pembiayaan dana PNPM.
Pelayanan Terpadu),
7 Jembatan Cijujung 2 buah dengan lebar 5 Pembangunan jembatan ini
dan jembatan meter dilaksanakan pada tahun 2009 dengan
Cijuray (Wilayah Kab sumber pembiayaan dari swadaya
Sumedang) masyarakat dan dana PNPM.
8 Jalan Desa *) sepanjang 1,5 km s/d 2 km tahun pembuatan 2006, sumber
pembiayaan swadaya masyarakat
9 Pemandian Umum 3 unit Tahun pembuatan 2006, sumber
pembiayaan swadaya masyarakat.
dengan luas masing-masing Kondisi sekarang hanya 1 unit yang
4 m2 masih berfungsi, sedangkan sisanya
dalam kondisi rusak dan tidak terpakai.
10 Bangunan Pos Ronda 1 buah dengan luas Tahun pembuatan 2008, sumber
bangunan sekitar 4 m2 pembiayaan swadaya masyarakat

Sumber : Laporan Akhir Studi Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali pada
Rencana Waduk Sadawarna, 2012
Keterangan : ruas jalan yang terkena genangan :
1. Sebagian Jalan Desa Sadawarna – Desa Cibalandong Jaya, Kec. Cibogo, Kab Subang sepanjang
3,25 km dengan lebar 7 meter yang akan memutus hubungan antara Desa Sadawarna bagian
selatan dengan Desa Cibalandong Jaya bagian utara

2. Sebagian Jalan Desa Tanjung – Desa Suriamedal - Desa Surian, Kec. Surian, Kab Sumedang,
sepanjang 2,25 km dengan lebar 7 meter yang tergenang akan memutuskan hubungan antara
Desa Tanjung bagian selatan – Desa Suriamedal- Desa Suriamedal - Desa Surian bagian utara

Bab 1. Pendahuluan I - 24
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Kegiatan pembebasan lahan akan melalui tahapan sosialisasi kepada masyarakat di sekitar
tapak proyek dahulu, baik yang terkena dampak secara langsung maupun yang tidak.
mengenai lokasi bendungan, dan ganti rugi dan serta relokasi lahan.

1.1.6.1.2.d. Penanganan Pembebasan Lahan Masyarakat


Acuan dalam mekanisme pengadaan lahan untuk bendungan Sadawarna untuk penggantian
lahan masyarakat akan mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Prosedur penggantian lahan masyarakat dan lahan dari BUMN akan dilakukan melalui 4
tahapan inti sebagai berikut :
A. Perencanaan (penyusunan Dokumen Rencana PengadaanTanah);
B. Persiapan;
B.1. Pembentukan Tim Persiapan Pengadaan Tanah
B.2. Pendataan Awal Lokasi Rencana Pembangunan lahan untuk lahan masyarakat,
swasta, dan lahan pemerintah, termasuk administrasi pengelolaan hutan
(kelompok hutan, KPH, BKPH, RPH maupun petaknya)
B.3. Konsultasi Publik Rencana Pembangunan
B.4. Pembentukan Tim Kajian Keberatan
B.5. Penetapan Lokasi Pembangunan (tapak bendungan, lokasi relokasi berikut studi
kelayakannya)
B.6. Pengumuman Penetapan Lokasi Pembangunan
B.7. Persiapan relokasi (kajian kelayakan wilayah permukiman, infrastruktur termasuk
jalan akses pengganti, dan dokumen lingkungan)
B.8. Pembangunan lokasi relokasi
C. Pelaksanaan
C.1. Pembentukan keanggotaan pelaksanaan pengadaan tanah
C.2. Pelaksanaan penyiapan pelaksanaan pengadaan tanah
C.3. InventarisasidanIdentifikasi (termasuk Pengajuan keberatan) lahan masyarakat,
swasta, dan lahan pemerintah, termasuk administrasi pengelolaan hutan
(kelompok hutan, KPH, BKPH, RPH maupun petaknya)
C.4. Penetapan nilai ganti kerugian
C.5. Musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian
C.6. Pengajuan keberatan atas bentuk ganti kerugian
C.7. Pemberian ganti kerugian (termasuk relokasi penduduk)
c.8. Pelepasan objek pengadaan tanah

Bab 1. Pendahuluan I - 25
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

C.9. Pemutusan hubungan hukum antara pihak yang berhak dengan objek pengadaan
tanah
C.10. Pendokumentasian peta bidang, daftar nominatif dan data administrasi
pengadaantanah

D. Penyerahan Hasil.
Berupa penyerahan hasil pengadaan tanah (bidang tanah dan dokumen Pengadaan
tanah) kepada Instansi yang memerlukan tanah (pemrakarsa).

Penjelasan mengenai tahapan pembebasan lahan di atas disampaikan pada Lampiran 4


Dokumen ANDAL atau Lampiran 1 dokumen RKL-RPL.
Terkait dengan penentuan harga ganti rugi, menurut Perpres tersebut dilakukan
pertimbangan hasil penilaian jasa penilai atau penilai publik (pada tahap C.4. Penetapan Nilai
Ganti Kerugian) lalu ditindak lanjuti dengan musyawarah Penetapan Bentuk Ganti Kerugian.
Dalam kaitan ini, hasil studi Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali
(LARAP), 2012 menunjang tahap Perencanaan (tahap A) yaitu penyusunan Dokumen
Rencana Pengadaan Tanah.

1.1.6.1.2.e. Penanganan Relokasi Penduduk

Unsur –unsur penting dalam pemukiman kembali ditempuh dengan memerhatikan apsirasi
dari masyarakat yang akan dipindahkan sesuai dengan UU no 2 tahun 2012 Tentang
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, adalah Pemberian Ganti Kerugian dapat
diberikan dalam bentuk uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, kepemilikan saham atau
bentuk lain yang disetujui oleh kedua pihak.

Studi LARAP Waduk Sadawarna yang dilakukan pada Tahun 2012, diantaranya telah
menginvestigasi keinginan ganti rugi dari masyarakat. Secara umum masyarakat
menginginkan penetapan nilai ganti rugi, baik lahan maupun tegakan, melalui proses
musyawarah dengan masyarakat. Keinginan bentuk ganti rugi yang diinginkan oleh
masyarakat disajikan pada Tabel 1.5. Pada tabel tersebut dpat dilihat bahwa sebagian besar
menginginkan ganti rugi dalam bentuk uang tunai (85,92 %), sementara yang menginginkan
penggantian dengan cara diganti dengan tanah kembali hanya 0,41 %., Sisanya (13,67%)
mengharapkan dalam bentuk kombinasi antara pembayaran tunai dan tukar guling lahan.

Bab 1. Pendahuluan I - 26
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 1.5. Bentuk Ganti Rugi Yang Diinginkan Oleh Masyarakat

No Jenis Penggantian Atas Tanah Jumlah (KK) %


1 Dibayar Dgn Uang Tunai 678 85.92
2 Dibayar Tunai & Ditukar Guling 108 13.67
3 Tukar Guling, Lokasi Dekat Desa 3 0.41
Total 789 100
Sumber: Laporan Studi LARAP 2012

Hasil survai mengungkapkan mengenai keinginan penduduk yang terkena dampak


pembebasan lahan untuk berpindah ke lokasi yang tidak jauh dengan lokasi tempat tinggal
yang sekarang. Masyarakat di batas wilayah Kabupaten Subang yang menginginkan ganti rugi
dengan cara tunai merencanakan kepindahan mereka secara berkelompok ke lokasi blok
lapang Desa Cibalandong Jaya Kecamatan Cibogo. Lahan yang diinginkan masyarakat untuk
rencana pemukiman tersebut adalah merupakan lahan milik perseorangan. Sehingga dengan
uang ganti rugi yang akan diterima oleh masyarakat dapat mereka gunakan untuk membeli
lahan tersebut dan kemudian dijadikan sebagai tempat pemukiman kembali. Adapun
masyarakat di wilayah administrasi Kabupaten Sumedang belum memiliki rencana
kepindahan khusus/berkelompak seperti halnya masyarakat di Kabupaten Subang.
Sesuai dengan kepindahan yang diinginkan oleh masyarakat yaitu untuk pindah sendiri ke
daerah sekitar tempat tinggal mereka, maka pemerintah selaku pemrakarsa tetap akan
memberikan kebebasan bagi masyarakat, namun kewajiban memberikan alternatif pilihan
kepada masyarakat tetap akan dilakukan, sehingga pada proses musyawarah saat
pembebasan lahan dapat memberikan pertimbangan untuk keputusan yang diambil oleh
masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut maka pemukiman kembali penduduk yang terkena proyek secara
garis besar dapat dirumuskan dan dikembangkan dengan dua macam pola pemukiman
kembali, yaitu:
(i), pemukiman kembali secara swakarsa penduduk ke sekitar lokasi tempat tinggal mereka.
(ii) pemukiman kembali diatur pemerintah pada lokasi yang disediakan sebagai alternatif
pilihan bagi penduduk .

Sasaran Relokasi Penduduk

Dalam menentukan prioritas masyarakat yang dipertimbangkan untuk direlokasi,


pemrakarsa memiliki pandangan/perencanaan sebagai berikut (STUDI LARAP Waduk
Sadawarna, 2012):

Bab 1. Pendahuluan I - 27
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

a. Kelompok yang Memiliki Kemampuan/ Perlu Pindah Sendiri


Kelompok kepala keluarga yang dapat dianggap memiliki kemampuan pindah sendiri,
katagorinya adalah sebagai berikut :
a) Kehilangan tanah yang terkena proyek hanya sebagian, yang memungkinkan sisa
tanah tersebut masih digunakan untuk usaha yaitu masih bisa untuk dijadikan sebagai
sumber mata pencaharian dan bisa untuk dibangun rumah tempat tinggal
b) Memiliki tanah lain di lokasi lain yang tidak terkena proyek dan layak untuk dijadikan
tempat untuk rumah tempat tinggal dan tempat usaha.
c) Mengetahui dan sudah direncanakan dengan matang tempat baru/lokasi untuk
dijadikan tempat tinggal baru
d) Memiliki kapasitas untuk pindah sendiri salah satunya adalah WTP yang mendapatkan
ganti rugi tunai atas lahan dan bangunan.
e) Berada di tanah/lahan bukan hak milik yaitu di lahan milik pemerintah

b. Kelompok yang Perlu Diprioritaskan untuk Dipindahkan/ Direlokasi di Sekitar


Lokasi

Penetapan bagi WTP yang termasuk program dipindahkan kembali/relokasi adalah WTP
yang termasuk kedalam WTP yang tidak memiliki kapasitas untuk pindah sendiri, dengan
kriteria :
a) Tidak memiliki tanah diluar lokasi proyek sementara lahan serta bangunannya
terkena proyek.
b) Pilihan atas bentuk ganti rugi bukan tunai, termasuk karena pilihan sendiri atau
berdasarkan ketentuan bentuk ganti rugi atas lahan dan bangunan
c) WTP sebagai buruh Tani yang kehilangan tanah garapan

c. Kelompok yang Perlu Diprioritaskan Dipindahkan/ Direlokasi melalui program


Transmigrasi (Lokal/ Luar Provinsi)
Pemindahan WTP dengan program transmigrasi dilihat berdasarkan :
a) Tidak memiliki aspek legal status kepemilikan lahan di lokasi terbebaskan
b) Tidak mempunyai tanah diluar lokasi proyek
c) Nilai ganti rugi kecil sehingga tidak mampu untuk pindah sendiri
d) Kehilangan hak sewa lahan atau guna lahan garapan
Transmigran dibantu untuk pindah ke lokasi baru, diberikan rumah dan bantuan makanan
selama masa transisi, dilatih dan dibina bagaimana mengembangkan diri dan diberikan
bantuan fasilitas di daerah transmigrasi, seperti mendapat pinjaman, pemasaran dan
fasilitas lanjutan.

Bab 1. Pendahuluan I - 28
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Lokasi Relokasi yang Direncanakan

Berdasarkan hasil Studi LARAP Waduk Sadawarna, 2012, Sesuai dengan keinginan ganti
rugi sebagian besar penduduk berupa ganti rugi dengan uang dan mengurus kepindahan
sendiri. Untuk mendapatkan bentuk satuan permukiman yang baik maka Proyek/
Pemerintah akan membantu dalam bentuk infrastruktur dan pendampingan.
Untuk masyarakat di wilayah administrasi Kabupaten Subang, karena sudah ada informasi
bahwa masyarakat merencanakan pindah secara berkelompok ke Blok Lapang Desa
Cibalandong Jaya Kecamatan Cibogo (Gambar 1-12), maka hal ini mempermudah bagi
pemrakarsa untuk dapat mengakomodir perencanaan infrastruktur di lokasi tersebut.
Rencana lokasi relokasi penduduk khususnya yang berada di wilayah administrasi
Kabupaten Subang disajikan pada Gambar 1-12. Selanjutnya rencana tersebut akan
ditindaklanjuti dengan Studi Kelayakan dan DED tersendiri.

Sedangkan untuk masyarakat di wilayah administrasi Kabupaten Sumedang, kerana


belum ada informasi kepindahan berkelompok dari masyarakat (sementara memiliki
rencana masing-masing yang tersebar), maka perencanaan infrastruktur masih
memerlukan pembicaraan lebih lanjut dalam proses pembebasan lahan nanti dengan
memperhatikan usulan dari masyarakat. Oleh karena itu lokasi relokasi untuk masyarakat
Kabupaten Sumedang belum dapat diakomodir dalam Studi AMDAL.

Penggantian Infrastruktur
Dalam Studi LARAP, 2012, Lokasi pemukiman baru bagi masyarakat terkena dampak
pembebasan yang akan dipindahkan harus dipersiapkan dengan baik agar lokasi tersebut
nyaman untuk dihuni dengan keadaan lingkungan yang bebas dari banjir, longsor,
maupun bahaya geologi lainnya. Infrastruktur yang akan dipersipakan adalah
1. Infrastruktur aksesibilitas (Jalan, jembatan) agar lingkungan pemukiman tersebut
mempunyai aksesibilitas yang baik untuk menjangkau ke tempat pusat pelayanan
umum yaitu ke Pasar, sekolah, Kantor Desa, kantor Kecamatan, dan Puskesmas.
Rencana penggantian infrastruktur Jalan, jembatan disajikan pada Gambar 1-12.
Selanjutnya rencana tersebiut akan ditindaklanjuti dengan Studi Kelayakan dan DED.
2. Ketersediaan sumber air untuk air minum dan untuk keperluan MCK. Penyediaan air
bersih ini sedapat mungkin dapat disediakan bagi masing-masing rumah, namun jika
tidak dapat dilakukan dapat dipertimbangkan penyediaan MCK umum yang dapat
dijangkau dengan mudah.

Bab 1. Pendahuluan I - 29
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar I.12. Infrastruktur aksesibilitas (Jalan, jembatan) dan rencana relokasi penduduk

Bab 1. Pendahuluan I - 30
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

b. Luas Lahan yang Dibutuhkan untuk Pemukiman Kembali

Penduduk yang yang berasal dari Waduk Sadawarna yang akan dimukimkan kembali
secara umum adalah merupakan penduduk dari daerah genangan waduk. Dengan
demikian mereka membutuhkan lahan usaha pertanian, sehingga lahan untuk pemukiman
yang paling diperlukan mereka adalah lahan untuk rumah dan lahan pertanian/lahan
usaha.
Berdasarkan rekomendasi hasil Studi LARAP, 2012, luas rumah rata-rata yang ditempati
oleh masyarakat yang terkena proyek adalah berkisar 50 – 90 m2. Sedangkan luas lahan
yang ditempati oleh kepala keluaga yang menempati bangunan untuk usaha rata-rata
berkisar antara 40 – 50 m2. Untuk memberikan keleluasan bagi pemukim untuk dapat
mengembangkan usaha pemeliharaan ternak ayam, atau itik seperti yang dikemukan di
atas, maka diperkirakan dengan 200 m2 untuk lahan rumah dan pekarangan tiap kepala
keluarga cukup memadai, dan bagi mereka yang memiliki tempat usaha maka untuk
tempat usaha akan disediakan lahan dengan luas 60 m2 per kepala keluarga.

1.1.6.1.2.f. Strategi Pemulihan Pendapatan (Rekayasa Sosial)

Rekayasa Sosial untuk Menjamin Lapangan Kerja di Lokasi Baru


Perpindahan seseorang ke tempat yang baru tidaklah secara otomatis akan merubah
lapangan kerja seseorang. Dengan kepindahan mereka ke tempat yang baru dan kehilangan
sumber mata pencaharian pertanian karena pembebasan, ada kemungkinan masyarakat
merencanakan perubahan profesi sebelum mereka pindah. Untuk keperluan tersebut Studi
LARAP Waduk Sadawarna, 2012, telah menginvestigasi rencana masyarakat mengenai
jenis/bidang pekerjaan yang akan mereka kerjakan setelah mereka pindah di tempat yang
baru. Berdasarkan hasil studi tersebut ada diantaranya yang akan berdagang atau membuka
warung dan sebagian lagi belum ada rencana khusus, namun pada prinsipnya sebagian besar
mereka akan tetap melakukan kegiatan seperti pekerjaan mereka sebelumnya. Tetapi
bagaimanapun tetap akan ada proses penyesuaian dari tempat lama ke tempat baru. Oleh
karena itu diperlukan program yang mempermudah penyesuaian tersebut, termasuk bila
masyarakat akan mencoba lapangan pekerjaan lain yang dapat memberikan hasil. Hasil
analisis mengenai luas lahan terbebaskan mengindikasikan bahwa luas pembebasan tidak
telalu luas per kepala keluarga, sehingga bila ingin mencoba program peralihan pendapatan
yang baru, haruslah yang membutuhkan lahan sempit tetapi dapat memberikan hasil setiap
hari.

Bab 1. Pendahuluan I - 31
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Berdasarakan kriteria tersebut, manajemen usaha tani (on-farm management) dan


pengembangan manajemen pekerjaan di luar usaha tani (off –farm management) misalnya
ternak ayam atau bebek, merupakan program utama dalam pemulihan pendapatan warga
terkena proyek waduk Sadawarna. Strategi Pemulihan Pendapatan dapat dilihat pada
Lampiran 4 dokumen ANDAL atau Lampiran 1 dokumen RKL/RPL).

Rekayasa sosial di atas akan dilakukan disertai kegiatan pendampingan dari institusi yang
terkait dengan kegiatan di atas. Oleh karena itu BBWS Citarum dalam melaksanakan kegiatan
Rekayasa Sosial Bendungan, akan memprakarsai pembuatan Perjanjian Kerjasama (MoU)
dengan instansi terkait/Dinas dengan Peternakan dan Pertanian Kabupaten Subang dan
Kabupaten Sumedang, terutama untuk pembimbingan dan pendampingan usaha di atas.

Tahapan Relokasi dan Program Rekayasa Sosial yang akan ditempuh dapat dilihat lebih rinci
pada Lampiran 4 dokumen ANDAL atau Lampiran 1 dokumen RKL/RPL.

1.1.6.1.2.g. Penanganan Khusus Pengadaan dan Pembebasan Lahan yang Dikuasai oleh
BUMN (PT Dahana dan PT Perhutani(Persero) Unit Jawa Barat-Banten).

Upaya yang akan ditempuh dalam pengadaan dan pembebasan lahan yang dikuasai oleh
lembaga/instansi pemerintah yaitu lahan perkebunan di kawasan PT Dahana dan kawasan
hutan produksi di lahan PT Perhutani (Persero) Unit Jawa Barat-Banten, yang terkena
dampak rencana pembangunan Waduk Sadawarna adalah sebagai berikut :
a. Pembebasan Lahan yang Merupakan Kawasan PT Dahana
a.1. Mekanisme pembebasan lahan akan mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 71
Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum
a.2. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tersebut, dalam hal Objek
Pengadaan Tanah PT Dahana menjadi jaminan di bank, Ganti Kerugian dititipkan di
pengadilan negeri. Untuk itu Pelaksana Pengadaan Tanah membuat Berita acara
Pelepasan hak Objek Pengadaan Tanah yang dijadikan jaminan di bank atau
pemegang Hak Tanggungan lainnya, dan Pemberitahuan tentang hapusnya hak yang
disampaikan kepada pimpinan bank atau pimpinan pemegang Hak Tanggungan
lainnya dan yang bersangkutan.
b. Pembebasan Lahan yang Merupakan Kawasan PT Perhutani (Persero)
Mekanisme Penggunaan Kawasan Hutan dan Tukar Menukar Kawasan Hutan,
pengelolaan akan mengacu pada :

Bab 1. Pendahuluan I - 32
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Pembebasan lahan Hutan Produksi yang dikelola PT Perhutani (Persero) akan mengikuti
peraturan sbb :
- PP No. 60/2012 jo PP No. 10/2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan
Fungsi Kawasan Hutan
- Peraturan Menteri Kehutanan No.32/Menhut-II/2010 Tentang Tukar Menukar
Kawasan Hutan,
- Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 41/Menhut -II/2012,
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.32/Menhut-II/2010
Tentang Tukar Menukar Kawasan Hutan
- Peraturan Menteri Kehutanan No 27 tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.32/Menhut-II/2010 Tentang Tukar
Menukar Kawasan Hutan.

Tukar menukar kawasan hutan dilakukan berdasarkan permohonan yang diajukan oleh
Menteri Pekerjan Umum kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan
melampirkan persyaratan administrasi dalam permohona izin akan ditempuh yaitu :
a. Surat permohonan yang dilampiri dengan peta lokasi kawasan hutan yang dimohon
dan peta usulan lahan pengganti pada peta dasar dengan skala minimal 1:100.000;
b. Izin lokasi dari bupati/walikota/gubernur sesuai kewenangannya;
c. Rekomendasi gubernur atau bupati/walikota, dilampiri peta kawasan hutan yang
dimohon dan usulan lahan pengganti pada peta dasar dengan skala minimal 1
:100.000; dengan memperhatikan pertimbangan teknis Kepala Dinas Provinsi
dan/atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota.
d. Pernyataan untuk tidak mengalihkan kawasan hutan yang dimohon kepada pihak
lain dan kesanggupan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan dalam bentuk surat pernyataan tersendiri (sebagai pemohon
Pemerintah)
Pertimbangan teknis Kepala Dinas Provinsi dan/atau Kepala Dinas
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada poin b di atas memuat :
a. Status dan fungsi kawasan hutan yang dimohon dan status usulan lahan pengganti;
b. Informasi apakah kawasan hutan yang dimohon berupa HP dan/atau HPT dibebani
atau tidak dibebani izin penggunaan kawasan hutan, izin pemanfaatan hutan,
persetujuan prinsip tukar menukar kawasan hutan, atau bukan merupakan KHDTK.
Bila sedang dibebani izin di atas maka rekomendasi tidak akan diberikan.
Permohonan tersebut akan dilengkapi juga persyaratan teknis sebagai berikut :

Bab 1. Pendahuluan I - 33
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

a. proposal, rencana teknis atau rencana induk termasuk rencana lahan pengganti
dan reboisasi/penanaman.
b. pertimbangan teknis dari Direktur Utama Perusahaan Umum Perhutani untuk
kawasan hutan yang merupakan wilayah kerja Perusahaan Umum Perhutani.
c. hasil penafsiran citra satelit 2 (dua) tahun terakhir dan usulan lahan pengganti
atas kawasan hutan yang dimohon dijamin kebenarannya dengan surat pernyataan
dari pemohon.
Bila berdasarkan hasil penelaahan yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan ternyata memenuhi syarat, maka Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan membentuk Tim Terpadu dan Sekretaris Jenderal atas nama Menteri
membentuk Tim Tukar Menukar Kawasan Hutan, yang akan melakukan penelitian dan
menyampaikan hasil penelitian dan rekomendasi kepada Menteri, dengan tata cara
dan mekanisme kerja serta pembiayaan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Setelah menerima rekomendasi dari Tim Terpadu, Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan menerbitkan putusan terhadap dpersetujuan prinsip dilaksanakannya Tukar
Menukar Kawasan Hutan, yang diberikan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun
sejak diterbitkan dan dapat diperpanjang paling banyak 2 (dua) kali masing-masing untuk
jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
Persetujuan prinsip tukar menukar kawasan hutan memuat kewajiban bagi pemohon
untuk:
a. Menyelesaikan clear and clean2 untuk usulan lahan pengganti
b. Membuat dan menyerahkan pernyataan berbentuk akta notaris berisi
kesanggupan untuk:
1. Menanggung biaya tata batas terhadap kawasan hutan yang disetujui dan Lahan
pengganti yang diusulkan;
2. Menyediakan biaya dan melaksanakan reboisasi serta pemeliharaan tanaman
Terhadap lahan pengganti;
3. Menyerahkan garansi bank dari Bank Pemerintah sebagai jaminan biaya
4. Pelaksanaan reboisasi dan pemeliharaannya sesuai dengan ketentuan

2 Clear and clean akan memenuhi ketentuan:


a. terhadap tanah-tanah hak untuk usulan lahan pengganti, baik yang terdaftar
maupun yang belum terdaftar, dilakukan pelepasan hak dengan memberikan
ganti rugi;
b. terhadap tanah-tanah hak untuk usulan lahan pengganti yang sudah terdaftar
dilakukan pencoretan di buku tanah dan sertifikatnya; dan
c. terhadap tanah-tanah hak usulan lahan pengganti yang belum terdaftar (leter
c/girik) dilakukan pencoretan di buku dan peta desa, serta harus ada keterangan dari instansi
pertanahan kabupaten/kota yang menyatakan bahwa lahan tersebut belum terdaftar.

Bab 1. Pendahuluan I - 34
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

5. Peraturan perundang-undangan kecuali pemohon Pemerintah dan/atau


pemerintah daerah; dan
6. Membayar nilai tegakan dan pungutan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) atas
hutan tanaman atau PSDH dan Dana Reboisasi (DR) atas hutan alam atas kawasan
hutan yang dimohon sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Menyerahkan surat jaminan berbentuk akta notaris yang berisi bahwa apabila di
kemudian hari usulan lahan pengganti terdapat cacat tersembunyi bersedia untuk
mengganti lahan pengganti
d. Menandatangani Berita Acara Tukar Menukar (BATM) kawasan hutan.

Berdasarkan Berita Acara Tukar Menukar (BATM) kawasan hutan, Direktur Jenderal di
Kemen LH dan Kehutanan yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang planologi
kehutanan, dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja menyampaikan
usulan penerbitan Keputusan Menteri LH dan kehutanan tentang Penunjukan Usulan
Lahan Pengganti sebagai kawasan hutan dan peta lampiran setelah dilakukannya kajian
hukum oleh Sekretaris Jenderal.

Setelah ditandatanganinya BATM maka Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat selaku pemrakarsa akan melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Meninventarisasi nilai tegakan dilekukan dengan berkoordinasi dengan Kepala Dinas
Provinsi/Kepala Dinas Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya dan/atau Direktur
Utama Perum Perhutani, karena kawasan hutan yang dimohon berada pada wilayah
kerja Perum Perhutani.
Berdasarkan hasil inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kementrerian
Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat akan membayar nilai ganti rugi tegakan di lahan
PT Perhutani (Persero).
2. Melaksanakan tata batas kawasan hutan yang berasal dari lahan pengganti.
3. Terhadap kawasan hutan yang berasal dari lahan pengganti yang telah ditata batas,
melalui koordinasi dengan kemnetrian LH dan Kehutanan, akan dilakukan kegiatan
reboisasi.

1.1.6.1.2.h. Penanganan Khusus Pembebasan Lahan milik Desa


Upaya yang akan ditempuh dalam pengadaan dan pembebasan lahan Desa (lahan bengkok)
adalah sebagai berikut :

Bab 1. Pendahuluan I - 35
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

a. Satker BBWS Citarum melakukan koordinasi dengan pihak Gubernur, Kabupaten,


Kecamatan, dan Desa dengan mengirim surat kepada masing-masing institusi tersebut
dengan dilengkapi peta rencana pembebasan lahan pembangunan Waduk Sadawarna.
b. Melakukan musyawarah pihak Kabupaten, Kecamatan, dan Desa untuk merumuskan
prosedur pembebasan lahan dan relokasi yang akan dilakukan. Mekanisme yang
digunakan mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa. Tercantum dalam Pasal 15 peraturan tersebut
bahwa pelepasan hak kepemilikan tanah desa dimungkinkan apabila hal tersebut
ditujukan untuk kepentingan umum. Pelepasan hak kepemilikan tanah desa dilakukan
setelah mendapat ganti rugi sesuai harga yang menguntungkan desa dengan
memperhatikan pertimbangan dari jasa konsultan yang independen (penilaian jasa
penilaiataupenilaipublik), dan akan digunakan untuk membeli tanah lain yang lebih
baik dan berlokasi di Desa setempat.
c. Setelah mendapat kesepakatan dari hasil musyawarah serta inventasisasi asset,
pelepasan hak kepemilikan tanah desa tersebut akan ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa, yang akan diterbitkan setelah mendapat persetujuan BPD dan mendapat
ijin tertulis dari Bupati/Walikota dan Gubernur.

1.1.6.2. Tahap Konstruksi


Rencana pelaksanaan konstruksi dipersiapkan sedemikian rupa, agar diperoleh suatu
urutan-urutan pelaksanaan yang efektif dan efisien dan pelaksanaan konstruksi antara
masing-masing komponen yang tidak saling mengganggu. Sosialisasi/konsultasi publik
akan disampaikan oleh kontraktor kepada masyarakat melalui koordinasi dengan
pemerintah setempat, untuk menjelaskan tahapan pekerjaan, dampak, serta pengelolaan
dampak yang akan dilakukan selama pelaksanaan konstruksi bendungan. Dalam
kesempatan sosialisasi tersebut akan disampaikan pula kebutuhan tenaga kerja dan
prioritas kesempatan kerja yang diberikan untuk masyarakat sekitar serta kompetensi
tenaga kerja yang dibutuhkan.
Urutan pelaksanaan kontruksi Bendungan Sadawarna adalah sebagai berikut :
1. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
2. Pembuatan basecamp, pool-pool kendaraan dan alat berat, bengkel dan stockpile.
3. Mobilisasi alat dan material konstruksi
4. Pembuatan jalan-jalan akses baru :
a. untuk pembangunan saluran pengelak
b. Untuk pembangunan bendungan utama dan pembuatan bangunan pelengkap
permanen, seperti banguna pelimpah banjir, bangunan penyadap

Bab 1. Pendahuluan I - 36
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

5. Pembuatan bangunan pengelak (terowongan pengelak serta coffer dam hilir dan hulu )
6. Pengoperasian bangunan pengelak
7. Persiapan material (penggalian bahan tanah, pasir dan kerikil dan penggalian batu
(borrow dan quarries).
8. Konstruksi bendungan utama :
a. Penggalian-penggalian pondasi bendungan dan pekerjaan –pekerjaan perbaikan
pondasi tersebut.
b. Penimbunan tubuh bendungan utama
c. pembuatan bangunan pelengkap permanen, (bangunan pelimpah banjir dan
bangunan penyadap/intake).

1.1.6.2.1. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi


Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembangunan Waduk Sadawarna sebagian besar adalah
tenaga kasar, dan sisanya merupakan tenaga terampil. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
kegiatan konstruksi ialah tenaga kerja yang memenuhi persyaratan, dan diprioritaskan dari
penduduk setempat. Perekrutan tenaga kerja lokal dilakukan melalui koordinasi dengan
aparat kecamatan dan desa setempat. Jenis keahlian dan jumlah pekerja yang dibutuhkan
dapat dilihat pada Tabel 1.6.
Tenaga kerja yang akan mendukung pelaksanaan konstruksi, akan direkrut oleh kontraktor
pelaksana pekerjaan dari masyarakat sekitar, baik masyarakat Kabupaten Subang maupun
masyarakat dari Kabupaten Sumedang.

Tabel 1.6. Proyeksi Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja Konstruksi Pembangunan
Waduk Sadawarna
Jumlah Pendidikan Domisili
No. Uraian SMP- Tempo-
Orang S1 D3 SMA Lokal
SD rer
1 Project Manager 1 1 - - - 1
2 Staff Adm Dan Keuangan 3 1 1 1 - 3
3 Logistik 4 - 1 2 - 4
4 Security 4 - - 1 3 4
5 Office Boy 3 - - - 3 3
6 Site Engineer 1 1 - - - 1
7 Staff Engineer 7 7 - - - 7
8 Staff Lapangan 8 1 4 3 - 8
9 Pelaksana 20 - 8 12 - 20
10 Surveyor 4 - 2 2 - 4
11 Mandor 24 - 8 16 - 24
12 Operator Alat Berat 23 - - 18 5 23
13 Asisten Operator Alat Berat 23 - - - 23 23
14 Mekanik 4 - 2 2 - 4

Bab 1. Pendahuluan I - 37
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Jumlah Pendidikan Domisili


No. Uraian SMP- Tempo-
Orang S1 D3 SMA Lokal
SD rer
15 Tukang 70 - - 30 40 30 40
16 Pekerja 140 - - - 140 140
17 Driver 45 - - 30 15 45
18 Kernek 45 - - - 45 45
jumlah 429 11 26 117 274 148 281
PROSENTASE 34% 66%
Sumber : Review Desain Bendungan Sadawarna, 2011, diolah kembali
Keterangan : Dari tenaga kerja yang dibutuhkan 429 orang, diharapkan sebesar 281 orang (66%)
berasal dari tenaga kerja lokal.

1.1.6.2.2. Aktivitas Kantor Lapangan dan Base Camp

Basecamp merupakan fasilitas kerja yang dibangun khusus untuk pelaksanaan proyek guna
mendukung efektivitas pelaksanaan pekerjaan. Lokasi basecamp akan dibangun di sekitar
tapak proyek. Kegiatandi basecamp antara lain terdiri dari:
 Kegiatan manajemen proyek di Kantor Proyek,
 Kegiatan domestik para pekerja proyek di barak kerja,
 Pengelolaan material/bahan di stock pile,
 Penyiapan material/bahan konstruksi (lokasi stone cruiser, casting yard),
 Pemeliharaan alat berat (bengkel),
 Pengelolaan peralatan kerja (gudang),
 Lahan parkir kendaraan proyek.
Layanan dasarP3K akan disediakan untuk seluruh pekerja juga fasilitasdarurat untuk
keadaankecelakaandaruratyangberkaitandenganpekerjaantermasukperalatanmedisyangsesu
ai untukstaf,jenis operasional, dan tingkatperawatan yangakan dibutuhkan.Pengelolaan
material/bahan di stock pile disajikanpada Lampiran 6.

1.1.6.2.3. Mobilisasi Alat Berat dan Material Konstruksi


Alat berat untuk pembangunan Bendungan Sadawarna akan didatangkan dari luar lokasi
proyek. Jenis dan jumlah alat berat yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.7.
Kuantitas material tanah, pasir, dan batu yang dibutuhkan untuk pembangunan Bendungan
Sadawarna dapat dilihat pada Tabel 1.8.
Lokasi Jalan Akses Kendaraan Pengangkut Material yang Melintasi Rumah Penduduk beserta
Rekapitulasi Ritasi Per Hari dapat dilihat pada Tabel 1.9.

Bab 1. Pendahuluan I - 38
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 1.7. Jenis, Jumlah dan Nama Alat Berat yang Digunakan dalam
Pembangunan Waduk Sadawarna
No. Jenis Alat Kapasitas Jumlah Alat Asal Alat Berat
1 Exavator 0.8 m³ 6 Bandung
2 Buldozer 100 - 150 HP 5 Bandung
3 Grader 100 HP (5m²) 2 Bandung
4 Wheel Loader 2.1 m³ 3 Bandung
5 Dump Truck 5 Ton 45 Bandung
6 Pompa Air 10 PK 3 Bandung
7 Generator Diesel 80 KVA 3 Bandung
8 Vibro Roller 18 - 200 Ton 3 Bandung
9 Tendem Roller 6 - 8 Ton 3 Bandung
10 Tire Roller 8 - 10 Ton 3 Bandung
11 Concrete Mixer 0.8 m³ 60 Bandung
12 Stampler 1 Ton 5 Subang/Sumedang
13 Concrete Pump 10 m³/Jam 2 Bandung
Sumber : diolah dari Laporan Bill of Quantity Penyelidikan Geologi Teknik dan Finalisasi Desain Waduk
Sadawarna,

Mobilisasi material bangunan ke lokasi proyek yaitu batu split, pasir, semen, besi dan kayu
berasal dari luar lokasi proyek. Bahan bangunan untuk tahap konstruksi akan diperoleh dari
pemasok lokal atau daerah sekitar, yang berdekatan dengan lokasi kegiatan.
Pengangkutan material tersebut akan menggunakan dump truk kapasitas 5 m3 dari quarry
dan borrow area sampai ke jalan akses ke tapak bendungan yang akan dibuat khusus.
Sedangkan pengangkutan alat berat, akan menggunakan truk melalui jalan Provinsi Subang-
Palimanan, jalan desa dan jalan akses. Penyimpanan bahan-bahan tersebut ditempatkan pada
gudang sementara.

1.1.6.2.4. Pembangunan Jalan Akses Baru

Jalan akses (access road), selanjutnya akan digunakan selama kegiatan konstruksi untuk
pengangkutan bahan-bahan dari tempat penggalian dan atau tempat didatangkannya
material menuju ke lokasi bendungan, dan bangunan pelengkapnya, yang terdiri dari :
a. Jalan akses untuk pembangunan saluran pengelak
Jalan akses akan dibangun di sisi sungai Cipunegara di bagian barat . Akses masuk
dari Dusun Songgom, sampai ke tapak membuatan terowongan pengelak di bagian
hilir sisi barat rencana bendungan.
b. Jalan akses untuk pembangunan bendungan utama dan pembuatan bangunan
pelengkap permanen, seperti banguna pelimpah banjir, bangunan penyadap

Bab 1. Pendahuluan I - 39
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 1.8. Volume Material Tanah Timbunan, Pasir, Kerikil dan Batu Bouldersyang Dibutuhkan Dalam Pembangunan Waduk Sadawarna
JENIS KEGIATAN BATU KALI PASIR PASIR BETON SEMEN BESI SPLIT TANAH URUG RIP RAP (Batu
Kali)
volume Total volume Total volume Total volume Total volume Total volume Total volume Total volume Total
(m³) Ritasi *) (m³) Ritasi *) (m³) Ritasi *) (zak) Ritasi *) (m³) Ritasi (m³) Ritasi *) (m³) Ritasi *) (m³) Ritasi *)
*)
I TUBUH BENDUNGAN
Gali timbun kembali 573.879 114.775
Timbunan tanah random 806.534 161.306
Timbunan tanah inti 210.906 42.189
pasangan batu kosong (rip rap) 18.318 3.663
pasir (filter) 44.982 8.966
Pasangan beton 6.652 1.330 106.430 1.065 1.862.560 373 10.653 2.129
Rabat beton 289 58 2.415 25 338 68
Pasanganbatu kali 2.292 458 855 191 7.640 77
Aanstamping 2.698 539

II BENGUNAN PENGELAK
1 Beton K 225 7.691 1.539 123.064 1.231 2.153.620 431 12.306 2.462
2 Beton Pengisi 532 107 6.212 63 621 125
III BANGUNAN PENGAMBILAN KANAN
1 Beton K 225 3.306 662 52.896 529 925.680 185 5.289 1.058
IV BANGUNAN PENGAMBILAN KIRI
1 Beton K 225 560 112 8.949 90 156.529 32 895 179
v BANGUNAN PELIMPAH UTAMA
1 Beton K 225 20.005 4.001 320.088 3.200 5.601.540 1.121 32.008 6.402
2 Lantai kerja (1:3:5) 3.927 786 47.130 472 314.200 63 6.284 1.257
Pasangan baru 7.672 1.535 3.836 768 25.576 256
Gali timbun 22.678 4.536
Timbunan pada hilir 96 20
Pekerjaan jembatan (L=40 m, 640 128 384 77 81 17 1.296 13 18.060 4 129 26
B=8m)
VI BANGUNAN PELIMPAH DARURAT
Beton K 225 1.127 226 18.040 181 315.700 64 1.804 361
Pasangan baru 3.687 738 1.536 308 12.292 123
Gali timbun 22.678 4.536
Timbunan pada hilir 96 20
VII ACCESS ROAD (P= 300 m, L = 8
m)
Lapisan sirtu (t = 25 cm) 600 120
Lapisan batu belah (t=7 cm) 576 116
Lapisan sub base coarse (t 7 cm) 168 34
Lapisan sub base coarse (t 3 cm) 72 15
JUMLAH 17.565 3.514 51.593 10.310 44.770 8.958 732.028 7.325 11.347.889 2.273 70.567 14.116 1.636.867 327.382 18.318 3.663

Sumber: Hasil analisa RAB dan BOQ pada Laporan Review Design Rencana Waduk Sadawarna, 2011
Keterangan : *) kendaraan dengan truk 5 m3

Bab 1. Pendahuluan I - 40
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 1.9. Lokasi Jalan Akses Kendaraan Pengangkut Material yang


Melintasi Rumah Penduduk beserta Rekapitulasi Ritasi Per Hari

Panjang/ Jumlah Keterangan


No
Ruas Jalan Jenis Alat/material yang diangkut Kualitas ritasi per
Segmen
jalan hari*)
Segmen Lokasi Quarry pasir dan 2 km. 224 ritasi +1 km permukiman
1 Batu/borrow area 1 - Jalan Jalan sebagian penduduk, 1 km
Jalan akses pengangkutan :
Dusun Songom, Desa Tanjung batu dan 50% perkebunan campuran
 batu kali, pasir beton, split, rip rap
Kec. Surian , Kab Sumedang – sebagian
(Dari Sungai Cipunegara)
Jalan akses baru langsung ke as sudah
 tanah urug dari borrow area 1,
bendungan beraspal. 50%
kondisirusak
Segmen Lokasi borrow area 2– Jalan PT 2 km. 190 (dari Jalan milik PT Dahana.
Jalan akses pengangkutan :
2 Dahana di Dusun Dukuh satu, Jalan borrow +300 meter
 tanah urug dari borrow area 1 ,
Desa Sadawarna, Kec. Cobogo, perkerasan area 2) + bersinggungan dengan
 alat berat , dan material dari luar
Kab Subang - Jalan akses baru batu/pasir, 11 (dari permukiman penduduk,
(besi,semen) yang bersumber dari
langsung ke as bendungan 20% sudah segmen 3) 1,7 km perkebunan milik
luar wilayah studi
beraspal, = 201 PT Dahana.
(Bandung/Cirebon)
80% ritasi
Kondisi rusak
Segmen Jalan Subang-Cikamurang (atau Jl Jalan akses pengangkut : Jalan aspal 11 ritasi Jalan kolektor. Guna lahan
3 Raya Subang-Tomo) – ke segmen  alat berat , dan material dari luar kelas 1 samping terdapat
2 – ke Jalan akses baru ke as (besi,semen) yang bersumber dari kondisi baik permukiman penduduk,
bendungan luar wilayah studi sawah, lahan kosong, dan
(Bandung/Cirebon) perkebunan campuran

Sumber : Hasil Survei dan Analisa, 2013.


*)Jumlah ritasi total dianglkut menggunakan truk 5 m3, dibagi 2,5 tahun

Bab 1. Pendahuluan I - 41
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Jalan akses (access road) akan dibangun dari kedua sisi bendungan sepanjang  3.000meter,
yang terdiri dari :
 Jalan masuk dari jalan Desa Sadawarna menuju lokasi bendungan Sadawarna sepanjang
1.640 m dengan lebar 6 meter. Jalan akses tersebut direncanakan akan berpotongan
dengan jalan eksisting yaitu Jalan Dusun Sadawarna di Desa Sadawarna, Kab Subang.
Lokasi rencana Jalan akses ini di eksisting berada di atas lahan PT Dahana.
 Jalan masuk ke lokasi bendungan ke jalan kampung Songom sepanjang 1.360 m dengan
lebar 6 meter. Jalan akses tersebut akan berpotongan dengan jalan eksisting yaitu Jalan
Dusun Songgom, Desa Tanjung, Kab Sumedang. Lokasi rencana Jalan akses ini di eksisting
berada di atas Lahan Perhutani.

Jalan akases baru yang akan dibuat ini akan dipakai pada saat konstruksi Bendungan
Sadawarna dan pada tahap operasional akan difungsikan sebagai jalan akses untuk
penduduk yang menghubungkan Desa Tanjung dngan Desa Sadawarna.

Kondisi topografi rencana jalan akses menuju bendungan berada pada kemirigan lereng yang
landai, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.13.

Volume material yang dibutuhkan dari kegiatan pembangunan jalan akses baru ini sudah
termasuk pada volume yang ditunjukan pada Tabel 1.8.

Pembuatan jalan akses baru akan diawali dengan pematangan lahan, berupa pembersihan
vegetasi, pengupasan lahan dan pengurugan tanah. Sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
terlebih dulu lokasi dibersihkan dari pepohonan. Pekerjaan ini disebut grubbing. Setelah
dibersihkan lalu disingkirkan keluar lokasi tapak kegiatan konstruksi. Kegiatan lainnya adalah
pengupasan lapisan tanah permukaan. Tanah hasil pengupasan akan ditempatkan ke
lokasi-lokasi yang rendah atau ke spoilarea.
Dalam melaksanakan pekerjaan pembuatan jalan akses, pengelolaan terhadap dampak-dampak
yang berpotensi timbul akan akan mengacu kepada Pedoman Direktorat Jenderal Bina Marga,
Departeman Pekerjaan Umum No.010/BM/2009, tentang Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan.

Bab 1. Pendahuluan I - 42
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 1.13. Kondisi Topografi Rencana Jalan Akses Menuju Bendungan hal II-43

Bab 1. Pendahuluan I - 43
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

1.1.6.2.5. Konstruksi Terowongan Pengelak

Pengelak dimaksudkan untuk mengalihkan air sungai pada saat pembangunan tubuh
bendungan utama, sehingga memudahkan pelaksanaan pembangunan bendungan, karena
dilakukan dalam kondisi aliran kering, fungsi bangunan ini juga merupakan pengelolaan
terhadap dampak penurunan kualitas air sungai selama perioda konstruksi. Fasilitas
pengelakan dibuat dengan memindahkan aliran sungai di hulu rencana bendungan utama
melalui terowongan, menuju hilir rencana bendungan utama. Pada prinsipnya bangunan
pengelak untuk suatu bendungan, terdiri dari (1) bendung pembantu (cofferdam) (2)
terowongan pengelak.
Konstruksi dan pengoperasian bendungan pengelak akan berpedoman kepada SNI 03-6456.1-
2000 tentang Metode Pengontrolan Sungai Selama Pelaksanaan Konstruksi Bendungan ;
Bagian 1 Pengendalian Sungai selama Pelaksanaan Konstruksi Bendungan, dan Bagian 2 :
Penutupan Alir Sungai dan Bendungan Pengelak. Pedoman ini menjadi acuan untuk metode
pengontrolan sungai selama pelaksanaan bendungan untuk memberikan ruangan kerja yang
bebas dari air dan aman terhadap banjir. Metode ini mencakup penutupan alur sungai dan tipe-
tipe bendungan pengelak yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi dan pengoperasiannya

a. Konstruksi Terowongan Pengelakan


Dalam pembuatan bangunan pengelak, pembuatan terowongan pengelak dilaksanakan
terlebih dahulu. Diamater pipa terowongan pengelak ditetapkan dengan pertimbangan
perhitungan untuk menampung debit maksimum banjir Q50 tahunan. Desain dilakukan
mempertimbangkan pedoman SNI-03-3412-1994 tentang Penghitungan Debit Sungai Harian
Berdasarkan Tinggi Muka Air dan Lengkung Debit. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
terowongan yang diperlukan berjumlah 2 buah yang masing-masing berdimensi 7,5 m x 6 m
dengan panjang terowongan 263,60 meter. Elevasi Dasar Inlet terowongan yang ditempatkan
di samping cofferdam hulu adalah +48 m, sedangkan eevasi Dasar outlet terowongan yang
ditempatkan di samping cofferdam hilir adalah + 45 m. Spesifikasi yang akan dilakukan dalam
pembuatan bendung pembantu (Cofferdam)dan terowongan pengelakan adalah seperti yang
telah disajikan pada sub bab 2.1.2.1.i. Konstruksi terowongan pengelak dilaksankan melalui
penggalian terowongan dan menghasilkan buangan berupa material hasil penggalian
terowongan. Selanjutnya material tersebut akan dipergunakan sebagai bahan timbunan
tubuh bendungan, setelah terlebih dahulu melakukan uji ulang kembali dahulu
kelayakannyasebagai material konstruksi.

Bab 1. Pendahuluan I - 44
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 1.10. Daftar Prosedur Kesehatan dan Keselataman Kerja (K3) untuk Konstruksi
Terowongan pada Bendungan
No Hal yang Diatur Unsur K3 yang Diatur
1 PEKERJAAN  Ketentuan Umum
TEROWONGAN  Penerangan Keadaan Darurat
 Peledakan di Dalam Terowongan
 Transportasi Hasil Peledakan Keluar Terowongan
 Kesehatan Lingkungan di dalam Terowongan
 Galian Terowongan
 Disain Penyangga dan Pemasangannya
 Pengontrol Debu di dalam Terowongan
 Ijin Melaksanakan (Clearance)
Sumber : SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 384 Tahun 2004Tentang
Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi
Bendungan

b. Bendung Pembantu (cofferdam)


Bendung pembantu benrfungsi meninggikan air sehingga menghalangi aliran agar tidak
menuju ke tapak rencana konstruiksi bendungan utama, melainkan dialihkan ke saluran
pengarah menuju terowongan pengelak. Bendung pembantu akan dibuat 2 (dua) buah yaitu
Cofferdam Hulu (di bagian hulu rencana bendungan utama) dan Cofferdam Hilir (di bagian hilir
rencana bendungan utama), dengan dimensi menggunakan periode ulang banjir 50 tahun.
Coffer dam hulu akan dibangun melintang di elevasi 60 m sepanjang 65,33 meter dan lebar
crest 10,93 –120,8 . Sedangkan Coffer dam hilir di elevasi 60 m sepanjang 82,83 meter, lebar
crest 10,72 – 82,26 m. Spesifikasi Bendung Pembantu (Cofferdam) ini seperti yang telah
disajikan pada sub bab 1.1.4.1.h dan i .

Prosedur pelaksanaan pekerjaan terowongan pengelak akan memperhatikan syarat-syarat yang


ditetapkan dalam Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja berdasarkan SK Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 384 Tahun 2004, khusus untuk pekerjaan
terowongan bendungan.

1.1.6.2.6. Pengoperasian Terowongan Pengelakan


Setelah konstruksi terowongan pengelak berikut coffer dam hilir dan hulu selesai dilaksanakan,
maka aliran air sungai akan mengarah kepada terowongan pengelak, sehingga daerah
konstruksi bendungan utama akan kering, sehingga pembangunan bendungan siap untuk
dilaksanakan.

Bab 1. Pendahuluan I - 45
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

1.1.6.2.7. Persiapan Material (Penggalian Bahan Tanah, Pasir dan Kerikil dan
Penggalian Batu (Borrow dan Quarries)

Ketersediaan material tanah, pasir dan batu telah diselidiki dalam Review Desain Waduk
Sadawarna, 2011 dan Penyelidikan Geologi Teknik dan Finalisasi Desain Waduk Sadawarna,
2012, dan telah didapatkan hasil bahwa lokasi yang berpotensi sebagai lokasi material tanah
(borrow area), Quarry dan borrow area akan berlokasi di sekitar rencana lokasi bendungan
Sadawarna. Lokasi material pasir (quarry pasir), dan Lokasi material batu (quarry batu) seperti
yang disajikan pada Tabel 1.11 dan Gambar 1.14.

Tabel 1.11. Lokasi dan Ketersediaan Volume Material

No Material Lokasi Potensi volu- Volume


me tersedia dibutuhkan*)
1 Batu Quarry Batu 80.000 m3 Kebutuhan
Cadangan Batu dari Endapan Sungai Cipunagara batu kali,
dari endapan di hulu poros bendungan. Lokasi Di split, rip rap
Desa Tanjung sebesar
49.999 m3.
2 Pasir Quarry Pasir 80.000 m 3 Kebutuhan
Sungai Cipunagara radius 2 – 3 km dari lokasi pasir dan
poros rencana bendungan bagian hilir. Lokasi di pasir beton
Desa Tanjung (Kab Sumedang). sebesar
19.268 m3.
3 Tanah Borrow Area (Tanah urug) 1 200.000 m3. Kebutuhan
urug Perbukitan Dusun Sadawarna, Desa Sadawarna, tanah urug
Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subangberjarak 327.382 m3.
kurang lebih 600 meter di hulu lokasi rencana
bendungan.
4 Tanah Borrow Area (Tanah urug) 2 200.000m3
urug Dusun Songgom, Desa Tanjung, Kecamatan Surian,
Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, di
kanan sungai dengan jarak 1 km dari lokasi
rencana bendungan
Sumber : Penyelidikan Geologi Teknik dan Finalisasi Desain Waduk Sadawarna, 2011
*) dari data pada Tabel 1.8

Bab 1. Pendahuluan I - 46
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 1.14. Lokasi Quarry dan Borrow Area I-47

Bab 1. Pendahuluan I - 47
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Mutu material urugan dari lokasi yang tersaji di Tabel 1.11 sudah diuji dengan pedoman SNI
03-6465-2000 Tata Cara Pengendalian Mutu Bendungan Urugan, yang memuat memuat
pedoman untuk melaksanakan program mutu selama konstruksi di lokasi konstruksi
bendungan urugan (tanah atau batu) terutama untuk material urugan.

1.1.6.2.7.a. Material Batu


Laporan Penyelidikan Geologi Teknik dan Finalisasi Desain Waduk Sadawarna, 2011,
menyebutkan bahwa di dasar Sungai Cipunagara diendapkan campuran antara
Boulder/bongkah, heterogen antara lain bongkah batuan Andesit, Basalt, Breksi,
Metasedimen, dengan diameter maksimum 3 meter, lepas, berbentuk menyudut tanggung,
mempunyai kualitas kekerasan keras sampai sangat keras. Lokais berada pada radius 5 km
dari lokasi rencanan bendungan, ditemukan 2 lokasi material batu yang memungkinkan
untuk dieksploitasi.
Prosentase rata-rata dari bongkah, kerakal, kerikil dan pasir dari endapan dasar Sungai
Cipunagara yang diprediksi sebagai berikut :
 Bongkah / Boulder ( : 20 cm – 1 m) = 40 %
 Kerakal, kerikil = 40 %
 Pasir = 20 %
Luas rata-rata Sungai Cipunagara diperkirakan 40 m2 dan panjang Sungai Cipunagara yang
ditaksir dapat diambil bongkah-bongkahnya untuk material batu dari hilir poros rencana
bendungan sampai ke hulu daerah genangan adalah 2 km dan tebal lapisan endapan sungai
rata-rata diperkirakan adalah 1,5 – 2,0 meter. Dari data tersebut di atas dapat dihitung
perkiraan jumlah cadangan batu dari endapan Sungai Cipunagara adalah 160.000 m3.
Jumlah tersebut berasal dari endapan di hulu poros bendungan sebesar 80.000 m3 dan di hilir
poros bendungan sebesar 80.000 m3 . Dan yang akan digunakan untuk sumber material batu
adalah yang berasar dari hulu poros bendungan (80.000 m3), yang kemudian wilayah ini akan
termasuk ke dalam wilayah genangan waduk Sadaawarna.

1.1.6.2.7.b. Material Pasir


Laporan Penyelidikan Geologi Teknik dan Finalisasi Desain Waduk Sadawarna, 2011,
menyebutkan bahwa pada radius 2 – 3 km dari lokasi poros rencana bendungan ditemukan
banyak cadangan pasir yang dapat diambil yaitu pasir yang ditemukan sebagai endapan
alluvial di dasar Sungai Cipunagara di sebelah hilir. Pasir yang dijumpai berwarna abu-abu
kehitaman, kepadatan relatif lepas, butir halus sampai kasar, bentuk menyudut tanggung,

Bab 1. Pendahuluan I - 48
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

fragmen heterogen, terdiri dari mineral-mineral kwarsa, k-feld-spar, biotit, muscovite dan
fragmen mineral lainnya.

Pasir ini ditemukan bercampur dengan kerikil, kerakal, dan bongkah. Panjang penyebaran
endapan pasir diestimasi sekitar 5 km, lebar rata-rata sungai sekitar 20 meter. Kandungan
pasir rata-rata pada endapan dasar sungai 20 % dari tebal rata-rata endapan dasar sungai
sekitar 4 meter. Maka jumlah yang dapat diambil dari endapan Sungai Cipunagara adalah
sekitar 80.000 m3.

1.1.6.2.7.c. Material Tanah


Laporan Penyelidikan Geologi Teknik dan Finalisasi Desain Waduk Sadawarna, 2011,
menyebutkan bahwa terdapat berapa lokasi material tanah yang diperkirakan dapat
digunakan sebagai bahan timbunan dan inti rencana bendungan Sadawarna, di bawah ini
akan dibahas satu persatu.
1) Lokasi Borrow Area Tanah 1
Lokasi Borrow Area Tanah A, akan berlokasi pada disekitar perbukitan Dusun
Sadawarna, Desa Sadawarna, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang berjarak kurang
lebih 600 meter di hulu lokasi rencana bendungan.
Dari hasil pemetaan geologi dan penggalian sumur uju di TP-13, diperoleh bahwa jenis
tanah di sini adalah lempung lanauan, berwarna coklat kemerahan, konsistensi firm
sampai very stiff, plastisitas tinggi, kelulusan air rendah. Ketebalan lapisan lempung ini
berkisar antara 0,5 meter sampai 9 meter. Ketebalan rata-rata diperkirakan 5 meter.
Luas penyebaran lempung lanauan tersebut pada permukaan adalah sekitar 4 Ha. Dari
data di atas dapat di hitung perkiraan jumlah cadangan material tanah yang dapat
diambil dari lokasi ini adalah 200.000 m3 . Dari hasil uji di laboratorium mekanika tanah1
diperoleh karakteristik tanah di lokasi ini memenuhi kelayakan teknis untuk digunakan
sebagai material inti Bendungan Sadawarna.

2) Lokasi Borrow Area Tanah 2

Lokasi Borrow Area Tanah B akan berlokasi di daerah Bukit Wado / Dusun Songgom,
Desa Tanjung, Kecamatan Surian, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, di kanan
sungai dengan jarak 1 km dari lokasi rencana bendungan. Dari hasil pemetaan geologi
dan penggalian sumur uji TP - 21, jenis tanah yang ditemukan di lokasi ini adalah tanah

3Berdasarkan Laporan Penyelidikan Geologi Teknik dan Finalisasi Desain Waduk Sadawarna,
2011

Bab 1. Pendahuluan I - 49
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

lempung pasiran dan lempung kerikilan, berwarna coklat konsistensi firm sampai stiff,
plastisitas sedang, kelulusan air rendah sampai sedang.
Tanah di lokasi ini dari hasil pemetaan geologi2 ditafsirkan sebagai endapan lereng yang
bersumber dari pelapukan batuan batupasir yang terdapat di bagian atasnya. Ketebalan
lapisan ini mencapai 9 meter dan luas tanah cadangan sekitar 4 ha. Tebal tanah rata-rata
setelah dikurangi tebal pengupasan tanah pada permukaan diduga sekitar 5 meter.
Dari data diatas, jumlah cadangan material tanah dari lokasi alternative II dapat dihitung
yaitu kurang lebih 200.000 m3.
Lokasi dari sumber bahan bangunan yang meliputi cadangan material batu, material
pasir dan material tanah sebagaimana telah diuraikan diatas dapat ditunjukan dalam
peta seperti pada Gambar 1.14.

Pada kondisi eksisting, sudah banyak terdapat kegiatan pertambangan pasir dan batu Sungai
Cipunegara, dengan jalan masuk areal pertambangan dari Dusun Songgom, Desa Tanjung, Kab
Sumedang. Wilayah areal ini memang sudah tercantum dalam RTRW Kab Sumedang, sebagai
areal pertambangan Pasir, batu andesit, dan bentonit (Perda Kab Sumedang Nomor 2 Tahun
2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2011 – 2031).
Pertambangan batuan di quarry dan borrowarea untuk Bendungan Sadawarna akan dilakukan
setelah menempuh proses perizinan yang diatur berdasarkan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia N0. 32 Tahun 1991 Tentang : Pedoman Usaha Pertambangan
Bahan Galian Golongan C.

1.1.6.2.7.d. Upaya Pengelolaan Lingkungan di lokasi Quarry dan Borrow Area


Upaya pengelolaan lingkungan untuk pekerjaan tambang batuan di quarry dan borrow area
dijelaskan lebih dalam pada LAMPIRAN 6, yang meliputi :
L.6. PENGELOLAAN LINGKUNGAN UNTUK KEGIATAN EKSPLOITASI QUARRY DAN BORROW
AREA
L.6.1. Perijinan Tambang (berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia N0.
32 Tahun 1991 Tentang : Pedoman Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C)
L.6.1.Penfendalian dampak Erosi, Sedimentasi, dan Penurunan Kualitas Air Sungai pada
Eksploitasi Lokasi Quarry dan Borrow (berdasarkan Keputusan Direktur Jendral
Pertambangan Umum No. 693.K/008/DJP/1996 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Erosi Pada Kegiatan Pertambangan Umum)
L.6.1 Pengelolaan Buangan Konstruksi (Disposal Area) (berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Subang Nomor : 13 Tahun 2006 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan

Bab 1. Pendahuluan I - 50
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

di Wilayah Kabupaten Subang, dan Peraturan Daerah Kabupaten. Tingkat II Sumedang


Nomor 1 Tahun 1988 tentang Kebersihan,. Keindahan, dan Ketertiban di Kab Sumedang)
L.6.1.Pengelolaan Penyimpanan Batuan (Stockpile)
L.6.1.Rehabilitasi Pasca Penambangan (berdasarkan Kep men ESDM no 18 th 2008 ttg Reklamasi
dan Penutupan Tambang)
L.6.1.Pengendalian Debu pada Lokasi Quarry dan Borrow (Pedoman Direktorat Jenderal Bina
Marga, Departemen Pekerjaan Umum No.010/BM/2009, tentang Pelaksanaan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Bidang Jalan, yang mana peraturan itu mengatur pula mengenai
pengelolaan di quarry dan borrow area)
L.6.1.Pengelolaan Kebisingan pada Lokasi Quarry dan Borrow (Pedoman Direktorat Jenderal
Bina Marga, Departeman Pekerjaan Umum No.010/BM/2009, tentang Pelaksanaan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, yang mana peraturan itu mengatur pula
mengenai pengelolaan di quarry dan borrow area)

1.1.6.2.8. Konstruksi Bendungan Utama dan Bangunan Pelengkap

Bendungan Sadawana direncanakan dengan tipe timbunan Earth Fill DamInti Tegak. Adapun
kemiringan lereng udik adalah 1 : 3.00 dan lereng hilir 1 : 2,50. Tinggi bendungan adalah tinggi
total bendungan mulai dari dasar sungai hingga puncak bendungan. Tinggi total tubuh
Bendungan Sadawarna dari dasar sungai yaitu 42,00, meter, dengan Elevasi dasar Sungai As
Dam+ 45,00 m, dengan Elevasi Berm Hulu+ 60.00 m, Elevasi Berm Hilir+ 60.00 m, lebar puncak
12,00 m dan panjang puncak 365,00 m.Green belt ditetapkan sesuai standar yang ditetapkan
oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 63 tahun 1993 tentang Garis Sempadan Sungai,
Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai, yaitu 50 meter jarak horizontal dari tinggi
bendungan maksimum.

Pelaksanaan pembangunan Bendungan Sadawarna secara keseluruhan akan berpedoman


kepada :
 Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Urugan, yang dikeluarkan oleh Bintek Ditjen
SDA, Dept Pekerjaan Umum, 2004.,
 SNI 03-6465-2000 tentang Tata Cara Pengendalian Mutu Bendungan Urugan,
 SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 384 Tahun 2004 tentang Pedoman
Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk Konstruksi Bendungan

Konstruksi bendungan terdiri dari :


1) Inti lempung (Claycore) tegak. Tinggi inti 30 m, lebar atas 8 m, lebar bawah 22 m.
Kemiringan lerengnya 1 H : 5V. Material terpilih dari lokasi proyek yang memiliki

Bab 1. Pendahuluan I - 51
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

tingkat kepadatan yang tinggi dengan koefisien rembes setinggi-tingginya 1 x 10-7


cm/detik.
2) Lapisan tanah pengisi waduk dan waduk elak (Coffer Dam) berupa material timbunan
biasa yang dipadatkan dengan koefisien rembes setinggi-tingginya 1 x 10-6 cm/detik.
3) Lapisan drainase, ditempatkan pada bagian hilir claycore dan disambung secara mendatar
pada bagian dasar waduk. Material berupa tumpukan pasir kasar padat (Coarse Sand)
yang bergradasi tertentu dengan koefisien rembes setinggi-tingginya 1 x 10-2 cm/detik.
4) Tanah pendukung pada bagian lembah Sungai Cipunagara berupa lapisan tanah existing
yang top soil dikupas setebal 2 m, antara lain berupa Batu Pasir (koefisien rembes k =
4,66 x 10-5 cm/detik) setebal 7,5 m dan Breksi kompak (koefisien rembes k = 8,2 x 10-6
cm/detik) setebal > 2,5 m. Tanah pendukung pada bagian bukit sandaran kanan (dekat
perkampungan penduduk) berupa lapisan Pasir kwarsa yang padat setebal 24 m
(koefisien rembes k = 5,19 x 10-5 cm/detik) dan Breksi yang kompak (koefisien rembes
k = 1,92 x 10-5 cm/detik) setebal > 6 m.
5) Permukaan lereng sisi udik diperkeras dengan pemasangan batu kali/riprap.
6) Drainase sejajar as Waduk ditempatkan di kaki Waduk sisi hilir dengan dimensi yang
memadai.
Urutan pelaksanaan konstruksi bendungan utama adalah (1) Penimbuhan percobaan, (2)
Penimbunan tubuh bendungan/Pembuatan lereng udik bendungan, (3) Pemberian
hamparan pelindung di atas lereng udik bendungan ; dan (d) Pemasangan instrumentasi
bendungan untuk evaluasi keamanan bendungan.

1.1.6.2.8.a. Penimbuhan Percobaan


Kegiatan ini bertujuan untuk memilih peralatan pemadatan dan metode pemadatan yang
sesuai dengan metode penimbuhan tubuh bendungan yang paling efisien (penempatan
bahan serta pemdatannya), dan hasilnya akan diaplikasikan dalam konstruksi pondasi
bendungan. Disamping itu bersamaan dengan penujian pemadatan dilapangan tesebut,
dilakukan pula pengujian di laboratorium untuk mengetahui mutu hasil pemadatan.
Selanjutnya dari semua hasil-hasil pengujian pada semua faktor tersebut di atas, akan
pada dijadikan suatu dasar penentuan metode pemadatan bendungan utama paling
ekonomis pada penimbunan tubuh bendungan yang bersangkutan dengan penggunaan
peralatan yang paling efektif pula.
Output yang didapatkan dari penimbunan percobaan tersebut adalah:
 Type mesin giling dam berat mesin yang akan digunakan.
 Tekanan udara di didalam ban, apa bila digunakan mesin giling ban karet.
 Tekanan yang diterima oleh lapisan yang dipadatkan.

Bab 1. Pendahuluan I - 52
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

 Frekwensi getaran,apabila digunakan mesin giling getar.


 Ketebalan lapisan yang dipadatkan.
 Siklus pemadatan.
 Kadar air yang terdapat didalam susunan bahan lapisan yang dipadatkan
 Kecepatan gerakan mesin giling.
 Dan lain-lain.
Tempat yang dipilih untuk pengujian lapangan tersebut adalah tempat yang dalam
keadaan kering (tidk berair) dan dengan kondisi drainage yang baik, selama pengujian
tersebut berlangsung. Pengambilan contoh hasil pemadatan akan dilakukan hingga
mencapai ketebalan sekurang-kurangnya 1 meter. Hal-hal yang diamati selama
pengujian adalah (1) Elevasi permukaan pondasi sebelum dilaksanakan penepatan
bahan, dan elevasi permukaan lapisan bahan yang telah didapatkan ; (2) Pengukuran
berat isi bahan sebelum dan sesudah dilaksanakan pemadatan ; (3) Pengujian
permeabilitas ; (4) Pengujian perestasi.

1.1.6.2.8.b. Penimbunan Tubuh Bendungan/Pembuatan Lereng Udik Bendungan


b.1. Pelaksanaan Penimbunan dengan Material Tanah, Bahan Pasir dan Kerikil
Penempatan bahan tanah, pasir, dan kerikil, yang diangkut dari tempat penggalian,
dilakukan dengan menuangkan material-material tersebut dari alat pengangkut,
diratakan sehingga merupakan satu lapisan dengan ketebalan tertentu dan kemudian
dipadatkan dengan mesin-mesin giling. Ketebalan pelapisan diambil per perataan
antara (20 s/d 50 cm) yang dikerjakan dengan bulldozer.
Pada penempatan lapisan-lapisan filter ini akan dilakukan dengan hati-hati sehingga
dapat diperoleh ketebalan yang merata dengan gradasi yang seragam. Peralatan untuk
pemadatan akan disesuaikan dengan ukuran butiran bahan dan untuk pemadatan
bahan berbutir halus biasanya digunakan mesin giling ban karet atau dum-truk yang
berisi muatan, sedang untuk bahan berbutir kasar digunakan mein giling getar,
bulldozer dan stamper getar. Siklus pemadatannya antara 2 s/d 8 kali.

b.2. Pelaksanaan Penimbunan dengan Material Batu

Pelaksanaan bahan batu tergantung dari ukuran batu-batu bahan timbunan yang
dinginkan, maka akan dilaksanakan 2 (dua) metode penggarapannya berdasarkan
ukuran batu, dengan uraian sebagai berikut :

 Untuk bahan batu berukuran kecil, sesudah dituang dari alat pengangkut, akan
diaratakan hingga mencapai ketebalan efektif untuk pemadatan, dengan bantuan

Bab 1. Pendahuluan I - 53
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

bulldozer dan kemudian dipadatkan dengan mesin giling, seperti halnya pada
penimbunan bahan-bahan tanah pasir dan kerikil. Apabila bahan terdiri dari batu
belah dan batu berukuran kecil, biasanya dapat diambil ketebalan pelapisan antara
30 s/d 40cm, seperti halnya pada bahan pasir dan kerikil. Sedang untuk bahan batu
yang berukuran lebih besar lagi, biasanya ketebalan pelapisan sekitar 1 s/d 2
meter.

 Untuk bahan ukuran berukuran besar, akan dituangkan dengan menuangkan begitu
saja bahan dari bak alat pengangkut pada ketinggian tertentu dan tanpa dipadatkan
lagi. Untuk meningkatkan efektifitas pemadatan, maka sebelum suatu lapisan
digiling, maka supaya disemprot dengan air terlebih dahulu, agar butiran halus
yang terdapat di atas permukaan lapisan batu akan hanyut ke bawah dan mengisi
rongga-rongga yang terdapat di antara bungkalan batubatu lapisan yang
bersangkutan, juga bungkalan-bungkalan batu atau permukaan butiran-butiran
bahan yang lebih halus akan menjadi basah dan licin, sehingga mudah
memadatkannya.

1.1.6.2.8.c. Pemberian Hamparan Pelindung di Atas Lereng Udik Bendungan

Setelah penimbunan batu untuk lereng udik selesai dilaksanakan, maka hamparan
pelindung batu (rip-rap) dipasang. Hamparan pelindung batu ini dibuat dengan cara
menuangkan langsung bungkalan-bungkalan batu besar di atas permukaan lereng atas
yang telah disiapkan. Pembuatan hamparan pelindung akan dilaksanakan bersamaan
dengan progress penimbunan tubuh bendungan.

1.1.6.2.8.d. Pemasangan Instrumentasi Bendungan untuk Evaluasi Keamanan Bendungan


Instrumentasi akan dipasang di lokasi kritis pada beberapa potongan memanjang dan
melintang bendungan. Lokasi penempatan dan jumlah instrumentasi yang akan dipasang
mempertimbangkan kondisi-kondisi geologi, hidraulik, geometrik bendungan, masalah
selama konstruksi dan perkiraan masalah tahap selanjutnya, serta lingkungan setempat,
sehingga informasi yang akan didapat dari pengukuran dapat mencerminkan perilaku
vital dari bendungan.
Sistem instrumentasi akan menjawab apakah kestabilan lereng masih cukup, apakah
koefisien permeabilitas tidak meningkat, apakah deformasi mempengaruhi tinggi jagaan
yang tersedia. Semua data ini akan digunakan dalam melakukan evaluasi keamanan
bendungan.
Alat-alat pengukuran yang akan dipasang di dalam bendungan utama (tubuh bendungan)
adalah sebagai berikut :

Bab 1. Pendahuluan I - 54
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

(1) Alat pengkur tekanan pori


Alat pengukur tekanan pori dipasang dalamtubuh bendungan dan di atas
permukaan pondasi untuk mengamati dimensi dan peningkatan-peningkatan
tekanan pori yang terjadi pada pelaksanaan penimbunan. Mengamati tekanan air
tanah dan mengamati keduanya apabila terjadi penurunan mendadak permukaan
air waduk
(2) Alat pengukur tekanan tanah (tensometer)
Alat pengukur tekanan tanah yang akan dipasang adalah :
Alat pengukur tekanan tanah bertapak tunggal : untuk mengukur tekanan vertical
timbunan tubuh bendungan,
Alat pengukur tekanan tanah bertapak tiga : untuk memperoleh dimensi dan arah
tekanan maximum dan tekanan minimum tegangan utama, dengan tanggapan
tubuh bendungan dalam kondisi dua dimensi (geometris),
Alat pengukur tekanan tanah bertapak enam dan bertapak tujuh, untuk
digunakan untuk memperoleh dimensi dan arah tegangan utama timbunan tubuh
bendungan yang ditinjau secara tiga dimensi (stereo/metris).
Sebelum tensometer tersebut dipasang di dalam tubuh bendungan, maka akan
diklabrasikan terlebih dahulu dengan menggunakan bahan timbunan yang sama,
agar diperoleh angka-angka pengukuran yang betul-betul teliti sesuai dengan
jens lapisan timbunan pada tubuh bendungan, dimana alat tersebut akan
ditempatkan.
Pemasangan tensometer adalah dengan menggali lebih dulu pada pondasi atau
pada suatu lapisan timbunan tubuh bendungan dan penimbunannya kembali
supaya dipadatkan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepadatan
sekelilinya.
(3) Alat pengukuran konsolidasi
Alat pencatat konsolidasi diperlukan untuk mengetahui besarnya penurunan-
penurunan permukaan pondasi serta bagian-bagian tubuh bendungan, pada masa-
masa pelaksanaan penimbunan serta pada masa-masa exploitasi dan
pemeliharaannya. Dengan pemasangan-pemasangan alat-alat ini, maka progress
konsolidasi dapat diketahui, demikian pula terjadinya penurunan-penurunan yang
tidak rata dan kehancuran-kehancuran yang terjadi didalam pelapisan-pelapisan
tubuh bendungan dan pondasinya

Bab 1. Pendahuluan I - 55
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

(4) Seismometer
Seismometer terutama berfungsi untuk mencatat ketahanan bendungan urugan
terhadap gempa bumi. Adalah suatu kenyataan bahwa, berbagai macam bangunan
termasuk bendungan urugan, sangat menderita kerusakan-kerusakan, akibat
goncangan gempa bumi. Agar dapat diperoleh data-data yang teliti untuk
pembuatan rencana teknis bendungan pada masa-masa yang akan datang, maka
seismometer akan dipasang segera sesudah bendungan, dibangun, agar kelak dapat
diperoleh catatan data yang lebih panjang..
(5) Alat pengamat inklinasi
Peralatan ini dipasang untuk untuk mengamati adanya gejala terjadinya longsoran
lereng tubuh bendungan atau pergeseran-pergeseran lainnya pada bagian tubuh
bendungan yang terletak di dekat tebing sungai untuk mengamati penurunan-
penurunan yang tidak merata.

1.1.6.2.8.e. Upaya Pengendalian Erosi Saat Konstruksi

Upaya pengelolaan minimasi terjadinya erosi pada saat pengerjaan tapak bendungan akan
mengikuti PedomanPelaksanaanKonstruksiBendungan Urugan, yang dikeluarkan oleh
BintekDitjenSD, Dept Pekerjaan Umum, 2004, yang secara garis besar disampaikan sebagai
berikut :
 Seluruh pekerjaan tanah akan dikendalikan secara tepat, terutama masa musim
hujan.
 Menjaga lereng yang digali-urug tetap stabil setiap waktu dan melaksanakannya
dengan sesedikit mungkin gangguan terhadap daerah di luar batas pekerjaan.
 Mencegah pekerjaan tanah yang hanya dikerjakan sebagian sehingga tanah
dibiarkan terbuka lebih lama, terutama selama musim hujan, melalui operasi gali
urug yang dilakukan bertahap, pada satu lokasi akan dikerjakan dalam satu operasi
yang berkesinambungan lalu segera diselesaikan untuk pindah ke lokasi selajutnya.
 Pada tahap land clearing, galian atau bahan yang tidak sesuai akan dibuang ke
daerah buangan yang sudah memenuhi syarat : kelerengan stabil, dan diletakkan
serta dibentuk supaya berbaur dengan lingkungan sekitar.

Bab 1. Pendahuluan I - 56
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

1.1.6.2.8.f. Pengelolaan Buangan Konstruksi (Dumping Area)

Penggalian material tanah yang dilakukan adalah secara “back filling” atau gali tutup, disertai
upaya mengembalikan tanah pucuk (top soil) ke bekas galian. Untuk tanah atau batu yang tidak
terpilih sebagai bahan/material kontruksi pada pembangunan Bendungan dan Bangunan
Pelengkapnya yang disebabkan tidak memenuhi persyaratan teknissebagai bahan urugan,
maka bahan tersebut akan dipilah pada lokasi borrow area. Tanah kupasan yang tidak terpilih
akan ditempatkan pada lahan yang cocok dan aman sebagai “dumping area” sementara di
sekitar dekat galian/borrow material.
Untuk tanah atau batu yang tidak terpilih sebagai bahan/material kontruksi pada
pembangunan Bendungan dan Bangunan Pelengkapnya yang disebabkan tidak memenuhi
persyaratan teknissebagai bahan urugan, maka bahan tersebut akan dipilah pada lokasi
borrow area. Tanah kupasan yang tidak terpilih akan ditempatkan pada lahan yang cocok dan
aman sebagai “dumping area” sementara di sekitar dekat galian/borrow material.

Penetapan lokasi dumping, akan dilakukan dalam tahapan terpisah dari studi AMDAL ini.
Kriteria lahan dan cara penanganan yang akan digunakan sebagai berikut :
1. Lokasi dumping area akan berada pada lahan relatip datar, bukan merupakan zona aliran
atau saluran alami, dan zona stabil dari longsor.
2. Penanganan dumping area ini akan mengacupada regulasi setempat yaitu :
a. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor : 13 Tahun 2006 Tentang Ketertiban,
Kebersihan dan Keindahan di Wilayah Kabupaten Subang,
b. Peraturan Daerah Kabupaten. Tingkat II Sumedang Nomor 1 Tahun 1988 tentang
Kebersihan,. Keindahan, dan Ketertiban di Kab Sumedang.
3. Pada dumping area tersebut, lokasi distabilkan dan ditumbuhkan kembali. Jika sesuai, sisa-
sisa organik yang berlebihan akan disebarkan ke seluruh lokasi yang terkena dampak untuk
mendorong penanaman kembali.

1.1.6.2.8.g. Pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Daftar Prosedur Kesehatan dan Keselataman Kerja (K3) untuk Konstruksi Bendungan
berdasarkan SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 384 Tahun 2004 yang akan
dijadikan pedoman disajikan pada Tabel 1.12.

Bab 1. Pendahuluan I - 57
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 1.12. Daftar Prosedur Kesehatan dan Keselataman Kerja (K3) untuk Konstruksi
Bendunganberdasarkan SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
No. 384 Tahun 2004
No Hal yang Diatur Unsur K3 yang diatur
1 PERSYARATAN UMUM  Prosedur K3 berlaku bagi seluruh tenaga kerja, umum maupun tamu pada
tempat kegiatan konstruksi pekerjaan.
2 PERSYARATAN PADA  Prosedur K3 untuk Pintu Masuk dan Keluar
TEMPAT KERJA  Prosedur K3 untuk Lampu Penerangan
 Prosedur K3 untukVentilasi / Sirkulasi Udara
 Prosedur K3 untuk Alat Pemanas
 Prosedur K3 untuk Pencegahan Terhadap Bahaya Kebakaran dan Alat
Pemadam Kebakaran
 Prosedur K3 untuk penggunaan dan Penanganan Untuk Lingkungan Bahan –
bahan Yang Mudah Terbakar
 Prosedur K3 untuk Penggunaan dan Penanganan Cairan yang Mudah
Terbakar
 Prosedur K3 untuk Perlengkapan, Peringatan
 Prosedur K3 untuk Perlindungan Pekerja terhadap Benda – Benda Jatuh Dan
Bagian Bangunan Yang Runtuh
 Prosedur K3 untuk Perlindungan Tenaga Kerja agar Tidak Jatuh (Teralis
Pengaman dan Pinggir Pengaman)
 Prosedur K3 untuk Lantai Terbuka, Lubang pada Lantai
 Prosedur K3 untuk Lubang Pada Dinding
 Prosedur K3 untuk Tempat–tempat Kerja yang Tinggi
3 PERSYARATAN  Kewajiban Penyedia Jasa dalam hal K3
KESEHATAN KERJA  Tenaga Kerja Yang Akan Diperiksa Kesehatannya
 Pengawasan Kegiatan Kesehatan Kerja
 Penanganan Perselisihan
 Pemeriksaan Kesehatan Berkala
 Pemeriksaan Khusus
 Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
 Tindakan Pencegahan (Preventif)
 Kewajiban Tenaga Kerja dalam Hal K3
 Peran Serta Hyperkes dalam Hal K3
 Daftar Penyakit – Penyakit Akibat Kerja yang Akan Dilaporkan
4 LINGKUNGAN TEMPAT  Prosedur K3 untuk Kebersihan Lokasi Kerja
KEGIATAN KERJA  Prosedur K3 untuk Menangani Dampak Kebisingan
BENDUNGAN  Prosedur K3 untuk Menangani dampak Getaran ( Vibrasi )
 Prosedur K3 untuk Penanganan Keadaan Darurat (Sistem Tanggap Darurat)
 Prosedur K3 untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
 Prosedur K3 dalam Hal Tempat Kerja dan Alat-alat Kerja
 Prosedur K3 dalam Hal Kebersihan dan Kerapihan Tempat Kerja
 Prosedur K3 untuk Pencegahan Dari Bahaya Kejatuhan Benda
 Prosedur K3 dalam hal Larangan Memasuki Lokasi Kerja
 Prosedur K3 dalam hal Tanda Peringatan, Rambu-Rambu dan Alat
Pelindung Diri
5 PEKERJAAN  Prosedur K3 untuk Pekerjaan Cofferdam
COFFERDAM,  Prosedur K3 untuk Pengalihan Aliran Sungai ke Saluran Pengelak
PENGALIHAN ALIRAN  Prosedur K3 untuk Pengeringan (Dewatering)
SUNGAI, DAN
PENGERINGAN
(DEWATERING
6 PERSYARATAN  Prosedur K3 dalam hal Rencana Tata Letak Pekerjaan Bendungan
RENCANA TATA  Prosedur K3 dalam halPersyaratan Tata Letak Material dan Tempat Kerja
LETAK TEMPAT KERJA
7 PEKERJAAN GALIAN  Persyaratan Rencana Penggalian
 Prosedur K3 dalam hal Pekerjaan Galian dan Timbunan Pada Pondasi

Bab 1. Pendahuluan I - 58
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

No Hal yang Diatur Unsur K3 yang diatur


Bendungan dan Bangunan Tenaga Air
 Prosedur K3 dalam Hal Perlindungan Galian Terbuka
 Prosedur K3 dalam Hal Persyaratan Umum Pekerjaan Galian Tanah
 Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Galian Sumuran (Pondasi Bangunan
Tenaga Air)
 Prosedur K3 dalam Hal Perkuatan Dinding Galian Tanah
 Prosedur K3 dalam Hal Ventilasi Udara
 Prosedur K3 dalam Hal Pencegahan Bahaya Kebakaran di Dalam Galian
Tanah
 Prosedur K3 dalam Hal.Fasilitas Keselamatan di Dalam Galian Tanah
 Prosedur K3 dalam Hal Pengerekan (Pengangkatan) Selama Penggalian
Sumuran
 Prosedur K3 dalam Hal Penyelamatan Dalam Keadaan Darurat
 Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan di Ruangan Bertekanan pada Galian
Konduit
8 PEKERJAAN  Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Persiapan pemboran dan injeksi
PEMBORAN DAN  Prosedur K3 dalam Hal Pelaksanaan Pekerjaan pemboran dan injeksi
INJEKSI
9 PEKERJAAN BETON  Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Cetakan Beton (Bekisting)
DAN PASANGAN BATU  Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Pembesian
 Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Beton
 Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Beton Semprot (Shotcrete)
 Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan di Tempat Tinggi
10 PEKERJAAN  Ketentuan Umum K3 untuk PEKERJAAN PERANCAH
PERANCAH  Prosedur K3 dalam Hal Penanganan bahan – bahan
 Prosedur K3 dalam Hal Konstruksi Perancah
 Prosedur K3 dalam Hal Pemeriksaan dan Pemeliharaan
 Prosedur K3 dalam Hal Perlengkapan Pengangkat Pada Perancah
 Prosedur K3 dalam hal Kerangka Siap Pasang (Prefabricated Frames)
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Perancah
 Prosedur K3 dalam Hal Pelataran Tempat Bekerja (Platform).
 Prosedur K3 dalam Hal Balustrade Pengaman dan Papan Pengaman Kaki
(Guard Rails and Toe Boards)
 Prosedur K3 dalam hal Gang, Ramp, dan Jalur Pengangkut Bahan
11 PEKERJAAN  Prosedur K3 dalam Hal Perakitan dan Peledakan
PELEDAKAN DAN  Prosedur K3 dalam Hal Keamanan Gudang Bahan Peledak
PENANGANAN BAHAN  Prosedur K3 dalam Hal Pengangkutan Bahan Peledak di Jalan Raya
PELEDAK
12 PEKERJAAN MUAT,  Ketentuan Umum K3 untuk Jalan Hantar dan Jalan Kerja
PEMINDAHAN DAN  Prosedur K3 dalam hal mempersiapkan Material Pra-cetak
BONGKAR MATERIAL  Prosedur K3 dalam hal pekerjaan Penyaringan dan Pencampuran Tanah,
Pasir, dan Gravel
 Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Penimbunan dan Pemadatan
 Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Pemancangan
 Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Pemeriksaan dan Pemeliharaan Mesin
Pancang
 Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Pengoperasian Mesin Pancang
 Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Mesin Pancang Terapung (Floating Pile
Drivers)
 Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Pemancangan Turap Baja (Sheet Pilling)
13 PEKERJAAN  Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Konstruksi Baja
KONSTRUKSI BAJA  Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Pengelasan
DAN PENGELASAN  Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Mekanikal – Elektrikal
 Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Hidromekanikal
 Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Pengecatan
 Prosedur K3 dalam Hal Pekerjaan Pengakhiran (Finishing)

Bab 1. Pendahuluan I - 59
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

No Hal yang Diatur Unsur K3 yang diatur


14 PENGUNAAN  Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Alat Angkat
PERALATAN  Prosedur K3 dalam Hal Persyaratan Operator Alat Angkat
KONSTRUKSI  Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Peralatan Pekerjaan Tanah
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Mesin Pemecah Batu (Stone Crusher)
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Alat Pencampur Aspal (Asphalt Mixing
Plant)
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Mesin Pengaduk Beton (Concrete Mixer)
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Peralatan Pemindahan Tanah
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Excavator
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Bulldozer
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Mesin Pemadat Jalan (Road Compactor)
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Alat – alat Pemuat (Ban Berjalan atau
Wheel Loaders)
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Tractor Truck
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Traktor Truck Pengangkut
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Kabin
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Rem
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Pipa Knalpot
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Truk Pengangkat dan Truk Untuk
 Prosedur K3 dalam Hal Penggunaan Alat Bantu Kerja Konstruksi sbb :
o Alat pneumatik
o Mesin untuk pekerjaan kayu
o Perkakas tangan
o Mesin ketam
o Alat - alat lain
15 PEMENUHAN  Prosedur K3 dalam Hal Pemenuhan Fasilitas Kesehatan, Kebersihan Kantor
FASILITAS KANTOR dan Barak Kerja
PROYEK, BARAK  Prosedur K3 dalam Hal Pengoperasian Bengkel dan Motor Pool
KERJA, BENGKEL /
MOTOR-POOL /
GUDANG DAN
PENGOPERASIANNYA
Sumber :SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 384 Tahun 2004 tentang Pedoman Teknis
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan

1.1.6.2.9. Konstruksi Bangunan Pengambilan (Intake)

Pemanfaatan air yang berlimpah pada musim penghujan ditampung di waduk dan
dipergunakan pada saat-saat kekurangan air. Dengan bertambahnya cadangan air, maka
kegiatan pengelolaan, pemanfaatan, dan pengembangan air secara optimal dapat dipenuhi
untuk irigasi dan air baku air minum. Bangunan pengambilan berfungsi sebagai bangunan
operasi untuk keperluan irigasi, dan air baku. Kategori standar yang dipergunakan antara lain:
• Pd T-25-2004-A Pedoman Pengoperasian Waduk Tunggal;
• Pd T -02-2005-A Analisis Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal Bangunan Air;
• Pd T-39-2000-A Tata Cara Penggalian pada Pekerjaan Tanah;
• SKSNI T-15-1991-03 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
Struktur bangunan Inlet mempunyai fungsi untuk pengoperasian waduk yang dikendalikan oleh
pintu utama, dalam hal bila terjadi kondisi darurat, struktur bangunan Inlet ini dilengkapi pula

Bab 1. Pendahuluan I - 60
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

dengan pintu darurat. Tipe intakeadalahterowongan persegi dengan tower denganUkuran


Terowongan2 x (3 m x 3 m) sepanjang 5 m. Untuk menanggulangi agar sampah tidak masuk ke
dalam pipa, maka dipasang kisi-kisi dari baja.

Spesifikasi Bangunan Pengambilan (Intake)ini seperti yang telah disajikan pada sub bab
2.1.2.1.m dan n. Prosedur pelaksanaan pekerjaan terowongan intake akan memperhatikan
syarat-syarat yang ditetapkan dalam Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja berdasarkan
SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 384 Tahun 2004, khusus untuk
pekerjaan terowongan bendungan, yang disajikan pada Tabel 1.10.

1.1.6.3. Tahap Operasional

1.1.6.3.1. Pengisian Awal Waduk


Tata cara pengisian awal akan mengikuti pedoman pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan. Pengisian awal waduk dilakukan setelah
pelaksanaan konstruksi bendungan selesai dan setelah mendapatkan izin pengisian awal waduk
dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sesuai rekomendasi dari Komisi
Keamanan Bendungan.

Tahapan sebelum pengisian awal bendungan adalah melampirkan rincian laporan akhir
pelaksanaan konstruksi, rencana pengisian awal waduk, rencana pengelolaan bendungan, dan
Rencana Tindak Darurat (RTD) yang sudah disetujui oleh Komisi Keamanan Bendungan.
Dalam waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum dilakukan pengisian awal waduk, akan
dilakukan pemberitahuan mengenai tanggal pelaksanaan pengisian awal waduk kepada
Gubernur atau Bupati/Walikota, sesuai dengan kewenangannya, dan memberitahukan kepada
masyarakat sekitar daerah genangan waduk dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari.
Selama pengisian awal waduk, akan dilakukan pemantauan, pengawasan, dan pengendalian
sesuai dengan rencana pengisian awal waduk.
Selanjutnya pengisian Waduk Sadawarna akan mengikuti Pedoman Pengisian Waduk yang
ditetapkan oleh Balai Keamanan Bendungan, Ditjen SDA-DPU 2002 dan Surat Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Tentang Pedoman Teknis Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan No. 384 Tahun 2004 sebagai
berikut :
• Sebelum digenangi, kawasan akan dibersihkan dari material, sisa–sisa pohon/kayu dll, yang
dapat hanyut dan merusakkan bangunan air, pintu air, dan bangunan lainnya.
• Di dalam kawasan yang akan digenangi akan dicek lebih lanjut tidak ada tempat
pembuangan limbah kimia dan bahan beracun dan berbahaya yang licit (leachete), yang
dapat mencemari perairan dan membahayakan bangunan (menyebabkan korosi).

Bab 1. Pendahuluan I - 61
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

• Sebelum penggenangan dilakukan akan dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai


rencana mulainya penggenangan, disertai dengan tanda-tanda peringatan/pengumuman,
serta pengelola akan memastikan pelalui pengecekan di lapangan bahwa tidak ada peralatan,
orang, dll, di kawasan yang akan digenangi.
• Tindakan penjagaan akan dilakukan untuk mengantisipasi perpindahan binatang melata,
ular, dan binatang berbisa lainnya ke permukiman terdekat akibat habitatnya tergenangi
yang dapat membahayakan penduduk dan pekerja.
• Tanda peringatan bahaya, tanda larangan, dan tanda pemberitahuan akan dipasang di
tempat-tempat yang memerlukan untuk menjaga keselamatan pekerja dan pengunjung, baik
karena kedalaman air, lereng yang terjal, permukaan lereng licin, atau kondisi yang
mengandung bahaya lainnya.
• Selama pengisian awal waduk, debit andalan sebesar Q-90% sebesar 3,532m3/dt tetap akan
dialirkan ke bagian hilir waduk melalui terowongan pengelak.

1.1.6.3.2. Operasional dan Pemeliharaan Bendungan

1.1.6.3.2.a. Pengoperasian Bendungan

Operasi waduk dapat berjalan setelah muka air waduk mencapai elevasi normal.
Pengoperasian bendungan dilakukan dengan cara mengatur pembukaan dan penutupan pintu
bendungan, termasuk pengendalian daya rusak air yang meliputi aspek sebagai berikut:
a. Pengendalian terhadap keutuhan fisik dan keamanan bendungan; dan
b. Pengendalian terhadap fungsi bendungan beserta waduknya.

Pengaturan pembukaan dan penutupan pintu bendungan akan dilaksanakan berdasarkan


Standar Operation Prosedure (SOP), ditujukan untuk mengatur pelepasan air guna
pengendalian daya rusak air pada kawasan hilir, dengan tetap memperhatikan keperluan
pencegahan kegagalan bendungan, terkait ruang waduk untuk pengendalian banjir. Penyusunan
SOP ini akan mengacu kepada Pedoman Konstruksi dan Bangunan No Pd T-25-2004-A yang
dikeluarkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah mengenai Pedoman
Pengoperasian Waduk Tunggal (Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No
360/KPTS/M/2004).
Pola operasi waduk disesuaikan dengan kondisi volume dan/atau elevasi air waduk dan
kebutuhan air serta kapasitas sungai di hilir bendungan, yang ditetapkan setiap tahun
berdasarkan hasil prakiraan curah hujan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Bab 1. Pendahuluan I - 62
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

(BMKG), yang akan dibedakan untuk pola operasi tahun kering, pola operasi tahun normal, dan
pola operasi tahun basah.
Pengoperasian waduk berkaitan erat dengan besarnya kebutuhan air irigasi dan kondisi iklim
yang terjadi, seperti musim penghujan dan musim kemarau. Berdasarkan kondisi yang ada, ada
beberapa kriteria pengoperasian waduk kondisi-kondisi tertentu yaitu :
a. Kondisi Air Normal : Pengoperasian waduk dilakukan dengan cara standar, dimana debit
yang dikeluarkan dari waduk sebesar debit yang dibutuhkan didaerah layanan waduk. Perlu
ditinjau kejadian-kejadian yang ada selama proses berjalan.
b. Kondisi Air Banjir Normal : Pengoperasian waduk dengan membuka pintu pembilas/intake
sesuai dengan kebutuhan di daerah layanan. Air yang berlebih akan melimpah dengan
sendirinya melalui pelimpah. Pada kondisi ini perlu diperhatikan fasilitas pengamatan
waduk, apabila ada perubahan atau pergeseran fasilitas pengamatan, maka perlu diantisipasi
dengan perlahan-lahan menurunkan elevasi muka air banjir dengan membuka pintu intake.
c. Kondisi Air Banjir Abnormal : Pengoperasian waduk dengan membuka pintu intake sesuai
dengan kebutuhan didaerah layanan. Air yang berlebih akan melimpah dengan sendirinya
melalui pelimpah utama (Main Spillway). Pada kondisi ini perlu diperhatikan fasilitas
pengamatan waduk, apabila ada perubahan atau pergeseran fasilitas pengamatan, maka
perlu diantisipasi dengan perlahan-lahan menurunkan elevasi muka air banjir dengan
membuka pintu intake.
d. Kondisi Muka Air Minimum : Pengoperasian waduk dengan membuka pintu intake sesuai
dengan kebutuhan didaerah layanan selama debit yang tersedia nasih cukup. Selama proses
penurunan level muka air akibat kebutuhan debit tidak sebanding dengan debit air yang
masuk, perlu diperhatikan laju penurunan muka air. Penurunan muka air dengan tiba-
tiba/cepat dapat menyebabkan tubuh bendung akan mengalami penurunan mendadak dan
dapat mengalami kelongsoran akibat tekanan pori yang berubah dengan tiba-tiba.
Pengaturan penurunan muka air secara langsung dipengaruhi oleh bukaan pintu intake.
e. Kondisi Gempa : Pengoperasian waduk pada kondisi gempa diatur sedemikian rupa agar
level muka air berada pada kondisi normal dan aman, agar pengaruh gempa terhadap volume
air yang ada tidak terlalu besar dan dapat mengakibatkan tubuh bendung mengalami
kelongsoran.

1.1.6.3.2.b. Pemeliharaan Waduk dan Bangunan Pelengkap


Pemeliharaan Waduk dan Bangunan Pelengkap meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Pemeliharaan Lereng Tanggul
Dam (tanggul) umumnya terbuat dari konstruksi pemadatan material dimana matrialnya
ada yang homogen (sejenis) maupun terdiri dari mufti layer. Tanggul banyak digunakan

Bab 1. Pendahuluan I - 63
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

karena bahan timbunannya sangat mudah diperoleh dan pelaksanaan konstruksinya tidak
terlalu rumit. Tanggul sangat mudah untuk menyesuaikan diri dengan lapisan tanah
pondasi yang mendukungnya dan mudah pula menyesuaikan diri terhadap penurunan
yang tidak merata, sehingga perbaikannya juga mudah dikerjakan.
Kestabilan dam perlu dijaga dari kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi. Umumnya
kerusakan tubuh dam yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut :
 Terbentuknya bidang gelincir yang menerus akibat kemiringan lereng dam terlalu
curam.
 Terjadinya keruntuhan lereng dam akibat kejenuhan air dalam tubuh dam yang
disebabkan oleh rembesan air pada saat banjir atau pada saat terjadi hujan yang terus
menerus.
 Terjadinya kebocoran-kebocoran pada pondasi dam.
 Terjadinya pergeseran pondasi akibat gempa.
Untuk pencegahannya, pemeliharaan tubuh dam secara rutin akan dilakukan minimal
setiap 1 bulan sekali. Pada kejadian-kejadian khusus seperti hujan besar terus menerus,
banjir dan gempa, maka inspeksi terhadap dam akan dilakukan untuk mengecek
kerusakan-kerusakan yang mungkin ditimbulkannya dan kemungkinan pergerakan/
pergeseran tubuh dam. Apabila terjadi kerusakan, maka akan segera diadakan perbaikan.
Untuk mencegah terhadap bahaya kerusakan yang mungkin terjadi, maka akan dilakukan
hal-hal sebagai berikut :
 Perkuatan Terhadap Lereng Dam
Permukaan lereng tanggul harus kuat terhadap arus air dan terpaan hujan, karenanya
permukaan lereng akan dilindungi atau diperkuat. Perkuatan yang paling sederhana
adalah dengan memasang gebalan rumput.
Permukaan lereng dam akan senantiasa dirawat, yaitu dengan membebaskan gebalan
dan tumbuhan liar dan apabila terlalu panjang akan dipangkas. Pada waktu musim
kemarau gebalan ini akan disiram. Tumbuhan berakar dalam di tubuh dam akan
dihilangkan, sebab tumbuhan ini dapat mengakibatkan masuknya air pada tubuh dam.
 Pelindung Kaki Dam
Untuk melindungi bagian-bagian kaki dam dari kerusakan karena pengusahaan tanah
yang berdekatan tanah yang berdekatan dengan dam atau mencegah melunaknya kaki
dam karena munculnya air rembesan di waktu musim hujan, maka pada bagian sekitar
kaki dam akan dipasang filter berupa pasangan batu kosong untuk perkuatannya dan
juga akan dibuat parit-parit pembuang guna melancarkan aliran air keluar dari daerah
waduk,
 Pencegahan Kebocoran pada Tubuh Dam

Bab 1. Pendahuluan I - 64
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Timbulnya kebocoran pada dam umumnya disebabkan adanya air rembesan melalui
tubuh dam atau melalui lapisan pondasi dari kaki depan ke arah kaki belakang pada
saat muka air tinggi. Infiltrasi ke dalam tubuh dam akan meningkat bersamaan dengan
naiknya muka air saat terjadi hujan deras yang menimpa tubuh dam. Oleh karena itu
akan dilakukan usaha-usaha agar infiltrasi air hujan ke dalam tubuh dam dapat
dikurangi, yaitu dengan memperbaiki drainase lereng dam dengan pelindung lereng
dan parit-parit, agar air hujan yang turun di atas tubuh dam segera keluar menjauhi
sebelum meresap ke dalam tubuh dam.
 Pencegahan Kebocoran pada Pondasi Tanggul
Kerusakan dam baik kecil maupun besar akan segera di tangani, misalkan suatu
kebocoran yang kecil di tubuh dam dapat berakibat runtuh/jebolnya suatu dam
karena rembesan tersebut jika dibiarkan akan membesar dan lama kelamaan akan
meruntuhkan tubuh dam.

2. Pemeliharaan Mercu / Ambang Pelimpas


Bangunan ini mempunyai fungsi utama untuk melimpaskan air dari waduk. Tubuh
bangunan terbuat dari kombinasi pasangan batu dan beton bertulang. Tubuh bangunan
akan dipelihara secara rutin dan baik. Pemeliharaan bangunan yang akan dilakukan, yaitu:
 Pengawasan secara periodik terhadap tubuh mercu akan dilakukan terhadap
kemungkinan retakan dan terkelupas pada tubuh mercu. Jika terjadi hal tersebut maka
pengawas akan segera melaporkan untuk diadakan perbaikan sesegera mungkin dan
dilakukan perbaikan .
 Pengecekan terhadap retakan bangunan akan dilakukan secara rutin setiap satu bulan
sekali.
 Perbaikan tehadap kerusakan-kerusakan yang terjadi akan segera dilakukan untuk
menghindari kerusakan yang lebih besar. Kerusakan-kerusakan ringan pada
permukaan dinding bangunan dapat dilakukan sesegera mungkin, tetapi jika terjadi
kerusakan yang berat, seperti retakan tubuh maka hal ini akan segera dilaporkan dan
segera diselidiki dan dipecahkan permasalahannya.
 Bila terjadi gempa, bangunan mercu akan diperiksa kondisi strukturnya segera setelah
gempa berakhir, apabila terjadi kerusakan perlu segera diperbaiki, dan dilaporkan
pada penanggungjawab yang lebih tinggi.
 Pengawasan terhadap pondasi dudukan bangunan perlu diperhatikan secara berkala,
dan apabila terjadi kerusakan segera dilaporakan pada tingkatan institusi yang
berwenang agar dapat diperbaiki secepatnya.

Bab 1. Pendahuluan I - 65
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

 Pengawasan terhadap gangguan dari manusia perlu diperhatikan dengan seksama,


agar fasilitas tersebut terjaga.
 Pengawasan terhadap penurunan bangunan perlu diwaspadai. Apabila terjadi
penurunan bangunan agar segera dilakukan koordinasi dengan institusi lebih tinggi
untuk mencari solusi penanganan masalah tersebut.

3. Pemeliharaan Pintu Pembilas


Pengoperasian dan pemeliharaan bangunan ini akan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
 Pengoperasian pintu pembilas dilakukan secara periodik sesuai dengan volume air
yang ada.
 Pembilasan bangunan dilakukan sesuai dengan jadwal pengoperasian yang
ditetapkan dan dilakukan secara periodik pada kondisi musim penghujan dimana
debit air cukup banyak.
 Pengawasan secara periodik terhadap pintu pembilas akan dilakukan terhadap
kemungkinan retakan pada tubuh bangunan. Jika terjadi hal tersebut maka
pengawas akan segera melaporkan untuk diadakan perbaikan sesegera mungkin.
 Pengecekan terhadap fungsi pintu pembilas dilakukan secara rutin untuk
mengantisipasi kegagalan fungsi operasi pintu saat musim banjir.
 Setelah terjadi gempa, bangunan pembilas akan diperiksa kondisi strukturnya,
apabila terjadi kerusakan perlu segera di perbaiki dan segera dilaporkan kepada
penanggungjwab lebih tinggi.
 Pembersihan bangunan akibat adanya sedimentasi atau adanya fraksi-fraksi besar
yang dapat merusak. Jika terdapat fraksi-fraksi besar batu, bongkahan batu dan
sampah segera disingkirkan untuk keamanan bangunan pelimpas. Apabila
sedimentasi yang terjadi sudah melebihi batasan, maka akan dibersihkan secara
mekanis.
 Pengawasan terhadap pondasi bangunan perlu diperhatkan secara berkala, dan
apabila terjadi kerusakan segera dilaporakan pada tingkatan institusi yang
berwenang agar dapat diperbaiki secepatnya.
 Pengawasan terhadap gangguan dari manusia perlu diperhatikan dengan seksama,
agar fasilitas tersebut terjaga.

4. Pemeliharaan Intake dan Bangunan Pendistribusian Air Baku dan Air Irigasi
Intake, screen dan bangunan pendistribusian air baku dan air irigasi merupakan satu
kesatuan dalam satu unit. Berfungsi untuk mengakseskan air dan mengolah air baku dan

Bab 1. Pendahuluan I - 66
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

air irigasi. Intake terbuat dari kontruksi pasangan batu kali yang dilengkapi dengan pintu
pengatur aliran dan saringan sampah. Screen terbuat dari besi dan ditempatkan di depan
pengambilan untuk mengatisipasi masuknya sampah/kotoran dalam pipa supply. Saluran
intake terbuat dari pasangan batu kali dengan bentuk boks mengalirkan air dari
bendungan ke penenang/hisap. Dalam pemeliharaan fasilitas ini yang akan diperhatikan
adalah :
 Pengawasan secara periodik 2 x seminggu terhadap lingkungan intake akan
dilakukan terhadap kemungkinan adanya kotoran, sampah dan sedimen.
 Pengawasan terhadap gangguan dari manusia akan diperhatikan dengan seksama,
agar fasilitas tersebut terjaga dari kerusakan/bocor.
 Perawatan saluran dilakukan dalam 1 x 2 bulan untuk menjaga saluran dapat
berfungsi dengan baik.
 Memberikan pelumas Pintu intake pada setiap bagian mekanis yang bekerja dan
bersentuhan dengan logam.
 Screen/saringan sampah akan dichek periodik, apabila sudah berkarat atau rusak
akan segera diganti.
 Setelah terjadi gempa, bangunan pembilas akan diperiksa kondisi strukturnya,
apabila terjadi kerusakan akan segera diperbaiki dan segera dilaporkan kepada
penanggungjwab lebih tinggi.
 Jika terdapat fraksi-fraksi besar batu, bongkahan batu dan sampah akan segera
disingkirkan untuk keamanan bangunan pelimpas. Apabila sedimentasi yang terjadi
sudah melebihi batasan, maka akan diadakan pembersihan secara mekanis.

5. Pemeliharaan Dinding Penahan Tanah


Dinding penahan tanah berfungsi untuk mengamankan tanah di sekitar bangunan dan
juga merupakan satu kesatuan struktural bangunan utama. Bangunan ini terbuat dari
kontruksi pasangan batu kali. Bangunan ini perlu dijaga dari retakan, gerusan untuk
menjaga keutuhan bangunan secara keseluruhan. Pemeliharaan penahan tanah yang akan
dilakukan, yaitu :

 Dinding penahan akan dirawat dari kemungkinan adanya tumbuhan air yang tumbuh
di alur saluran, lumut yang tumbuh pada dinding, dengan membersihkannya secara
berkala dan teratur.

 Setelah terjadi banjir atau gempa, saluran pengarah akan diperiksa strukturnya dan
apabila terjadi kerusakan perlu segera diadakan perbaikan.

Bab 1. Pendahuluan I - 67
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

 Pengecekan terhadap dinding dari retakan pada dinding saluran. Apabila terjadi
retakan segera dilakukan perbaikan.

6. Pemeliharaan Jalan Inspeksi


Jalan dan tangga inspeksi merupakan sarana pendukung bangunan ini. Jalan inspeksi
adalah jalan untuk menghubungkan antara jalan utama ke lokasi bangunan, agar dapat
dilalui dengan mudah. Jalan inspeksi ini adalah jalan setapak diatas tanggul/dam dengan
lebar 3.0 m perlu dipelihara agar tetap dapat dilalui. Pemeliharaan terhadap jalan inpeksi
adalah dengan pemeliharaan rutin pembabatan rumput, tanaman liar yang menutup dan
merintangi jalan.
7. Pelarangan Kegiatan Pertanian Ikan pada Waduk
Analogi dengan bendungan lain di Indonesia, keberadaan waduk dapat memicu adanya
usaha pertanian ikan berupa Keramba Jaring Apung (KJA) dan kegiatan ini memiliki
kecenderungan menurunkan kualitas air dan mempercepat pendangkalan waduk. Karena
umur efektif waduk Sadawarna hanya 35 tahun, maka adanya percepatan pendangkalan
sangat merugikan fungsi waduk. Oleh karena itukeberadaan Keramba Jaring Apung akan
secara tegas dilarang. Adapun program rekayasa sosial dalang rangka pemilihan
pendapatan masyarakat terkena dampak, akan difokuskan kepada kegiatan pertanian dan
peternakan (dapat dilihat pada Lampiran 4).
Pelarangan kegiatan keramba jaring apung akan dilakukan melalui sosialisasi kepada
masyarakat dan pemasangan tandalarangan pada sempadan waduk.

1.1.6.3.2.c. Organisasi Operasi dan Pemeliharaan Waduk

Pembagian dan pengaturan tugas dan wewenang dalam operasional dan perneliharaan akan
dijabarkan dalam suatu struktur organisasi, yang berfungsi untuk :
 Melaksanakan kegiatan pekerjaan fisik operasional dan pemeliharaan;
 Melaksanakan pengaturan kegiatan operasi dan pemeliharaan;
 Mengadakan pengaturan kegiatan operasi dan pemeliharaan;
 Mengadakan koordinasi/komunikasi dengan instansi-instansi lainnya yang ada kaitannya
dengan kegiatan O & P
 Mengatur dan menyelenggarakan penyuluhan kepada pengguna air dan para petani pemakai
air.

Bab 1. Pendahuluan I - 68
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

1. Distribusi Air dan Operasi Jaringan Air Irigasi dan Air Baku

Sebagaimana telah diuraikan pasa subbab tentang tujuan dan manfaat proyek, bahwa
pembangunan Waduk Sadawarna didasari oleh adanya peningkatan kebutuhan air irigasi
maupun air baku untuk kegiatan domestik dan perkotaan. Oleh karena itu, setelah waduk
ini dioperasikan air yang tersedia di Waduk Sadawarna akan didistribusikan dengan cara
mengoperasikan jaringan air irigasi dan air baku ke daerah-daerah pemanfaat.

2. Perlindungan Kawasan/Pemeliharaan Daerah Sabuk Hijau (Green Belt)

Untuk mencegah erosi dan longsor dan menambah estetika lingkungan sekitar waduk maka
setelah pekerjaan konstruksi selesai akan dilakukan rehabilitasi lahan dan penanaman
tanaman penghijauan di sekeliling waduk (sempadan waduk) dan sekitar lokasi
perkantoran/bendungan
Pekerjaan pembuatan buffer zone akan dilakukan secara terpadu dengan kegiatan
penyiapan lahan. Sedangkan pekerjaan penanaman tanaman penghijauan akan dilakukan
segera setelah kegiatan konstruksi dan/atau penggenangan waduk selesai dilakukan.

3. Rencana Tanggap Darurat


Untuk mengantisipasi kegagalan bendungan, maka akan disusun Rencana Tanggap Darurat
Bendungan (RTD) dalam sebuah studi yang terpisah dengan Studi AMDAL. RTD Bendungan
Sadawarna akan disusun berdasarkan PP Nomor 37 Tahun 2010 Tentang Bendungan,
digunakan untuk melakukan tindakan yang diperlukan apabila terdapat gejala kegagalan
bendungan atau terjadi kegagalan bendungan.
Penyusunan RTD Bendungan Sadawarna akan melalui proses sosialisasi terlebih dahulu
kepada masyarakat yang terpengaruh potensi kegagalan bendungan. Selanjutnya draft
Rencana Tindak Darurat akan dikonsultasikan kepada bupati/walikota dan gubernur yang
wilayahnya terpengaruh potensi kegagalan bendungan. Dengan demikian, penyusunan
RTD ini akan melibatkan pemrakarsa, instansi teknis, dan dan unsur masyarakat yang
terpengaruh terhadap potensi kegagalan bendungan (masyarakat yang menerima dampak
apabila terjadi kebocoran/keruntuhan bendungan). Rencana tindak darurat akan
dilengkapi dengan analisis keruntuhan bendungan.
Rencana tindak darurat akan memuat tindakan:
a. Pengamanan bendungan; dan
b. Penyelamatan masyarakat serta lingkungan.
Tindakan pengamanan bendungan dilakukan dengan cara:
a. Memberitahukan kepada pihak terkait dengan bendungan;

Bab 1. Pendahuluan I - 69
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

b. Mengoperasikan peralatan hidro-elektro mekanikal bendungan; dan


c. Melakukan upaya pencegahan keruntuhan bendungan.

1.1.6.3.2.d.Rencana Pengelolaan DAS Waduk Sadawarna

1. Penjelasan Mengenai Umur Waduk

Waduk tidak lagi berfungsi jika sebagian besar volumenya terisi sedimen. Perhitungan umur
guna waduk berdasar jumlah potensi sedimen tahunan, efisiensi pengendapan dan sisa
volume waduk ditetapkan 20 % dari kapasitas awal.
Berdasarkan Informasi pada Kajian Teknis Keamanan Bendungan Sadawarna Di Kabupaten
Subang, 2006, oleh Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, muatan layang di
lokasi rencana Waduk Sadawarna : 49 mg/liter atau dengan debit rata-rata (data hidrologi)
19,845 m3 /det setara dengan 972,405 gram/det. Dengan demikian total Sediment Yield
tahunan adalah 30.665,763 ton/tahun.

Sisa umur waduk diketahui dari jumlah sedimen yang menutupi daya tampungan mati
(dead storage) yang dihitung melalui besarnya kapasitas volume waduk dibagi volume
sedimen yang masuk ke Waduk Sadawarna. Besarnya sedimen yang masuk ke Waduk
Sadawarna diperoleh dari hasil perhitungan total Sediment Yield tahunan yaitu 30.665,763
ton/tahun. Volume sedimen dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Berdasarkan studi terdahulu berat jenis sedimen adalah 1,3 ton/m3 maka volume sedimen
adalah:

30.665,763
Volume =
1,3

Volume =23.589,048 m3/tahun

Berdasarkan desain Waduk pada saat pembangunannya, kapasitas volume waduk kondisi
normal direncanakan mencapai 49.178.000 m3 dan tampungan mati (dead storage) sebesar
828.000 m3 dari tampungan normal. (lihat sub bab 1.1.4.1.d.).

Dead storage (tampungan mati) adalah volume tampungan sedimen yang dipersiapkan
dalam sebuah waduk. Volume tampungan efektif adalah volume tampungan air normal

Bab 1. Pendahuluan I - 70
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

dikurangi dengan dead storage, sehingga volume tampungan efektif adalah 49.178.000 m3-
828.000 m3 = 48.350.000 m3.

Dead storage waduk Sadawarna akan terisi penuh pada jangka waktu :

Kapasitas Dead Storage 828.000 m3



Volume Sedimen 23.589 m3/tahun
 35 tahun

Setelah jangka waktu 35 tahun, volume waduk perlahan lahan akan berkurang terhadap
kapasitas efektif rencana.

2. Potensi Erosi, Sedimentasi, danRencana Pengelolaan DAS Waduk Sadawarna

Kerusakan ekosistem yang terjadi pada suatu DAS akibat perubahan fungsi lahan dan
penggunaan lahan seperti perubahan hutan menjadi lahan pertanian, perladangan, dan
permukiman oleh masyarakat berpengaruh terhadap keseimbangan alam daerah itu.
Kerusakan tersebut mengakibatkan perubahan luasan penggunaan lahan sebagai
penyangga air sehingga akan menimbulkan terjadinya erosi dipercepat atau erosi tanah
menuju proses kerusakan tanah. Sehingga menjaga kelestarian daerah tangkapan hujan
terutama daerah hulu sangat penting untuk menghindari kenaikan laju sedimentasi pada
lahan tersebut yang akibatnya dapat mengurangi umur rencana waduk.

BBWS Citarum telah memiliki rencana kegiatan pengelolaan DAS yang tertuang dalam
(1) Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-DAS)
BP Das Ciliwung-Citarum, 2011, dan
(2) (Rencana POLA Pengelolaan Sumber Daya Air 6 CIS,2012, termasuk di dalamnya
pengelolaan DAS Sungai Cipunegara.

Gambar 1.15 menyajikan posisi DAS Waduk Sadawarna terhadap wilayah 6 Cis (Cidanau-
Ciujung-Cidurian-Cisadane- Ciliwung-Citarum).
Identifikasi tingkat kekritisan lahan sudah dipertimbangkan di dalamRTkRHL-DAS
(Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai)serta dalam Rencana
POLA tersebut, melalui perhitungan Tingkat Bahaya Erosi (perhitungan tingkat erosi
menggunakan MetodaUSLE/UniversalSoil LossEquation) serta aspek sosial ekonomi.
Potensi Erosi tanpa pengelolaan disajikan pada Gambar 1.16. Pada gambar tersebutdapat
dilihat bahwa pada kondisi pengelolaan jelek terdapat potensi erosi yang melebihi 300
ton/ha/tahun pada lebih dari 50% dari DAS Sadawarna.
Potensi Erosi setelah pengelolaan disajikan pada Gambar 1.17. Pada gambar tersebut dapat
dilihat bahwa pada kondisi setelah pengelolaan rencanakan potensi erosi yang melebihi 300

Bab 1. Pendahuluan I - 71
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

ton/ha/tahun turun cukup signifikan yaitu menjadi hanya + 5% dari DAS Waduk Sadawarna.
Rencana Pengelolaan Untuk Menurunkan Kekritisan Lahan dari Potensi Bahaya
Erosiadalah berupa :
1. Pelaksanaan RTkRHL (Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan) lahan kritis,
sinkronisasi Gerhan dan GNKPA. Penyusunan RTkRHL sudah dilaksanakan dalam
Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-DAS)
BP Das Ciliwung-Citarum, 2011, mengikuti Peraturan Menteri Kehutanan No
32/MenHUt-II/2009 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-DAS) yang hasilnya disajikan pada
Gambar 1.18.
2. Penyadaran masyarakat untuk melindungi/memperbaiki lahan (potensial) kritis
3. Melakukan pemetaan detail dan pemasangan tanda batas yang jelas antara lahan
milik Perhutani, lahan kosenrvasi, dan lahan milik masyarakat, serta pengawasan
terhadap perambah hutan.
4. Pertanian pada lahan pegubungan/berlereng mengikuti Permentan No 47 tahun
2006, dan tanaman panjang nilai ekonomi tinggi.

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTK RHL) di WS6 Ci, termasuk di dalamnya
DAS Waduk Sadawarna disajkan pada Gambar 1.18. Pada gambar tersebut dapat dilihat
bahwa bagian dari DAS Waduk Sadawarna yang akan dikelola sebagai kawasan budidaya
(Cultivated Area) , kawasan lindung kawasan Lindung,dan kawasan hutan produksi,
dengan pengkatagorian kegiatan sebagai berikut :
 PB-HKB = Pengijauan di Kawasan Budidaya- Kawasan Budidaya di DAS Hulu
 PB-LKB= Pengijauan di Kawasan Budidaya- Kawasan Budidaya di DAS Hilir
 PB-TKB= Pengijauan di Kawasan Budidaya- Kawasan Budidaya di DAS Tengah
 PL-HKL=Penghijauan di Kawasan Lindung –Kawasan Lindung di DAS Hulu
 PL-LKL=Penghijauan di Kawasan Lindung –Kawasan Lindung di DAS Hilir
 PL-TKL=Penghijauan di Kawasan Lindung –Kawasan Lindung di DAS Tengah
 RP-HPP= Reboisasi pada Hutan Produksi – HP Das di Hulu
 RP-THP= Reboisasi pada Hutan Produksi – HP Das di Tengah

Bab 1. Pendahuluan I - 72
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna Gambar 1.17.
Posisi Cathment Area
Waduk Sadawarna

Cathment Area
Waduk
Sadawarna

Sumber : Rencana POLA Pengelolaan


Sumber Daya Air 6 CIS,2012, dalam
Institutional Streghthening for
Integrated Water Resources
Management in the 6 Cis River Basin
Territory-Package B.Direktorat
Sumber Daya Air Kementerian
Pekerjaan Umum.
Bab 1. Pendahuluan I - 73

I-73
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Cathment Area Waduk


Sadawarna

Gambar 1.16.
Potensi erosi(ton/ha/thn) pada
Kondisi Pengelolaan
Burukpada Cathment Area
Waduk Sadawarna
Sumber : Rencana POLA Pengelolaan
Sumber Daya Air 6 CIS,2012, Direktorat
Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan
Umum.

Bab 1. Pendahuluan I - 74

I-74
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Cathment Area Waduk


Sadawarna

Gambar 1.17.
Potensi Erosi (ton/ha/thn)
pada Kondisi Pengelolaan
Baik pada Cathment Area
Waduk Sadawarna

Sumber : Rencana POLA Pengelolaan


Sumber Daya Air 6 CIS,2012, Direktorat
Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan
Umum.

Bab 1. Pendahuluan I - 75

I- 75
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Cathment
Area Waduk
Sadawarna

PB-HKB PB-HKB
(1) (1)

PB-LKB
(2) PB-LKB
(2)

PB-TKB
RL-HHL (3)
(9)

RL-LHL
(10)
PL-HKL
RL-THL (1)
(11)
PL-LKL
RP-HPP (2)
(12)

RP-THP PL-TKL
(13) (3)

Gambar 1.18.
Rencana Teknik
RehabilitasiHutandan Lahan(RTK
RHL)
Sumber : Rencana POLA Pengelolaan
Sumber Daya Air 6 CIS,2012, Direktorat
Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan
Umum.

Bab 1. Pendahuluan I - 76

I- 76
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

1.1.6.4. Kegiatan Tahap Pasca Operasi

1.1.6.4.1. Pemanfaatan bangunan bendungan dan penunjangnya setelah tidak


beroperasi

Setelah waduk dinyatakan tidak beroperasi secara efektif maka bangunan bendungan dan
pelengkapnya akan tetap dipertahankan untuk menjaga agar sedimen yang tertampung di dasar
waduk tidak mengalir ke hilir Sungai Cipunagara.

1.1.6.4.2. Pemanfatan daerah genangan setelah bendungan tidak dioperasikan

Daerah genangan waduk setelah mengalami pendangkalan dan menjadi daratan akan
dimanfaatkan untuk areal pertanian.

1.1.7. Kegiatan Lain yang Ada di Sekitar Lokasi Rencana Kegiatan

Kegiatan lain yang ada di sekitar rencana tapak bendungan dan genangan (waduk) Sadawarna
adalah sebagai berikut:

1.1.7.1. Kawasan Pertanian

Kawasan katagori pertanian di wilayah studi (Desa Sadawarna, Desa Cibalandong-jaya (Kec
Cibogo Kabupaten Subang), Desa Surian, Desa Suriamedal, Desa Tanjung (Kec Surian
Kabupaten Sumedang), meliputi persawahan tadah hujan dan 1/2 teknis (10,54%), tegalan
(0,81%) (Tabel 2.5).

1.1.7.2. Kawasan Permukiman

Kawasan katagori permukiman di wilayah studi (Desa Sadawarna, Desa Cibalandong-jaya


(Kec Cibogo Kabupaten Subang), Desa Surian, Desa Suriamedal, Desa Tanjung (Kec Surian
Kabupaten Sumedang) hanya menempati 0,25 % (Tabel 2.5) dari luas wilayah studi.
Sebagian besar lahan milik masyarakat merupakan lahan sawah, kebun, tegalan, dan
empang.
Kawasan permukiman pada wilayah studi terkatagori kepadatan rendah, kawasan
permukiman terkonsentrasi pada wilayah sekitar jalan raya. Nama desa berikut kepadatan
penduduknya adalah sebagai berikut :
a. Kec. Cibogo Kabupaten Subang:
1. Desa Sadawarna (kepadatan 428 jiwa/km2)

Bab 1. Pendahuluan I - 77
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

2. Desa Cibalandongjaya (kepadatan 175 jiwa/km2)


a. Kec. Surian Kabupaten Sumedang:
3. Desa Surian (kepadatan 175 jiwa/km2)
4. Desa Tanjung (kepadatan 115 jiwa/km2)

1.1.7.3. Kawasan Hutan Produksi

Terdapat lahan PT Perhutani di wilayah studi. Jenis tanaman hutan produksi yang dikelola
PT Perhutani di adalah 80% Jati dan 20% kayu putih.

1.1.7.4. Kegiatan PT Dahana (Persero)

Di sekitar rencana proyek pembangunan Waduk Sadawarna, tepatnya Kecamatan Cibogo,


Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, terdapat lahan yang dikuasai oleh salah satu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT Dahana (Persero). Di lokasi ini terdapat fasilitas riset
dan pengembangan, manufaktur, dan pergudangan bahan berenergi tinggi terbesar di
ASEAN, yang dinamakan Energetic Material Centre (EMC) yang menempati areal seluas 600
ha. Waduk Sadawarna akan menggenangi 12,3 % lahan yang dikuasai PT Dahana (Tabel
1.2). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan fasilitas yang dimiliki okeh PT. Dahana
(Persero) di EMC antara lain :

1. Pusat riset bahan berenergi tinggi yang terintegrasi dan memiliki konsep ramah
lingkungan dan dikenal dengan nama “Kampus Dahana”, meliputi :
 Pusat riset dan pengembangan (R&D)
 Blasting – Demolition Training Centre
 Laboratorium

2. Bunker uji bahan berenergi tinggi berstandar internasional

3. Produksi bahan berenergi tinggi, antara lain;


 Pabrik emulsion
 Pabrik detonator
 Pabrik DANFO
 Pabrik Shaped Charges
4. Gudang bahan berenergi tinggi /Magazine

Bab 1. Pendahuluan I - 78
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

5. Pusat pelatihan

Lahan yang dikuasai PT. Dahana terbagi dalam 3 zonasi berdasarkan tingkat keamanan
kegiatan tersebut baik pengaruh dari luar ke dalam, maupun sebaliknya. Zonasi tersebut
meliputi zona merah, kuning, dan hijau. Wilayah laboratorium berupa bunker uji untuk
quality control bahan peledak, gudang bahan berenergi tinggi/bahan peledak/magazine dan
pabrik bahan-bahan berenergi tinggi, ditempatkan dalam zona merah, yang terisolasi pada
radius +5 km dari kegiatan luar, dan dikelilingi oleh pelindung vegetasi. Kantor utama PT
Dahana dan mess karyawan termasuk zona kuning, sedangkan wilayah lainnya adalah zona
hijau, atau disebut zona cakar budaya. Jalan raya, dan jalan yang dibangun untuk warga
Kecamatan Cibogo, ditempatkan pada zona hijau dengan radius lebih dari 5 km. Rencana
Waduk Sadawarna, walaupun sebagian berada di atas lahan PT Dahana, berada dalam zona
hijau, sehingga diprediksi tidak memberikan dampak penting terhadap keberadaan
bendungan. Kampus Dahana telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Green Building
Council Indonesia (GBCI), terkait pemenuhan standar Green Concept, termasuk seperti
standar tahan gempa dan manajemen resiko dalam mengambil langkah-langkah antisipatif
dan pengendalian terhadap berbagai resiko yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan.

1.1.8. Alternatif-alternatif yang Akan Dikaji dalam ANDAL

Kajian mengenai Waduk Sadawarna sudah melewati beberapa tahapan kajian kelayakan teknik
dan ekonomi yang membahas alternatif-alternatif dari posisi waduk, dan pemilihan alternatif
sudah dilakukan pada tahapan tersebut, bahkan Desain bendungan sudah difinalkan pada
Tahun 2012 melalui kegiatan “Kajian Geologi Teknik dan Finalisasi Desain Waduk Sadawarna”.
Dengan demikian lingkup Studi AMDAL adalah mengaji kelayakan lingkungan dari alternatif
terpilih tersebut, sehingga dalam kajian studi AMDAL ini hanya akan membahas satu alternatif
saja.

1.1.9. Jadwal Implementasi Rencana Kegiatan

Jadwal Implementasi Rencana Pembangunan Waduk Sadawarna disajikan pada Tabel


1.13.

Bab 1. Pendahuluan I - 79
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 1.13. Rencana Jadwal Kegiatan Bendungan Sadawarna


2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
JENIS PEKERJAAN
TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV
TAHAP PRA KONSTRUKSI
A. SURVEI DAN PENGUKURAN
B. PEMBEBASAN LAHAN
B.1. PERENCANAAN
Penyusunan Dokumen Rencana
PengadaanTanah
B.2. PERSIAPAN;
B.2.1. Pembentukan
TimPersiapanPengadaanTanah
B.2.2. PendataanAwal LokasiRencana
Pembangunan
B.2.3. Konsultasi PublikRencana
Pembangunan
B.2.4. Pembentukan TimKajianKeberatan
B.2.5. Penetapan LokasiPembangunan
a. Persiapan relokasi (kajian kelayakan
permukiman, infrastruktur termasuk jalan
akses pengganti dan dokumen
lingkungan)
b. Pembangunan lokasi relokasi dan
infrastruktur
B.2.6. Pengumuman
PenetapanLokasiPembangunan
B.3. PELAKSANAAN
B.3.1. Pembentukan
KeanggotaanPelaksanaanPengadaan
Tanah
B.3.2. Pelaksanaan penyiapan
pelaksanaan Pengadaan Tanah
B.33. InventarisasidanIdentifikasi
(Termasuk Pengajuan keberatan)
B.3.4. Penetapan Nilai GantiKerugian
B.3.5. MusyawarahPenetapan Bentuk
GantiKerugian
B.36. Pengajuan Keberatan atas Bentuk
GantiKerugian
B.3.7. Pemberian GantiKerugian (termasuk
relokasi penduduk)
B.3.8. PelepasanObjekPengadaanTanah
B.3.9. PemutusanHubunganHukum antara

Bab 1. Pendahuluan I - 80
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021


JENIS PEKERJAAN
TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV
Pihak yang Berhak
DenganObjekPengadaanTanah
B.3.10. PendokumentasianPetaBidang,
DaftarNominatifdan Data
AdministrasiPengadaanTanah
B.4. PENYERAHAN HASIl

TAHAP KONSTRUKSI
A. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
B. Kantor Lapangan dan Base Camp
C. Mobilisasi Alat dan Material
Konstruksi
D. Pembangunan Jalan Akses Baru
E. Eksplotasi Quarry dan Borrow Area
F. Pembuatan Tubuh Bendungan,
Bangunan Pelengkap (Bangunan
Pelimpah, Bangunan Pengelak, dan
Bangunan Pengambilan) :
1. Pengalihan Aliran Sungai
 Galian dan timbunan Terowongan
Pengelak
 Pekerjaan Beton: Inlet &
Terowongan Pengelak
 Penutupan Pintu Pengelak, Pek.
Beton Tertutup
2. Bangunan Pelimpah
 Galian Pondasi: Weir/Bendung
 Pekerjaan Beton: Beton & Inlet
 Dinding Terowongan Vertikal
 Dinding Terowongan Horizontal
 Flip Block
3. Bangunan Intake dan Saluran
Penghantar
 Galian Pondasi:
 Bangunan Intake
 Terowongan Waterway
 Saluran Pipa Pesat
 Pekerjaan Beton:
 Bangunan Menara Intake
 Terowongan Waterway
 Surge Tank

Bab 1. Pendahuluan I - 81
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021


JENIS PEKERJAAN
TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV TW-I TW-II TW-III TW-IV
 Pekerjaan Baja: Saluran Pipa Pesat
 Rumah untuk Hoist
4. Bendungan Utama
 Galian Pondasi:
 Bendungan & Tumpuan
 Dasar Sungai
 Timbunan:
 Inti
 Filter
 Transisi
 Timbunan Batu
 Riprap
 Jalan Puncak Bendungan, Areal
Parkir
 Instrumentasi
 Rumah untuk Hoist
TAHAP OPERASIONAL
A. Pengisian Awal Waduk
B. Operasional dan Pemeliharaan
Bendungan

Bab 1. Pendahuluan I - 82
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

1.2. Dampak Penting Hipotetik

Tahapan yang akan ditempuh untuk mengetahui dampak penting hipotetik adalah :
a. Tahap Identifikasi Dampak Potensial, dilakukan dengan menginventarisasi dampak
potensial yang mungkin akan timbul, tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau
penting tidaknya dampak. Pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak
potensial tersebut merupakan dampak penting.
b. Tahap Evaluasi Dampak Potensial, dilakukan dengan memilah dampak potensial yang
dianggap tidak relevan atau tidak penting agar dapat dihilangkan/ditiadakan, sehingga
diperoleh daftar dampak penting hipotetik, berdasarkan pertimbangan hasil konsultasi
publik, diskusi dengan instansi yang bertanggung jawab, data rona lingkungan awal, serta
penelaahan mengenai kegiatan yang ada di sekitar wilayah studi. Dampak penting hipotetik
yang masuk disini adalah dampak yang dipandang penting dan relevan untuk ditelaah
secara mendalam dalam studi ANDAL
c. Tahap Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting, dilakukan dengan mengelompokkan
dampak penting hipotetik agar diperoleh prioritas dampak penting hipotetik yang
mencerminkan keterkaitan rencana usaha/ kegiatan dengan komponen lingkungan hidup,
dan keterkaitan antara berbagai komponen dampak penting. Prioritas dampak penting
tersebut dirumuskan dengan cara mengelompokkan dampak penting menjadi beberapa
kelompok menurut keterkaitannya satu sama lain, kemudian diurut berdasarkan
kepentingannya baik dari ekonomi, sosial maupun ekologis, sehingga diperoleh urutan
dampak menurut tingkat kepentingannya sehingga prioritas penggunaan energi, dana, dan
waktu dapat disesuaikan dengan urutan prioritas dampak tersebut.

1.2.1. Tahap Identifikasi Dampak Potensial

Ringkasan proses pelingkupan Tahap Identifikasi Dampak Potensial dapat dilihat pada bagan
alir di pada Gambar 1.19 sampai dengan Gambar 1.21.

1.2.2. Tahap Evaluasi Dampak Hipotetik

Ringkasan proses pelingkupan Tahap Evaluasi Dampak Hipotetik dapat dilihat pada bagan
alir di pada Tabel 1.14 serta Gambar 1.22.

1.2.3. Batas Waktu Kajian

Batas waktu kajian dapat dilihat pada Tabel 1.14.

Bab 1. Pendahuluan I - 83
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

TAHAP PRA KONSTRUKSI

SURVEI DAN PEMBEBASAN LAHAN


PENGUKURAN

PENURUNAN KONFLIK SOSIAL KONFLIK SOSIAL PENURUNAN


PENDAPATAN (KARENA NAMA (PEMBEBASAN PRODUKSI HUTAN
PENINGKATAN PETANI BENDUNGAN) MAKAM KERAMAT) DAN PERKEBUNAN
PENDAPATAN MILIK BUMN
PENDUDUK

KERESAHAN MASYARAKAT

Gambar 1.19. Diagram Alir Prakiraan Dampak Hipotetik Tahap Pra Konstruksi

Bab 1. Pendahuluan I - 84
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

TAHAP KONSTRUKSI

1. MOBILISASI 2. AKTIVITAS 3.MOBILISASI ALAT DAN


TENAGA KERJA KANTOR MATERIAL KONSTRUKSI 4.PEMBANGUNAN JALAN-JALAN 8. KONSTRUKSI BENDUNGAN UTAMA :
KONSTRUKSI LAPANGAN AKSES BARU  Pembuatan pondasi bendungan
(Basecamp,  Penimbunan tubuh bendungan
Pool-Pool  Pembuatan bangunan pelengkap (bangunan
Kendaraan PENINGKATAN pelimpah banjir dan bangunan penyadap).
KENAIKAN dan Alat PENURUNAN TIMBULNYAL KEBISINGAN
PENDAPATAN Berat,) KUALITAS IMBAH
Bengkel PERUBAHAN UDARA PADAT
PENURUNAN PENINGKATAN
danStockpile KERUS POLA (PARAMETER KONSTRUKSI PENURUNAN
KUALITAS KEBISINGAN
) AKAN PELAYANAN DEBU) TANAH
UDARA
JALAN LALU LINTAS
(PARAMETER
DEBU) EROSI DAN
PENURUNAN KUALI TAS
TIMBULNYALI SEDIMENTASI
SANITASI LINGKUNGAN
(Sampah dan Limbah Cair) 7. PERSIAPAN MATERIAL (PENGGALIAN BAHAN TANAH, MBAH PADAT
PASIR DAN KERIKIL DAN PENGGALIAN BATU (BORROW KONSTRUKSI
PENINGKATAN
PREVALENSI DAN QUARRIES) PENURUNAN
PENYAKIT ISPA KUALITAS AIR
PENINGKATAN PREVALENSI (PARAMETER TSS)
PENYAKIT BAWAAN AIR MIGRASI
PENING- EROSI DAN
(Water Borne Deseases) FAUNA
KERESAHAN MASYARAKAT KATAN SEDIMEN- MIGRASI
PENURUNAN KEBISINGAN TERESTERIAL TASI FAUNA
KUALITAS TERESTERIAL
UDARA
5. PEMBUATAN BANGUNAN 6. PENGOPERASIAN BANGUNAN TIMBULNYA
(PARAMETER PENURUNAN
DEBU) LIMBAH PADAT
KUALITAS AIR
KONSTRUKSI GANGGUAN/ PENURUNAN KERAPATAN
SUNGAI
(PARAMETER FLORA
GANGGUAN KESTA- TERPOTONGNYA GANGGUAN BIOTA AIR
BILAN LERENG AKIFER AIR TANAH TSS)
GANGGUAN/ PENURUNAN
KERAPATAN FLORA

Gambar 1.20. Diagram Alir Prakiraan Dampak Hipotetik Tahap Konstruksi

Bab 1. Pendahuluan I - 85
AnalisisDampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

TAHAP OPERASIONAL

PENGISIAN AWAL WADUK


OPERASIONAL WADUK

PENURUN PENURUN- PENURUN- TERPUTUS- BERKURANG-


PENURUNAN
AN AN AN NYA jalan NYA KUANTITAS PERUBAHAN PERKEM- PENINGKATAN
KUALITAS AIR
KERAPAT STABILITAS STABILITAS DAN ALIRAN AIR KOMPOSISI BANGAN PRODUKSI
WADUK
AN FLORA LERENG LERENG JEMBATAN S.CIPUNEGARA BIOTA AIR WILAYAH PERTANIAN
SADAWARNA
TERESTERI BENDUNG (KELONG- (Aksesibili- DI HILIR
(BOD/COD,
AL AN SORAN) tas Masyara- BENDUNGAN
dan H2S) KONFLIK
SEMPADAN kat) SADAWARNA GANGGUAN KEPENTINGAN
WADUK KEAMANAN UNTUK PEMANFAAT-
KEGIATAN PT AN AIR
DAHANA
WADUK *)

MIGRASI PENURUNAN TANAH


FAUNA (Land Subsidence)
TERESTERIAL

Gambar 1.21. Diagram Alir Prakiraan Dampak Potensial Tahap Operasional


Keterangan : *) Dampak tambahan yang dibahas, merupakan pengembangan hasil masukan dari Sidang Komisi ANDAL RKL RPL

Bab 1. Pendahuluan I - 86
AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Tabel 1.14. Ringkasan Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik dari Rencana Pembangunan Waduk Sadawarna serta Batas
Waktu Kajian
PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
TAHAP PRA KONSTRUKSI
1 Survei dan Tidak Ada Pendapatan Peningkatan Pada kegiatan survei lapangan, beberapa penduduk lokal dimanfaatkan Bukan
Pengukuran Penduduk Pendapatan sebagai enumerator ataupun guide pada kegiatan survei topografi, merupakan
Penduduk geologi dan lingkungan.Banyaknya tenaga kerja lokal yang dilibatkan dampak
untuk kegiatan survei lapangan diperkirakan mencapai 10 orang yang potenisal
berlangsung (sekitar 6 bulan). Sedikitnya penduduk setempat yang yang harus
terlibat dinilai tidak signifikan untuk menjadi DPH dikaji lebih
Tidak Tidak Tidak Tidak lanjut.
2 Pembebasan Peraturan Menteri Sosial Penurunan Kepemilikan lahan yang akan menjadi daerah terendam sebanyak Merupakan Kab. Subang : 1,5 tahun
Lahan Pekerjaan Umum No. 03 Ekonomi pendapata 47,74% merupakan lahan masyarakat. dampak Desa Sadawarna Masa
tahun 2009, tentang n petani Mata pencaharian pokok penduduk yang lahannya akan terbebaskan potenisal dan Desa pembebasa
Rekayasa Sosial sebagian besar (72,49%) adalah bertani dengan pendapatan Rp. yang harus Cibalandong n lahan
Bendungan 9.724.250,- per tahun (Berdasarkan hasil hasil Laporan Studi Rencana dikaji. Jaya Kec. selama 1,5
Peraturan Presiden Tindak Pembebasan Lahan Waduk Sadawarna, 2012). Cibogo tahun
Nomor 71 Tahun 2012 Dari perhitungan tersebut didapatkan data bahwa besarnya penghasilan DPH Kab. Sumedang :
tentang Pengadaan awal 72,49% masyarakat berada dalam golongan pendapatan perbulan Desa Tanjung,
Tanah Bagi Pelaksanaan dibawah Rp 1.000.000, artinya masih di bawah garis kemiskinan menurut Desa Surian, dan
Pembangunan Untuk Bank Dunia, di mana garis kemiskinan ditetapkan $ 1 /orang/hari Desa Suriamedal
Kepentingan Umum. (Ravallion, Chen, dan Sangraula. 2008). Dengan demikian dinilai beban Kec. Surian
Hasil studi Rencana sosial sudah tinggi.
Tindak Pembebasan Ya Tidak Tidak Tidak
Lahan dan Pemukiman Sosial Keresahan Dampak ini merupakan dampak sekunder dari penurunan pendapatan Merupakan
Kembali (LARAP), Dinas budaya masyarakat petani, akibat pembebasan lahan. Pada saat tersebut akan terjadi dampak
PSDA Prov. Jawa Barat, pengalihan kepemilikan atau penguasaan atas lahan, dan akan potenisal
2012 meresahkan masyarakat terutama berkaitan dengan masalah ganti rugi yang harus
Hasil Studi Rekayasa atau relokasi penduduk dan relokasi lahan pertanian. Dampak primernya dikaji.
seperti yang diutarakan di atas sudah memiliki beban yang tinggi DPH

Bab 1. Pendahuluan I-87


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
Sosial pada Tahap Pra (masyaralat terkatagori miskin). Adapun pendapatan memegang peranan
Konstruksi penting dalam kehidupan masyarakat. Dari konsultasi publik terungkap
PembangunanWaduk adanya kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang penurunan
Pembebasan Sadawarna, Dinas PSDA pendapatan dari pembebasan lahan.
Lahan Prov. Jawa Barat, 2009 Ya Ya Ya Tidak
Tidak ada Sosial Konflik Penamaan Bendungan Sadawarna yang merupakan nomenklatur nama Merupakan Kab. Sumedang : 2 tahun
budaya sosial berdasarkan administrasi dari pemrakarsa. Hal ini ternyata menimbulkan dampak Ds.Tanjung, Ds.
(karena dampak konflik pemberian nama, yaitu ketidaksetujuan masayarakat dari potenisal Surian dan Ds Masa
nama Kec. Surian Kabupaten Sumedang, atas nama bendungan, yang terlalu yang harus Suriamedal Kec. pembebasa
bendungan) menonjolkan nama desa Sadawarna yang terletak di Kab . Subang. dikaji. Surian n lahan
Menurut penduduk Kecamatan Surian, dampak terbesar menurut versi akan
mereka adalah di wilayah mereka, sementara wilayah Kabupaten DPH berjalan
Sumedang dalam perencanaan Waduk ini bukan termasuk wilayah yang selama 2
menerima manfaat. tahun.
Ya Ya Ya Tidak
Tidak ada Sosial Konflik sosial Konflik sosial berpotensi terjadi dari kegiatan pembebasan makam Merupakan Desa Sadawarna 2 tahun
budaya (Pembebas- keramat, yang berada pada Desa Sadawarna. Saat ini masih banyak dampak Kec. Cibogo Masa
an Makam sekelompok masyarakat yang rutin menziarahi makam tersebut. Makan potenisal pembebasa
Keramat) tersebut merupakan makam seseorang yang dianggap sebagai perintis yang harus n lahan
dan nenek moyang (ancestor) masyarakat di desa Sadwarna dan desa- dikaji. akan
desa lainnya, terletak di Dusun Sadawarna sebelah utara lokasi berjalan
rencana bendungan. Dari papan nama situs makam tersebut DPH selama 2
merupakan situs makam yang tercatat di Balai Pelestarian Sejarah dan tahun.
Nilai-nilai Tradisional Bandung. Jika level air bendungan Sadwarna
dibangun sesusia dengan rencana genangan yang maksimal, maka
makam tersebut termasuk yang akan tergenang. Konflik sosial dapat
terjadi dari masyarakat yang biasa menziarahi makam tersebut, baik itu
penduduk lokal maupun masyarakat di luar wilayah Desa, karena mereka
tidak setuju makan tersebut akan tergenanang air waduk. Makam

Bab 1. Pendahuluan I-88


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
tersebut memegang peranan penting bagi peziarah yang
mempercayainya, dan adanya kekhawatiran masyarakat jika
ditenggelamkan akan menimbulkan bencana.
Pembebasan Tidak Ya Ya Tidak
Lahan Untuk pembebasan lahan Produktivitas Penurunan Luas hutan produksi PT Perhutani yang terbebaskan adalah 314,436 ha Bukan
yang merupakan lahan budi Produksi (45,3 % dari total lahan terbebaskan), merupakan hutan produksi kayu merupakan
kawasan hutan : PP No. daya Hutan dan jati (80%) dan kayu putih (20%). sementara Luas lahan perkebunan dampak
10/2010 tentang Perkebuna (penghijauan di zona aman) milik PT Dahana adalah sebesar 76,741 ha potenisal
Penggunaan Kawasan n milik (11,1% dari total lahan terbebaskan), merupakan perkebunan campuran. yang harus
Hutan dan PP No BUMN Kegiatan ini sudah memiliki rencana pengelolaan yang sudah dikaji lebih
24/2010 tentang direncanakan sejak awal sbg bag.dari rencana kegiatan. Dalam lanjut.
Penggunaan Kawasan pelaksanaan pembebasan lahan milik BUMN ini, terdapat prosedur yang
Hutan. akan ditempuh berdasarkan pedoman yang berlaku (sub bab
1.1.6.1.2.e).,
Tidak Tidak Tidak Tidak
TAHAP KONSTRUKSI
1. Mobilisasi Tidak Ada Sosial Peningkat- Penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan tahap kontruksi berpotensi Merupakan  Kab. Subang : 2,5 tahun
Tenaga Ekonomi an membuka kesempatan kerja dan berusaha secara langsung maupun dampak Desa Sadawarna
Kerja pendapat- tidak langsung sebagai multiplier effect dan akan mempengaruhi potenisal dan Desa Dampak
Konstruksi an tenaga meningkatkan pendapatan penduduk. Peluang kerja yang diciptakan dari yang harus Cibalandong terjadi
kerja kegiatan mobilisasi tenaga kerja tahap konstruksi dengan Rencana dikaji. Jaya Kec. selama 2,5
kebutuhan tenaga kerja tahap kontruksi sekitar 429 orang (lihat Tabel Cibogo tahun masa
1.6.) dengan komposisi memungkinkan untuk 34,63 % tenaga pendatang DPH  Kab. Sumedang : konstruksi
(148 orang) dan 66 % tenaga lokal (281 orang). merupakan dampak Ds.Tanjung, Ds.
hipotetik bagi tenaga kerja lokal. Selain itu adanya tenaga kerja proyek Surian dan Ds
akan tumbuh kegiatan multiplier effect berupa warung-warung untuk uriamedal Kec.
memenuhi kebutuhan sehari-hari para pekerja, disamping untuk Surian
memenuhi kebutuhan bahan/material konstruksi.
Tidak Ya TIdak Tidak

Bab 1. Pendahuluan I-89


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?

2 Aktivitas Pengelolaan Kesehatan Penurunan Adanya peningkatan jumlah manusia yang bermukim di sekitar tapak Merupakan Kab. Subang : 2,5 tahun
Kantor material/bahan di stock masyarakat Kualitas proyek khususnya pada base camp dari 429 orang pekerja akan dampak Desa Sadawarna Masa
Lapangan pile disajikanpada Sanitasi menghasilkan buangan sampah dan cair yang perlu dikelola agar tidak potenisal Kec. Cibogo konstruk-
dan Lampiran 6. Lingkungan menurunkan kualitas sanitasi setempat yang harus Kab. Sumedang : si Bendungan
Basecamp (sampah Tidak Ya Tidak Ya dikaji. Kec. Surian Sadawar-na
dan limbah DPH Desa Tanjung adalah 2,5
cair) tahun
Aktivitas Tidak ada Kesehatan Peningkat- Dampak ini merupakan dampak sekunder dari penurunan kualitasi sanitasi Merupakan Kab. Subang: 2,5 tahun
Kantor masyarakat an lingkungan akibat aktivitas domestik pekerja karena menimbulkan limbah dampak Desa
Lapangan Prevalensi padat dan limbah cair.Pengelolaan yang tidak memadai berpotensi potenisal Sadawarna Kec. Masa
dan Penyakit mencemari sumber air minum dan terjadi pemindah/penularan penyakit yang harus Cibogo konstruk-
Basecamp Bawaan Air atau sebagai vehicle. Dalam hal ini air berperan dalam menularkan dikaji. Kab. Sumedang : si Bendung-
(Water penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan. Air membawa penyebab Kec. Surian an Sadawar-
Borne penyakit dari kotoran (faeces) penderita, kemudian sampai ke tubuh orang DPH Desa na adalah 2,5
Deseases) lain melalui makanan, dan minuman Tanjung tahun

Tidak Ya Tidak Ya
3 Mobilisasi Tidak ada Kualitas Penurunan Mobilisasi alat dan material akan berlangsung pada ruas jalan antara Untuk jalan Ruas jalan 2,5 tahun
Alat udara kualitas quarry dan borrow area sampai lokasi as bendungan. Lokasi quarry dan akses segmen 1
dan Material udara borrow area adalah seperti yang disajikan pada Gambar 1.14. segmen 1 (Dusun Masa
Konstruksi (parameter Jalan akses menuju tapak proyek akan dibuat terutama untuk merupakan Songom - konstruksi
debu) menghubungkan Borrow area I dan II, lokasi quarry pasir, dan lokasi dampak Jalan Desa Bendungan
quarry batu (lihat Gambar 1.14), lokasi quarry dan borrow area) menuju potenisal Tanjung Kec. Sadawarna
tapak bendungan. Jumlah ritasi kendaraan yang akan melalui jalan akses yang harus Cobogo, Kab adalah 2,5
eksisting yang digunakan oleh masyarakat disajikan pada Tabel 1.9. dikaji. Subang) tahun
Penurunan kualitas udara dari parameter gas tidak teridentifikasi
sebagai dampak potensial mengingat lalu lalang kendaraan pada jalan DPH
akses 1, 2, dan 3 (Tabel 1.9) kualitas udara ambien masih baik (data

Bab 1. Pendahuluan I-90


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
pada Tabel 2.4), dengan demikian penambahan (dispersi) emisi gas dari
kendaraan pengangkut material konstruksi dapat terencerkan (dilluted) di
udara.
Sedangkan penurunan kualitas udara untuk parameter debu masih
mungkin terjadi karena adanya resuspensi debu di udara dikarenakan
tapak jalan akses eksisting belum dilapisi aspal (masih jalan batu).
Dampak akan dirasakan terutama jalan akses pada segmen 1 akan
melalui beberapa titik permukiman penduduk di Dusun Songgom, Desa
Tanjung, Kec. Surian, Kab Sumedang.
Sementara jalan akses segmen 2 (Desa Sadawarna) tidak melewati
permukiman penduduk.
Tidak Ya Ya Ya
4 Mobilisasi Tidak ada Kesehatan Peningkatan Penurunan kesehatan masyarakat merupakan dampak sekunder dari Merupakan Ruas jalan 2,5 tahun
Alat masyarakat prevelensi dampak primer berupa penurunan kualitas udara (peningkatan parameter dampak segmen 1 (Masa
dan Material penyakit debu/TSP) pada udara ambien. potenisal (DusunSongom - konstruksi
Konstruksi (ISPA) Tidak Ya Ya Tidak yang harus Jalan Desa Bendungan
dikaji.DPH Tanjung Kec. Sadawarna)
Cobogo, Kab
Subang)
Tidak Ada Kebisingan Peningkat- Dampak peningkatan kebisingan berasal dari lalu lalang kendaraan Untuk jalan Ruas jalan 2,5 tahun
an dump truck kapasitas 5m3 pengangkut alat dan material. Dampak akan akses segmen 1
Intensitas dirasakan terutama jalan akses pada segmen 2 yg melalui beberapa titik segmen 1 (Dusun Masa
Kebisingan permukiman penduduk di Segmen 1 : di Dusun Songgom, Desa merupakan Songom - konstruksi
Tanjung, Kab Sumedang. Material yang diangkut kendaraan terutama dampak Jalan Desa Bendungan
adalah material batu, pasir, dan tanah urug. potenisal Tanjung Kec. Sadawarna
Adapun pada ruas jalan bagian barat bendungan (Segmen 2 : Lokasi yang harus Cobogo, Kab adalah 2,5
borrow area 2– Jalan PT Dahana di Dusun Dukuh satu, Desa dikaji. Subang) tahun
Sadawarna, Kec. Cobogo, Kab Subang – Jalan akses baru langsung ke
as bendungan), yang menguhubungkan lokasi quarry dan borrow area DPH

Bab 1. Pendahuluan I-91


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
tidak terdapat permukiman sehingga dampak kebisingan tidak akan
dirasakan oleh masyarakat di sana.

Tidak Ya Ya Ya
Tidak Ada Transportasi/ Kerusakan Dampak terhadap kualitas jalan yang bersumber ritasi kendaraan Untuk jalan Segmen 1 2,5 tahun
Mobilisasi kondisi jalan jalan pengangkut material yang akan melalui jalan akses berupa jalan raya akses (Dusun
Alat (pengurang eksisting yang sehari-hari digunakan masyarakat sebagai sarana segmen 1 dan Songom - Masa
dan Material -an masa aksesibilitas seperti yang tercantum pada Tabel 1.9. 2,merupakan Jalan Desa konstruksi
Konstruksi layan jalan)
Dari hasil observasi awal di lapangan, kualitas jalan segmen 1 (Dusun dampak Tanjung Kec. Bendungan
Songgom, Desa Tanjung, Kec Surian, Kab Sumedang), yang selama 2,5 potenisal Cobogo, Kab Sadawarna
tahun akan dilalui rata-rata sebanyak 224 ritasi /hari, semula adalah jalan yang harus Subang). adalah 2,5
perkesaran batu dengan kualitas rusak, beberapa bagian baru saja dikaji. Segmen 2 : tahun
ditingkatkan melalui pengaspalan dengan kualitas kelas 3. Adapun DPH Lokasi borrow
kondisi jalan di segmen 2 (Dusun Dukuh satu, Desa Sadawarna, Kec area 2– Jalan
Cibogo, Kab Subang), yang selama 2,5 tahun akan dilalui rata-rata PT Dahana di
sebanyak 201 ritasi/hari, merupakan jalan perkerasan batu dengan Dusun Dukuh
kualitas rusak. satu, Desa
Sedangkan pada Segmen 3 (Jalan Subang-Cikamurang (atau Jl Raya Sadawarna,
Subang-Tomo) – ke segmen 2 – ke Jalan akses baru ke as bendungan), Kec. Cobogo,
jumlah ritasi rerata per hari hanya 11 ritasi, untuk truk 5m3 yang Kab Subang
mengangkut semen, besi, dan alat berat. Kondisi kualitas jalan provinsi
kelas 1, yang memang dipersiapkan mampu melayani kendaraan berat.
Ya Ya Ya Ya
Tidak Ada Transportasi/ Perubahan Pada deskripsi kegiatan sub bab1.1.6.2.3.,telah dijelaskan bahwa Bukan - -
pola pola semua kebutuhan material dapat dipenuhi oleh sumberdaya setempat, merupakan
pelayanan pelayanan sehingga sebagian besar tidak akan melalui jalan raya provinsi Subang- dampak
lalulintas lalulintas Cikamurang (Tomo) (Segmen 3). Meskipun demikian, alat berat dan potenisal
semen akan didatangkan dari luar daerah sehingga tetap ada volume yang harus
kendaraan berat yang akan melalui jalan ini dengan jumlah ritasi rerata dikaji lebih

Bab 1. Pendahuluan I-92


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
11 ritasi per hari selama 2,5 tahun. lanjut.
Sementara jalan pada Segmen 1 merupakan merupakan jalan desa
dengan beban lalu litas yang rendah, demikian pula segmen 2,
merupakan jalan yang berada di atas lahan PT Dahana dengan beban
lalu litas yang rendah pula.
Mobilisasi Tidak Tidak Tidak Tidak
Alat Tidak ada Sosial Keresahan Dampak terhadap keresahan masyarakat merupakan dampak tersier tiga Merupakan Segmen 1 2,5 tahun.
dan Material budaya masyarakat aliran dampak penting hipotetik primer yaitu (1) penurunan kualitas udara dampak (Dusun Masa
Konstruksi (peningkatan debu), (2) dampak sekunder dari peningkatan prevalensi potenisal Songom - konstruksi
penyakit ISPA, ( 3) peningkatan kebisingan, (4) kerusakan jalan. yang harus Jalan Desa Bendungan
Dampak-dampak primernya merupakan dampak penting hipotetik dikaji. Tanjung Kec. Sadawarna
DPH Cobogo, Kab adalah 2,5
Tidak Ya Ya Ya Subang). tahun
Segmen 2 :
Lokasi borrow
area 2– Jalan
PT Dahana di
Dusun Dukuh
satu, Desa
Sadawarna,
Kec. Cobogo,
Kab Subang
5 Pembangun- Tidak ada kualitas Penurunan Penurunan kualitas udara berupa resuspensi debu diidentifikasikan Bukan - -
an Jalan udara kualitas bersumber dari debu akibat pekerjaan tanah, pekerjaan badan jalan. Dari dampak
Akses Baru udara hasil pengamatan survei awal, lokasi akses jalan baru tidak berada pada potenisal
(debu) daerah permukiman penduduk (lihat Gambar.1.3). yang harus
Tidak Tidak Tidak Tidak dikaji lebih
lanjut

Bab 1. Pendahuluan I-93


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
Tidak Ada Kebisingan Peningkat- Peningkatan kebisingan diidentifikasikan sebagai dampak potensial Bukan - -
an bersumber dari pekerjaan land clearing untuk pembangunan jalan akses. merupakan
Intensitas Dari hasil pengamatan survei awal di lokasi rencana jalan, lokasi akses dampak
Kebisingan jalan baru tidak berada pada daerah permukiman penduduk (lihat potenisal
Gambar 1.3). yang harus
dikaji lebih
Tidak Tidak Tidak Tidak lanjut.
Pembangun Pedoman Direktorat Sanitasi Timbulnya Upaya-upaya untuk mengelola limbah konstruksi dari kegiatan land Bukan - -
an Jalan Jenderal Bina Marga, lingkungan limbah clearingsudah direncanakan (dalam deskripsi kegiatan sub bab merupakan
Akses Baru Departemen Pekerjaan padat 1.1.6.2.8.e. dan Lampiran 6, dalam bentuk pengelolaan terhadap dampak
Umum No.010/BM/2009, konstruksi keamanan teknis serta estetika lingkungan. potenisal
tentang Pelaksanaan yang harus
Pengelolaan Lingkungan Tidak Tidak Tidak Tidak dikaji lebih
Hidup Bidang Jalan lanjut..
6 Konstruksi  SNI 03-6456.1-2000 Kestabilan Gangguan Dari data yang tercantum pada rona lingkungan awal sub bab Bukan
Bangunan tentang Metode lereng kestabilan 2.5.1.6.(4) (Bor Inti Sepanjang As Rencana Terowongan Pengelak) dan merupakan
Pengelak. Pengontrolan Sungai lereng (5) kondisi geologi dan hasil pemboran inti di rencana terowongan dampak
Selama Pelaksanaan pada bukit pengelak ; didapatkan analisis bahwa berdasarkan litologi yang potenisal
Konstruksi Bendungan; kiri tersingkap di lokasi rencana terowongan pengelak terdiri dari 3 lapisan yang harus
Bagian 1 Pengendalian tumpuan batuan, yaitu lanau lempung pasiran, breksi tufaan dan batu lempung, dikaji lebih
Sungai selama bendungan dengan data data pemboran di 3 titik pada as rencana terowongan lanjut.
Pelaksanaan pengelak yang menunjukkan nilai permeabilitas dan nilai SPT yang
Konstruksi Bendungan. memenuhi persyaratan teknis bahwa lokasi rencana terowongan
 SK Menteri Kimpraswil pengelak layak untuk menerima rekayasa pembuatan terowongan.
No. 384 Tahun Rencana pembangunan terowongan akan mengacu kepada SNI 03-
2004Tentang Pedo- 6456.1-2000 dan SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
man Teknis Keselamat- 384 Tahun 2004.
an dan Kesehatan
Kerja pada Tempat Tidak Tidak Tidak Tidak

Bab 1. Pendahuluan I-94


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
Kegiatan Konstruksi
Bendungan (hal Daftar
Prosedur (K3) untuk
Konstruksi Terowongan
pada Bendungan
Konstruksi
Bangunan Tidak ada Hidrogeologi Terpotong- Kegiatan penggalian terowongan pembuatan terowongan pengelak dapat Merupakan
Pengelak. nya lapisan saja memotong lapisan batuan yang bertindak sebagai pembawa air dampak
akifer air (akifer), baik berupa lapisan akifer dangkal ataupun lapisan akifer dalam. potenisal
tanah Pada tataan satuan hidrogeologi (Peta hidrogeologi Lembar Cirebon, yang harus
Sutrisno 1983), daerah rencana kegiatan disusun oleh satuan air tanah dikaji.
dengan akifer produktif rendah dan daerah langka air. Hasil uji
permeabilitas terhadap lapisan-lapisan batuan yang dilakukan pada DPH
penyelidikan geologi teknik (sub bab 2.1.5.6.)umumnya menunjukkan
nilai koefisien permeabilitas rendah yaitu 1.10-4 s/d 1.10-5 cm/det.
Berdasarkan uraian di atas, maka aktivitas penggalian untuk rencana
terowongan pengelak tidak memberikan dampak penurunan muka air
tanah yang berarti, penurunan muka air tanah hanya terjadi pada
lingkupan terbatas atau bersifat lokal di sekitar penggalian.
Tidak Tidak Tidak Tidak
7. Pengoperasi- Pengoperasian Biota Air Gangguan Adanya kegiatan pengalihan aliran air sungai melalui terowongan Bukan - -
an Bangun- bendungan pengelak Biota Air pengelak pada saat pembangunan tubuh bendungan utama pada tahap merupakan
an Pengelak. akan berpedoman konstruksi diprakirakan dapat berpengaruh terhadap kondisi biota air dampak
kepada SNI 03-6456.1- yang terdapat di dasar sungai. Biota air yang dimaksud adalah perifiton potenisal
2000 tentang Metode yang menempel di bebatuan maupun benthos yang terdapat di dasar yang harus
Pengontrolan Sungai sungai. Selain itu habitat bersarang dari nekton juga akan hilang dikaji lebih
Selama Pelaksanaan dikarenakan sungai akan menjadi kering di lokasi pembangunan tubuh lanjut.
Konstruksi Bendungan ; bendungan utama. Di lokasi studi tidak ditemukan biota air yang
Bagian 2 : Penutupan Alir dilindungi termasuk jenis nektonnya. Demikian juga plankton/perifiton

Bab 1. Pendahuluan I-95


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
Sungai dan Bendungan maupun benthosnya diprakirakan hilang. Tetapi gangguan ekosistem
Pengelak. tersebut terjadi hanya di sekitar lokasi pembangunan tubuh bendungan
utama saja (+ 260 meter).
Tidak Tidak Tidak Tidak

8 Persiapan Pedoman Direktorat kualitas Penurunan Penurunan kualitas udara diidentifikasikan bersumber dari tempat Bukan
material Jenderal Bina Marga, udara kualitas bongkar muat, stockpiles, tumpukan dalam truk pengangkut, alat merupakan
(penggalian Departemen Pekerjaan udara penghancur batu. Upaya-upaya untuk mengantisipasi dampak dampak
bahan Umum No.010/BM/ 2009, (parameter resuspensi debu ke udara ambien dari kegiatan ini sudah direncanakan potenisal
tanah, pasir ttg Pelaksanaan debu) (dalam deskripsi kegiatan sub bab 1.1.6.2.7.d. dan Lampiran6.),dalam yang harus
dan kerikil Pengelolaan Lingkungan bentuk pengelolaan lingkungan. Disamping itu lokasi quarry dan borrow dikaji lebih
dan Hidup Bidang Jalan area tidak berada pada permukiman penduduk. lanjut.
penggalian Tidak Tidak Tidak Tidak
batu (borrow Tidak ada Flora Gangguan Gangguan/penurunan keanekaragaman flora diidentifikasikan sebagai Bukan - -
dan /Penurunan dampak potensial bersumber dari debu akibat pekerjaan pekerjaan merupakan
quarries) Kerapatan pengambilan material pada borrow area 1 dan 2, di lahan seluas + 8 ha, dampak
Flora Luas wilayah penyebaran dampak tersebut tidak besar (setempat), dan potenisal
dari hasil observasi lapangan tidak ditemukan jenis flora yang langka yang harus
yang dilindungi pada daerah tersebut dikaji lebih
Tidak Tidak Tidak Tidak lanjut.
Tidak ada Fauna Migrasi Migrasi fauna yang terjadi karena pembukaan lahan untuk borrow area di Bukan - -
teresterial Fauna Dusun Songgom, Desa Tanjung, Kab Sumedang dan di perbukitan merupakan
Teresterial Dusun Sadawarna, Desa Sadawarna, Kab Subang, dapat menyebabkan dampak
tertekannya jenis-jenis satwa yang peka terhadap gangguan sehingga potenisal
akan bermigrasi ke tempat yang lebih aman. Dampak dinilai sebagai yang harus
dampak tidak penting hipotetikdengan pertimbangan sebagai berikut : dikaji lebih
lanjut.
Pada kondisi eksisting, rencana lokasi borrow area dan quarry sudah
menjadi lahan pertambangan galian C, sesuai RTRW Kab Sumedang

Bab 1. Pendahuluan I-96


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sumedang, Desa Tanjung sebagai areal pertambangan galian C Pasir,
batu andesit, dan bentonit. Rona lingkungan awal menunjukkan sebagian
Persiapan besar wilayah tersebut sudah di-land clearing sehingga habitat satwa
material sudah hilang.
(penggalian Adanya tipe vegetasi yang serupa dengan lokasi di luar lokasi land
bahan clearing rencana tapak borrow area menjadikan banyaknya tipe habitat
tanah, pasir yang cocok bagi fauna untuk berpindah.
dan kerikil Berbeda dengan dampak migrasi satwa karena keberadaan waduk
dan (693,943 ha), migrasi satwa pada tapak land celaring tahap konstruksi ini
penggalian hanya untuk luas tapak borrow area saja dengan total luas +8 ha, serta
batu (borrow di kondisi eksisting lahan ini sudah menjadi areal pertambangan,
dan sehingga diprakirakan perpindahan tidak akan jauh karena tipe habitat di
quarries) sekitar lokasi borrow area homogen.
Tidak Tidak Tidak Tidak
Upaya-upaya untuk Kebisingan Peningkat- Kegiatan penambangan di quarry dan borrow area diidentifikasikan Bukan - -
mengantisipasi dampak an intesitas sebagai dampak potensial terutama yang bersumber dari aktivitas merupakan
peningkatan kebisingan Kebisingan penghancuran batu serta peledakan bukit/batuan. Luas wilayah dampak
dari kegiatan ini sudah penyebaran dampak tidak besar (setempat) dan rencana pengelolaan potenisal
direncanakan (dalam sudah diantisipasi pada rencana kegiatan (dalam deskripsi kegiatan yang harus
deskripsi kegiatan sub sub bab 1.1.6.2.7.d..dan Lampiran6), dalam bentuk pengelolaan dikaji lebih
bab 2.1.4.2.7 dan lingkungan. Disamping itu lokasi quarry dan borrow area tidak berada lanjut.
Lampiran 6 bagian pada permukiman penduduk
L.6.1.11 Tidak Tidak Tidak Tidak
Keputusan Direktur Erosi dan Peningkat- Erosi dan sedimentasi pada kegiatan penambangan di quarry dan borrow Bukan - -
Jendral Pertambangan Sedimentasi an Erosi area diidentifikasikan sebagai dampak potensial akibat pembukaan areal merupakan
Umum No. dan vegetasi untuk areal timbunan (stockpiles) dan areal galian (borrow pit). dampak
693.K/008/DJP/1996 Sedimen- potenisal
Upaya-upaya untuk mengantisipasi dampak erosi dan sedimentasi dari
tentang Pedoman Teknis tasi yang harus
kegiatan ini sudah direncanakan (dalam deskripsi kegiatan sub bab

Bab 1. Pendahuluan I-97


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
Pengendalian Erosi Pada 1.1.6.2.8.d danLampiran 6 bagian L.6.1.2), dalam bentuk pengelolaan dikaji lebih
Kegiatan Pertambangan lingkungan, mengacu kepada Keputusan Direktur Jendral Pertambangan lanjut.
Umum Umum No. 693.K/008/DJP/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Erosi Pada Kegiatan Pertambangan Umum.
Tidak Tidak Tidak Tidak
Persiapan Kualitas Air Penurunan Peningkatan konsentrasi padatan terlarut /total suspended solids (TSS) Bukan - -
material Kualitas Air pada air Sungai Cipunegara disebabkan oleh dampak primer erosi dan merupakan
(penggalian Sungai sedimentasi akibat kegiatan penambangan pda quarry dan borrow area. dampak
bahan (Parameter Upaya-upaya untuk mengantisipasi dampak erosi dan sedimentasi yang potenisal
tanah, pasir TSS) merupakan dampak primer dari penurunan kualitas air (TSS) sudah yang harus
dan kerikil direncanakan (dalam deskripsi kegiatan sub bab 1.1.6.2.8.d dikaji lebih
dan danLampiran 6, bagianL.6.1.2.) dalam bentuk pengelolaan lingkungan, lanjut.
penggalian mengacu kepada Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No.
batu (borrow 693.K/008/DJP/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Erosi Pada
dan Kegiatan Pertambangan Umum.
quarries) Tidak Tidak Tidak Tidak
Kep men ESDM no 18 th Sanitasi Timbulnya Bersumber dari sisa pembersihan lahan, serta limbah galian berupa Bukan - -
2008 ttg Reklamasi dan lingkungan Limbah timbunan tanah yang tidak terpakai dari pekerjaan tanah (galian).Upaya- merupakan
Penutupan Tambang Padat upaya untuk mengelola limbah konstruksi dari kegiatan ini sudah dampak
Konstruksi direncanakan dalam deskripsi kegiatan sub bab 1.1.6.2.8.f. dan potenisal
Lampiran6, mengacu kepada Kep men ESDM no 18 th 2008 ttg yang harus
Reklamasi dan Penutupan Tambang. dikaji lebih
lanjut.
Tidak Tidak Tidak Tidak
9 Konstruksi Tidak ada Flora Gangguan/ Gangguan/ penurunan keanekaragaman flora di tapak as bendungan, Bukan
Bendungan teresterial Penurunan bangunan pelimpah, bangunan pengelak, dan bangunan pengambilan, merupakan
Utama dan Kerapatan diidentifikasikan sebagai dampak potensial bersumber dari hilangnya dampak
Bangunan Flora flora di bukit tumpuan kiri dan kanan bendungan, sepanjang @ + 360 m. potenisal
Pelengkap Tersterial Jika diperkirakan, dua sisi bendungan dengan tapak yang terganggu yang harus

Bab 1. Pendahuluan I-98


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
masing-masing 100 m, maka luasnya adalah 7,2 ha atau dapat dikatakan dikaji lebih
setempat dan tidak signifikan. Dari hasil observasi lapangan juga tidak lanjut.
ditemukan jenis flora yang langka yang dilindungi
Tidak Tidak Tidak Tidak
Tidak ada Fauna Migrasi Migrasi fauna terjadi karena pembukaan lahan di tapak as bendungan, Bukan
Teresterial Fauna bangunan pelimpah, bangunan pengelak, dan bangunan pengambilan, merupakan
Teresterial menyebabkan tertekannya jenis-jenis satwa yang peka terhadap dampak
Konstruksi gangguan sehingga akan bermigrasi ke tempat yang lebih aman. potenisal
Bendungan Berdasarkan observasi di lapangan (sub bab 2.2.1. dan2.2.2.), adanya yang harus
Utama dan tipe vegetasi yang serupa dengan lokasi di luar lokasi tapak as dikaji lebih
Bangunan bendungan, bangunan pelimpah, bangunan pengelak, dan bangunan lanjut.
Pelengkap pengambilan, menjadikan banyaknya tipe habitat yang cocok bagi fauna
untuk berpindah. Berbeda dengan migrasi satwa ketika pengisian awal
waduk (693,943 ha), migrasi satwa pada tahap konstruksi ini hanya
untuk luas tapak di tapak as bendungan bangunan pelimpah, bangunan
pengelak, dan bangunan pengambilan saja (+ 2 ha), serta perpindahan
tidak akan jauh karena tipe habitat di sekitar lokasi tersebuthomogen
Tidak Tidak Tidak Tidak
Pedoman Pelaksanaan Erosi dan Erosi dan Erosi dan sedimentasi diidentifikasikan sebagai dampak potensial Bukan
Konstruksi Bendungan Sedimentasi Sedimenta bersumber dari aktivitas pekerjaan tanah. Upaya-upaya untuk merupakan
Urugan, yang dikeluarkan si mengantisipasi dampak erosi dan sedimentasi dari kegiatan ini sudah dampak
oleh Bintek Ditjen SD Air, direncanakan (dalam deskripsi kegiatan sub bab 2.1.4.2.8), mengacu potenisal
Dept Pekerjaan Umum, kepada Pedoman Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Urugan, yang yang harus
2004. dikeluarkan oleh Bintek Ditjen SD Air, Dept Pekerjaan Umum, 2004. dikaji lebih
Tidak Tidak Tidak Tidak lanjut.
SNI 03-6456.2-2000 Kualitas Air Penurunan Peningkatan konsentrasi padatan terlarut /total suspended solids (TSS) Bukan
Metode Pengontrolan Kualitas Air pada air Sungai Cipunegara disebabkan oleh dampak primererosi dan merupakan
Sungai Selama (Parameter sedimentasi akibat aktivitas pekerjaan tanah. Upaya-upaya untuk dampak
Pelaksanaan Konstruksi TSS) mengantisipasi dampak erosi dan sedimentasi yang merupakan dampak potenisal

Bab 1. Pendahuluan I-99


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
Bendungan primernya sudah direncanakan (dalam deskripsi kegiatan sub bab yang harus
Konstruksi  Bagian 1 : Pengen- 1.1.6.2.8.ddanLampiran 6 pada L.6.2.1.), mengacu kepada Pedoman dikaji lebih
Bendungan dalian Sungai selama Pelaksanaan Konstruksi Bendungan Urugan, yang dikeluarkan oleh lanjut.
Utama dan Pelaksanaan Kons- Bintek Ditjen SD, Dept Pekerjaan Umum, 2004.
Bangunan truksi Bendungan
Pelengkap Khusus saat pelaksanaan konstruksi bendungan, sudah direncanakan
 Bagian 2 : Penutupan
pembuatan bangunan pengelak sehingga aliran air sungai ke hilir akan
Alir Sungai dan
dialihkan melalui jalur khusus (terowongan pengelak) sehingga tidak
Bendungan Pengelak
melalui area konstruksi bendungan. Hal ini mengacu kepada SNI 03-
6456.1-2000 dan SNI 03-6456.2-2000
Tidak Tidak Tidak Tidak
 Peraturan Daerah Limbah Padat Timbulnya Kegiatan konstruksi bendungan dan bangunan pelengkapnya Bukan - -
Kabupaten Subang Limbah menghasilkan buangan konstruksi berupa tanah yang tidak dapat merupakan
Nomor : 13 Tahun 2006 Padat digunakan kembali karena tidak memenuhi persyaratan teknis. dampak
Tentang K3 di Wilayah Konstruksi Penyimpanan yang kurang tepat dapat menurunkan keamanan teknis potenisal
Kabupaten Subang. dan estetika lingkungan. yang harus
 Peraturan Daerah Upaya-upaya untuk mengelola limbah konstruksi dari kegiatan ini sudah dikaji lebih
Kabupaten. Tingkat II direncanakan (dalam deskripsi deskripsi kegiatan sub bab lanjut.
Sumedang Nomor 1 2.1.4.2.8.),dalam bentuk pengelolaan lingkungan, mengacu kepada
Tahun 1988 tentang K3 Peraturan Daerah Tentang K3 yang berlaku.
di Kab Sumedang Tidak Tidak Tidak Tidak

TAHAP OPERASIONAL

1 Pengisian Tidak ada Flora Penurunan Penurunan keanekaragaman jenis tumbuhan diidentifikasikan sebagai Merupakan Area genangan 1,5 tahun
Awal Waduk teresterial Kerapatan dampak potensial bersumber dari adanya bangunan bendungan di dampak Waduk Masa
Flora Sungai Cijolang membuat areal sekitarnya tergenang menjadi sebuah potenisal Sadawarna, penggenang
Teresterial waduk seluas 693,943 ha. Disamping hilangnya tanaman pekarangan, yang harus meliputi : an
dan hutan produksi milik PT Perhutani, kegiatan ini dapat menurunkan dikaji. bendungan

Bab 1. Pendahuluan I-100


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
jumlah populasi dan jenis tumbuhan riparian. Walaupun hasil observasi Kab. Subang : adalah 1,5
awal sudah dilakukan dan sebagian besar lahan merupakan tanaman DPH Desa tahun
budi daya, tetapi ada kekhawatiran mengenai kemungkinan adanya Sadawarna sampai
tanaman yang ada pada daftar yang dilindungi pada area genangan dan Desa ekosistem
(waduk). Cibalandong stabil
Jaya Kec. kembali.
Tidak Tidak Ya Ya Cibogo
Tidak ada Fauna Migrasi Penggenangan yang merubah ekosistem hutan produksi/kebun Merupakan Kab. 1,5 tahun
Pengisian teresterial Fauna campuran menjadi ekosistem akuatik akan berpengaruh terhadap dampak Sumedang Masa
Awal Waduk Teresterial populasi fauna. Fauna yang biasa menjadikan hutan dan atau vegetasi potenisal Ds.Tanjung, pengge-
riparian untuk mencari makan akan kehilangan tempat tersebut dan yang harus Ds.Surian, dan nangan
berpindah ke hutan di sekitarnya yang elevasinya lebih tinggi. ada dikaji. Ds. Suriamedal bendungan
kekhawatiran mengenai kemungkinan adanya satwa yang ada pada Kec. Surian adalah 1,5
daftar satwa langkaygdilindungi, serta pola migrasi yang dapat dilaku- DPH tahun
kannya, dikaitkan pula terhadap keselamatan masyarakat di wilayah sampai
studi selama proses mi grasi hewan tersebut. ekosistem
stabil
Tidak Tidak Ya Tidak kembali.
Pedoman Analisis Stabilitas Penurunan Pada tahap operasional, sejak dimulainya penggenangan waduk sampai Bukan - -
Stabilitas Bendungan Lereng Stabilitas beroperasionalnya waduk/bendungan, dapat terjadi resiko merupakan
Tipe Urugan Akibat Lereng ketidakstabilan kelerengan akibat aliran rembesan dan filtrasi, kegagalan dampak
Beban Gempa Kepmen Bendungan hidrolik, dan kegagalan struktural. potenisal
Kompraswil No. Analisis stabilitas lereng bendungan sudah diantisipasi sebelumnya oleh yang harus
360/KPTS/M/2004 pemrakarsa melalui analisis menggunakan metoda Modifikasi Bishop dikaji.
Panduan Perencanaan (Simplified Bishop Methode) sesuai Pedoman Analisis Stabilitas
Bendungan Dept PU, Bendungan Tipe Urugan Akibat Beban Gempa Kepmen Kompraswil No.
Dirjen Pengairan Direktorat 360/KPTS/M/2004. Hasil analisa sudah disampaikan dalam sub bab
Bina Teknik, 1999 2.1.5.8 dan Lampiran 5, yang menyebutkan bahwa faktor keamanan
dari simulasi 12 kondisi waduk yang meliputi kondisi kondisi selesai

Bab 1. Pendahuluan I-101


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
konstruksi, waduk terisi penuh, air surut tiba-tiba, baik dalam kondisi
gempa dan tidak gempa, masing-masing pada kedua sisi upstream dan
downstream, semua memenuhi Faktor Keamanan yang disyaratkan
dalam Panduan Perencanaan Bendungan Dept PU, Dirjen Pengairan
Direktorat Bina Teknik, 1999 (Tabel 2.7).
Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Ada Stabilitas Penurunan Pada saat proses penggenangan waduk dilaksanakan, yaitu setelah Merupakan Area sempadan 2 tahun
Pengisian Lereng Stabilitas tubuh bendungan dan bangunan pelengkap lainnya selesai dibangun, dampak Waduk Sadawarna,Dua tahun
Awal Waduk Lereng diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap perubahan kondisi potenisal meliputi : masa
(kelongsor-tanah yang memicu terjadinya longsoran di seputar bibir waduk terutama yang harus Kab. Subang: Ds penyesuaian
an) dibagian yang peka terhadap kelongsoran. Tanah penyusun lahan dikaji. Sadawarna dan kemantapan
Sempadan permukaan di area rencana pembangunan waduk Sadawarna umumnya Desa lereng di
Waduk berupa lempung, lempung lanauan mengandung kerikil dan lanau DPH Cibalandong zona
pasiran hasil pelapukan endapan volkanik Kuarter dan batuan sedimen Jaya Kec. Cibogo sempadan
klastika halus – sangat kasar dengan ketebalan pelapukan 0,5 – sampai Kab.Sumedang: waduk
5 meter. Sifat fisik tanah permukaan ini bersifat lunak, mudah lepas, di Desa Tanjung, antara garis
beberapa bagian dengan plastisitas sedang – tinggi. Desa Surian, dan muka air
Potensi longsor sebagai dampak penggenangan terhadap kemantapan Desa Suriamedal genangan
lereng di zona sempadan waduk antara garis muka air genangan Kec. Surian maksimum
maksimum hingga zona tanah tersaturasi (saturated zone) berpotensi hingga
terjadi. saturated
Tidak Tidak Ya Tidak zone
 Pedoman Kriteria Tanah Penurunan Penurunan tanah dapat disebabkan oleh suatu keruntuhan tanah atau Bukan - -
Umum Desain tanah(Kons massa batuan (soil/rock failure) pendukung/fondasi jika pergerakan yang merupakan
Bendungan yang oli-dasi) terjadi akibat tegangan-tegangan geser telah melampui batas dampak
dikeluarkan oleh kekuatannya sehingga menyebabkan kerusakan dan membahayakan potenisal
bangunan di atasnya. Penurunan atau keruntuhan massa tanah/batuan yang harus

Bab 1. Pendahuluan I-102


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
KomisiKeamanan biasanya terjadi pada tanah/batuan dasar yang memiliki kompresibilatas dikaji.
BendunganOktober200 tinggi misalnya jenis lempung atau lanau bersifat lunak dan plastisitas
2 tinggi. Didasarkan data pemboran Penyelidikan Geologi Teknik dan
 KepMenPermukinanDa Finalisasi Desain dari Waduk Sadawarna di Kabupaten Subang (2012)
n menunjukkan bahwa susunan batuan pada tapak rencana pembangunan
PrasaranaWilayahNom as bendung tersusun oleh lapisan batuan dengan sifat kekerasan yang
or296/KPTS/M/2001 dimiliki dari urutan teratas ke bawah yaitu: Batulempung lanauan bersifat
TentangPerubahanPer lunak – teguh dengan N (SPT): 10/30; Batulanau berselingan batupasir
aturanMenteriPekerjaa dan batulempung bersifat lunak – agak padat dengan nilai N (SPT);
nUmumNomor72/PRT/ 17/30; Batupasir lanauan bersifat kaku dan keras dengan N (SPT): > 50;
1997 Batulempung kenyal – keras.
TentangKeamananBen Hasil analisis yang dilakukan pada dokumen Penyelidikan Geologi
dungan Teknik dan Finalisasi Desain Waduk Sadawarna (2012) bahwa
 SNI 03-6465-2000 keruntuhan lereng dan dasar pondasi (penurunan tanah) terkait adanya
tentang Tata Cara pembebanan bangunan tubuh bendungantelah diantisipasi dan dinilai
Pengendalian Mutu aman.
Bendungan Urugan Tidak Tidak Tidak Tidak

Pengisian  PP RI No. 37 /2010 Aksesibiltas Terputusnya Daerah yang akan tergenang menjadi waduk meliputi juga 5,5 km jalan Merupakan Wilayah yang 1 tahun
Awal Waduk Tentang Bendungan Masyarakat Aksesibiltas raya dan 2 buah jembatan, sehingga aksesibilitas masyarakat akan dampak ruas jalannya
 Peraturan Menteri Masyarakat terganggu. potenisal terputus : Lama
Pekerjaan Umum No. Ruas jalan yang terputus adalah sebagai berikut : yang harus Desa Sadawarna dampak
03 tahun 2009 tentang  Sebagian Jalan Desa Sadawarna – Desa Cibalandong Jaya, Kec. dikaji. – Desa akan
Pedoman Rekayasa Cibogo, Kab Subang sepanjang 3,25 km dengan lebar 3 meter yang Cibalandong Jaya, dirasakan
Sosial Pembangunan tergenang akan memutus hubungan antara Desa Sadawarna dengan DPH Kec. Cibogo, Kab selama 1
Bendungan Desa Cibalandong Jaya utara. Subang tahun
 Sebagian Jalan Desa Tanjung – Desa Suriamedal - Desa Surian, Desa Tanjung – sampai
Kec. Surian, Kab Sumedang, sepanjang 2,25 km 2 buah jembatan Desa Suriamedal dengan
(Jembatan Cijujung dan jembatan Cijuray) dengan lebar 3 meter - Desa Surian, dibuat jalan

Bab 1. Pendahuluan I-103


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
yang tergenang akan memutuskan hubungan antara Kec. Surian, Kab akses baru
- Desa Tanjung– Desa Suriamedal Sumedang, melingkari
- Desa Suriamedal - Desa Surian sepanjang 2,25 areal
Pengisian km 2 buah waduk
Awal Waduk Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.03 tahun 2009 jembatan
Pedoman Rekayasa Sosial Bendungan, fasilitas umum yang terendam dengan lebar 3
oleh waduk perlu diganti sehingga fungsi aksesibilitas masyarakat tidak meter
terganggu oleh keberadaan waduk.
Tidak Ya Ya Tidak
PP RI No. 37 /2010 Kuantitas air Berkurang- Selama kegiatan penggenangan area Waduk Sadawarna terutama di Merupakan Saluran induk 1,5 tahun.
Tentang Bendungan S. nya musim kemarau akan menyebabkan berkurangnya kuantitas air Sungai dampak irigasi tarum Masa
Cipunagara Kuantitas Cipunagara bagian hilir bendungan. Berkurangnya pasokan air ini akan potenisal timur jatiluhur. penggenang-
di hilir Aliran Air di mempengaruhi pasokan irigasi yang ada di Sungai Cipunegara di bagian yang harus an waduk
bendung-an Hilir hilir lokasi Bendungan Sadawarna yaitu Suplesi dari Sungai Cipunegara dikaji. diperkirakan
Bendungan untuk Saluran irigasi Tarum Timur yang mensuplai saluran irigasi untuk DPH 1,5 tahun.
Kab Indramayu.
Ya Ya Ya Tidak
PP No.37/2010 ttg Kualitas air Penurunan Kualitas air pada penggenangan awal waduk akan meningkatkan Bukan - -
Bendungan Waduk Kualitas Air kandungan organik (BOD dan COD) dikarenakan fase pembusukan merupakan
Pedoman Pengisian (BOD / sisa-sisa makhluk hidup yang terendam. Kandungan organik perlahan- dampak
Waduk yang ditetapkan COD dan lahan akan turun seiring dengan pemulihan sendiri (self purification) dari potenisal
oleh Balai Keamanan H2S) waduk, kemudian berangsur-angsur tercapai fase stabillisasi. yang harus
Bendungan, Ditjen SDA- Selama tahap degradasi organik tersebut, secara estetika akan dikaji.
DPU 2002 menimbulkan perubahan warna dan akan berbau (karena kandungan
SK Menteri No. 384 2004 H2S). Pengelolaan terhadap dampak ini dampaknya sudah diantisipasi
Permukiman dan dan direncanakan dalam deskripsi kegiatan sesuai pedoman yang
Prasarana Wilayah ttg berlaku.
Pedoman Teknis K3 pada
Tempat Kegiatan Tidak Tidak Tidak Tidak

Bab 1. Pendahuluan I-104


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
Konstruksi Bendungan
2 Operasional Tidak ada Biota air Perubahan Waduk Sadawarna dengan luas genangan 693,943 ha dengan volume Merupakan Area Waduk 35 tahun
dan Komposisi 72,881 m3akan merubah ekosistem air mengalir menjadi air tidak dampak Sadawarna.
Pemeliharaan Biota Air mengalir serta terjadinya stratifikasi air berdasarkan kedalaman. Dasar potenisal Umur
Bendungan bendungan diperkirakan akan dihuni oleh benthos yang tahan terhadap yang harus efektif
dan Fasilitas kondisi mikroaerofil hingga anaerob, dan yang tidak tahan terhadap dikaji. waduk
Penunjangnya kondisi demikian akan berada di tepi bendungan yang dangkal. Analogi rencana
dengan bendungan lain di Indonesia, populasi ikan juga akan meningkat DPH adalah 35
secara signifikan sehingga dapat menimbulkan dampak turunan yaitu tahun
keuntungan bagi masyarakat setempat sebagai peluang berusaha. Hal
ini menyebabkan potensi budidaya perikanan jaring terapung sangat
mungkin untuk berkembang sesuai analogi dengan waduk/situ di daerah
lain di Indonesia, sementara penurunan kualitas air waduk akibat
pemberian pakan ikan akan menjadi ancaman bagi kualitas air waduk.
Tidak Ya Tidak Tidak
Operasional Tidak ada Perkembang Perkemban 1.Analogi dengan bendungan lain di Indonesia, keberadaan waduk dapat Merupakan Batas administrasi 35 tahun
dan an wilayah gan memicu adanya usaha pertanian ikan berupa Keramba Jaring Apung dampak kecamatan
Pemeliharaan wilayah (KJA), sementara keberadaan KJA ini pada perencanaan Waduk potenisal dimana Waduk Umur
Bendungan Sadawarna akan dilarang keberadaannya oleh pengelola waduk, karena yang harus Sadawarna efektif
dan Fasilitas akan mengancam kualitas air waduk dan juga mengancam operasional dikaji. berada: waduk
Penunjangnya infrastuktur waduk. Dampak ini memerlukan antisipasi dalam bentuk Kab. Subang : rencana
pengelolaan dampak. DPH Kec. Cibogo adalah 35
2.Daerah genangan dari Bendungan Sadawarna seluas 693,943 ha Kab. tahun
dengan elevasi normal +80 meter, dapat meningkatkan estetika Sumedang :
lingkungan. Analogi dengan bendungan lain di Indonesia, adanya Kec. Surian
bendungan dapat menjadi daya tarik wisata daerah setempat sehingga
dapat berdampak terhadap pengembangan wilayah, yang kemudian
menimbulkan dampak keuntungan bagi masyarakat sebagai peluang
bekerja/berusaha baik dibidang jasa, barang, maupun investasi. Daerah

Bab 1. Pendahuluan I-105


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
yang diperkirakan akan mengalami peningkatan aktivitas wisata adalah
areal sekitar sempadan waduk Sadawarna yaitu (1) Desa Sadawarna
dan Desa Cibalandong Jaya Kec. Cibogo, Kab. Subang, dan (2) Desa
Tanjung, Desa Surian, dan Desa Suriamedal Kec. Surian, Kab.
Sumedang.
Tidak Ya Tidak Ya
Tidak ada Keamanan Gangguan Di Desa Sadawarna, Kecamatan Cobogo, Kabupaten Subang, terdapat Merupakan Lahan PT 35 tahun
lingkungan keamanan fasilitas riset dan pengembangan, manufaktur, dan pergudangan bahan dampak Dahana di
Operasional
untuk berenergi tinggi terbesar di ASEAN, yang dinamakan Energetic Material potenisal Desa Umur
dan
Centre (EMC) yang menempati areal seluas 600 ha. Kegiatan PT yang harus Sadawarna, efektif
Pemeliharaan kegiatan
Dahana dibagi menjadi 5 zona, mulai dari zona terisolasi, sampai dengan dikaji. Kecamatan waduk
Bendungan PT Dahana zona aman, dan PT Dahana sangat ketat menjaga sistem keamanan Cobogo, rencana
dan Fasilitas
terutama untuk zona-zona yang tidak dapat dimasuki oleh pihak yang DPH Kabupaten adalah 35
Penunjangnya
tidak berpentingan. Walaupun Tapak Rencana Waduk Sadawarna Subang. tahun
berikut green beltnya berada pada zona aman, tetapi bila dampak
pengembangan wilayahnya akibat keberadaan waduk ini tidak dapat
dikendalikan dan dikelola dengan baik, aktivitas PT Dahana dapat
terganggu, terutama zona-zona bahaya dapat dimasuki oleh pihak yang
tidak berpentingan.
Tidak Tidak Ya Tidak
Tidak ada Produktivitas Peningkatan Produktivitas pertanian di Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang, Merupakan Pemanfaat waduk 35 tahun
Pertanian Produktivitas Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang, Kecamatan Cipunagara dampak (KecCibogo Kab.
Pertanian Kabupaten Subang, dan Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu, potenisal Subang, Kec. Umur
sebagai daerah penerima manfaat, yang semula merupakan persawahan yang harus Pagaden efektif
tadah hujan, akan ditingkatkan menjadi persawahan irigasi teknis, yang dikaji. Kab.Subang, Kec. waduk
airnya disuplai dari Waduk Sadawarna. Dengan demikian akan menjadi Cipunagara Kab. rencana
dampak penting hipotetik. DPH Subang,Kec.Haur adalah 35
geulis Kab. tahun

Bab 1. Pendahuluan I-106


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

PELINGKUPAN
DESKRIPSI PENGELOLAAN EVALUASI DAN KRITERIA
RENCANA LINGKUNGAN YANG KOMPONEN APAKAH KOMPONEN
APAKAH APAKAH ADA
KEGIATAN LINGKUNGAN APAKAH ADA
SUDAH LINGKUNG- BEBAN KEBIJAKAN DAN/ DAMPAK BATAS
YANG DAMPAK TERSEBUT KEKHAWATIRAN WILAYAH
DIRENCANAKAN AN TERHADAP ATAU PERATURAN PENTING WAKTU
No BERPOTENSI
POTEN- MEMEGANG YANG TINGGI STUDI
KOMPONEN YANG AKAN
MENIMBUL- SEJAK AWAL SEBAGAI TERKENA PERANAN PENTING TENTANG HIPOTETIK KAJIAN
SIAL LINGKUNG-AN DILANGGAR DAN/
BAGIAN DARI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN KOMPONEN (DPH)
KAN DAMPAK TERSEBUT ATAU DILAMPAUI
SEHARI-HARI LINGKUNGAN TSB
LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN SUDAH OLEH DAMPAK TSB
MASYARAKAT ?
TINGGI ? ?
SEKITAR ?
Tidak Ya Tidak Tidak Indramayu).
Operasional Tidak ada Sosial Konflik Sesuai studi Studi Potensi Pengembangan Air Baku di DAS Merupakan Kecamatan 35 tahun
dan Kepenting-Cipunegara, 2010 yang diacu oleh Review Desain Rencana Waduk dampak Surian,
Pemeliharaan an Peman- Sadawarna pada Tahun 2011, wilayah pemanfaat Waduk Sadawarna potenisal Kabupaten Umur
Bendungan faatan Airhanya untuk Wilayah Kabupaten Subang dan Indramayu saja. Adapun yang harus Sumedang efektif
dan Fasilitas Waduk*) wilayah Kabupaten Sumedang tidak menjadi wilayah pemanfaat dari dikaji.*) waduk
Penunjangnya Waduk Sadawarna. rencana
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2 Tahun 2012 DPH adalah 35
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun tahun
2011 – 2031,, Waduk Sadawarna sudah direncanakan sebagai salah
satu jaringan prasarana air baku air minum untuk wilayah pelayanan
Sumedang (dalam RTRW tersebut disebutkan pula pemanfaatan air
baku dari Waduk Sadawarna bersama dengan untuk wilayah Kab
Subang dan Kab. Indramayu). Adapun untuk irigasi dari Sadawarna
memang tidak disebutkan untuk peruntukan Sumedang.
Dengan demikian terdapat kesenjangan antara perencanaan Waduk
Sadawarna di Kementerian PU dan Pemerintah Kabupaten Sumedang.
Sementara dari hasil konsultasi publik teridentifikasi pula adanya
kekecewaan masyarakat terbebaskan di wilayah Sumedang karena
wilayah Sumedang tidak diproyeksikan untuk menerima manfaat
langsung dari keberadaan Waduk Sadawarna, dan hal ini akan
memancing adanya keresahan masyarakat.
Ya Ya Ya Ya
Keterangan : *) Dampak ditambahkan (di luar Kerangka Acuan), merupakan pengembangan hasil masukan dari Sidang Komisi ANDAL RKL RPL

Bab 1. Pendahuluan I-107


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Tabel 1.15. Hasil Evaluasi Dampak Penting Hipotetik dari Rencana Pembangunan
Waduk Sadawarna

Pra
Kegiatan Konstruksi Operasional
Konstruksi

Aktivitas Kantor Lapangan

Pengoperasian Bangunan

Pemeliharaan Bendungan
Utama dan dan Bangunan
Pembangunan Jalan-jalan
Mobilisasi alat berat dan
Mobilisasi Tenaga Kerja
Survai dan pengukuran

(borrow dan quarries)

Konstruksi Bendungan

Pengisian Awal Waduk


Konstruksi Bangunan
material Konstruksi

Persiapan material
Pembebasan lahan

Operasional dan
Pelengkap ,*)
Akses Baru
Konstruksi

Pengelak

Pengelak
Komponen lingkungan
No
I Komponen Fisik – Kimia
1 Kualitas Udara :
- Partikulat/debu DPH
2 Kebisingan DPH
3 Kestabilan Lereng
bendungan
4 Kestabilan Lereng DPH
sempadan waduk
5 Erosi dan Sedimentasi
6 Penurunan Tanah (Land
Subsidence)
7 Kuantitas Air Sungai DPH
/Waduk
8 Kualitas Air Sungai /Waduk
9 Hidrogeologi
10 Kerusakan Jalan DPH
11 Aksesibilitas masyarakat DPH
12 Pola Pelayanan Lalu Lintas
II Komponen Biologi
14 Kerapatan Flora DPH
15 Migrasi Fauna DPH
16 Biota Air DPH
III Komponen Sosekbud
17 Pendapatan DPH
18 Peningkatan Pendapatan DPH
19 Sosial budaya (keresahan, DPH DPH DPH
konflik)
20 Produktivitas DPH
Pertanian/Lahan Budi Daya
21 Perkembangan Wilayah DPH
22 Keamanan Lingkungan DPH
IV Kesehatan Masyarakat
23 Sanitasi Lingkungan DPH
24 Prevalensi Penyakit Bawaan DPH
Air
25 Prevalensi Penyakit ISPA DPH
Keterangan :
*) Bangunan Pelengkap: Bangunan Pelimpah, Bangunan Pengelak, dan Bangunan Pengambilan
Keterangan : +DPH : Dampak Penting Hipotetik

Bab 1. Pendahuluan I-108


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL EVALUASI DAMPAK PENTING PRIORITAS DAMPAK PENTING
HIPOTETIK HIPOTETIK
DESKRIPSI TAHAPAN Pra konstruksi
KEGIATAN: - Peningkatan pendapatan penduduk Tahap Pra Konstruksi
a. Pra konstruksi - Penurunan pendapatan petani 1. Perubahan komposisi biota air
- Penurunan pendapatan petani 2. Terputusnya jalan dan jembatan
 Survai dan pengukuran - Konflik sosial (pembebasan makam keramat)
 Pembebasan lahan
- Keresahan masyarakat (aksesibiltas masyarakat)
- Konflik sosial (Karena nama bendungan)
b. Konstruksi
- Keresahan masyarakat
- Konflik sosial (pembebasan 3. Penurunan pendapatan petani
 Mobilisasi tenaga kerja makam keramat)
konstruksi - Penurunan Produksi Hutan dan Perkebunan milik BUMN 4. Keresahan masyarakat
- Konflik sosial (Karena nama 5. Konflik Kepentingan Pemanfaatan
 Aktivitas kantor lapangan bendungan)
Konstruksi Air Waduk
(basecam, pool-pool
kendaraan dan alat berat, - Peningkatan pendapatan penduduk 6. Peningkatan produktivitas pertanian
bengkel dan stockpile) - Penurunan kualitas sanitasi lingkungan (sampah dan Tahap Konstruksi
limbah cair) 7. Perkembangan wilayah
 Mobilisasi alat dan material - Peningkatan pendapatan penduduk
konstruksi - Peningkatan prevalensi penyakit bawaan air (Water Borne 8. Gangguan keamanan untuk kegiatan
 Pembangunan jalanijalan Deseases)
- Penurunan kualitas sanitasi PT Dahana
akses baru
lingkungan (sampah dan limbah cair)
- Penurunan kualitas udara (parameter debu) 9. Konflik sosial
 Konstruksi Bangunan - Peningkatan prevalensi penyakit ISPA
- Peningkatan prevalensi penyakit 10. Penurunan stabilitas lereng
pengelak bawaan air (Water Borne Deseases)
 Pengoperasian bangunan - Peningkatan kebisingan sempadan waduk
pengelak - Kerusakan jalan (pengurangan masa layan jalan)
- Penurunan kualitas udara (parameter 11. Berkurangnya kuantitas aliran air
 Persiapan material (borrow
debu)
- Perubahan pola pelayanan lalu lintas Sungai Cipunegara di Hilir
dan quarries) - Keresahan masyarakat - Peningkatan prevalensi penyakit ISPA Bendungan
 Konstruksi bendungan utama - Peningkatan kebisingan
dan bangunan pelengkap
- Timbulnya Limbah Padat Konstruksi 12. Migrasi Fauna Teresterial
- Gangguan kestabilan lereng pada bukit kiri tumpuan - Kerusakan jalan (pengurangan umur 13. Kerusakan jalan (pengurangan masa
C. Operasional bendungan layan jalan) layan jalan)
 Pengisian awal waduk - Terpotongnya akifer air tanah - Keresahan masyarakat 14. Penurunan Kerapatan Flora
 Operasional Waduk - Penurunan stabilitas lereng bendungan
Teresterial
- Penurunan stabilitas lereng sempadan waduk Tahap Operasional
15. Peningkatan pendapatan penduduk
Rencana - Gangguan Biota Air - Penurunan kerapatan flora teresterial 16. Peningkatan kebisingan
- Gangguan /penurunan kerapatan flora - Migrasi fauna teresterial
kegiatan 17. Penurunan kualitas udara
Tanggapan dan saran - Migrasi fauna teresterial - Penurunan stabilitas lereng sempadan
Pembangun (parameter debu)
masyarakat - Erosi dan sedimentasi waduk 18. Peningkatan prevalensi penyakit
-an Waduk - Penurunan Kualitas Air (Parameter TSS) - Terputusnya jalan dan jembatan ISPA
Sadawarna Kegiatan lain di sekitar Operasional (aksesibiltas masyarakat) 19. Penurunan kualitas sanitasi
rencana kegiatan - Penurunan kerapatan flora teresterial - Berkurangnya kuantitas aliran air lingkungan (sampah dan limbah cair)
- Migrasi fauna teresterial Sungai Cipunegara di hilir bendungan 20. Peningkatan prevalensi penyakit
Rona Lingkungan Hidup : - Penurunan stabilitas lereng bendungan - Perubahan komposisi biota air bawaan air (Water Borne Deseases)
 Iklim dan meteorologis - Penurunan tanah (land subsidence) - Perkembangan wilayah
 Kualitas Udara, dan - Terputusnya jalan dan jembatan (aksesibiltas masyarakat) - Gangguan keamanan untuk kegiatan
Kebisingan - Berkurangnya kuantitas aliran air Sungai Cipunegara di hilir PT Dahana
bendungan - Peningkatan produktivitas pertanian
 Tata guna lahan
 Aksesibilitas - Penurunan kualitas air Waduk Sadawarna (parameter
BOD/COD dan H2S) - -Konflik Kepentingan Pemanfaatan Air Klasifikasi Prioritas Dampak
 Fisiografi dan Morfologi
- Perubahan komposisi biota air Waduk
Regional Potensial Penting Hipotetik
- Perkembangan wilayah
 Analisis Stabilitas Lereng
- Gangguan keamanan untuk kegiatan PT Dahana Evaluasi Dampak Potensial
 Analisa Rembesan
(Seepage) - Peningkatan produktivitas pertanian
 Debit sungai - Konflik Kepentingan Pemanfaatan Air Waduk Gambar 1.22. Diagram Alir
 Kualitas air Diskusi : Tokoh, pakar &
Instansi tim teknis Pelingkupan
 Komponen Vegetasi (Flora)
 Komponen Saatwa (Fauna) Identifikasi Dampak Potensial : Bagan Alir
Bab 1. Pendahuluan  Sosial Ekonomi Budaya I-109
 Kesehatan masyarakat
AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

1.4. Batas Wilayah Studi ANDAL

Batas wilayah studi ANDAL Waduk Sadawarna ditentukan oleh empat faktor penentu yaitu
batas proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administrasi. Ruang atau wilayah dengan
batas-batas tersebut disajikan pada sub bab 1.4.1..sampai dengan 1.4.5.

1.4.1. Batas Proyek

Batas proyek AMDAL Waduk Sadawarna yaitu ruang/lahan lokasi tapak pembangunan waduk
Sadawarna berikut fasilitas penunjangnya. Lahan tersebut merupakan tempat berlangsungnya
kegiatan baik tahap pra konstruksi, konstrusi dan operasi. Batas Proyek dapat dilihat pada
Gambar 1.23.
Berdasarkan hasil pelingkupan, batas proyek pembangunan Waduk Sadawarna yaitu :
1. Lokasi tapak rencara bangunan pengelak
2. Lokasi tapak rencara bendungan Sadawarna dan bangunan pelengkapnya, yang meliputi
Bangunan Pelimpah (Spillway), Bangunan Saluran Pengarah, Pengatur Aliran, Saluran
Transisi, Peluncur dan Peredam Energi dan Bangunan Pengeluaran untuk Air Baku dan
Irigasi;
2. Lokasi genangan Waduk Sadawarna meliputi areal genangan Waduk Sadawarna yaitu
wilayah dari dasar Sungai Cipunagara hingga elevasi + 85 m dpl dengan luas genangan
+green belt area sehuas 693,943.

1.4.2. Batas Ekologis

Batas ekologis ditentukan berdasarkan luas persebaran dampak dari suatu rencana kegiatan
melalui media transportasi berupa air atau udara dimana proses alami yang berlangsung di
dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar.
Batas ekologis berdasarkan persebaran dampak mempertimbangkan dampak sebagai berikut :
a. Dampak migrasi fauna teresterial :Batas ekologis pada daerah sempadan waduk sejauh 1
km dari elevasi genangan tertinggi karena dipertimbangan intensitas tinggi dampak terjadi
pada daerah tersebut.
b. Dampak kerusakan jalan: Batas ekologis pada tapak jalan yang terkena dampak adalah
sebagai berikut:
 Segmen 1. Lokasi Quarry pasir dan Batu/borrow area 1 - Jalan Dusun Songom, Desa
Tanjung Kec. Surian , Kab Sumedang – Jalan akses baru langsung ke as bendungan

Bab 1. Pendahuluan I-110


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

 Segmen 2. Lokasi borrow area 2– Jalan PT Dahana di Dusun Dukuh satu, Desa
Sadawarna, Kec. Cobogo, Kab Subang
Pertimbangannya adalah karena segmen tersebut dilewati kendaraan pengangkut material
dengan ritasi yang tinggi, dan kualitas jalan hanya kelas III.
c. Dampak berkurangnya kuantitas aliran air sungai di hilir bendungan : Batas ekologis pada
1,5 km dari tapak Bendungan Sadawarna ke bagian hilir Sungai Cipunagara yang menuju ke
waduk Cipancuh. Pertimbangannya adalah karena merupakan sumber air Daerah Irigasi
bagian hilir yaitu Daerah Irigasi Cipancuh, Kandang Haur, dan Cilamatan Hilir.
d. Penurunan kerapatan flora teresterial :Batas ekologis pada tapak waduk Sadawarna,
Pertimbangannya adalah karena merupakan area land clearing vegetasi.
e. Dampak penurunan kualitas udara (debu) dan kebisingan batas ekologis pada ruas jalan
berikut ini :
 Segmen 1. Lokasi Quarry pasir dan Batu/borrow area 1 - Jalan Dusun Songom, Desa
Tanjung Kec. Surian , Kab Sumedang – Jalan akses baru langsung ke as bendungan
 Segmen 2. Lokasi borrow area 2– Jalan PT Dahana di Dusun Dukuh satu, Desa
Sadawarna, Kec. Cobogo, Kab Subang
Pertimbangannya adalah karena segmen tersebut dilewati kendaraan pengangkut material
dengan ritasi yang tinggi, dan kualitas jalan hanya kelas III yang rawan mengalami kerusakan
jalan sehingga potensi resuspensi debu akan cukup tinggi.
f. Penurunan kualitas sanitasi lingkungan adalah pada radius 500 meter dari lokasi tapak
rencana bendungan, dengan pertimbangan dimana basecamp pekerja tidak akan jauh
ditempatkan dari lokasi bendungan yang sedang dibangun.
g. Peningkatan prevalensi penyakit bawaan air adalah pada radius 1 km dari lokasi tapak
bendungan, Pertimbangannya adalah karena basecamp tidak akan jauh ditempatkan dari
lokasi bendungan, dan juga prediksi jauhnya dispersi pencemar dalam air tanah dan
kapasitas alam dalam memurnikan diri sendiri (self purification).
h. Gangguan biota air adalah pada radius 1 km dari outlet terowongan pengelak bagian hilir.
Pertimbangannya adalah pada jarak 1 km ekkosistem air diprediksi sudah dapat stabil
kembali.
i. Batas ekologi dampak peningkatan produksi pertanian adalah pada wilayah pemanfaat
waduk (Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang, Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang,
Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang, dan Kecamatan Haurgeulis Kabupaten
Indramayu).
Batas -batas ekologis tersebut di atas disajikan pada Gambar 1.24.

Bab 1. Pendahuluan I-111


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

1.4.3. Batas Sosial

Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya
berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan
(termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok
masyarakat yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat rencana kegiatan
tersebut.
Batas sosial berdasarkan persebaran dampak mempertimbangkan dampak sebagai berikut:
b. Batas sosial dari dampak kesempatan kerja dan berusaha, penurunan/ kenaikan
pendapatan, dan keresahan masyarakat, adalah pada sebagian daerah yang terkena
pembebasan lahan yang berada pada wilayah sebagai berikut :
a.1. Kec. Cobogo Kabupaten Subang :
 Desa Cibalandong Jaya
 Desa Sadawarna
a.2. Kec. Surian Kabupaten Sumedang :
 Desa Surian
 Desa Suriamedal
 Desa Tanjung
a.3. Batas sosial dari dampak hipotetik peningkatan produksi pertanian di wilayah
penerima manfaat , yaitu :
 Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang,
 Kecamatan Pagaden, Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang
 Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu
c. Batas sosial dari dampak konflik sosial akibat pembebasan makam keramat, adalah di
Desa Sadawarna.
d. Batas sosial dari dampak konflik sosial karena nama bendungan, adalah pada Desa
Tanjung, desa Surian, dan Desa Suriamedal, Kecamatan Surian, Kabupaten Sumedang.
e. Batas sosial dari dampak terputusnya aksesibiltas masyarakat, adalah pada masyarakat
yang tinggal pada desa-desa yang terletak pada:
c.1. Kec. Cobogo Kabupaten Subang :
 Desa Cibalandong Jaya
 Desa Sadawarna
c.2. Kec. Surian Kabupaten Sumedang :
 Desa Surian
 Desa Suriamedal
 Desa Tanjung

Bab 1. Pendahuluan I-112


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

f. Batas sosial dari dampak keresahan masyarakat akibat penurunan kualitas udara (debu)
dan kebisingan akibat lalu lalang kendaraan pengangkut alat material konstruksi, adalah
masyarakat yang tinggal pada ruas jalan Cijambe – Songom - Jalan Desa Tanjung Kec.
Cobogo, Kab Subang.
g. Batas sosial dari dampak keresahan masyarakat akibat migrasi fauna berbahaya pada saat
tahap awal penggenangan wadukadalah masyarakat yang bermukim pada radius 1 km
sempadan waduk Sadawarna, secra umum adalah :
f.1. Desa-desa yang terdapat pada Kec. Cobogo Kabupaten Subang : Desa Cibalandong Jaya
dan Desa Sadawarna
f.2. Desa-desa yang terdapat pada Kec. Surian Kabupaten Sumedang : Desa Surian, Desa
Suriamedal, dan Desa Tanjung

Batas-batas sosial tersebut di atas disajikan pada Gambar 1.25.

1.4.4. Batas Administratif

Batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan kegiatan
sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
di dalam ruang tersebut.
Batas ruang tersebut dapat berupa batas administrasi yang ditetapkan berdasarkan skala
kegiatan sosial-ekonomi dan sosial-budaya di seluruh daerah proyek dan lokasi sekitarnya
dengan pendekatan administrasi pada wilayah dampak (sumber dampak, daerah yang terkena
dampak dan lokasi pengelolaan dampak). Ketiganya berada dan tercakup dalam wilayah
administratif terkait dengan lokasi rencana pembangunan Waduk Sadawarna.
a. Lokasi genangan Waduk Sadawarna meliputi :
a.1. Kec. Cobogo Kabupaten Subang :
 Desa Cibalandong Jaya
 Desa Sadawarna
a.2. Kec. Surian Kabupaten Sumedang :
 Desa Surian
 Desa Suriamedal
 Desa Tanjung
b. Batas administratif dari dampak keresahan masyarakat akibat migrasi fauna berbahaya pada
saat tahap awal penggenangan wadukadalah masyarakat yang bermukim pada radius 1 km
sempadan waduk Sadawarna, secra umum adalah :
 Desa-desa yang terdapat pada Kec. Cobogo Kabupaten Subang :
Bab 1. Pendahuluan I-113
AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

 Desa-desa yang terdapat pada Kec. Surian Kabupaten Sumedan o


c. Batas administratif dari dampak hipotetik peningkatan produksi pertanian di wilayah
penerima manfaat , yaitu :
 Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang,
 Kecamatan Pagaden, Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang
 Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu
Batas administratif wilayah terkena dampak dapat dilihat pada Gambar 1.26.

1.4.5. Batas Wilayah Studi

Batas wilayah studi AMDAL merupakan resultante dari batas proyek, batas ekologis, batas
sosial dan batas administrasi. Batas wilayah studi AMDAL disajikan pada Gambar 1.27.

Bab 1. Pendahuluan I-114


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Gambar Batas Proyek I - 115


1.23.

Bab 1. Pendahuluan I-115


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Gambar 1.25 Batas Ekologis I - 116

Bab 1. Pendahuluan I-116


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Gambar 1.26 Batas Sosial II - 117

Bab 1. Pendahuluan I-117


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Gambar 1.27. Batas Administratif I - 118

Bab 1. Pendahuluan I-118


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Gambar Batas Wilayah Studi di Wilayah Penerima Manfaat Waduk I - 119


1.29

Bab 1. Pendahuluan I-119


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Gambar Batas Proyek I - 78


1.20.

Bab 1. Pendahuluan I-120


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Gambar 1.21. Batas Ekologis I - 79

Gambar 1.22. Batas Sosial di Wilayah Penerima Dampak sekitar Waduk I - 80

Bab 1. Pendahuluan I-121


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Bab 1. Pendahuluan I-122


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Gambar Batas Adiministrasi di Wilayah terkena dampak (sekitar waduk) I - 81


1.23.

Bab 1. Pendahuluan I-123


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Gambar Batas Sosial dan Adiministrasi di Wilayah Penerima Manfaat Waduk I - 82


1.24.

Bab 1. Pendahuluan I-124


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Gambar Batas Wilayah Studi di Wilayah sekitar Waduk I - 83


1.25.

Bab 1. Pendahuluan I-125


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Gambar Batas Wilayah Studi di Wilayah Penerima Manfaat Waduk I - 84


1.26.

Bab 1. Pendahuluan I-126


AnalisisDampak Lingkungan Hidup Waduk Sadawarna

Bab 1. Pendahuluan I-127


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

BAB II
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

2.1. Komponen Fisik – Kimia

2.1.1. Iklim dan Kondisi Meteorologi

Data iklim dan kondisi meteorologis yang ditelaah dalam studi AMDAL adalah yang berkaitan
dengan jumlah hari hujan serta data arah dan kecepatan angin, untuk keperluan prediksi
dampak resuspensi debu akibat kegiatan mobilisasi alat berat dan material pada tahap
konstruksi.

Iklim

Terdapat banyak stasiun meteorologi di Subang, Sekitar 100 stasiun curah hujan dioperasikan
oleh PJT-II dan satu stasiun meteorologi oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi
(BBPTP Sukamandi). Data meterologi kemudian dilengkapi dengan data arah dan kecepatan
angin dari Lanud Suryadarma Kalijati Subang. Stasiun meteorologi yang dipilih dapat dilihat
pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Stasiun Meteorologi yang Dipilih sebagai Sumber Pengambilan Data Iklim

Sumber data Lokasi yang diwakili Datayang diambil Periode


data
BPPTP Sukamandi Curah hujan, penguapan, 1991-2009
sukamandi kelembaban relatif, kecerahan, (19 tahun)
kecepatan angin
Lanud Saluran Induk Tarum Arah dan kecepatan angin Tahun
Suryadarma Timur, Utara, Utara- 2008-2010
Kalijati-Subang Timur, dan Utara-Barat
Sumber : Laporan Jatiluhur Irrigation Management Improvement, 2010

Dari analisis curah hujan di Stasiun Pusat Penelitian Padi Sukamandi (pemilihan stasiun
berdasarkan pertimbangan bahwa stasiun ini terletak di dalam lokasi proyek dengan kuantitas
data yang memadai) dapat dilakukan perhitungan rata-rata hari hujan seperti yang dapat dilihat
pada Tabel 2.1.

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 1


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Karakteristik Meteorologi
Iklim pada area irigasi Jatiluhur, dikarakterisasi dengan temperatur tinggi dan periode cahaya
matahari dengan curah hujan rendah. Iklim kawasan dipengaruhi adanya lautan di balik
pegunungan. Iklim kawasan irigasi Jatiluhur memiliki karakter 2 musim berbeda: musim hujan
dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November s.d. April, sedangkan musim
kemarau terjadi pada bulan-bulan lainnya. Februari adalah bulan paling basah, sedangkan
Agustus adalah bulan paling kering.

Curah hujan rata-rata tahunan adalah 1,453 mm. Hampir sebanyak 83% dari curah hujan
tahunan terjadi pada musim hujan. Ciri-ciri iklim seperti temperatur, kelembaban relatif,
periode cahaya matahari dan kecepatan angin pada wilayah pengerjaan proyek ditunjukkan
pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Rata-Rata Jumlah Hari Hujan Bulanan


Bulan Hari Kalender Musim Hujan
Januari 31 11
Februari 28 14
Maret 31 10
April 30 6
Mei 31 4
Juni 30 2
Juli 31 1
Agustus 31 1
September 30 1
Oktober 31 2
November 30 7
Desember 31 8
Total 365 67
Rata-Rata Hari hujan
Sumber : Laporan Jatiluhur Irrigation Management Improvement, 2010

Tabel 2.3. Ciri-ciri Iklim pada Kawasan Pengerjaan Proyek

Parameter Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Rata-
rata
temperatur (0C) 26,4 26,2 27 27,6 27,7 27 26,5 26,7 27,5 28 27,7 27,1 27,3
Kelembaban (%) 87,1 87,7 84,4 82,4 80,9 81,1 80,3 76,7 74,4 76,1 80,4 83,2 80,9
Kecerahan (jam/ 4,8 4,7 5,7 6 6,7 6,5 7,1 7,7 8,1 7,2 5,8 5,3 6,2
hari)
Kecepatan (meter/ 2,4 2,5 2,1 1,7 1,7 1,7 1,9 2,4 2,5 2,3 2,1 2,3 1,5
angin detik)
Sumber: Laporan Jatiluhur Irrigation Management Improvement, 2010

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 2


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Analisis dari rata-rata temperatur tahunan selama periode (1991-2009) menunjukkan rata-rata
temperatur tahunan mengalami peningkatan perlahan dengan kenaikan sekitar 0,8oC selama 19
tahun (1991-2009).

2.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan

Data rona awal kualitas udara dan kebisingan dikumpulkan untuk menunjang analisa terhadap
prediksi dampak kualitas udara dan kebisingan dari kegiatan pengangkutan alat berat dan
material pada tahap konstruksi.

Pengukuran di lapangan (data primer), dilakukan untuk mengetahui kosentrasi parameter


debu dan tingkat kebisingan di wilayah studi sebelum proyek, yang dibutuhkan untuk
memprediksi dampak penting resuspensi debu pada tahap konstruksi.Hasil pengukuran
kualitas udara (paratemer debu) dan tingkat kebisingan dapat dilihat pada Tabel 2.4. Titik
sampling data primer dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Dari data kualitas udara ambien di lokasi yang mewakili permukiman (yaitu titik sampling
1,2,dan 3) yang dilalui oleh kendaraan pengangkut material konstruksi dan alat berat (Tabel
2.4.), menunjukkan bahwa pada umumnya konsentrasi debu memenuhi baku mutu yang
dipersyaratkan oleh PP RI No. 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Angka kebisingan hasil pengukuran yang akan dibandingkan dengan baku tingkat kebisingan
dikondisikan/dikonversikan untuk kebisingan pada jarak 50 ft dari sumber (15,24 m thd ruas
jalan), karena mulai pada jarak tersebut aktivitas masyarakat banyak dilakukan (teras rumah,
atau teras /halaman bangunan untuk aktvitas lainnya).

Dari Tabel 2.4. dapat dlihat bahwa kebisingan pada lokasi yang mewakili permukiman
penduduk yang dilalui oleh kendaraan pengangkut material (yaitu titik sampling 1,2, dan 3),
memenuhi baku tingkat kebisingan yang ditetapkan berdasarkan Kep Men LH No
48/MENLH/11/1996 untuk kawasan perumahan dan permukiman. Sedangkan untuk titik
sampling di samping jalan raya provinsi dianggap menggunakan baku mutu perdagangan dan
jasa, karena sepanjang jalan tersebut tidak diperuntukkan untuk permukiman. Berdasarkan
baku tingkat peruntukan tersebut, kebisingan pada wilayah ini memenuhi baku tingkat
kebisingan.

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 3


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 2.1. Titik Sampling Rona Lingkungan Awal Hal. II -4

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 4


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.4. Hasil Uji Kualitas Udara dan Kebisingan di Lokasi Studi

No Lokasi titik Pertimbangan Kebisingan Partikulat/debu


Titik sampling Hasil Konversi utk Baku tingkat kebisingan Konsen-trasi Baku Mutu
samp- pengu- jarak 50 ft ** udara ambien
ling*** kuran *) (15,24 m) thd untuk Debu
ruas jalan***)
1 Titik sampling 1 : 56,36 55 dBA peruntukan 42,45 g/Nm3  230 g/Nm3
Mewakili segmen 1 46,29
Kp. Songom Desa dBA perumahan dan untuk lama
Jalan akses pengangkutan :
Tanjung Kec. permukiman. pemaparan 24
 batu kali, pasir beton, split, rip rap
Surian Kab. Berdasarkan Kep- jam
(Dari Sungai Cipunegara)
Sumedang 48/MENLH/11/1996  90 g/Nm3
 tanah urug dari borrow area 1
tentang Baku Tingkat untuk lama
Dengan jumlah ritasi 224/hari
Kebisingan pemaparan 1
2 Titik sampling 3 : Mewakili segmen 2 60,23 55 dBA peruntukan 7,04 g/Nm3 tahun
50,16
Jalan PT Dahana di Jalan akses pengangkutan : dBA perumahan dan
Dusun Dukuh dua  tanah urug dari borrow area 1 , permukiman. Sesuai Peraturan
Kec. Cibogo Kab.  alat berat , dan material dari luar Berdasarkan Kep- Pemerintah No No
Subang (besi,semen) yang bersumber dari 48/MENLH/11/1996 41 tahun
luar wilayah studi tentang Baku Tingkat 1999tentang
(Bandung/Cirebon) Kebisingan Pengendalian
Dengan jumlah ritasi 190/hari Pencemaran
3 Titik sampling 2 : 74,17 70 dBA peruntukan 154,59 Udara
Mewakili segmen 3 64,10
Jalan Subang- dBA Perdagangan dan Jasa g/Nm3
Jalan akses pengangkut :
Cikamurang (atau
 alat berat , dan material dari luar
Jl Raya Subang- Berdasarkan Kep-
(besi,semen) yang bersumber dari
Tomo) : Dukuh II 48/MENLH/11/1996
luar wilayah studi
Desa Sadawarna tentang Baku Tingkat
(Bandung/Cirebon)
Kec. Cibogo Kab. Kebisingan
Dengan jumlah ritasi 11/hari
Subang
Sumber : Hasil analisis
Keterangan :
*)Sumber : Pengukuran oleh Laboratorium Pengukuran Kualitas LingkunganPDAM Tirtawening Kota Bandung (LPKL), 2013.Pengukuran diambil pada 5 meter dari
sisi jalan raya
**) Pengukuran oleh Laboratorium Pengukuran Kualitas LingkunganPDAM Tirtawening Kota Bandung (LPKL), 2013. Pengukuran konsentrasi debu selama 1 jam
***) hasil pengolahan data

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 5


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

2.1.3. Tata Guna Lahan

Uraian rona lingkungan awal dari tata guna lahan diperlukan untuk memprediksi dampak
perkembangan wilayah.
Kecenderungan Perkembangan Perubahan Penggunaan Lahan
Peta penggunaan lahan di wilayah studi disajikan ada Gambar 2.2. Perkembangan perubahan
penggunaan lahan di wilayah ini tidak terlalu signifikan dari tahun ke tahun. Sebagian besar
(80,99%) penguasaan lahan di wilayah studi merupakan daerah hutan produksi yang dikelola
leh PT Perhutani (Persero).
Lahan masyarakat yang ada di wilayah studi yang terdiri dari lahan pertanian sawah, sebagian
lagi merupakan areal pemukiman penduduk. Kawasan katagori permukiman di wilayah studi
hanya menempati 0,25 % (Tabel 2.5) dari total luas wilayah tersebut. Lahan berkatagori
pertanian di wilayah studi (Desa Sadawarna, Desa Cibalandong-jaya (Kec Cibogo Kabupaten
Subang), Desa Surian, Desa Suriamedal, Desa Tanjung (Kec Surian Kabupaten Sumedang),
meliputi persawahan tadah hujan dan 1/2 teknis (10,54%), tegalan (0,81%).
Berdasarkan data profil desa dan Kecamatan Surian dalam angka, tata guna lahan di wilayah
studi disajikan pada Tabel 2.5, ada lahan pekarangan berdiri bangunan-bangunan berupa
rumah, sekolah dan fasilitas umum lainnya dengan bangunan permanen, semi permanen
maupun tidak permanen.

Analisis Mengenai Pusat-pusat Pengembangan yang Ada di dalam RTRW


Dalam Rencana Struktur Ruang Wilayah di Kabupaten Sumedang (Gambar 2.3), wilayah studi
(Kecamatan Surian) termasuk ke dalam salah satu pusat pelayanan kawasan/pusat kegiatan
lokal promosi, yaitu Wilayah Pengembangan Buahdua. Arah pengembangan adalah sebagai
pusat pertanian dan hutan produksi melalui penyediaan/pembangunan sarana dan prasarana
pendukung sebagai pelayanan skala kawasan dan atau lokal, dengan fungsi pendukung
pertanian, perdagangan, industri rumah tangga (home industry), dan pariwisata dengan
penyediaan sarana dan prasarana yang memadai.

Dalam Rencana Struktur Ruang Wilayah Di Kabupten Subang (Gambar 2.4), wilayah studi
(Kecamatan Cibogo), termasuk ke dalam salah satu sistem pusat kegiatan perkotaan berupa
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK).
Arah pengembangan di kecamatan tersebut adalah penyedia prasarana energi (Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi), sistem jaringan prasarana sumberdaya air, Sistem jaringan
persampahan, Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas, hutan rakyat, pertanian lahan
basah dan lahan kering, peternakan, industri, dan permukiman perkotaan.

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 6


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.5. Penggunaan Lahan di Wilayah Studi

Luas dan Jenis Penggunaan (hektar)


No. Nama Desa Sawah Tegalan Perumahan Kuburan Kebun Empang Lainnya Jumlah
1. Sadawarna 90 14 3 2,5 8 2 1011,5 1131
2. Cibalandong-jaya 210 9 4 2,5 16 1 726,5 969
3. Surian 167 8 1 2,5 140 2 401 721,5
4. Suria Medal 25 4 2 2,5 14 2 0,5 50
5. Tanjung 15 4 2 2,5 157 2 1756 1938,5
Jumlah Total 507 39 12 12,5 335 9 3895,5 4810
% 10,54% 0,81% 0,25% 0,26% 6,96% 0,19% 80,99% 100
Sumber : Kecamatan Cibogo dalam angka 2012 dan Kec, Surian Dalam Angka , 2012

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 7


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 2.2. Peta penggunaan lahan

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 8


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 2.2. Peta Guna Lahan di Wilayah Studi halaman II-8

Rencana Waduk
Sadawarna
GAMBAR 2.3. PETA RENCANA POLA RUANG KABUPATEN SUBANG

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 9


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Rencana Waduk
Sadawarna

GAMBAR 2.4. PETA RENCANA POLA


RUANG KABUPATEN SUMEDANG

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 10


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

2.1.4. Aksesilibitas

Analisis rona lingkungan awal mengenai aspek aksesibilitas terutama diperlukan untuk
pelingkupan dan prediksi dampak yang berkaitan dengan gangguan aksesibilitas masyarakat
akibat mobilisasi kendaraan pengangkut material konstruksi dan relokasi jalan yang terkena
pembebasan akibat keberadaan rencana waduk Sadawarna.

2.1.4.1. Jalan Akses Masyarakat


Wilayah studi merupakan daerah terbuka yang relatif mudah dijangkau dari kota-kota
sekitarnya karena telah cukup baiknya prasarana dan sarana transportasi. Jalan utama yang
menghubungkan wilayah studi dengan wilayah sekitarnya yaitu Kabupaten Subang - Kabupaten
Sumedang - Kabupaten Indramayu, yaitu jalan propinsi / jalan kolektor primer yang
menghubungkan Kota Subang – Indramayu - Sumedang
Aksesibilitas desa-desa di wilayah studi yang termasuk wilayah Kecamatan Cibogo dan
Cibalandong selama ini menggunakan jalan kecamatan/jalan desa ke jalan negara Subang-
Indramayu.
Aksesibilitas perkampungan penduduk yang terdapat di desa Sadawarna dan Desa Cibalandong
yaitu jalan desa dan/atau jalan perkebunan dengan jalur simpangan/pertigaan Jalan Propinsi
Subang-Indramayu-Tomo - Kampung Sadawarna dua-Kampung Sadawarna satu-Kampung
Bakung-Kampung Pangadungan-Kampung Cibalandong Hilir-Kampung Cibalandong Girang-
Kampung Cibakom-Kampung Cimanggu.
Aksesibilitas perkampungan penduduk yang terdapat di desa Tanjung dan Desa Surian yaitu
jalan Kecamatan/jalan desa dengan jalan masuk dari Kampung Cijambe Desa Bantarwaru
Indramayu-Kampung Songom-Salawirta Kaler-Babakan Salawiru-Sandangasih-Babakan
rancakeong-Salawiru Kidul-Ceuri-Surian.
Peta jalur aksesibilitas di wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 1.12. Dokumentasi kondisi
jalan akses dapat dilihat pada Lampiran 3.

2.1.4.2. Kondisi Fisik Jalan dan Jembatan

Kondisi jalan propinsi / jalan kolektor primer Subang-Indramayu-Sumedang (Tomo) saat ini
kondisinya sangat baik dengan kualitas jalan kelas 1, dan dapat dilalui semua jenis kendaraan.
Jalan penghubung desa-desa/perkampungan-perkampungan di wilayah studi berupa jalan
aspal. Ruas Jalan Tanjung dan Desa Surian yaitu jalan Kecamatan/jalan desa dengan jalan
masuk dari Kampung Cijambe Desa Bantarwaru Indramayu-Kampung Songom-Salawirta Kaler-
Babakan Salawiru-Sandangasih-Babakan rancakeong-Salawiru Kidul-Ceuri-Surian eksisting

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 11


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

adalah jalan batu yang yang kondisinya sebagian baik, namun sebagian telah mengalami
kerusakan.
Adapun jalan desa Kampung Sadawarna satu-Kampung Bakung-Kampung Pangadungan-
Kampung Cibalandong Hilir-Kampung Cibalandong Girang-Kampung Cibakom-Kampung
Cimanggu saat ini sebagian baik, namun sebagian telah mengalami kerusakan. Kualitas jalan
sebagian berbatu, namun sebagian sudah beraspal.
Jembatan yang terdapat pada jalan desa-desa di wilayah Kecamatan Cibogo dan
Cijambe/Cibalandong sebanyak dua buah yaitu Jembatan Sungai Cipangadungan dan Jembatan
Sungai Cisadawarna. Kondisinya masih cukup baik dan dapat dilalui kendaraan.
Jembatan yang terdapat pada jalan desa-desa di wilayah Kecamatan Surian sebanyak tiga buah
yaitu Jembatan Sungai Cijujung, Jembatan Sungai Pasanggrahan dan Jembatan Sungai Cijurey.
Jembatan Sungai Cjurai saat ini dalam kondisi rusak berat dan tidak dapat dilalui kendaraan,
sehingga hanya dapat digunakan pada musim kemarau dengan kendaraan melintas di dasar
sungai.
Hasil pengamatan di lapangan pada jalan akses yang menuju ke lokasi kegiatan Pembangunan
Waduk Sadawarna disampaikan pada Tabel 2.6.

2.1.5. Geologi

Pembahasan mengenai geologi wilayah studi adalah berkaitan dengan analisis pelingkupan dan
prediksi dampak dari potensi land subsidence akibat keberadaan bendungan, potensi
kelongsoran (stabilitas lereng di sempadan waduk), kestabilan lereng, dan dampak dari
kegempaan.

2.1.5.1. Fisiografi
Berdasarkan pembagian Zona Fisiografi Jawa bagian barat (Bemmelen, 1949), daerah studi
terletak pada transisi antara Zona Bogor dan Pedataran Pantai Jakarta (Gambar 2.5.) yang
dapat diuraikan sebagai berikut:

- Zona Dataran Pantai Jakarta

Zona ini merupakan dataran pantai utara Jawa Barat memanjang dari Serang sampai
Cirebon. Endapan di daerah ini terdiri dari endapan sungai, endapan banjir, endapan
pantai, serta aliran lumpur dari hasil gunung api Kwarter. Ketebalan mencapai 300 m.

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 12


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.6. Kondisi Eksisting Jalan Akses Masyarakat


No Ritasi
Pan-
titik kenda-
Ruas Jalan jang Jenis Perkerasan Foto
tin- raan truk
jalan
jau 8 ton
Titik Lokasi Quarry Mewakili segmen 1 2 km Jumlah Jalan sebagian
1 pasir dan Jalan akses pengangkutan : ritasi 224 batu dan 50%
Batu/borrow  batu kali, pasir beton, split, per hari sebagian sudah
area 1 - Jalan rip rap (Dari Sungai selama 2,5 beraspal. 50%
Dusun Songom, Cipunegara) th kondisi rusak
Desa Tanjung  tanah urug dari borrow Lebar jalan 7
area 1
Kec. Surian , meter
Dengan jumlah ritasi
Kab Sumedang
224/hari
– Jalan akses
baru langsung
ke as
bendungan

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 13


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

No Ritasi
Pan-
titik kenda-
Ruas Jalan jang Jenis Perkerasan Foto
tin- raan truk
jalan
jau 8 ton
Titik Lokasi borrow Mewakili segmen 2 2 km 190 (dari Jalan perkerasan
2 area 2– Jalan Jalan akses pengangkutan : borrow batu/pasir, 20%
PT Dahana di  tanah urug dari borrow area 2) + sudah beraspal,
Dusun Dukuh area 1 , 11 (dari 80% Kondisi
dua, Desa  alat berat , dan material segmen 3) rusak
Sadawarna, dari luar (besi,semen) = 201
yang bersumber dari luar
Kec. Cibogo, ritasi per
wilayah studi
Kab Subang (Bandung/Cirebon) hari
Lebar jalan 7
– Jalan akses Dengan jumlah ritasi 190/hari selama 2,5
meter
baru langsung tahun
ke as
bendungan

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 14


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

No Ritasi
Pan-
titik kenda- Jenis
Ruas Jalan jang Foto
tin- raan truk Perkerasan
ja-lan
jau 8 ton
Titik Jalan Subang- Mewakili segmen 3 Titik 11 ritasi Aspal kelas 1
3 Cikamurang Jalan akses pengangkut yang per hari Kualitas baik
(atau Jl Raya alat berat , dan material dari ditinjau selama 2,5
Subang-Tomo) luar (besi,semen) yang 5 km tahun
– ke segmen 2 bersumber dari luar wilayah sebe-
studi (Bandung/Cirebon),
– ke Jalan akses lum
Dengan jumlah ritasi 11/hari
baru ke as jalan
bendungan masuk
waduk

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 15


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

No Ritasi
Pan-
titik kenda-
Ruas Jalan jang Jenis Perkerasan Foto
tin- raan truk
jalan
jau 8 ton
Titik jaringan jalan Sebagai bahan analisa untuk 20 km - Sebagian
4 pada memberikan perkerasan batu,
Kecamatan pertimbangan/rekomendasi sebagian sudah
Cibogo Kab akses jalan pengganti beraspal
Subang dan
Kecamatan
Surian
Sumedang

Sumber : Data Primer, 2013

Rona Lingkungan Hidup Awal II - 16


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Daerah studi

Gambar 2.5. Pembagian Fisiografi Jawa Barat (Bemmelen, 1949).

- Zona Bogor
Zona ini merupakan antiklinorium yang memanjang dari Rangkas Bitung (di bagian
barat) sampai Majenang/Bumiayu (di bagian timur), membentuk suatu rangkaian
perbukitan yang disusun oleh sedimen marin Neogen yang terlipat kuat dan tersesarkan.

2.1.5.2. Geomorfologi

Didasarkan keregaman topografi, kerapatan kontur dan elevasi, daerah studi dapat
dibedakan atas 3 (tiga) satuan morfologi, yaitu:

 Satuan Geomorfologi Pedataran


Satuan ini menempati bagian utara, tercirikan oleh bentangalam landai sampai hampir
datar dengan bentuk lembah yang lebar dan landai, yang dibentuk oleh endapan
aluvium dan endapan volkanik muda. Kemiringan lereng < 3 - 8 %, ketinggian 28 – 50
m dpl. Aliran sungai menunjukkan pola sub meander - meander pada sungai utama
(Cipunagara) dengan point-bar dan sand-bar di beberapa tempat, sedangkan pada
sungai-sungai kecil menunjukkan pola sub paralel.
 Satuan Gemorfologi Perbukitan Bergelombang Halus
Satuan ini menempati bagian tengah dan merupakan zona peralihan antara dataran
landai dan pebukitan, tercirikan oleh perbukitan bergelombang halus (gentle - level
undulating), dengan lembah-lembah umumnya landai dan lebar, di beberapa bagian
sempit dan terjal yang dibentuk oleh batuan sedimen dan endapan volkanik tua,

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 17


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

kemiringan lereng berkisar < 8% dan 8 – 15%, elevasi berkisar 50 – 79 m dpl. Pola
aliran sungai tidak jauh berbeda dengan satuan di atas yaitu sub meander dan sub
paralel, setempat sub-dendritik.

 Satuan Geomorfologi Perbukitan Bergelombang Sedang.


Satuan ini terletak di sebelah selatan dengan topografi lebih menonjol dibanding
satuan-satuan sebelumnya dan membentuk perbukitan bergelombang sedang, lembah-
lembah umumnya berlereng miring sampai agak curam, sudut kemiringan berkisar 15
– 30%, dan beberapa tempat mencapai lebih dari 40%, pola aliran sungai anastomatik
pada sungai utama dan sub dendritik pada sungai-sungai kecil. Ketinggian pada satuan
ini antara 60 – 200 m dpl.

2.1.5.3. Tataan Stratigrafi Daerah Studi

Berdasarkan Peta Geologi Bersistim Lembar Bandung, Jawa (Silitonga, 1973), stratigrafi
yang menyusun daerah studi terdiri dari beberapa satuan batuan dari umur paling tua ke
muda adalah seperti berikut:
 Anggota Batulempung – Formasi Subang (Msc)
Batu lempung terkadang mengandung lapisan-lapisan batu gamping napalan, napal dan
lapisan-lapisan batugamping kelabu tua, sisipan batu pasir glaukonit hijau mengandung
Foraminifera. Satuan ini menempati kawasan perbukitan selatan, berumur satuan ini
Miosen.
 Formasi Kaliwangu (PK)
Terdiri atas batupasir tufa, konglomerat, batulempung dan kadang-kadang batupasir
gampingan dan batugamping, serta lapisan-lapisan tipis gambut dan lignit. Pada
batupasir dan konglomerat sering terdapat kandungan Moluska. Formasi ini menindih
Anggota Batulempung Formasi Subang secara tidak selaras, berumur Mio-Pliosen.
 Formasi Citalang (Pt)
Tersusun atas lapisan-lapisan napal tufaan yang diselingi oleh batupasir tufaan dan
konglomerat. Formasi Citalang menindih Formasi Kaliwangu secara selaras, berumur
Pliosen.
 Batupasir tufaan, Lempung dan Konglomerat (Qos)
Batupasir tufa kadang-kadang berbatuapung, lempung mengandung sisa-sisa tumbuhan,
konglomerat, breksidan pasir halus, berlapis mendatar dan hampir rata di bagian utara.
Satuan ini ditafsirkan sebagai endapan lahar gunungapi, menempati pedataran landai
dengan pelamparan luas, berumur Pliosen.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 18


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

 Hasil Gunungapi Lebih Tua (Qob)


Breksi, lahar dan pasir tufa berlapis-lapis dengan kemiringan kecil. Satuan ini
menempati perbukitan paling selatan dengan pelamparan luas. Berumur Pleistosen.
 Hasil Gunungapi Muda Tak Teruraikan (Qyu)
Terdiri atas pasir tufaan, lapili, breksi lava, aglomerat. Satuan ini terdapat secara
setempat di bagian tenggara dengan penyebaran tidak seberapa luas dan merupakan
bagian dari produk G. Tangkubanperahu, Berumur Pleistosen Atas.

2.1.5.4. Struktur Geologi Regional

Struktur geologi yang terdapat di daerah studi umumnya berupa sesar, yaitu sesar naik dan
sesar geser.
 Sesar naik (up thrust)
Sesar ini memotong Formasi Subang dengan arah lintasan hampir sejajar dengan arah
strike perlapisan batuan yaitu hampir barat – timur. Genesa sesar ini sangat erat
kaitannya dengan pembentukan perlipatan (antiklinorium) Zona Bogor.
 Sesar geser (wrench fault)
Sesar ini memiliki arah utara – selatan dan memotong strike dari struktur perlapisan
batuan Formasi Subang dan Formasi Kaliwangu. Pembentukan sesar geser ini sangat
berkaitan dengan pembentukan sesar naik. Terdapat 4 sesar geser yang melitas di dekat
daerah studi.

2.1.5.5. Stratigrafi Rencana Tapak Bendungan

a. Geologi Rencana Tapak Bendungan

Lokasi tapak bangunan Bendungan Sadawarna terutama terletak pada Formasi Citalang dan
Satuan Batupasir Tufaan, Batulempung dan Konglomerat dari Formasi Citalang (Qos) yang di
bagian bawahnya dialasi oleh Batulempung Bersisik dari Formasi Subang (Msc).
Analisa di atas didasarkan atas pertimbangan bahwa dari hasil Pemetaan Geologi Permukaan
dapat diketahui bahwa litologi penyusun di lokasi tapak bendungan terdiri dari 3 lapisan
batuan, yaitu :

1. Satuan Endapan Aluvial


Satuan Endapan Aluvial, merupakan lapisan yang termuda (pengendapannya berlangsung
sampai sekarang), terdiri dari campuran material – material batuan berbagai ukuran butir
yang dimulai dari lempung, pasir, kerikil sampai yang berukuran bongkah yang diendapkan

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 19


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 2.6. Peta Geologi hal. II-20

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 20


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

di daerah alur dan bantaran sungai Cipunagara beserta anak – anak sungainya.
Penyebarannya menempati bagian tengah As Dam dan sekitarnya dengan prakiraan luas
lebih kurang 30 %.
2. Satuan Lanau Lempung Pasiran
Satuan Lanau Lempung Pasiran, lapisan ini merupakan penyebaran cukup luas dan
menempati bagian perbukitan yang berada pada kiri dan kanan alur sungai Cipunagara
dengan prakiraan luas lebih kurang 50 %.
3. Satuan Batuan Breksi Tufaan
Satuan Breksi Tufaan, lapisan ini merupakan satuan batuan dari kelompok Batu Pasir
Tufaan dan Breksi Tufaan (Formasi Citalang/Pt). Tersingkap secara graded dengan
dominasi lapisan Breksi Tufaan. Penyebarannya menempati pada bagian alur sungai
Cipunagara bagian As dan alur anak sungai Cicadas dengan singkapan cukup luas kemudian
menyempit pada tebing – tebing bagian hilir maupun hulunya dengan perkiraan luas lebih
kurang 20 %.

b. Geologi Rencana Terowongan Pengelak


Litologi penyusun di lokasi rencana terowongan pengelak terdiri dari 3 lapisan batuan yaitu :
1. Satuan Lanau Lempung Pasiran ang
Lapisan ini memiliki penyebaran cukup luas dan menempati bagian perbukitan yang berada
pada kanan alur Sungai Cipunagara dengan perkiraan luas lebih kurang 70%.
2. Satuan Breksi Tufaan
Lapisan ini merupakan satuan batuan yang terdiri dari kelompok batu pasir tufaan dan
breksi tufaan yang tersingkap secara graded dengan dominasi lapisan breksi tufaan.
Penyebarannya menempati bagian alur Sungai Cipunagara bagian hilir, dan dengan
singkapan yang terbatas pada tebing-tbing bagian hilir dengan perkiraan luas kurang lebih
20%.
3. Satuan Batu Lempung
Lapisan ini meupakan satuan batuan dasar penyusun litologi yang ada. Penyebaran lapisan
ini cukup sempit (kecil) di daerah ini, yaitu pada bagian lereng as terowongan bagian hulu
dengan singkapan yang teratas dan diperkirakan luasnya lebih kurang 10 %.

c. Geologi Rencana Bangunan Pelimpah


Dari hasil pemetaan geologi permukaan, litologi penyusun di lokasi rencana pelimpah terdiri
dari 1 lapisan batuan, yaiyu satuan lanau lempung pasiran. Satuan ini mempunyai penyebaran
yang cukup luas, menyeluruh pada bagian perbukitan yang berada pada kanan alur Sungai
Cipunagara.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 21


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

2.1.5.6. Geologi Rencana Daerah Genangan (Kom Waduk)

A. Morfologi
Morfologi yang diperlihatkan dari daerah genangan adalah suatu pemandangan (bentang alam)
daerah lembah sungai yang cukup luas dan relatif cukup datar dengan dikelilingi oleh suatu
perbukitan gelombang rendah sampai bergelombang tinggi. Sungai utama adalah Sungai
Cipunagara, yang mengalir sepanjang tahun ke arah utara di Kabupaten Subang dengan hulu di
Gunung Tangkubanparahu, ke arah timur laut sampai Gunung Putri, Gunung Parongpong, dan
Gunung Kodaka di Kabupaten Sumedang, bermuara di Laut Jawa Kabupaten Indramayu.

Gosong-gosong sungai (maendering) banyak dijumpai dan menandakan walaupun daerah ini
merupakan daerah hulu, tetapi umur sungai (stadium) sudah termasuk dewasa, sehingga
kondisi seperti ini sangan cocok sebagai daerah kom waduk.

B. Statigrafi
Dari hasil pemetaan geologi permukaan, dapat diketahui bahwa litologi penyusun daerah ini
terdiri dari 5 kelompok satuan lapisan tanah/batuan (formasi) yang termuda sampai yang
tertua, yaitu :
1. Satuan Endapan Aluvial
Merupakan lapisan muda (pengendapannya berlangsung sampai sekarang), terdiri dari
campuran material-material batuan berbagai ukuran butir, yang dimulai dari lempung pasir,
kerikil, sampai yang berukuran butir bongkah yang diendapkan di daerah alur dan buntaran
Sungai Cipunagara, serta beberapa anak sungainya (S. Cicadas, S. Cijunjung, S. Cijurai, dll).
Penyebarannya menempati bagian tengah daerah genangan, membentang ke arah utara-
selatan, dengan prakiraan luas kurang dari 20%.

2. Satuan Batu Lempung Gampingan (Formasi Kaliwungu)


Lapisan yang tersingkap di daerah ini terdiri dari dominasi batu lempung yang setempat-
setempat disisipi oleh lapisan batupasir tufaan tipis-tipis (tebal antara0,1 meter - 0,30 meter)
dan konglomerat, penyebarannya menempati bagian tengah daerah genangan, membentang
ke arah timur - barat dengan perkiraan luas kurang lebih 5%. Batu lempung umumnya
berwarna abu-abu kehitaman, agak keras, sebagian besar telah mengalami pelapukan
sehingga bersifat lunak dan bersifat sangat plastis. Batu pasir tufaan, berwarna abu-abu
keputihan, keras-sangat keras, sebagian peah-pecah, berbutir halus, tersingkap di daerah
genangan tebing Sungai Cipunagara di sekitar lokasi Sungai Cijati, Kampung Songgom.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 22


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Sedangkan konglomerat secara umum berwarna abu-abu kehitaman, keras dan kompak,
fragmen batuan andesit berukuran kerikil-kerikil, kemas terbuka, tersingkap pada tebing
jalan Kampung Songgom. Satuan batuan ini pada sebagian telah berubah menjadi lempung
lanauan.

3. Satuan Batu Pasir Tufaan (Formasi Citalang)


Lapisan batuan yang tersingkap di daerah ini teridir dari dominasi batupasir Tufaan yang
diselingi nafal tufaan dan konglomerat tipis-tipis (0,2 - 0,4 meter), dengan kedudukan N 126o
E/25o. Penyebarannya menempati bagian tengah daerah genangan, membentang arah timur-
barat dengan perkiraan luas kurang lebih 20%. Batupasir tufaan umumnya berwarna abu
keputihan-kecoklatan, agak keras-keras, mempuyai struktur sedimen granded cukup
lengkap, termasuk ada struktur silang siur berukuran berbutir-butir kasar. Napak tersingkap
dengan warna abu-abu kehijauan, berbutir hakus, bersifat gampingan sedangkan
konglomerat berwarna abu-abu kecoklatan, fragmen didominasi batuan andesit berukuran
kerakal-berangkal, kemas terbuka. Satuan batuan ini pada bagian atas telah mengalami
pelapikan tingkat sedang - tinggi (MW - HW), sehingga sebagian telah berubah menjadi lanau
lempungan.

4. Satuan Breksi Tufaan


Lapisan ini tersingkap secara dominan, yang secara lengkap terdiri dari breksi tufaan yang
berselingan oleh batupasir tufaan dan konglomerat dengan kedudukan N 148o E/14o.
Penyebarannya menempati bagian hilir daerah genangan, membentang ke arah timur-barat
dengan prakiraan luas lebih kurang 20 %

Breksi tufaan, umumnya berwarna abu-abu kehitaman, keras, kompak, terdiri dari fragmen
batuan andesit berukuran kerakal bongkah, bentuk menyudut tanggung, kemas terbuka,
pemilahan buruk-sedang, matrik terdiri dari pasir tufaan, tersemen baik. Batupasir tufaan
umumnta berwarna abu-abu kekuningan, berbutir halus, agak keras-keras dan masih. Satuan
batuan ini pada bagian atas telah mengalami pelapukan tingkat sedang-tinggi (MW -HW),
sehingga sebagian telah berubah menjadi lempungan.

5. Satuan Batulempung Bersisik (Formasi Subang)

Lapisan ini telah tersingkap secara dominan dan setempat-setempat, terdapat sisipan
batupasir, napal tipis-tipis (0,10 - 0,20 meter), dengan kedudukan N 102o. Penyebarannya

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 23


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

menempati bagian hulu, daerah genangan membentang ke arah timur-barat denan


prakiraan luas lebih kurang 35%.

Batu lempung bersisik berwarna abu-abu kehitaman, keras dan masif tetapi pada bagian
atas umumnya telah mengalami pelapukan sampai tingkat sempurna (CW), sehingga
berubah menjadi lempung lanauan yang mempunyai sifat lunak dan berplastis tinggi,
sedangkan batupasir dan napal karena sifatnya setempat-setempat (hancur-hancuran)
dan tipis-tipis, maka tidak terdeskripsi.

2.1.5.7. Kajian Struktur Geologi

Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa kontak antar lapisan batuan (batas litologi) pada
satuan batu lempung gampingan (F. Kaliwungu), satuan batupasir tufaan (F. Citalang) dan
satuan breksi tufaan adalah selalu miring ke arah selatan dengan kedidukan (strike/dip) : N
126o E/25o - N 148OE/14o, sedangkan terhadap satuan endapan aluvial merupakan kontak
ketidakselarasan dan terhadap satuan batulempung bersisik. Batas litologi tersebut
diperkirakan merupakan kontak sesar dengan kedudukan N 102oE/62o (bidang sesar).

Adapun data pendukung sesar adanya naik (diperkirakan) yaitu :

1. Kedudukan lapisan sisipanbatupasir tersebut mempunyai sudut kemiringan yang cukup


besar (>45o), dimana ini dapat terjadi akibat adanya suatu gaya pengangkatan (tektonik),
dan kemudian diikuti oleh kedudukan yang acak dari lapisan, baik batupasir maupun napal
( N 5oE / 58o dan N 55oE / 51o, dll) serta terdapatnya kekar-kekar dan gerus yang saling
menyilang.

2. Terdapatnya zona hancuran pada satuan batulempung gampingan formasi kaliwungu, yang
tercermin oleh adanya gerakan/longsoran tanah pada tebing bagian kanan Sungai
Cipunagara.

3. Tersingkapnya batuan batulempung bersisik formasi subang di permukaan, dimana jika


menurut hasil pemboran inti yang dilakukan di daerah as waduk dan sekitarnya,
kedudukannya berada pada bagian paling bawah (bed rock), sehingga karena adanya
pengeruh gaya tektonik, maka satuan batuan tersebut telah terangkat.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 24


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

2.1.5.8. Gerakan atau Longsoran Tanah di Sempadan Waduk

Gerakan (longsoran tanah) yang teridentifikasi, berada pada daerah genangan berjumlah 2
buah, yang mana keduanya dijumpai pada tebing sebelah kanan Sungai Cipunagara, tepatnya :

1. Sekitar muara alur Sungai Cijati

2. Tebing Sungai Cipunagara di Kampung Sairu, Desa Surian.

Longsoran ini dapat terjadi di kaki lereng, dengan dimensi panjang 20-30 meter, lebr 10 - 15
meter, dalam 2-4 meter. Longsoran bersifat lokal, setempat dan tidak akan membahayakan
konstruksi bendungan.

2.1.5.9. Hasil Kajian Geologi Teknik Tapak Bendungan

Kegiatan pemboran inti telah dilaksanakan pada tahap DED untuk mengetahui kondisi geologi
di baah permukaan tanah, khususnya di bawah permukaan lokasi as bendungan dan bangunan
pelengkapnya. Peta lokasi titik pemboran inti dan profil geologi teknik sejumlah 17 titik
disajikan pada Lampiran 8.

Resume Interprestasi data Geologi Hasil Pemboran Inti

Di lokasi perencanaan, dijumpai 7 satuan lapisan tanah/batuan secara vertikal sampai pada
kedalaman 70 meter. Uraian masing-masing lapisan dengan urutan mulai yang berumur
termuda sampai yang tertua adalah sebagai berikut :

- Satuan tanah penutup, terdiri dari lempung lanauan sampai pasiran, berwarna cokelat
kehitaman. linak dan bercampur dengan akar-akar tumbuhan, ketebalan 0,5 - 1,0 meter.

- Satuan Endapan Aluvian (A), terdiri dari campuran material-material batuan berbagai
ukuran butir, yang dimulai dari lempung, pasir, kerikil, sampai berukuran bongkah yang
tersingkap sebagai point bar di bagian hilir, dengan dominasi batuan andesit berukuran
kerikil-kerakal, dengan perkiraan ketebalan anatar 1-2 meter.

- Satuan Lempung Lanauan (B), terdiri dari lempung, lanauan sampai pasiran, berwarna
merah kecoklatan, lunak-agak teduh dan kenyal, plastisitas sedang, ketebalan 5-10 meter.

- Satuan Lanau lempung Pasiran (C), terdiri dari lanau yang berselang seling dengan lempung
pasiran, berwarna coklat kekuningan, lunak sampai agak padat, plastisitas sedang-tinggi
dengan nilai permeabilitas 2,65 x 10 -4 - 8,34 x 10-5 dan nilai N (SPT): 10/30, ketebalan
maksimum lebih dari 12 meter.

- Satuan Pasir Lanauan (D), terdiri dari pasir bersifat lanauan, tufaan, ataupun lempungan
dengan fragmen lepas sampai padat dari batuan andesit berukuran kerikil-kerakal sampai

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 25


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

boulder, berwarna abu-abu kecoklatan dengan nilai permeabilitas 1,94 x 10-4 dan nilai N
(SPT): 25/30, ketebalan lebih dari 7-10 meter.

- Satuan Breksi (E), Breksi vulkanik berwarna abu-abu keputihan sampai kecoklatan, agak
keras-keras. Fragmen batuan andesit (pecah-pecah), kemas terbuka, tersemen lemah-kuat,
lapuk, sedang-tinggi (MW-HW), dengan nilai permeabilitas 1,4 x 10-4 - 6,1 x 10-5 dan nilai N
(SPT) : 17/30 . 50, ketebalan lebih dari 20 meter.

- Satuan Batulempung (F), berwarna abu-abu kecoklatan, kenyal-keras, sebagian bersifat


brittle, di bagian atas berkembang menjadi pasir dan pasir lempungan, dengan nilai
permeabilitas 4,0 x 10-5 - 7,9 x 10-5 dan ketebalan lebih dari 44 meter. Terdapat juga lensa
breksi tufaan segar, abu kehitaman, keras dan kompak.

2.1.5.10. Resume Analisis Keamanan Bendungan

Kriteria keamanan bendungan ditentukan berdasarkan faktor keamanan (SF), terhadap


kestabilan lereng, tegangan, deformasi, kebocoran, erosi rembesan, dan boiling pada kaki
sebelah hilir bendungan.

Semua tahapan kajian keamanan bendungan sudah dilakukan dalam tahap Detailed Engineering
Design (DED), dan ditampilkan pada Lampiran 5.

Analisis stabilitas lereng bendungan dilakukan dengan Metoda Modifikasi Bishop (Simplified
Bishop Methode), sesuai pedoman Analisis Stabilitas Bendungan Tipe Urugan Akibat Beban
Gempa Kepmen Kompraswil No. 360/KPTS/M/2004. Analisi ini menggunakan program
komputer SLOPE/W dilakukan potongan yang paling kritis. Hasil uji menunjukkan bahwa faktor
keamanan dari simulasi 12 kondisi waduk yang meliputi kondisi selesai konstruksi, waduk terisi
penuh air, air surut tiba-tiba, baik dalam kondisi gempa maupun tidak gempa, masing-masing
(ada kedua sisi upstream dan downstream), semua di atas Faktor Kemanan yang disyaratkan
oleh Panduan Perencanaan Bendungan Dept. PU, Dirjen pengairan Direktorat Bina Teknik, 1999.
Hasil evaluasi kestabilan lereng Bendungan Sadawarna pada waktu selesai konstruksi, pada sisi
upstream dan downstream, baik waduk terisi penuh maupun surut tiba-tiba, pada kondisi
normal dan kondisi gempa, dinyatakan memenuhi faktor keamanan yang disyaratkan oleh
pedoman tersebut (Tabel 2.7). Laporan analisis keamanan bendungan dapat dilihat pada
Lampiran 5.

Analisis dan perhitungan kestabilan lereng bendungan dilakukan pada potongan paling kritis
(dapat dilihat pada Lampiran 5). Dengan membandingkan hasil kestabilan lereng pada potongan
BH-01 dan besarnya angka faktor keamanan ijin (ultimate) yang diperoleh maka dapat

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 26


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

diketahui tingkat sekuritas bendungan dunilai aman. Kestabilan lereng Bandungan Sadawarna
disajikan pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Evaluasi Kestabilan lereng Bendungan Sadawarna


Faktor Faktor Keamanan
No Kondisi Waduk Ket
Keamanan yang Disyaratkan
1 Selesai konstruksi sisi Upstream 2.222 1.5 Aman
2 Selesai konstruksi sisi Downstream 2.275 1.5 Aman
Selesai konstruksi kondisi gempa
3 1.419 1.2 Aman
sisi Upstream
Selesai konstruksi kondisi gempa
4 1.452 1.2 Aman
sisi Downstream
Waduk terisi penuh air sisi
5 3.188 1.5 Aman
Upstream
Waduk terisi penuh air sisi
6 2.108 1.5 Aman
Downstream
Waduk terisi penuh air kondisi
7 1.296 1.2 Aman
gempa sisi Upstream
Waduk terisi penuh air kondisi
8 1.255 1.2 Aman
gempa sisi Downstream
9 Air surut tiba-tiba sisi Upstream 3.079 1.2 Aman
10 Air surut tiba-tiba sisi Downstream 2.106 1.2 Aman
Air surut tiba-tiba kondisi gempa sisi
11 2.075 1.1 Aman
Upstream
Air surut tiba-tiba kondisi gempa sisi
12 1.344 1.1 Aman
Downstream
Sumber : Studi penyelidikan Geologi Teknik dan Finalisasi Desain Waduk Sadawarna, 2012.

Analisa rembesan (seepage) bendungan diperlukan untuk pelingkupan dari analisis dampak
penurunan kestabilan lereng bendungan. Analisis rembesan ini dilakukan pada tahap Studi
Penyelidikan Geologi Teknik dan Finalisasi Desain tahun 2012. Analisis rembesan ini dilakukan
dengan perhitungan berbasis metode elemen hingga (Finite Element Method), menggunakan
program "Seep W".
Lebih lanjut mengenai persamaan anaisis rembesan (seepage) bendungan dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Hasil analisis rembesan menunjukkan bahwa bendungan dinyatakan aman secara hidrolisis, bila
landaian (gradient) hidrolisis pada timbunan tanah yang mengisi kaki lereng bendungan bagian
hilir tidak melampauai landaian hidrolisis kritis. Landaian hidrolisis kritis adalah perbandingan
antara berat isi tanah terendam air (y'), terhadap berat isi air yw (icr = y'/y). Selain itu, jumlah
volume rembesan dalam tubuh bendungan , 0.1% dari volume tampungan bendungan.
Berdasarkan data pengujian pemadatan tanah di laboratorium, harga berat isi tanah terendam
air rata-rata = 0.7 ton/m3. Bila berat isi air 1 ton/ m3, maka landaan hidrolisis kritis adalah 0,7.
Faktor keamanan terhadap boilling serendah-rendahnya = 5.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 27


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Hasil analisis yang dilakukan pada dokumen Penyelidikan Geologi Teknik dan Finalisasi Desain
Waduk Sadawarna (2012), bahwa keruntuhan lereng dan dasar pondasi (penurunan tanah)
telah diantisipasi dan dinilai aman.
Dalam kaitannya dengan syarat bendungan agar aman dan stabil terhadao kegagalan hidrolik,
maka perhitungan tinggi tubuh bendungan (yang meliputi tinggi jagaan, gelombang akibat
angin, rayapan gelombang dan gempa, dan pertimbangan kondisi tanah akibat bendungan
trhadap elevasi puncak bendungan disajikan pada Lampiran 5.

2.1.6. Hidrogeologi
Kajian hidrogeologi adalah untuk mengetahui tatanan akifer dan kaitannya keperluan analisa
dampak kemungkinan terpotongnya lapisan akifer terkait adanya rencana penggalian
terowongan pengelak dan pembangunan bendungan.
Menurut pembagian satuan Peta Hidrogeologi Lembar Cirebon (Pusat Sumber Daya Air Tanah
dan Geologi Lingkungan Bandung, 1983), kondisi hidrogeologi daerah rencana kegiatan
(Gambar 2.7.) adalah sebagai berikut;
- Setempat dengan akifer produktif sedang menempati daerah pedataran yang dibentuk oleh
aluvium sungai dengan penyebaran terbatas di bagian hilir Sungai Cilamatan dan Sungai
Cipunegara.
- Wilayah dengan akifer produktifvitas rendah setempat berarti menempati daerah pedataran
yang dibentuk oleh endapan volkanik muda (batupasir tufaan, lempung, lanau tufaan dan
breksi tufaan).
- Wilayah dengan akifer produktifvitas rendah setempat berarti menempati daerah
perbukitan yang dibentuk oleh endapan volkanik tua.
- Daerah air tanah langka atau tak berarti.
Berdasarkan uraian kondisi hidrogeologi di atas, daerah rencana pembangunan waduk
Sadawarna termasuk pada satuan hidrogeologi dengan akiferberpotensi rendah sampai daerah
langka air. Hasil pengamatan lapangan terhadap singkapan-singkapan batuan di sekitar rencana
pembangunan bendungan diperoleh beberapa struktur perlapisan batuan yang mewakili.
Kedudukan perlapisan batuan umumnya berkemiringan ke arah hulu aliran sungai (up stream)
dengan jurus/kemiringan yaitu: N 1400E/430 dan N. 1500E/350.
Hasil uji permeabilitas terhadap lapisan-lapisan batuan yang dilakukan pada penyelidikan
geologi teknik umumnya menunjukkan nilai koefisien permeabilitas rendah yaitu 10-4 cm/det.
s/d 10-5 cm/det.
Berdasarkan uraian di atas, maka keberadaan bendungan dan terowongan pengelak tidak
memberikan dampak penurunan muka air tanah karena masukan air tanah di hilir tidak berasal
dari suplesi air sungai Cipunegara yang berarti termasuk ke hilir bendungan.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 28


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Kondisi Muka Air Tanah Dangkal (Freatik)


Muka air tanah (MAT) dangkal atau garis freatik umumnya akan mengikuti relief tofografi. Muka
air tanah dangkal ini sangat berfluktuatif jika potensi air tanah termasuk rendah,penyebaran
akifer tipis dan tidak menerus. Hasil observasi lapangan terhadap kondisi air tanah dangkal
daerah difokuskan di Dusun Songgom dan Dusun Sadawarna dimana tapak rencana bendungan
dan bangunan pelengkapknya akan dibangun. Menurut keterangan penduduk lokal, kedudukan
muka air tanah dangkal (freatik)pada beberapa waktu lalu terdapat pada kedalaman 3,5 – 5,0
meter di bawah rata tanah setempat. Namun pada kondisi sekarang, sumur-sumur di sekitar
dusun tersebut banyak yang tidak berair atau kering dan penduduk lokal mengasumsikan
bahwa perubahan ini disebabkan adanya pemanfaatan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air
perkebunan tebu di sekitar Sadawarna, yang dikembangkan oleh salah satu perusahaan
setempat.

2.1.7. Potensi Sumber Daya Material/Bahan Galian


Kajian mengenai potensi sumber daya material/bahan galian dibutuhkan untuk memprediksi
dampak ritasi kendaraan pengangkut material ke tapak bendungan. Dengan diketahuinya
potensi sumber daya galian maka dapat diketahui apakah sumberdaya setempat cukup untuk
memenuhi kebutuhan material untuk pembangunan bendungan dan bangunan pelengkapnya,
serta rute perjalanan material sampai ke tapak rencana bendungan dapat diketahui.

Di daerah studi terdapat potensi sumber daya bahan galian jenis pasir, batuan dan tanah urug
yang dimungkinkan dapat dimanfaatkan sebagai material kontruksi pembangunan Bendungan
Sadawarna .Kajian terhadap potensi sumber daya tersebut telah dilakukan sebagaimana
dilaporkan dalam “Review Desain Waduk Sadawarna, 2011” dan “Penyelidikan Geologi Teknik
dan Finalisasi Desain Waduk Sadawarna, 2012”, termasuk pengujian mutu material urugan yang
berpedoman pada SNI 03-6465-2000 tentang Tata Cara Pengendalian Mutu Bendungan
Urugan. Informasi sumber daya material galian dan cadangan yang tersedia disajikan pada
Tabel 1.11. Uraian masing-masing material galian dapat dikemukakan seperti berikut:
a) Material Batuan
Material batuan yang terdapat di daerah studi merupakan endapan aluvial dari Sungai
Cipunagara, terutama sebagai endapan gosong sungai (point bar) yang tersusun atas
percampuran material pasir, kerikil (gravel), kerakal (peble) dan bongkah (boulder), bersifat
lepas. Pada komponen lebih besar (kerakal – bongkah) umumnya membundar tanggung –
membundar, terdiri dari batu andesit, basalt, breksi, metasedimen, keras - sangat keras.
Endapan gosong sungai ini terdapat di dua tempat dengan tebal endapan berkisar 0,5 – 2 m,

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 29


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 2.7. PETA HIDROGEOLOGI DAERAH STUDI


(Skala 1 : 250.000, Disederhanakan)

Keterangan:

Setempat dengan akifer produktif sedang

Akifer produktivitas rendah, setempat berarti menempati daerah pedataran

v_ v_v Akifer produktivitas rendah, setempat berarti menempati daerah perbukitan

Daerah air tanah langka atau tak berarti

Daerah studi

Sumber: Peta Hidrogeologi Lembar Cirebon, 1 : 250.000 (PSDA Bandung, 1983)

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 30


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

dan terletak dalam radius 5 km dari lokasi rencanan bendungan.


Berdasarkan atas perbandingan material penyusun antara pasir, kerikil/kerakal dan
bongkah, maka prakiraan persentase pada masing-masing material tersebut dari besar ke
kecil adalah sebagai berikut:

 Bongkah / Couble - Boulder (64 - > 256 mm) = 40 %


 Kerakal, kerikil (> 2 – 64 mm) = 40 %
 Pasir (1/16 – 2 mm) = 20 %

Luas rata-rata Sungai Cipunagara diperkirakan 40 m2 dan panjang Sungai Cipunagara yang
ditaksir dapat diambil bongkah-bongkahnya untuk material batuan dari hilir poros rencana
bendungan sampai ke hulu daerah genangan adalah 2 km dan tebal lapisan endapan aluvial
1,5 – 2,0 meter. Maka perkiraan jumlah sumber daya batuan yang berupa kerikil, kerakal dan
bongkah adalah 160.000 m3.

b) Material Pasir
Material pasir seperti disinggung di atas adaah 20%, pelamparan endapan pasir terdapat
pada radius 2 – 3 km dari lokasi poros rencana bendungan. Endapan pasir yang dapat
diambil yaitu pasir endapan aluvial di dasar (river bed) Sungai Cipunagara terletak di
sebelah hilir. Pasir yang dijumpai berwarna abu-abu kehitaman, bersifat mudah lepas, butir
halus sampai kasar , bentuk menyudut tanggung, fragmen heterogen, terdiri dari mineral-
mineral kwarsa, k-feld-spar, biotit, muscovite dan fragmen mineral lainnya.
Panjang penyebaran endapan pasir diestimasi sekitar 5 km, lebar rata-rata sungai sekitar
20 meter, kandungan pasir 20 %, dan prakiraan tebal rata-rata endapan dasar sungai
sekitar 4 meter, maka jumlah sumber daya pasir adalah 80.000 m3.

c) Material Tanah
Material tanah yang dijumpai terdapat di dua tempat yaitu di Dusun Sadawarna, Desa
Sadawarna, Kecamatan Cibogo dan Bukit Wado, Desa Tanjung, Kecamatan Surian (Gambar
1.3) yang berpotensi sebagai lokasi galian tanah urug (borrow area) untuk bahan timbunan
bagi pembangunan Bendungan Sadawarna. Berdasarkan laporan Penyelidikan Geologi
Teknik dan Finalisas Desain Waduk Sadawarna (2011), uraian potensi material tanah urug
di masing-masing lokasi dapat dikemukakan berikut ini:

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 31


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

1) Lokasi Borrow Area Tanah A


Lokasi Borrow Area Tanah A, terletak disekitar perbukitan Dusun Sadawarna, Desa
Sadawarna, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang berjarak kurang lebih 600 meter di
arah hulu lokasi rencana bendungan.
Dari hasil pemetaan geologi dan penggalian sumur uju di TP-11, diperoleh bahwa jenis
tanah di sini adalah lempung lanauan, berwarna coklat kemerahan, konsistensi firm
sampai very stiff, plastisitas tinggi, kelulusan air rendah. Ketebalan lapisan lempung ini
berkisar antara 0,5 meter sampai 9 meter. Ketebalan rata-rata diperkirakan 5 meter.
Luas penyebaran lempung lanauan tersebut pada permukaan adalah sekitar 4 Ha. Dari
data di atas dapat di hitung perkiraan jumlah cadangan material tanah yang dapat
diambil dari lokasi ini adalah 200.000 m3 . Dari hasil uji di laboratorium mekanika
tanah1 diperoleh karakteristik tanah di lokasi ini memenuhi kelayakan teknis untuk
digunakan sebagai material inti Bendungan Sadawarna.

2) Lokasi Borrow Area Tanah B


Lokasi Borrow Area Tanah B terletak di Bukit Wado / Dusun Songgom, Desa Tanjung,
Kecamatan Surian, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat, yaitu di sebelah kanan
sungai dengan jarak sekitar 1 km dari lokasi rencana bendungan.
Hasil pemetaan geologi dan penggalian sumur uji TP - 2, jenis tanah yang ditemukan di
lokasi ini adalah tanah lempung pasiran dan lempung kerikilan, berwarna coklat
konsistensi firm sampai stiff, plastisitas sedang, kelulusan air rendah sampai sedang.
Tanah di lokasi ini merupakan hasilpelapukan dan rombakan lereng satuan batupasir,
tebal bagian lapuk mencapai 9 meter dan luas sekitar 4 ha. Tebal tanah setelah dikurangi
oleh pengupasan lapisan atas adalah 5 meter. Maka cadangan sumber daya tanah urug
di lokasi kedua adalah 200.000 m3.

2.1.8. Hidrologi

Data rona awal debit sungai diperlukan dalam kaitannya dengan analisis dampak dari
penggenangan awal waduk, umtuk memprakiraan berapa lama waktu terjadinya dampak
penurunan kuantitas air selama masa impounding pada bagian hilir bendungan. Untuk itu perlu
disajikan perhitungan unit hidrograf untuk DAS Cipunagara.
Hidrograf dalam hidrologi menggambarkan tentang prediksi debit banjir dalam periode ulang
tertentu. Untuk periode ulang 2 tahun merupakan debit banjir kondisi rata-rata tahunan,

Berdasarkan laporan Penyelidikan Geologi Teknik dan Finalisas Desain Waduk Sadawarna (2011)

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 32


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

sedangkan periode ulang 100 tahun menggambarkan kondisi banjir terbesar yang mungkin
terjadi dalam kurun waktu 100 tahun, sedangkan PMF menggambarkan kondisi paling besar
yang mungkin terjadi dalam DAS tersebut. Dalam perhitungan dampak untuk Bendungan
sebagai bangunan air digunakan perencanaan debit banjir 100 tahun, debit banjir 100 tahun
dalam perencaan bangunan air berarti bangunan yang didesain dapat menampung beban debit
banjir 100 tahun yang masih ditambah dengan freeboard 0,2-1 m (tergantung bangunan airnya)
diatas elevasi debit banjir 100 tahun. Desain ini diharapkan dapat menanggulangi dampak
banjir akibat debit banjir periode ulang 100 tahunan. Selain itu hidograf banjir ini juga
digunakan untuk merencanakan jenis material bangunan, karena dalam kondisi banjir
bangunan harus menanggung beban air yang cukup besar sehingga stabilitas bangunan perlu
diperhitungkan dalam kondisi banjir dalam periode ulang tertentu. Sehingga dalam kondisi
banjir selain bangunan tersebut mampu menahan aliran dalam kondisi banjir, tidak meluap dari
bangunan rencana, juga stabil menahan bebannya tidak mengalami kerusakan.

Resume debit puncak hidrograph banjir hasil perhitungan program HEC-HMS jika dibandingkan
dengan hasil perhitungan metoda Nakayasu, Snyder-Alexeyev, Snyder-SCS, Gama-1, ITB-1 dan
ITB-2 ditunjukan pada Tabel 2.8 dan Gambar 2.8. sampai dengan Gambar 2.11.

Tabel 2.8. Resume Debit Puncak Hidrograph Banjir Hasil Perhitungan Berbagai Metoda

Snyder-
Jam Nakayasu Snyder-SCS Gama-1 ITB-1 ITB-2 HEC-HMS
Alexeyev

2.0 1123.65 960.14 959.58 1018.23 952.72 968.88 928.71


5.0 1393.34 1197.58 1196.18 1264.87 1188.34 1204.32 1164.10
10.0 1571.90 1354.79 1352.84 1428.17 1344.33 1360.21 1323.30
25.0 1797.51 1553.42 1550.77 1634.50 1541.44 1557.17 1521.90
50.0 1964.88 1700.78 1697.61 1787.57 1687.66 1703.28 1670.20
100.0 2131.02 1847.04 1843.36 1939.51 1832.80 1848.32 1813.30
200.0 2296.54 1992.78 1988.58 2090.89 1977.42 1992.83 1957.10
1000.0 2679.98 2330.36 2324.97 2442.43 2312.40 2327.57 2299.20
PMF 5848.40 5119.89 5104.68 5359.89 5080.48 5093.65 5082.00

Sumber
Sumber: :Hasil analisa
Review 2009
Desain Waduk Sadawarna,2011,

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 33


Gambar 2.8. Hidrograph DAS Cipunagara di lokasi Rencana Bendungan (Tr= PMF)

Sumber : Review Desain Waduk Sadawarna,2012


Waduk Sadawarna

Bab II. Rona Lingkungan Awal


Analisis Dampak Lingkungan Hidup

7000 0
Infiltrasi
Hujan effektif
SCS
HEC-HMS (Snyder)
6000 Snyder-Alexeyev 100
ITB-1
ITB-2
Nakayasu
Gama-1
5000 200

4000 300

3
H (mm)

Q(m /sec)
3000 400

2000 500

1000 600

0 700
0.0 6.0 12.0 18.0 24.0 30.0 36.0 42.0 48.0 54.0 60.0 66.0
T (jam)

II - 34
Gambar 2.9. Hidrograph DAS Cipunagara di lokasi Rencana Bendungan (Tr= 1000)

Sumber : Review Desain Waduk Sadawarna,2012


Waduk Sadawarna

Bab II. Rona Lingkungan Awal


7000 0
Analisis Dampak Lingkungan Hidup

Infiltrasi
Hujan effektif
SCS
HEC-HMS (Snyder)
6000 Snyder-Alexeyev 100
ITB-1
ITB-2
Nakayasu
Gama-1
5000 200

4000 300
H (mm)

Q(m3/sec)
3000 400

2000 500

1000 600

0 700
0.0 6.0 12.0 18.0 24.0 30.0 36.0 42.0 48.0 54.0 60.0 66.0
T (jam)

II - 35
Gambar 2.10. Hidrograph DAS Cipunagara di lokasi Rencana Bendungan (Tr=100)

Sumber : Review Desain Waduk Sadawarna,2012


Waduk Sadawarna

7000 0
Infiltrasi

Bab II. Rona Lingkungan Awal


Hujan effektif
SCS
Analisis Dampak Lingkungan Hidup

HEC-HMS (Snyder)
6000 Snyder-Alexeyev 100
ITB-1
ITB-2
Nakayasu
Gama-1
5000 200

4000 300

3
H (mm)

Q(m /sec)
3000 400

2000 500

1000 600

0 700
0.0 6.0 12.0 18.0 24.0 30.0 36.0 42.0 48.0 54.0 60.0 66.0
T (jam)

II - 36
Gambar 2.11. Hidrograph DAS Cipunagara di lokasi Rencana Bendungan (Tr=2)

Sumber : Review Desain Waduk Sadawarna,2012


Waduk Sadawarna

7000 0
Infiltrasi

Bab II. Rona Lingkungan Awal


Hujan effektif
SCS
Analisis Dampak Lingkungan Hidup

HEC-HMS (Snyder)
6000 Snyder-Alexeyev 100
ITB-1
ITB-2
Nakayasu
Gama-1
5000 200

4000 300
H (mm)

Q(m3/sec)
3000 400

2000 500

1000 600

0 700
0.0 6.0 12.0 18.0 24.0 30.0 36.0 42.0 48.0 54.0 60.0 66.0
T (jam)

II - 37
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

2.1.9. Kualitas Air

Data kualitas air Sungai Cipunegara diperlukan untuk menunjang analisis dampak penurunan
sanitasi lingkungan akibat kegiatan domestik pekerja proyek bendungan, dan juga menunjang
tolok ukur dampak untuk penurunan kualitas air saat penggenangan awal waduk.

Data kualitas air tanah diperlukan untuk menunjang analisis dampak penurunan sanitasi
lingkungan akibat kegiatan domestik pekerja proyek bendungan.

Kualitas Air S.Cipunegara di wilayah studi pada Pengukuran November 2013, disajikan pada
Tabel 2.9.
Analisis hasil pengujian dibandingkan terhadap baku mutu air perairan Kelas 2 (yang
peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut).
Untuk parameter Kimia, terdapat konsentrasi parameter BOD5 (Biological Oxygen Demand) yang
melebihi baku mutu di semua titik sampling (hulu rencana bendungan, sekitar as rencana
bendungan, dan hilir rencana bendungan). Nilai di semua titik sampling telah melampaui baku
mutu kelas 2 yaitu maksimal 3 mg/L. Nilai BOD5 tertinggi ada di titik sampling 2 yaitu di sekitar
rencana as bendungan sebesar 20 mg/L. Konsentrasi nilai COD di titik-titik sampling tersebut
juga sudah melampauai baku mutu yang seharusnya di bawah 10 mg/L. Nilai COD tertinggi ada
di titik sampling 2 yaitu di sekitar rencana as bendungan sebesar 56,63 mg/L.

Parameter nitrit, sulfida, dan Cr+6 melebihi baku mutu air perairan kelas 2. Tingginya parameter
nitrit dan sulfida dapat disebabkan oleh kegiatan pertanian, industri, atau limbah domestik di
hulu Sungai Cipunegara.
Adapun Tingginya parameter Cr+6 dapat disebabkan oleh :
1. Secara alami sebagai kandungan batuan yang ada di Sungai Cipunegara. Kegiatan yang ada
di tapak proyek dimana sampel air diambil adalah penambagan batu dari dasar Sungai dan
di sisi sungai dilakukan penghancuran batuan menjadi batu ukuran lebih kecil bahkan
seukuran pasir. Kemungkinan batuan tersebut mengandung kromit (FeCr2O3) sehingga
ketika ditambang terlepas ke lingkungan. Walaupun demikian kemungkinan ini kecil terjadi
karena wilayah Jawa sebetulnya tidak tercatat sebagai wilayah yang memiiki potensi kromit
yang besar, karena potensi batuan kromit di Indonesia berdasarkan penelitian dari Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, 2005, banyak terdapat di
pada Sumatera, Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Papua.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 38


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 2.12. Peta Catchment Area Waduk Sadawarna (peta baru)

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 39


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.9. Kualitas Air Permukaan S.Cipunegara di Wilayah Studi AMDAL Waduk Sadawarna

BAKU
NO PARAMETER SATUAN MUTU HASIL PENGUJIAN METODA ACUAN
I II III
FISIKA
Padatan Terlarut Total
1 mg/L 1.000 85,00 199,00 89,50 SNI 06-6989.27-2005
(TDS)
Padatan Tersuspensi Total
2 mg/L 50 42 66 30 SNI 06-6989.3-2004
(TSS)
Deviasi
3 Suhu oC 28,2 27,7 27,5 SNI 06-6989.23-2005
3
KIMIA ANORGANIK
1 Arsen (As)* mg/L 1 < 0,005 < 0,005 < 0,005 Std Method 3114-C 2005
2 BOD5* mg/L 3 14,5^ 20^ 12,2^ SNI 6989.72:2009
3 COD* mg/L 25 39,33^ 56,63^ 32,50^ SNI 6989.2:2009
4 Boron (B)* mg/L 1 0,40 0,60 0,50 Hach Methode 8015
5 Derajat Keasaman (pH) * - 6,0 - 9,0 6,87 7,01 6,99 SNI 06-6989.11-2004
6 Deterjen (MBAS) * mg/L 0,2 < 0,01 < 0,01 < 0,01 SNI 06-6989.51-2005
7 Fenol* mg/L 0,001 < 0,005 < 0,005 < 0,005 SNI 06-6989.21-2004
8 Fluorida (F-)* mg/L 1,5 < 0,02 < 0,02 < 0,02 SNI 06-6989.29-2005
9 Fosfat (PO4) * mg/L 0,2 < 0,01 0,12 0,12 Std Method4500-P.D 2005
10 Kadmium (Cd) * mg/L 0,01 < 0,02 < 0,02 < 0,02 SNI 6989.16:2009
11 Krom Heksavalen (Cr-VI)** mg/L 0,05 0,05 0,15^ 0,09^ APHA 3500 d 2005
12 Klorida (Cl-)* mg/L - 11,99 7,40 12,51 SNI 6989.19:2009
13 Kobal (Co) )** mg/L 0,2 <0,12 <0,12 <0,12 APHA 3111 B 2005
14 Minyak Dan Lemak)** mg/L 1 <1,0 <1,0 <1,0 SNI 06-6989.10-2011
15 Nitrat (NO3-N) * mg/L 10 2,32 6,91 2,50 SNI 6989.79:2011
16 Nitrit (NO2-N) )** mg/L 0,06 0,26^ 0,29^ 0,28^ SNI 06-6989.9-2004
17 Oksigen Terlarut)** mg/L >4 >4 4,6 4,6 APHA 4500 0-g 2005
18 Raksa (Hg)* mg/L 0,002 < 0,001 < 0,001 < 0,001 SNI 6989.78:2011
19 Selenium (Se)* mg/L 0,05 < 0,01 < 0,01 < 0,01 Std Method 3114-C 2005
20 Seng (Zn) )** mg/L 0,05 0,03 <0,02 0,02 APHA 3111 B 2005
21 Sianida (CN-)* mg/L 0,02 < 0,01 < 0,01 < 0,01 SNI 6989.77:2011
22 Sulfida (S2-))** mg/L 0,002 < 0,01 < 0,01 <0,01 APHA 4500-S2 D 2005
23 Tembaga (Cu) )** mg/L 0,02 0,02 <0,02 <0,02 APHA 3111 B 2005
24 Timbal (Pb) )** mg/L 0,03 < 0,03 < 0,03 <0,03 APHA 3111 B 2005
MIKROBIOLOGI
jml/100
1 Coliform 5.000 1100 460 210 SM 9221 B **
mL
jml/100
2 E. Coli 1.000 460 240 120 Std Method 9221E 2005
mL
Sumber :
*Pengukuran oleh Laboratorium Pengukuran Kualitas LingkunganPDAM Tirtawening Kota
Bandung (LPKL), 2013.
** Pengukuran oleh Bina Lab, 2015
Keterangan :
Suhu Udara Ambien Pada Saat Pengambilan Contoh Uji: 30,5oC
(^) Tidak memenuhi Baku Mutu yang dipersyaratkan

Keterangan Lokasi Sampling


 Tititk Sampling 1 :
Lokasi : Sungai Cipunegara (3 km ke arah hulu rencana as bendungan ) (S 06o 36' 21,7'' & E 107o 51'
06,8'')
 Tititk Sampling 2 :
Lokasi : Sungai Cipunegara (Rencana As Bendungan) (S 06o 34' 55,2'' & E 107o 51' 24,6'')
 Tititk Sampling 3 :
Lokasi : Sungai Cipunegara (800 m ke arah hilir rencana as bendungan ) (S 06o 34' 50,3'' & E 107o 50'
56,5'')

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 40


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

2. Aktivitas industri di DAS Waduk Sadawarna. Dari hasil telaahan jenis dan lokasi industri-
industri di Kabupaten Subang yang terletak di catchment area Waduk Sadawarna
(catchment area disajikan pada Gambar 2.12), hanya ditemukan satu industri yaitu
industri bahan peledak PT Dahana yang terletak di Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai kemungkinan limbah Cr+6 dikeluarkan oleh PT
Dahana ke Sungai Cipunegara, perlu penelaahan khusus yang melibatkan Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Subang.

Air Sumur
Selain pengujian terhadap 33 parameter kualitas air permukaan, dilakukan juga pengujian
terhadap 17 parameter kualitas air tanah (air sumur penduduk) di wilayah studi AMDAL
Waduk Sadawarna (Tabel 2.10). Setelah itu, dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian dengan
baku mutu air yang ditetapkan oleh Permenkes No 416 tahun 1990 tentang Syarat –syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
Pada daerah sekitar hulu dan hilir rencana bendungan Sadawarna, secara umum kualitas air
sumur penduduk sudah memenuhi baku mutu air bersih, kecuali pada air sumur penduduk di
Kp. Songgom Desa Tanjung Kec. Surian Kab. Sumedang (S 06o 35' 24,4'' & E 1070 51' 29,7''),
parameter mangan sebesar 0,81 mg/l, tidak memenuhi baku mutu air bersih yang ditetapkan
yaitu 0,5 mg/L. Tingginya konsentrasi Mangan (Mn) pada Air tanah sebetulnya merupakan
fenomena umum yang secara alami sering terjadi disebabkan karakteristik akifer yang
dilaluinya, dianggap impurities alami dari air tanah tersebut dan menyebabkan kesadahan
dalam air.

2.2. Komponen Biologi

Data biologi (flora fauna teresterial dan perairan) diperlukan untuk menunjang pelingkupan
dan prediksi dampak berkaitan dengan migrasi fauna dan perubahan komposisi biota air.
Berdasarkan jenis penggunaan lahannya, lokasi tapak proyek yang meliputi : jalan masuk, lokasi
rencana tapak bendungan dan fasilitas pelengkap serta lokasi rencana genangan waduk dan
quarry area secara berturut-turut yaitu : Kebun jati 39,48 %, Sawah 33,11 %, Semak belukar
alang-alang 10,41 %, Kebun/talun 9,94, dan Sungai 7,06 %.
Bagian tepi Sungai Cipunagara merupakan habitat peralihan antara habitat perairan dan habitat
darat. Pada bagian tepi sungai yang terjal tumbuh bermacam-macam tumbuhan terna, perdu
dan semak sedangkan pada tepi sungai yang landai dan masih terpengaruh banjir didominasi
oleh jenis rumput-rumputan. Lebar tepi sungai Cipunagara yang masih alami berkisar antara 50
s/d 100 meter.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 41


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.10. Kualitas Air Tanah di Sekitar Rencana As Bendungan Sadawarna di S.Cipunegara
BAKU HASIL PENGUJIAN METODA ACUAN
NO
PARAMETER SATUAN MUTU***) 1 2 3
FISIKA
1 Bau* - Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Organoleptik
2 Kekeruhan* NTU 25 0,95 4,41 0,85 SNI 06-6989.25-2005
3 Padatan Terlarut Total (TDS) * mg/L 1.500 140,00 122,00 105,00 SNI 06-6989.27-2005
4 Suhu* oC Suhu udara + 3 27,9 28,2 28,3 SNI 06-6989.23-2005
5 Warna* PtCo 50 7,5 12,5 7,5 SNI 06-6989.24-2005
KIMIA
1 Aluminium (Al)* mg/L - < 0,02 < 0,02 < 0,02 SNI 06-6989.35-2005
2 Besi (Fe)* mg/L 1 < 0,05 0,20 0,06 SNI 6989.4:2009
3 Derajat Keasaman (pH)* - 6,5 - 9,0 6,91 6,92 6,97 SNI 06-6989.11-2004
4 Fluorida (F-) mg/L 1,5 0,04 0,13 0,04 SNI 06-6989.29-2005
5 Kadmium (Cd)* mg/L 0,005 < 0,02 < 0,02 < 0,02 SNI 6989.16:2009
6 Kesadahan Total (CaCO3) * mg/L 500 100,88 110,88 85,36 SNI 06-6989.12-2004
7 Klorida (Cl-)* mg/L 600 24,59 13,98 4,82 SNI 6989.19:2009
8 Krom Heksavalen (Cr-VI)** mg/L 0,05 < 0,04 <0,04 < 0,02 APHA 3500 D 2005
9 Mangan (Mn)** mg/L 0,5 0,5 0,81 0,14 APHA 3111 B 2005
10 Nilai Permanganat (KMnO4) * mg/L 10 0,15 0,31 0,31 SNI 06-6989.22-2004
11 Nitrat (NO3-N ) * mg/L 10 0,26 0,37 0,69 SNI 6989.79:2011
12 Nitrit (NO2-N) * mg/L 1 0,01 < 0,005 < 0,005 SNI 06-6989.9-2004
13 Seng (Zn)* mg/L 15 < 0,009 < 0,009 0,02 SNI 6989.7:2009
14 Sianida (CN-)* mg/L 0,1 < 0,01 < 0,01 < 0,02 SNI 6989.77:2011
15 Sulfat (SO42-)* mg/L 400 1,64 2,51 2,01 SNI 6989.20:2009
MIKROBIOLOGI
1 Coliform jml/100 mL 50 15 21 20 SM 9221 B **
Keterangan : Sumber data :
*)Pengukuran oleh Laboratorium Pengukuran Kualitas Lingkungan PDAM Tirtawening Kota Bandung (LPKL), 2013.
**) Pengukuran oleh Bina Lab, 2015
***)Baku mutu Permenkes No 416 tahun 1990 tentang Syarat –syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Suhu Udara Ambien Pada Saat Pengambilan Contoh Uji: 30,5 oC
Lokasi titik sampling
1. Kp. Sadawarna Desa Dusun I Kec. Cibogo Kab. Subang (S 06o 35' 12,0'' & E 107o 50' 33,6'')
2. Kp. Songgom Desa Tanjung Kec. Surian Kab. Sumedang (S 06o 35' 24,4'' & E 107o 51' 29,7'')
3. Dusun Cijambe Desa Bantar Waru Kec. Gantar Kab. Indramayu (S 06o 34' 34,8'' & E 107o 51' 50,7'')
Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 42
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Habitat darat daerah rencana genangan waduk merupakan daerah perlembahan dan
perbukitan. Pada bagian perlembahan yang masih ada air dan sepanjang tepi Sungai Cipunagara
yang datar dimanfaatkan penduduk sebagai areal persawahan, sedangkan bagian perbukitan
yang kering dimanfaatkan sebagai areal kebun campuran dan kebun jati.

2.2.1. Komponen Vegetasi (Flora)


Berdasarkan pengamatan di lapangan, formasi flora yang dijumpai di lokasi rencana bendungan
dan genangan Waduk Sadawarna, didominasi oleh vegetasi budidaya. Vegetasi alami berupa
semak belukar dijumpai di bagian tepi sungai dan kebun campuran yang kurang terawat.

A. Kebun Jati
Kebun jatiyang terdapat di wilayah studi merupakan kawasan yang dibudidayakan sebagai
hutan produksi yang menempati areal seluas 3.659,18 ha. Kawasan tersebut bekas tebangan
tahun 2007 yang ditanam pada awal tahun 2008 sehingga umur tanaman berkisar antara 3 s/d
5 tahun. Pengelola hutan jati rencana daerah genangan Waduk Sadawarna yaitu Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten, RPH Nangerang, BKPH Songom.
Penanaman jati dilakukan secara tumpang sari dimana tanaman musiman ditanam antara jalur-
jalur pohon jati sampai pohon tersebut cukup besar dan tajuknya menutup lahan di
bawahnya.Pola tanam tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat
sekitar kawasan untuk menggarap lahan.
Jenis-jenis tanaman semusim yang ditanam terutama jagung (Zea mays), ketela pohon (Manihot
utilissima), pisang (Musaparadisiaca), dan lain-lain.Pada bagian yang terjal/batas kawasan
ditanam macam-macam tanaman pagar seperti bambu (Bambusa sp.), pohon penghasil kayu
bakar seperti lamtoro (Leucaena glauca), akasia (Acacia auriculiformis), dan lain-lain.
Selain jenis-jenis tanaman budidaya, pada lantai hutan tumbuh bermacam-macam tumbuhan
liar baik berupa semak, terna, perdu, herba maupun tanaman rumput-rumputan.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 43


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 2.13. Kondisi Vegetasi Kebun Jati di Daerah Rencana Genangan dan Sekitar
Waduk Sadawarna

Berdasarkan Evans 1992, dibandingkan dengan hutan alam, hutan tanaman jati memiliki
kekayaan yang rendah, keanekaragamannya rendah, distribusi kelas umur dan ukurannya
rendah, dengan lapisan tajuk satu, ruang untuk perakaran cukup tersedia, produksi total
rendah, pemakaian haranya bervariasi menurut umur tegakan tetapi tidak begitu efisien karena
ada beberapa akar di dekat permukaan tanah dan organisme pengurainya sedikit,
keseimbangan haranya banyak hilang ketika pohon ditebang, dan memiliki serasah yang
cenderung menumpuk.

Analisis Vegetasi Tingkat Pohon


Untuk tingkat pohon didominasi oleh Jati (Tectona grandis), jenis pohon lainnya adalah
termasuk ke dalam jenis penghasil kayu, yaitu Albasiah (Paraserianthes Falcataria)yang
berasosiasi dengan Lamtoro (Leucaena glauca). Indeks nilai penting masing-masing jenis yaitu
171,9 ; 66,4 ; dan 61,6. Secara rinci, hasil perhitungan analisis vegetasi di kebun jatidapat dilihat
pada Tabel 2.11.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 44


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.11. Keanekaragaman Vegetasi Kebun Jati di Daerah Rencana Genangan dan
Sekitar DaerahRencana Genangan Waduk Sadawarna
Nama Jenis
No Manfaat tanaman
Lokal Ilmiah
A TANAMAN
Tanaman Pokok
1 Jati Tectona grandis Bahan bangunan
Tanaman Tumpang Sari
1 Jagung Zea mays Pangan
2 Ketela pohon Manihot utilissima Pangan
3 Ketela rambat Ipomoea batatas Pangan
4 Talas Colocasia esculenta Pangan
5 Terung Solanum melongena Sayur
6 Kacang panjang Vigna unguiculata Sayur
7 Pisang Musa paradisiaca Buah
8 Pepaya Carica papaya Buah

B TUMBUHAN LIAR/GULMA
1 Jukut pait Axonopus compressus Pakan ternak
2 Gelagah Saccharum spontaneum Kayu Bakar, P.ternak
3 Alang-alang Imperata cylindrica Obat, P.ternak
4 Kirinyuh Eupathorium innulifolium K. Bakar, pupuk
5 Teklan Eupatorium riparium Pupuk
6 Seruni Wedelia biflora Lalab, obat, pupuk
8 Harendong leutik Clidemia hirta k.bakar, makanan
9 Harendong gede Melastoma polyanthum k.bakar, makanan
10 Saliara Lantana camara k.bakar, makanan
11 Jotang Cyathula prostrate Obat murus
12 Alimusa Mimosa invisa P.ternak, pupuk
13 Jarong Stachytarpheta indica Obat, lalab
14 Hahayaman Paspalum conjugatum P.Ternak
15 papayungan Cyperus cyperoides P.Ternak
16 Tumbaran Fimbristylis littoralis P.Ternak
17 Paku resam Gleichenia linearis kerajinan
18 Paku tanah Nephrolevis exaltata P.ternak
Sumber : Data Primer, 2013

Tabel 2.12. Analisis Vegetasi di Kebun Jati untuk Tingkat Pohon

No Nama Lokal Nama Ilmiah FR (%) KR (%) DR (%) INP

1 Jati Tectona grandis 50 60 61.9 171.9


2 Albasiah Paraserianthes falcataria 25 20 21.4 66.4
3 Lamtoro Leucaena glauca 25 20 16.6 61.6
Jumlah 100 100 100 300
Sumber : Data Primer, 2013

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 45


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Analisis VegetasiTingkat Tiang


Untuk tingkat tiang masih didominasi oleh Jati (Tectona grandis), disusul kemudian oleh
Albasiah (Paraserianthes falcataria), jenis Mahoni (Swietenia mahagoni), dan Akasia(Acacia
auriculiformis). Secara rinci, hasil perhitungan analisis vegetasi di kebun jati untuk tingkat tiang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.13.Analisis Vegetasi di Kebun Jati untukTingkat Tiang

No Nama Lokal Nama Ilmiah FR (%) KR (%) DR (%) INP


1 Jati Tectona grandis 40 50 48.5 138.5
2 Albasiah Paraserianthes falcataria 20 16.6 19.2 55.8
3 Mahoni Swietenia mahagoni 20 16.6 16.4 53.1
4 Akasia Acacia auriculiformis 20 16.6 15.7 52.3
Jumlah 100 100 100 300
Sumber : Data Primer, 2013

Analisis VegetasiTingkat Pancang


Untuk tingkat Pancang, Jati (Tectona grandis) masih mendominasi, setelah jati kemudian jenis
Albasiah (Paraserianthes Falcataria) yang berasosiasi dengan Tisuk (Hibiscus macrophyllus).
Secara rinci, hasil perhitungan analisis vegetasi di kebun jatiuntuk tingkat pancang dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.14. Analisis Vegetasi di Kebun Campuran untuk Tingkat Pancang

No Nama Lokal Nama Ilmiah FR (%) KR (%) DR (%) INP

1 Jati Tectona grandis 50 50 59.03 159.0


2 Albasiah Paraserianthes falcataria 25 14.28 16.91 56.20
3 Tisuk Hibiscus macrophyllus 25 35.71 24.04 8.476
Jumlah 100 100 100 300
Sumber : Data Primer, 2013

B. Vegetasi Sawah

Sistem ini menggunakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan
pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas yang tinggi.Dalam sistem sawah kesuburan tanah
dapat dipertahankan, ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang
lambat. Komoditas utama yang dibudidayakan dalam sistem sawah terutama yaitu : padi dan
palawija.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 46


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 2.14. Kondisi Vegetasi Sawah di Daerah Rencana Genangan Waduk Sadawarna
Sumber : Data Primer, 2013

Hasil inventarisasi jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan di sawah yaitu padi (Oryza sativa),
jagung (Zea mays) dan kedelai (Soja max), dsb. Pada pematang sawah dijumpai beberapa jenis
tanaman pangan seperti : ketela pohon (Manihot utilissima), ketela rambat (Ipomoea batatas),
talas (Colocasia esculenta), terung (Solanum melongena) dan kacang panjang (Vigna
unguiculata). Pada pematang sawah yang berbatasan dengan kebun campuran ditanam
tanaman buah-buahan seperti mangga (Mangifera indica), pisang (Musa paradisiaca), pepaya
(Carica papaya), kelapa (Cocos nucifera) dan lain-lain

Tanaman liar yang tumbuh di areal persawahan diantaranya yaitu : pada bagian yang
berair : Eceng gondok (Eichhornia crassipes), Eceng (Limnocharis flava), dan kayambang
(Salvinia molesta), sedangkan pada bagian yang kering di pematang sawah yaitu : Jukut pait
(Axonopus compressus), Teki (Cyperus rotundus), jampang piit (Digitaria adscendens),
jajagoan leutik (Echinochloa colona), dan lain-lain. Hasil inventarisasi jenis-jenis tanaman
yang dibudidayakan pada areal persawahan di wilayah studi tersaji pada Tabel 2.15.

C. Vegetasi Kebun Campuran

Kebun campuran atau talun adalah kebun campuran di luar daerah permukiman yang terdiri
dari tanaman keras (tahunan) yaitu talun, yang dipadukan dengan tanaman musiman atau
kebun. Tanaman tahunan yang ditanam meliputi : pohon buah-buahan, bambu, albasiah atau
pohon-pohon sejenisnya, tanaman bahan baku industri dan lain-lain.Tanaman musiman yang
ditanam meliputi tanaman pangan, palawija dan sebagainya.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 47


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.15.Vegetasi Sawah di Daerah Rencana Genangan


dan Sekitar DaerahRencana GenanganWaduk Sadawarna

Nama Jenis
No Manfaat
Lokal Ilmiah
A TANAMAN MUSIMAN
Tanaman Pokok
1 Padi Oryza sativa pangan
2 Jagung Zea mays pangan
3 Kedelai Soja max pangan
Ditanam di Pematang Sawah
1 Ketela pohon Manihot utilissima Pangan
2 Ketela rambat Ipomea batatas Pangan
3 Talas Colocasia esculenta Pangan
4 Terung Solanum melongena Sayur
5 Kacang panjang Vigna unguiculata Sayur
6 Pisang Musa paradisiaca Buah
7 Pepaya Carica papaya Buah
Tumbuhan Liar
1 Eceng gondok Eichhornia crassipes pupuk, kerajinan
2 Eceng Limnocharis flava Sayur
3 Kayambang Salvinia molesta Kompos
4 Jukut pait Axonopus sp. Pakan ternak
5 Teki Cyperus rotundus Obat, m.ternak
6 Jampang piit Digitaria adscendens Pakan ternak
7 Jajagoan leutik Echinochloa colona Pakan ternak
B TANAMAN KERAS
1 Mangga Mangifera indica Buah
2 Kelapa Cocos nucifera Bumbu
3 Petai Parkia speciosa Sayur
Sumber : Data Primer, 2013

Berdasarkan Soemarwoto, 1984, sistem talun kebun memiliki


- lapisan tajuk : banyak membentuk hutan buatan,
- pemilikan lahan : cukup jelas,
- penebangan : untuk memanen pohon-pohon yang ditanam dan dengan demikian
memberikan tempat untuk kebun,
- penebangan : hanya sebagian kecil.
- Daur mineral : terbuka, sebagian besar mineral dikeluarkan, tetapi diimbangi dengan
pemasukan energi,
- ekonomi : mengikuti pasaran,
- Kepadatan penduduk : lebih tinggi.
Jenis-jenis tanaman budidaya yang ditanam di kebun campuran /talun, diantaranya : dari
golongan keras (tahunan) tersaji pada tabel di bawah ini.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 48


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 2.15. Kondisi Vegetasi Kebun Campuran di Daerah Rencana Genangan


Waduk Sadawarna

Tabel 2.16.Vegetasi Kebun Campuran di Daerah Rencana Genangan dan Sekitar


DaerahRencana GenanganWaduk Sadawarna

Nama Jenis Kelimpahan


No Rencana Sekitar Manfaat
Lokal Ilmiah
Genangan Genangan
A TANAMAN KERAS TAHUNAN
1 Mangga Mangifera indica +++ +++ Buah
2 Kelapa Cocos nucifera ++ ++ Buah
3 Bambu Bambusa sp ++ ++ Bangunan
4 Nangka Artocarpus heterophyllus ++ ++ Buah
5 Petai Parkia speciosa + + Sayur
6 Jengkol Pithecelobium jiringa + + Sayur
7 Sawo Manilkara kauki + + Buah
8 Jambu batu Psidium guajava + + Buah
9 Tisuk Hibiscus heterophyllus + + Kayu
10 Kuray Trema orientale + + Kayu
11 Kareumbi Homalanthus sp + + Kayu
12 Mindi Melia azedarach + + Kayu
13 Albasiah Paraserianthes falcataria ++ ++ Kayu
14 Mangium Acacia mangium ++ ++ Kayu
15 Rambutan Nephelium lappaceum + + Buah
16 Angsana Pterocarpus indica + + Kayu
17 Melinjo Gnetum gnemon + + Sayur
18 Mengkudu Morinda citrifolia + + Obat
19 Kopi Coffea arabica + + Kopi
20 Sirsak Annona muricata + + Buah
21 Asem jawa Tamarindus indica + + Sayur
22 Mahoni Swietenia mahagoni + + Kayu
23 Jabon Anthocephalus cadamba + + Kayu
24 Cebreng Gliricidia sepium + + Kayu, pagar hidup
25 Johar Cassia siamea + + Kayu
26 Formis Acacia auriculiformis + + Kayu

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 49


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Nama Jenis Kelimpahan


No Rencana Sekitar Manfaat
Lokal Ilmiah
Genangan Genangan
B TANAMAN MUSIMAN
1 Pepaya Carica papaya + + Buah
2 Pisang Musa paradisiaca + + Buah
3 Nenas Ananas squamosa + + Buah
4 Jagung Zea mays + + Pangan
5 Ketela pohon Manihot utilissima + + Pangan
6 Ketela rambat Ipomoea batatas + + Pangan
7 Talas Colocasia esculenta + + Pangan
8 Terung Solanum melongena + + Sayur
9 Kacang panjang Vigna unguiculata + + Sayur
10 Ketela rambat Ipomoea batatas + + Pangan

C TUMBUHAN LIAR
1 Jukut pait Axonopus compressus +++ +++ Pakan ternak
2 Alang-alang Imperata cylindrica +++ +++ Pakan ternak
3 Kirinyuh Eupathorium innulifolium ++ ++ K. Bakar, pupuk
4 Teklan Eupatorium riparium ++ ++ Pupuk
5 Seruni Wedelia biflora ++ ++ obat, pupuk
6 Harendong leutik Clidemia hirta ++ ++ k.bakar
7 Harendong gede Melastoma polyanthum + + k.bakar
8 Saliara Lantana camara + + k.bakar
9 Jotang Cyathula prostrate + + Obat murus
10 Alimusa Mimosa invisa + + Ternak, pupuk
11 Jarong Stachytarpheta indica + + Obat, lalab
12 Hahayaman Paspalum conjugatum + + Ternak

Keterangan: +++ = banyak ++ = sedang+ = sedikit


Sumber : Data Primer, 2013

Analisis Vegetasi Tingkat Pohon


Untuk tingkat pohon didominasi oleh mangga (mangifera indica), jenis pohon lainnya adalah
termasuk ke dalam jenis pohon buah dan penghasil kayu, yaitu Nangka (Artocarpus
heterophyllus), dan Albasiah (Paraserianthes Falcataria). Indeks nilai penting masing-masing
jenis yaitu 106,9 ; 62,5 ; dan 57,2. Secara rinci, hasil perhitungan analisis vegetasi di kebun
campuran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.17.Analisis Vegetasi di Kebun Campuran untuk Tingkat Pohon

No Nama Lokal Nama Ilmiah FR (%) KR (%) DR (%) INP


1 Mangga Mangifera indica 28.5 38.46 39.9 106.9
2 Nangka Artocarpus heterophyllus 28.5 15.3 18.5 62.5
3 Albasiah Paraserianthes falcataria 14.2 23.07 19.8 57.2
4 Kelapa Cocos nucifera 14.2 15.38 14.8 44.4
5 Formis Acacia auriculiformis 14.2 7.69 6.7 28.7
Jumlah 100 100 100 300
Sumber : Data Primer, 2013

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 50


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Analisis VegetasiTingkat Tiang


Untuk tingkat tiang didominasi Albasiah (Paraserianthes falcataria), disusul kemudian oleh
mangium (Acacia mangium), jenis Mangga (Mangifera indica), dan Nangka(Artocarpus
heterophyllus). Secara rinci, hasil perhitungan analisis vegetasi di kebun jati untuk tingkat tiang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.18 Analisis Vegetasi di Kebun Campuran untuk Tingkat Tiang


No Nama Lokal Nama Ilmiah FR (%) KR (%) DR (%) INP
1 Albasiah Paraserianthes falcataria 25 28.5 31.1 84.6
2 Mangium Acacia mangium 25 28.5 28.0 81.6
3 Mangga Mangifera indica 25 28.5 23.1 76.6
4 Nangka Artocarpus heterophyllus 25 14.2 17.6 56.9
Jumlah 100 100 100 300
Sumber : Data Primer, 2013

Analisis VegetasiTingkat Pancang

Untuk tingkat Pancang, jenis pohon kayu Jabon (Anthocephalus cadamba) mendominasi, setelah
jabon kemudian jenis Albasiah (Falcataria moluccana) yang berasosiasi dengan mangium
(Acacia mangium), dan Tisuk (Hibiscus macrophyllus). Secara rinci, hasil perhitungan analisis
vegetasi di kebun jatiuntuk tingkat pancang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.19. Analisis Vegetasi di Kebun Campuran untuk Tingkat Pancang

No Nama Lokal Nama Ilmiah FR (%) KR (%) DR (%) INP

1 Jabon Anthocephalus cadamba 25 57.1 60 142.1


2 Albasiah Paraserianthes falcataria 25 14.2 19.1 58.4
3 Mangium Acacia mangium 25 14.2 13.6 52.98
4 Tisuk Hibiscus heterophyllus 25 14.2 7.1 46.4
Jumlah 100 100 100 300
Sumber : Data Primer, 2013

D. Vegetasi Pekarangan

Pekarangan adalah lahan yang terdapat di sekitar pemukiman penduduk yang letaknya masih
dalam satu lokasi dengan pemukiman.Pada umumnya lahan pekarangan yang terdapat di desa-
desa lokasi rencana genangan waduk Sadawarna ditumbuhi oleh vegetasi yang bervariasi
jenisnya. Sebagian besar vegetasi pekarangan adalah tanaman buah-buahan, dan sebagian kecil
diantaranya tanaman sayuran dan tanaman hias.
Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 51
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Pekarangan penduduk yang berlahan sempit di wilayah studi minimal ditanami oleh satu pohon
buah-buahan, sedangkan pekarangan penduduk yang luas ditanami oleh beberapa jenis pohon
buah-buahan yang paling digemari penduduk diantaranya yaitu mangga (Mangifera indica),
selain itu juga dijumpai pohon nangka (Artocarpus heterophyllus), kelapa (Cocos nucifera), petai
(Parkia speciosa), jengkol (Pithecelobium jiringa) dan lain-lain. Di bagian bawah pekarangan
ditanam bermacam-macam tanaman pangan dan sayuran, seperti cengek (Capsicum frutescen),
terong (Solanum melongena), talas (Colocasia esculenta) dan singkong (Manihot
utilissima).Selain tanaman pangan dan sayuran juga ditanam tanaman hias seperti kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), kembang kertas (Bougenvilea spectabilis), ki asahan
(Stobilanthus crispus) dan lain-lain.

Tabel 2.20 Vegetasi Pekarangan di Daerah Rencana Genangan dan Sekitar


DaerahRencana GenanganWaduk Sadawarna
Nama Jenis Kelimpahan
No Rencana Sekitar Manfaat
Lokal Ilmiah
Genangan Genangan
A TANAMAN KERAS TAHUNAN
1 Mangga Mangifera indica +++ +++ Buah
2 Kelapa Cocos nucifera ++ ++ Industri
3 Petai Parkia speciosa ++ ++ Sayur
4 Nangka Artocarpus heterophyllus + + Buah, sayur
5 Jengkol Pithecelobium jiringa + + Sayur
6 Sawo Manilkara kauki + + Buah
7 Jambu batu Psidium guajava + + Buah
8 Alpukat Persea americana + + Buah
9 Sirsak Annona muricata + + Buah
10 Rambutan Nephelium lappaceum + + Buah
11 Cebreng Gliricidia sepium + + kayu, pagar
12 Johar Cassia siamea + + kayu
13 Formis Acacia auriculiformis + + kayu

B TANAMAN MUSIMAN DAN TANAMAN HIAS


1 Jagung Zea mays + + Pangan
2 Ketela pohon Manihot utilissima + + Pangan
3 Cengek Capsicup frutescent + + Pangan
4 Ketela rambat Ipomoea batatas + + Pangan
5 Talas Colocasia esculenta + + Pangan
6 Terung Solanum melongena + + Sayur
7 Pisang Musa paradisiaca + + Buah
8 Pepaya Carica papaya + + Buah
9 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis + + Hias
10 kembang kertas Bougenvilea spectabilis + + Hias
11 ki asahan Stobilanthus crispus + + Pagar
Keterangan: +++ = banyak ++ = sedang+ = sedikit
Sumber : Data Primer, 2013

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 52


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

E. Vegetasi Tepi Sungai

Vegetasi tepi sungai merupakan vegetasi alami yang terdapat di tepi Sungai Sadawarna yang
tersisa karena tidak diubah menjadi areal budidaya baik hutan tanaman, sawah maupun kebun
campuran. Keberadaanya sekitar 10 s/d 50 meter sangat penting sebagai penyangga antara
lingkungan perairan sungai dan lingkungan darat.

Gambar 2.16. Kondisi Vegetasi di Tepi Sungai Cipunagara

Tepi sungai yang terjal ditumbuhi bermacam-macam pohon alami diantaranya yaitu : Bambu
(Bambusa sp), Tiup-tiup (Adinandra dumosa), tisuk (Hibiscus heterophyllus), mahang
(Macaranga tiloba), Kuray (Trema orientale), Dadap Cangkring (Erythrina sp.), putat
(Planchonia valida), ki seureuh (Piper aduncum), kareumbi (Homalanthus sp), Kiciat (Ficus
septica) dan lain-lain.

Struktur vegetasi tepi sungai yang terjal menyerupai struktur vegetasi alami memiliki kekayaan
yang relatif tinggi, dengan keanekaragamannya yang tinggi, distribusi kelas umur dan
ukurannya lebar, setelah terjadi gangguan berat distribusinya bisa menjadi sempit, lapisan
tajuknya banyak kecuali pada suksesi awal, penggunaan tanah untuk perakarannya terbatas,
produksi totalnya tinggi tetapi sebagian dikonsumsi oleh binatang dan organisme pengurai,
keseimbangan haranya dalam keseimbangan, dan serasahnya cenderung cepat terurai.

Pada tepi sungai yang bertanggul dijumpai jenis-jenis tumbuhan terna dan perdu diantaranya
yaitu :Kirinyuh (Eupathorium innulifolium), Teklan (Eupatorium riparium), seruni (Wedelia
biflora), bambu (Bambusasp.), Harendong leutik (Clidemia hirta), harendong gede (Melastoma
polyanthum), Saliara (Lantana camara), jotang (Cyathula prostrate), Alimusa (Mimosa invisa),
Jarong (Stachytarpheta indica) dan lain-lain.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 53


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.21. Vegetasi Tepi Sungai di Daerah Rencana Genangan dan Sekitar
DaerahRencana Genangan Waduk Sadawarna

Nama Jenis Kelimpahan


No Rencana Sekitar Manfaat
Lokal Ilmiah
Genangan Genangan
A TEPI SUNGAI YANG TERJAL DAN BERTANGGUL
1 Bambu Bambusa sp +++ +++ Bangunan, K.bakar
2 Tiup-tiup Adinandra dimosa ++ ++ Bangunan, K.bakar
3 Ki seureuh Piper aduncum ++ ++ Kayu bakar
4 Tisuk Hibiscus heterophyllus + + Bangunan, K.bakar
5 Kuray Trema orientale + + Bangunan, K.bakar
6 Mahang Macaranga triloba + + Kayu bakar
7 Dadap Cangkring Erythrina sp + + Kayu bakar
8 Putat Planchonia valida + + Bangunan, K.bakar
9 Kareumbi Homalanthus sp + + Bangunan, K.bakar
10 Kiciat Ficus septic + + Kayu bakar
11 Mangium Acacia mangium + + Kayu bakar
13 Cebreng Glircidia sepium + + Kayu bakar

B TEPI SUNGAI YANG LANDAI (DATAR) LEMBAB


1 Jukut pait Axonopus compressus +++ +++ Ternak
2 Gelagah Saccharum spontaneum +++ +++ K.Bakar, m.ternak
3 Alang-alang Imperata cylindrica +++ +++ Obat, m.ternak
4 Kirinyuh Eupathorium innulifolium +++ +++ K. Bakar, pupuk
5 Teklan Eupatorium riparium +++ +++ Pupuk
6 Seruni Wedelia biflora +++ +++ Lalab, obat, pupuk
8 Harendong leutik Clidemia hirta +++ +++ k.bakar, makanan
9 Harendong gede Melastoma polyanthum ++ ++ k.bakar, makanan
10 Saliara Lantana camara ++ ++ k.bakar, makanan
11 Jotang Cyathula prostrate ++ ++ Obat murus
12 Alimusa Mimosa invisa ++ ++ Ternak, pupuk
13 Jarong Stachytarpheta indica ++ ++ Obat, lalab
14 Hahayaman Paspalum conjugatum ++ ++ Ternak
15 papayungan Cyperus cyperoides ++ ++ Ternak
16 Tumbaran Fimbristylis littoralis + + Ternak
17 Paku resam Gleichenia linearis + + Kerajinan
18 Babadotan Ageratum conyzoides + + obat
19 Paku tanah Nephrolevis exaltata + + Ternak
Keterangan: +++ = banyak ++ = sedang+ = sedikit
Sumber : Data Primer, 2013

Pada bagian tepi sungai yang datar dan basah serta delta muara sungai dijumpai tumbuhan
rumput-rumputan diantaranya yaitu :Gelagah (Saccharum spontaneum), Alang-alang (Imperata
cylindrica ), Hahayaman (Paspalum conjugatum), papayungan (Cyperus cyperoides), Jukut pait
(Axonopus compressus), tumbaran/panon munding (Fimbristylis littoralis), paku-pakuan
diantaranya yaitu : Paku resam (Gleichenia linearis), Paku tanah (Nephrolevis exaltata) danPakis
rawa (Ceratopteris thalictroides).

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 54


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Struktur vegetasi tepi sungai yang datar dan basah hanya ditutupi oleh jenis-jenis vegetasi
penutup tanah hingga semak. Hal ini disebabkan yang secara berkala akan berubah karena
merupakan daerah banjir sungai.

2.2.2. Komponen Satwa (Fauna)


Lokasi di sekitar tapak rencana pembangunan Waduk Sadawarna merupakan kawasan terbuka
berupa ekosistem yang tidak alami lagi dan berdekatan dengan kawasan hutan produksi. Satwa
liar yang terdapat di wilayah ini umumnya merupakan jenis-jenis satwa yang mampu hidup
berdampingan dengan kehidupan manusia. Adapun jenis-jenis fauna di sekitar lokasi kegiatan
pembangunan Waduk Sadawarna yang diinventarisasi adalah dari kelas mamalia, aves
(burung), reptil, dan amfibia.

Berdasarkan habitatnya, jenis dan komunitas fauna yang terdapat di wilayah studi, fauna dapat
dibedakan menjadi hewan peliharaan/ternak dan satwa liar.

A. Hewan Binaan/Hewan Ternak


Adapun hewan binaan atau hewan ternak yang biasa dipelihara oleh masyarakat sekitar
wilayah studi terdiri dari kelompok mamalia dan unggas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.22. Jenis Fauna Binaan yang Ditemukan di Wilayah Studi

No Nama Ilmiah Nama Lokal


1 Anas platyrhynchos Itik
2 Cygnus sp. Angsa
3 Cairina moschata. Bebek entog
4 Columba livia Merpati batu
5 Gallus gallus bankiva Ayam kampung
6 Geopelia striata Perkutut
7 Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang
8 Streptopelia chinensis Tekukur biasa
9 Capra sp. Kambing
10 Bos domesticus Sapi
11 Bubalus bubalis Kerbau
12 Ovis aries Domba

Sumber : Data Primer, 2013

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 55


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 2.17. Hewan ternak di Wilayah Studi

Hewan ternak yang umum dipelihara di wilayah studi diantaranya adalah sapi (Bos domestica),
kambing (Capra sp.), domba (Ovis aries), kerbau (Bubalus bubalis), itik (Anas sp.), angsa (Cygnus
sp), Bebek (Cairina moschata), Ayam (Gallus sp), dan merpati (Columba livia). Masyarakat
membudidayakan beberapa hewan ternak hanya untuk konsumsi skala kecil dan untuk
kebutuhan hidup sehari-hari (subsisten).

B. Satwa Liar
B.1. Avifauna
Avifauna adalah sekelompok burung yang hidup pada suatu periode, daerah atau lingkungan
tertentu (Lincoln dkk, 1993).
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di wilayah studi, telah ditemukan sebanyak 45
jenis avifauna dari 24 suku dengan jenis terbanyak berasal dari famili Cuculidae sebanyak 5
jenis, disusul kemudian oleh suku silviidae, dan Alcedinidae masing-masing sebanyak empat
jenis. Data selengkapnya terdapat pada Tabel di bawah ini.
Berdasarkan status perlindungannya maka terdapat beberapa jenis avifauna yang memiliki nilai
konservasi yang tinggi, baik secara nasional maupun secara internasional sehingga jenis-jenis
tersebut tergolong jenis penting.
Jenis-jenis avifauna penting secara nasional mengacu kepada perundang-undangan Indonesia.
Jenis-jenis avifauna tersebut dilindungi berdasarkan perundang-undangan Indonesia terutama
UU No. 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, jenis-jenis ini
tercantum dalam Noerdjito dan Maryanto (2001) Jenis-jenis Hayati yang dilindungi Perundang-
undangan Indonesia.
Sedangkan secara internasional jenis-jenis avifauna penting tersebut mengacu kepada kriteria
keterancaman dari IUCN (International Union for Nature Conservation) dan status
Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 56
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

pemanfaatannya diatur menurut CITES (Convention on International Trade of Endangered


Species of flora and fauna)
Berdasarkan Red List of Threatened Species (IUCN, 2002) jenis-jenis fauna penting tersebut
diklasifikasikan menurut tingkat keterancamannya berdasarkan kategori :
o Critically Endangered (CR), yaitu jenis-jenis kritis yang paling tinggi tingkat keterancaman
akan kepunahannya;
o Endangered (EN), yaitu jenis-jenis yang tertinggi kedua tingkat keterancaman akan
kepunahannya
o Vulnerable (VU), yaitu jenis-jenis rentan akan kepunahan
o Lower Risk (Conservation dependent; Near threatened; Least Concern, LR/nt), yaitu jenis-
jenis yang rendah resiko kepunahannya.

Berdasarkan status pemanfaatannya menurut CITES, terdapat tiga kategori jenis-jenis avifauna
penting, yaitu :
o Apendiks I : Kategori ini memuat jenis-jenis avifauna yang dianggap sangat langka, sehingga
pemanfaatannya hanya pada hal-hal yang luar biasa sifatnya (bukan untuk kepentingan
komersial) dan pengaturan mengenai perdagangan pada kategori ini diatur oleh pengaturan
yang ketat. Peranan pemegang otoritas keilmuan dalam proses pemberian ijin ekspor dan
impor sangat penting.
o Apendiks II : Kategori ini memuat jenis-jenis avifauna yang dianggap langka, tetapi masih
dapat dimanfaatkan secara terbatas, antara lain melalui sistem penjatahan (kuota) dan
pengawasan. Dalam kategori ini otoritas keilmuan dan otoritas manajemen berperan besar
dalam proses perizinan.
o Apendiks III : Kategori ini memuat jenis-jenis avifauna yang dianggap sangat langka bagi
negara/kawasan tertentu sehingga perlu dilindungi dari eksploitasi.

Terdapat sebanyak 13 jenis avifauna yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang Republik


Indonesia dan sebanyak dua jenis termasuk dalam Apendiks II CITES, dua jenis diantaranya
yaitu Elang hitam (Ictinaetus malayensis) dan Elang-ular bido (Spilornis cheela) mempunyai nilai
konservasi yang sangat penting karena termasuk dalam kedua kategori tersebut. Sedangkan
menurut IUCN tidak ada jenis yang memiliki nilai konservasi penting karena seluruh jenis yang
teridentifikasi selama survei mempunyai status Least Concern dimana resiko kepunahannya
sangat rendah.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 57


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 2.18. Pengamatan Fauna Terestrial di Wilayah Studi

Struktur Avifauna
Pada tabel di atas tercatat nilai indeks keanekaan Shannon-Wieners (H’) yaitu sebesar 3,57, nilai
ini cukup besar dan mengindikasikan bahwa populasi avifauna di lokasi penelitian cukup besar
dan tersebar secara merata, nilai ini juga menunjukkan bahwa lokasi penelitian mempunyai
kualitas yang baik bagi habitat avifauna.

Berdasarkan kelimpahannya terdapat sebanyak 5 jenis avifauna yang termasuk jenis dominan
yaitu Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides)dengan nilai KR sebesar 14,44%, Burunggereja
Erasia (Passer montanus) sebesar 8,56%,Walet Linci (Collocalia linchi) sebesar 6,95%, Tekukur
Biasa (Streptopelia chinensis) sebesar 5,88%.Sebanyak 7 jenis termasuk jenis sub dominan dan
sisanya sebanyak 34 jenis termasuk jenis yang tidak dominan.

Jenis avifauna dominan yang berjumlah 4 jenis jauh lebih sedikit daripada jenis avifauna yang
tidak dominan yang berjumlah 34 jenis, hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1998) yang
menyatakan bahwa jumlah jenis yang mempunyai nilai kelimpahan relatif (KR) besar biasanya
ditemukan dalam jumlah yang sedikit sedangkan jenis yang mempunyai nilai kelimpahan relatif
(KR) kecil biasanya ditemukan dalam jumlah banyak. Adanya jenis-jenis yang dominan
terhadap jenis-jenis lainnya menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut relatif lebih adaptif
terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Jenis-jenis dominan ini mengendalikan ruang dan arus
energi yang kuat dan mempengaruhi lingkungan jenis-jenis lainnya.

Berdasarkan nilai frekunsi relatifnya (FR), jenis-jenis dominan tersebut juga mempunyai nilai
FR yang besar, hal ini mengindikasikan bahwa jenis-jenis tersebut selain memiliki kelimpahan
yang tinggi juga tersebar secara merata di seluruh blok lokasi penelitian. Jenis-jenis lain yang
mempunyai penyebaran yang merata terdapat sebanyak 8 jenis dengan nilai FR sebesar 4,35%
(dapat dilihat pada tabel di atas).
Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 58
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.23. Daftar Jenis Avifauna dan Status Perlindungannya

No Bangsa Suku Jenis Burung Nama Lokal Nama Inggris WJ Status

1 Passeriformes Aegithinidae Aegithina tiphia (Linnaeus, 1758) Cipoh Kacat Common Iora
2 Passeriformes Nectariniidae Aethopyga siparaja (Raffles, 1822) Burungmadu Sepah-raja Crimson Sunbird XY
3 Coraciiformes Alcedinidae Alcedo coerulescens Vieillot, 1818 Rajaudang Biru Cerulean Kingfisher E XY
4 Coraciiformes Alcedinidae Alcedo meninting Horsfield, 1821 Rajaudang Meninting Blue-eared Kingfisher XY
5 Gruiformes Rallidae Amaurornis phoenicurus (Pennant, 1769) Kareo Padi White-breasted Waterhen
6 Passeriformes Nectariniidae Anthreptes malacensis (Scopoli, 1786) Burungmadu Kelapa Brown-throated Sunbird XY
7 Apodiformes Apodidae Apus nipalensis (Hodgson, 1837) Kapinis Rumah House Swift
8 Ciconiiformes Ardeidae Ardeola speciosa (Horsfield, 1821) Blekok Sawah Javan Pond Heron Y
9 Passeriformes Artamidae Artamus leucorynchus (Linnaeus, 1771) Kekep Babi White-breasted Woodswallow
10 Ciconiiformes Ardeidae Bubulcus ibis (Linnaeus, 1758) Kuntul Kerbau Cattle Egret XY
11 Cuculiformes Cuculidae Cacomantis merulinus (Scopoli, 1786) Wiwik Kelabu Plaintive Cuckoo
12 Caprimulgiformes Caprimulgidae Caprimulgus affinis (Horsfield, 1821) Cabak Kota Savanna Nightjar
13 Cuculiformes Cuculidae Centropus bengalensis Gmelin, 1788 Bubut Alang-alang Lesser Coucal
14 Cuculiformes Cuculidae Centropus sinensis Stephens, 1815 Bubut Besar Greater Coucal
15 Passeriformes Nectariniidae Cinnyris jugularis (Linnaeus, 1766) Burungmadu Sriganti Olive-backed Sunbird XY
16 Passeriformes Sylviidae Cisticola juncidis (Rafinesque, 1810) Cici Padi Zitting Cisticola
17 Apodiformes Apodidae Collocalia linchi (Horsfield & F. Moore, 1854) Walet Linci Cave Swiftlet
18 Piciformes Picidae Dendrocopos macei Vieillot, 1818 Caladi Ulam Fulvous-breasted Woodpecker
19 Piciformes Picidae Dendrocopos moluccensis Gmelin, 1788 Caladi Tilik Sunda Pygmy Woodpecker
20 Passeriformes Dicaeidae Dicaeum trochileum (Sparrman, 1789) Cabai Jawa Scarlet-headed Flowerpecker
21 Passeriformes Acanthizidae Gerygone sulphurea Wallace, 1864 Remetuk Laut Golden-bellied Geryone
22 Coraciiformes Alcedinidae Halcyon chloris Boddaert, 1783 Cekakak Sungai Collared Kingfisher XY
23 Coraciiformes Alcedinidae Halcyon cyanoventris (Vieillot, 1818) Cekakak Jawa Javan Kingfisher E XY
24 Passeriformes Hirundinidae Hirundo rustica Linnaeus, 1758 Layanglayang Asia Barn Swallow
25 Passeriformes Hirundinidae Hirundo striolata Temminck & Schlegel, 1847 Layanglayang Loreng Striated Swallow
26 Passeriformes Hirundinidae Hirundo tahitica Gmelin, 1789 Layanglayang Batu Pacific Swallow
27 Falconiformes Accipitridae Ictinaetus malayensis (Temminck, 1822) Elang Hitam Black Eagle II XY
28 Ciconiiformes Ardeidae Ixobrychus cinnamomeus (Gmelin, 1789) Bambangan Merah Cinnamon Bittern M
29 Passeriformes Laniidae Lanius schach Linnaeus, 1758 Bentet Kelabu Long-tailed Shrike

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 59


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

No Bangsa Suku Jenis Burung Nama Lokal Nama Inggris WJ Status


30 Passeriformes Estrildidae Lonchura leucogastroides (Horsfield & Moore, 1858) Bondol Jawa Javan Munia
31 Passeriformes Estrildidae Lonchura punctulata (Linnaeus, 1758) Bondol Peking Scaly-breasted Munia
32 Passeriformes Sylviidae Orthotomus sepium Horsfield, 1821 Cinenen Jawa Olive-backed Tailorbird
33 Passeriformes Sylviidae Orthotomus sutorius (Pennant, 1769) Cinenen Pisang Common Tailorbird
34 Passeriformes Ploceidae Passer montanus (Linnaeus, 1758) Burunggereja Erasia Eurasian Tree Sparrow
35 Passeriformes Sylviidae Prinia familiaris Horsfield, 1821 Perenjak Jawa Bar-winged Prinia
36 Passeriformes Pycnonotidae Pycnonotus aurigaster (Jardine & Selby, 1837) Cucak Kutilang Sooty-headed Bulbul
37 Passeriformes Pycnonotidae Pycnonotus goiavier (Scopoli, 1786) Merbah Cerukcuk Yellow-vented Bulbul
38 Passeriformes Rhipiduridae Rhipidura javanica (Sparrman, 1788) Kipasan Belang Pied Fantail XY
39 Falconiformes Accipitridae Spilornis cheela (Latham, 1790) Elangular Bido Crested Serpent Eagle II XY
40 Passeriformes Timaliidae Stachyris melanothorax (Temminck, 1823) Tepus Pipi-perak Crescent-chested Babbler E XY
41 Columbiformes Columbidae Streptopelia chinensis (Scopoli, 1786) Tekukur Biasa Spotted Dove
42 Cuculiformes Cuculidae Surniculus lugubris (Horsfield, 1821) Kedasi Hitam Asian Drongo-Cuckoo
43 Gruiformes Turnicidae Turnix suscitator (Gmelin, 1789) Gemak Loreng Barred Buttonquail
44 Passeriformes Zosteropidae Zosterops palpebrosus (Temminck, 1824) Kacamata Biasa Oriental White-eye
45 Cuculiformes Cuculidae Zanclostomus javanicus Horsfield, 1821 Kadalan Kembang Red-billed Malkoha

Sumber : Data Primer, 2013


Keterangan :
WJ = Wilayah Jelajah
M= Migran
E= Endemik
II = CITES Appendices II
UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
X=
Ekosistemnya
Y= PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 60


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.24. Indeks Keanekaragaman Jenis Avifauna di Wilayah Studi

No Jenis Burung Nama Lokal Nama Inggris KR/Di (%) FR (%) H' D

1 Lonchura leucogastroides (Horsfield & Moore, 1858) Bondol Jawa Javan Munia 14,44 4,35 0,28 Dominan
2 Passer montanus (Linnaeus, 1758) Burunggereja Erasia Eurasian Tree Sparrow 8,56 4,35 0,21 Dominan
3 Collocalia linchi (Horsfield & F. Moore, 1854) Walet Linci Cave Swiftlet 6,95 4,35 0,19 Dominan
4 Streptopelia chinensis (Scopoli, 1786) Tekukur Biasa Spotted Dove 5,88 4,35 0,17 Dominan
5 Lonchura punctulata (Linnaeus, 1758) Bondol Peking Scaly-breasted Munia 5,35 3,26 0,16 Sub Dominan
6 Cinnyris jugularis (Linnaeus, 1766) Burungmadu Sriganti Olive-backed Sunbird 4,81 4,35 0,15 Sub Dominan
7 Orthotomus sepium Horsfield, 1821 Cinenen Jawa Olive-backed Tailorbird 4,28 4,35 0,13 Sub Dominan
8 Pycnonotus aurigaster (Jardine & Selby, 1837) Cucak Kutilang Sooty-headed Bulbul 3,74 4,35 0,12 Sub Dominan
9 Dicaeum trochileum (Sparrman, 1789) Cabai Jawa Scarlet-headed Flowerpecker 3,21 4,35 0,11 Sub Dominan
10 Hirundo tahitica Gmelin, 1789 Layanglayang Batu Pacific Swallow 3,21 4,35 0,11 Sub Dominan
11 Prinia familiaris Horsfield, 1821 Perenjak Jawa Bar-winged Prinia 3,21 4,35 0,11 Sub Dominan
12 Halcyon chloris Boddaert, 1783 Cekakak Sungai Collared Kingfisher 2,67 4,35 0,10 Tidak Dominan
13 Aegithina tiphia (Linnaeus, 1758) Cipoh Kacat Common Iora 2,14 2,17 0,08 Tidak Dominan
14 Cacomantis merulinus (Scopoli, 1786) Wiwik Kelabu Plaintive Cuckoo 2,14 4,35 0,08 Tidak Dominan
15 Hirundo rustica Linnaeus, 1758 Layanglayang Asia Barn Swallow 2,14 2,17 0,08 Tidak Dominan
16 Hirundo striolata Temminck & Schlegel, 1847 Layanglayang Loreng Striated Swallow 2,14 3,26 0,08 Tidak Dominan
17 Zosterops palpebrosus (Temminck, 1824) Kacamata Biasa Oriental White-eye 2,14 2,17 0,08 Tidak Dominan
18 Ardeola speciosa (Horsfield, 1821) Blekok Sawah Javan Pond Heron 1,60 2,17 0,07 Tidak Dominan
19 Bubulcus ibis (Linnaeus, 1758) Kuntul Kerbau Cattle Egret 1,60 1,09 0,07 Tidak Dominan
20 Halcyon cyanoventris (Vieillot, 1818) Cekakak Jawa Javan Kingfisher 1,60 3,26 0,07 Tidak Dominan
21 Orthotomus sutorius (Pennant, 1769) Cinenen Pisang Common Tailorbird 1,60 2,17 0,07 Tidak Dominan
22 Apus nipalensis (Hodgson, 1837) Kapinis Rumah House Swift 1,07 1,09 0,05 Tidak Dominan
23 Artamus leucorynchus (Linnaeus, 1771) Kekep Babi White-breasted Woodswallow 1,07 1,09 0,05 Tidak Dominan
24 Cisticola juncidis (Rafinesque, 1810) Cici Padi Zitting Cisticola 1,07 1,09 0,05 Tidak Dominan
25 Pycnonotus goiavier (Scopoli, 1786) Merbah Cerukcuk Yellow-vented Bulbul 1,07 1,09 0,05 Tidak Dominan
26 Stachyris melanothorax (Temminck, 1823) Tepus Pipi-perak Crescent-chested Babbler 1,07 1,09 0,05 Tidak Dominan
27 Surniculus lugubris (Horsfield, 1821) Kedasi Hitam Asian Drongo-Cuckoo 1,07 1,09 0,05 Tidak Dominan
28 Zanclostomus javanicus Horsfield, 1821 Kadalan Kembang Red-billed Malkoha 1,07 1,09 0,05 Tidak Dominan
29 Aethopyga siparaja (Raffles, 1822) Burungmadu Sepah-raja Crimson Sunbird 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 61


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

No Jenis Burung Nama Lokal Nama Inggris KR/Di (%) FR (%) H' D
30 Alcedo coerulescens Vieillot, 1818 Rajaudang Biru Cerulean Kingfisher 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
31 Alcedo meninting Horsfield, 1821 Rajaudang Meninting Blue-eared Kingfisher 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
32 Amaurornis phoenicurus (Pennant, 1769) Kareo Padi White-breasted Waterhen 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
33 Anthreptes malacensis (Scopoli, 1786) Burungmadu Kelapa Brown-throated Sunbird 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
34 Caprimulgus affinis Horsfield, 1821 Cabak Kota Savanna Nightjar 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
35 Centropus bengalensis Gmelin, 1788 Bubut Alang-alang Lesser Coucal 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
36 Centropus sinensis Stephens, 1815 Bubut Besar Greater Coucal 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
37 Dendrocopos macei Vieillot, 1818 Caladi Ulam Fulvous-breasted Woodpecker 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
38 Dendrocopos moluccensis Gmelin, 1788 Caladi Tilik Sunda Pygmy Woodpecker 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
39 Gerygone sulphurea Wallace, 1864 Remetuk Laut Golden-bellied Geryone 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
40 Ictinaetus malayensis (Temminck, 1822) Elang Hitam Black Eagle 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
41 Ixobrychus cinnamomeus (Gmelin, 1789) Bambangan Merah Cinnamon Bittern 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
42 Lanius schach Linnaeus, 1758 Bentet Kelabu Long-tailed Shrike 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
43 Rhipidura javanica (Sparrman, 1788) Kipasan Belang Pied Fantail 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
44 Spilornis cheela (Latham, 1790) Elangular Bido Crested Serpent Eagle 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
45 Turnix suscitator (Gmelin, 1789) Gemak Loreng Barred Buttonquail 0,53 1,09 0,03 Tidak Dominan
100,00 100,00 3,32

Sumber : Data Primer, 2013


Keterangan :
KR/Di = Kelimpahan Relatif/Nilai Dominansi
FR = Frekwensi Relatif
H' = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner
D = Dominansi

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 62


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

B.2. Mammalia
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara selama survai tercatat sebanyak 8 jenis mammalia
dari di lokasi penelitian.
Berdasarkan status perlindungannya baik secara nasional maupun internasional terdapat
sebanyak dua jenis mammalia yang memiliki nilai konservasi sangat penting, yaitu Berang-
berang cakar kecil (Aonyx cinerea) dan Berang-berang bulu licin (Lutrogale perspicillata)
yangtermasuk kategori Vulnerable (VU) IUCN artinya jenis-jenis rentan akan kepunahan, dan
termasuk dalam apendiks II CITES artinya jenis ini dianggap langka, tetapi masih dapat
dimanfaatkan secara terbatas, antara lain melalui sistem penjatahan (kuota) dan pengawasan,
serta termasuk jenis yang dilindungi oleh perundang-undangan Republik Indonesia.

Tabel 2.25. Daftar Jenis Mammalia dan Status Perlindungannya

No Nama Indonesia Nama Ilmiah Status Penemuan

1 Bajing Callosciurus notatus O,W


2 Garangan Herpectes javanicus W
3 Berang-berang cakar kecil Aonyx cinerea P W, J
4 Berang-berang bulu licin Lutrogale perspicillata P W
5 Musang Paradoxurus hermaphroditus W
6 Babi hutan Sus scrofa W, J
7 Codot Cynopterus brachyotis O,W
8 Tikus sawah Rattus argentiventer O,W
Sumber : Data primer, 2013
Keterangan :
O = Observasi/ditemukan
W = Wawancara
J = Jejak
P = Dilindungi (VU & II)

B.3. Herpetofauna
Selama survai di lokasi penelitian ditemukan sebanyak 17 jenis herpetofauna yang terdiri dari
14 jenis reptil (6 jenis cecak dan kadal, 1 jenis kura-kura serta 7 jenis ular) dan tiga jenis amfibi.

Reptil
Kelompok hewan berdarah dingin ini menempati kawasan arboreal dan sepanjang aliran air
sungai sebagai habitat utamanya. Sebagian besar jenis yang ditemukan adalah arboreal (hidup
pada pepohonan/tumbuhan) seperti hap-hap atau cicak terbang (Draco volans) dan Ular hijau
(Ahaetulla prasina), dan sebagian lagi hidup di batuan dan lubang-lubang tanah atau dinding
yang berlubang seperti Kadal (Eutropis multifasciata) dan Ular sawah (Natrix vittatus).

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 63


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Keberadaan reptil di wilayah studi berfungsi sebagai pemangsa konsumen tingkat pertama atau
juga sebagai pemangsa puncak (top predator).

Tabel 2.26. Daftar Jenis Reptil dan Status Perlindungannya


Status Konservasi
No Nama Jenis Nama Ilmiah Penemuan
IUCN CITES UU RI
Cecak dan Kadal
1 Tokek Gekko gecko O,W LC
2 Cecak rumah Hemidactylus frenatus O,W LC
3 Kadal Eutropis multifasciata O,W LC
4 Bunglon Bronchostella cristatela O,W LC
5 Biawak Varanus salvator O,W LC II
6 Hap-hap Draco volans O,W LC
Kura-kura
1 Bulus Tryonix cartilageneus W LC
Ular
1 Ular pecuk hijau Ahaetula prassina W LC
2 Ular tanah Ptyas korros O,W LC
3 Ular sawah Natrix vittatus W LC
4 Sanca kembang Python reticulatus W LC II
5 Ular gibug Elape sp. W LC
6 Ular kobra Naja sputatrix W LC
7 Ular welang Bungarus fasciatus W LC
Sumber : Data primer, 2013
Keterangan :
O = Observasi/ditemukan
W = Wawancara

Amfibi
Terdapat sebanyak tiga jenis amfibi selama survai di lokasi penelitian, ketiga jenis amfibi
tersebut tercatat melalui observasi langsung. Dari ketiga jenis amfibi tersebut tidak ada satu
pun yang memiliki nilai konservasi yang tinggi seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini.
Jenis Amfibia yang jumlahnya melimpah di wilayah studi adalah jenis Katak sawah (Fejervarya
cancrivora). Katak jenis ini sering ditemukan di sawah dan sungai.

Tabel 2.27. Daftar Jenis Amfibi dan Status Perlindungannya


Status Konservasi
No Nama Jenis Nama Ilmiah Penemuan
IUCN CITES UU RI
1 Kodok buduk Bufo melanostictus O LC
2 Katak sawah Fejervarya cancrivora O LC
3 Katak tegalan Fejervarya limocharis O LC
Sumber : Data primer, 2013
Keterangan : O = Observasi/ditemukan

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 64


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

2.2.3. Biota Perairan


Habitat perairan yang terdapat di wilayah studi terdiri atas anak-anak sungai yang mengalir
dari kawasan catchment areakebun jati dan bermuara di Sungai Cipunagara. Ditinjau dari
Daerah Aliran Sungai (DAS) rencana waduk Sadawarna terdapat pada DAS Cipunagara.
Sehingga air hujan yang akan ditampung di Waduk Sadawarna, selanjutnya menjadi aliran
permukaan (run off) dan tertampung di Sungai Cipunagara. Sungai tersebut merupakan habitat
biota akuatik baik plankton, benthos dan nekton.
Macrophyta atau gulma perairan yang terdapat di perairan sungai yang tampak secara visual
yaitu kayambang (Salvinia molesta), eceng gondok (Eichornia crassipes), ganggang hijau air
tawar (Spirogyra sp.). Kayambang dan eceng gondok dijumpai pada perairan tergenang dan
mungkin berasal dari areal persawahan yang terdapat di sepanjang aliran Sungai Cipunagara,
sedangkan ganggang hijau air tawar banyak terdapat di bebatuan sungai dan berkembang pada
musim kemarau ketika aliran air sungai relatif tenang.

A. Plankton
Plankton dibedakan atas plankton nabati (phytoplankton) dan plankton hewani (zooplanklon).
Dalam ekosistem perairan, phytoplankton berperan sebagai produser primer dalam jaringan
rantai makanan, yang menentukan produktivitas perairan. Phytoplankton meliputi organisme
nabati perairan yang biasanya bersifat uniseluler dan autotropik dan mampu merubah materi
anorganik menjadi organik. Phytoplanktondapat juga dipakai sebagai indikator adanya
perubahan kondisi lingkungan perairan, misalnya masuknya bahan-bahan pencemar ke dalam
perairan yang dapat menimbulkan dampak. Demikian juga halnya dengan zooplankton.
Zooplankton adalah plankton hewani sebagai konsumen pertama sekaligus sebagai penghubung
dalam rantai makanan kepada organisme yang mempunyai tingkat tropik yang lebih tinggi.
Pertumbuhan dan pembelahan sel plankton sangat tergantung pada nutrisi, antara lain nitrat,
fosfat dan silikat. Di perairan sebagian besar oksigen dihasilkan oleh phytoplankton, sehingga
keberadaan plankton memegang peranan penting di dalam ekosistem akuatik baik sebagai
makanan biota air maupun sebagai penghasil oksigen untuk organisme hidup lainnya.

Berdasarkan hasil pencacahan plankton, di wilayah studi ditemukan sebanyak 21 jenis


phytoplankton dan 14 jenis zooplankton (lihat tabel di bawah ini). Kehadiran berbagai jenis
phytoplankton di semua lokasi menunjukkan jumlah yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa
perairan masih mendukung kehidupan ikan dan organisme lainnya, karena phytoplankton
merupakan salah satu sumber pakan alami jenis ikan dan jenis udang-udangan.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 65


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Gambar 2.19. Pengambilan Sampel Plankton Benthos di Wilayah Studi

Kehadiran jenis zooplankton di perairan menunjukan kondisi perairan yang sehat. Zooplankton
berfungsi untuk menekan pertumbuhan phytoplankton sehingga selalu dalam kondisi
seimbang, dan tidak mengakibatkan pertumbuhan phytoplankton (blooming) berlebih yang
dapat mengakibatkan penurunan kualitas air dan mempengaruhi organisme akuatik lainnya.
Kelimpahan organisme tertinggi untuk phytoplanktondan zooplankton ditemukan di Stasiun 3
(As Bendung) dengan kelimpahan populasi sebanyak 1.881 individu/liter, sedangkan untuk
zooplankton kelimpahan populasinya sebanyak 429 individu/liter.

Tabel 2.28. Keanekaragaman Jenis Plankton di Wilayah Studi


Stasiun
No. Organisme
I II III
Phytoplankton
1 Chaetophora sp. 132 198 297
2 Cladophora sp. 66 33 66
3 Closterium sp. 33 33
4 Cymbella sp. 33 33
5 Draparnaldia sp. 33
6 Eudorina sp. 33
7 Fragilaria sp. 99 99 66
8 Lemanea sp. 99 99 132
9 Lyngbya sp. 33
10 Navicula sp. 33 33
11 Oscillatoria sp. 66 33
12 Pediastrum boryonum 33
13 Phormidium sp. 33 66 33
14 Spirogyra azygosphora 231 99
15 Spirogyra sp. 66 33 165
16 Stanieria sp. 627 726 759
17 Stigonema sp. 33
18 Surirella sp. 66 33 99
19 Synedra sp. 132 33
20 Tabellaria flocculosa 66 66

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 66


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Stasiun
No. Organisme
I II III
21 Trachellomonas sp. 33
Total Phytoplankton (ind/L) 1551 1782 1881
ID Simpson 0,804 0,792 0,79
ID Shannon & Wiener 2,166 2,079 2,028
Zooplankton
1 Arcella sp. 33 99 33
2 Brachionus sp. 33
3 Centropyxis aculeata 33 66
4 Centropyxis sp. 66 33 99
5 Cephalodella sp. 33 33
6 Cyclops sp. 33
7 Difflugia sp. 33
8 Nauplii 33
9 Notholca sp. 33
10 Phylodina sp. 33
11 Platyias sp. 33 33
12 Plumatella sp. 33
13 Rhabdolaimus sp. 33 33 33
14 Vorticella sp. 33
Total Zooplankton (ind/L) 264 264 429
ID Simpson 0,844 0,781 0,876
ID Shannon & Wiener 1,906 1,667 2,205
Total Plankton (ind/L) 1815 2046 2310
ID Simpson Plankton 0,854 0,839 0,856
ID Shannon & Wiener 2,543 2,411 2,541

Sumber : Pengukuran oleh Laboratorium Ekologi PPSDAL Unpad Bandung, 2014


Keterangan :
St. 1 = Hulu Sungai Cipunagara (Tidak Tergenang), S 06° 36' 21,7" - E 107° 51' 06,8"
St. 2 = Tengah (Rencana Genangan), S 06° 34' 55,2" - E 107° 51' 24,6"
St. 3 = Hilir Sungai Cipunagara (As Bendung), S 06° 34' 50,3" - E 107° 50' 56,5"

Gambar 2.20. Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon & Wienner Plankton


Di Wilayah Studi

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 67


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Indeks keanekaragaman jenis Simpson plankton di perairan wilayah studi berkisar antara 0,790
(Stasiun 2) sampai dengan 0,804 (Stasiun 1). Kelimpahan individu dan keanekaan jenis
plankton di suatu perairan, secara kuantitatif sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan fisika-kimia antara lain arus air, kecerahan, dan kualitas air. Berdasarkan Odum
(1975) bahwa perairan yang nilai indeks keanekaragaman jenis planktonnya di bawah 0,6 maka
perairan tersebut telah mendapat energi atau zat pencemar. Indeks keanekaragaman jenis
Shannon & Wiener plankton di wilayah studi dapat dikategorikan sebagai perairan yang cukup
memiliki daya dukung bagi kelangsungan keberadaan biota perairan (plankton).

B. Benthos
Benthos mencakup biota yang menempel, merayap atau membuat lubang di dasar perairan.
Benthos merupakan kelompok hewan penting yang menghubungkan transportasi energi
ekosistem akuatik dan bentik. Komposisi dan kerapatan makrobenthos di badan air biasanya
stabil dari tahun ke tahun. Beberapa komunitas memberikan respon terhadap perubahan
kualitas habitat dengan cara penyesuaian struktur komunitasnya.
Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan perubahan struktur komunitas, yaitu materi organik,
perubahan substrat, dan pencemaran oleh zat kimia toksik. Respon komunitas
makrozoobenthos sangat diperlukan untuk dapat memperkirakan besarnya dampak suatu
kegiatan terhadap suatu badan perairan. Hasil identifikasi organisme benthos di wilayah studi
disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.29. Keanekaragaman Jenis Benthos di Wilayah Studi

Stasiun
No. Organisme
I II III
1 Baetis sp. 2
2 Chironomus sp. 2
3 Gomphus sp. 6 6
4 Helobdella sp. 2
5 Macrobrachium sp. 10 8 8
6 Melanoides sp. 2
7 Paratelphusa sp. 2
8 Pomacea sp. 2 4
9 Tarebia sp. 16 2
Total Benthos
34 18 20
(ind/m2)
ID Simpson 0,657 0,716 0,72
ID Shannon & Wiener 1,187 1,427 1,418

Sumber : Pengukuran oleh Laboratorium Ekologi PPSDAL Unpad Bandung, 2014


Keterangan :
St. 1 = Hulu Sungai Cipunagara (Tidak Tergenang), S 06° 36' 21,7" - E 107° 51' 06,8"
St. 2 = Tengah (Rencana Genangan), S 06° 34' 55,2" - E 107° 51' 24,6"
St. 3 = Hilir Sungai Cipunagara (As Bendung), S 06° 34' 50,3" - E 107° 50' 56,5"

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 68


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Kehadiran benthos, selain berasosiasi dengan materi sedimen, juga ikut dipengaruhi oleh
kualitas air di sekitarnya. Jenis-jenis benthos di sekitar lokasi kegiatan merupakan family
gastropoda dan bivalvia yang biasa hidup sebagai filtering feeder. Jenis benthos yang ditemukan
terdiri dari 9 jenis. Kelimpahan tertinggi spesies benthos ditemukan di Stasiun 1 (Hulu Sungai
Cipunagara) sebanyak 34 individu/m2.

C. Nekton
Nekton disebut juga dengan ikan. Nekton merupakan konsumen dari plankton dan benthos di
dalam rantai makanan. Adanya vegetasi yang hidup di air menjadikan sungai menjadi habitat
plankton, perifiton, dan benthos yang sangat disukai beberapa jenis ikan. Selain itu juga
berbagai jenis invertebrata dari kelompok serangga air yang menjadi sumber makanan ikan
jumlahnya melimpah pada vegetasi tersebut. Semakin banyak vegetasinya maka akan semakin
banyak jumlah invertebrata air yang masuk ke sungai.

Gambar 2.21 Pengambilan Sampling Nekton di Wilayah Studi

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 69


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Adanya berbagai jenis ikan yang terdapat di sungai menjadi sumber daya biologi di wilayah
studi yang memiliki nilai ekonomis dan dapat memberikan konstribusi bagi peningkatan
pendapatan masyarakat.
Pengumpulan data jenis ikan yang berada di lokasi studi dilakukan secara langsung
(penangkapan di sungai) dan juga secara tidak langsung (wawancara dengan penduduk). Data
ikan yang didapatkan secara langsung dilakukan dengan langsung mencari ikan diSungai
Cipunagara dengantiga cara, yaitu dengan menyetrum ikan menggunakan alat setrum (electro
fishing method), dengan cara menggunakan jaring ikan (kecrik), dan dengan cara memancing.
Sedangkan cara yang tidak langsung diperoleh dengan cara wawancara dengan penduduk
mengenai ikan apa saja yang terdapat di sungai tersebut.
Dari hasil pengambilan data ikan secara langsung, di dapatkan 7 jenis ikanair tawar. Sedangkan
dari hasil wawancara didapatkan 23 jenis ikanair tawar (ikan budidaya dan ikan liar). Terdapat
beberapa kesamaan dari jenis ikan yang di dapatkan dari hasil wawancara dan dari hasil
penangkapan secara langsung, seperti ikan senggal, nila, hampal dan sebagainya. Berikut data
hasil Penangkapan dan wawancara jenis ikan di Sungai Cipunagara tersaji pada Tabel 2.31.

Tabel 2.30. Keanekaragaman dan Kelimpahan Jenis Ikan di Wilayah Studi


Nama Jenis Prakiraan
No
Lokal Ilmiah Kelimpahan
1 Impun Aplocheilus javanicus +++
2 Beunteur Puntius binotatus +++
3 Senggal Hemibagrus nemurus ++
4 Mujair Tilapia mossambica ++
5 Hampal Hampala macrolepidota ++
6 Nila Oreochromis niloticus ++
7 Nilem Osteochilus hasselti ++
8 Genggehek Mystacoleucus marginatus ++
9 Paray Rasbora lateristriata ++
10 Bogo Channa striata ++
11 Lele Clarias batrachus ++
12 Belut Monopterus albus ++
13 Betok Anabas testudineus +
14 Kehkel Akysis sp +
15 Mas Cyprinus carpio +
16 Tawes Puntius javanicus +
17 Lalawak Puntius lawak +
18 Keting Mystus alasensis +
19 Lempuk Ompok bimaculatus +
20 Deler Mastcembetus unicdar +
21 Sapu-sapu Coohlidorn glecostoinoides +
22 Berod Mastacembelus sp. +
23 Seren Toxetes javolator +
Sumber : Data Primer, 2013
Keterangan : + = populasi sedikit , ++ = populasi sedang, +++ = populasi banyak

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 70


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.31. Dokumentasi Ikan Hasil Tangkapan

Nama Jenis
No Dokumentasi
Indonesia Ilmiah
1 Senggal Hemibagrus nemurus

2 Nila Oreochromis niloticus

3 Hampal Hampala macrolepidota

4 Ceperan

5 Beunteur Puntius binotatus

6 Genggehek Mystacoleucus marginatus

7 Paray Rasbora lateristriata

Sumber : Data Primer 2013

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 71


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

2.3. Komponen Sosio-Ekonomi-Budaya

Data sosial-ekonomi-budaya diperlukan untuk melakukan pelingkupan dan analisa dampak


yang berkaitan dengan (1) pendapatan masyarakat, (2) keresahan masyarakat, (3) konflik
sosial, dan (4) peningkatan produktivitas pertanian, dari beberapa komponen aktivitas
penyebab dampak baik di tahap pra konstruksi, konstruksi, maupun operasional.

2.3.1. Kependudukan

2.3.1.1. Luas Wiayah dan Kepadatan Penduduk


Bendungan dan Waduk Sadawarna yang memanfaatkan sumber air utama dari Sungai
Cipunegara, terletak pada lima desa dan dua wilayah kecamatan, yaitu Desa Sadawarna dan
Cibalandongjaya, yang terletak di Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang, dan Desa Surian,
Suriamedal serta desa Tanjung yang terletak di Kecamatan Surian Kabupaten Sumedang.
Jumlah penduduk ke lima desa tersebut adalah 12.497 jiwa dengan luas wilayah sebesar 59,26
km2, maka rata-rata kepadatan penduduk adalah 209 jiwa /km2. Kepadatan penduduk paling
tinggi adalah Desa Sadawarna sebanyak 437 jiwa/km2 , dan yang paling rendah adalah Desa
Surian (Kec. Surian) sebanyak 175 jiwa/km2 (lihat Tabel 2.32).
Mengacu kepada standar kepadatan penduduk menurut Badan Pusat Statistik (2010),
kepadatan penduduk dikelompokkan ke dalam tiga kriteria kepadatan yaitu:
1. Kriteria kepadatan tinggi apabila penduduk berjumlah lebih dari 2.000 jiwa per km2.
2. Kriteria kepadatan sedang apabila penduduk berjumlah antara 1.000 jiwa sampai dengan
2.000 jiwa per km2.
3. Kriteria kepadatan rendah apabila penduduk berjumlah kurang dari 1.000 jiwa per km2.
Sesuai dengan acuan tersebut, maka tingkat kepadatan penduduk di seluruh kecamatan
termasuk ke dalam kriteria rendah. Apabila dibandingkan dengan angka kepadatan Kab.
Subang (714 jiwa/km2) dan Kab Sumedang (760 jiwa/km2), maka rata-rata kepadatan
penduduk di wilayah studi lebih rendah.
Jumlah rumah tangga adalah 3.775 KK, dengan demikian rata-rata jumlah anggota keluarga
adalah 3 sampai 4 orang saja , yang terdiri dari kedua orangtua dan satu atau dua orang
anak –anaknya.
Rendahnya pemukiman penduduk didukung oleh pemanfaatan lahan untuk kegiatan
pertanian dan kegiatan lainnya. Data yang disajikan pada Tabel 2.33, menunjukkan bahwa
minimal terdapat enam jenis pemanfatan lahan yang berkaitan dengan kegiatan pertanian,
yaitu sawah (10,54%), kebun (6,96%) dan kolam (0,19%). Penggunaan lahan untuk
pemukimana hanya berjulmlah kurang dari 1% saja .

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 72


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Dari 4.810 hektar luas wilayah lima desa, sebagian besar lahan yang mencapai 3.895 ha atau
sekitar 80,99 % merupakan area penggunaan di luar pertanian dan pemukiman , yaitu lahan
hutan produksi. Hal ini dapat dipahami karena desa-desa wilayah studi merupakan enclave
dari kawasan hutan produksi peninggalan zaman Belanda sehingga wilayah desanya didominasi
oleh kawasan hutan jati.

Tabel 2.32.
Luas dan Kepadatan Penduduk
Luas Jumlah Penduduk Jumlah Jumlah
N Kepadatan
Nama Desa Wilayah Laki- Rumah anggota
o. Perempuan Jumlah (jiwa/km2)
(km2) laki Tangga keluarga
1. Sadawarna 11,31 2455 2482 4.937 437 1.662 3
2. Cibalandongjaya 9,69 888 849 1.737 179 445 4
Jumlah di Kab
21 3.343 3.331 6.674 318 2.107
Subang

3. Surian 14,39 1.325 1.246 2.571 175 642 4


4. Suria Medal 5,09 500 512 1.012 193 326 3
5. Tanjung 19,38 1130 1.110 2.240 115 700 3
Jumlah di Kab.
38,86 2.955 2.868 5.823 147 1668
Sumedang
Rata-
Total empat desa 59,86 6298 6199 12497 209 3.775
rata 4
Sumber : Kecamatan Cibogo Dalam Angka 2013, dan Kec, Surian Dalam Angka , 2013

Tabel 2.33
Luas Pemanfaatan Lahan

Luas dan Jenis Penggunaan (hektar)


No. Nama Desa Tegal- Peru- Kubur- Em-
Sawah
an mahan an Kebun pang Lainnya Jumlah

1. Sadawarna 90 14 3 2,5 8 2 1011,5 1131


2. Cibalandongjaya 210 9 4 2,5 16 1 726,5 969
3. Surian 167 8 1 2,5 140 2 401 721,5
4. Suria Medal 25 4 2 2,5 14 2 0,5 50
5. Tanjung 15 4 2 2,5 157 2 1756 1938,5
Jumlah Total
(4 desa) 507 39 12 12,5 335 9 3895,5 4810
% 10,54 0,81 0,25 0,26 6,96 0,19 80,99 100
Sumber : Kecamatan Cibogo dalam angka 2013 dan Kec, Surian Dalam Angka , 201

2.3.1.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Data komposisi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan diperlukan untuk analisa dampak yang
berkaitan dengan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan catatan monografi kependudukan kecamatan Surian dan Kec. Cibogo, angkatan
kerja /uisa produktif mencapai 9.903 jiwa atau 79% dari seluruh penduduk. Dari jumlah

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 73


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

tersebut, maka, jenis –jenis pekerjaan penduduk di empat desa wilayah studi, minimal terdapat
tujuh jenis pekerjaan dan yang paling banyak adalah penduduk yang bekerja sebagai petani
(31,34%) dan penduduk yang bekerja sebagai buruh tani adalah 18,76%.Jenis pekerjaan lain
yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sumberdaya lahan adalah kelompok peternak
(kurang dari 1%). Jumlah penduduk yang mengandalkan kegiatan pertanian dari berbagai jenis
pekerjaan mencapai 51,28%.
Untuk pekerjaan- pekerjaan di luar pertanian, paling banyak adalah penduduk yang bekerja
sebagai buruh konstruksi (4,62%). Jenis pekerjaan lainnya adalah pedagang dan montir
(masing –masing kurang dari 1% saja). Pekerjaan non –pertanian , sebagian dilakukan di luar
desa, yang didapatkan dikota –kota besar seperti Bandung dan wilayah Jabodetabek.

Tabel 2.34. Jenis-jenis Pekerjaan Penduduk

Pekerjaan Penduduk /jumlah (orang)


Kelom-
pok
Buruh Peker-
No. Nama Desa Buruh Peda- Peter- Mon- usia
Petani kons- jaan Jml
tani gang nak tir Non
truksi lainnya
produk
tif
1. Sadawarna 1.637 956 103 21 2 2 47 432 4.937
2. Cibalandongjaya 553 444 108 6 0 0 17 609 1.737
3. Surian 799 361 201 42 2 2 598 566 2.571
4. Suria Medal 233 117 34 39 4 0 77 508 1.012
5. Tanjung 695 467 132 28 3 4 432 479 2.240
Jumlah Total 1.17
3.917 2.345 578 136 11 8 2.594 12.497
(5 desa) 1
% 31,34 18,76 4,63 1,09 0,09 0,06 9,37 20,76 100
Sumber : Kecamatan Cibogo dalam angka 2013 dan Kec, Surian Dalam Angka , 2013

2.3.1.3. Tingkat Pendidikan Penduduk


Kondisi pendidikan penduduk terbagi dalam lima tingaktan pendidikan dan yang paling banyak
adalah lulusan SD sebanyak 34,40%, kemudian lulusan SMA/SMK sebanyak 31,44% dan
Lulusan SMP sebanyak 10,07. Kelompok lulusan diploma adalah 1,57% dan lulusan perguruan
tinggi 0,86%.

2.3.1.4. Mobilitas ke Luar Desa


Pola mobilitas ke luar desa dapat menunjukkan kapaita sosial ekonomi, dimana penduduk
mempunyai kemampuan untuk mengelola sumberdaya ekomi dan sosial di luar desanya. Pada
sisi lain, mobilitas ke luar desa dapat menunjukkan keterbatasan peluang-pelunag keja dan
usaha di dalam desa, sehingga mereka harus mencarinya di luar kota. Faktor –faktor pendukung
bagi penduduk untuk melakukan mobilitas ke luar desa adalah ketersediaan sarana jalan,

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 74


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

sarana transportasi, serta hubungan sosial penduduk dengan komunitas di luar desa (kerabat
atau atasan). Terganggunya faktor–faktor pendukung tersebut dapat menghambat moblitas
sosial keluar desa, yang akhirnya menghambat tujuannya.

Tabel 2.35.
Kondisi Pendidikan Penduduk
Tingkat Sada- Cibalan- Suria
No. Surian Tanjung Jml %
Pendidikan warna dong Jaya Medal
Sedang
1 976 388 674 499 109 2.646 21,17
sekolah
2 Tamat SD 1.347 771 813 1.002 366 4.299 34,40
3. Tamat SMP 473 178 238 184 185 1.258 10,07
4. Tanat SMA 2.035 328 762 481 323 3.929 31,44
Tamat
5. 61 36 49 37 13 196 1,57
Diploma
Tamat
5. Perguruan 32 22 21 23 9 107 0,86
Tinggi
Tidak pernah
6. 13 14 14 14 7 62 0,50
sekolah
Jumlah 4.937 1.737 2.571 2.240 1.012 12.497 100
Sumber : Kecamatan Cibogo dalam angka 2013 dan Kec, Surian Dalam Angka,2013

Data yang disajikan pada Tabel 2.36, yang merupakan hasil wawancara terhadap 193
responden di lima desa, menunjukkan bahwa sebagian besar responden (86,5%) mempunyai
pola mobilitas ke luar desa, dan sisanya sebanyak 13,47% mengaku tidak mempunyai mobilitas
ke luar desa.
Tabel 2.36.
Pola Mobilitas Penduduk Ke Luar Desa
Mobilitas ke Cibalandong Suria
No. Sadawarna Tanjung Surian Jml %
luar Desa Jaya Medal
Responden
1. mempunyai pola 78 17 16 27 29 167 86,53
mobilitas keluar desa
Responden tidak
2. mempunyai mobilitas 6 5 2 6 7 26 13,47
keluar desa
Jumlah 84 22 18 33 36 193 100
Sumber : Data Primer, 2013

Tujuan mobilitas responden ke luar desa antara terdiri dari lima jenis, dan sebagian besar
untuk bepergian keluar desa, dan segaian besar adalah untuk tujuan sekolah (26,35%). Hal ini
menunjukkan bahwa orientasi tempat pendidikan sebagian berada diluar desa. Kemudian
tujuan pergi untuk bekerja (23,35%) dan berbelanja, baik untuk keperluan pertanian, untuk
keprluan konsumsi sehari –hari maupun untuk barang dagangan. Ada pula keperluan penduduk
untuk menengok kerabat. (lihat Tabel 2.38).

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 75


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Kemudian, frekuensi bepergian ke luar desa sebagian besar dilakukan setiap hari (49,70%).
Kelompok ini diidentifkasi sebagai kelompok pelajar dan pekerja harian, yang bekerja di luar
desa. Kemudian ada yang dilakukan seminggu sekali dan sebulan sekali (masing–masing
sebanyak 23,56%). Mereka adalah kelompok yang melakukan kegian belanja, baik untuk
keperluan konsumsi, belanja untuk keperluan usaha seperti membeli pupuk, bibit dan alat –alat
pertanian, maupun bahan untuk konsumsi. Gejala tersebut menunjukkan bahwa desa-desa di
wilayah studi tergantung kepada pasar dan bahan –bahan dari luar desa.

Tabel 2.37
Tujuan dan Frekuensi Serta Penggunaan Sarana untuk Mobilitas ke Luar Desa
Tujuan Pergi Sada- Cibalan- Suria-
No. Tanjung Surian Jumlah %
ke luar Desa warna dong Jaya Medal
1 Bekerja 17 4 5 7 6 39 23,35
2 Sekolah 23 5 4 6 6 44 26,35
Belanja untuk
11 2 1 3 5 22 13,17
3. keperluan pertanian
Belanja barang untuk
12 2 2 4 6 26 15,57
4. pemenuhan konsumsi
Belanja untuk barang
11 3 2 4 5 25 14,97
5. dagangan
6. Menengok kerabat 4 2 1 3 1 11 6,59
Jumlah 78 18 15 27 29 167 100
Frekuensi Bepegian :
1 Setiap hari 40 9 9 13 12 83 49,70
2 seminggu sekali 14 4 3 11 7 39 23,35
3 Sebulan sekali 21 4 3 1 7 36 21,56
4 Tidak tentu 3 1 0 2 3 9 5,39
Jumlah 78 18 15 27 29 167 100
Sarana kendaraan yang digunakan :
Kendaraan pribadi
37 10 8 13 13 81 48,50
1 (sepeda motor)
Kendaraan pribadi
4 1 0 2 2 9 5,39
2 (mobil)
3 Ojeg sepeda motor 14 4 6 7 9 40 23,95
Angkutan umum
21 0 1 5 4 31 18,56
4 lainnya
5 Berjalan kaki 2 3 0 0 1 6 3,59
Jumlah 78 18 15 27 29 167 100
Sumber : Data Primer, 2013
Keterangan : n= 167 , dihitung dari jumlah responden yang melakukan mobilitas ke luar desa

Untuk melakukan kegiata mobilitas yang cukup intensif, tentu saja diperlukan kendaraan yang
handal. Kendaraan yang paling banyak digunakan adalah sepeda motor (48,50%), ojeg sepeda
motor (23,95%), angkutan umum lainya (18,56%), mobil pribadi (5,39%), dan bahkan
ditempuh dengan berjalan kaki (3,59%). Penduduk Desa Cibalandong Jaya , memanfaatkan jalan
desa sepanjang 9 km, menuju mulut jalan raya propinsi, yang ada di pusat Desa Sadawarna,
sedangkan desa-desa yang ada di Kab. Sumedang yaitu Desa Tanjung , Suria Medal dan Surian,
dihubungkan oleh jalan kabupaten menuju Jalan Raya Subang –Kadipaten, dan ke arah Selatan

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 76


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

menuju pusat Kab. Sumedang. Saat survei ini dilakukan, kondisi jalan ini sedang mengalami
kerusakan, terutama di wilaya Desa Tanjung. Hal ini diduga akibat banyaknya truk bermuatan
pasir dan batu melebihi kapasitas angkut .

2.3.2. Sosial Ekonomi


Aspek sosial ekonomi akan ditekanan kepada pembahasan mengenai kegiatan budidaya
pertanian dan pendapatan petani, untuk melakukan analisa dampak yang berkaitan dengan
pendapatan masyarakat dan produktivitas pertanian.

A. Kegiatan Budidaya Padi


Cara bercocok tanam tanaman padi yang ditemui di wilayah studi sebagian besar telah
memenuhi cara bercocok tanam lahan irigasi, walau jenis irigasi yang digunakan merupakan
irigasi sederhana, yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat, melalui pembuatan
bendung-bendung dan saluran irigasi secara gotong royong.
Pada dasarnya petani di wilayah studi telah mengetahui cara bercocok tanam yang baik.
Kesimpulan dari studi sebelumnya menunjukkan, bahwa petani telah melakukan pengolahan
tanah dua kali mencangkul dengan kerbau, dan perataan tanah dengan tenaga manusia. Tingkat
produksi yang diperoleh relatif cukup baik, yaitu mencapai 6,78 ton/ha, atau 5,25 ton/ha padi
kering giling. Persemaian umumnya dilakukan satu bulan sebelum tanam.
Umumnya, petani telah melakukan penanaman secara larikan, penyiangan dilakukan satu kali
secara manual. Sawah dipupuk dua kali, yaitu pupuk dasar dengan urea dan pupuk
pertumbuhan dengan TS. Sementara itu, pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan
penyemprotan oleh pestisida. Petani umumnya menggunakan sabit atau ani-ani untuk
pemanenan, serta beberapa diantaranya sudah menggunakan mesin perontok gabah. Varietas
tanaman yang umum digunakan adalah jenis IR 64 dan Cisadane. Tingkat produksi yang dicapai
umumnya tergolong cukup tinggi.

B. Budidaya Tanaman Palawija


Komoditas tanaman palawija yang banyak diusahakan petani di wilayah studi yaitu : jagung,
ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedele dan kacang hijau. Sedangkan komoditas tanaman
sayuran yang dibudidayakan petani diantaranya : kacang panjang, timun, tomat, terung dan
kangkung. Tanaman tersebut ditanam pada areal kebun/tegalan di pekarangan, dan ditanam
tumpang sari dengan tanaman tahunan, atau tumpang sari dengan tanaman kehutanan.
Budidaya tanaman palawija telah dilakukan cukup intensif walau tidak seintensif budidaya
tanaman padi. Tanah telah ditata secara terasering, pengolahan tanah telah dilakukan dua kali,
walau beberapa diantaranya ada yang melakukan penanaman secara ditugal (tanpa pengolahan

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 77


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

tanah). Pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman dilakukan seadanya ,
walau beberapa petani telah melakukan pemupukan sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Tabel 2.38.
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Budidaya Tanaman Padi Sawah
di Desa-desa Wilayah Studi

Produksi Padi Produktivitas


No Desa
Luas Panen (ha) Produksi(ton) (ton/ha)
DAERAH TERKENA DAMPAK PEMBEBASAN LAHAN
1 Desa Sadawarna 180 1.170 6,5
Desa Cibalandong Jaya 420 2.688 6,90
2 Desa Surian 113 791,00 7,00
3 Desa Suriamedal 29,5 187,03 6,34
4 Desa Tanjung 18,43 127,67 6,90
Rata-rata 6,72
DAERAH PENERIMA MANFAAT
Kecamatan Cibogo 7,04
1 Kabupaten Subang 5.004 35.212
Kecamatan Pagaden 4,78
2 Kabupaten Subang 4.955 23.708
Kecamatan
Cipunagara 6,50
3 Kabupaten Subang 4.989 32.433
Kecamatan Haurgeulis 6,19
4 Kabupaten Indramayu 8.389 51.927
Rata-rata 6,14
Sumber : 1. Cibogo Dalam Anngka ,2012
2. Pagaden Dalam Angka 2012
3. Cipungara Dalam Angka, 2012
4. Haur Geuls Dalam Angka , 2012
5. Monografi desa Surian , 2012
6. Monografi desa Suriamedal, 2012
7. Monogrfai desa Tanjung, 2012

C. Pendapatan Petani
Pendapatan petani sangat tergantung dari kepemilikan lahan petani. Berdasarkan hasil
wawancara, rata-rata kepemilikan lahan petani yaitu sekitar 0,67 ha/KK, terdiri dari 0,33 ha
sawah, 0,27 ha kebun/tegalan dan 0,07 ha pekarangan dan bangunan.

Pendapatan dari Budidaya Lahan Sawah


Pendapatan rata-rata petani dari kegiatan budidaya lahan sawah per hektar, berdasarkan hasil
perhitungan yaitu Rp. 8.250.000,00 per musim tanam, atau Rp. 16.500.000,00 per tahun. Namun
demikian, karena rata-rata petani hanya memiliki lahan sawah sekitar 0,33 ha, maka
pendapatan rata-rata petani di wilayah studi dari bersawah yaitu Rp. 5.445.000,00 per tahun.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 78


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Pendapatan dari Budidaya Lahan Kebun/Tegalan


Pendapatan rata-rata petani dari kegiatan budidaya lahan kebun/tegalan per hektar per tahun,
berdasarkan hasil perhitungan yaitu Rp. 14.440.000 per tahun. Namun demikian, karena rata-
rata petani hanya memiliki lahan kebun/tegalan sekitar 0,27 ha, maka pendapatan rata-rata
petani di wilayah studi dari berkebun yaitu Rp. 3.898.800,00 per tahun.

Pendapatan dari Budidaya Lahan Pekarangan


Pendapatan rata-rata petani dari kegiatan budidaya lahan pekarangan per hektar, berdasarkan
hasil perhitungan yaitu Rp. 5.435.000,00 per tahun. Namun demikian, karena rata-rata petani
hanya memiliki lahan pekarangan sekitar 0,07 ha, maka pendapatan rata-rata petani di wilayah
studi dari budidaya lahan pekarangan yaitu Rp. 2.934.900,00 per tahun.

Dari ketiga sumber utama pendapatan petani tersebut, maka pendapatan petani di wilayah
studi per tahun yaitu sekitar Rp. 9.724.250,00 per tahun, Rp. 810.354,17 per bulan atau Rp.
26.641,78 per hari.

2.3.3. Rencana Pembebasan Lahan


Berdasarkan deskripsi dari Studi Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali
Pada Rencana Waduk Sadawarna, Kab. Subnag, kegiatan pengadaan tanah perlu melakukan
pembebasan lahan untuk lokasi area genangan, area konservasi, quarry dan borrow area. Total
luas lahan yang dibutuhkan yaitu sekitar  560,5 ha, dengan klasifikasi sebagai berikut :
- Luas lahan masyarakat sebesar 267,83 ha (rincian pada Tabel 2.39)
- Luas lahan perusahaan/BUMN sebesar 293,2 ha, yang meliputi lahanPT Dahana, lahan
PT Perhutani, lahan PT Bakti Nusa, dan fasum/fasos.

Sebelum dilakukan kegiatan pembebasan lahan, diperlukan data yang mencakup luas tanah,
status tanah, kelas tanah dan pemilikan tanah. Inventarisasi dilakukan oleh pemrakarsa serta
pemilik tanah, dan kepala desa yang kemudian dilegalisir oleh Badan Pertanahan Nasional
(BPN) Kabupaten Subang dan Sumedang, melalui kepanitiaan pengadaan tanah (P2T).
Berdasarkan data tersebut, selanjutnya diadakan musyawarah ganti rugi tanah dengan
mempertimbangkan harga pasar dan harga tanah yang ditetapkan oleh bupati.
Luas dan penduduk tersebut meliputi 4 (empat) desa pada 2 (dua) kecamatan di Kabupaten
Subang, Provinsi Jawa Barat, yaitu Desa Sadawarna, Desa Cibalandong Jaya, Kecamatan Cibogo,
dan 3 (tiga) desa di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, yaitu Desa Surian, Desa Suria
Medal, dan Desa Tanjung, Kecamatan Surian.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 79


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.39. Perkiraan Luas dan Jenis Lahan Milik Masyarakat untuk Waduk Sadawarna
Luas (Ha)
No Alamat Desa Kec Kab Total
Sawah Kebun Pekarangan
1 Desa Cibalandong Jaya 86,87 57,44 12,62 156,93
Cibogo Subang
2 Desa Sadawarna 42,01 15,79 1,15 58,95
3 Desa Surian 20,60 0,84 0 21,44
4 Desa Suriamedal Surian Sumedang 20,90 0 0,85 21,74
5 Desa Tanjung 8,09 0,66 0 8,75
Total 178,49 74,73 14,62 267,83
Sumber : Studi Rencana Tindak Pembebasan Lahan WadukSadawarna, 2012

Letak lahan yang akan terkena rencana Waduk Sadawarna, terletak cukup dekat dari
pemukiman warga. Selain lahan pertanian sawah dan kebun, terdapat lahan pemukiman atau
pekarangan yang terkena rencana pembangunan Waduk Sadawarna, Tabel 2.40.
memperlihatkan data kategori OTD, berdasarkan jenis asset tanah yang terkena.

Tabel 2.40. Kategori OTD, Berdasarkan Jenis Asset Tanah yang Terkena.

No Kategori OTD Jumlah (KK) %


1 Terkena Lahan Sawah 338 42.84
2 Terkena Lahan Kebun 27 3.42
3 Terkena Lahan Pekarangan 214 27.12
4 Terkena Lahan Sawah, Kebun, Pekarangan 57 7.22
5 Terkena Lahan Kebun, Pekarangan 34 4.31
6 Terkena Lahan Sawah, Pekarangan 118 14.96
7 Terkena Lahan Sawah, Kebun 1 0.13
Total 789 100
Sumber : Studi Rencana Tindak Pembebasan Lahan, 2012

Dari total OTD 789 orang, 423 orang (54,24 %) diantaranya terkena lahan pemukimannya, dari
jumlah tersebut di peroleh data jumlah dan luas bangunan yang diperkirakan akan terkena
rencana pembangunan. Berdasarkan survai terhadap penduduk, jenis bangunan yang
diperkirakan terkena rencana pembangunan adalah bangunan rumah, kandang, saung, dan
mushola, berjumlah 794 unit bangunan, dengan total luas bangunan 42.819 m2, dengan rata-
rata luas bangunan 53,92 m2 tiap unit bangunan.

Jenis bangunan rumah tinggal memiliki jumlah paling banyak (501 unit) dibandingkan jenis
bangunan lainnya, hal ini karena sebagian besar masyarakat di desa Cibalandong Jaya terkena
lahan pemukimannya. Jumlah bangunan rumah tersebut dimiliki oleh 423 KK, sehingga
beberapa diantaranya yang terkenan proyek memiliki lebih dari satu buah rumah.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 80


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.41.
Jumlah Bidang dan Luas Bangunan Yang Dimiliki OTD Waduk Sadawarna

Jumlah Bangunan
Luas Bangunan (m2)
No Jenis Bangunan (unit)
Jumlah % Luas %
1 Rumah Permanen 259 32.62 20.666 48.26
2 Rumah Semi Permanen 143 18.01 11.735 27.41
3 Rumah Non Permanen 99 12.47 4.106 9.59
4 Mushola 11 1.39 261 0.61
4 Kandang 183 23.05 3.796 8.87
6 Saung 99 12.47 2.255 5.27
Jumlah Total 794 100 42.819 100
Sumber : Studi Rencana Tindak Pembebasan Lahan, 2012

2.3.3.1. Profil Kelompok Orang Terkena Dampak


2.3.3.1.1. Jenis Matapencaharian Penduduk
Berdasarkan jenis mata pencaharian penduduk, maka diketahui dari 789 KK kelompok orang
terkena dampak, sebanyak 88,21% mempunyai matapencaharian di bidang pertanian, yaitu
sebagai petani pemilik sebanyak 59,06%, Petani penggarap sebanyak 12,80%, buruh tani
sebanyak 15,72%, dan peternakan sebanyak 0,63%. Untuk matapencaharian sebanyak 12,42%,
terdiri dari duabelas (12) jenis pekerjaan, yang paling banyak penduduk yang mengelola
warung/kios (4,31%). Kemudian, jenis pekerjaan yang cukup banyak ditekuni oleh penduduk
adalah wiraswasta (1,39%),5 dan karyawan swasta (1,14%).

Tabel 2.42. Kepala Keluarga Berdasarkan Mata Pencaharian Utama

No Pekerjaan Utama Jumlah(KK) %


1 Petani Milik 466 59.06
2 Petani Garap 101 12.80
3 Buruh Tani 124 15.72
4 Peternak 5 0.63
5 Pegawai/Karyawan Swasta 9 1.14
6 Buruh Bangunan 15 1.90
7 PNS 2 0.25
8 Pedagang/Warung 34 4.31
9 Swasta 11 1.39
10 Pensiunan 3 0.38
11 TKI 1 0.13
12 Guru 2 0.25
13 Kades 2 0.25
14 Supir 4 0.51

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 81


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

No Pekerjaan Utama Jumlah(KK) %


15 Pembantu 1 0.13
16 Perangkat Desa 3 0.38
17 Tdk Bekerja 6 0.76
Total 789 100
Sumber : Studi Rencana Tindak Pembebasan Lahan, 2012

2.3.3.1.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur


Berdasarkan pembahasan diatas, maka dipastikan sebanyak 789 KK direncanakan akan
mengalami proses penggantian, baik tempat tinggal atau lahan pertanian (sawah dan kebun).
Sesuai dengan rencana studi yang disajikan pada Kerangka Acuan Amdal, maka akan dibahasa
karakteristik kelompok tersebut, baik yang tempat tinggal serta lahan pertaniannya diperlukan
untuk pembangunan bendungan dan waduknya , maupun yang hanya lahan pertaniannya saja.
Untuk mengetahui profil penduduk kelompok ini , maka akan dibahas beberapa aspek potensi
sumberdaya manusia dan kondisi sosial ekonominya.
Komposisi umur penduduk dapat menunjukkan potensi angkatan kerja (15 - 64 tahun ), jumlah
rata–rata anggota keluarga dan angka ketergantungan. Data yang disajikan pada Tabel 2.43,
menunjukkan bahwa sebagian besar (28,09%) kelompok umur Kepala Keluarga adalah diatas
64 tahun.yang terdiri dari 20,22% penduduk laki –laki dan 7,86% dari kelompok perempuan.
Identifikasi lebih lanjut menunjukkan bahwa penduduk yang berstatus sebagai Kepala
Keluarga perempuan adalah orang tua tunggal (single parents) . Berkaitan dengan ciri keluarga
rentan yang terdiri dari kepala keluarga kelompok usia lanjut dan single parents , maka jumlah
kelompok rentan berjumlah 28,09 % dari seluruh penduduk

. Tabel 2.43. Komposisi Pendududk Kelompok Penggarap


Berdasarkan Struktur Umur

Anggota Jumlah
Kepala Keluarga
Keluarga (Angg. Kel)
Kelompok Umur
Jumlah
L P Jml % L P %
(Angg. Kel)
0 -14 tahun 0 0 0 0,00 31 43 74 23,71
15 - 64 tahun 64 0 64 71,91 99 121 220 70,51
lebih dari 64 Tahun 18 7 25 28,09 3 15 18 5,76
Jumlah 82 7 89 100 133 179 312 100
Sumber : Data Primer, 2013

Kemudian, untuk kelompok kepala keluarga, nampak bahwa sebagian besar adalah kelompok
usia produktif (70,51%), dan kelompok non-poduktif sebanyak 29,49%. Apabila
menggabungkan jumlah penduduk dari kelompok kepala keluarga dan anggota keluarga, maka
jumlah penduduk produktif adalah 284 jiwa dan penduduk non- produktif 117 jiwa. Dengan

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 82


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

perbandingan tersebut , maka angka ketergantungan adalah 41, yang berarti setiap seratus
penduduk dari kelompok produktif, akan menanggung beban empat puluh satu penduduk dari
kelompok usia non-produktif.

2.3.3.1.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Berdasarkan data hasi survei, diketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan Tingkat
Pendidikan untuk kelompok Kepala Keluarga, menunjukkan bahwa sebagian besar adalah
lulusan SD sebanyak 59, 55%, kemudian disusul oleh lulusan SMA sebanyak 22,47% dan
lulusan SMP adalah lulusan SMP sebanyak 10,11%.

Tabel 2.44. Komposisi Kepala Keluarga Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Laki-
No. Tingkat Pendidikan Perempuan Jumlah %
laki
2 Tamat SD 50 3 53 59,55
3. Tamat SMP 9 0 9 10,11
4. Tamat SMA 19 1 20 22,47
5. Tamat Diploma 1 0 1 1,12
5. Tamat Perguruan Tinggi 1 0 1 1,12
6. Tidak pernah sekolah 2 3 5 5,62
Jumlah 82 7 89 100
Sumber : Data Primer, 2013

Untuk kelompok Anggota Keluarga, komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendudukan


kondisinya tidak jauh berbeda, yaitu paling banyak adalah lulusan SD (31,09%), kemudian
disusul oleh lulusan SMA/SMK sebanyak 20,51%. Meskipun dari segi urutan sama, namun dari
segi prosentase , jumlah anggota keluarga yang baru menumpiuh SD lebih sedikit. Hal ini
karena sebagain anngota keluarga sebagian besar (28,53%) adalah pelajara dari SD hingga SMA
dan pendidikan tingkat diploma serta Perguruan Tinggi.
Pada masa selanjutnya, diproyeksikan bahwa komposisi tingkat pendidikan akan meningkat ,
atas kontribusi generasi yang saat ini mempunyai kecenderungan untuk menempuh
pendidikan minimal hingga tingkat SMA.

2.3.3.1.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan


Tingkat kesejahteraan pada studi ini diukur dengan jumlah pendapatan perkapita perbulan
berdasakan standar Badan Pusat Statistik paling mutakhir pada saat survey dilakukan
(September, 2013). Berdasarkan standar tersebut, maka pendapatan perkapita perbulan kurang

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 83


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

dari Rp. 294.750,- dikategorikan Kelompok Miskin, dan pendapatan lebih dari Rp. 294.750,-
dikategorikan Kelompok Cukup (lihat Tabel 2.45).
Berdasarkan Standar tersebut maka diketahui bahwa sebanyak 10,11% kelompok penduduk
yang lahannya sudah dibebaskan tregolong penduduk miskin dan sebagian besar sebanyak
89,88% berada dalam kelompok cukup .

Berkaitan dengan rencana pembebasan lahan dan aset rumahtagga lainnya untuk pembangunan
bendungan dan waduk Sadawarna., maka kelompok yang tregolong miskin akan mengalami
hambata untuk menata kembali perekonomian rumahtangga bila sumberdaya yang diandalkan
hilang. Dari jenis–jenis pekerjaan penduduk, maka diperkirakan bahwa jenis –jenis mata
pencaharian petani, buruh tani, dan buruh konstruksimerupakan sumber penghasilan yang
rawan. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kerawanan tersebut apabila sumber
matapencaharian penduduk terganggu, maka dapat diperhitungkan dari jumlah kontribusi
masing masing sumber penghasilan.

Tabel 2.45. Tingkat Pendapatan Penduduk


Kelompok Pendapatan Jumlah %
Pendapatan < Rp 294 750,-perkapita per bulan 9 10,11
Pendapatan > Rp 294 750,- perkapita perbulan 80 89,88
Jumlah 89 100
Sumber : Data Primer, 2013

Data yang disajikan pada Tabel 2.46 menunjukkan, minimal terdapat sepuluh jenis sumber
penghasilan kelompok penduduk yang tergolong cukup. Bagi kelompok tersebut, sektor
pertanian merupakan sumber yang sedkit lebih besar ( 52,20%), dibandingkan denga sumber
non–pertanian (47,80%).

Bagi kelompok yang tergolong miskin, maka sumber-sumber penghasilan nampak lebih sedikit
(lima sumber saja), yaitu sumber pertanian sebanyak 60% dan non pertanian sebanyak 40%.
Dari sumber pertanian, hasil pertanian menunjukkan 30,67%, dan hasil berburuh tani
sebanyak 18,67%. Kemudian, dari sumber –sumber non pertanian kontribusi yang paling besar
justru dari kiriman anak dan kerabat. yaitu sebanyak 19,60%, disusul sumber penghasilan dari
buruh bangunan.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 84


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.46. Prosentase Sumber-sumber Penghasilan Penduduk


Penduduk Penduduk Kategori
Kategori Miskin Cukup (Pendapatan
No. Sumber Pendapatan
(Pendapatan Perkapita < Rp Perkapita >Rp
294.750) 294.750)
Sektor Pertanian dan
PekerjaanTradisional lainnya :
1. Hasil pertanian 30,67 42,93
2. Buruhtani 18,67 1,46
3. Peternakan/perikanan 10,67 7,80
Sub-jumlah 60 52,20
Sektor non-pertanian dan informal :
4 Pegawai/Karyawan Swasta 0,00 10,24
5 Buruh Bangunan 10,67 3,41
6 PNS 0,00 2,44
7 Pedagang/Warung 0,00 10,73
8 Wiraswasta 0,00 11,22
9 Dana pensiun 0,00 1,46
10 Kiriman anak dan kerabat 19,60 2,93
11 Lainnya 9,73 5,37
Sub –jumlah 40 47,80
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer, 2013

2.3.3.2. Ringkasan Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali di


Waduk Sadawarna.
A. Mekanisme Prosedur Penanganan Ganti Rugi
Mekanisme dan prosedur ganti rugi akan mengacu pada Peraturan Presiden No 71 tahun 2012
tentang Pedoman Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Bagi Kepentingan Umum. Sesuai
dengan pasal 72 besaran ganti rugi akan dilakukan dengan melalui musyawarah dengan warga
pemilik lahan. Dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan membentuk Panitia
Pengadaan Tanah serta manajemen proyek akan melakukan negoisasi dengan masyarakat
kelompok OTD mengenai besaran ganti rugi atas tanah, bangunan dan tegaan milik OTD.

B. Penyiapan Relokasi
Unsur –unsur penting dalam pemukiman kembali ditempuh dengan memerhatikan apsirasi dari
masyarakat yang akan dipindahkan sesuai dengan UU no 2 tahun 2012 Tentang Pengadaan
Tanah untuk Kepentingan Umum, aka Pemberian Ganti Kerugian dapat diberikan dalam bentuk
uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, kepemilikan sahan atau bentuk lain yang disetujui
oleh kedua pihak..

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 85


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Kebijaksanaan kepada kelompok rentan, selaian fasilitas pemukian kembali juga akan diberikan
fasilitas berupa peluang untiuk mendapatakan penghasilan/usaha dan kemudahan untuk
mengakses sumber-sumber penghidupan.
Pemilihan lokasi baru akan memerhatikan hal –hal sebagai berikut :
 Perumahan hunian pengganti senilai dengan lokasi yang alma
 Lokasi baru akan memiliki infrastriuktur dasar seperti jalan akses, tenaga listrik dan
drainase serta pembuangan limbah serta ketersediaan air bersih
 Lokasi baru juga memiliki kemudahan akses terhadap transportasi publik, pelayanan
kesehatan dan pendididikan, ke tempat bekerja , fasilitas ibadah dan olahraga.
Berdasarkan hasil penelitain dalam studi Rencana Tindak Pembebasan Lahan Waduk
Sadawarna, menunjukkan bahwa kelompok OTD berkeinginan pindah ke sekitar lokasi tempat
tinggal mereka saat ini. Hal tersebut karena yang terkena kegiatan proyek aset rumah saja,
sedangkan lingkungan sosial mereka seperti kekerabatan, maupun lingkungan kerja masih
tetap. Lokasi yang ideal menurut penduduk adalah lokasi lahan dalam kawasan departemen
Kehutanan yang berstatus Area Penggunaan Lain di desa Cibalandong Jaya , Kec, Cibogo, Kab.
Subang.

C. Strategi Pemulihan Pendapatan


Pembangunan waduk Sadawarna diprakirakan mempunyai dampak penting terhadap
pengurangan aktivitas ekonomi warga, khususnya bagi penggarap lahan, baik milik pribadi
maupun lahan milik negara. Pelaksanaan proyek dinilai dapat menyebabkan lahan garapan
warga semakin sempit. Makin sempitnya lahan milik warga, merupakan indikator bahwa
tekanan penduduk atas lahan di sekitar proyek akan semakin tinggi.
Kriteria pengembanagan program pemulihan pendapatan warga terkena proyek, ialah sesuai
dengan kebutuhan warga dan budaya setempat, sudah dikenal, bernilai ekonomi tinggi, banyak
menyerap tenaga kerja dan pekerjaan tersebut terintegrasi dengan pengelolaan DAS.
Berdasarakan kriteria tersebut, manajemen usaha tani (on-farm management) dan
pengembangan manajemen pekerjaan di luar usaha tani (off –farm management), merupakan
program utama dalam pemulihan pendapatan warga terkena proyek waduk Sadawarna.

2.3.4. Sosial Budaya


2.3.4.1. Ikatan Sosial dan Partisipasi Kelembagaan Masyarakat
Ikatan sosial dalam komunitas, merupakan bagian dari kehidupan bermaysarakat yang
mengutamakan kerjasama seperti kegiatan gotong –royong , membentuk organisasi sosial,
melakukan musyawarah untuk mengambil keputusan, dan kegiatan infromal lainnya. Salah satu
wujud untuk memelihara ikatan sosial adalah kegiatan saling berkunjung kepada tetangga atau

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 86


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

kerabat, dengan tujuan tertentu. Survei yang dilakukan pada studi sebelumnya mengenai hal ini
(tahun 2007), menunjukkan bahwa saling berkunjung kepada kepada tetangga dan kerabat
menunjukkan frekuensi yang tinggi. Kondisi saat ini yang ditunjukkan pada Tabel 2.47
menunjukkan, bahwa freksni saling berkunjung tidak berubah. Sebanyak 84,97% responden
menyatakan sering berkunjung kepada kerabat dan tetangga, sedangkan sebanyak 15,03%
menyatkan tidak penah berkunjung kepada tetangga.

Tabel 2.47. Frekuensi Kunjungan Kepada Tetangga dan Kerabat

Nama Desa
Frekuensi Kunjungan Cibalandong Suria Jml %
Sadawarna Surian Tanjung
Jaya Medal
Penduduk berkunjung
kepada kerabat dan 76 15 14 28 31 64 84,97
tetangga
Penduduk tidak
berkunjung kepada 8 7 4 5 5 9 15,03
kerabat/ tetangga
Jumlah 84 22 18 33 36 193 100
Sumber : Data Primer, 2013

Kestabilan ikatan sosial yang diwujudkan dalam kegiata saling berkunjung tersebut merupakan
indkasi kuat hubungan sosial antar penduduk yang merupakan elemen mendasar dalam
membentuk paguyuban masyarakat. Alasan penduduk untuk berkunjung kepada tetangga
minimal terdiri dari lima hal, yaitu bersilaturahmi, yang diperlukan untuk memperkuat
komitmen hubungan kerjsama dan ikatan emosional, maupun keperluan lainnya seperti
mencari infromasi pekerjaan, menonton acara TV bersama, dan minta pinjaman modal usaha.
(lihat Tabel 2.48).

Sebalikanya, bagi kelompok responden yang tidak melakukan kegiatan saling mengunjungi,
sebagian besar (86,21%) beralasan bahwa mereka disibukkan oleh pekerjaan, sehingga tidak
lagi sempat melakukan kunjungan kepada tetangga untuk berbagai alasan. Adanya gejala sosial
tersebut diduga merupakan indikasi, adanya kelompok penduduk yag tidak lagi bergantung
kepada kegiatan pengolahan sumber daya pertanian. Mereka adalah buruh konstruksi dan
pedagang, yang lebih banyak melakukan aktivitas di luar desa. Kegiatan pengelolaan
sumberdaya pertanian di wilayah studi mencirikan perlunya kerjasama antar penduduk, baik
saat pengadaan faktor produksi seperti bibit, pupuk dan peralatan, pengaturan air, maupun
untuk pemasaran, dan menghadapi pihak luar seperti perushaan yang mempromosikan bibit,
maupun pihak pemerintah sebagai pembimbing.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 87


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 2.48. Alasan Responden Berkunjung Kepada Tetangga atau Kerabat


Alasan Nama Desa
Berkunjung Cibalandong Suria Jml %
Sadawarna Surian Tanjung
Kepada Tetangga Jaya Medal
1. Silaturahmi 32 7 4 14 14 43,3
1
2. Mencari
informasi 23 5 5 5 7 27,4
5
pekerjaan
3. Menonton acara
10 2 3 4 7 15,9
TV bersama 6
4. Minta nasehat 7 1 1 2 1 7,3
2
5. Minta bantuan
4 0 1 3 2 6,1
ekonomi 0
Jumlah 76 15 14 28 31 164 100
Sumber ; data primer, 2013
Keterangan , n = 164, dihitung dari jumlah respenden yang saling mengunjungi.

Tabel 2.49. Alasan Responden Tidak Saling Berkunjung Kepada Tetangga atau Kerabat

Alsan tidak saling Nama Desa


berkunjung kepada Sada- Cibalan- Suria Jumlah %
Surian Tanjung
tetangga warna dong Jaya Medal
1. Sibuk oleh pekerjaan 5 6 4 5 5
5 86,21
2. Tidak punya kerabat 3 1 0 0 0
13,79
Jumlah 8 7 4 5 5 29 100

Wujud kerjasama dalam kelembagan masyarakat, ditunjukkan dari berbagai organisasi sosial
yang diikuti oleh respoden. Organisasi sosial yang paling banyak diikuti adalah pengajian
(42,86%). Kegiatan ini adalah kegiatan pendukung keagamaan (Islam). Melalui kegiatan ini,
penduduk mendapatkan pengetahuan mengenai kewajiban sebagai penganut agama, moral, dan
tatacara beribadah. Basis kegiatan pengajian cukup beragam, mulai dari tingkat Rukun
Tetangga (RT), Dusun sampai tingkat yang lebih tinggi. Demikian pula kelompok perempuan
mempunyai kelompok pengajian tersendiri. Berlangsungnya kegiatan ini, didukung oleh
sumberdaya yang luas, yaitu jaringan organisasi pesantren dan tokoh –tokoh ulama yang rajin
memberikan nasihat dan pengetahuannya kepada anggota kelompok pengajian.
Ada pula organisasi yang bermotif ekonomi dan sifat kegiatannya adalah kesejahteraan anggota
yaitu arisan, dan kelompok usaha binaan PNPM. Arisan adalah kerjasama dalam pengumpulan
dana secara kolektif dan rutin, dan diberikan secara bergiliran. Kelompok binaan PNPM dalah
organisasi sosial ekonomi, yang berdiri atas prakarsa dari program pemberdayaan masyarkat
yang diselenggarakan pemerintah. Program tersebut adalah Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandir- Perkotaan (PNPM Mandiri).

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 88


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Program Nasional Pemberdayaan Masyarkat Mandiri merupakan program yang


diintroduksikan oleh Pemerintah Pusat dan merupakan program nasional. Tujuan
dilaksanakannya program ini antara lain adalah pengentasan kemisikinan dan pemberdayaan
masyarakat melalui prinsip–prinsip demokratisasi, partisipasi masyarakat, memrioritaskan
masyarakat miskin dan kelompok perempuan serta transparansi dan akuntabilitas serta
keberlanjutan (sustainabilty ).
Organisasi sosial lainnya antara lain adalah organisasi dan partai politik, yang berorientasi
pada pembinaan masyarakat melalui kegiatan kepemudaan, seni budaya, dan politik. Sesuai
dengan cakupan kegiatannya , maka organisasi yang diikuti oleh penduduk tersebut mempunyai
jalur pembinaan dan jaringan ke tingkat kota, propinsi, dan bahkan nasional.

Tabel 2.50. Jenis -jenis Organisasi Sosial yang Diikuti Oleh Penduduk
Nama Desa
No. Luas Lahan Cibalandong Suria Jml %
Sadawarna Surian Tanjung
Jaya Medal
1 Pengajian 31 7 6 11 15 70 36,27
2 Arisan 11 4 0 2 3 20 10,36
3 Kelompok binaan PNPM 6 3 0 2 1 12 6,22
4 PKK 7 2 2 4 3 18 9,33
5 Partai Politik 4 1 2 3 2 12 6,22
6 Kesenian/Kebudayaan 4 1 3 2 2 12 6,22
7 Linmas 2 2 1 2 3 10 5,18
Tidak mengikuti
8
kelembagaan 19 2 4 7 7 39 20,21
Jumlah 84 22 18 33 36 193 100
sumber : Data Primer, 2014

Ada pula organisasi penduduk yang bergerak dalam bidang kesenian tradisioal dan kebudyaaan,
yag mencoba ‘melestarikan’ warisan budaya lokal dari para leluhur. Meneurut keterangan dari
tokoh masyarakat di desa Surian (Kab Sumedang), pelestarian kesenian dan upacara
penghormatan kepada para leluhur diperlukan untuk mengingatkan seluruh anggota
masyarakat terhadap identitas sosial sebagai keluraga besar (genealgi), ikata kampung, dan
desa. Hal ini diperlukan agar sumberdaya alam yag terdiri dari hutan, tanah dan air tidak
terbengkalai atau bahkan jatuh kepada pihak dari luar komunitas yang tidak bertanggungjawab.
Salah satu upaya untuk menjaga keutuhan identitas sosial dan penguasaaan sumber daya alam
tersebut, adalah dengan cara meneruskan tradisi lisan, mengenai pesan–pesan para leluhur,
yang memang disampaikan sebagai pedoman untuk mengetahui perubahan ligkungan hidup
(uga). Salah satu tradisi lisan yang ada adalah pesan (uga) dari para leluhur dahulu, bahwa
pada suatu saat sekitar aliran S. Cipunagara akan tergenang menjadi danau yang bernana Situ
Cipatahunan/Sipatahunan. Pada saat itulah kemakmuran bagi masyarakat disekitar Situ
Cipatahunan akan terwujud.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 89


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Adanya rencana bendungan Sadawarna, oleh sebagian masyarakat dipersepsikan sebagai


tanda tiba saatnya pesan atau ramalan leluhur tersebut akan terwujud. Oleh karena itu, sudah
sewajarnya jika terbentuk gagasan ketidaksetujuan nama bendungan, jika dinamai Sadawarna.
Bagi kelompok ini , nama yag cocok sesuai dengan ramalan adalah Bendungan Sipatahunan.
Selain merujuk pada uga leluhur, terutama bagi penduduk yang bermukim di desa-desa wiayah
studi yang ada di Kab. Sumedang (Surian, Suria Medal dan Tanjung), penamaan nama Bendung
Sadawarna dianggap mengecilkan peran pengorbanan mereka yang telah “merelakan” sebagian
lahan mereka tergenang untuk terwujudnya genangan ini. Penamaan Situ Sipatahauan
merapkan nama yang netral namun akan memperkuat identitas sosial mereka sebagai
‘penduduk asli ‘(pituin), yang eksis dalam lingkaran kosmologi hutan, tanah dan air yang ada di
sekitar mereka.

2.3.4.2. Peninggalaan Bersejarah/Arkeologis


Data keberadaan situs bersejarah di sekitar rencana bendungan diperlukan untuk melakukan
analisa dampak hipotetik konflik sosial yang berkaitan dengan adanya makam yang
dikeramatkan oleh masyarakat yang masuk ke areal genangan rencana Waduk Sadawarna.

Peninggalan bersejarah didefiniskan sebagai benda-benda peninggalan masa lalu. Peninggalan


sejarah yang berbentuk benda ini berupa bangunan peralatan kerja, bangunan, monumen dan
bentuk benda lainnya. Dalam Undang-undang no. 11 tahun 2010 tentang Benda Cagar Budaya
yang dilindungi, Lokasi dapat ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya apabila mengandung
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya; dan
menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu. Dari papan nama situs makam
tersebut merupakan situs makam yang tercatat di Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai-nilai
Tradisional Bandung. Berdasarkan diskusi dengan kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai –
Nilai Tradisional wilayah Jabar , Banten dan Lampung (yang berpusat di Kota Bandung) pada
29 April 2014, maka diberikan rekomendasi bahwa untuk penggenangan cagar budaya harus
dilakukan studi khusus mengenai alternatif pemindaan lokasi Cagar Budaya yang akan
tergenang, hasil studi akan dijadikan dasar bagi Balai pelesarian Sejarah dan Nilai –nilai
Tradisional untuk merekomendasikan perlakukan tas Cagar Budaya tersebut, agar tidak
menghambat rencaga kegiatan bendungan. Atas dasar keterangan tersebut maka pemakarsa
mengambil inisiatif menggeser as bendungan sejauh 200 meter ke arah hulu dari rencana
semula agar situ makam ini tidak berada pada wilayah genangan.
Benda cagar budaya memiliki sifat unik (unique), langka, rapuh, tidak dapat diperbaharui (non-
renewable), tidak bisa digantikan oleh teknologi dan bahan yang sama, dan penting (significant)
karena merupakan bukti-bukti aktivitas manusia masa lampau.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 90


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Berdasarkan pengertian tersebut, maka peninggalan bersejarah yang ada dilokasi adalah situs
makam dari beberapa orang yang dianggap sebagai leluhur, yang berjasa mendirikan wilayah
dan mempunyai kelebihan –kelebihan pengetahuan dan kesaktian. Identifikasi terhadap situs
makam para leluhur, menunjukkan bahwa di setiap desa studi terdapat makam para leluhur,
namun berkaitan dengan rencana bendungan dan genangan Sadawarna, maka diketahui
terdapat situs makam Eyang Kaputihan, yang terletak di Desa Sadawarna, sekitar 500 meter
sebelah selatan-barat as bendung.
Walaupu telah meninggal, bagi sebagian orang yang mempercayai, spirit dari Eyang Kaputihan
masih ada di sekitar makam dan dapat menolong manusia yang masih hidup. Hal itu dapat
dilihat dari kelompok peziarah, terutama dari luar desa Sadawarna, yang berdo’a di makam
tersebut.
Hasil wawancara dengan seorang pezairah yang berasal dari Kab. Indramayu, mengatakan
sengaja berziarah dan berdo’a di makam Eyang Kaputihan untuk melengkapi ritual do’a kepada
leluhur, yang berpatokan empat tempat sesuai madzhab. Bagi orang tersebut, berziarah ke
situs makam Eyang Kaputihan merupakan bagian dari ziarah ke arah selatan dari tempat
asalnya.

2.3.5. Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Bendungan Sadawarna


Persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan pemrakarsa, merupakan interpretasi tentang
kegiatan dan dampaknya. Dampak terhadap persepsi masyarakat ini selanjutnya dapat
diidentifikasi dari respon sebagai hasil dari persepsi masyarakat. Tipe respon masyarakat
dapat berbentuk tindakan pindah ke tempat lain, berkembangnya opini tentang lingkungan
tempat mereka tinggal, atau dampak psikologis misalnya stress, rasa cemas dan lain-lain
(Homenuck dalam Hadi, 1995). Tipe respon itu sangat bergantung pada tingkat pendidikan,
informasi, dan pengetahuan masyarakat. Persepsi masyarakat pada penelitian difokuskan
pada pernyataan setuju atau tidak setuju, serta alasan yang mendasarinya terhadap rencana
kegiatan pembangunan Bendungan Sadawarna.
Data yang disajikan pada Tabel 2.51 menunjukkan, bahwa terdapat tiga alasan yang
mendasari persepsi responden, yaitu pendapat setuju terhadap pembangunan Bendungan
sebanyak 70,47%, dan setuju dengan syarat sebanyak 18,13%, serta pendapat yang tidak setuju
terhadap pembangunan bedungan ini sebanyak 11%.

Bagi penduduk yang setuju, sebanyak 20,21% berpendapat bahwa pembangunan Waduk
Sadawarna akan menimbulkan peluang pekerjaan. Peluang kerja dimaksud adalah jenis
pekerjaan pada saat konstruksi, baik sebagai tenaga kerja kasar maupun yang memerlukan
keterampilan.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 91


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Pendapat lainnya adalah bahwa keberadaan bendungan ini akan meningkatakan kegiatan
usaha penduduk (19,17%). Maksud dari pendapat tersebut adalah bahwa keberadaan
Bendungan Sadawarna pada saat sudah jadi, akan menambah daya tarik wisata daerah ini,
termasuk desa-desa yang tereltak di Kab. Sumedang, yaitu Desa Tanjung, Surian dan Suria
Medal . Kedatangan wisatawan merupakan keuntungan bagi penduduk yang berkiprah pada
usaha menjual makanan, dan jasa wisata lainnya (yaitu tranpsortasi). Selian itu, ada pula
peluang mengembangkan budidaya ikan air tawar di jaring terapung.

Sebanyak 26,42% penduduk yang menyatakan setuju, beralasan bahwa pembangunan ini akan
memperbaiki dan menambah sawah irigasi bagi masyarakat yang berkiprah dalam kegiatan
pertanian.
Tabel 2.51.
Persepsi Masyarkat Terhadap Rencana Pembangunan Bendungan Sadawarna
Nama Desa
No. Jenis Pendapat Cibalandong Suria Jml %
Sadawarna Surian Tanjung
Jaya Medal
Alasan Pendapat Setuju :
Peluang mendapat
1. 17 3 3 8 8 39 20,21
pekerjaan
Peluang mendaapatkan
2. 18 4 3 4 8 37 19,17
usaha
Mendapatkan sarana
3. 21 8 4 13 5 51 26,42
irigasi
Peluang mendapatkan
5. 3 1 2 0 3 9 4,66
bantuan pembangunan
Jumlah Pendapat setuju 59 16 12 25 24 136 70,47
Alasan Pendapat Setuju dengan Syarat :
Harus mengutamakan
6. 4 2 0 2 3 11 5,70
tenaga local
Penggantian lahan dan
7. 11 1 2 1 1 16 8,29
tanaman harus jelas
Harus menggunakan
8. nama Bendungaan 3 1 0 2 2 8 4,15
Sipatahunan
Jumlah pendapat Setuju
18 4 2 5 6 35 18,13
dengan syarat
Alasan Pendapat Tdk Setuju :
Merugikan kelompok
9. 4 2 0 1 3 10 5,18
petani
Desa terdampak tidak
11. 0 0 2 2 3 7 3,63
mendapatkan manfaat
Informasi kegiatan
14. 1 0 2 0 0 3 1,55
pembangunan tidak jelas
Dampak getaran dari
14. 2 0 0 0 0 2 1,04
kegiatan PT. Dahana
Jumlah Pendapat Tdk Setuju 7 2 4 3 6 22 11,40
Total (pendapat Setuju,
Setuju dengan syarat dan 84 22 18 33 36 193 100
Tidak Setuju )
Sumber : Data Primer, 2013

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 92


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Bagi penduduk yang setuju dengan syarat, sebanyak 8,29% respnden menyatakan bahwa jika
ada lahan dan tanam penduduk yang terendam, harus diganti dengan dengan setara harga
yang jelas. Hal ini berkaitan dengan informasi bahwa keberadaan bendungan akan
menggenangi lahan mili k penduduk di lima desa , yang diduga merupakan lahan perkebunan
dan sawah .
Bagi kelompok lainnya, sebanyak 8,29% menyatakan bahwa pembangunan bendungan ini,
proses pengerjaannya harus mengutamakan penduduk lokal. Hal ini berkaitan dengan potensi
tenaga lokal, yang memerlukan pekerjaan sebagai sumber pendapatan rumah tangga.
Terakhir adalah syarat yang diajukan penduduk untuk memakai nama Bendungan
Sipatahunan bagi bendugan ini (4,25%). Hal ini sesuai dengan kepercayaaan spiritual dan
keyakinan terhadap eksistensi identits sosial penduduk, yang bukan hanya berada di desa
Sadawarna.
Bagi penduduk yang tidak setuju, antara lain adalah mengkhawatirkan bahwa penggenangan
air akan merugikan kelompok petaniayang lahannya tergenang, karena uang penggantian
tidak akan sepadan (5,18%).
Kemudian, sebanyak 3,6% penduduk tidak setuju karena berpendapat bahwa desa mereka
tidak akan mendapatkan manfaat dari keberada bendungan ini, karena bendungan ini akan
mengairi lahan –lahan yang berada jauh di sebelah hilir kampung mereka.
Berkaitan dengan kondisi sekitar bendungan yang sudah ada sebelumnya, maka sebanyak
1,04% penduduk tidak setuju, karena kegiatan percobaan peledakan oleh PT. Dahana,
dikhawatirkan dapat menimbukan getaran, yang menimbukan kerusakan pada tubuh
bendungan, sehingga dapat menimbulkan bencana banjir.

Data kesehatan masyarakat diperlukan untuk melakukan pelingkupan dan analisa dampak
hipotetik penurunan kesehatan masyarakat, akibat penurunan kualitas sanitasi lingkungan dari
aktivitas domestik pekerja, dan peningkatan penyakit ISPA akibat dampak penting hipotetik
peningkatan resuspensi debu, dari aktivitas mobilisasi alat dan material konstruksi yang
melalui permukiman penduduk.

2.3.6. Komponen Kesehatan Masyarakat


Pola penyakit masyarakat tercermin dari jumlah penyakit terbanyak yang diderita pasein yang
berobat ke Puskesmas Kecamatan Cibogo dan Kecamatan Surian. Puskesmas tersebut adalah
instansi tempat berorientasi penduduk Kec. Cibogo, termasuk Desa Sadawarna dan Cibalandong
Jaya; serta Kecamatan Surian Kabupaten Sumedang termasuk Desa Surian dan Desa Suria
Medal.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 93


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Berdasarkan data dari Puskesmas Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang, Selama tahun 2012,
penyakit yang paling banyak diderita adalah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
sejumlah 22,78%. Kemudian menempati peringkat kedua dan ketiga adalah infeksi pernapasan
lain sebanyak 13,88%, dan demam dengan penyebab berbagai kemungkinan sebanyak10,89%
(lihat Tabel 2.52).
Tabel 2.52.
Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Cibogo Tahun 2012

No Nama Penyakit Jumlah


1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas 4.515
2. Infeksi Pernapasan lain 2.751
3. Demam yag tidak diketahui penyebabnya 2.158
4. Cough 2.066
5. Dyspepsia 1.869
6. Dermatitis 1.565
7. Dermatitis kontak alergi 1.427
8. Diare 1.291
9. Hipertensi 1.174
10. Headache 1.000
JUMLAH 19.816
Sumber : Puskesmas Kecamatan Cibogo, 2012.

Tabel 2.53.
Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Surian Tahun 2013

No Nama Penyakit Jumlah


1 Gejala dan tanda umum 376
2 Nasofaringitis akut (Common Cold) 210
3 Gastroduodentis tidak spesifik 173
4 Hipertensi 159
5 Gangguan pada kulit dan jaringan subkutan 121
6 Rematisme tidak spesifik 88
7 Demam yang tidak diketahui sebabnya 74
8 Myalgia 53
9 Diare dan Gastroenteritis 35
10 Karies gigi 25
JUMLAH 1.314
Sumber : Puskesmas Kecamatan Surian, 2013

Sepuluh penyakit tertinggi yang diderita masyarakat Kecamatan Surian, berdasarkan data dari
Puskesmas Kecamatan Surian Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, dari hasil rekapitulasi
Tahun 2013 disajikan pada Tabel 2.52. Penyakit yang paling banyak diderita adalah gejala dan
tanda umum (29%), menyusul Nasofaringitis akut (Common Cold) (16%), Gastroduodentis tidak
spesifik 13%.

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 94


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Kondisi sanitasi penduduk di wilayah studi AMDAL disajikan pada Tabel 2.54. Sebagian besar
warga (55,96%) memperoleh sumber air bersih untuk minum dari air sumur, namun ada juga
yang menggunakan mata air, dan air mineral. Air bersih untuk keperluan domestik diperoleh
warga yang paling banyak juga dari air sumur (55,96%), sisanya dari mata air dan air sungai.
Untuk orientasi penggunaan kakus, sebagian besar warga telah memiliki WC/jamban pribadi
(55,96%), namun ada juga warga yang masih menggunakan WC umum, sungai, dan semak-
semak. Pola pengelolaan sampah warga yang terbanyak adalah dengan cara dibuang ke lubang
khusus (lombang) yaitu sebesar 46,63 %, dan sisanya mengelola sampah dengan cara dibakar
secara rutin, dibuang ke lubang lalu dibakar, dibuang ke pinggir sungai, dan diserahkan ke
pemulung.

Tabel 2.54. Kondisi Sanitasi Penduduk


Nama Desa
Sumber Air Bersih
No. Cibalandong Suria Jumlah %
untuk Minum : Sadawarna Surian Tanjung
Jaya Medal
1 Air Sumur 51 11 9 16 21 108 55,96
2 Mata Air 27 8 7 14 12 68 35,23
3 Air Mineral 6 3 2 3 3 17 8,81
Jumlah 84 22 18 33 36 193 100
Sumber Air Bersih Untuk Keperluan Domestik :
1 Air Sumur 54 9 8 13 24 108 55,96
2 Mata Air 21 8 6 12 10 57 29,53
3 Sungai 9 5 4 8 2 28 14,51
Jumlah 84 22 18 33 36 193 100
Orientasi penggunaan Kakus :
1 WC Pribadi 54 9 8 13 24 108 55,96
2 WC Milik umum 21 8 6 12 10 57 29,53
3 Sungai 4 3 1 2 2 12 6,22
4 Semak -semak 5 2 3 6 0 16 8,29
Jumlah 84 22 18 33 36 193 100
Pola Pengolahan Sampah :
Dibuang ke lubang
1 47 5 7 12 19 90 46,63
khusus (lombang)
2 Dibakar secara rutin 22 13 7 12 10 64 33,16
Dibuang ke lubang
3 7 2 2 4 3 18 9,33
khusus lalu dibakar
Dibuang ke area yg
4 7 1 2 3 2 15 7,77
jauh (pinggir sungai)
Sebagian diserahkan
5 1 1 0 2 2 6 3,11
ke pemulung
Jumlah 84 22 18 33 36 193 100
Sumber : Data primer, 2013

Bab II. Rona Lingkungan Awal II - 95


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

BAB III
PRAKIRAAN DAMPAK
3.1. Umum
Prakiraan dampak merupakan kajian mengenai besarnya dampak dan derajat penting dampak
potensial dari rencana kegiatan terhadap komponen lingkungan, yang dinyatakan baik secara
kuantitatif maupun kualitatif.
Secara kuantitatif, besarnya dampak yang dinyatakan dalam dimensi masing-masing dampak
sesuai dengan metodologi yang disajikan dalam dokumen kerangka acuan, demikian pula jika
penentuan besarnya dampak secara kualitatif dilakukan dengan cara deskriptif.
Rencana pembangunan Waduk Sadawarna diperkirakan akan menimbulkan dampak baik
positif maupun negatif terhadap lingkungan. Uraian pada bab I telah membahas proses
pelingkupan dampak penting, sehingga diperoleh suatu prioritas dampak penting. Perkiraan
dampak potensial kegiatan pembangunan Waduk Sadawarna tersebut diidentifikasikan
menggunakan bagan alir vertikal. Bagan alir tersebut menunjukkan terjadinya dampak yang
diakibatkan oleh komponen-komponen kegiatan proyek, baik pada tahap konstruksi, operasi,
maupun pasca operasional seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.19 sampai dengan
Gambar 1.22 pada Bab I.
Pada Bab III ini memuat:
1. Perkiraan secara cermat besaran dampak untuk menilai seberapa besar rencana
pembangunan Waduk Sadawarna pada saat prakonstruksi, konstruksi, dan operasional
dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup. Telaahan ini dilakukan
dengan cara menganalisis perbedaan antara kondisi kualitas lingkungan hidup yang
diprakirakan dengan adanya usaha dan/atau kegiatan, dan kondisi kualitas lingkungan hidup
yang diperkirakan tanpa adanya pembangunan Waduk Sadawarna dalam batas waktu yang
telah ditetapkan, dengan menggunakan metode perkiraan dampak. Dalam melakukan
analisis perkiraan besaran dampak penting, digunakan metode-metode formal secara
matematis dan metoda non formal untuk prakiraan dampak yang tidak tersedia formula-
formula matematis atau hanya dapat didekati dengan metode non formal.
2. Penentuan sifat penting dampak mengacu pada pedoman penentuan dampak penting sesuai
Keputusan Kepala Bapedal No. 56 tahun 1994 tentang Pedoman Penentuan Mengenai
Ukuran Dampak Penting. Menurut keputusan tersebut dampak penting suatu usaha atau
Bab 3. Prakiraan Dampak III - 1
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

kegiatan ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut: jumlah manusia yang terkena
dampak, luas wilayah persebaran dampak, lamanya dampak berlangsung, intensitas dampak,
banyaknya komponen lain yang terkena dampak, sifat kumulatif dampak dan berbalik/tidak
berbaliknya dampak.

Dalam melakukan telaahan prakiraan secara cermat besaran dampak dan penentuan sifat
penting dampak, akan diperhatikan dampak yang bersifat langsung dan atau tidak langsung.
Dampak langsung adalah dampak yang ditimbulkan secara langsung oleh adanya usaha
dan/atau kegiatan. Sedang dampak tidak langsung adalah dampak yang timbul sebagai akibat
berubahnya suatu komponen lingkungan hidup dan/atau usaha atau kegiatan primer oleh
adanya rencana usaha dan/atau kegiatan.
Oleh karena itu untuk menyempurnakan penyampaian, pembahasan dilakukan tidak
berdasarkan pembagian jenis komponen lingkungan seperti fisik-kimia-biologi-sosial ekonomi
budaya-kesehatan masyarakat, melainkan berdasarkan sumber kegiatan penyebab dampak,
karena akan memudahkan melihat keterkaitan antara aliran dampak primer–sekunder, sampai
tersier (bila ada).

3.2. Tahap PraKonstruksi


3.2.1. Pembebasan Lahan
3.2.1.1. Penurunan Pendapatan Petani
A. Besaran Dampak
Luas lahan yang perlu dibebaskan untuk proyek Bendungan Sadawarna adalah seluas693,943
ha dengan klasifikasi sebagai berikut :
- Luas lahan masyarakat sebesar 267,83 haatau 38,60% terhadap total lahan yang perlu
dibebaskan.
- Luas lahan kepemilikan lainnya sebesar 426,133 ha, atau 61,40% terhadap total lahan
yang perlu dibebaskan, yang meliputi lahan PT Dahana, lahan PT Perhutani, lahan PT
Bakti Nusa, lahan desa, tanah wakaf, dan jalan desa.

Lahan yang terbebaskan meliputi 5 (lima ) desa pada 2 (dua) kecamatan di Kabupaten Subang,
Provinsi Jawa Barat, yaitu Desa Sadawarna, Desa Suriamedal, Desa Cibalandong Jaya,
Kecamatan Cibogo dan 3 (tiga) desa di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, yaitu Desa
Surian, Desa Suria Medal, dan Desa Tanjung, Kecamatan Surian.
Berdasarkan jenis mata pencaharian penduduk, maka diketahui dari 695 KK kelompok orang
terkena dampak sebanyak 88,21% mempunyai matapencaharian di bidang pertanian,sehingga
dapat disimpulkan bahwa jumlah petani yang terkena dampak adalah 695 KK (Tabel 2.42).

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 2


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Mereka terdistribusisebagai petani pemilik sebanyak 59,06%, petani penggarap sebanyak


12,80%, buruhtani sebanyak 15,72%, dan peternak sebanyak 0,63%.
Dari Tabel 1.2.diketahui jumlah areal persawahan yang terbebaskan adalah 178,49 Ha.

Untuk mengetahui besarnya kerugian materiil penurunan pendapatan dari kegiatan budi daya
lahan yang diderita oleh masyarakat yang terkena pembebasan lahan, dengan
memperhitungkan kepemilikan jenis lahan pertanian ganda (dari sektor pertanian : sawah,
kebun, dan pekarangan) yang dimiliki oleh 789 KK (Tabel 2.40), tetapi yang bermata
pencaharian utama sebagai petani adalah 695 KK (Tabel 2.42), Bila memperhitungkan data
luas garapan rata-rata, per hektar, dapat diambil analisis sebagai berikut (Tabel 3.1.):
- Sebanyak 4561 KK rata-rata akan kehilangan pendapatan sebesar Rp 5.445.000,00 per tahun
dari kegiatan budidaya lahan sawah.
- Sebanyak 611 KK rata-rata akan kehilangan pendapatan sebesar Rp 3.898.800,00 per tahun
dari kegiatan budidaya lahan kebun/tegalan.
- Sebanyak 4231 KK rata-rata akan kehilangan pendapatan sebesar Rp. 2.934.900,00 per tahun
dari kegiatan budidaya lahan pekarangan.

Tabel 3.1.Dampak Penurunan Pendapatan Petani Akibat Pembebasan Lahan


Pendapatan Total
Kegiatan
Jumlah Kk (Satuan Rp/Kk/Per Tahun) Kerugian
Pertanian
No Terkena Masyarakat
Terkena
Dampak*) Tanpa Proyek Dengan Proyek (Rp Per
Dampak
Tahun)
Rp
1 Budidaya Padi 456 KK Rp 5.445.000,- Rp 0,-
2.482.920.000,-
Budidaya
2 Tanaman 61 KK Rp 3.898.800,- Rp 0,- Rp
Palawija 237.826.800,-
Budidaya
3 lahan 423 KK Rp 2.934.900,- Rp 0,- Rp
pekarangan 1.241.462.700,-
Rp
TOTAL
3.962.209.500,-
Keterangan : *) dari pengolahan data Tabel 2.40, dengan catatan mempertimbangkan
kepemilikan lahan ganda

Kriteria kelompok rentan berdasarkan keriteria Bank Dunia dan Asian Development Bank
(ADB) yang digunakan dalam Studi Rencana Tindak Pembebasan Lahan Waduk Sadawarna
adalah a) Aspek demografi yaitu warga lanjut usia lebih dari 70 tahun. b) Perempuan berstatus
kepala rumahtangga. c) Aspek ekonomi yatu kelompok miskin dan d) penyandang cacat.

1
Jumlah KK terkena dampak 789 KK, tetapi banyak yang memiliki jenis lahan budi daya lebih dari satu
Bab 3. Prakiraan Dampak III - 3
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Berdasarkan data kondisi masyarakat di daerah rencana pembangunan Waduk Sadawarna,


jumlah kelompok rentan berjumlah 206 KK , dengan rincian kelompok lanjut usia sebanyak 157
KK, perempuan berstatus kepala rumahtangga sebanyak 43 KK, dan kepala rumahtangga
berstatus penganggur sebanyak 6 KK.
Bila angka produktivitas pertanian disandingkan antara kerugian (dampak negatif) di wilayah
pertanian terkena pembebasan, dengan manfaat (dampak positif) dari areal pertanian
penerima manfaat (dapat dilihat pada sub bab 3.4.2.4.), maka dapat dianalisis sebagai berikut
(Tabel 3.2.):

Tabel 3.2. Analisis Perbandingan Dampak Positif dan Dampak Negatif dari
Kegiatan Pertanian

Kelompok Petani yang Menerima Kelompok Petani yang


Parameter
Dampak Negatif *) Menerima Dampak Positif **)
Jumlah petani 695 KK 19.800 KK

Luas areal budi daya 267,83 Ha 6.000 Ha

Total kehilangan pendapatan dari


Total pendapatan dari kegiatan
Pendapatan kotor sektor kegiatan budidaya sawah kebun, dan
budidaya sawah adalah
pertanian per tahun pekarangan adalah
Rp 148,5 milyar / tahun ***)
Rp 5,024 milyar/ tahun
Keterangan : *) Lahan budi daya terkena pembebasan lahan : Desa Sadawarna, Desa Suriamedal,
Desa Cibalandong Jaya, Kecamatan Cibogo dan 3 (tiga) desa di Kabupaten
Sumedang, Provinsi Jawa Barat, yaitu Desa Surian, Desa Suria Medal, dan Desa
Tanjung, Kecamatan Surian
**) Analisis selengkapnya dapat diihat pada sub bab 3.4.3.2.Pertanian penerima
manfaat irigasi teknis adalah :Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang, Kecamatan
Pagaden Kabupaten Subang, Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang, dan
Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu
***) asumsi : pendapatan kotor dari 1 kali musim tanam/hektar di areal persawahan
adalah Rp 8.250.000 (sama dengan asumsi pada wilayah terkena dampak
pembebasan), perhitungan untuk 3 kali musim tanam per tahun

 Di wilayah terkena dampak pembebasan untuk waduk : 178,46 Ha sawah, 74,73 ha kebun,
dan 14,62 ha pekarangandibebaskan melalui pengadaan lahan. Total sawah, kebun, dan
pekarangan yang dubebaskan adalah 267,83 Ha. Total kehilangan pendapatan dari hasil
budidaya pada lahan tersebut adalah Rp 5,024 milyar/ tahun. Jumlah masyarakat terkena
dampak adalah 695 KK.
 Di wilayah penerima manfaat waduk : dapat mengairi pertanian irigasi teknis seluas 6.000
hektar, di Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang, Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang,
Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang, dan Kecamatan Haurgeulis Kabupaten
Indramayu. Produktivitas tahunannya pada wilayah ini diprediksi meningkat dari semula
rata-rata 1,5 kali panen pertahun menjadi tiga kali panen pertahun. Jumlah petani yang

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 4


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

terkena damapk adalah 19.800 KK, dan Total pendapatan dari kegiatan budidaya sawah di
wilayah pemanfaat adalah Rp 148,5 milyar / tahun.

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Jumlah petani yang terkena dampak pembebasan lahan sehingga pendapatannya menurun,
adalah sejumlah 695 kepala keluarga. Sementara jumlah petani yang terkena dampak positif
sebagai penerima manfaat irigasi adalah sejumlah 19.800 kepala keluarga (sub bab3.4.3.2).
Dengan demikian dilihat dari sisi jumlah petani yang menerima manfaat positif peningkatan
pendapatan lebih besar dari jumlah petani yang terkena dampak negatif penurunan
pendapatan, maka sifat dampak adalah negatif tidak penting (-TP).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Luas areal persawahan yang terkena dampak pembebasan lahan adalah seluas 267,83 Ha
(Tabel 1.2.).Sementara luas areal persawahan yang terkena dampak positif sebagai
penerima manfaat irigasi adalah seluas 6.000 Ha. Dengan demikian dilihat dari luas areal
persawahan yang menerima manfaat positif lebih besar dari luas areal persawahan yang
terkena dampak negatif, maka sifat dampak adalah negatif tidak penting (-TP).
c. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung
Waktu berlangsungnya kegiatan penurunan pendapatan petani di wilayah terkena
pembebasan dapat berlangsung sampai tahap operasional, dengan demikian dampak ini juga
merupakan dampak negatif penting (-P).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak adalah sikap dan persepsi
negatif masyarakat, dengan demikian dinilai sebagai dampak negatif penting (-P).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa penurunan pendapatan bersifat kumulatif, dengan demikian dampak dinilai
sebagai dampak negatif penting (-P).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak berupa penurunan pendapatan dapat berbalik melalui pengelolaan, dengan
demikian termasuk dampak negatif tidak penting (-TP).
Dengan demikian ditinjau dari 3 komponen penentu sifat dampak, maka dampak penurunan
pendapatan akibat kegiatan pembebasan lahan merupakan dampaknegatif penting (-P).

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 5


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

3.2.1.2. Keresahan Masyarakat


A. Besaran Dampak
Dampak ini merupakan dampak sekunder dari penurunan pendapatan petani, akibat
pembebasan lahan. Pada saat tersebut akan terjadi pengalihan kepemilikan atau penguasaan
atas lahan, dan akan meresahkan masyarakat terutama berkaitan dengan masalah ganti rugi
atau relokasi penduduk dan relokasi lahan pertanian. Dampak primernya seperti yang
diutarakan di atas sudah memiliki beban yang tinggi (masyaralat terkatagori miskin).Adapun
pendapatan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat.Dari konsultasi publik
terungkap adanya kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang penurunan pendapatan dari
pembebasan lahan.
Berdasarkan hasil kuesioner, mayoritas responden (61%) menyatakan kesetujuannya terhadap
rencana pembangunan bendungan Sadawarna, sisanya menyatakan ragu-ragu (22%) dan tidak
setuju (11%) serta tidak menyatakan pendapat atau tidak menjawab (8%).
Alasan responden yang menyatakan tidak setuju dengan rencana pembangunan bendungan
yang paling dominan adalah kekhawatiran lahan milik terendam bendungan (46%), diikuti
oleh alasan "Khawatir relokasi lahan terendam tidak pada lahan yang lebih baik dari
sebelumnya" (42%), "Khawatir konstruksi bendungan tidak kuatsehingga jebol" (5%), dan
"Saat konstruksi timbul polusi udara dan bising akibat lalu lalang kendaraan pengangkut
material dan alat berat" (2%), dan alasan lainnya (5%).
Harapan mereka bahwa tempat relokasi yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal
sekarang.Masalah yang sering menimbulkan gejolak sosial dengan adanya pembebasan lahan
suatu kegiatan adalah berkaitan dengan masalah ganti rugi. Masalah yang berkaitan dengan
ganti rugi ada beberapa proses yang harus dilalui antara lain yaitu: data aset yang dimiliki
masyarakat, penetapan besarnya nilai ganti rugi, dan bentuk ganti yang diinginkan oleh
masyarakat.
Penetapan ganti untuk keperluan kegiatan pemerintah berdasarkan peraturan didasarkan hasil
penelitian konsultan Independen yang bersertifikat dari BPN. Penetapan nilai ganti rugi
tersebut mendapatkan tanggapan yang beragam dari masyarakat sebagian besar masyarakat
menginginkan berdasarkan kesepakatan dan ditentukan oleh masyarakat. Berdasarkan hasil
tersebut menunjukkan bahwa keinginan warga dalam hal penetapan harga ganti rugi tanah
berdasarkan musyawarah dengan masyarakat. Hal serupa mengenai nilai ganti rugi tanaman
yang didasarkan pada Keputusan Bupati. Masyarakat menginginkan atas keputusan
musyawarah dengan warga. Lebih lanjut berkaitan dengan bentuk ganti rugi yang diinginkan
oleh masyarakat, sebagian besar (65%) menginginkan dibayar dalam bentuk uang tunai secara
langsung, namun ada juga yang mengiinginkan bentuk ganti rugi dalam bentuk tukar guling.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 6


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Besar ganti rugi yang diinginkan masyarakat adalah mengikuti harga pasaran, yaitu berkisar
antara Rp. 10.000,- /m2 sampai dengan Rp. 1.000.000,-/m2.

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Jumlah penduduk yang terkena dampak dari kegiatan pembebasan lahan seluas 267,81
hektar penduduk terendam adalah sejumlah 695 orang petani. Dengan demikian dampak ini
adalah dampak negatif penting (-P).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Luas wilayah yang dibebaskan adalah 267,81 hektar. Luasan tersebut dinilai besar sehingga
luas wilayah penyebaran dampaknyabersifat negatif penting (-P).
c. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung
Waktu berlangsungnya kegiatan pembebasan lahan dapat berlangsung sampai tahap
operasional, dengan demikian dampak ini juga merupakan dampak negatif penting (-P).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak adalah konflik sosial dan
gangguan kamtibmas, dengan demikian dinilai sebagai dampak negatif penting (-P).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa keresahan masyarakat bersifat kumulatif, dengan demikian dampak dinilai
sebagai dampak negatif penting (-P).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak berupa keresahan masyarakat dapat berbalikmelalui pengelolaan, dengan demikian
termasuk dampak negatif tidak penting (-TP).
Dengan demikian ditinjau dari 5 komponen penentu sifat dampak, maka dampak keresahan
masyarakat yang mengalami pembebasan lahan merupakan dampaknegatif penting (-P).

3.2.1.3. Konflik Sosial Karena Nama Bendungan


A.Besaran Dampak

Penamaan Bendungan Sadawarna yang merupakan nomenklatur nama berdasarkan


administrasi dari pemrakarsa, ternyata menimbulkan dampak konflik pemberian nama, yaitu
ketidaksetujuan masayrakat dari kec. Surian atas nama bendungan yang terlalu menonjolkan
nama Desa Sadawarna yang terletak di Kab. Subang, sementara manfaat proyek (air baku dan
irigasi) berada pada wilayah lain (Kabupaten Subang dan Indramayu), sehingga berdasarkan
persepsi masyarakat Sumedang, wilayah mereka hanya merasakan dampak negatifnya saja.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 7


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Adanya rencana bendungan Sadawarna, oleh sebagian masyarakat dipersepsikan sebagai


tanda tiba saatnya pesan atau ramalan leluhur tersebut akan terwujud. Maka dari itu cukup
wajar, jika terbentuk gagasan ketidaksetujuan nama bendungan jika dinamai Sadawarna. Bagi
kelompok ini, nama yag cocok sesuai dengan ramalan adalah Bendungan Sipatahunan.

Selain merujuk pada pesan leluhur, terutama bagi penduduk yang bermukim di desa-desa
wilayah studi yang ada di Kab. Sumedang (Surian, Suria Medal dan Tanjung), penamaan nama
Bendung Sadawarna dianggap mengecilkan peran pengorbanan mereka yag telah “merelakan”
sebagian lahan mereka tergenang untuk terwujudnya genangan ini. Penamaan Situ
Sipatahunan merapkan nama yag netral namun akan memperkuat identitas sosial meraka
sebagai ‘penduduk asli ‘(pituin) yang eksis dalam lingkaran kosmologi hutan, taah dan air
yang ada di sekitar mereka.
Selama tahap perencanaan pekerjaan, nama Bendungan/ Waduk “Sadawarna” perlu terus
dipertahankan karena penggantian nama akan menyulitkan birokrasi kajian/penganggaran
selanjutnya di timgkat pemerintahan/kementerian karena mengesankan waduk baru/waduk
yang berbeda, sementara serangkaian studi-studi sebelumnya sudah dilakukan mengguankan
nama Waduk Sadawarna. Dengan demikian pemrakarsa baru dapat memenuhi harapan
penggantian nama bendungan setelah bendungan selesai dibangun dan memasuki tahap
operasional.

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah masyarakat yang akan terkena dampak
Masyarakat di tiga desa wilayah studi yang terketak di wilaya Kab. Sumedang, berjumlah
1645 KK (Tabel2.32). Dengan demikian dampak ini adalah dampak negatif penting (-P).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Luas wilayah tiga desa di Kec. Surian, adalah 38,86 km2.Luasan ini merpkan wilayah tempat
interaksi sosial penduduk pada tiga desa tersebut.
Dengan demikian dilihat dari luas wilayah penyebaran dampak bersifat negatif penting (-P).
c. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung
Waktu berlangsungnya kegiatan pembebasan lahan dapat berlangsung sampai tahap
operasional, dengan demikian dampak ini juga merupakan dampak negatif penting (-P).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak adalah timbulnya konflik sosial
dan gangguan kamtibmas, dengan demikian dinilai sebagai dampak negatif penting (P).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa keresahan masyarakat dan konflik sosial bersifat kumulatif, dengan
demikian dampak dinilai sebagai dampak negatif penting (-P).
Bab 3. Prakiraan Dampak III - 8
Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak


Dampak konflik sosial dapat berbalikmelalui pengelolaan, dengan demikian termasuk
dampak negatif penting yang perlu dikelola (-P).
Dengan demikian ditinjau dari 5 komponen penentu sifat dampak, maka dampak konflik sosial
merupakan dampak negatif penting (-P)

3.2.1.4. Konflik Sosial Karena Pembebasan Makan Keramat


A.Besaran Dampak
Konflik sosial berpotensi terjadi dari kegiatan pembebasan makam keramat, yang berada pada
Desa Sadawarna. Saat ini masih banyak sekelompok masyarakat yang rutin menziarahi makam
tersebut. Makan tersebut merupakan makam seseorang yang dianggap sebagai perintis dan
nenek moyang (ancestor) masyarakat di desa Sadwarna dan desa- desa lainnya, terletak di
Dusun Sadawarna sebelah utara lokasi rencana bendungan. Dari papan nama situs makam
tersebut merupakan situs makam yang tercatat di Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai-nilai
Tradisional Bandung. Makam keramat tersebut akan tergenang bila genangan waduk dalam
kondisi muka air banjir.
Konflik sosial dapat terjadi dari masyarakat yang biasa menziarahi makam tersebut, baik itu
penduduk lokal maupun masyarakat di luar wilayah desa, karena mereka tidak setuju makan
tersebut akan tergenanang air waduk. Makam tersebut memegang peranan penting bagi
peziarah yang mempercayainya, dan adanya kekhawatiran masyarakat jika ditenggelamkan
akan menimbulkan bencana.
Prediksi jumlah peziarah tanpa keberadaan Bendungan Sadawarna dengan dan tanpa proyek
dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Prediksi Jumlah Peziarah Dengan dan Tanpa Keberadaan Bendungan
Sadawarna
Dengan dan Tanpa
Tanpa Keberadaan
Parameter Keberadaan Bendungan
Bendungan Sadawarna
Sadawarna
Jumlah peziarah per bulan 50 orang*) 0 orang
Sumber : *) hasil wawancara dengan Kuncen Makam Sadawarna, 2014

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah masyarakat yang akan terkena dampak
Tidak ada masyarakat setempat yang terkena dampak dari kegiatan pembebasan makam,
karena masyarakat setempat tidak biasa menziarahi makam tersebut.Kelompok yang biasa
menziarahi makam tersebut sebagian besar berasal dari luar daerah yaitu dari Kabupaten

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 9


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Indramayu, Majalengka dan Cirebon. Tidak ada data tertulis mengenai jumlah pengunjung
makam, tetapi dapat diperkirakan jumlahnya sekitar 50 orang dalam setiap bulannya.
Dengan demikian dampak ini adalah dampak negatif penting (-P).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Luas wilayah makam yang dibebaskan adalah sekitar 500 m2. Luasan tersebut dinilai kecil
sehingga luas wilayah penyebaran dampaknyabersifat negatif tidak penting (-TP).
c. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung
Waktu berlangsungnya kegiatan pembebasan lahan dapat berlangsung sampai tahap
operasional, dengan demikian dampak ini juga merupakan dampak negatif penting (-P).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak adalah timbulnya konflik sosial
dan gangguan kamtibmas, dengan demikian dinilai sebagai dampak negatif penting (P).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa keresahan masyarakat dan konflik sosial bersifat kumulatif, dengan
demikian dampak dinilai sebagai dampak negatif penting (-P).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak konflik sosial dapat berbalikmelalui pengelolaan, dengan demikian termasuk
dampak negatif penting yang perlu dikelola (-P).
Dengan demikian ditinjau dari 5 komponen penentu sifat dampak, maka dampak konflik sosial
merupakan dampak negatif penting (-P)

3.3. Tahap Konstruksi


3.3.1. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
3.3.1.1. Kenaikan Pendapatan Tenaga Kerja
A. Besaran Dampak
Pekerjaan Konstruksi Bendungan Sadawarna membutuhkan tenaga kerja sejumlah 429 orang
(lihat Tabel 1.6.) dengan komposisi memungkinkan untuk 34 % tenaga temporer atau sekitar
148 orang (dari luar wilayah studi ) dan 66% tenaga lokal atau sekitar 281 orang. Perektrutan
tenaga kerja untuk jenis pekerjaan security, office boy, mekanik, tukang, pekerja, sopir,
dankernek akan memberdayakan tenaga kerja lokal dengan memprioritaskan penduduk
terdekat dengan rencana kegiatan.

Dari hasil survei mengenai pesepsi masyarakat, bagi penduduk yang mendukung kegiatan
pembangunan Bendungan Sadawarna, sebanyak 20,21% berpendapat bahwa pembangunan
Sadawarna akan menimbulkan peluang pekerjaan. Peluang kerja dimaksud adalah jenis

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 10


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

pekerjaan pada saat konstruksi, baik sebagai tenaga kerja kasar maupun yang memerlukan
keterampilan khusus.

Berdasarkan Tabel 2.34. yang memuat jenis pekerjaan penduduk di wilayah studi, kebutuhan
proyek untuk keahlian pertukangan lokal (keahlian bangunan/tukang) tersedia sejumlah 577
KK, sementara yang dibutuhkan proyek adalah dari 281 orang. Sementara potensi buruh tani
yang kehilangan pekerjaan karena lahannya terbebaskan sebanyak 124 KK.Dengan demikian
kebutuhan proyek untuk tenaga kerja lokal memungkinkan untuk terpenuhi dari masyarakat di
wilayah studi.
Analisis kebutuhan dan ketersediaan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Tenaga Kerja


Jumlah Pendidikan Domisili Potensi
Tem- tenaga
No. Uraian SMP-
po-
Orang S1 D3 SMA Lokal kerja lokal
SD rer
1 Project Manager 1 1 - - - 1 Ketersediaan
2 Staff Adm Dan Keuangan 3 1 1 1 - 3 keahlian
3 Logistik 4 - 1 2 - 4 buruh
4 Security 4 - - 1 3 4 bangunan/
5 Office Boy 3 - - - 3 3 pertukangan
6 Site Engineer 1 1 - - - 1 sebanyak
7 Staff Engineer 7 7 - - - 7 577KK
8 Staff Lapangan 8 1 4 3 - 8
9 Pelaksana 20 - 8 12 - 20 Potensi
10 Surveyor 4 - 2 2 - 4 buruh tani
11 Mandor 24 - 8 16 - 24 yang
12 Operator Alat Berat 23 - - 18 5 23
kehilangan
pekerjaan
Asisten Operator Alat
13 23 - - - 23 23 karena
Berat
lahannya
14 Mekanik 4 - 2 2 - 4
terbebaskan
15 Tukang 70 - - 30 40 30 40
sebanyak
16 Pekerja 140 - - - 140 140
124 KK
17 Driver 45 - - 30 15 45
18 Kernek 45 - - - 45 45
jumlah 429 11 26 117 274 148 281
PROSENTASE 34% 66%
Sumber : hasil analisis, 2014

Adapun terkait dengan adanya tenaga kerja proyek akan tumbuh kegiatan multiplier effect
berupa warung-warung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ataupun makaman/minuman
bagi para pekerja, disamping untuk memenuhi kebutuhan bahan/material konstruksi. Hal ini
berdampak penting bagi kegiatan ekonomi masyarakat karena jumlah tenaga kerja
proyek/konstruksi cukup besar (429 orang).

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 11


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Berdasarkan hasil survey kuesioner (325 responden atau Kepala Keluarga), peminatan
responden terhadap peluang usaha/kerja yang terbuka pada masa kegiatan konstruksi sangat
tinggi (61%), sementara sisanya menyatakan tidak berminat (23%) dan bersikap ragu-ragu
(8%). Dari responden yang menyatakan berminat terhadap terbukanya peluang usaha,
mayoritas (60%) berminat untuk usaha warung makan, usaha jasa kontrakan rumah bagi
pekerja konstruksi (15%) dan usaha jasa angkutan ojeg (7%)serta usaha lainnya (17%).
Berdasarkan hasl survei Tingkat kesejahteraan rumahtangga yang mengacu pada standar
kemiskinan darai Badan Pusat Statistik, maka diketahui bahwa sebanyak 10,11% kelompok
penduduk yang lahannya sudah dibebaskan tregolong penduduk miskin dan sebagian besar
sebanyak 89,88% berada dalam kelompok cukup .

Berdasarkan hasl survei tingkat kesejahteraan rumahtangga yang mengacu pada standar
kemiskinan darai Badan Pusat Statistik, maka diketahui bahwa sebanyak 10,67% penduduk
terkatagori buruh bangunan dengan penghasilan rendah (pendapatan perkapita perbulan
dibawah Rp. 294.750,- (Tabel 2.45),dan dapat dikatagorikan sebagai kelompok miskin.
Prakiraan besarnya pendapatan dari kegiatan ini adalah berdasarkan standar upah satuan
Provinsi Jawa Barat tahun 2012 seperti yang disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Prakiraan Pendapatan Pekerja Konstruksi dari Penduduk Lokal

Jumlah Pendapatan Pendapat


Standar Pendapatan
Jenis Tenaga Per Bulan*) perkapita **)
No. Satuan Upah per Bulan***)
Pekerjaan Kerja dengan
2013***) Tanpa Proyek
Lokal Proyek
1 Security Rp 70.000 4 Rp 1.750.000 Rp 505.493 Sebanyak 10,11
2 Office Boy Rp 70.000 3 Rp 1.750.000 Rp 505.493 % responden
berada dalam
3 Mekanik Rp 100.000 4 Rp 2.500.000 Rp 722.133 golongan
4 Tukang Rp 80.000 40 Rp 2.000.000 Rp 577.706 pendapatan
5 Pekerja Rp 70.000 160 Rp 1.750.000 Rp 505.493 perkapita
6 Sopir Rp 80.000 50 Rp 2.000.000 Rp 577.706 perbulan
7 Kernek Rp 70.000 50 Rp 1.750.000 Rp 505.493 dibawah Rp 294
750,
Jumlah 311
Prosentase 62%
Keterangan : *) = asumsi 1 bulan 25 hari kerja, diluar perhitungan lembur
**)Asumsi 1 KK memiliki jumlah anggota keluarga 3,5 orang (berdasarkan Tabel 2.32)
***) Sumber :Hasil Analisis terhadap Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum,
Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 12


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Kegiatan pada tahap konstruksi Bendungan Sadawarna membuka peluang kerja dan usaha
yang dapat dimanfaatkan penduduk lokal sebanyak 281 orang.Dengan demikian kesempatan
kerja/kesempatan kerja dan berusaha dinilai sebagai dampak positif penting (+P).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Kesempatan kerja dan usaha sebagai dampak primernya dapat terserap oleh lima desadi
Kab. Subang dan Kab. Sumedang
Luas total lima desa keempat kecamatan tersebut adalah 59,86 km2. Besarnya luasan
persebaran dampak menjadi pertimbangan untuk mengkategorikan dampak sebagai dampak
positif penting (+P).
c. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung
Lama berlangsungnya dampak adalah selama 2,5 (empat) tahun, dengan demikian dampak
ini merupakan dampak positif penting (+P).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak adalah persepsi positif
masyarakat terhadap proyek. Dengan demikian maka dinilai sebagai dampak penting (P).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa peningkatan pendapatan bersifat kumulatif.Dengan demikian maka dampak
dinilai sebagai dampak positif penting (+P).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak berupa terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat selama konstruksi
bendungan dapat berbalik karena pekerjaan konstruksi hanya bersifat sementara.Dengan
demikian dinilai sebagai dampak posirif tidak penting (+TP).
Dengan demikian ditinjau dari 5 komponen penentu sifat dampak dampak peningkatan
pendapatan karena kesempatan kerja/kesempatan kerja dan berusaha digolongkan sebagai
dampak positif penting (+P).

3.3.2. Aktivitas Kantor Lapangan dan Basecamp

3.3.2.1. Penurunan Kualitas Sanitasi Lingkungan

A. Besaran Dampak
Adanya peningkatan jumlah manusia yang bermukim di sekitar tapak proyek khususnya pada
base camp pekerja akan menghasilkan buangan limbah padat dan cair yang perlu dikelola agar
tidak menurunkan kulitas sanitasi lingkungan berupa pencemaran tanah, pencemaran air tanah,
dan pencemaran air sungai. Prediksi dampak dihitung berdasarkan asumsi adanya buangan cair

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 13


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

domestik selama konstruksi dari jumlah pekerja sebanyak429orang.Hasil


perhitungankontribusi limbah pekerja yang masuk ke perairan Sungai Cipunegara adalah
disajikan pada Tabel 3.6. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa potensi kontribusi
konsentrasi limbah organik dalam parameter BOD dari limbah domestik pekerja dari urin, tinja,
mandi, cuci, dapur adalah 16.455 mg/hari, Fosfat 725 mg/hari, NO3 sebagai N sebesar 5.785
mg/L, dengan debit kotor sebesar 57.486 L/hari.

Limbah Padat
Aktivitas domestik pekerja akan menimbulkan limbah padat yang perlu dikelola agar tidak
menurunkan kulitas sanitasi lingkungan berupa pencemaran tanah, pencemaran air tanah, dan
pencemaran air sungai. Prediksi dampak dihitung berdasarkan asumsi 1 orang pekerja
menimbulkan limbah padat sebesar 2 liter/hari, maka kuantitas limbah padat yang dihasilkan
dari aktivitas pekerja adalah 2 liter/hari x 429 pekerja = 858 liter/hari, atau 0,858 m3/hari.
Dengan demikian maka adanya proyek pembanguan Waduk Sadawarna akan memberikan
tambahan limbah padat domestik sebesar 0,858 m3/hari di wilayah studi.
Air tanah yang menjadi sumber air minum penduduk diprediksi tidak akan mengalami
pencemaran yang signifikan, karena muka air tanah cukup dalam (35–50 meter),
memungkinkan tanah setempat mengadsorpsi pencemar organik tersebut. Sedangkan air
Sungai Cipunegara berpotensi tercemar, terutama intake air baku air minum perumahan
karyawan PT Dahana yang terletak + 800 meter dari rencana lokasi basecamp pekerja
konstruksi bendungan, berpotensi mengalami peningkatan konsentrasi organik (BOD dan COD),
fosfat, NO3-N (Tabel 3.6). Peningkatan konsentrasi parameter tersebut disimulasikan untuk
kondisi debit rata-rata (19,845m3/dt ) dan debit minimum (Q 80% sebesar 5,779m3/dt dan Q
90% sebesar 3,532m3/dt).Akibat peningkatan konsentrasi BOD, fosfat dan NO3-N, pada musin
kemarau (Q 90%) konsentrasi BOD akan meningkat menjadi 22,36 mg/l, fosfat menjadi sebesar
0,25 mg/l, NO3-N sebesar 3,15 mg/l.
Pada kondisi dengan proyek, konsentrasi BOD akan tetap melampaui baku mutu, sementara
fosfat yang semula (tanpa proyek) tidak melampaui baku mutu, maka selama tahap konstruksi,
di musim kemaran, akan melampaui baku mutu perairan kelas 2. Sementara NO3-N tdak akan
melampaui baku mutu baik pada kondisi debit rerata maupun debit minimum (kemarau).
Selain penigkatan BOD, NH3-N, dan fosfat, limbah domestik juga diprediksi akan meningkatkan
jumlah coliform/ coli fecal dalam badan air sebagai indikator keberadaan mokroorganisma
patogen.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 14


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 3.6. Potensi Beban dan Debit Limbah Cair Domestik yang dihasilkan Pekerja Konstruksi Bendungan Sadawarna

Mandi, Cuci, dan Konsentrasi campuran (dengan


Konsen- Baku
Tinja Urin Dapur trasi mutu
proyek)
RLA Kondisi Q Kondisi Kondisi
Perhitung Perhitung Perhitun rata2 Q 80% Q 90%
Referensi an Referensi an Referensi gan 19,845m3 5,779m3/d 3,532m3/
Uraian *) **) *) **) *) **) Total /dt t dt
Debit 25-40 6.864,00 60-100 17.160,00 250-500 85.800,00 109.824,00 - - 1,715. 109 4,993.108 3,052.108
(L/hari)
BOD 16,44 2.821,10 8,22 1.410,55 71,23 12.223,07 16.454,72 20,00 3,00 20,42 21,44 22,36
(mg/hari)
Fosfat 1,37 235,09 2,47 423,85 0.38-1.23 211,07 870,01 0,12 0,20 0,14 0,20 0,25
(mg/hari)
NO3 3,84 658,94 27,4 4.701,84 2,47 423,85 5.784,64 2,32 10,00 2,47 2,83 3,15
sebagai N
(mg/L)
*) Sumber: Hasil analisis dan referensi dari Johansson dalam Khiatuddin (2003); Untuk rumah
tangga yang terdiri dari 2.5 orang
**) Sumber: perhitungan untuk jumlah pekerja 429 orang/hari

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 15


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Masyarakat yang terkena dampak adalah masyarakat yang berada pada bagian hilir
bendungan Sadawarna dan memanfaatkan sumber air dari Sungai Cipunegara. Sekitar 800
meter dari tapak bendungan Sadawarma, terdapat intake air baku air minum yang mensuplai
kebutuhan air baku PT Dahana terasuk mess karyawan. Jumlah karyawan PT Dahana adalah
sekitar 274 orang.Dengan demikian dinyatakan sebagai dampak negatif penting (P).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Wilayah PT Dahana yang terkena dampak adalah seluas + 600 Ha.Dengan demikian
dinyatakan sebagai dampak negatif penting (P).
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak dan lamanya dampak akan berlangsung selama 2,5 tahun masa konstruksi
Dengan demikian dari sisi intensitas dan lamanya dampak dinyatakan sebagai dampak
negatif penting (-P).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak adalah kesehatan masyarakat,
dengan demikian dampak ini dinilai sebagaidampak negatif penting (P).
e. Sifat kumulatif dampak
BOD, NO3-N, dan fosfat merupakan zat pencemar terkatagori non konservatif, dengan
demikian bersifat tidak kumulatif dan dinilai sebagai dampak negatif tidak penting (-P).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Karena sifat pencemar non konservatif, konsentrasi akan mudah terdegradasi di alam,
sehingga dampak dapat berbalik dan dikategorikan sebagai dampak negatif tidak penting (-
TP).
Berdasarkan pertimbangan besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak, luas
wilayah penyebaran dampak, intensitas dan lamanya dampak berlangsung, dan banyaknya
komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, maka dampak penurunan kualitas
sanitasi lingkungan akibat aktivitas domestik pekerja konstruksi Bendungan Sadawarna
dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

3.3.2.2. Peningkatan Prevalensi Penyakit Bawaan Air


A. Besaran Dampak
Dampak ini merupakan dampak sekunder dari penurunan kualitasi sanitasi lingkungan akibat
aktivitas domestik pekerja konstruksi bendungan.
Air tanah yang menjadi sumber air minum penduduk diprediksi tidak akan mengalami
pencemaran karena muka air tanah cukup dalam (35–50 meter) yang mana tanah dapat

Prakiraan Dampak III - 16


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

mengadsorpsi pencemar sebelum masuk ke akifer air tanah.


Air Sungai Cipunegara berpotensi tercemar, termasuk intake air baku air minum perumahan
karyawan PT Dahana yang terletak + 800 meter dari rencana lokasi basecamp pekerja
konstruksi bendungan, berpotensi mengalami peningkatan jumlah coliform/ fecal coli
(indikator pencemaran air), dan terjadi pemindah/penularan penyakit atau sebagai vehicle.
Dengan demikian penyakit bawaan air dapat berpotensi menjadi urutan 3 besar dari 10
penyakit terbanyak di wilayah studi, sementara pada kondisi tanpa proyek (rona lingkungan
awal), penyakit bawaan air bukan merupakan penyakit pada urutan 3 besar di wilayah studi.
Dalam hal ini, padakondisi dengan proyek, pengabaian terhadap pengelolaan sanitasi pekerja
sehingga masuk ke perairan Sungai Cipunegara, air sungai tersebit berperan dalam menularkan
penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan, terutama di musim kemarau. Air membawa
penyebab penyakit dari kotoran (faeces) penderita dalam konsentrasi cukup tinggi saat
kemarau, kemudian sampai ke tubuh orang lain melalui makanan, dan minuman. Penyakit-
penyakit yang biasanya ditularkan melalui air (water borne deseases) adalah Thypus
abdominalis, Cholera, Dysentri basiler, Diare akut, Poliomyelitis, Dysentri amoeba, penyakit-
penyakit cacing seperti Ascariasis, Trichiuris, parasit yang menggunakan air untuk daur
hidupnya seperti Schistosoma mansoni.

Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Masyarakat yang terkena dampak adalah masyarakat yang berada pada bagian hilir
bendungan Sadawarna dan memanfaatkan sumber air dari Sungai Cipunegara. Sekitar 800
meter dari tapak bendungan Sadawarma, terdapat intake air baku air minum yang mensuplai
kebutuhan air baku PT Dahana terasuk mess karyawan. Jumlah karyawan PT Dahana adalah
sekitar 274orang. Dengan demikian dinyatakan sebagai dampak negatif penting (P).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Wilayah PT Dahana yang terkena dampak adalah seluas + 600 ha.Dengan demikian
dinyatakan sebagai dampak negatif penting (P).

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dampak dan lamanya dampak akan berlangsung selama 2,5 tahun masa konstruksi
Dengan demikian dari sisi intensitas dan lamanya dampak dinyatakan sebagai dampak
negatif penting (-P).

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak


Tidak ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, dengan demikian
dampak ini dinilai sebagaidampak negatif penting (P).

Prakiraan Dampak III - 17


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

e. Sifat kumulatif dampak


Sifat dampak berakumulasi sehingga dampak ini dinilai sebagaidampak negatif penting (P).

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak


Dampak ini tidak berbalik melalui pengelolaan sehingga dampak ini dinilai sebagaidampak
negatif penting (P).
Berdasarkan pertimbangan di atas maka dampak peningkatan angka penyakit bawaan airakibat
aktivitas domestik pekerja konstruksi Bendungan Sadawarna dikategorikan sebagai dampak
negatif penting (-TP).

3.3.3. Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi


3.3.3.1. Penurunan Kualitas Udara (Parameter Debu)
A. Besaran Dampak
Mobilisasi alat dan material akan berlangsung pada ruas jalan akses antara quarry dan
borrow area sampai lokasi as bendungan. Lokasi quarry dan borrow area adalah seperti yang
disajikan pada Gambar1.14.
Jumlah ritasi kendaraan yang akan melalui jalan akses eksisting yang digunakan oleh
masyarakat disajikan pada Tabel 1.9.
Pada Gambar1.14. dapat dilihat bahwa sebagian besar quarry dan borrow area berada di
sekitar Bendungan Sadawarna, sehingga kebutuhan transportasinya hanya sekitar + 2 km
saja menuju jalan akses khusus ke rencana tapak Bendungan. Sedangkan quarry pasir
rencananya akan diambil sekitar tapak lokasi Bendungan, di Sungai Cipunegara itu sendiri.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung konsentrasi akibat resuspensi partikulat
adalah sebagai berikut :

 S   365  w 
E  (0,81s)      
 30   365 
Dimana :
E : Faktor emisi dari resuspensi debu
s : Silt content ( dimasukkan angka 20 % untuk kondisi jalan tidak beraspal, dengan
pertimbangan memperhitungkan risiko tertinggi ketika jalan sudah rusak)
w : Jumlah hari tidak hujan dalam satu tahun, diambil angka 125 hari sesuai informasi pada
rona lingkungan awal di Tabel 2.2.
S : Kecepatan kendaraan, diambil asumsi 20 km/jam

Prakiraan Dampak III - 18


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa faktor emisi debu (E) adalah 0,071. Untuk
menghitung konsentrasi debu di udara ambien, maka faktor emisi tersebut dimasukkan ke
dalam persamaan Gaussian sebagai berikut :
2
=
Dimana :
2 , . . Q = laju emisi , yang didapat dari Faktor Emisi x
(jumlah kendaraan/jam/kecepatan kendaraan)
σy = koefisien disversi horizontal (m)
σy = koefisien disversi vertikal(m)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 1.8 yang mengansumsikan kendaraan pengangkut


material menuju tapak bendung adalah dump truk 5 m3 yang termasuk truk berbobot
sedang, dan dikarenakan kondisi jalan akses hanya memiliki lebar rata-rata 7 meter, maka
peningkatan intensitas kendaraan yang melalui jalur angkut akan mengakibatkan
peningkatan konsentrasi debu, di udara ambien di sepanjang jalan yang dilalui kendaraan.
Kontribusi konsentrasi pencemar pada jarak 5 m dari jalan ke arah downwind disajikan pada
Tabel 3.7. Dapat dilhat bahwa akibat lalu lalang kendaraan truk 5 ton sebesar 224/hari di
Segmen A. Cijambe – Songom - Jalan Desa Tanjung Kec.Cibogo, Kab Subang, mengakibatkan
penambahan partikulat pada sebesar 47,02µg/Nm3. Sedangkan pada Segmen B,Jalan Desa
Sadawarna, Kec. Surian , Kab Sumedang, akibat lalu lalang kendaraan truk 5 ton sebesar
190/hari, akan mengakibatkan penambahan partikulat pada sebesar 39,88µg/Nm3. Dengan
demikian prediksi konsentrasi debu di udara ambien di siang hari dengan adanya proyek
adalah 89,47 µg/Nm3 di Segmen A. Cijambe – Songom - Jalan Desa Tanjung Kec. Cibogo, Kab
Subang ; dan 46,92 µg/Nm3 di Jalan Desa Sadawarna, Kec. Surian , Kab Sumedang.

Prediksi peningkatan konsentrasi debu pada tahap konstruksi masui memenuhi baku mutu
udara ambien yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No No 41 tahun 1999tentang
Pengendalian Pencemaran Udarauntuk parameter debu sebesar 230 g/Nm3 untuk lama
pemaparan 24 jam dan 90 g/Nm3 untuk lama pemaparan 1 tahun,

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Karena konsentrasi debu masih memenuhi baku mutu udara ambien, maka tidak ada
penduduk yang akan terkena dampak penting, makadampak ini dikatagorikan sebagai
dampak tidak penting (-TP).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Karena konsentrasi debu masih memenuhi baku mutu udara ambien, maka tidak ada
wilayah yang akan terkena dampakpenting, makadampak ini dikatagorikan sebagai dampak
tidak penting (-TP).

Prakiraan Dampak III - 19


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 3.7. Prediksi Peningkatan Konsentrasi Partikulat (TSP) dari KendaraanPengangkut Material Pada Tahap Konstruksi

Nilai Rona Prediksi


Kontribusi
Lingkungan Konsentrasi
Konsentrasi
Guna Lahan Awal (Kondisi Debu Di Udara
Panjang Kelas Jalan Debu dari Baku Mutu
Jumlah Ritasi Ruas Jalan Samping Jalan Tanpa Ambien dengan
Jalan Kendaraan
Proyek) Proyek
(µg/Nm3) (µg/Nm3)
224 per hari Segmen A. Jalan sebagian +1 km 47,02 42,45µg/Nm3 89,47µg/Nm3  230 g/Nm3 untuk
selama 2,5 th Dusun Songom, batu dan 50% permukiman µg/Nm3 lama pemaparan 24
Desa Tanjung sebagian penduduk, 1 km jam
Kec. Surian , 2 km sudah  90 g/Nm3 untuk
perkebunan
Kab Sumedang beraspal. 50% lama pemaparan 1
kondisirusak campuran
tahun
Jumlah ritasi Segmen B. Jalan +300 meter 39,88µg/Nm3 7,04µg/Nm3 46,92µg/Nm3
Sesuai Peraturan
190 per hari Jalan PT perkerasan bersinggungan Pemerintah No No 41
selama 2,5 Dahana di batu/pasir, dengan tahun 1999tentang
tahun Dusun Dukuh 20% sudah
2 km permukiman Pengendalian
dua, Desa beraspal,
penduduk, 1 km Pencemaran Udara
Sadawarna, 80%
Kec. Cibogo, Kondisi rusak perkebunan
Kab Subang campuran

JUMLAH 4 km

Sumber: Hasil perhitungan, 201

Prakiraan Dampak III - 20


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

c. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dampak kecil karena peningkatan konsentrasi debu tidak menyebabkan
konsentrasi melampauai baku mutu udara ambien. Dengan demikian dampak ini
dikatagorikan sebagai dampak tidak penting (-TP).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Tidak ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak penting, dengan
demikian dinilai sebagai dampak tidak penting (-TP).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak kenaikan konsentrasi debu tidak bersifat kumulatif, dengan demikian dampak
dinilai sebagai dampak tidak penting (-P).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak kenaikan konsentrasi debu dapat berbalik melalui pengelolaan, dengan demikian
termasuk dampak tidak penting (-TP).

Dengan demikian ditinjau dari 6 komponen penentu sifat dampak, maka dampak penuruan
kualitas udara dari parameter debu merupakan dampaknegatif tidak penting (-TP).

3.3.3.2. Peningkatan Prevalensi Penyakit ISPA


A. Besaran Dampak
Penurunan kesehatan masyarakat merupakan dampak sekunder dari dampak primer berupa
penurunan kualitas udara (peningkatan parameter debu /TSP) pada udara ambien.
Peningkatan penyakit ISPA tidak signifikan terjadi karena konsentrasi debu dari dampak
primernya masih memenuhi baku mutu udara ambien yang ditetapkan oleh Peraturan
Pemerintah No No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Karena konsentrasi debu masih memenuhi baku mutu udara ambien, maka tidak ada
penduduk yang akan terkena dampak penting, maka dampak ini dikatagorikan sebagai
dampak tidak penting (-TP).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Karena konsentrasi debu masih memenuhi baku mutu udara ambien, maka tidak ada
wilayah yang akan terkena dampak penting, makadampak ini dikatagorikan sebagai dampak
tidak penting (-TP).

Prakiraan Dampak III - 21


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

c. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dampak kecil karena peningkatan konsentrasi debu tidak menyebabkan
konsentrasi melampauai baku mutu udara ambien. Dengan demikian dampak ini
dikatagorikan sebagai dampak tidak penting (-TP).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Tidak ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak penting, dengan
demikian dinilai sebagai dampak tidak penting (-TP).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak primer berupa kenaikan konsentrasi debu tidak bersifat kumulatif, dengan
demikian dampak dinilai sebagai dampak tidak penting (-P).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak berupa peningkatan prevalensi penyakit ISPAdapat berbalikmelalui melalui
pengobatan, dengan demikian termasuk dampak tidak penting (-TP).

Dengan demikian ditinjau dari 6 komponen penentu sifat dampak, maka dampak peningkatan
prevalensi penyakit ISPAmerupakan dampak negatif tidak penting (-TP).

3.3.3.3. Peningkatan Kebisingan


A. Besaran Dampak
Dampak berupa peningkatan kebisingan berasal dari lalu lalang kendaraan berat pengangkut
alat dan material. Dampak kebisingan umumnya akanlebih dirasakan pada ruas jalan pada
bagian timur bendungan yaitu ruas Songom - Jalan Desa Tanjung Kec. Cibogo, Kab Subang
karena ada ruas sepanjang 1 km melewati permukiman penduduk seda tersebut.
Adapun pada ruas jalan bagian barat bendungan (Desa Sadawarna) yang menghubungkan
lokasi quarry dan borrow area, jalan umumnya berada padalahan PT Dahana, hanya ada ruas
jalan sekitar 200 meter yang bersinggungan dengan permukiman masyarakat yang mungkin
dapat terpengaruh oleh kebisingan jalan akses.
Perhitungan kontribusi kebisingan akibat mobilisasi kendaraan didasarkan pada kecepatan
kendaraan tersebut. Dalam hal ini truk mobilisasi material dan mobilisasi alat berat menjadi
sumber kebisingan. Dengan mengambil analogi kecepatan rata-rata mobil sebesar 20 km/jam,
maka berdasarkan referensi diperoleh kebisingan oleh satu truk adalah 80 dBA (Canter, 1996).
Referensi tersebut diperoleh untuk pengukuran 20 kaki atau 6,97 meter dari sumber. Dengan
adanya ritasi sebanyak 190 – 224 kali ritasi maka rerata kontribusi kebisingan pun sama
bernilai 80 dBA.
Untuk mengetahui apakah kebisingan yang ditimbulkan dari tahap ini memberikan tingkat
bising di atas tingkat bising yang diperkenankan, maka perlu dihitung nilai Ldn dari nilai

Prakiraan Dampak III - 22


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

kebisingan di atas. Ldn adalah nilai rerata kebisingan dalam satu hari. Rumus mencari Ldn adalah
sebagai berikut (Lord, Gatley and Evenson):
∑ 10 ,
= 10 log × $%
86400

dimana:

Wi = faktor bobot
LAi = Kebisingan rata-rata (dBA)
T = waktu interval: (detik/jam)

Pada kajian ini nilai untuk faktor bobot adalah sebesar 12/24 atau 0,66. Dengan asumsi
pengoperasian kendaraan penyebab bising sebesar 12 jam dalam satu hari kerja. Sedangkan
waktu interval adalah waktu terjadinya kebisingan dalam rentang 12 jam tersebut. Asumsi yang
digunakan adalah untuk satu kali ritasi membutuhkan waktu 1 menit, sehingga untuk 190 – 224
ritasi dibutuhkan waktu 190 – 224 menit. Total waktu kendaraan beroperasi per hari adalah 12
jam sehingga diperoleh total waktu terjadinya kebisingan sebesar 950 detik/jam sampai dengan
1.120 detik/jam.

Selanjutnya hasil perhitungan kontribusi kebisingan akibat kendaraan pengangkut material


akan dijumlahkan dengan data primer kebisingan latar belakang/rona lingkungan awal tanpa
proyek sehingga dapat dibandingkan dengan baku tingkat bising untuk lingkungan permukiman
sesuai ketentuan Kep MenLH Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996.

Persamaan perjumlahan tingkat bising dari latar belakang/rona lingkungan awal tanpa proyek
dengan penambahan kebisingan dari kendaraan dengan menggunakan persamaan:

 10P1 P2

 10 
P  10 log 10  10 
 
Dimana:
P = Kebisingan total
P1 =Kebisingan 1 (rona lingkungan awal)
P2 =Kebisingan 2 (kontribusi kebisingan dari proyek)

Maka dari penggunaan persamaan tersebut diperoleh bahwa nilai kebisingan di ruas jalan
terkena dampak tersebut seperti yang digambarkan pada Tabel 3.8.
Dengan mempertimbangkan bahwa tingkat bising yang diperkenankan KEP-
48/MENLH/11/1996 adalah + 3 dBA dari nilai tingkat bising yang tercantum dalam tabel Baku
Tingkat Kebisingan di peraturan tersebut, maka kebisingan setelah proyek yang bernilai 55,22
dBA - 55,30dBA (lihat Tabel 3.8.) masih memenuhi baku tingkat bising untuk lingkungan
permukiman (55 dBA).

Prakiraan Dampak III - 23


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 3.8. Prediksi Dampak Kebisingan

Jumlah Ruas Jalan Panjang Kelas Jalan Tingkat waktu Kebisingan Kebisingan Dengan Baku tingkat
Ritasi Jalan bising interval Tanpa Proyek Proyek kebisingan
kendaraan (detik/ Kebisingan Kontribusi Kontribusi Angka
(sumber jam) Rona kebisingan kebisingan Kebisingan
bising)dBA Lingkungan kendaraan(L kendaraan Total *)
Awal*) dn) **) (Ldn) *)
224 per Segmen A. 2 km Jalan sebagian 80 1120 46,29 58,12 55,30 55 dBA
hari Cijambe – batu dan 50% peruntukan
selama Songom - Jalan sebagian sudah perumahan
2,5 th Desa Tanjung beraspal. 50% dan
Kec. Cibogo, kondisi rusak permukiman.
Kab Subang 54,71922 Berdasarkan
190 per Segmen B. 2 km Jalan perkerasan 80 950 50,16 56,99 55,22 Kep-
hari Jalan Desa batu/pasir, 20% 48/MENLH/1
selama Sadawarna, sudah beraspal, 1/1996
Kec. Surian , 80% tentang Baku
2,5 th
Kab Sumedang Tingkat
53,59726 Kebisingan
*) Kebisingan yang terdengar dari jarak 50 ft (15,24 meter) dari ruas jalan
**) Kebisingan yang terdengar dari jarak 50 ft (15,24 meter) dari ruas jalan

Prakiraan Dampak III - 24


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Karena tingkat kebisingan saat konstruksi masih memenuhi baku tingkat kebisingan,
maka tidak ada penduduk yang akan terkena dampak penting, makadampak ini
dikatagorikan sebagai dampak tidak penting (-TP).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Karena tingkat kebisingan saat konstruksi masih memenuhi baku tingkat kebisingan,
maka tidak ada wilayah yang akan terkena dampakpenting, makadampak ini
dikatagorikan sebagai dampak tidak penting (-TP).
c. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dampak kecil karena tingkat kebisingan masih memenuhi bakutingkat
kebisingan.Dengan demikian dampak ini dikatagorikan sebagai dampak tidak penting (-
TP).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Tidak ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak penting, dengan
demikian dinilai sebagai dampak tidak penting (-TP).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak kebisingan tidak bersifat kumulatif, dengan demikian dampak dinilai sebagai
dampak tidak penting (-P).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak berupa peningkatan kebisingan dapat berbalik, dengan demikian termasuk
dampak tidak penting (-TP).

Dengan demikian ditinjau dari 6 komponen penentu sifat dampak, maka dampak
peningkatan kebisingan merupakan dampaknegatif tidak penting (-TP).

3.3.3.4. Kerusakan Jalan (Pengurangan Masa Layan Jalan)


A. Besaran Dampak
Terhadap struktur perkerasanjalan, penambahan volume kendaraan pengangkut material
pasir, semen, koral beton, dan material lainuntuk keperluan konstruksi dengan truk ke lokasi
kegiatanakan memberikan dampak terhadap penurunan sisa umur rencana jalan.

Dampak terhadap kualitas jalan bersumber dari ritasi kendaraan pengangkut material yang
akan melalui jalan akses berupa jalan raya eksisting yang sehari-hari digunakan masyarakat
sebagai sarana aksesibilitas seperti yang tercantum pada Tabel 1.9.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 25


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Perhitungan sisa umur rencana jalan didasarkan padafaktor perusak beban sumbu
kendaraan (vechicle damage factor). Beban lalu lintas yang diperlukan dalam merencanakan
struktur perkerasan jalan adalah jumlah total pengulangan beban sumbu standar ekivalen
yang akan diperkirakan akan lewat pada jalur rencana yang sedang direncanakan selama
masa layan. Konstruksi perkerasan jalan direncanakan dengan sejumlah repetisi beban
kendaraan dalam satuan Standard Axle Load (SAL) sebesar 18.000 lbs atau 8,16 ton untuk As
tunggal roda ganda (singel axle dual wheel) (Sukirman, 1999).

Formulasi perhitungan angka ekuivalen (E) yang diberikan oleh Bina Marga adalah sebagai
berikut.

Dimana : L = beban sumbu kendaraan (ton)


k = 1 untuk sumbu tunggal
0,086 untuk sumbu tandem
0,031 untuk sumbu triple

Sisa umur rencana adalah konsep kerusakan yang diakibatkan oleh jumlah repetisi beban lalu
lintas dalam satuansatuan Equivalent Standard Load (ESAL) yang diperkirakan akan melintas
dalam kurun waktu tertentu (AASHTO,1993). Perhitungan persentase umur sisa rencana
menggunakan rumus :

Dimana : Rl = Persentase sisa umur rencana


Np = Kumulatif ESAL pada akhir tahun
N1,5= Kumulatif ESAL pada akhir umur rencana

Adapun jaringan jalan yang ditinjau dampak terhadap sisa umur rencana adalah sebagai
berikut :

1. Segmen A : Kp. Songom Desa Tanjung Kec. Surian Kab. Sumedang, dengan pertimbangan
ruas jalan tersebut merupakan akses pengangkutan :
 batu kali, pasir beton, split, rip rap (Dari Sungai Cipunegara)
 tanah urug dari borrow area 1
Dengan jumlah ritasi 224/hari
2. Segmen B : Jalan PT Dahana di Dusun Dukuh dua Kec. Cibogo Kab. Subang, dengan
pertimbangan ruas jalan tersebut merupakan akses pengangkutan :

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 26


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

 tanah urug dari borrow area 1 ,


 alat berat , dan material dari luar (besi,semen) yang bersumber dari luar wilayah
studi (Bandung/Cirebon)
Dengan jumlah ritasi 190/hari
3. Segmen C :Jalan Subang-Cikamurang (atau Jl Raya Subang-Tomo) : Dukuh II Desa
Sadawarna Kec. Cibogo Kab. Subang, dengan pertimbangan ruas jalan tersebut
merupakan akses pengangkutan :
 alat berat , dan material dari luar (besi,semen) yang bersumber dari luar wilayah
studi (Bandung/Cirebon)
Dengan jumlah ritasi 11/hari

Dari hasil observasi awal di lapangan, kondisi jalan di Segmen B (Dusun Dukuh satu, Desa
Sadawarna, Kec Cibogo, Kab Subang), yang selama 2,5 tahun akan dilalui rata-rata sebanyak
190 ritasi /hari, merupakan jalan perkerasan batu dengan kualitas rusak.

Sedangkan kualitas jalan Segmen A (Dusun Songgom, Desa Tanjung, Kec Surian, Kab
Sumedang), yang selama 2,5 tahun akan dilalui rata-rata sebanyak 224 ritasi/hari,
merupakan jalan perkesaran batu dengan kondisi rusak, hanya beberapa bagian yang
ditingkatkan perkerasannya.

Sedangkan pada Segmen C (Jalan Subang-Cikamurang (atau Jl Raya Subang-Tomo) – ke


segmen A – ke Jalan akses baru ke as bendungan), jumlah ritasi rerata per hari hanya 11
ritasi, untuk truk 5 m3 yang mengangkut semen, besi, dan alat berat. Kondisi kualitas jalan
provinsi adalah kelas 3, yang memang dipersiapkan mampu melayani kendaraan berat,
sehingga besaran dampak untuk segmen tidak signifikan.

Sementara kualitas jalan segmen 1 dan 2 belum dipersiapkan untuk kendaraan berat (dump
truck 5m3), dan kegiatan akan berjalan dalam jangka waktu 2,5 tahun dengan ritasi tinggi
(190 s/d 224 ritasi/per hari), maka akan banyak mempengaruhi penurunan kualitas jalan,
sehingga dampak terhadap kerusakan jalan memiliki magnitude yang besar.

Gambaran dampak terhadap sisa umur rencana pada jalan yang akan dilalui kendaraan
pengangkut alat dan material konstruksi disampaikan pada Tabel 3.9. Dalam perhitungan
sisa umur rencana ini dapat dilihat untuk Segmen 1 dan Segmen 2 tidak memiliki sisa umur
rencana hal ini disebabkan kondisi jalan saat ini yang dalam kondisi rusak dengan perkerasan
yang sebagian aspal dan sebagian lagi jalan batu.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 27


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 3.9. Perhitungan Sisa Umur Rencana Ruas Jalan di Sekitar Lokasi Bendungan

ESAL Total % Sisa


No. ESAL
Ruas Jalan Selama Umur
Segmen Eksisting
Konstruksi Rencana*)
Jalan Dusun Songom, Desa Tanjung
A 485,45 54.348,55 -70,3
Kec. Surian, Kab. Sumedang
Jalan PT. Dahana di Dusun Dukuh
B Satu, Desa Sadawarna, Kecamatan 489,10 49.016,18 -61,3
Cibogo Kab. Subang
Jalan Subang-Cikamurang (Jl. Raya
C 978,2 7.094,36 48,1
Subang-Tomo)
Keterangan: * diperhitungkan pada akhir masa konstruksi (tahun ke-2,5)

Pada Tabel 3.9.dapat dilihat bahwa dengan adanya ritasi bahan bangunan bendungan terjadi
penurunan masa layan dari jalan provinsi dimana % Sisa Umur Rencana sebesar 48,1%.
Sedangkan pada jalan segmen 1 dan segmen 2 saat ini sudah tidak memiliki sisa umur
rencana disebabkan jalan dan pada saat masa konstruksi sisa umur rencana negatif (-).Agar
jalan tersebut dapat tetap mantap kondisinya perlu dilakukan penanganan (selama masa
konstruksi).

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Perubahan tingkat pelayanan jalan (kerusakan jalan) pada ruas jalan provinsi Subang-
Palimanan (Segmen C) tidak memberikan besaran yang signifikan sehingga tidak ada
jumlah penduduk yang akan terkena dampakdampak penting, sehingga dampak untuk
segmen ini merupakan dampak negatif tidak penting (-TP).
Sedangkan ruas jalan segmen A (Cijambe – Songom - Jalan Desa Tanjung Kec.Cibogo, Kab
Subang), dan segmen B (Jalan Desa Sadawarna, Kec. Surian, Kab Sumedang) akan
mempengaruhi aktivitas 2.985 KK di wilayah studi yang menggunakan jalan ini, sehingga
dampak untuk segmen ini merupakan dampak negatif penting (-P).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Perubahan tingkat pelayanan jalan (kerusakan jalan) pada ruas jalan nasional Subang-
Palimanan (Segmen C) selama masa konstruksi Bendungan Sadawarna tidak memberikan
besaran yang signifikan sehingga untuk segmen ini merupakan dampak negatif tidak
penting (-TP).
Sedangkan ruas jalan segmen A (Cijambe – Songom - Jalan Desa Tanjung Kec.Cibogo, Kab
Subang), dan segmen B (Jalan Desa Sadawarna, Kec. Surian, Kab Sumedang)

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 28


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

menyebabkan kerusakan jalan sepanjng 4 km, sehingga dampak untuk segmen ini
merupakan dampak negatif penting (-P).
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Lama berlangsung dan intesitas dampak adalah selama tahap konstruksi
(2,5tahun).Dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak


Komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak adalah keresahan masyarakat
akibat terganggunya aksesibilitas mereka. Dengan demikian dampak ini dinilai
sebagaidampak negatif penting (-P).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak kerusakan jalan dapat berakumulasi, dengan demikian dinilai sebagai dampak
negatif penting (-P).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak dapat berbalik melalui pengelolaan, maka dampak dikategorikan sebagai dampak
negatif tidak penting (-TP).
Berdasarkan uraian di atas maka dampak perubahan tingkat pelayanan jalan (kerusakan
jalan) akibat kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi dikategorikan sebagai dampak
negatif penting (-P).

3.3.3.5. Keresahan Masyarakat

A. Besaran Dampak
Dampak terhadap keresahan masyarakat merupakan dampak sekunder/tersier daritiga
aliran dampak primer yaitu penurunan kualitas udara (peningkatan debu), kerusakan jalan,
kebisingan.

Hasil prediksi dampak dari dampak-dampak primer dan sekunder tersebut memberikan hasil
sebagai berikut :
a. Penurunan kualitas udara (peningkatan debu) merupakan dampak tidak penting
b. Kebisingan merupakan dampak tidak penting
c. Peningkatan prevalensi penyakit ISPA dari dampak primer penurunan kualitas udara
merupakan dampak tidak penting
d. Kerusakan jalan merupakan dampak penting untuk ruas sebagai berikut :
 Segmen A : Kp. Songom Desa Tanjung Kec. Surian Kab. Sumedang,
 Segmen B : Jalan PT Dahana di Dusun Dukuh dua Kec. Cibogo Kab. Subang,

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 29


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Dengan demikian, sumber dari keresahan masyarakat terutama adalah dari dampak
kerusakan jalan.
Hasil telaahan melalui kuesioner mengenai kecemasan masyarakat mengenai proyek, hanya
2% responden yang mencemaskan timbul polusi udara dan bising akibat lalu lalang
kendaraan pengangkut material dan alat berat. Sebagian besar kecemasan masyarakat lebih
berfokus kepada proses ganti rugi lahan terbebaskan. Tetapi walaupun demikian, dampak
keresahan masyarakat akibat kerusakan jalan, yang bersumber dari dampak primer berupa
kebisingan akibat lalu lalang kendaraan pengangkut alat berat dan material akan
mempengaruhi sikap dan persepsi negatif masyarakat terhadap proyek.

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Perubahan tingkat pelayanan jalan (kerusakan jalan) sebagai dampak primernya pada
ruas jalan segmen A (Cijambe – Songom - Jalan Desa Tanjung Kec. Cibogo, Kab Subang),
dan segmen B (Jalan Desa Sadawarna, Kec.Surian , Kab Sumedang) akan mempengaruhi
aktivitas 2985 KK di wilayah studi yang menggunakan jalan ini, sehingga dampak untuk
segmen ini merupakan dampak negatif penting (-P).
Sementara pada ruas jalan provinsi Subang-Palimanan (Segmen C) selama masa
konstruksi Bendungan Sadawarna tidak memberikan besaran kerusakan jalan yang
signifikan sehingga tidak ada jumlah penduduk yang akan terkena dampakdampak
penting, sehingga dampak untuk segmen ini merupakan dampak negatif tidak penting (-
TP).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Pada ruas jalan segmen A (Cijambe – Songom - Jalan Desa Tanjung Kec.Cibogo, Kab
Subang), dan segmen B (Jalan Desa Sadawarna, Kec. Surian, Kab Sumedang), dampak
primer kerusakan jalan akan terjadi sepanjang 4 km, sehingga dampak keresahan
masyarakat untuk segmen ini merupakan dampak negatif penting (-P).
Semenatra kerusakan jalan pada ruas jalan nasional Subang-Palimanan (Segmen C)
selama masa konstruksi Bendungan Sadawarna tidak memberikan besaran yang
signifikan sehingga keresahan masyarakat untuk kerusakan jalan pada segmen ini
merupakan dampak negatif tidak penting (-TP).
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Lama berlangsung dan intesitas dampak adalah selama tahap konstruksi (2,5
tahun).Dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 30


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak


Rantai dampak kerusakan jalan berhenti pada aspek sosial, sehingga tidak ada lagi
komponen lingkungan hidup selanjutnya yang akan terkena dampak. Dengan demikian
dampak ini dinilai sebagaidampak negatif penting (-P).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak keresahan masyarakat dapat berakumulasi, dengan demikian dinilai sebagai
dampak negatif penting (-P).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak dapat berbalik melalui pengelolaan, maka dampak dikategorikan sebagai dampak
negatif tidak penting (-TP).
Berdasarkan uraian di atas maka dampak keresahan masyarakat akibat dampak primer
kerusakan jalan dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

3.4. Tahap Operasional


3.4.1. Pengisian Awal Waduk

3.4.1.1. Penurunan Kerapatan Flora Teresterial


A. Besaran Dampak
Penurunan keanekaan jenis tumbuhan diidentifikasikan sebagai dampak potensial
bersumber dari penggenangan bendungan seluas 693,943 ha, yang jumlahnya lebih besar
dari kehilangan flora teresterial di tapak bendung saja (pada tahap konstruksi). Dampak
yang ditimbulkan dari kegiatan ini dapat menurunkan jumlah populasi dan jenis tumbuhan
riparian, tanaman budidaya termasuk kebun campuran, tanaman pekarangan, areal
persawahan, termasuk kebun jati yang dibudidayakan oleh Perhutani.

Di kebun jati untuk kategori pohon didominasi oleh Jati (Tectona grandis), jenis pohon
lainnya adalah termasuk ke dalam jenis penghasil kayu, yaitu Albasiah (Paraserianthes
Falcataria) yang berasosiasi dengan Lamtoro (Leucaena glauca). Sedangkan jenis-jenis
tanaman yang dibudidayakan di sawah yaitu padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays) dan
kedelai (Soja max), dsb. Pada pematang sawah dijumpai beberapa jenis tanaman pangan
seperti : ketela pohon (Manihot utilissima), ketela rambat (Ipomoea batatas), talas (Colocasia
esculenta), terung (Solanum melongena) dan kacang panjang (Vigna unguiculata).

Untuk kategori pohon di tipologi kebun campuran dan pekarangan didominasi oleh mangga
(mangifera indica), Nangka (Artocarpus heterophyllus), pisang (Musa paradisiaca), pepaya
(Carica papaya), kelapa (Cocos nucifera), dan Albasiah (Paraserianthes Falcataria).

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 31


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Bagian tepi Sungai Cipunagara merupakan habitat peralihan antara habitat perairan dan
habitat darat. Pada bagian tepi sungai yang terjal tumbuh bermacam-macam tumbuhan
terna, perdu dan semak sedangkan pada tepi sungai yang landai dan masih terpengaruh
banjir didominasi oleh jenis rumput-rumputan. Pada tepi sungai yang bertanggul dijumpai
jenis-jenis tumbuhan semak, terna dan perdu diantaranya yaitu :Kirinyuh (Eupathorium
innulifolium), Teklan (Eupatorium riparium), seruni (Wedelia biflora), Harendong (Clidemia
hirta), Saliara (Lantana camara), Alimusa (Mimosa invisa), Jarong (Stachytarpheta indica)
dan lain-lain.Pada bagian tepi sungai yang datar dan basah serta delta muara sungai
dijumpai tumbuhan rumput-rumputan diantaranya yaitu :Gelagah (Saccharum spontaneum),
Alang-alang (Imperata cylindrica), Hahayaman (Paspalum conjugatum), papayungan
(Cyperus cyperoides), Jukut pait (Axonopus compressus), tumbaran/panon munding
(Fimbristylis littoralis), paku-pakuan diantaranya yaitu : Paku resam (Gleichenia linearis),
Paku tanah (Nephrolevis exaltata) danPakis rawa (Ceratopteris thalictroides).

Dari hasil pengamatan di wilayah studi tidak ditemukan adanya jenis tumbuhan yang
dilindungi berdasarkan peraturan perundangan baik nasional maupun internasional.
Flora teresterial di wilayah studi merupakan habitat utama bagi fauna teresterial, baik di
dalam mencari makan, tempat berkembang biak, dan berlindung. Dengan hilangnya habitat
tersebut, maka akan menyebabkan terganggunya fauna teresterial.

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak

Jumlah penduduk yang akan terkena dampak kerapatan flora teresterial terutama adalah
adalah masyarakat yang berada pada wilayah studi yang jumlahnya 2.895 orang (Tabel
1.3). Dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak penting (P).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Dampak terhadap penurunan kerapatan jenis flora teresterial akibat kegiatan pengisian
awal bendungan cukup luas yakni sebesar 693,943 ha, sehingga luas wilayah penyebaran
dampak cukup signifikan maka dampak dinyatakan sebagai dampak negatif penting (P).
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak berlangsungnya kegiatan yaitu selamakegiatan operasional berlangsung dan
intensitas dampak tinggi, dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak
penting (P).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak

Dampak terhadap hilangnya vegetasi di tapak genangan (waduk) yang merupakan habitat
utama bagi fauna teresterial akan menyebabkan terganggunya habitat fauna teresterial.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 32


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Berdasarkan data yang diperoleh dari rona lingkungan, terdapat fauna teresterial yang
statusnya dilindungi berdasarkan peraturan perundangan nasional maupun internasional.
Dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).
e. Sifat kumulatif dampak
Kehilangan tegakan ini dampaknya bersifat kumulatif sehingga dampak dikategorikan
negatif penting (-P).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kehilangan tegakan ini dampaknya bersifat tak terbalikkan sehingga dampak
dikategorikan negatif penting.(-P).
Berdasarkan uraian di atas maka dampak kegiatan penggenangan awal bendungan terhadap
penurunan keanekaan jenis flora dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

3.4.1.2. Migrasi Fauna Teresterial


A. Besaran Dampak
Dampak ini merupakan dampak sekunder dari penurunan kerapatan flora teresterial akibat
penggenangan Waduk Sadawarna seluas 693,943 ha. Penggenangan yang merubah sebagian
ekosistem hutan produksi (jati), kebun campuran, riparian, pekarangan, dan areal
persawahan menjadi ekosistem akuatik akan berpengaruh t+erhadap populasi fauna.
Fauna teresterial/satwa liar yang biasa menjadikan kebun campuran, hutan produksi, sawah,
semak belukar dan vegetasi pekarangan untuk mencari makan, bersarang, dan berlindung
akan kehilangan tempat tersebut dan berpindah ke tipe habitat di sekitarnya yang elevasinya
lebih tinggi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lokasi studi, khususnya di daerah
rencana genangan, terdapat sebanyak 45 jenis avifauna (burung), 8 jenis mammalia, dan 17
jenis herpetofauna.

Hilangnya habitat eksisting dari satwa liar yang menghuni tapak bendung akan menurunkan
jumlah populasi jenis di wilayah studi. Terdapat sebanyak 13 jenis avifauna yang dilindungi
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia dan sebanyak 2 jenis termasuk dalam
apendik II CITES(Tabel 2.23). Sebanyak 2 jenis mammalia yang memiliki nilai konservasi
sangat penting(Tabel 2.25), yaitu Berang-berang cakar kecil (Aonyx cinerea) dan jenis
Berang-berang bulu licin (Lutrogale perspicillata).Sebanyak 1 jenis reptil mempunyai nilai
konservasi, yaitu ular sanca kembang (Python reticulatus) yang termasuk dalam apendiks II
CITES, artinya jenis ini dianggap langka, tetapi masih dapat dimanfaatkan secara terbatas,
antara lain melalui sistem penjatahan (kuota) dan pengawasan.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 33


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Walaupun dapat berpindah ke lokasi yang lebih tinggi, aman, dan sama tipe habitatnya akan
tetapi tidak mudah bagi beberapa jenis satwa liar untuk beradaptasi di lokasi yang baru.
Hilangnya habitat bersarang satwa liar akibat dari adanya genangan akan sangat
berpengaruh terhadap ekosistem secara keseluruhan, sehingga terjadi penurunan populasi
jenis satwa liar.
Dengan berpindahnya fauna ke tempat yang lebih tinggi maka kelimpahan populasi dan
keanekaragaman jenis di luar area genangan akan meningkat, sehingga tingkat kompetisi di
area tersebut akan semakin tinggi, baik di dalam mencari makan, bersarang atau
berkembangbiak, dan berlindung.

Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Jumlah penduduk yang akan terkena dampakmigrasi fauna teresterial terutama adalah
adalah masyarakat yang berada pada wilayah studi yang jumlahnya 2.895 orang (Tabel
1.3). Dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak penting (P).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Dampak terhadap migrasi fauna teresterial fauna teresterial akibat kegiatan pengisian
awal bendungan yaitu Luas wilayah penyebaran dampak adalah seluas wilayah studi yaitu
5528,68hektar. Dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak penting (P).
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak berlangsungnya kegiatan migrasi fauna yaitu selamakegiatan pengisian awal
waduk yang memakan waktu 20 bulan.Dengan demikian dampak dikategorikan sebagai
dampak penting (P).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Dampak terhadap migrasi fauna teresterial di tapak bendung dapat menyebabkan keresahan
masyarakat, dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak penting (P).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak migrasi fauna teresterial bersifat tidak kumulatif, karena di luar tapak genangan
terdapat tipologi vegetasi yang sama dengan tapak genangan, sehingga dapat menjadi
habitat pengganti. Dengan demikian dinilai sebagai dampak tidak penting (TP).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak migrasi fauna teresterial dapat berbalik dikarenakan di daerah luar genangan
memiliki kesamaan tipologi vegetasi dengan habitat rencana genangan, sehingga
dikategorikan sebagai dampak tidak penting (TP).
Berdasarkan uraian di atas maka dampak kegiatan penggenangan awal bendungan terhadap
migrasi fauna teresterial di tapak bendung merupakan dampak negatif penting (-P).

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 34


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

3.4.1.3. Penurunan Stabilitas Lereng Sempadan Waduk


A. Besaran Dampak
Pada saat awal penggenangan waduk dilaksanakan, yaitu setelah tubuh bendungan dan
bangunan pelengkap lainnya selesai dibangun, diprakirakan akan menimbulkan dampak
terhadap perubahan kondisi tanah yang memicu terjadinya longsoran di seputar bibir waduk
terutama dibagian yang peka terhadap kelongsoran. Tanah penyusun lahan permukaan di
area rencana pembangunan waduk Sadawarna umumnya berupa lempung, lempung lanauan
mengandung kerikil dan lanau pasiran hasil pelapukan endapan volkanik Kuarter dan batuan
sedimen klastika halus – sangat kasar dengan ketebalan pelapukan 0,5 – sampai 5 meter.
Sifat fisik tanah hasil pelapukan yang menyusun bagian permukaan ini cukup lunak, mudah
lepas, di beberapa bagian memiliki plastisitas antara sedang – tinggi.
Dampak penggenangan waduk terhadap kondisi lereng di seputar zona sempadan waduk
antara garis muka genangan hingga zona tanah tersaturasi (saturated zone) sangat bolehjadi
menjadi rentan longsor karena beberapa faktor berikut:
(a) Faktor Eksternal. Terganggunya kesetimbangan, sebagai akibat dari :
 Perobahan rezim hidrolika pada lereng (bank) dan meningkatnya tekanan air pori pada
bidang diskontinuitas akibat penggenangan.
 Perubahan dan kerusakan struktur tanah karena aktivitas konstruksi.
 Terpicu aktivitas gempa bumi.
(b) Faktor Internal.
 Penjenuhan massa tanah akan menyebabkan perlemahan atau pelepasan ikatan material
antar butir tanah/massa batuan.
 Terjadinya tegangan air pori oleh penjenuhan massa tanah/batuan yang menurunkaan
kuat geser (shear strength) tanah.
 Adanya diskontinuitas geologi antar jenis batuan penyusun yang berbeda atau bidang
perlapisan, bidang hancuran, sesar dan perubahan sifat fisik tanah akibat pelapukan yang
ditemui di beberapa tempat sekitar rencana area waduk. Bidang-bidang ini akan menjadi
tidak stabil pada saat penggenangan.
Dari hasil observasi dan wawancana di lapangan, daerah calon sempadan waduk yang
termasuk ke dalam daerah rawan longsor yaitu Kampung Songgom di Desa Tanjung, dan
Kampung Sairu di Desa Surian, Kec. Surian, Kabupaten Sumedang, dan Desa Sadawarna, Kec.
Cibogo, Kab. Subang.
Didasarkan uraian tersebut di atas, dampak penggenangan terhadap kemantapan lereng di
zona sempadan waduk antara garis muka air genangan minimum/maksimum hingga zona
tanah tersaturasi (saturated zone) memiliki magnitude yang besar.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 35


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

B. Sifat Penting Dampak

a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak


Jumlah penduduk yang terkena dampak akibat penurunan lereng di zona sempadan
waduk yang nantinya merupakan lahan yang dibebaskan terutama area permukiman
sudah tidak ada lagi, maka dianggap tidak ada dampak yang berarti. Dengan demikian
dampak dikategorikan sebagai dampak negatif tidak penting (-TP).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Dampak penurunan stabilitas lereng akibat penggenangan waduk yang berpotensi
menjadi rentan longsor di seputar sempadan waduk. Ketinggian maksimum yang
diprakirakan menjadi rentan longsor adalah pada lereng waduk dari batas paras air
waduk ke arah daratan yang mengalami penjenuhan. Daerah penyebaran dampak
meliputi sebagian wilayah Desa Sadawarna, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang; Desa
Tanjung, Kecamatan Surian, Kabupaten Sumedang. Dengan demikian dampak
dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dan lamanya dampak berlangsung selama masa penggenangan waduk dan akan
berlanjut sampai tahap operasional, maka dampak dinyatakan sebagai dampak negatif
penting (-P).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Dampak penurunan stabilitas lereng yang terjadi di seputar zona sempadan waduk dapat
menimbulkan perubahan topografi lereng waduk berupa jejak-jejak longsoran (mahkota
longsoran), peningkatan sedimentasi waduk, dan secara tidak langsung mempercepat
pendangkalan waduk. Dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak negatif
penting (-P).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak penurunan stabilitas lereng bersifat kumulatif hingga tercapai suatu
kesetimbangan lereng hingga waktu tertentu, dengan demikian dinilai sebagai dampak
penting (P).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak penurunan stabilitas lereng dapat berbalik apabila telah mencapai suatu
keseimbangan lereng dan adanya pengelolaan jangka pendek berupa rekayasa teknis, dan
jangka panjang dengan melakukan penghijauan berupa sabuk hijau dengan vegetasi yang
dapat mengeliminir kelongsoran di titik-titik yang peka longsor, sehingga dikategorikan
sebagai dampak penting (P).

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 36


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Berdasarkan uraian di atas maka dampak penurunan stabilitas lereng akibat penggenangan
waduk dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).

3.4.1.4. Terputusnya Aksesibiltas Masyarakat


A. Besaran Dampak
Daerah genangan meliputi juga 7,5 km jalan raya dan 3 buah jembatan, sehingga
aksesibilitas masyarakat akan terganggu.
Ruas jalan yang terputus adalah sebagai berikut :
1. Sebagian Jalan Desa Sadawarna – Desa Cibalandong Jaya, Kec. Cibogo, Kab Subang
sepanjang 3,25 km dengan lebar 7 meter yang tergenang akan memutus hubungan
antara Desa Sadawarna dengan Desa Cibalandong Jaya. Pada ruas jalan ini terdapat pula 3
buah jembatan yang akan terendam dengan lebar 7 m.
2. Sebagian Jalan Desa Tanjung – Desa Suriamedal - Desa Surian, Kec. Surian, Kab Sumedang,
sepanjang 2,25 km dengan lebar 7 meter dan 2 buah jembatan (Jembatan Cijujung dan
jembatan Cijuray) dengan lebar 5 meter yang tergenang akan memutuskan hubungan
antara
- Desa Tanjung– Desa Suriamedal
- Desa Suriamedal - Desa Surian
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.03 tahun 2009 Pedoman Rekayasa
Sosial Bendungan, fasilitas umum yang terendam oleh waduk perlu diganti sehingga
fungsi aksesibilitas masyarakat tidak terganggu oleh keberadaan waduk.
Dampak kehilangan jalan tersebut bagi kondisi sosial adalah menurunnya frekuensi
bepergian keluar desa. Seperti yang diuraikan pada Tabel 2.37, Pada kondisi eksisting
(tanpa proyek) sebagian besar masyarakat melakukan kegiatan di luar desa (49,70 %
masyarakat setiap hari ke luar desa, 23,35 &% seminggu sekali ke luar desa). Dengan adanya
penggenangan waduk, aksesibilitas terhambat sehingga tidak ada yang bisa ke luar desa
(0%).
Tabel 3.10. Dampak Terputusnya Aksesibilitas Masyarakat
terhadap Frekuensi Bepergian Masyarakat

Frekuensi Bepergian Prosentase masyarakat bepergian


No ke Luar Desa Rona Lingkungan Awal (tanpa proyek) Dengan proyek
1 Setiap hari 49,70 %
2 seminggu sekali 23,35 %
0%
3 Sebulan sekali 2`1,56 %`
4 Tidak tentu 5,39 %
100% 0%
Sumber : Hasil analisis, 2014

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 37


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 3. 11. Dampak Terputusnya Aksesibilitas Masyarakat


terhadap Kegiatan Sosial Ekonomi
Kepentingan Bepergian Rona Lingkungan Awal
Dengan proyek
No ke Luar Desa (tanpa proyek)
1 Bekerja 23,35 %
2 Sekolah 26,35 %
Belanja untuk keperluan
13,17 %
3. pertanian
0%
Belanja barang untuk
15,57 %
4. pemenuhan konsumsi
Belanja untuk barang
14,97 %
5. dagangan
6. Menengok kerabat 6,59 %
Jumlah 100 % 0%
Sumber : Hasil analisis, 2014

Tujuan/keperluan bepergian ke luar desa sebagian besar (67 %) adalah untuk kepentingan
ekonomi, yang terdiri dari bekerja (23,35 %), Belanja untuk keperluan pertanian (13,17 %),
Belanja untuk barang dagangan (14,97 %), Belanja barang untuk pemenuhan konsumsi
(15,57 %). Sementara sisanya adalah untuk sekolah dan kepentingan sosial.
Dengan demikian dampak terputusnya aksesibiltas masyarakat akibat tergenangnya akses
jalan dan jempatan memiliki magnitude yang besar.

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Jalan digunakan oleh penduduk di wilayah studi yang jumlahnya 2.895 KK. Dengan
demikian dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Panjang keseluruhan jalan akses adalah sepanjang 5,5 km. Panjang jalan tersebut dinilai
besar sehingga luas wilayah penyebaran dampaknyabersifat negatif penting (P).
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak berlangsung selama kegiatan tahap operasional bendungan dengan intensitas
dampak tinggi, dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak penting (P).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak adalah keresahan
masyarakat, dengan demikian dinilai sebagai dampak penting (P).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berupa penurunan aksesibilitas masyarakat bersifat kumulatif, dengan demikian
dampak dinilai sebagai dampak penting (P).

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 38


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak


Dampak berupa penurunan aksesibilitas masyarakat dapat berbalikmelalui pengelolaan,
dengan demikian termasuk dampak penting yang perlu dikelola (P).
Berdasarkan uraian di atas maka dampak kegiatan operasional dan pemeliharaan waduk
terhadap penurunan aksesibilitas masyarakat dikategorikan sebagai dampak negatif
penting (-P).

3.4.1.5. Berkurangnya Kuantitas Aliran Air di Hilir Bendungan

A. Besaran Dampak
Kegiatan penggenangan area Waduk Sadawarna akan menyebabkan berkurangnya sebagian
air Sungai Cipunagara ke bagian hilir karena digunakan untuk mengisi waduk, sehingga
berpengaruh kepada pasokan air irigasi di daerah hilir.
Saat pengisian awal waduk, air Sungai Cipunagara akan tertahan pada Waduk Sadawarna
sampai dengan ketinggian air melebihi ketinggian mercu bendung pada elevasi +87 meter.
Tetapi debit untuk maintenance tetap akan dialirkan ke bagian hilir bendungan melalui
terowongan pengelak, yaitu sebesar 5% dari debit rata-rata, dengan debit rata-rta sebesar
19, 845 m3/dt., maka debit untuk maintenance adalah 0,992 m3/dt. Debit tersebut berasal
dari DAS Cipunegara Hulu.
Berdasarkan gambar DAS Cipunagara memiliki luas total 1203,14 km2 dengan panjang
sungai Cipunegara 147,285 km. DAS Cipunegara memiliki 5 sub DAS (Tabel 3.12).

Tabel 3.12. Pembagian DAS Cipunagara

Sub-DAS Luas (km2) L (km)

Cipunagara Hilir 160.3 55,460


Cipunagara Hulu 341.4 45,504
Cigadung 220.0 6,360
Cilamatan 190.0 18,857
Cikandung 291.4 21,104
Total 1203.14 147,285
Sumber: :Hasil
Sumber Peta Rupa Bumi,
analisis, Bakosurtanal
terhadap Peta Rupa Bumi Bakorsutanal, 2014

Waduk Sadawarna berada pada DAS Cipunegara Hulu. Di bagian hililr waduk Sadawarna,
Sungai Cipunegara diisi oleh 4 DAS yaitu DAS Cipunegara Hilir, DAS Cigadung, DAS Cilamatan,
dan DAS Cikandung.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 39


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Beberapa kegiatan yang akan memerlukan air baku yang berasal dari DAS Cipunegara antara
lain adalah :
a) Kebutuhan air domestic, perkotaan dan industri (DPI)
Beberapa daerah yang Kebutuhan Air Bakunya berasal dari dari Sungai Cipunegara
akan terganggu akibat terputusnya pasokan selama pengggenangan awal Waduk
Sadawarna.
Data pengambilan air baku dari Sungai Cipunegara yang tercatat dalam data BBWS
Citarum adalah pada Bendungan Sadawarna, sebesar 0,62 m3/dt, pada Bendung
Salamdarma. Diluar data tersebut kemungkin ada pengambilan air baku oleh
masyarakat , yang tidak tercatat. Beberapa kecamatan yang berada pada sisi
Cungai Cipunegara adalah sebagai berikut :
 5 Kecamatan di Kab Subang, yaitu :
- Kec Cibogo
- Kec Cipunegara
- Kec Compreng
- Kec Pusakajaya
- Kec Pusakanegara
-
 Dan 4 Kecamatan di kab indramayu, yaitu :
- Kec. Sukra
- Kec. Anjatan
- Kec. Haurgeulis
- Kec. Gantar
b) Kebutuhan air irigasi
Sungai Cipunegara mensuplesi Saluran Irigasi Tarum Timur pada Bendung
Salamdarma untuk mengairi areal irigasi teknis sebesar 38.188 Ha di wilayah
Indramayu.
c) Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai
Debit untuk maintenance tetap akan dialirkan ke bagian hilir waduk melalui terowongan
pengelak, yaitu sebesar 5% dari debit rata-rata, dengan debit rata-rta sebesar 19 m3/dt.,
maka debit untuk maintenance adalah 0,992 m3/dt. Debit sebesar itu akan mengalir ke
bagian hilir sampai dengan pertemuan dengan anak sungai lainnya (Sungai Cikandung,
Sungai Cigadung, Sungai Cilamatan, Sungai Cipunagara hilir, dan Sungai Cikandung).

Berdasarkan data perhitungan hidrologi Review Design Rencana Waduk Sadawarna,


perhitungan unit hidrograf untuk DAS Cipunagara dapat dilihat pada Gambar 2.8 sampai

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 40


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

dengan Gambar 2.11. Resume debit puncak hidrograph banjir hasil perhitungan program
HEC-HMS jika dibandingkan dengan hasil perhitungan metoda Nakayasu, Snyder-Alexeyev,
Snyder-SCS, Gama-1, ITB-1 dan ITB-2 ditunjukan pada Tabel 2.8.
Berdasarkan data bendungan yang disajikan pada bab 1, diketahui bahwa volume bruto
waduk dengan elevasi pelimpah (Full Supply Level) kondisi normal pada + 87 m adalah
49.178 juta m3
Sehingga perkiraan lamanya penggenangan dengan perhitungan menggunakan data debit
rata-rata atau debit periode ulang 2 tahun dan volume bruto waduk di atas adalah 1,65
tahun atau 19,8 bulan. Dengan demikian dapat disimpulkan lamanya penggenangan akan
memakan waktu kurang lebih 20 bulan. Jadi selama kurang lebih 20 bulan tersebut, aliran
Sungai Cipunegara yang dikeluarkan oleh terowongan pengelak adalah sebesar 3,532m3/dt
debit andalan 90%.

Suplesi Sungai Cipunagara di Bagian Hilir As Bendungan Sadawarna


Selama aliran Sungai Cipunegara tertahan untuk pengisian Waduk Sadawarna dan hanya
dikeluarkan sebesar 3,532m3/dt, selanjtnya ada tambahan debit dari suplesi Sungai
Cikandung (luas DAS 291,4 km2, dengan panjang sungai 21,4 km) dan sungai Cilamatan (luas
DAS 190,0 km2, dengan panjang sungai 18,857 km), Sungai Cigadung (luas DAS 220,0 km2,
dengan panjang sungai 6,36 km), dan Sungai Cipunagara hilir (luas DAS 160,3 km2, dengan
panjang sungai 55,46 km), dan Sungai Cikandung (luas DAS 304,11 km2) (lihat Gambar
3.1.).
Daerah yang akan terkena dampak penting dari keringnya Sungai Cipunegara pada saat
pengisian waduk adalah daerah sebelum pertemuan Sungai Cikandung dengan Sungai
Cipunegara. Lokasi intake air baku PT Dahana (+ 1 km di bagian hilir dari as bendungan)
akan terkena dampak pengurangan debit selama 20 bulan. Selebihnya setelah ada
pertemuan dengan Sungai Cikandung, dan Sungai Cilamatan, Sungai Cipunegara akan terisi
kembali, sehingga Bendung Salamdarma SaluranTarun Timur masih mendapat suplai air
irigasi.
Jadi magnitude dampak yang besar akan dialami oleh intake air baku PT Dahana.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 41


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

DAS CIPUNAGARA
HILIR KABUATEN SUBANG

KABUATEN INDRAM AYU

KABUATEN INDRAM AYU

KABUATEN SUBANG

Ka ra n g te n g a h

Saluran Irigasi
Tarum Timur

G
UN
AD
IG
S. C

DAS CIGADUNG
Intake air baku
AN
AT

PT Dahana
AM
IL

S. C
C

A
AR
S.

AG
IKA
U N Lokasi Waduk
IP
ND

S. C
Sadawarna
UN
G

DAS CILAMATAN
S. C
IG A
E
AM

L
IL

AGA
C
S.

DAS CIKANDUNG

DAS CIPUNAGARA HULU

Gambar 3.1.Pembagian DAS Cipunagara

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 42


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

180

FDC Perhitungan Debit Perhitungan Debit Pengamatan


FDC Pengamatan P(%) Q(m3/s) P(%) Q(m3/s) P(%) Q(m3/s) P(%) Q(m3/s)
160
5 123.75 55 43.25 5 114.95 55 42.05
10 106.29 60 36.07 10 97.48 60 37.73
15 96.80 65 31.78 15 89.20 65 30.35
140 20 86.54 70 25.89 20 78.86 70 25.10
25 81.16 75 20.04 25 74.91 75 21.83
30 75.47 80 15.83 30 69.54 80 18.37
35 68.94 85 12.21 35 64.89 85 12.79
120
40 63.51 90 9.64 40 59.34 90 8.98
45 59.81 95 6.74 45 54.25 95 5.64
50 48.37 100 2.35 50 46.49 100 4.56
Debit (m /s)

100 Sumber : Hasil Analisa 2009


3

80

60

40

20

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
Probability (%)

Gambar 3.2.Perbandingan FDC Hasil Perhitungan dan Pengamatan S. Cipunagara di lokasi


AWLR Kiara Payung
Sumber : Finalisasi Desain dan Penyelidikan Geologi Teknik Waduk Sadawarna, 2012

120.00
Qav-Comp
Qav-Obs

100.00

80.00
Qave (m3/s)

60.00

40.00

20.00

0.00
Jan-1

Jan-2

Feb-1

Feb-2

Mar-1

Mar-2

Apr-1

Apr-2

Mei-1

Mei-2

Jun-1

Jun-2

Jul-1

Jul-2

Ags-1

Ags-2

Sep-1

Sep-2

Nop-1

Nop-2

Des-1

Des-2
Okt-1

Okt-2

Gambar 3.3.Qrata-rata Perhitungan dan Pengamatan di AWLR Kiara Payung


Sumber : Finalisasi Desain dan Penyelidikan Geologi Teknik Waduk Sadawarna, 2012

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 43


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

120.00
Q80-Comp
Q80-Obs

100.00

80.00
Qave (m3/s)

60.00

40.00

20.00

0.00
Jan-1

Jan-2

Feb-1

Feb-2

Mar-1

Mar-2

Apr-1

Apr-2

Mei-1

Mei-2

Jun-1

Jun-2

Jul-1

Jul-2

Ags-1

Ags-2

Sep-1

Sep-2

Nop-1

Nop-2

Des-1

Des-2
Okt-1

Okt-2
Gambar 3.4. Q80 Perhitungan dan Pengamatan di AWLR Kiara Payung
Sumber : Finalisasi Desain dan Penyelidikan Geologi Teknik Waduk Sadawarna, 2012

120.00
Q90-Comp
Q90-Obs

100.00

80.00
Qave (m3/s)

60.00

40.00

20.00

0.00
Jul-1

Jul-2

Sep-1

Sep-2
Jan-1

Jan-2

Feb-1

Feb-2

Mar-1

Mar-2

Apr-1

Apr-2

Mei-1

Mei-2

Jun-1

Jun-2

Ags-1

Ags-2

Okt-1

Okt-2

Nop-1

Nop-2

Des-1

Des-2

Gambar 3.5. Q90 Perhitungan dan Pengamatan di AWLR Kiara Payung


Sumber : Finalisasi Desain dan Penyelidikan Geologi Teknik Waduk Sadawarna, 2012

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 44


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Magnitude dampak yang besar akan dirasakan oleh karyawan PT Dahana yang terkena
dampak keringnya sumber air baku. Jumlah karyawan PT Dahana adalah sekitar 274 orang.
Dengan demikian dinyatakan sebagai dampak negatif penting (-P).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Magnitude dampak yang besar akan dirasakan oleh PT Dahana. Luas PT Dahana + 600
ha.Dengan demikian dinyatakan sebagai dampak negatif penting (-P).
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak berlangsungnya kegiatan adalah 20 bulan, dengan demikian intensitas dampak
tinggi, sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Dampak kegatan pengisian awal waduk terhadap berkurangnya kuantitas aliran air di
hilir bendunganberdampak terhadap komponen lingkungan hidup lain seperti penurunan
penghasilan masyarakat, dan penurunan produktivitas hasil pertanian, dengan demikian
dampak dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berkurangnya kuantitas aliran air di hilir bendunganbersifat kumulatif, sehingga
dinilai sebagai dampak negatif penting (-P).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak berkurangnya kuantitas aliran air di hilir bendungandapat berbalik, melalui
pengelolaan sehingga dikategorikan sebagai dampak negatif penting (-P).
Berdasarkan uraian di atas maka dampak kegiatan pengisian awal waduk waduk terhadap
berkurangnya kuantitas aliran air di hilir bendungandikategorikan sebagai dampak negatif
penting (-P).

3.4.2. Operasional dan Pemeliharaan Bendungan dan Fasilitas Penunjangnya

3.4.2.1. Perubahan Komposisi Penyusun Komunitas Biota Air


A. Besaran Dampak
A.1. Dampak terhadap Biota Air pada Bagian Sungai Cipunagara di Hilir Bendungan
Kegiatan penggenangan area Waduk Sadawarna akan menyebabkan berkurangnya sebagian
air Sungai Cipunagara ke bagian hilir karena digunakan untuk mengisi waduk selama + 20
bulan (lihat sub bab 3.4.1.5.), sehingga terdapat potensi dampak kekeringan sungai
terhadap kelangsungan hidup biota air. Tetapi ada sejumlah debit yang tetap dialirkan
melalui terowongan pengelak untuk keperluan maintenance sungai.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 45


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Analisis besarnya debit sungai yang tetap akan dialirkan untuk maintenance sungai
disajikan pada uraian berikut : Gambar 3.2. sampai dengan Gambar 3.5. menggambarkan
hasil perhitungan debit andalan yang merupakan interprestasi data ketersediaan air pada
sungai utama baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau.

Qrata-rata menunjukkan rata-rata debit aliran yang terjadi di hulu waduk dalam satu tahun,
Q 80% merupakan besarnya 80 % debit yang terpenuhi dalam sungai tersebut dalam satu
tahun, Q 90% merupakan besarnya 90 % debit yang terpenuhi dalam sungai tersebut dalam
satu tahun.

Resume debit ketersediaan / debit andalan berdasarkan grafik pada Gambar 3.2. sampai
dengan Gambar 3.5 adalah sebagai berikut:

Q-rata-rata : 19,845 m3/det


Q-80% : 5,799 m3/det
Q-90% : 3,532 m3/det

Di hilir waduk, untuk maintenance sungai ditetapkan sebesar 5% dari debit rata-rata yaitu
sebesar 0,992 m3/s. Maintenance ini untuk pemeliharaan biota di sekitar sungai. Dengan
demikian magnitude dampak untuk biota sungai kecil.

A.2.Dampak pada Tapak Waduk Sadawarna

Penggenangan kawasan bendungan seluas 693,943ha dengan volume 72,881 m3, akan
merubah ekosistem air mengalir menjadi ekosistem air tidak mengalir, serta terjadinya
stratifikasi air berdasarkan kedalaman. Dasar bendungan diprakirakan akan dihuni oleh
benthos yang tahan terhadap kondisi mikroaerofil hingga anaerob, dan yang tidak tahan
terhadap kondisi demikian akan berada di tepi waduk yang relatif dangkal.
Untuk plankton dengan aerasi yang kecil, yang bertahan adalah yang toleran terhadap
kandungan DO yang rendah. Perubahan ini akan mempengaruhi populasi dan komposisi jenis
pada trofi diatasnya seperti ikan.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 46


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Berdasarkan data primer tahun 2014 hasil analisis plankton benthos yang dilakukan
Laboratorium Ekologi PPSDAL Unpad, di perairan lokasi studi telah ditemukan sebanyak 35
jenis plankton yang terdiri dari 21 jenis fitoplankton dan 14 jenis zooplankton. Sedangkan
untuk jenis benthos ditemukan sebanyak 9 jenis. Indeks keanekaragaman jenis Simpson
untuk plankton di perairan wilayah studi berkisar antara 0,790 (Stasiun 2) sampai dengan
0,804 (Stasiun 1). Sedangkan indeks keanekaragaman jenis Simpson untuk benthos berkisar
antara 0,657 (Stasiun 1) sampai dengan 0,720 (Stasiun 3). Berdasarkan indeks
keanekaragaman jenis Shannon & Wiener, plankton dan benthos di wilayah studi dapat
dikategorikan sebagai perairan yang cukup memiliki daya dukung bagi kelangsungan
keberadaan biota perairan. Dengan adanya kegiatan operasional dan pemeliharaan
bendungan serta fasilitas penunjangnya diperkirakan akan merubah komposisi penyusun
biota air baik plankton, benthos, maupun nekton (ikan) sebagai konsumen perairan tertinggi.
Pembendungan aliran sungai akan membentuk ekosistem baru yang sangat berlainan dengan
ekosistem sungai. Sungai yang merupakan perairan mengalir sebagai habitat ikan sungai,
akan mengalami perubahan menjadi perairan waduk dan mungkin hanya beberapa jenis ikan
saja yang mampu menyesuaikan diri untuk hidup dan berkembangbiak dalam menyelesaikan
daur hidupnya.
Perairan waduk yang terbentuk mungkin hanya cocok sebagai daerah pertumbuhan, tetapi
tidak sebagai daerah pemijahan bagi beberapa jenis ikan asli sungai, sehingga ikan tersebut
hanya dapat tumbuh namun tidak dapat melanjutkan keturunannya. Berdasarkan hasil
pengambilan data ikan secara langsung maupun wawancara dengan penduduk di wilayah
studi, terdapat sebanyak 23 jenis ikan(Tabel 2.31).

Perubahan ekosistem sungai menjadi ekosistem waduk akan berpengaruh terhadap populasi
ikan. Pada awal penggenangan, siklus hidup ikan akan terganggu. Jenis ikan yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan waduk akan tumbuh dan berkembang biak serta biasanya
merupakan ikan yang mendominasi. Sebaliknya, jenis ikan yang kurang atau tidak mampu
beradaptasi, pada jangka panjang akan menghilang meskipun mungkin pada tahun pertama
penggenangan jumlahnya melimpah. Ukuran populasi ikan ditentukan oleh laju peremajaan
dan pertumbuhan. Apabila ketersediaan daerah pemijahan dan daerah makanan ikan
terbatas maka ukuran populasi akan semakin menurun. Penurunan tersebut akan dipercepat
dengan meningkatnya upaya penangkapan.

Perikanan waduk bertujuan untuk meningkatkan produksi ikan dan mempertahankan


produksi tersebut pada tingkat produktivitas maksimumnya, oleh sebab itu maka
pengelolaan populasi ikan harus ditujukan bagi tercapainya kondisi perairan yang sesuai

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 47


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

untuk pertumbuhan dan perkembangan populasi ikan yang diharapkan. Dengan demikian
adanya kegiatan operasional dan pemeliharaan waduk akan berdampak positif terhadap
perubahan komposisi penyusun komunitas biota air.
Potensi budidaya perikanan jaring terapung sangat mungkin untuk berkembang sesuai
analogi dengan waduk/situ di daerah lain di Indonesia. Akan tetapi apabila tidak dibatasi
penggunaannya dikhawatirkan dapat menjadi sumber penyebab terjadinya penurunan
kualitas air waduk akibat pemberian pakan ikan, sehingga akan menjadi ancaman bagi
kualitas air waduk.

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Jumlah penduduk yang terkena dampak dari perubahan komposisi penyusun komunitas
biota air dapat dikatakan adalah penduduk di wilayah studi yang dapat menikmati kondisi
tersebut jumlahnya 2.865 KK. Dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak
positif penting (+P).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Dampak terhadap perubahan komposisi penyusun komunitas biota air adalah seluas areal
genangan bendungan (areal waduk) yaitu 693,943hektar. Dengan demikian dampak
dinyatakan sebagai dampak positif penting (+P).
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dampak berlangsung selama kegiatan tahap operasional bendungan dengan intensitas
dampak tinggi, dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak positif penting
(+P).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Dampak terhadap perubahan komposisi penyusun komunitas biota air berdampak
terhadap komponen lingkungan hidup lain seperti perubahan mata pencaharian
masyarakat dan penurunan kualitas air, dengan demikian dampak dikategorikan sebagai
dampak positif penting (+P).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak perubahan komposisi penyusun komunitas biota air bersifat kumulatif, sehingga
dampak dinilai sebagai dampak positif penting (+P).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak perubahan komposisi penyusun komunitas biota air dapat berbalik bila tidak
dikelola dengan baik, sehingga dikategorikan sebagai dampak positif penting (+P).

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 48


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Berdasarkan uraian di atas maka dampak kegiatan operasional dan pemeliharaan waduk
terhadap perubahan komposisi penyusun komunitas biota air dikategorikan sebagai dampak
positif penting (+P).

3.4.2.2. Perkembangan Wilayah

A. Besaran Dampak
Dampak perubahan penggunaan lahan dari pelaksanaan pembangunan Bendungan
Sadawarna merupakan dampak primer akibat dari berubahnya penggunaan lahan sawah,
kebun dan permukiman menjadi kawasan genangan.

Lahan yang digunakan sebagai bendungan seluas seluas 693,943 ha pada elevasi + 80 meter
maka akan bermanfaat bagi irigasi dan air baku yang sebagai berikut :
1. Sebagai penyediaan air irigasi pertanian di Kecamatan Cibogo, Kecamatan Pagaden, dan
Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang ; serta Kecamatan Haurgeulis Kabupaten
Indramayu, (meliputii DI Sadawarna Kiri (+3000 ha), DI Sadawarna Kanan (+2000 ha),
DI Cikadung (+1000 ha))
2. Memasok air untuk Waduk Cipancuh dari sisa buangan air irigasi (return flow). Air yang
diginakan untuk memasok Waduk Cipancuh adalah sebanyak +20% dari total pasokan
untuk DI Cikadung.
3. Sebagai penyediaan air baku untuk perkotaan/permukiman : Kab Subang (untuk 1,078
juta orang, meliputi Kecamatan Cibogo, Kecamatan Pagaden, dan Kecamatan Cipunagara
Kabupaten Subang), DPI Kab Indramayu (untuk 0,723 juta orang, meliputi Kecamatan
Haurgeulis Kabupaten Indramayu).

Ditinjau dari aspek tata ruang, maka perubahan tata guna lahan ini sudah sesuai dengan
peraturan daerah yang ada mulai dari Perda RTRW Jawa Barat, RTRW Subang dan Perda
RTRW Sumedang dimana peraturan tersebut Adalah:
perda RTRW Provinsi Jawa Barat : Bagian Kedua, WP Purwasuka, Pasal 55 ayat 3 huruf (d).
pengembanganinfrastruktur sumberdaya air, meliputi :
1. Pembangunan Waduk Sadawarna, Cilame, Talagaherang, Cipunagara, Kandung dan Bodas
di Kabupaten Subang;

Sedangkan dari Ranperda RTRW Kabupaten Sumedang pada pasal 12 ayat 1 huruf (d):

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 49


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Rencana prasarana waduk/bendungan, (salah satunya) terdiri atasWaduk/bendungan


Sadawarna, meliputi: Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang dan Kecamatan Surian
Kabupaten Sumedang.

RTRW Kabupaten Subang No 03 tahun 2014 pasal 21 Sistem jaringan prasarana sumberdaya
air, dalam pasal 5 menyebutkan bahwa Waduk Sadawarna di Kecamatan Cibogo merupakan
salah satu waduk yang akan dibangun.

Potensi perkembangan yang dapat timbul akibat keberadaan Waduk Sadawarna, selain
manfaat yang direncanakan yaitu penyedia air baku dan irigasi, adalah sebagai berikut :
1. Analisis Perkembangan Wilayah karena Keramba Jaring Apung
Analogi dengan bendungan lain di Indonesia, keberadaan waduk dapat memicu adanya
usaha pertanian ikan berupa Keramba Jaring Apung (KJA), sementara keberadaan KJA ini
pada perencanaan Waduk Sadawarna akan dilarang keberadaannya oleh pengelola
waduk (dapat dilihat pada sub bab 1.1.6.3.2.b. Pemeliharaan Waduk dan Bangunan
Pelengkap, point 7. Pelarangan Pertanian Ikan pada Waduk), karena berpotensi
menurunkan kualitas air waduk dan juga mengancam operasional infrastuktur waduk.

2. Analisis Perkembangan Wilayah karena Daya Tarik Wisata


Daerah genangan dari Bendungan Sadawarna dapat meningkatkan estetika lingkungan.
Analogi dengan bendungan lain di Indonesia, adanya bendungan dapat menjadi daya tarik
wisata daerah setempat sehingga dapat berdampak terhadap pengembangan wilayah,
yang kemudian menimbulkan dampak keuntungan bagi masyarakat sebagai peluang
bekerja/berusaha baik dibidang jasa, barang, maupun investasi.
Dari hasil observasi di lapangan maupun penelaahan di materi teknis RTRW, tidak ada
objek wisata eksisting yang ada pada wilayah studi.Wilayah studi bukan merupakan
daerah yang dikembangkan sebagai kawasan peruntukan pariwisata baik dalam RTRW
Kabupaten Subang maupun RTRW Kabupaten Sumedang.
Dalam RTRW Kab Sumedang, Kec Surian merupakan daerah yang peruntukan lahannya
dikembangkan untuk hutan produksi terbatas, hutan peruntukan rakyat, pertanian lahan
basah dan lahan kering, sawah tadah hujan, perkebunan, peternakan.
Dalam RTRW Kab Subang, wilayah studi merupakan daerah yang dikembangkan untuk
Hutan produksi terbatas dan tetap, pertanian lahan basah dan lahan kering, kawasan
peruntukan waduk.
Untuk peruntukan kegiatan di atas, dalam perda RTRW Subang maupun Sumedang,
tersebut boleh melakukan kegatan wisata alam tetapi secara terbatas. Hal ini

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 50


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

mengartikan bahwa ada pembatasan pemberian ijin untuk mendirikan sarana dan
prasarana wisata agar tidak akan merubah fungsi kawasan tersebut.
Dengan demikian perkembangan wilayah wisata di sempadan waduk Sadawarna
diprediksi hanya setempat (lokal) dan memiliki magnitude yang kecil.
B. Sifat Penting Dampak
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Karena ada pelarangan keramba jaring apung, maka jumlah penduduk yang terkena
dampak tidak ada. Sementara untuk perkembangan wisata, karena dampak potensi wisata
hanya setempat (lokal) dan ijin mendirikan kegiatan penunjang wisata akan dibatasi
(karena tidak sesuai peuntukan wilayah dalam RTRW), maka jumlah penduduk yang akan
terkena dampak tidak signifikan. Dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak
tidak penting (TP).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Karena akan ada pelarangan keramba jaring apung, maka tidak ada luas wilayah
penyebaran dampak perkembangan wilayah karena kegatan Keramba Jaring Apung.
Sementara untuk perkembangan wisata, karena dampak potensi wisata hanya setempat
(lokal) dan ijin mendirikan kegiatan penunjang wisata akan dibatasi (karena tidak sesuai
peuntukan wilayah dalam RTRW), maka luas wilayah penyebaran dampak tidak signifikan
Dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak tidak penting (TP).
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Karena akan ada pelarangan keramba jaring apung serta perkembangan wisata diprediksi
hanya bersifat setempat (lokal), maka wlaupun lamanya dampak berlangsung selama
tahap operasional, tetapi intensitas dampak tidak tinggi. Dengan demikian dampak
dikategorikan sebagai dampak tidak penting (TP).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Dampak terhadap perkembangan wilayah memiliki intensitas yang tidak akan terlalu
besar karena akan ada pelarangan keramba jaring apung serta perkembangan wisata
diprediksi hanya bersifat setempat (lokal) disebabkan tidak sesuai peruntukan wisata
dalam RTRW. Dengan demikian komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena
dampak tidak akan signifikan, dengan demikian dampak dikategorikan sebagai dampak
tidak penting (TP).
e. Sifat kumulatif dampak
Karena akan ada pelarangan keramba jaring apung, serta perkembangan wisata diprediksi
hanya bersifat setempat (lokal), maka dampak pengembangan wilayah tidak bersifat
kumulatif, sehingga dinilai sebagai dampak tidak penting (TP).

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 51


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak


Dampak pengembangan wilayah dapat berbalik tanpa pengelolaan, sehingga
dikategorikan sebagai dampak penting (P).
Berdasarkan uraian di atas maka dampak pengembangan wilayah setelah Bendungan
Sadawarna beroperasi dikategorikan sebagai dampak penting (-P).

3.4.2.3.Gangguan Keamanan untuk Kegiatan PT Dahana

A. Besaran Dampak
Dampak gangguan keamanan untuk Kegiatan PT Dahana merupakan dampak sekunder dari
dampak primer perkembangan wilayah. Di Desa Sadawarna, Kecamatan Cibogo, Kabupaten
Subang, terdapat fasilitas riset dan pengembangan, manufaktur, dan pergudangan bahan
berenergi tinggi terbesar di ASEAN, yang dinamakan Energetic Material Centre (EMC) yang
menempati areal seluas 600 ha (sub bab 1.1.7.4). Kegiatan PT Dahana dibagi menjadi 5
zona, mulai dari zona terisolasi, sampai dengan zona aman, dan untuk keamanan dan
keselamatan, PT Dahana sangat menjaga zona-zona tertentu yang tidak dapat dimasuki oleh
pihak yang tidak berpentingan.
Bagian lokasi PT Dahana yang bersinggungan dengan kepentingan Waduk Sadawarna yaitu,
jalan masuk menuju Waduk Sadawarna berada di atas lahan PT Dahana, pada wilayah
penyangga yang terkatagori zona aman. Bahkan jalan masuk menuju lokasi Waduk
Sadawarna pada kondisi eksisting dipakai sebagai jalan akses masyarakat menuju desa-desa
yang ada di wilayah studi, di Kecamatan Cibogo.Guna lahan jalan masuk tersebut pada
kondisi eksisting adalah guna lahan mess karyawan serta perkebunan campuran yang
menjadi area perlindungan /green beltdari zona bahaya pada PT Dahana. Di sepanjang jalan
tersebut diberikan pagar kawat dan tanda-tanda peringatan dilarang masuk, tanda
kepemilikan PT Dahana, serta peringatan bahaya agar tidak ada orang yang masuk ke
wilayah PT Dahana.
Terutama dampak yang dikhawatirkan pada kawasan adalah kemungkinan berkembangnya
kegiatan wisata, sehingga wilayah menjadi ramai pengunjung dan aktivitas multiplier
effectnya seperti rumah makan, dan fasilitas akomodasi lainnya, sehingga zona-zona bahaya
di PT Dahana dapat dimasuki oleh pihak yang tidak berpentingan.
Pada pembahasan sebelumnya (sub bab 3.4.2.2. Perkembangan Wilayah, magnitude dampak
primer ‘Perkembangan Wilayah” penyebab aliran dampak sekunder ini tidak besar karena
Dari hasil observasi di lapangan tidak ada objek wisata eksisting yang ada pada wilayah
studi. Pada RTRW Kabupaten Subang dan Sumedang, wilayah studi bukan merupakan daerah
yang dikembangkan sebagai kawasan peruntukan pariwisata, melainkan hutan produksi

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 52


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

terbatas, hutan peruntukan rakyat, pertanian lahan basah dan lahan kering, sawah tadah
hujan, perkebunan, peternakan. Untuk peruntukan kegiatan tersebut kegatan wisata alam
masih boleh dilakukan tetapi secara terbatas. Dalam hal ini akan ada pembatasan pemberian
ijin untuk mendirikan sarana dan prasarana wisata agar tidak akan merubah fungsi kawasan
tersebut.

Dengan demikian, potensi wisata pada sempadan Waduk Sadawarna akan bersifat lokal
(Setempat) sehingga katagori magnitude kecil, dengan demikiantidak berpotensi
mengganggu kegiatan PT Dahana.

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Tidak ada jumlah penduduk yang terkena dampak, dengan demikian dampak
dikategorikan sebagai dampak tidak penting (-TP).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Luas wilayah penyebaran dampak adalah seluas PT Dahana, yaitu 600 hektar, tetapi
karena magnitude dampak yang kecil, dampak dikategorikan sebagai dampak tidak
penting (-TP).
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Dilihat dari dampak primer yang dapat memicu dampak sekunder ‘Gangguan kemananan
terhadap PT Dahana’, intensitas dampak tidak terlalu tinggi, karena perkembangan
wilayah yang terjadi hanya bersifat lokal/setempat saja. Dengan demikian dampak
dikategorikan sebagai dampak tidak penting (-TP).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Tidak ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak.Dengan demikian
dampak dikategorikan sebagai dampak tidak penting (-TP).
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak gangguan keamanan terhadap PT Dahana tidak bersifat kumulatif, sehingga
dinilai sebagai dampak tidak penting (-TP).
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak gangguan keamanan terhadap PT Dahana dapat berbalik melalui pengelolaan,
sehingga dikategorikan sebagai dampak tidak penting (-TP).
Berdasarkan uraian di atas maka dampak gangguan keamanan terhadap PT Dahana
dikategorikan sebagai dampak tidak penting (-TP).

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 53


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

3.4.2.4.Peningkatan Produktivitas Pertanian


A. Besaran Dampak
Peningkatan produktivitas padi di daerah penerima manfaat dilakukan melalui pemakaian
benih varietas unggul bermutu produktivitas tinggi, sistem jarak tanam, pemupukan
berimbang dan pemakaian pupuk organik, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya
disertai pengawalan, pendampingan, dan upaya lain sesuai dengan pendekatan pengelolaan
tanaman terpadu (SL-PTT). Strategi ini terutama dilaksanakan di wilayah dimana perluasan
areal sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi diharapkan
masih dapat ditingkatkan produktivitasnya.
Produktivitas pertanian di Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang, Kecamatan Pagaden
Kabupaten Subang, Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang, dan Kecamatan Haurgeulis
Kabupaten Indramayu, sebagai daerah penerima manfaat, yang semula merupakan
persawahan tadah hujan, akan ditingkatkan secara bertahap menjadi persawahan irigasi
teknis, yang airnya disuplai dari Waduk Sadawarna. Wilayah tersebut merupakan area
pertanian yang berada di sekitar Daerah Irigasi Sadawarna Kiri (+3000 ha), Daerah Irigasi
Sadawarna Kanan (+2000 ha) dan Daerah Irigasi Cikadung (+1000 ha). Kondisi eksisting di
daerah penerima manfaat yang meliputi Kecamatan Cibogo, Kecamatan Pagaden, Kecamatan
Cipunagara Kabupaten Subang dan Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu merupakan
daerah pertanian padi sawah dengan dua kali musim tanam selama setahun dengan pola
tanam padi - padi, sedangkan jenis padi yang digunakan umumnya IR 64 dan Jenis Cisadane
sesuai dengan anjuran penyuluh pertanian dan kebiasaan petani menanam jenis padi unggul.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di lokasi penerima manfaat, diperoleh
keterangan bahwa petani akan merasa sangat terbantu dengan adanya Waduk Sadawarna,
karena dengan demikian salah satu faktor produksi berupa pasokan air bagi saluran irigasi di
daerah penerima manfaat akan semakin baik. Hal ini akan berdampak positif bagi usaha tani
padi yang selama ini menjadi tumpuan petani untuk menghidupi keluarganya. Semakin
baiknya saluran irigasi akan memungkinkan petani menanam padi selama tiga kali musim
tanam selama setahun.
Tabel 3.13. Prediksi Peningkatan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Budidaya Tanaman Padi Sawah di Daerah Pemanfaat Waduk Sadawarna

Tanpa Proyek pada Dengan Proyek


Parameter
Tahun ke-12 Pada Tahun ke-12
Luas lahan (ha) 6000 6000
Jumlah panen padi per tahun 1 kali 2 kali
Produktivitas padi (ton/ha/tahun) 2,7 5,559
Produksi padi (ton/tahun) 16.200 33.354
Pendapatan kotor / tahun Rp 324.031 milyar Rp 667,15 milyar
Sumber : Hasil Analisis, 2014

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 54


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Prediksi produksi padi sebelum dan sesudah proyek disajikan pada Tabel 3.13. Karena tidak
tersedia untuk produktivitas pertanian eksisting di kawasan pemanfaat, maka analisis
produktivitas (ton/ha) eksisting (tanpa proyek) di wilayah pemanfaat diambil berdasarkan
asumsi (professional judgement). Kondisi lahan pertanian yang ada umumnya persawahan
tadah hujan dan sebagian kecil irigasi desa. Dengan mengambil asumsi tingkat produktivitas
eksisting (tadah hujan) sebesaradalah 2,7 ton/ha/tahun, untuk jumlah panen 1 kali dalam
setahun, maka sebagai perbandingan dalam luas lahan sawah yang sama (6000 ha), maka
produksi padi eksisting adalah 16.200 ton/ha/tahun.
Perkiraan perkembangan manfaat pengairan melalui peningkatan luas panen sawah 2 kali
dalam setahun pada lahan sawah seluas 6000 Ha dengan air irigasi dari Waduk Sadawarna
terhitung pada tahun ke-12 dihitung dengan tingkat produktivitas sebesar 5,559 ton
beras/ha/tahun (2 kali panen), adalah 33.354 ton/ tahun (Tabel 3.14).

Tabel 3.14. Perkiraan perkembangan manfaat pengairan melalui peningkatan


luas panen sawah 6.000 Ha terhitung mulai tahun pertama
beroperasinya waduk sadawarna dengan tingkat produktivitas
sebesar 5,559 ton beras/ha/tahun

Harga Beras
Produksi
Tahun kualitas
% Luas (Ha) Beras Nilai (Rp)
Ke medium per
(Ton)
Ton (Rp)
1 5 300 8,800,000 1,667.70 14,675,760,000
2 10 600 9,482,000 3,335.40 31,626,262,800
3 15 900 10,216,855 5,003.10 51,115,947,251
4 20 1200 11,008,661 6,670.80 73,436,577,550
5 30 1800 11,861,833 10,006.20 118,691,868,465
6 40 2400 12,781,125 13,341.60 170,520,651,028
7 50 3000 13,771,662 16,677.00 229,670,001,853
8 60 3600 14,838,965 20,012.40 296,963,312,396
9 70 4200 15,988,985 23,347.80 373,307,630,625
10 80 4800 17,228,132 26,683.20 459,701,682,284
11 90 5400 18,563,312 30,018.60 557,244,632,994
12 100 6000 20,001,969 33,354.00 667,145,657,834
Sumber : Hasil Analisis, 2014
Keterangan :
 Produktivitas sawah mengacu pada publikasi-publikasi data BPS relevan Tahun 2013 untuk
hasil dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG) yang disesuaikan dengan hasil survey
(sampling) tahun 2014 untuk GKG dengan rendemen 82% (1 ton GKG menjadi 820 kg beras);
dalam hal ini hasil hitungan rata-rata produksi sawah di daerah penerima manfaat waduk
Sadawarna adalah setara 5,559 ton beras kualitas medium perhektar pertahun (dua kali
panen pertahun)

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 55


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

 Harga beras didasarkan pada rata-rata harga beras kualitas medium tahun 2014 yang
bersumber pada data dari Kementerian Perdagangan (Maret 2014)
 Perkembangan harga-harga tahunan nantinya akan mengacu pada perkiraan tertinggi rata-
rata inflasi periode 2012-2013 yang dipublikasi Bank Indonesia (BI) yaitu 7,75%
 PTT : Pengelolaan Tanaman Terpadu, SRI : Metoda Tanam Padi ramah lingkungan , GP3K :
Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi.

Produktivitas 2 kali lipat ini diasumsikan, selain karena keberadaan air irigasi teknis dari
Waduk Sadawarna, juga mendapat pengaruh juga dari perbaikan secara bertahap terhadap
faktor produksi (pengetahuan petani, pemupukan, obat-obatan, peningkatan mutu varietas
padi, dll) dan juga menerapkan teknologi pertanianmelalui SL PTT, SRI, Legowo dll.

Kenaikan produksi padi di daerah pemanfaat, dengan adanya proyek adalah 17.334 ton per
tahun pada tahun ke-12. Bila diasumsikan jumlah garapan petani adalah 1 hektar digarap
oleh 3,3 petani (diolah dari Indramayu dalam Angka, 2012), maka jumlah petani pada 6000
hektar areal persawahan pemanfaat yang akan terkena dampak positif adalah19.800 orang
petani.

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Banyaknya petani yang akan terkena dampak adalah adalah 19.800 orang petani, sehingga
dampak dikategorikan sebagai dampak positif penting (+P).

b. Luas wilayah penyebaran dampak


Luas wilayah pertanian yang akan terkena dampak posiitif adalah 6000 ha, sehingga
dampak dikategorikan sebagai dampak positif penting (+P).

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Lamanya dampak berlangsung adalah selama tahap operasional waduk dengan intensitas
menerus, sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak positif penting (+P).

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak


Komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak adalah peningkatan
penghasilan petani, sehingga dampak dikategorikan sebagai dampak positif penting (+P).

e. Sifat kumulatif dampak


Dampak bersifat kumulatif, sehingga dinilai sebagai dampak positif penting (+P).

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak


Dampak peningkatan produktivitas pertanian dapat berbalik bila pengelolaan dampak
tidak dilakukan dengan baik, sehingga dikategorikan sebagai dampak positif penting (+P).

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 56


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Berdasarkan uraian di atas maka dampak keberadaan Waduk Sadawarna terhadap


peningkatan produktivitas pertaniandikategorikan sebagai dampak positif penting (+P).

3.4.2.5. Konflik Kepentingan Pemanfaatan Air Waduk

Berdasarkan Studi Potensi Pengembangan Air Baku di DAS Cipunegara, 2010 yang diacu
dalam Laporan Review Desain Rencana Waduk Sadawarna pada Tahun 2011, wilayah
pemanfaat Waduk Sadawarna hanya untuk Wilayah Kabupaten Subang dan Indramayu saja.
Adapun wilayah Kabupaten Sumedang tidak menjadi wilayah pemanfaat dari Waduk
Sadawarna.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2011 – 2031, dalam pasal 19 ayat 2, yang
menyebutkan bahwa Waduk Sadawarna merupakan salah satu pengembangan prasarana
waduk dan bendung di Kabupaten Sumedang. Waduk Sadawarna direncanakan dalam RTRW
Kab Sumedang sebagai salah satu sistem jaringan sumber daya air kabupaten (dalam RTRW
tersebut disebutkan pula pemanfaatan air baku dari Waduk Sadawarna untuk Kabupaten
Sumedang, bersama dengan Kab Subang dan Kab Indramayu). Adapun untuk irigasi dari
Sadawarna memang tidak disebutkan untuk peruntukan Kabupaten Sumedang, melainkan
hanya untuk Kab Subang dan Kab Indramayu.
Hal ini disebabkan ketinggian wilayah Kabupaten Sumedang secara umum lebih tinggi dari
pada intake Bendungan sehingga secara teknis tidak memungkinkan pembagian air baku ke
wilayah yang luas di Kabupaten Sumedang secara gravitasi ; apalagi untuk air irigasi
persawahan.
Dari hasil konsultasi publik dan Pembahasan Kerangka Acuan, teridentifikasi pula adanya
kekecewaan masyarakat terbebaskan di wilayah Sumedang, dan dari Pemerintah Kabupaten
Sumedang, karena wilayah Sumedang tidak diproyeksikan untuk menerima manfaat air baku
langsung dari keberadaan Waduk Sadawarna, sementara mereka merasa berhak
mendapatkan manfaatnya karena sudah melakukan pengorbanan dalam proses pembebasan
lahan.
Dari hasil diskusi dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang, tertangkap potensi wilayah
Sumedang yang memungkinkan menjadi pemanfaat air baku dengan pangaliran gravitasi,
yaitu sebagian kecil wilayah di Kecamatan Surian, satu Desa di bagian utara yaitu Desa
Tanjung. Hal ini kemudian disepakati oleh pemrakarsa bahwa akan ada wilayah di Kabupaten
Sumedang yang akan diproyeksikan sebagai pemerima manfaat air baku, sehingga dituliskan
dalam deskripsi kegiatan dalam Dokumen ANDAL (bab 1.1.1, sub bab 1.1.2. dan 1.1.4.) bahwa
Wilayah Kabupaten Sumedang menjadi salah satu pemanfaat air baku.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 57


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Kesenjangan antara perencanaan Waduk Sadawarna di Kementerian PU dan Pemerintah


Kabupaten Sumedang dalam hal manfaat air baku (Tabel 3.15).

Tabel. 3.15. Kesenjangan Mengenai Wilayah Penerima Manfaat Waduk Sadawarna


antara Perencanaan Pemrakarsa dengan Perencanaan RTRW Kabupaten
Sumedang

Manfat Dokumen Perencanaan Kesimpulan


waduk Perencanaan RTRW Kab
Pemrakarsa Sumedang
Irigasi Wilayah Wilayah Sesuai
Pemanfaat Pemanfaat
Kabupaten Kabupaten Subang
Subang dan dan Indramayu
Indramayu
air baku Wilayah Wilayah Walaupun Kabupaten Sumedang Dalam
Pemanfaat Pemanfaat Dokumen Perencanaan semula tidak
Kabupaten Kabupaten diproyeksikan sebagai wilayah
Subang dan Subang, pemanfaat dalam perencanaan
Indramayu, Sumedang, dan pemrakarsa (Kementerian PU), tetapi
kemudian Indramayu karena harapan dari
ditambahkan masyarakat/pemerintanya untuk
Kabupaten mendapatkan manfaat langsung dari
Sumedang keberadaan waduk, maka ditambahkan
sebagian kecil wlayah Kab Sumedang
(yang memungkinkan pengaliran
secara gravitasi) untuk mendapatkan
manfaat berupa suplai air baku, yaitu
Kecamatan Surian.
Sumber : Hasil analisis, 2014

Dari uraian di atas, karena sudah ada kesepakatan penyelesaian masalah mengenai
pemanfaatan waduk untuk Kabupaten Sumedang, maka magnitude dampak menjadi kecil.

B. Sifat Penting Dampak


a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak
Pemanfaatan air baku untuk Kabupaten Sumedang adalah untuk Desa Tanjung yang
terdiri dari 636 kepala keluarga. Karena sudah direncanakan ada wilayah Kabupaten
Sumedang yang memperoleh manfaat, maka dikategorikan sebagai dampak tidak penting
(TP).
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Pemanfaatan air baku untuk Kabupaten Sumedang adalah untuk Desa Tanjung yang
memiliki luas 1.5470,77 ha. Karena sudah direncanakan ada wilayah Kabupaten
Sumedang yang memperoleh manfaat, maka dikategorikan sebagai dampak tidak penting
(TP).

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 58


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Karena sudah direncanakan ada wilayah Kabupaten Sumedang yang memperoleh
manfaat, maka keresahan masyarakat dapat teredam, berlangsung selama tahap
operasional waduk. Maka dikategorikan sebagai dampak tidak penting (TP).
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak
Tidak ada komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak, sehingga dampak
dikategorikan sebagai dampak tidak penting (TP).

e. Sifat kumulatif dampak


Dampak tidak bersifat kumulatif, sehingga dinilai sebagai dampak tidak penting (TP).

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak


Dampak peningkatan keresahan masyarakat dapat berbalik melalui pengelolaan. Wujud
pengelolaannya telah ditetapkan dalam deskripsi kegiatan bahwa wilayah Kabupaten
Sumedang juga sebagai wilayah pemanfaat air baku, sehingga dikategorikan sebagai
dampak tidak penting (TP).
Berdasarkan uraian di atas, maka dampak keresahan masyarakat Kab Sumedang tentang
peruntukan air baku air minum dari Waduk Sadawarna dikategorikan sebagai dampak
negatif penting (-P).

Ringkasan analisis dampak selanjutnya disajikan pada Tabel 3.16.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 59


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 3.16. Ringkasan Analisis Dampak

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
TAHAP PRA KONSTRUKSI
1 Penurunan Berdasarkan jenis mata pencaharian Besaran Dampak
pendapat- penduduk, maka diketahui dari 789 KK Berdasarkan jenis mata pencaharian penduduk, maka DPH 1, DPH 2, DPH 3, dan
an petani. kelompok orang terkena dampak diketahui dari 789 KK kelompok orang terkena dampak dan DPH 4 bertemu pada
sebanyak 88,21% mempunyai sebanyak 88,21% yang bermatapencaharian di bidang ruang dan waktu yang sama.
(Merupa- matapencaharian di bidang pertanian, pertanian akan kehilangan pendapatan. Karena kegiatan yang
kan yaitu sebagai petani pemilik sebanyak menyebabkan DPH 1, DPH 3,
dampak 59,06%, Petani penggarap sebanyak Dengan memperhitungkan kepemilikan jenis lahan dan DPH 4 dilakukan secara
primer) 12,80% dan Buruhtani sebanyak pertanian ganda (dari sektor pertanian (sawah, kebun, bersamaan, sehingga
15,72%, dengan sebaran jenis garapan dan pekarangan) (Tabel 2.40) ; serta asumsi data luas intensitas DPH 2 lebih tinggi.
sebagai berikut (catatan : ada yang garapan rata-rata, per hektar, dapat diambil analisis Dengan demikian ada
memiliki jenis lahan ganda) : sebagai berikut : potensi Penurunan
- Yang membudidayakan lahan sawah, pendapatan petani akan
yang lahan sawahnya hilang karena - Sebanyak 456 KK rata-rata akan kehilangan berinteraksi dengan konflik
ada dalam rencana rendaman adalah pendapatan sebesar Rp. 5.445.000,00 per tahun dari sosial (karena nama
338 KK+118 KK =456 KK (Tabel kegiatan budidaya lahan sawah. bendungan) dan konflik
2.40). Pendapatan rata-rata petani - Sebanyak 61 KK rata-rata akan kehilangan pendapatan sosial (pembebasan makam
dari kegiatan budidaya lahan sawah sebesar 3.898.800,00 per tahun dari kegiatan budidaya keramat), dapat
:Rata-rata petani memiliki lahan lahan kebun/tegalan. mempertajam keresahan
sawah sekitar 0,33 ha maka - Sebanyak 423 KK rata-rata akan kehilangan masyarakat yang berujung
pendapatan rata-rata petani di pendapatan sebesar Rp. 2.934.900,00 per tahun dari terhadap persepsi
wilayah studi dari bersawah yaitu Rp. kegiatan budidaya lahan pekarangan. masyarakat yang negatif
5.445.000,00 per tahun. (Catatan : terhadap proyek yang
hasil hitungan pendapatan lahan Di wilayah terkena dampak pembebasan untuk waduk : menimbulkan hambatan
sawah per hektar adalah Rp. 178,46 Ha sawah, 74,73 ha kebun, dan 14,62 ha terhadap kelancaran proyek.
8.250.000,00 per musim tanam atau pekarangan dibebaskan melalui pengadaan lahan. Total Maka dari analisis ini, DPH
Rp. 16.500.000,00 per tahun) sawah, kebun, dan pekarangan yang dubebaskan adalah 1,2,3 dam 4 menjadi dampak
- Yang membudidayakan lahan 267,83 Ha. Total kehilangan pendapatan dari hasil penting.
kebun/tegalan, yang lahannya hilang budidaya pada lahan tersebut adalah Rp 5,024 milyar/
karena ada dalam rencana rendaman tahun. Jumlah petani terkena dampak adalah 695 KK.
adalah 27 KK + 34 KK = 61 KK (Tabel Di wilayah penerima manfaat waduk : dapat mengairi

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 60


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
2.40). Pendapatan rata-rata petani pertanian irigasi teknis seluas 6.000 hektar, di
dari kegiatan budidaya lahan Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang, Kecamatan
kebun/tegalan adlah Rp. Pagaden Kabupaten Subang, Kecamatan Cipunagara
3.898.800,00 per tahun karena rata- Kabupaten Subang, dan Kecamatan Haurgeulis DPH 1, DPH 2, DPH 3, dan
rata petani memiliki lahan sawah Kabupaten Indramayu. Produktivitas tahunannya pada dan DPH 4 bertemu pada
sekitar 0,27 ha (Catatan : hasil wilayah ini diprediksi meningkat dari semula rata-rata ruang dan waktu yang sama.
hitungan pendapatan per hektar 1,5 kali panen pertahun menjadi tiga kali panen Karena kegiatan yang
budidaya lahan kebun/tegalan adalah pertahun. Jumlah petani yang terkena damapk adalah menyebabkan DPH 1, DPH 3,
Rp. 14.440.000 per tahun) 19.800 KK, dan Total pendapatan dari kegiatan dan DPH 4 dilakukan secara
- Yang membudidayakan lahan budidaya sawah di wilayah pemanfaat adalah Rp 148,5 bersamaan, sehingga
pekarangan, yang lahannya hilang milyar / tahun. intensitas DPH 2 lebih tinggi.
karena ada dalam rencana rendaman Dengan demikian ada
adalah 214 KK+57 KK+34 KK+118KK Sifat Penting Dampak potensi penurunan
= 423 KK (Tabel 2.40). Pendapatan Dilihat dari jumlah pentani yang terkena dampak, pendapatan petani akan
rata-rata petani dari kegiatan walaupun jumlah penerima manfaat (dampak positif) berinteraksi dengan konflik
budidaya lahan pekarangan yaitu Rp. lebih besar dari jumlah penerima dampak negatif, tetapi sosial (karena nama
2.934.900,00 per tahun karena rata- tetap dikatagorikan sebagai damapk penting karena bendungan) dan konflik
rata petani hanya memiliki lahan lamanya dampak negatif berlangsung memiliki sosial (pembebasan makam
sawah sekitar 0,07 ha. (Catatan : hasil intensitas tinggi dan selama tahap operasional. keramat), dapat
hitungan pendapatan per hektar mempertajam keresahan
budidaya lahan pekarangan adalah masyarakat yang berujung
Rp. 5.435.000,00 per tahun) terhadap persepsi
masyarakat yang negatif
terhadap proyek yang
Dari ketiga sumber utama pendapatan menimbulkan hambatan
petani tersebut, maka pendapatan terhadap kelancaran proyek.
petani di wilayah studi per tahun yaitu Maka dari analisis ini, DPH
sekitar Rp. 9.724.250,00 per tahun, 1,2,3 dam 4 menjadi dampak
2 Keresahan Berdasarkan hasil kuesioner, mayoritas Besaran Dampak penting.
masyara- responden (61%) menyatakan Keresahan masyarakat merupakan dampak dari
kat. kesetujuannya terhadap rencana kegiatan pembebasan lahan. Pada saat tersebut akan
pembangunan bendungan Sadawarna, terjadi pengalihan kepemilikan atau penguasaan atas
(Merupakan sisanya menyatakan ragu-ragu (22%) lahan, dan akan meresahan masyarakat terutama

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 61


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
dampak dan tidak setuju (11%) serta tidak berkaitan dengan masalah ganti rugi atau relokasi
sekunder menyatakan pendapat atau tidak penduduk dan relokasi lahan pertanian.
dari menjawab (8%).
dampak Data (yang telah mengakomodir kepemilikan DPH 1, DPH 2, DPH 3, dan
Penurunan Alasan responden yang menyatakan lahan/bangunan ganda) menyebutkan bahwa dan DPH 4 bertemu pada
pendapatan tidak setuju dengan rencana keberadaan waduk Sadawarna akan menyebabkan 423 ruang dan waktu yang sama.
petani) pembangunan bendungan yang paling KK harus merelakan rumahnya terbebaskan, 456 KK Karena kegiatan yang
dominan adalah kekhawatiran lahan lahan sawahnya terbebaskan, 61 KK lahan menyebabkan DPH 1, DPH 3,
milik terendam bendungan (46%), kebun/tegalannya terbebaskan, dan 423 KK lahan dan DPH 4 dilakukan secara
diikuti oleh alasan "Khawatir relokasi pekarangannya terbebaskan. bersamaan, sehingga
lahan terendam tidak pada lahan yang intensitas DPH 2 lebih tinggi.
lebih baik dari sebelumnya" (42%), Proses pembebasan lahan/relokasi lahan yang tidak Dengan demikian ada
"Khawatir konstruksi bendungan tidak sesuai harapan (yang jaraknya tidak terlalu jauh dari potensi Penurunan
kuatsehingga jebol" (5%), dan "Saat tempat tinggal sekarang / ganti rugi tidak layak), pendapatan petani akan
konstruksi timbul polusi udara dan merupakan alasan yang dikhawatirkan oleh 46% berinteraksi dengan konflik
bising akibat lalu lalang kendaraan responden dari 22 % responsen yang tidak setuju atas sosial (karena nama
pengangkut material dan alat berat" keberadaan Waduk Sadawarna. bendungan) dan konflik
(2%), dan alasan lainnya (5%). Sifat Penting Dampak sosial (pembebasan makam
Merupakan dampak penting terutama karena jumlah keramat), dapat
manusia terena dampak besar, dampak dapat mempertajam keresahan
berakumulatif, dan berpotensi menimbulkan gangguan masyarakat yang berujung
kamtibmas yang menghambat kelancaran proyek. terhadap persepsi
masyarakat yang negatif
3 Konflik Besaran Dampak terhadap proyek yang
sosial Harapan yang diajukan penduduk Selama tahap perencanaan pekerjaan, nama Bendungan menimbulkan hambatan
(karena Kabupaten Sumedang untuk memakai / Waduk “Sadawarna” perlu terus dipertahankan karena terhadap kelancaran proyek.
nama nama Bendungan Sipatahunan bagi penggantian nama akan menyulitkan birokrasi Maka dari analisis ini, DPH
bendung- bendungan ini. Hal ini sesuai dengan kajian/penganggaran selanjutnya di tingkat 1,2,3 dam 4 menjadi dampak
an). kepercayaaan spiritual dan pengakuan pemerintahan/kementerian karena mengesankan penting
terhadap eksistensi identitas sosial waduk baru/waduk yang berbeda, sementara
(Merupa- penduduk yang bukan hanya berada serangkaian studi-studi sebelumnya sudah dilakukan
kan di desa Sadawarna. mengguankan nama Waduk Sadawarna. Dengan
dampak demikian harapan penggantian nama bendungan

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 62


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
primer) penduduk baru dapat terpenuhi setelah bendungan
selesai dibangun dan memasuki tahap operasional. DPH 1, DPH 2, DPH 3, dan
dan DPH 4 bertemu pada
ruang dan waktu yang sama.
Sifat penting dampak Karena kegiatan yang
Dampak penting terutama karena merupakan aspirasi menyebabkan DPH 1, DPH 3,
masyarakat wilayah studi yang ada di Kab Sumedang dan DPH 4 dilakukan secara
(meliputi tiga desa dengan prosentase 45 % terhadap bersamaan, sehingga
total jumlah penduduk di wilayah studi) intensitas DPH 2 lebih tinggi.
4 Konflik Di areal rencana genangan waduk Besaran Dampak Dengan demikian ada
sosial Sadawarna, terdapat situs makam Makam keramat Eyang Kaputihan potensi Penurunan
(Karena Eyang Kaputihan yang terletak Desa yang terletak Desa Sadawarna akan terendam oleh pendapatan petani akan
pembebas- Sadawarna, sekitar 500 meter sebelah kebaradaan bendungan Sadawarna. Maka jumlah berinteraksi dengan konflik
an Makam selatan-barat as bendung. Peziarah peziarah per bulan menjadi 0 (tidak ada). sosial (karena nama
Keramat) mempercayai, spirit dari Eyang bendungan) dan konflik
(Merupakan Kaputihan masih ada disekitar makam sosial (pembebasan makam
dampak dan dapat menolong manusia yang keramat), dapat
primer) masih hidup. Kelompok peziarah Sifat penting dampak mempertajam keresahan
terutama berasal dari luar desa Walaupun relatif tidak ada masyarakat di wilayah studi masyarakat yang berujung
Sadawarna, untuk melengkapi ritual yang menjadi peziarah makam yang terkena dampak, terhadap persepsi
do’a kepada leluhur yang berpatokan tetapi potensi konflik yang terjadi dari para peziarah masyarakat yang negatif
empat tempat sesuai madzhab (utara- dapat menimbulkan gangguan kamtibmas. Dengan terhadap proyek yang
timur-selatan-barat) dari tempat demikian merupakan dampak penting. menimbulkan hambatan
tinggalnya. terhadap kelancaran proyek.
Jumlah peziarah rata-rata adalah 50 Maka dari analisis ini, DPH
orang per bulan. 1,2,3 dan 4 menjadi dampak
penting

TAHAP KONSTRUKSI
5 Peningkat- Dari hasil survei sebanyak 20,21% Besaran Dampak Pengelolaan dampak
an berpendapat bahwa pembangunan Pekerjaan Konstruksi Bendungan Sadawarna terhadap DPH 5 dapat
pendapatan Sadawarna akan menimbulkan membutuhkan tenaga kerja sejumlah 429 orang (lihat berintegrasi dengan
tenaga kerja peluang pekerjaan, dan 61,6 % Tabel 1.6.) dengan komposisi memungkinkan untuk 34 pengelolaan dampak untuk

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 63


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
masyarakat berminat untuk bekerja % tenaga temporer atau sekitar 148 orang (dari luar DPH 2, DPH3, dan DPH 4.
(Merupa- atau ikut serta memanfaatkan wilayah studi ) dan 66% tenaga lokal atau sekitar 281 Pengelolaan terhadap DPH 5
kan multiplier effect dari keberadaan orang. Perektrutan tenaga kerja untuk jenis pekerjaan ini dapat menimbulkan efek
dampak kegiatan konstruksi bendungan, untuk security, office boy, mekanik, tukang, pekerja, driver, dampak balik DPH 2, DPH3,
primer) meningkatkan pendapatan mereka. dan kernek akan memebrdayakan tenaga kerja lokal dan DPH 4.yang semula
dengan memprioritaskan penduduk terdekat dengan berujung pada berpersepsi
Berdasarkan Tabel 2.34 yang memuat rencana kegiatan. negatif terhadap kegiatan
jenis pekerjaan penduduk di wilayah Dari jumlah ketersediaan tenagak kerja pada rona sehingga terjadi keresahan,
studi, kebutuhan proyek untuk lingkungan awal, dapat dilihat bahwa kebutuhan proyek bila masyarakat diberikan
keahlian pertukangan lokal (keahlian untuk tenaga kerja lokal memungkinkan untuk kesempatan untuk
bangunan/tukang) tersedia sejumlah terpenuhi dari masyarakat di wilayah studi. memanfaatkan DPH 5
454 orang. berupa multiplier effect dari
Pendapatan perkapita dari penduduk yang kepala peluang mendapatkan
Berdasarkan hasl survei Tingkat keluarganya bekerja di proyek berkisar antara Rp penghasilan pengganti,
kesejahteraan rumahtangga yang 505.493,- sampai denagn Rp 722.133,-, dan masuk ke dengan bekerja di proyek
mengacu pada standar kemiskinan dalam katagori cukup. atau berjualan.
darai Badan Pusat Statistik, maka Dengan demikian dinilai
diketahui bahwa sebanyak 10,67% Sifat penting dampak sebagai dampak penting
penduduk terkatagori buruh bangunan Dampak penting karena mempengaruhi 10,67% KK
dengan penghasilan rendah yang masuk katagori miskin
(pendapatan perkapita perbulan
dibawah Rp 294 750,- (tabel 2.44) dan
dapat dikatagorikan sebagai kelompok
miskin.

6 Penurunan Lokasi sekitar 500 meter di radius Besaran dampak  DPH 6 terjadi pada Sungai
Kualitas tapak bendungan yang diperkirakan Potensi kontribusi konsentrasi limbah organik dalam Cipunegara yang sudah
Sanitasi menjadi tempat basecamp pekerja parameter BOD dari limbah cair domestik pekerja dari memiliki beban BOD yang
Lingkung- konstruksi belum ada kegiatan apapun urin, tinja, mandi, cuci, dapur adalah 16.455 mg/hari, cukup tinggi pada kondisi
an selain perkebunan. Fosfat 725 mg/hari, NO3 sebagai N sebesar 5.785 mg/L, tanpa proyek,
(sampah dengan debit kotor sebesar 57.486 L/hari.  DPH 6 juga akan
dan limbah Permukiman terdekat dengan rencana berlangsung berantai

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 64


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
cair) as bendungan adalah + 1 km, Kuantitas limbah padat yang dihasilkan dari aktivitas kepada komponen
merupakan permukiman pada pekerja adalah 2 liter/hari x 429 pekerja = 858 kesehatan masyarakat
(Merupa- Kampung Songgom Desa Tanjung liter/hari, atau 0,858 m3/hari. (DPH 7)
kan Kecamatan Surian, dan Desa Sadawarna Dengan demikian dinilai
dampak Kabupaten Subang. Akibat peningkatan konsentrasi BOD, fosfat dan NO3-N, sebagai dampak penting.
primer) Kondisi sanitasi (pengelolaan limbah pada di Sungai Cipunegara pada musim kemarau (Q
cair dan limbah padat) pada 90%) konsentrasi BOD akan meningkat menjadi 22,36
permukiman tersebut cukup memadai. mg/l, fosfat menjadi sebesar 0,25 mg/l, NO3-N sebesar
Muka air tanah di permukiman 3,15 mg/l. Selain itu, limbah domestik juga diprediksi
terdekat ada pada kedalaman cukup akan meningkatkan jumlah coliform/ coli fecal dalam
dalam, sekitar 35 meter pada musim badan air sebagai indikator keberadaan
hujan, dan kedalman 50 meter pada mokroorganisma patogen.
musim kemarau. Kualitas air tanah dari Pada kondisi dengan proyek, konsentrasi BOD akan
parameter organik (BOD dan COD), tetap melampaui baku mutu, sementara fosfat yang
serta mikrobiologi, memenuhi baku semula (tanpa proyek) tidak melampaui baku mutu,
mutu air bersih, tetapi untuk parameter maka selama tahap konstruksi, di musim kemaran, akan
kimia dari Cr+6 dan Mn melampaui baku melampaui bau mutu perairan kelas 2. Sementara NO3-N
mutu tersebut. tdak akan melampaui baku mutu baik pada kondisi
debit rerata maupun debit minimum (kemarau).
Adapun kualitas air sungai Cipunegara
untuk parameter BOD sudah Sifat penting dampak
melampaui baku mutu perairan kelas 2 Penting, terutama karena menyebabkan dampak
untuk parameter BOD yaitu 20 mg/l. turunan kepada komponen kesehatan masyarakat yang
Sementara kosentrasi fosfat dan NO3-N menggunakan air Sungai Cipunegara bagian hilir
masih memenuhi baku mutu, yaitu rencana bendungan sebagai sumber air baku air minum
fosfat sebesar 0,12 mg/l, NO3-N sebesar
2.32 mg/l.
7 Peningkat- Penyakit bawaan air bukan merupakan Besaran dampak DPH 7 merupakan dampak
an penyakit pada urutan 3 besar atas dari Dampak ini merupakan dampak sekunder dari semunder dari DPH 6 yang
Prevalensi komposisi 10 penyakit terbanyak di penurunan kualitasi sanitasi lingkungan akibat aktivitas merupakan dampak penting.
Penyakit wilayah studi. domestik pekerja. Penyakit bawaan air dapat berpotensi Dengan demikian dinilai
Bawaan Air menjadi urutan 3 besar dari 10 penyakit terbanyak di sebagai dampak penting
(Water wilayah studi.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 65


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
Borne
Deseases) Sifat penting dampak
Penting, karena jumlah manusia terkena dampak cukup
(Merupa- besar yaitu masyarakat kampung Songgom Desa
kan Tanjung Kab Subang dan karyawan PT Dahana yang
dampak tinggal di mess karyawan.
sekunder)
8 Penurunan Konsentrasi debu di lokasi yang Besaran dampak DPH 8, DPH 10, DPH 11, dan
kualitas mewakili permukiman : Peningkatan konsentrasi debu di lokasi yang mewakili DPH 12 bertemu pada ruang
udara  Segmen A : Cijambe – Songom - Jalan permukiman : dan waktu yang sama,
(parame- Desa Tanjung Kec. Cobogo, Kab  Segmen A (Cijambe – Songom - Jalan Desa Tanjung Kec. karena kegiatan yang
ter debu) Subang 42,45 µg/Nm3 Cobogo, Kab Subang) : lalu lalang kendaraan truk 5 ton menyebabkan DPH 8, DPH
 Segmen B : Jalan Desa Sadawarna, sebesar 224/hari mengakibatkan penambahan 10, dan DPH 11 dilakukan
(Merupa- Kec. Surian , Kab Sumedang : dan 7,04 partikulat pada sebesar 47,02 µg/Nm3. Kosentrasi secara bersamaan.
kan µg/Nm3 debu di siang hari menjadi 89,47 µg/Nm3 Dengan demikian ada
dampak kemungkinan bahwa
primer) Catatan : Baku mutu udara ambien  Segmen B (Jalan Desa Sadawarna, Kec. Surian , Kab walaupun magnitude
untuk parameter debu (TSP) : Sumedang : dan 7,04 µg/Nm3) : lalu lalang kendaraan dampak kecil untuk
 230  g/Nm3 untuk lama pemaparan truk 5 ton sebesar 190/hari mengakibatkan peningkatan debu dan
24 jam penambahan partikulat pada sebesar 39,88 µg/Nm3. kebisingan, tetapi akan
 90  g/Nm3 untuk lama pemaparan 1 Kosentrasi debu di siang hari menjadi 46,92 µg/Nm3 berinteraksi dengan
tahun kerusakan jalan yang
Sifat penting dampak memiliki magnitude dampak
Sesuai Peraturan Pemerintah No No 41 Dampak tidak penting karena kosentrasi debu masih besar sehingga
tahun 1999tentang Pengendalian memenuhi baku mutu udara ambien dapat mempertajam
Pencemaran Udara ketidaknyamanan
masyarakat yang berujung
terhadap persepsi
masyarakat yang negatif
terhadap proyek.
Maka dari analisis ini, DPH 8,
DPH 10, dan DPH 11
menjadi dampak penting

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 66


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
9 Peningkat- Penyakit ISPA merupakan penyakit Besaran dampak DPH 9 bukan merupakan
an pada urutan 3 besar atas dari Peningkatan penyakit ISPA tidak signifikan terkadi dampak penting karena
prevelensi komposisi 10 penyakit terbanyak di karena kosentrasi debu masih memenuhi baku mutu magnitude dampak
penyakit wilayah studi. udara ambien. primernya (DPH 8) kecil.
(ISPA)

(Merupa- Sifat penting dampak


kan Dampak tidak penting karena kosentrasi debu masih
dampak memenuhi baku mutu udara ambien
sekunder)
10 Peningkat- Tingkat bising di lokasi yang mewakili Besaran dampak DPH 8, DPH 10, DPH 11, dan
an permukiman : Peningkatan tingkat bising di lokasi yang mewakili DPH 12 bertemu pada ruang
Intensitas  Segmen A : Cijambe – Songom - Jalan permukiman : dan waktu yang sama,
Kebisingan Desa Tanjung Kec. Cobogo, Kab  Segmen A (Cijambe – Songom - Jalan Desa Tanjung Kec.karena kegiatan yang
Subang 46,29 dBA pada jarak 15 ft menyebabkan DPH 8, DPH
Cobogo, Kab Subang) : lalu lalang kendaraan truk 5 ton
(Merupa- (15,29 m) dari jalan. sebesar 224/hari mengakibatkan tingkat bising. 10, dan DPH 11 dilakukan
kan Segmen B : Jalan Desa Sadawarna, Kec. meningkat menjadi 55,30 dBA. secara bersamaan.
dampak Surian , Kab Sumedang : 50,16 dBA Dengan demikian ada
primer) pada jarak 15 ft (15,29 m) dari jalan.  Segmen B (Jalan Desa Sadawarna, Kec. Surian , Kab kemungkinan bahwa
Sumedang : dan 7,04 µg/Nm3) : lalu lalang kendaraan walaupun magnitude
Catatan : Baku tingkat kebisingan : truk 5 ton sebesar 190/hari mengakibatkan dampak kecil untuk
55 dBA + 3 dBA peruntukan mengakibatkan tingkat bising. meningkat menjadi peningkatan debu dan
perumahan dan permukiman. 55,22 dBA. kebisingan, tetapi akan
Berdasarkan Kep-48/MENLH/11/1996 berinteraksi dengan
tentang Baku Tingkat Kebisingan kerusakan jalan yang
Sifat penting dampak memiliki magnitude dampak
Dampak tidak penting karena masih memenuhi baku besar sehingga
tingkat kebisingan untuk permukiman dapat mempertajam
ketidaknyamanan
11 Kerusakan Segmen A (Dusun Songgom, Desa Nilai Equivalent Standard Load (ESAL) selama masyarakat yang berujung
jalan Tanjung, Kec Surian, Kab Sumedang) konstruksi adalah : terhadap persepsi
(pengu- merupakan jalan perkesaran batu  Segmen A (Dusun Songgom, Desa Tanjung, Kec Surian, masyarakat yang negatif
rangan dengan kondisi rusak, hanya beberapa Kab Sumedang) sebesar 54.348,55, menyebabkan % terhadap proyek.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 67


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
masa layan bagian yang ditingkatkan Sisa Umur Rencana menjadi sebesar – 70,3%. Angka Maka dari analisis ini, DPH 8,
jalan) perkerasannya. Nilai Equivalent yang bernilai minus menandakan bahwa jakan akan DPH 10, dan DPH 11
Standard Load (ESAL) sebesar 489,10. dalam kondisi rusak. menjadi dampak penting
(Merupa- Segmen B (Dusun Dukuh satu, Desa  Segmen B (Jalan PT. Dahana di Dusun Dukuh Satu,
kan Sadawarna, Kec Cibogo, Kab Subang) Desa Sadawarna, Kecamatan Cibogo Kab. Subang),
dampak merupakan jalan perkerasan batu sebesar 49.016,18, menyebabkan % Sisa Umur
primer) dengan kualitas rusak. Nilai Equivalent Rencana menjadi sebesar – 61,3%. Angka yang
Standard Load (ESAL) sebesar 485,45. bernilai minus menandakan bahwa jakan akan dalam
Sedangkan pada Segmen C (Jalan kondisi rusak.
Subang-Cikamurang (atau Jl Raya  Segmen C (Jalan Subang-Cikamurang (Jl. Raya Subang-
Subang-Tomo) – ke segmen A, kualitas Tomo), sebesar 7.094,36, menyebabkan % Sisa Umur
jalan provinsi kelas 3 yang Rencana menjadi sebesar – 48,1%. Angka ini
dipersiapkan mampu melayani menandakan penurunan sisa umur rencana, tetapi
kendaraan berat. Nilai Equivalent masih dalam batas yang wajar.
Standard Load (ESAL) sebesar 978,2
12 Keresahan Berdasarkan hasil kuesioner, 2% Besaran dampak
masyara- responden yang mencemaskan timbul Keresahan masyarakat merupakan dampak
kat polusi udara dan bising akibat lalu sekunder/tersier tiga aliran dampak primer yaitu
lalang kendaraan pengangkut material penurunan kualitas udara (peningkatan debu),
(Merupa- dan alat berat. kerusakan jalan, kebisingan, yang berdasarkan prediksi
kan dampaknya adalah sebagai berikut :
dampak a. penurunan kualitas udara (peningkatan debu)
sekunder) merupakan dampak tidak penting
b. kerusakan jalan merupakan dampak penting
c. kebisingan merupakan dampak tidak penting
d. Peningkatan prevalensi penyakit ISPA dari dampak
primer penurunan kualitas udara merupakan
dampak tidak penting
Sifat Penting Dampak
Merupakan dampak penting dari dampak primer
kerusakan jalan (pengurangan umur layan jalan),
karena jumlah manusia terena dampak besar, dampak
dapat berakumulatif.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 68


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
TAHAP OPERASIONAL
13 Penurunan Di kebun jati untuk kategori pohon Besaran dampak DPH 13, DPH 14, DPH 15,
kerapatan didominasi oleh Jati (Tectona grandis), Penurunan keanekaan jenis tumbuhan diidentifikasikan sebagai dan DPH 16 bertemu pada
flora jenis pohon lainnya adalah Albasiah dampak potensial bersumber dari penggenangan bendungan ruang dan waktu yang sama,
teresterial (Paraserianthes Falcataria) dan seluas 693,943 ha, yang jumlahnya lebih besar dari kehilangan karena kegiatan yang
Lamtoro (Leucaena glauca) flora teresterial di tapak bendung saja (pada tahap konstruksi). menyebabkan DPH 13, DPH
(Merupa- denganindeks nilai penting masing- Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini dapat menurunkan 14, DPH 15, dan DPH 16
kan masing jenis yaitu 171,9 ; 66,4 ; dan jumlah populasi dan jenis tumbuhan riparian, tanaman dilakukan secara bersamaan.
dampak 61,6. Sedangkan jenis-jenis tanaman budidaya termasuk kebun campuran, tanaman pekarangan,
primer) yang dibudidayakan di sawah yaitu areal persawahan, termasuk kebun jati yang dibudidayakan Maka dari analisis ini, DPH
padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), oleh Perhutani. 13, DPH 14, DPH 15, dan
dsb. Pada pematang sawah dijumpai Flora teresterial di wilayah studi juga merupakan habitat utama DPH 16 menjadi dampak
beberapa jenis tanaman pangan seperti bagi fauna teresterial, baik di dalam mencari makan, tempat penting
: ketela pohon (Manihot utilissima), berkembang biak, dan berlindung. Dengan hilangnya habitat
ketela rambat (Ipomoea batatas), talas tersebut, maka akan menyebabkan terganggunya fauna
(Colocasia esculenta), terung (Solanum teresterial.
melongena) dan kacang panjang (Vigna
unguiculata). Sifat Penting Dampak
Untuk kategori pohon di tipologi kebun Dampak kegiatan penggenangan awal bendungan terhadap
campuran dan pekarangan didominasi penurunan keanekaan jenis flora dikategorikan sebagai dampak
oleh mangga (mangifera indica), negatif penting karena besarnya jumlah penduduk yang akan
Nangka (Artocarpus heterophyllus), terkena dampak, luasnya wilayah penyebaran dampak,
pisang (Musa paradisiaca), dsb. intensitas dampaknya yang tinggi, tapak proyek merupakan
Bagian tepi Sungai Cipunagara habitat utama bagi fauna teresterial akan menyebabkan
didominasi tumbuhan terna, perdu dan terganggunya habitat fauna teresterial, sifat dampak yang
semak sedangkan pada tepi sungai yang kumulatif, serta sifat dampaknya yang tak terbalikkan.
landai dan masih terpengaruh banjir
didominasi oleh jenis rumput-
rumputan. Pada tepi sungai yang
bertanggul dijumpai jenis-jenis

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 69


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
Kirinyuh (Eupathorium innulifolium),
Teklan (Eupatorium riparium), seruni
(Wedelia biflora), Harendong (Clidemia
hirta), Saliara (Lantana camara),
Alimusa (Mimosa invisa), Jarong
(Stachytarpheta indica),dsb. Pada
bagian tepi sungai yang datar dan
basah serta delta muara sungai
didominasi tumbuhan rumput-
rumputan: Gelagah (Saccharum
spontaneum), Alang-alang (Imperata
cylindrica), papayungan (Cyperus
cyperoides), Jukut pait (Axonopus
compressus), paku-pakuan yaitu : Paku
resam (Gleichenia linearis), dsb.
Dari hasil pengamatan di wilayah studi
tidak ditemukan adanya jenis
tumbuhan yang dilindungi berdasarkan
peraturan perundangan baik nasional
maupun internasional.
14 Migrasi Di daerah rencana genangan, terdapat Besaran Dampak DPH 13, DPH 14, DPH 15,
fauna sebanyak 45 jenis avifauna (burung), 8 Dampak ini merupakan dampak sekunder dari penurunan dan DPH 16 bertemu pada
teresterial jenis mammalia, dan 17 jenis kerapatan flora teresterial akibat penggenangan Waduk ruang dan waktu yang sama,
herpetofauna (amfibia dan reptilia). Sadawarna seluas 693,943 ha. Penggenangan yang merubah karena kegiatan yang
(Merupa- Terdapat sebanyak 13 jenis avifauna sebagian ekosistem hutan produksi (jati), kebun campuran, menyebabkan DPH 13, DPH
kan yang dilindungi berdasarkan Undang- riparian, pekarangan, dan areal persawahan menjadi ekosistem 14, DPH 15, dan DPH 16
dampak Undang Republik Indonesia dan akuatik akan berpengaruh terhadap populasi fauna.Hilangnya dilakukan secara bersamaan.
sekunder) sebanyak 2 jenis termasuk dalam habitat eksisting dari satwa liar yang menghuni tapak bendung
apendik II CITES. Sebanyak 2 jenis akan menurunkan jumlah populasi jenis di wilayah studi. Maka dari analisis ini, DPH
mammalia yang memiliki nilai Selain itu, fauna teresterial/satwa liar yang biasa menjadikan 13, DPH 14, DPH 15, dan
konservasi sangat penting, yaitu ekosistem di sekitar tapak proyek untuk mencari makan, DPH 16 menjadi dampak
Berang-berang cakar kecil (Aonyx bersarang, dan berlindung akan kehilangan tempat tersebut penting
cinerea) dan jenis Berang-berang bulu dan berpindah ke tipe habitat di sekitarnya yang elevasinya

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 70


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
licin (Lutrogale perspicillata). lebih tinggi.
Sebanyak 1 jenis reptil mempunyai Walaupun dapat berpindah ke lokasi yang lebih tinggi, aman,
nilai konservasi, yaitu ular sanca dan sama tipe habitatnya akan tetapi tidak mudah bagi
kembang (Python reticulatus) yang beberapa jenis satwa liar untuk beradaptasi di lokasi yang baru.
termasuk dalam apendiks II CITES Hilangnya habitat bersarang satwa liar akibat dari adanya
artinya jenis ini dianggap langka, tetapi genangan akan sangat berpengaruh terhadap ekosistem secara
masih dapat dimanfaatkan secara keseluruhan, sehingga terjadi penurunan populasi jenis satwa
terbatas, antara lain melalui sistem liar.
penjatahan (kuota) dan pengawasan. Dengan berpindahnya fauna ke tempat yang lebih tinggi maka
kelimpahan populasi dan keanekaragaman jenis di luar area
genangan akan meningkat, sehingga tingkat kompetisi di area
tersebut akan semakin tinggi, baik di dalam mencari makan,
bersarang atau berkembang biak, dan berlindung.

Sifat Penting Dampak


Dampak kegiatan penggenangan awal bendungan terhadap
migrasi fauna teresterial di tapak bendung dikategorikan
sebagai dampak negatif penting, dikarenakan besarnya jumlah
penduduk yang akan terkena dampak migrasi fauna teresterial,
luasnya wilayah penyebaran dampak, intensitas cukup tinggi
dan lamanya dampak, serta dapat menyebabkan keresahan
masyarakat. DPH 13, DPH 14, DPH 15,
dan DPH 16 bertemu pada
15 Penurunan Tanah penyusun lahan permukaan di Besaran Dampak ruang dan waktu yang sama,
stabilitas area rencana pembangunan waduk Dampak penggenangan waduk terhadap kondisi lereng di karena kegiatan yang
lereng Sadawarna umumnya berupa lempung, seputar zona sempadan waduk antara garis muka genangan menyebabkan DPH 13, DPH
sempadan lempung lanauan mengandung kerikil hingga zona tanah tersaturasi (saturated zone) sangat bolehjadi 14, DPH 15, dan DPH 16
waduk dan lanau pasiran hasil pelapukan menjadi rentan longsor karena beberapa faktor berikut: dilakukan secara bersamaan.
endapan volkanik Kuarter dan batuan (a) Faktor Eksternal.
(Merupa- sedimen klastika halus – sangat kasar Terganggunya kesetimbangan, sebagai akibat dari : Maka dari analisis ini, DPH
kan dengan ketebalan pelapukan 0,5 –  Perobahan rezim hidrolika pada lereng (bank) dan 13, DPH 14, DPH 15, dan
dampak sampai 5 meter. Sifat fisik tanah hasil meningkatnya tekanan air pori pada bidang diskontinuitas DPH 16 menjadi dampak
primer) pelapukan yang menyusun bagian akibat penggenangan. penting

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 71


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
permukaan ini cukup lunak, mudah  Perubahan dan kerusakan struktur tanah karena aktivitas
lepas, di beberapa bagian memiliki konstruksi.
plastisitas antara sedang – tinggi.  Terpicu aktivitas gempa bumi. DPH 13, DPH 14, DPH 15,
(b) Faktor Internal. dan DPH 16 bertemu pada
 Penjenuhan massa tanah akan menyebabkan perlemahan ruang dan waktu yang sama,
atau pelepasan ikatan material antar butir tanah/massa karena kegiatan yang
batuan. menyebabkan DPH 13, DPH
 Terjadinya tegangan air pori oleh penjenuhan massa 14, DPH 15, dan DPH 16
tanah/batuan yang menurunkaan kuat geser (shear dilakukan secara bersamaan.
strength) tanah.
 Adanya diskontinuitas geologi antar jenis batuan penyusun Maka dari analisis ini, DPH
yang berbeda atau bidang perlapisan, bidang hancuran, 13, DPH 14, DPH 15, dan
sesar dan perubahan sifat fisik tanah akibat pelapukan yang DPH 16 menjadi dampak
ditemui di beberapa tempat sekitar rencana area waduk. penting
Bidang-bidang ini akan menjadi tidak stabil pada saat
penggenangan.

Sifat Penting Dampak


Merupakan dampak penting karena Daerah penyebaran
dampak cukup luas, meliputi sebagian wilayah Desa
Sadawarna, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang; Desa
Tanjung, Kecamatan Surian, Kabupaten Sumedang.
16 Terputus- 1. Masyarakat Desa Sadawarna dan Besaran Dampak
nya jalan Desa Cibalandong Jaya 3. Sebagian Jalan Desa Sadawarna – Desa Cibalandong Jaya,
dan menggunakan jalan akses berupa Kec. Cibogo, Kab Subang sepanjang 3,25 km dengan lebar 5
jembatan jalan Desa Sadawarna samian meter yang tergenang akan memutus hubungan antara Desa
(aksesibil- dengan jalan Desa Cibalandong Jaya, Sadawarna bagian selatan dengan Desa Cibalandong Jaya
tas masya- termasuk 3 buah jembatan pada bagian utara. Pada ruas jalan ini terdapat pula 3 buah
rakat) ruas tersebut. jembatan yang akan terendam dengan lebar 7 m.
4. Sebagian Jalan Desa Tanjung – Desa Suriamedal - Desa
(Merupa- 2. Masyarakat Desa Tanjung, Desa Surian, Kec. Surian, Kab Sumedang, sepanjang 2,25 km 2
kan Suriamedal Kec. Surian, Kab buah jembatan (Jembatan Cijujung dan jembatan Cijuray)
dampak Sumedang, dan Desa Surian dengan lebar 5 meter yang tergenang akan memutuskan

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 72


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
primer) menggunakan jalan akses sehari- hubungan antara
hari berupa Jalan Desa Tanjung – - Desa Tanjung bagian selatan – Desa Suriamedal
Jalan Desa Suriamedal - Jalan Desa - Desa Suriamedal - Desa Surian bagian utara. DPH 13, DPH 14, DPH 15,
Surian. Permasuk 2 buah jembatan dan DPH 16 bertemu pada
pada ruas jalan tersebut. Sifat Penting Dampak ruang dan waktu yang sama,
Merupakan dampak penting karena daerah masyarakat yang karena kegiatan yang
merasakan dampak cukup banyak, meliputi masyarakat di menyebabkan DPH 13, DPH
wilayah studi yaitu Desa Sadawarna dengan Desa Cibalandong 14, DPH 15, dan DPH 16
Jaya, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang; Desa Tanjung dan dilakukan secara bersamaan.
Desa Desa Suriamedal, dan Desa Surian, di Kecamatan Surian,
Kabupaten Sumedang. Maka dari analisis ini, DPH
13, DPH 14, DPH 15, dan
DPH 16 menjadi dampak
penting

17 Berkurang Debit andalan selama musim kering 5 Besaran Dampak Merupakan dampak penting
-nya tahunan atau Q80%, pada posisi as Karena adanya kegiatan pengisian awal waduk, maka akan terutama karena luas
kuantitas bendungan adalah 5,779 m3/detik, terjadi pengurangan debit andalan selama 20 bulan. wilayah yang terkena
aliran air diisi oleh DAS Cipunegara Hulu. Untuk maintenance tetap akan dialirkan air sungai ke bagian dampak cukup besar. daerah
Sungai hilir bendungan melalui terowongan pengelak, yaitu sebesar irigasi seluas total 38.188 ha,
Cipunega- 5% dari debit rata-rata. Dengan debit rata-rata sebesar 19,845 danPT Dahana seluas + 600
ra di hilir m3/dt., maka debit untuk maintenance adalah 0,992 m3/dt. ha.
rencana Daerah yang akan terkena dampak penting dari keringnya
bendungan Sungai Cipunegara pada saat pengisian waduk adalah daerah
sebelum pertemuan Sungai Cikandung dengan Sungai
(Merupa- Cipunegara. Lokasi intake air baku PT Dahana akan terkena
kan dampak kekeringan selama 20 bulan. Selebihnya setelah ada
dampak pertemuan dengan Sungai Cikandung, Sungai Cilamatan,
primer) Sungai Cigadung, dan Sungai Cipunegara Hilir, maka ada
tambahan debit Sungai Cipunegara, sehingga Bendung
Salamdarma pada SaluranTarun Timur masih mendapat suplai
air irigasi.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 73


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
Sifat Penting Dampak
Merupakan dampak penting terutama karena luas wilayah
yang terkena dampak cukup besar. daerah irigasi seluas total
38.188 ha, danPT Dahana seluas + 600 ha.
18 Perubahan Berdasarkan data primer tahun 2014 Besaran Dampak DPH 18 dan DPH 19,
komposisi hasil analisis plankton benthos yang Penggenangan kawasan bendungan seluas 693,943 ha dengan bertemu pada ruang dan
biota air dilakukan Laboratorium Ekologi volume 72,881 m3, akan merubah ekosistem air mengalir waktu yang sama, karena
PPSDAL Unpad, di perairan lokasi studi menjadi ekosistem air tidak mengalir, serta terjadinya Perubahan komposisi biota
(Merupa- telah ditemukan sebanyak 35 jenis stratifikasi air berdasarkan kedalaman. Dasar bendungan air (DPH 19) menyebabkan
kan plankton yang terdiri dari 21 jenis diprakirakan akan dihuni oleh benthos yang tahan terhadap ptensi berkembangnya
dampak fitoplankton dan 14 jenis zooplankton. kondisi mikroaerofil hingga anaerob, dan yang tidak tahan Keramba Jaring Apung (salah
primer) Sedangkan untuk jenis benthos terhadap kondisi demikian akan berada di tepi waduk yang satu penyebab DPH 19)
ditemukan sebanyak 9 jenis. relatif dangkal.
Indeks keanekaragaman jenis Simpson Untuk plankton dengan aerasi yang kecil, yang bertahanadalah Maka dari analisis ini, DPH
untuk plankton di perairan wilayah yang toleran terhadap kandungan DO yang rendah. Perubahan 18 dan DPH 19 merupakan
studi berkisar antara 0,790 (Stasiun 2) ini akan mempengaruhi populasi dan komposisi jenis pada trofi dampak penting
sampai dengan 0,804 (Stasiun 1). diatasnya seperti ikan.
Sedangkan indeks keanekaragaman Dengan adanya kegiatan operasional dan pemeliharaan
jenis Simpson untuk benthos berkisar bendungan serta fasilitas penunjangnya diperkirakan akan
antara 0,657 (Stasiun 1) sampai dengan merubah komposisi penyusun biota air baik plankton, benthos,
0,720 (Stasiun 3). Berdasarkan indeks maupun nekton (ikan) sebagai konsumen perairan tertinggi.
keanekaragaman jenis Shannon & Pembendungan aliran sungai akan membentuk ekosistem baru
Wiener, plankton dan benthos di yang sangat berlainan dengan ekosistem sungai. Sungai yang
wilayah studi dapat dikategorikan merupakan perairan mengalir sebagai habitat ikan sungai, akan
sebagai perairan yang cukup memiliki mengalami perubahan menjadi perairan waduk dan mungkin
daya dukung bagi kelangsungan hanya beberapa jenis ikan saja yang mampu menyesuaikan diri
keberadaan biota perairan. untuk hidup dan berkembangbiak dalam menyelesaikan daur
Berdasarkan hasil pengambilan data hidupnya.
ikan secara langsung maupun Perubahan ekosistem sungai menjadi ekosistem waduk akan
wawancara dengan penduduk di berpengaruh terhadap populasi ikan. Jenis ikan yang dapat
wilayah studi, terdapat sebanyak 23 beradaptasi dengan lingkungan waduk akan tumbuh dan
jenis ikan. berkembang biak serta biasanya merupakan ikan yang
mendominasi. Sebaliknya, jenis ikan yang kurang atau tidak

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 74


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
mampu beradaptasi, pada jangka panjang akan menghilang
meskipun mungkin pada tahun pertama penggenangan
jumlahnya melimpah. Dengan demikian adanya kegiatan
operasional dan pemeliharaan waduk akan berdampak positif
terhadap perubahan komposisi penyusun komunitas biota air.
Potensi budidaya perikanan jaring terapung sangat mungkin
untuk berkembang sesuai analogi dengan waduk/situ di daerah
lain di Indonesia. Akan tetapi apabila tidak dibatasi
penggunaannya dikhawatirkan dapat menjadi sumber
penyebab terjadinya penurunan kualitas air waduk akibat
pemberian pakan ikan, sehingga akan menjadi ancaman bagi
kualitas air waduk.

Sifat Penting Dampak


Dampak kegiatan operasional dan pemeliharaan waduk
terhadap perubahan komposisi penyusun komunitas biota air
dikategorikan sebagai dampak positif penting, karena besarnya
jumlah penduduk yang terkena dampak, intensitas dampaknya
yang tinggi, komponen lingkungan hidup lain yang akan
terpengaruh adalah perubahan mata pencaharian masyarakat
dan dampak negatif penurunan kualitas air, sifat dampak yang
kumulatif, serta sifat dampaknya yang tak terbalikkan.
19 Perkem- Guna lahan di wilayah studi didominasi Besaran dampak  Potensi berkembangnya
bangan (80,99 %) oleh daerah industri beserta Analisis Perkembangan Wilayah karena Keramba Jaring Apung Keramba Jaring Apung
wilayah kawasan green belt berupa perkebunan (KJA) (salah satu DPH 19), yang
yang dikelola oleh PT Dahana, dan Analogi dengan bendungan lain di Indonesia, keberadaan dipicu oleh DPH 18, dapat
(Merupa- hutan produksi yang dikelola oleh PT waduk dapat memicu adanya usaha pertanian ikan berupa mengancam kelangsungan
kan Perhutani (Persero). Keramba Jaring Apung (KJA), sementara keberadaan KJA ini kegiatan operasinal
dampak Selebihnya (19,01%) adalah lahan milik pada perencanaan Waduk Sadawarna akan dilarang bendungan, Sehingga
primer/ masyarakat dengan dominasi sawah keberadaannya oleh pengelola waduk (dapat dilihat pada sub diaktagorikan sebagai
sekunder) (10,54%), kebun (6,96%), dan tegalan bab 1.1.6.3.2.b.), karena berpotensi menurunkan kualitas air dampak penting.
(0,81%). Perumahan hanya 0,25 % dari waduk dan juga mengancam operasional infrastuktur waduk.  Sedangkan Perkembangan
luas area wilayah studi. wilayah menjadi lokasi

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 75


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
Analisis Perkembangan Wilayah karena Daya Tarik Wisata wisata yang merupakan
Daerah genangan dari Bendungan Sadawarna dapat salah satu DPH 19,
meningkatkan estetika lingkungan. Analogi dengan bendungan walaupun perkembangan
lain di Indonesia, adanya bendungan dapat menjadi daya tarik diprediksi tidak signifikan
wisata daerah setempat sehingga dapat berdampak terhadap sehingga dinilai tidak
pengembangan wilayah, yang kemudian menimbulkan dampak sampai dapat memicu
keuntungan bagi masyarakat sebagai peluang bekerja/berusaha terjadinya DPH 20
baik dibidang jasa, barang, maupun investasi. (gangguan kepada PT
Dari hasil observasi di lapangan maupun penelaahan di materi Dahana), tetapi sebetulnya
teknis RTRW, tidak ada objek wisata eksisting yang ada pada dapat memberikan
wilayah studi. Wilayah studi juga bukan merupakan daerah dampak balik bagi DPH 1
yang dikembangkan sebagai kawasan peruntukan pariwisata (penurunan pendapatan
baik dalam RTRW Kabupaten Subang maupun RTRW petani), karena kegiatan
Kabupaten Sumedang, melainkan hutan produksi terbatas, potensi wisata dapat
hutan peruntukan rakyat, pertanian lahan basah dan lahan memicu multiplier effect
kering, sawah tadah hujan, perkebunan, peternakan. Dalam berupa peluang
peruntukan ruang tersebut, wisata alam masih boleh dilakukan meingkatkan pendapatan
tetapi tetapi secara terbatas, dalam arti akan ada pembatasan masyarakat termasuk OTD,
pemberian ijin untuk mendirikan sarana dan prasarana wisata, dalam hal pelayanan
dengan tujuan agar tidak akan merubah fungsi kawasan wisata, baik sebagai
tersebut. Dengan demikian diprediksi kegiatan wisata tidak penghasilan utama
memiliki magnitude yang besar karena hanya akan bersifat maupun penunjang.
setempat (lokal). Dengan demikian dinilai
sebagai dampak penting.
Sifat penting dampak
Karena akan ada pelarangan terhadap aktivitas KJA, serta
potensi wisata hanya setempat (lokal), maka dari sisi jumlah
penduduk yang akan terkena dampak, luas wilayah penyebaran
dampak, Intensitas dan lamanya dampak berlangsung,
komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak,
dan sifat kumulatif dampak dikatagorikan kecil. Tetapi dampak
memungkinkan untuk berbalik tanpa pengelolaan, sehingga
dari pertimbangan ini dikatagorikan sebagai dampak penting.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 76


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
20 Gangguan Bagian lokasi PT Dahana yang Besaran dampak Perkembangan wilayah
keamanan bersinggungan dengan kepentingan Dampak ini merupakan dampak sekunder dari dampak menjadi lokasi wisata yang
untuk Waduk Sadawarna yaitu, jalan masuk ’Perkembangan Wilayah’. Terutama dampak kawasan ini yang merupakan salah satu DPH
kegiatan menuju Waduk Sadawarna berada di kemungkinan dapat berkembangan menjadi kawasan wisata, 19 memicu terjadinya DPH
PT Dahana atas lahan PT Dahana, tetapi pada dikhawatirkan kawasan menjadi ramai pengunjung dan 20, dinilai tidak signifikan
wilayah yang terkatagori zona aman. aktivitas multiplier effectnya seperti rumah makan, penginapan, dalam memicu terjadinya
(dampak Bahkan jalan masuk menuju lokasi dan fasilitas akomodasi lainnya, sehingga zona-zona bahaya di dampak ini, dikarenakan
sekunder Waduk Sadawarna pada kondisi PT Dahana dapat dimasuki oleh pihak yang tidak berpentingan. magnitude dampak potensi
dari eksisting dipakai sebagai jalan akses wisata hanya bersifat lokal ,
perkemba masyarakat menuju desa-desa yang Karena dampak primernya yaitu potensi perkembangan sehingga DPH 20 merupakan
ngan ada di wilayah studi, di Kecamatan wilayah memiliki magnitude yang kecil, karena pada RTRW dampak tidak penting.
wilayah) Cibogo.Guna lahan jalan masuk Kabupaten Subang dan Sumedang, wilayah studi bukan
tersebut pada kondisi eksisting adalah merupakan daerah yang dikembangkan sebagai kawasan
(Merupa- guna lahan mess karyawan serta peruntukan pariwisata, maka perkembangan wilayah wisata
kan perkebunan campuran yang menjadi diprediksi hanya setempat (lokal) dan memiliki magnitude yang
dampak area perlindungan /green belt dari kecil. Dengan demikian Gangguan keamanan untuk kegiatan PT
sekunder) zona bahaya pada PT Dahana. Di Dahana
sepanjang jalan tersebut diberikan Juag memiliki dampak yang kecil.
pagar kawat dan tanda-tanda
peringatan dilarang masuk, tanda Sifat penting dampak
kepemilikan PT Dahana, serta Dinilai tidak penting karena magnitude dampak potensi wisata
peringatan-peringatan bahaya agar hanya bersifat lokal , sehingga merupakan dampak tidak
tidak ada orang yang masuk ke wilayah penting.
PT Dahana.
21 Peningkat- Daerah penerima manfaat, semula Besaran dampak DPH 21 dapat berinteraksi
an merupakan persawahan tadah hujan Produktivitas rata-rata naik menjadi 5,559 ton/ha/tahun dengan DPH 1 (penurunan
produktivi atau irigasi sederhana, dengan karena jumlah panen meningkat menjadi 2 kali dalam setahun pendapatan petani).
-tas produktivitas rata-rata adalah 2,7 (sumsi disertai pula peningkatan faktor produksi dan aplikasi Jumlah petani yang terkena
pertanian ton/ha/tahun, produksi padi adalah teknologi pertanian).Di tahun ke-12, besarnya kenaikan dampak positif lebih besar
16.200 ton per tahun. produksi padi di daerah pemanfaat dengan adanya proyek dari petani yang merasakan
adalah 17.174 ton per tahun, atau produksi padi menjadi dampak negatif. Dengan
33.354 ton per tahun. demikian dinilai sebagai
dampak penting.

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 77


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
Sifat penting dampak
Dikatagorikan sebagai dampak penting karena wilayah
penyebaran dampak yang luas (6000 Ha)
22 Konflik Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Besaran dampak
Kepenting- Sumedang Nomor 2 Tahun 2012 Ada kesenjangan mengenai rencana pemanfaatan waduk, DPH 22 dapat berinteraksi
an Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah antara Kementerian PU dan Pemerintah Kabupaten Sumedang dengan DPH 1 (penurunan
Pemanfaat Kabupaten Sumedang Tahun 2011 – dalam hal manfaat air baku. pendapatan petani) dan DPH
an Air 2031, Waduk Sadawarna direncanakan 2 (keresahan masyarakat),
Studi Potensi Pengembangan Air Baku di DAS Cipunegara, 2010
Waduk sebagai salah satupenyedia air baku dan DPH 3 (Konflik karena
yang diacu dalam Laporan Review Desain Rencana Waduk
untuk pemanfaatan air baku untuk Penamaan Bendungan) .
Sadawarna pada Tahun 2011, menyebutkan bahwa wilayah
Kabupaten Sumedang, bersama dengan Karena wujud
pemanfaat Waduk Sadawarna hanya untuk Wilayah Kabupaten
Kab Subang dan Kab Indramayu. pengelolaannya telah
Subang dan Indramayu saja. Adapun wilayah Kabupaten
ditetapkan dalam deskripsi
Sumedang tidak menjadi wilayah pemanfaat dari Waduk
kegiatan bahwa wilayah
Sadawarna.
Kabupaten Sumedang juga
Dari hasil konsultasi publik teridentifikasi pula adanya sebagai wilayah pemanfaat
kekecewaan masyarakat terbebaskan di wilayah Sumedang air baku, sebetulnya
karena wilayah Sumedang tidak diproyeksikan untuk menerima magnitude dampak menjadi
manfaat langsung dari keberadaan Waduk Sadawarna, berkurang, tetapi karena
sementara mereka merasa berhak mendapatkan manfaatnya berinteraksi dalam ruang
karena sudah melakukan pengorbanan dalam proses dan waktu yang sama, maka
pembebasan lahan; dan hal ini akan memancing adanya dampak ini menjadi
keresahan masyarakat. penting..
Dari hasil diskusi dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang,
tertangkap potensi wilayah Sumedang yang memungkinkan
menjadi pemanfaat air baku dengan pangaliran gravitasi, yaitu
sebagian kecil wilayah di Kecamatan Surian, satu Desa di
bagian utara yaitu Desa Tanjung. Hal ini kemudian disepakati
oleh pemrakarsa bahwa akan ada wilayah di Kabupaten
Sumedang yang akan diproyeksikan sebagai pemerima manfaat
air baku, sehingga dituliskan dalam deskripsi kegiatan dalam
Dokumen ANDAL (bab 1.1.1, sub bab 1.1.2. dan 1.1.4.) bahwa
Wilayah Kabupaten Sumedang menjadi salah satu pemanfaat

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 78


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO DPH RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL HASIL PRAKIRAAN DAMPAK HASIL EVALUASI DAMPAK
air baku. Dari uraian di atas, karena sudah ada kesepakatan
penyelesaian masalah mengenai pemanfaatan waduk untuk
Kabupaten Sumedang, maka magnitude dampak berkurang.

Sifat penting dampak


Dikatagorikan sebagai dampak tidak penting karena wujud
pengelolaannya telah ditetapkan dalam deskripsi kegiatan
bahwa wilayah Kabupaten Sumedang juga sebagai wilayah
pemanfaat air baku,

Bab 3. Prakiraan Dampak III - 79


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

BAB IV

EVALUASI DAMPAK PENTING


4.1. Umum
Evaluasi dampak penting ini dimaksudkan untuk menguraikan hasil evaluasi atau
telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting hipotetik (DPH) dalam rangka
penentuan karakteristik dampak keberadaan Waduk Sadawarna secara total terhadap
lingkungan hidup

Berdasarkan Per Men LH No 16 tahun 2012, dalam evaluasi dampak, telaahan yang perlu
dilakukan meliputi :
a. Bentuk hubungan keterkaitan dan interaksi DPH beserta karakteristiknya antara lain
seperti frekuensi terjadi dampak, durasi dan intensitas dampak, yang pada akhirnya
dapat digunakan untuk menentukan sifat penting dan besaran dari dampak-dampak
yang telah berinteraksi pada ruang dan waktu yang sama.
b. Komponen-komponen rencana pembangunan/ keberadaan Waduk Sadawarna yang
paling banyak menimbulkan dampak lingkungan.
c. Area-area yang perlu mendapat perhatian penting (area of concerns), beserta
luasannya (lokal, regional, nasional, atau bahkan internasional lintas batas negara),
antara lain sebagai contoh seperti:
1) Area yang mendapat paparan dari beberapa dampak sekaligus dan banyak
dihuni oleh berbagai kelompok masyarakat;
2) Area yang rentan/rawan bencana yang paling banyak terkena berbagai dampak
lingkungan; dan/atau
3) Kombinasi dari are sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b atau
lainnya
d. Menganalisis Arahan Pengelolaan
Berdasarkan informasi hasil telaahan seperti di atas, maka selanjutnya akan dilakukan
telahaan atas berbaga opsi pengelolaan dampak lingkungan yang mungkin dilakukan,
ditinjau dari ketersediaan opsi pengelolaan terbaik (best available technology),
kemampuan pemrakarsa untuk melakukan opsi pengelolaan terbaik (best achievable

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 1


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

technology) dan relevansi opsi pengelolaan yang tersedia dengan kondisi lokal. Dari
hasil telaahan ini, akan dirumuskan arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup yang menjadi dasar bagi penyusunan RKL-RPL yang lebih detail/rinci dan
operasional.

Arahan pengelolaan dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan yang


menimbulkan dampak, baik komponen kegiatan yang paling banyak memberikan
dampak turunan (dampak yang bersifat strategis) maupun komponen kegiatan yang
tidak banyak memberikan dampak turunan. Arahan pemantauan dilakukan terhadap
komponen lingkungan yang relevan untuk digunakan sebagai indikator untuk
mengevaluasi penaatan (compliance), kecenderungan (trendline) dan tingkat kritis
(criticallevel) dari suatu pengelolaan lingkungan hidup

e. Berdasarkan informasi tersebut di atas hasil telahaan keterkaitan dan interaksi


dampak lingkungan/dampak penting hipotetik, arahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan), akan disimpulkan/ diberikan pernyataan kelayakan lingkungan hidup
atas Waduk Sadawarna, dengan mempertimbangkan kriteria kelayakan antara lain
sebagai berikut:
 Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
sumber daya alam yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
 Kepentingan pertahanan keamanan.
 Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek
biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan masyarakat
pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi Waduk
Sadawarna.
 Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah
kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui
perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif.
 Kemampuan pemrakarsa dan/ atau pihak terkait yang bertanggung jawab dalam
menanggulanggi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan teknologi, sosial, dan
kelembagaan.
 Keberadaan Waduk Sadawarna tidak menganggu nilai-nilai sosial atau pandangan
masyarakat (emic view).
 Keberadaan Waduk Sadawarna tidak akan mempengaruhi dan/atau mengganggu

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 2


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

entitas ekologis yang merupakan :


o Eentitas dan/atau spesies kunci (keyspecies);
o Memiliki nilai penting secara ekologis (ecologicalimportance);
o Memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance);dan/atau
o memiliki nilai penting secarailmiah (scientificimportance).

 Keberadaan Waduk Sadawarna tidak menimbulkan gangguan terhadap usaha


dan/atau kegiatan yang telah berada disekitar rencana lokasi usaha dan/atau
kegiatan.

 Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari lokasi
Keberadaan Waduk Sadawarna, dalam hal terdapat perhitungan daya dukung dan
daya tampung lingkungan dimaksud.

4.2. Bentuk Hubungan Keterkaitan dan Interaksi Dampak Penting Beserta


Karakteristiknya

Evaluasi tahap ini dimaksudkan untuk menelaah bentuk hubungan keterkaitan dan
interaksi dampak penting beserta karakteristiknya. Dalam hal ini metoda bagan alir
(flowchart) dampak digunakan untuk memberikan gambaran hubungan keterkaitan antar
dampak. Sedangkan metoda simple checklist digunakan untuk memetakan dampak penting,
komponen kegiatan penyebab dampak, dan komponen lingkungan yang terkena dampak,
ditujukan untuk melihat beban komponen lingkungan yang terkena dampak yang terjadi
pada waktu yang bersamaan.

Tabel 4.1. memetakan kegiatan penyebab dampak dengan komponen lingkungan yang
terkena dampak.

Gambar 4.1. sampai dengan Gambar 4.3. memetakan hubungan keterkaitan antar
dampak dalam bentuk bagan alir (flowchart).

Dampak yang ditampilkan adalah dampak yang sudah ditapis dalam tahap pelingkupan
menjadi dampak penting hipotetik, lebih lanjut penetapan menjadi dampak positif/negatif
penting atau tidak penting telah melalui ‘telaahan dampak penting’ dalam bab 3 dokumen
ini.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 3


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 4.1. Pemetaan Kegiatan Penyebab Dampak dengan Komponen Lingkungan


yang Terkena Dampak

Pra
Kegiatan Konstruksi Operasional
Konstruksi

Aktivitas Kantor Lapangan

Pengoperasian Bangunan

Pemeliharaan Bendungan
Utama dan dan Bangunan
Pembangunan Jalan-jalan
Mobilisasi alat berat dan
Mobilisasi Tenaga Kerja
Survai dan pengukuran

(borrow dan quarries)

Konstruksi Bendungan

Pengisian Awal Waduk


Konstruksi Bangunan
material Konstruksi

Persiapan material
Pembebasan lahan

Operasional dan
Pelengkap ,*)
Akses Baru
Konstruksi

Pengelak

Pengelak
Komponen lingkungan
No
I Komponen Fisik – Kimia
1 Kualitas Udara :
- Partikulat/debu -TP
2 Kebisingan -TP
3 Kestabilan Lereng
bendungan
4 Kestabilan Lereng -P
sempadan waduk
5 Erosi dan Sedimentasi
6 Penurunan Tanah (Land
Subsidence)
7 Kuantitas Air Sungai -P
/Waduk
8 Kualitas Air Sungai /Waduk
9 Hidrogeologi
10 Kerusakan Jalan -P
11 Aksesibilitas masyarakat -P
12 Pola Pelayanan Lalu Lintas
II Komponen Biologi
14 Kerapatan Flora -P
15 Migrasi Fauna -P
16 Biota Air -P
III Komponen Sosekbud
17 Pendapatan petani -P
18 Peningkatan Pendapatan +p
tenaga kerja
19 Sosial budaya (keresahan, -P -P -TP
konflik)
20 Produktivitas -P
Pertanian/Lahan Budi Daya
21 Perkembangan Wilayah -/+
P/TP
22 Keamanan Lingkungan -TP
(PT Dahana)
IV Kesehatan Masyarakat
23 Sanitasi Lingkungan -P
24 Prevalensi Penyakit Bawaan -P
Air
25 Prevalensi Penyakit ISPA -TP
Keterangan : + P : Dampak Positif Penting - P : Dampak Negatif Penting
+ TP : Dampak Positif Tidak Penting - TP : Dampak Negatif Tidak Penting
K = Kegiatan penyebab dampak
L = Parameter lingkungan yang terkena dampak

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 4


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

TAHAP PRA KONSTRUKSI

PEMBEBASAN LAHAN

PENURUNAN PENDAPATAN KONFLIK SOSIAL (KARENA KONFLIK SOSIAL (PEMBEBASAN


PETANI -P NAMA BENDUNGAN) -P MAKAM KERAMAT)-P

KERESAHAN MASYARAKAT -P

Gambar 4.1. Diagram Alir Dampak Penting Tahap Pra Konstruksi

Dari Gambar 4.1. dapat dilihat bahwa pada tahap pra konstruksi, ada 3 (tiga) dampak
penting hipotetik primer dan 1 (satu) dampak penting sekunder yang dianalisis dalam
tahap ANDAL, dan keempatnya dikatagorikan sebagai dampak negatif penting.

Dari Gambar 4.2. dapat dilihat bahwa pada tahap konstruksi ada 5 (lima) dampak penting
hipotetik primer dan 3 (tiga) dampak penting hipotetik sekunder yang dianalisis dalam
tahap ANDAL. Dari delapan dampak tersebut, 1 dampak dikatagorikan sebagai dampak
positif penting, 4 dampak dikatagorikan sebagai dampak negatif penting, sementara 3
dampak dikatagorikan sebagai dampak negatif tidak penting.
Dapat dilihat pula pada Gambar 4.2. dan Tabel 4.1. bahwa tidak ada Dampak Penting
Hipotetik dari 5 kegiatan di tahap konstruksi, yaitu (1) Pembuatan bangunan pengelak,
(2) Pengoperasian bangunan pengelak, (3) Persiapan material (penggalian bahan tanah,
pasir dan kerikil dan penggalian batu (borrow dan quarries), (4) Pembangunan jalan-
jalan akses baru, dan (5) Konstruksi bendungan utama.
Hal tersebut dikarenakan dampak pada kegiatan-kegiatan tersebut sudah memiliki
pengelolaan yang telah diantisipasi pemrakarsa sebagai bagian dari rencana kegiatan,
mengacu kepada SOP, panduan teknis pemerintah, standar internasional, yang telah
dijelaskan sebelumnya pada Tabel 1.12, Ringkasan Pelingkupan Dampak Penting
Hipotetik, dan sub bab lainnya di bab 1 yang membahas kegiatan yang dimaksud di atas.
Untuk selanjutnya, pengelolaan dan pemantauan untuk dampak dari 5 kegiatan tersebut
akan diuraikan kembali dalam bab 2 dokumen RKL-RPL dalam pembahasan mengenai
“Dampak Lingkungan Lainnya yang perlu dikelola (Pengelolaan lingkungannya telah
direncanakan sejak awal sebagai bagian dari rencana kegiatan, atau mengacu kepada SOP,
panduan teknis pemerintah, standar internasional, dll)”.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 5


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

TAHAP KONSTRUKSI

1. MOBILISASI 2. 3.MOBILISASI ALAT DAN


TENAGA AKTIVITAS MATERIAL KONSTRUKSI 7. PERSIAPAN MATERIAL 8. KONSTRUKSI
5. PEMBUATAN
KANTOR (PENGGALIAN BAHAN BENDUNGAN
KERJA BANGUNAN
LAPANGAN TANAH, PASIR DAN KERIKIL UTAMA :
PENGELAK
(Basecamp, DAN PENGGALIAN BATU  Pembuatan
Pool-Pool (BORROW DAN QUARRIES) pondasi
KENAIKAN Kendaraan
PENDAPATAN PENURUNAN KERUSAKAN bendungan
TENAGA KERJA
dan Alat KUALITAS PENINGKATAN JALAN  Penimbunan
+P Berat,) UDARA KEBISINGAN -P tubuh
6. PENGOPERASIAN 4.PEMBANGUNAN
Bengkel (PARAMETER -TP bendungan
BANGUNAN PENGELAK JALAN-JALAN AKSES
DEBU)
-TP
BARU  Pembuatan
PENURUNAN KUALI TAS bangunan
SANITASI LINGKUNGAN pelengkap
(Sampah dan Limbah Cair) (bangunan
-P PENINGKATAN pelimpah
PREVALENSI banjir dan
PENYAKIT ISPA
PENINGKATAN PREVALENSI bangunan
-TP
PENYAKIT BAWAAN AIR penyadap).
(Water Borne Deseases)
-P KERESAHAN MASYARAKAT -P

Gambar 4.2. Diagram Alir Prakiraan Dampak Hipotetik Tahap Konstruksi

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 6


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

TAHAP OPERASIONAL

PENGISIAN AWAL WADUK


OPERASIONAL WADUK

PENURUNAN PENURUNAN TERPUTUSNYA BERKURANGNYA


KERAPATAN STABILITAS LERENG JALAN DAN KUANTITAS ALIRAN PERUBAHAN PERKEM- PENINGKATAN KONFLIK
FLORA (KELONGSORAN) JEMBATAN AIR S.CIPUNEGARA DI KOMPOSISI BANGAN PRODUKSI KEPENTINGAN
TERESTERIAL SEMPADAN WADUK (Aksesibilitas HILIR BENDUNGAN BIOTA AIR WILAYAH PERTANIAN AIR WADUK
-P -P Masyarakat) SADAWARNA -P -/+ +P -TP
-P -P P

GANGGUAN
MIGRASI FAUNA KEAMANAN
TERESTERIAL UNTUK KEGIATAN
-P PT DAHANA
-TP

Gambar 4.3. Diagram Alir Prakiraan Dampak Potensial Tahap Operasional

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 7


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Dari Gambar 4.3. dapat dilihat bahwa pada tahap operasional ada 8 (delapan) dampak
penting hipotetik primer dan 2 (dua) dampak penting hipotetik sekunder yang dianalisis
dalam tahap ANDAL. Dari sepuluh dampak tersebut, 7 dampak dikatagorikan sebagai dampak
negatif penting, 2 dampak dikatagorikan sebagai dampak negatif tidak penting, dan 1 dampak,
yaitu perkembangan wilayah, memiliki dua sisi antara negatif tidak penting dan positif
penting.

4.3. Komponen-komponen Rencana Kegiatan yang Paling Banyak Menimbulkan


Dampak Lingkungan
Untuk memperoleh hasil penilaian mengenai komponen-komponen rencana kegiatan yang
paling banyak menimbulkan dampak lingkungan, maka suatu komponen lingkungan hidup
yang paling sensitif terhadap rencana kegiatan dilihat dari penjumlahan horisontal dari
komponen kegiatan yang mempengaruhinya. Sedangkan untuk komponen kegiatan yang
memberikan dampak penting dapat dilihat dari penjumlahan secara vertikal.
Beberapa pedoman yang digunakan dalam menyimpulkan hasil evaluasi secara totalitas
ialah:
 Komponen-komponen kegiatan yang dinilai paling berpotensi menimbulkan dampak
dan harus diperhatikan pengelolaannya dilihat dari jumlah komponen lingkungan
yang dipengaruhinya.
 Hasil evaluasi memberikan indikasi tentang tingkat kebutuhan penanganan
komponen kegiatan yang menjadi penyebab timbulnya dampak penting.
 Komponen-komponen lingkungan yang dinilai paling sensitif terhadap adanya
kegiatan di sekitarnya dapat dilihat dari banyaknya komponen kegiatan yang
mempengaruhinya secara signifikan.
 Makin banyak komponen lingkungan yang terkena dampak penting, maka makin
besar pula kebutuhan penanganan komponen lingkungan hidup

Dari Tabel 4.1 dan Gambar 4.1. sampai dengan Gambar 4.3. dapat dilihat bahwa komponen
lingkungan yang diprakirakan paling banyak terkena dampak negatif penting adalah
keresahan masyarakat.

Uraian komponen lingkungan yang paling sensitif terkena dampak

Dari uraian tersebut tampak bahwa komponen sosial (berupa keresahan masyarakat dan
konflik sosial), dapat dikategorikan sebagai komponen lingkungan yang paling sensitif

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 8


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

terkena dampak negatif penting dari rencana kegiatan pembangunan Waduk Sadawarna,
karena ada 3 kegiatan penyebab dampak yang berujung pada dampak sosial ini.
Komponen lingkungan yang diprakirakan terkena dampak positif penting di tahap konstruksi
adalah kesempatan bekerja/berusaha yang dipengaruhi oleh 1 komponen kegiatan, serta di
tahap operasional, perkembangan wilayah, dan produktivitas lahan pertanian di wilayah
pemanfaat. Komponen lingkungan sosial merupakan komponen lingkungan yang sensitif
untuk memperoleh manfaat dari pembangunan Waduk Sadawarna.

Uraian komponen kegiatan yang paling banyak menimbulkan dampak

Komponen kegiatan pada tahap pra konstruksi yang banyak berdampak negatif penting
terhadap lingkungan pembebasan lahan, yang berdampak penting terhadap 2 komponen
lingkungan.
Komponen kegiatan pada tahap konstruksi yang paling banyak menimbulkan dampak negatif
penting terhadap komponen lingkungan adalah aktivitas kantor dan basecamp, terhadap 2
komponen lingkungan, mobilisasi alat dan material konstruksi terhadap 2 komponen
lingkungan, sementara kegiatan konstruksi yang lainnya sebagian besar telah memiliki
pengelolaan yang telah diantisipasi pemrakarsa sebagai bagian dari rencana kegiatan,
mengacu kepada SOP, panduan teknis pemerintah, standar internasional, yang telah
dijelaskan sebelumnya pada Tabel 1.12.
Secara umum 2 buah kegiatan pada tahap operasional banyak menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan. Kegiatan pengisian awal waduk menyebabkan 6 komponen lingkungan
terkena dampak negatif, sementara dampak positif akan dirasakan pada kegiatan operasional
dan pemeliharaan bendungan terhadap 2 komponen lingkungan, dan dampak negatif
terhadap 1 komponen lingkungan.

4.4. Area-area yang Perlu Mendapat Perhatian Penting (Area of Concerns)

Pokok-pokok simpulan hasil evaluasi dampak penting secara totalitas menggunakan


pedoman sebagai berikut :
1). Komponen-komponen kegiatan yang dinilai paling berpotensi menimbulkan dampak dan
harus diperhatikan pengelolaannya dilihat dari jumlah komponen lingkungan yang
dipengaruhinya.
2). Hasil evaluasi memberikan indikasi tentang tingkat kebutuhan penanganan komponen
kegiatan yang menjadi penyebab timbulnya dampak penting.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 9


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

3). Komponen-komponen lingkungan yang dinilai paling sensitif terhadap adanya kegiatan di
sekitarnya dapat dilihat dari banyaknya komponen kegiatan yang mempengaruhinya
secara signifikan.
4). Makin banyak komponen lingkungan yang terkena dampak penting, maka makin besar
pula kebutuhan penanganan komponen lingkungan hidup.

Untuk menganalisa area-area yang perlu mendapat perhatian penting (area of concerns),
maka diperlukan analisis dampak-dampak penting hipotetik yang terjadi pada ruang dan
waktu yang sama. Untuk dampak demikian, walaupun besaran dampak tunggal tidak besar,
dan sifatnya tidak penting, tetapi dapat menjadi dampak penting karena berinteraksi dengan
dampak yang lainnya yang terjadi ruang dan waktu yang sama, sehingga memerlukan
pengelolaan yang terpadu.
Analisis terhadap dampak yang berinteraksi dalam ruang dan waktu yang sama dapat dilihat
pada Tabel 4.2.

Dari uraian mengenai komponen kegiatan yang paling banyak menimbulkan dampak dan
komponen lingkungan yang paling sensitif terkena dampak, maka dapat disimpulkan bahwa
area-area yang perlu mendapat perhatian penting (area of concerns) adalah :
(1) Penduduk lahannya terbebaskan,
(2) Penduduk di wilayah studi yang aksesibilitasnya terganggu,
(3) Penduduk yang bermukim di sisi jalan raya yang terlalui kendaraan pengangkut material.
(4) Penduduk di Kabupaten Sumedang yang tidak dialokasikan mendapat manfaat langsung
(air baku, irigasi) dari keberadaan waduk.
(5) PT Dahana terutama sumber air bakunya (intake di Sungai Cipunagara)
(6) Waduk Sadawarna termasuk sempadan waduknya,
(7) Cathment Area Waduk.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 10


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Tabel 4.2. Analisis Dampak Yang Berinteraksi Dalam Ruang Dan Waktu

NO Dampak penting DAMPAK YANG BERINTERAKSI DALAM RUANG DAN WAKTU YANG SAMA Kesimpulan
DPH Hipotetik (DPH)
TAHAP PRA KONSTRUKSI
1 Penurunan DPH 1, DPH 2, DPH 3, dan dan DPH 4 bertemu pada ruang dan waktu yang sama. -P
pendapatan petani. Karena kegiatan yang menyebabkan DPH 1, DPH 3, dan DPH 4 dilakukan secara Penduduk lahannya terbebaskan
(Merupakan bersamaan, sehingga intensitas DPH 2 lebih tinggi. termasuk dalam area of concern
dampak primer) Dengan demikian ada potensi Penurunan pendapatan petani akan berinteraksi karena banyak dampak penting
2 Keresahan dengan konflik sosial (karena nama bendungan) dan konflik sosial (pembebasan yang bertemu pada ruang dan
masyarakat. makam keramat), dapat mempertajam keresahan masyarakat yang berujung waktu yang sama
(Merupakan terhadap persepsi masyarakat yang negatif terhadap proyek yang menimbulkan
dampak sekunder hambatan terhadap kelancaran proyek.
dari dampak Maka dari analisis ini, DPH 1,2,3 dan 4 menjadi dampak penting
Penurunan
pendapatan petani)
3 Konflik sosial
(karena nama
bendungan).
(Merupakan
dampak primer)
4 Konflik sosial
(Karena pembebasan
Makam Keramat)
(Merupakan dampak
primer)
TAHAP PRA KONSTRUKSI
5 Peningkatan Pengelolaan dampak terhadap DPH 5 dapat berintegrasi dengan pengelolaan Wilayah studi terutama area yang
pendapatan tenaga dampak untuk DPH 2, DPH3, dan DPH 4. Pengelolaan terhadap DPH 5 ini dapat lahannya terbebaskan termasuk
kerja menimbulkan efek dampak balik DPH 2, DPH3, dan DPH 4, yang semula berujung area of concern karena banyak
pada berpersepsi negatif terhadap kegiatan sehingga terjadi keresahan, bila dampak penting yang bertemu

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 11


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO Dampak penting DAMPAK YANG BERINTERAKSI DALAM RUANG DAN WAKTU YANG SAMA Kesimpulan
DPH Hipotetik (DPH)
(Merupakan masyarakat diberikan kesempatan untuk memanfaatkan DPH 5 berupa multiplier pada ruang dan waktu yang sama
dampak primer) effect dari peluang mendapatkan penghasilan pengganti, dengan bekerja di
proyek atau berjualan.
Dengan demikian dinilai sebagai dampak penting

6 Penurunan Kualitas  DPH 6 terjadi pada Sungai Cipunagara yang sudah memiliki beban BOD yang Intake air baku PT Dahana
Sanitasi Lingkungan sudah tinggi pada kondisi tanpa proyek, termasuk dalam area of concern
(sampah dan  DPH 6 juga akan berlangsung berantai kepada komponen kesehatan masyarakat karena banyak dampak penting
limbah cair) (DPH 7). Dampak terjadi pada intake air baku PT Dahana yang bertemu pada ruang dan
 Dengan demikian dinilai sebagai dampak penting. waktu yang sama
(Merupakan
dampak primer)
7 Peningkatan DPH 7 merupakan dampak sekunder dari DPH 6 yang merupakan dampak
Prevalensi Penyakit penting.
Bawaan Air (Water Dengan demikian dinilai sebagai dampak penting
Borne Deseases)

(Merupakan
dampak sekunder)
8 Penurunan kualitas DPH 8, DPH 10, DPH 11, dan DPH 12 bertemu pada ruang dan waktu yang sama, Penduduk yang aksesibilitasnya
udara (parameter karena kegiatan yang menyebabkan DPH 8, DPH 10, dan DPH 11 dilakukan secara terganggu, dan penduduk yang
debu) bersamaan. bermukim di sisi jalan raya yang
Dengan demikian ada kemungkinan bahwa walaupun magnitude DPH 8 kecil terlalui kendaraan pengangkut
(Merupakan (resuspensi debu), dan magnitude DPH 10 kecil (kebisingan), tetapi akan material termasuk area of
dampak primer) berinteraksi dengan kerusakan jalan yang memiliki magnitude dampak besar concern karena banyak dampak
sehingga dapat mempertajam ketidaknyamanan masyarakat yang berujung penting yang bertemu pada ruang
terhadap persepsi masyarakat yang negatif terhadap proyek. dan waktu yang sama
Maka dari analisis ini, DPH 8, DPH 10, dan DPH 11 menjadi dampak penting
10 Peningkatan DPH 8, DPH 10, DPH 11, dan DPH 12 bertemu pada ruang dan waktu yang sama,
Intensitas karena kegiatan yang menyebabkan DPH 8, DPH 10, dan DPH 11 dilakukan secara

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 12


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO Dampak penting DAMPAK YANG BERINTERAKSI DALAM RUANG DAN WAKTU YANG SAMA Kesimpulan
DPH Hipotetik (DPH)
Kebisingan bersamaan.
Dengan demikian ada kemungkinan bahwa walaupun magnitude dampak kecil
(Merupakan untuk peningkatan debu dan kebisingan, tetapi akan berinteraksi dengan
dampak primer) kerusakan jalan yang memiliki magnitude dampak besar sehingga
dapat mempertajam ketidaknyamanan masyarakat yang berujung terhadap
persepsi masyarakat yang negatif terhadap proyek.
Maka dari analisis ini, DPH 8, DPH 10, dan DPH 11 menjadi dampak penting
11 Kerusakan jalan DPH 8, DPH 10, DPH 11, dan DPH 12 bertemu pada ruang dan waktu yang sama, Penduduk yang aksesibilitasnya
(pengurangan masa karena kegiatan yang menyebabkan DPH 8, DPH 10, dan DPH 11 dilakukan secara terganggu, dan penduduk yang
layan jalan) bersamaan. bermukim di sisi jalan raya yang
(dampak primer) Dengan demikian ada kemungkinan bahwa walaupun magnitude dampak kecil terlalui kendaraan pengangkut
12 Keresahan untuk peningkatan debu dan kebisingan, tetapi akan berinteraksi dengan material termasuk area of
masyarakat kerusakan jalan yang memiliki magnitude dampak besar sehingga concern karena banyak dampak
dapat mempertajam ketidaknyamanan masyarakat yang berujung terhadap penting yang bertemu pada ruang
(Merupakan persepsi masyarakat yang negatif terhadap proyek. dan waktu yang sama
dampak sekunder) Maka dari analisis ini, DPH 8, DPH 10, dan DPH 11 menjadi dampak penting
TAHAP OPERASIONAL
13 Penurunan DPH 13, DPH 14, DPH 15, dan DPH 16 bertemu pada ruang dan waktu yang sama, Penduduk di radius 1 km dari
kerapatan flora karena kegiatan yang menyebabkan DPH 13, DPH 14, DPH 15, dan DPH 16 sempada waduk termasuk dan
teresterial dilakukan secara bersamaan. yang yang aksesibilitasnya
terganggu, termasuk area of
(Merupakan
Maka dari analisis ini, DPH 13, DPH 14, DPH 15, dan DPH 16 menjadi dampak concern area of concern karena
dampak primer)
penting banyak dampak penting yang
14 Migrasi fauna
bertemu pada ruang dan waktu
teresterial
yang sama
(Merupakan
dampak sekunder)
15 Penurunan
stabilitas lereng

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 13


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO Dampak penting DAMPAK YANG BERINTERAKSI DALAM RUANG DAN WAKTU YANG SAMA Kesimpulan
DPH Hipotetik (DPH)
sempadan waduk
(Merupakan
dampak primer)
16 Terputusnya jalan
dan jembatan
(aksesibiltas masya-
rakat)
(Merupakan
dampak primer)
17 Berkurangnya - PT Dahana yang intake air
kuantitas aliran air bakunya terganggu secara
Sungai Cipunagara intensif termasuk area of concern
di hilir rencana
bendungan
(Merupakan
dampak primer)
18 Perubahan DPH 18 dan DPH 19, bertemu pada ruang dan waktu yang sama, karena  Waduk Sadawarna termasuk
komposisi biota air perubahan komposisi biota air (DPH 19) menyebabkan ptensi berkembangnya area of concern dari ancaman
Keramba Jaring Apung (salah satu penyebab DPH 19) keberadaan tumbuhnya KJA
(Merupakan
yang dapat menurunkan
dampak primer) Maka dari analisis ini, DPH 18 dan DPH 19 merupakan dampak penting
19 Perkembangan kualitas air dan percepatan
 Potensi berkembangnya Keramba Jaring Apung (salah satu DPH 19), yang dipicu
wilayah oleh DPH 18, dapat mengancam kelangsungan kegiatan operasinal bendungan, pendangkalan waduk.
Sehingga diaktagorikan sebagai dampak penting.  Sempadan waduk termasuk
(Merupakan  Sedangkan Perkembangan wilayah menjadi lokasi wisata yang merupakan salah area of concern dari keberadaan
dampak satu DPH 19, walaupun perkembangan diprediksi tidak signifikan sehingga aktivitas wisata yang
primer/sekunder) dinilai tidak sampai dapat memicu terjadinya DPH 20 (gangguan kepada PT berpotensi multiplier effect
Dahana), tetapi sebetulnya dapat memberikan dampak balik bagi DPH 1
sebagai sumber penghasilan
(penurunan pendapatan petani), karena kegiatan potensi wisata dapat memicu

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 14


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

NO Dampak penting DAMPAK YANG BERINTERAKSI DALAM RUANG DAN WAKTU YANG SAMA Kesimpulan
DPH Hipotetik (DPH)
multiplier effect berupa peluang meingkatkan pendapatan masyarakat termasuk masyarakat.
OTD, dalam hal pelayanan wisata, baik sebagai penghasilan utama maupun
penunjang. Dengan demikian dinilai sebagai dampak penting.
21 Peningkatan DPH 21 dapat berinteraksi dengan DPH 1 (penurunan pendapatan petani). Cathment area termasuk area of
produktivitas Jumlah petani yang terkena dampak positif lebih besar dari petani yang concern untuk mengelola
pertanian merasakan dampak negatif. Dengan demikian dinilai sebagai dampak penting. keberlangsungan kuantitas air
waduk agar manfaat waduk
efektif.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 15


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

4.5. Analisa Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Telahaan atas berbagai opsi pengelolaan dampak lingkungan yang mungkin dilakukan,
ditinjau dari ketersediaan opsi pengelolaan terbaik (best available technology),
kemampuan pemrakarsa untuk melakukan opsi pengelolaan terbaik (best achievable
technology), dan relevansi opsi pengelolaan yang tersedia dengan kondisi lokal akan
dianalisis dalam tahap ini, untuk merumuskan arahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang menjadi dasarbagi penyusunan RKL-RPL yang lebih detail/rinci
dan operasional.

Arahan pengelolaan dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan yang menimbulkan


dampak, baik komponen kegiatan yang paling banyak memberikan dampak turunan
(dampak yang bersifat strategis) maupun komponen kegiatan yang tidak banyak
memberikan dampak turunan. Arahan pemantauan dilakukan terhadap komponen
lingkungan yang relevan untuk digunakan sebagai indikator untuk mengevaluasi penaatan
(compliance), kecenderungan (trendline) dan tingkat kritis (criticallevel), dari suatu
pengelolaan lingkungan hidup.

4.5.1. Pendekatan Teknologi

4.5.1.1.Pendekatan Teknologiyang perlu dilakukan pada Tahap Pra Konstruksi


4.5.1.1.1. Dampak penting yang dikelola : Terputusnya Aksesibilitas Masyarakat -
Keresahan Masyarakat
Salah satu komponen yang sangat penting bagi masyarakat dan dapat menimbulkan
keresahan, terutamayang lahannya terbebaskan adalah adanya jalan akses bagi
masyarakat menuju tempat/fasilitas yang sudah biasa didatangi, misalnya menuju sekolah,
puskesmas, atau jalan untuk mengunjungi sanak-saudara dari tempat tinggal baru/
relokasi. Dampak terputusnya aksesibilitas masyarakat ini, walaupun akan dirasakan pada
tahap operasional, tetapi pengelolannya perlu dilakukan pada tahap pra konstruksi dan
kontruksi.
Pendekatan secara teknologi untuk pengelolaan pembebasan lahan ini adalah :
 Penetapan jalur jalan akses pengganti menuju lokasi relokasi masyarakat terkena
dampak pembebasan lahan, melalui kajian kelayakan teknis, ekonomis dan
lingkungan hidup, serta membangun jalan akses tersebut sebelum masa
penggenangan awal waduk.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 16


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalahpada masanya waduk beroperasi,


masyarakat memungkinkan mengakses antar wilayah :
a. Desa Cibalandong Jaya - Desa Sadawarna dengan - Jl Raya Subang-Cikamurang
b. Desa Tanjung–Desa Suriamedal - Desa Surian- Jl Raya Subang-Cikamurang
c. Lokasi relokasi penduduk dengan jalan-jalan desa eksisting

4.5.1.1.2. Dampak penting yang dikelola : Konflik Sosial akibat Pembebasan


Makam Keramat
Konflik sosial berpotensi terjadi dari kegiatan pembebasan makam keramat, yang berada
pada Desa Sadawarna. Makam keramat tersebut akan tergenang bila genangan waduk
dalam kondisi muka air banjir.
Pendekatan secara teknologi untuk pengelolaan pembebasan lahan ini adalah pergeseran
as bendungan Sadawarna sejauh 20 meter ke arah selatan sehingga makam keramat tidak
terendam muka air banjir
Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah tidak adanya gangguan kamtibmas yang
bersumber dari pembebasan makam keramat.

4.5.1.2. Pendekatan Teknologi untuk Pengelolaan Dampak Tahap Konstruksi

4.5.1.2.1.Dampak penting yang dikelola : Penurunan Kualitas Sanitasi Lingkungan-


Peningkatan Angka Penyakit Bawaan Air
Penurunan kualitasi sanitasi lingkungan diakibatkan oleh aktivitas domestik pekerja.
Aktivitas domesrtik akan meningkatkan konsentrasi BOD, fosfat dan NO3-N, di Sungai
Cipunagara pada musin kemarau (Q 90%) konsentrasi BOD akan meningkat menjadi 22,36
mg/l, fosfat menjadi sebesar 0,25 mg/l, NO3-N sebesar 3,15 mg/l. Selain itu, limbah
domestik juga diprediksi akan meningkatkan jumlah coliform/ coli fecal dalam badan air
sebagai indikator keberadaan mokroorganisma patogen.
Pengelolaan dampak diarahkan melalui pendekatan teknologi, yang ditujukan untuk
mengelola dampak primernya, yaitu aspek sanitasi pada basecamp pekerja agar dapat
meminimasi dampak sekunder berupa peningkatan penyakit bawaan air. Prinsip
pendekatan teknologi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Di dalam barak/basecamp pekerjaakan disediakan fasilitas-fasilitas sanitasi yang
memenuhi persyarakat teknis, termasuk penyediaan fasilitas pengelolaan air buangan
dan pengelolaan limbah padat.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 17


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

b. Saat selesainya pekerjaan (pasca konstruksi), seluruh fasilitas akan dikembalikan sesuai
kondisi seperti semula atau dengan kondisi yang disetujui pemilik lahan.

Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah :


a. Kualitas air Sungai Cipunagarasama dengan kondisi rona lingkungan awal.
b. Tidak terjadi Kejadian luar biasa (KLB) dari kelompok penyakit bawaan air, sesuai
kriteria Kriteria Keputusan Dirjen PPM No 451/91 tentang Pedoman Penyelidikan dan
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa

4.5.1.2.2. Dampak penting yang dikelola : Penurunan Kualitas Jalan - Peningkatan


Kebisingan – Peningkatan Resuspensi Debu - Keresahan Masyarakat
Dampak peningkatan kebisingan, dan peningkatan resuspensi debu,walaupun magnitude
dampak diprakirakan tidak telalu besar, tetapi berinteraksi dengan dampak kerusakan
jalan, maka dikatagorikan sebagai dampak penting yang perlu dikelola.
Dampak berpotensi terjadi pada Segmen A (Cijambe – Songom - Jalan Desa Tanjung Kec.
Cobogo, Kab Subang) : lalu lalang kendaraan truk 5 m3 sebesar 224/hari ; dan Segmen B
(Jalan Desa Sadawarna, Kec. Surian , Kab Sumedang : dan 7,04 µg/Nm3) : lalu lalang
kendaraan truk 5 m3 sebesar 190/hari.
Pendekatan teknologi untuk mengelola dampak ini ditujukan untuk meminimasi ketidak
nyamanan masyarakat yang ditimbulkan akibat kerusakan jalan, peningkatan kebisingan,
dan resuspensi debu. Bentuk pendekatan teknologi yang dapat dilakukan adalah :
a. Dilakukan peningkatan konstruksi jalan dan pemeliharaan jalan sehingga mampu
mendukung kendaraan 5 m3.
b. Pemilihan rute kendaraan menuju lokasiproyek
c. Melakukan pengaturan frekuensi lalulintas dan kendaraan proyek yang akan keluar
dari lokasi kegiatan menuju jalan utama,
d. Menjaga kecepatan kendaraan yang melewati daerah sensitif
e. Menjaga kondisi kendaraan agar kebisingan yang dihasilkannya dibawah 85 dBA.
f. Mengatur tinggi tumpukan materialyang diangkut di kendaraan
g. Menjaga kecepatan kendaraan yang melewati daerah sensitif (perumahan penduduk)
h. Saat cuaca dengan kecepatan angin tinggi, dilakukan penyemprotan air untuk jalan di
areal sensitif.
Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah:
a. Tidak adanya keluhan masyarakat akibat kerusakan jalan
b. Angka kebisingan memenuhi batas + 3 dBA dari baku tingkat kebisingan ekivalen
sebesar 55dBA, untuk guna lahan permukiman berdasarkan Keputusan Menteri

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 18


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/XI/1996, tentang Baku Tingkat


Kebisingan.
c. Kadar debu di udara ambien mengikuti Baku Mutu udara ambien untuk parameter
debu menurut Peraturan Pemerintah No No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara

4.5.1.3. Pendekatan Teknologi untuk Pengelolaan Dampak Tahap Operasional


4.5.1.3.1. Dampak penting yang dikelola : Penurunan Kerapatan Flora Teresterial -
Migrasi Fauna Teresterial – Keresahan Masyarakat

Migrasi fauna terseterial diidentifikasikan sebagai dampak sekunder dari dampak primer
berupa Penurunan Kerapatan Flora, yang terjadi karena kegiatan pengisian awal waduk.
Penggenangan yang merubah sebagian ekosistem hutan produksi (jati), kebun campuran,
riparian, pekarangan, dan areal persawahan menjadi ekosistem akuatik akan berpengaruh
terhadap populasi fauna. Selain itu, fauna teresterial/satwa liar yang biasa menjadikan
ekosistem di sekitar tapak proyek untuk mencari makan, bersarang, dan berlindung akan
kehilangan tempat tersebut dan berpindah ke tipe habitat di sekitarnya yang elevasinya
lebih tinggi.

Pengelolaan dampak akan dilakukan dengan pendekatan teknologi (selain juga dengan
pendekatan sosial), yang tujuannya akan difokuskan untuk meminimalisasi dampak
terhadap penurunan keanekaragaman jenis flora terestrial dan jenis-jenis fauna yang
dilindungi.
Pengelolaan teknologi yang akan dilakukakan antara lain :
a. Penyediaan dan pemindahan bibit vegetasi yang merupakan jenis ekonomis dan
memiliki kekhasan untuk ditebar di luar area rencana genangan (green belt)
b. Untuk meminimasi dampak hilangnya fauna teresterial dilindungi yaitu
1. Untuk katagori Reptil : Sanca kembang (Python reticulatus)
2. Untuk jenis mammalia yaitu Berang-berang cakar kecil (Aonyx cinerea) dan jenis
Berang-berang bulu licin (Lutrogale perspicillata)
Maka akan dilakukan pemindahan jenis-jenis fauna tersebut ke daerah hulu dengan
cara melakukan penangkapan (trapping) kemudian dilepasliarkan di kawasan hulu
c. Untuk meminimasi dampak hilangnya 13 jenis avifauna yang dilindungi maka akan
dilakukan pemindahan habitat pada daerah konservasi di cathment area waduk
Sadawarna dengan cara melakukan penanaman jenis-jenis pohon yang disukai oleh
avifauna tersebut untuk mencari makan, bersarang dan berlindung.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 19


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah keberadaan flora dan fauna yang
dilindungi sekitar Waduk Sadawarna

4.5.1.3.2. Dampak penting yang dikelola : Terganggunya Stabilitas Lereng di


Sempadan Waduk
Terganggunya stabilitas lereng di sempadan genangan (waduk ) berpotensi terjadi karena
berdasarkan catatan historis, pada wilayah studi, terdapat beberapa wilayah rawan
longsor yaitu Kampung Songgom di Desa Tanjung, dan Kampung Sairu di Desa Surian, Kec.
Surian, Kabupaten Sumedang, dan Desa Sadawarna.
Pengelolaan dampak diarahkan melalui pendekatan teknologi, yang ditujukan
untukmeminimiasi kelongsoran disekitar daerah genangan waduk, antara lain :
a. Pengelolaan teknologi yang akan dilakukan berupa pemasangan geomembran di bagian
dalam tubuh waduk yang tidak stabil.
b. Penetapan zona sempadan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c. Rekayasa revegetasi pada lereng di sekitar genangan waduk (green belt),
d. Penggenangan waduk memperhatikan pedoman yang berlaku.

Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah tidak adanya kejadian longsor,


penumpukan material longsoran, pada daerah sempadan waduk, dan tidak ada
sedimentasi material longsoran masuk ke dalam genangan waduk.

4.5.1.3.3. Dampak penting yang dikelola : Berkurangnya Kuantitas Aliran Air di


Hilir Bendungan
Penggenangan area Waduk Sadawarna menyebabkan air Sungai Cipunagara tertahan
pada waduk (hanya dialirkan melalui terowongan pengelak sebesar 0,992 m3/dt (5 %
dari debit rata-rata), sehingga pasokan untuk bagian hilir berkurang selama kurang lebih
20 bulan, menyebabkan berkurangnya pasokan air baku untuk PT Dahana.
Pengelolaan dampak yang diarahkan melalui pendekatan teknologi (selain juga
pendekatan sosial dan institusional), yang ditujukan untuk meminimasi dampak ke hilir
kegiatan penggenangan terutama terhadap irigasi sawah, antara lain :
a. Pengaturan agar pelaksanaan penggenangan waduk dilakukan pada saat musim hujan
sehingga waduk cepat terisi.
b. Penggenangan bendungan memperhatikan pedoman yang berlaku
c. Pengelola bendungan melakukan pencatatan lamanya penggenangan awal waduk serta
debit air yang masuk dan keluar dari Bendungan Sadawarna.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 20


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah apabila pemanfaat air Sungai Cipunagara
di hilir bendungan Sadawarna sudah mempersiapkan antisipasi dari dampak berkurang-
nya debit air Sungai Cipunagara selama masa penggenangan awal waduk.

4.5.2. Pendekatan Sosial Ekonomi

Pendekatan ini adalah langkah-langkah yang akan ditempuh pemrakarsa dalam upaya
menanggulangi dampak penting, melalui tindakan-tindakan yang berlandaskan pada
interaksi sosial dan bantuan peran pemerintah jika diperlukan.

4.5.2.1. Pendekatan Sosial Ekonomi yang perlu Dilakukan pada Tahap Pra
Konstruksi
4.5.2.1.1. Dampak penting yang dikelola : Penurunan Pendapatan Petani -
Terputusnya Aksesibiltas Masyarakat - Keresahan Masyarakat

Dampak penurunan pendapatan petani terjadi dari kegiatan pembebasan lahan.


Kepemilikan lahan yang akan menjadi daerah terendam sebanyak 47,74% merupakan
lahan masyarakat. Mata pencaharian pokok penduduk yang lahannya akan terbebaskan
sebagian besar (72,49%) adalah bertani dimana sebagian besar berprofesi sebagai petani.
Dampak terputusnya aksesibiltas masyarakat (jalan dan jembatan terendam waduk),
walaupun dampaknya dirasakan pada tahap operasional waduk, tetapi pengelolaanya
perlu dilakukan pada tahap konstruksi dan pra kostruksi.
Sarana aksesibilitas masyarakat yang akan terendam berupa :
1. Sebagian Jalan Desa Sadawarna – Desa Cibalandong Jaya, Kec. Cibogo, Kab Subang
sepanjang 3,25 km dengan lebar 5 meter yang tergenang akan memutus hubungan
antara Desa Sadawarna bagian selatan dengan Desa Cibalandong Jaya bagian utara.
Pada ruas jalan ini terdapat 3 buah jembatan yang akan terendam dengan lebar 7 m.
2. Sebagian Jalan Desa Tanjung – Desa Suriamedal - Desa Surian, Kec. Surian, Kab
Sumedang, sepanjang 2,25 km 2 buah jembatan (Jembatan Cijujung dan jembatan
Cijuray) dengan lebar 5 meter yang tergenang akan memutuskan hubungan antara
- Desa Tanjung bagian selatan – Desa Suriamedal
- Desa Suriamedal - Desa Surian bagian utara
Dampak keresahan masyarakat merupakan dampak sekunder dari penurunan pendapatan
petani dan terputusnya aksesibiltas masyarakat.

Pengelolaan Lingkungan Hidup ditujukan untuk :

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 21


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

 Meminimasi terjadinya penurunan tingkat pendapatan petani akibat lahan sawah yang
dibebaskan untuk pembangunan bendungandan penggenangan waduk dan mencegah
petani menjadi menganggur akibat berkurangnya lahan pertanian untuk kepentingan
pembangunan bendungandan penggenangan waduk.
 Meminimasi terjadinya kerawanan sosial akibat nilai kompensasi pembebasan lahan
yang tidak layak, baik berupa lokasi relokasi maupun ganti rugi, berikut kelayakan
tinggal di tempat relokasi penduduk.
 Meminimisasi dampak keresahan masyarakat akibat ancaman kehilangan
infrastrukstur aksesibilitas masyarakat (jalan dan jembatan).

Bentuk pendekatan sosial ekonomi pada intinya terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
 Memberikan kompensasi lahan garapan yang digunakan untuk kegiatan pembangunan.
 Memfasilitasi kelompok penduduk ini untuk bermusyawarah untuk menggali gagasan
dengan tujuan membuat daftar kebutuhan prioritas setelah hilangnya sumber mata
pencaharian dari lahan garapan.
 Menyusun program pemulihan pendapatan dan membuat lokakarya yang dihadiri oleh
instansi terkait dan pemangku kepentingan, untuk mendapatkan saran tanggapan
rencana program.
 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai rencana pembuatan jalan akses
pengganti, serta berapa lama jalan tersebut dibangun.

Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalahpeningkatan pendapatan per kapita


penduduk sebelum lahan pertanian dan ladangnya dibebaskan proyek, dan tidak adanya
keluhan akibat terputusnya aksesibilitas masyarakat.

4.5.2.1.2. Dampak penting yang dikelola : Konflik Sosial dalam Penanganan


Pembebasan Makam Keramat

Dampak berupa konflik sosial dalam penanganan pembebasan makam keramat Eyang
Kaputihan akan terjadi pada tahap pembebasan lahan dari keturunan maupun komunitas
masyarakat yang mengunjungi makam keramat Eyang Kaputihan.
Pengelolaan dampak akan dilakukan melalui pendekatan sosial (selain dapat juga dengan
pendekatan teknologi), dengan tujuan yang akan difokuskan kepada minimasi potensi
terjadinya konflik sosial antara pemrakarsa, masyarakat setempat, dan dengan keturunan
Eyang Kaputihan maupun pihak yang biasa menziarahi makam tersebut, akibat
penanganan dalam relokasi makam Eyang Kaputihan.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 22


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Bentuk pendekatan sosial adalah dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan
memberikan informasi kepada Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai –nilai Tradisional Jawa
Barat, Banten dan Lampung, untuk menjelaskan rencana pergeseran as bendungan
sehingga tidak ada dampak terhadap tergenangnya makam keramat.
Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah tidak terjadinya gangguan kamtibmas yang
bersumber dari pembebasan makam keramat.

4.5.2.1.3. Dampak penting yang dikelola : Konflik Sosial dalam Penetapan Nama
Bendungan
Dampak berupa konflik sosial dalam penetapan nama bendunganakan terjadi pada tahap
pembebasan lahan. Potensi konflik terjadi dari masyarakat Kebupaten Sumedang, karena
penamaan ‘Bendungan/Waduk Sawadawarna’ dirasakan tidak memenuhi aspirasi
masyarakat Sumedang yang menginginkan nama bendungan/waduk adalah “ Waduk
Sipatahunan”.
Pengelolaan dampak yang dilakukan melalui pendekatan sosial akan dilakukan dengan
tujuan mencegah terjadinya konflik sosial antara pemrakarsa dan masyarakat setempat.
Bentuk pendekatan sosial adalah melalui musyawarah menyetujui nama bendungan, dan
sosialisasi intensif untuk memberikan pengertian bahwa dalam tahap perencanaan dan
konstruksi pekerjaan, sementara nama “Sadawarna’ masih perlu terus dipertahankan.
Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalahtercapainya kesepakan dengan masyarakat
atas penamaan bendungan.

4.5.2.2. Pendekatan Sosial Ekonomi untuk Pengelolaan Dampak Tahap Konstruksi


4.5.2.2.1. Dampak penting yang dikelola : Peningkatan Pendapatan Tenaga Kerja

Dampak terciptanya kesempatan kerja dan usaha pada tahap konstruksi yang
menimbulkan dampak sekunder berupa peningkatan pendapatan akan terjadi karena
adanya kebutuhan tenaga kerja lokal pada tahap konstruksi Bendungan Sadawarna
sebanyak 281 orang. Pengelolaan dampak akan dilakukan melalui pendekatan sosial
ekonomi (selain juga pendekatan institusi), dengan tujuan pengelolaan dampak yang akan
difokuskan kepada optimalisasi dampak peningkatan pendapatan dari penyerapan tenaga
kerja lokal.
Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalahpendapatan pekerja di wilayah studi sesuai
dengan Upah Minimum Regional yang ditetapkan Gubernur Provinsi Jawa Barat.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 23


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

4.5.2.2.2. Dampak penting yang dikelola : Penurunan Kualitas Jalan - Peningkatan


Kebisingan –Penurunan Kualitas Udara - Keresahan Masyarakat

Dampak meningkatnya keresahan masyarakat pada tahap konstruksi terjadi sebagai


dampak sekunder dari tiga aliran dampak primer pada waktu dan ruang yang sama, yaitu
peningkatan kebisingan, peningkatan resuspensi debu, serta kerusakan jalan, yang
menyebabkan penurunan kenyamanan masyarakat.
Dampak berpotensi terjadi pada Segmen A (Cijambe – Songom - Jalan Desa Tanjung Kec.
Cobogo, Kab Subang) : lalu lalang kendaraan truk 5 ton sebesar 224/hari ; dan Segmen B
(Jalan Desa Sadawarna, Kec. Surian , Kab Sumedang : dan 7,04 µg/Nm3) : lalu lalang
kendaraan truk 5 ton sebesar 190/hari.

Pengelolaan dampak akan dilakukan melalui pendekatan sosial (selain juga pendekatan
teknologi), dengan tujuan pengelolaan dampak yang akan difokuskan kepada minimasi
terjadinya keresahan masyarakat yang ditimbulkan oleh ketiga dampak primer tersebut.
Bentuk pendekatan sosial adalah sosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang rute yang
akan dilewati, lamanya kegiatan berlangsung, dan dampak yang ditimbulkan.
Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah:
a. Tidak adanya keluhan masyarakat akibat kerusakan jalan
b. Angka kebisingan memenuhi batas + 3 dBA dari baku tingkat kebisingan ekivalen
sebesar 55dBA, untuk guna lahan permukiman, berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/XI/1996, tentang Baku Tingkat
Kebisingan.
c. Kadar debu di udara ambien mengikuti baku mutu udara ambien untuk parameter
debu, menurut Peraturan Pemerintah No No 41 tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.

4.5.2.3. Pendekatan Sosial Ekonomi untuk Pengelolaan Dampak Tahap Operasional


4.5.2.3.1. Dampak penting yang dikelola : Migrasi Fauna Teresterial – Keresahan
Masyarakat
Migrasi Fauna terseterial diidentifikasikan sebagai dampak sekunder dari dampak primer
berupa hilangnya flora dan fauna teresterian yang dilindungi, yang terjadi karena
kegiatan pengisian awal waduk. Fauna-fauna yang merasa terdesak karena tempat
tinggalnya digenangi air, dapat melakukan migrasi ke perumahan penduduk, terutama
jenis-jenis fauna melata yang dapat membahayakan penduduk. Pengelolaan dampak akan
dilakukan dengan pendekatan sosial (selain juga dengan pendekatan teknologi ) yang

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 24


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

tujuannya akan difokuskan untuk meminimasasi dampak akibat migrasi fauna ke


permukiman penduduk.

Pengelolaan sosial pada yang akan dilakukan berupa sosialisasi kepada masyarakat
sebelum penggenangan dilakukan, yang memberikan informasi mengenai dampak
kemungkinan migrasi fauna terutama fauna kelompok reptilia yang dapat melintasi
wilayah permukiman penduduk, dan memberikan penyuluhan mengenai peningkatan
kewaspadaan serta tindakan untuk mengatasi keadaan tersebut.

Bentuk pendekatan sosial untuk pengelolaan dampak keresahan masyarakat adalah


melalui sosialisasi jadwal penggenangan waduk yang ditekankan kepada informasi
mengenai dampak kemungkinan migrasi fauna terutama fauna kelompok reptilia yang
dapat melintasi wilayah permukiman penduduk dan memberikan penyuluhan mengenai
peningkatan kewaspadaan serta tindakan untuk mengatasi keadaan tersebut.
Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah tidak adanya pengaduan masyarakat akibat
kerusakan dan adanya kecelakaan akibat migrasi fauna, dan tidak adanya keluhan akibat
penurunan kualitas air.

4.5.2.3.2. Dampak penting yang dikelola : Berkurangnya Kuantitas Aliran Air di


Hilir Bendungan
Dampak berkurangnya kuantitas aliran air di hilir bendungan merupakan dampak dari
kegiatan penggenangan area Waduk Sadawarna yang menyebabkan air Sungai Cipunagara
tertahan pada waduk sehingga pasokan untuk bagian hilir berkurang, selama 20 bulan,
menyebabkan berkurangnya pasokan baku khususnya pada intake air baku PT Dahana
yang mengmbil air dari Sungai Cipunegara.
Pengelolaan dampak diarahkan melalui pendekatan sosial (selain pendekatan teknologi
dan institusional), yang ditujukan untuk meminimasi dampak ke hilir kegiatan
penggenangan terutama terhadap irigasi sawah.
Bentuk pendekatan sosial adalah menginformasikan dampak penurunan debit air
sementara kepada PT Dahana.
Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah pemanfaat air Sungai Cipunagara di hilir
Bendungan Sadawarna sudah mempersiapkan antisipasi dari dampak berkurangnya
debit air Sungai Cipunagara.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 25


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

4.5.2.3.3.Dampak penting yang dikelola : Perubahan Komposisi Penyusun


Komunitas Biota Air – Perkembangan Wilayah

Dampak perubahan komposisi penyusun komunitas biota air akan terjadi akibat
penggenangan kawasan waduk, akan merubah ekosistem air mengalir menjadi ekosistem
air tidak mengalir, serta membentuk ekosistem baru yang sangat berlainan dengan
ekosistem sungai. Berdasarkan studi kasus pada bendungan/waduk lain yang ada di
Indonesia, salah satu dampak dari perubahan ekosistem tersebut adalah munculnya
budidaya ikan dalam bentuk keramba jaring apung yang selanjutnya berdampak terhadap
peningkatan ekonomi masyarakat dan perkembangan wilayah, padahal dalam rencana
kegiatan, keramba jaring apung ini akan dilarang keberadaannya oleh pemrakarsa karena
dampak lanjutan yang ditimbulkannya berpotensi besar menurunkan kualitas air waduk
dan menimbulkan kerusakan waduk dan mempersingkat umur waduk.
Pendekatan secara sosial dilakukan untuk mengelola dampak tersebut yaitu melakukan
sosialisasi kepada masyarakat sekitar waduk mengenai pelarangan kegiatan keramba
jaring apung.
Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah tidak ada aktivitas keramba jaring apung
pada waduk, dan kualitas air waduk memenuhi peruntukan baku mutu air perairan kelas
2 (PP 81 tahun 2001).

4.5.3. Pendekatan Institusional


4.5.3.1. Pendekatan Institusional untuk Pengelolaan Dampak Tahap Pra Konstruksi
4.5.3.1.1. Dampak penting yang dikelola : Penurunan Pendapatan Petani –
Terputusnya Aksesilibitas Masyarakat - Keresahan Masyarakat

Dampak penurunan pendapatan penduduk dan keresahan masyarakat terjadi dari


kegiatan pembebasan lahan. Pengelolaan dampak akan dilakukan melalui pendekatan
institusional (selain juga pendekatan sosial), dengan tujuan pengelolaan dampak yang
akan difokuskan kepada:
 Minimasi terjadinya timbulnya kerawanan sosial akibat nilai kompensasi pembebasan
lahan yang tidak layak, baik berupa lokasi relokasi maupun ganti rugi.
 Minimasi terjadinya penurunan tingkat pendapatan penduduk akibat lahan sawah
yang dibebaskan untuk pembangunan bendungandan penggenangan waduk.
 Mencegah jumlah petani yang menganggur akibat berkurangnya lahan pertanian
untuk kepentingan pembangunan bendungandan penggenangan waduk.
Bentuk pendekatan institusional yang dapat dilakukan adalah ;

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 26


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

a. Mengkoordinasikan pelaksanaan pembebasan lahan dan pelaksanaan rekayasa sosial,


dengan pemerintah Kab. Subang dan Pemerintah Kab. Sumedang, termasuk untuk
untuk mensinergikan program pemberdayaan masyarakat yang ada dalam lingkup
kewenangan pemerintah Kab . Subang dan Kab. Sumedang
b. Berkoordinasi dengan Perum Perhutani untuk memfasilitasi kemungkinan penduduk
dapat melaksanakan kerjasama penggarapan lahan pada Progam Masyarakat Desa
Hutan, sehingga dapat dimasukkan ke program Rekayasa Sosial.
c. Koordinasi urusan relokasi penduduk dengan instansi terkait yaitu Dinas Bina
Marga Kab. Subang, Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sumedang, serta perijinan
pembangunan sarana dan prasarana relokasi kepada Pemerintah Daerah setempat
akan dilakukan, dalam hal ini yaitu Pemda Kabupaten Subang dan Kabupaten
Sumedang.

Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah:


a. Tidak ada komplain akibat ketidak adilan saat pembebasan lahan
b. Pendapatan dari OTD (orang terkena dampak) tidak lebih kecil dari kondisi rona
lingkungan awal
c. Masyarakat memungkinkan mengakses antar wilayah :
 Desa Cibalandong Jaya - Desa Sadawarna dengan - Jl Raya Subang-Cikamurang
 Desa Tanjung–Desa Suriamedal - Desa Surian- Jl Raya Subang-Cikamurang
d. Lokasi dan waktu pelaksanaan relokasi OTD dan relokasi jalan yang terendam sesuai
dengan harapan masyarakat .

4.5.3.2. Pendekatan Institusional untuk Pengelolaan Dampak Tahap Konstruksi

4.5.3.2.1. Dampak penting yang dikelola : Peningkatan Pendapatan Tenaga Kerja


Dampak terciptanya kesempatan kerja dan usaha pada tahap konstruksi yang
menimbulkan dampak sekunder berupa peningkatan pendapatan akan terjadi, karena
adanya kebutuhan tenaga kerja lokal pada tahap konstruksi Waduk Sadawarna.
Pengelolaan dampak akan dilakukan melalui pendekatan institusi (selain juga pendekatan
sosial ekonomi), dengan tujuan pengelolaan dampak yang akan difokuskan kepada
optimalisasi dampak peningkatan pendapatan dari penyerapan tenaga kerja lokal.
Pengelolaan institusi yang akan dilakukan berupa koordinasi dengan tokoh masyarakat,
dan dinas instansi terkait (Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Subang, dan Sumedang),
kecamatan dan desa pada saat melakukan kegiatan pengadaan tenaga kerja.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 27


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalahpendapatan pekerja lokal di wilayah studi


sesuai dengan Upah Minimum Regional yang ditetapkan Gubernur Provinsi Jawa Barat.

4.5.3.2.1. Dampak penting yang dikelola : Peningkatan Kebisingan – Penurunan


Kualitas Jalan- Penurunan Kenyamanan Masyarakat - Keresahan
Masyarakat
Dampak keresahan masyarakat akibat penurunan kenyamananpada tahap konstruksi
terjadi sebagai dampak tersier tiga aliran dampak primer yaitu kerusakan jalan,
peningkatan kebisingan dan peningkatan resuspensi debu.
Pendekatan institusional (disamping pendekatan secara teknologi dan sosial) untuk
mengelola dampak ini ditujukan untuk meminimasi terjadinya dampak-dampak tersebut.
Bentuk pendekatan institusional adalah koordinasi dengan pemerintah setempat dalam
hal ini Dinas Perhubungan Kabupaten Subang dan Kabupaten Sumedang, serta Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kab. Subang dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumedang
mengenai jalur mobilisasi alat berat dan material yang digunakan serta kegiatan
perbaikan/perawatan jalan.
Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah tidak adanya keluhan masyarakat akibat
kerusakan jalan dan penurunan kenyamanan akibat kebisingan dan resuspensi debu

4.5.3.3. Pendekatan Institusional untuk Pengelolaan Dampak Tahap Operasional

4.5.3.3.1. Dampak Penting Yang Dikelola : Berkurangnya Kuantitas Air di Hilir


Bendungan

Dampak berkurangnya kuantitas aliran air di hilir bendungan merupakan dampak dari
kegiatan penggenangan area waduk Sadawarna yang menyebabkan air Sungai Cipunagara
tertahan pada waduk sehingga pasokan untuk bagian hilir berkurang selama kurang lebih
20 bulan, menyebabkan pasokan air baku di intake PT Dahana terganggu.
Pengelolaan dampak diarahkan melalui pendekatan institusional (selain juga pendekatan
sosial), yang ditujukan untuk meminimasi dampak ke hilir kegiatan penggenangan.
Bentuk pendekatan institusi adalah mensosialisasikan dampak penurunan debit air
sementara kepada PT Dahana, agar BUMN ini dapat mengantisipasi sumber intake air
baku alternatif selama pengisian awal waduk.

Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah Pemanfaat air Sungai Cipunagaradi hilir
bendungan Sadawarna sudah mempersiapkan antisipasi dari dampak berkurangnya
debit air Sungai Cipunagara.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 28


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

4.5.3.3.2. Dampak Penting Yang Dikelola : Perkembangan Wilayah

Salah satu bentuk perkembangan wilayah yang diprediksi terjadi dari keberadaan Waduk
Sadawarna yang merupakan dampak penting adalah berkembangnya kegiatan wisata
(skala lokal) dan keberadaan masyarakat yang masih melakukan kegiatan petani ikan
dalam keramba jaring apung sekalipun dilarang.
Pengelolaan dampak ditujukan untuk mengoptimalkan dampak positif bagi masyarakat
setempat untuk menambah penghasilan dari penyediaan jasa/akomodasi wisata, tanpa
menimbulkan dampak negatif terhadap penurunan kualitas air yang dapat ditimbulkan
akibat perkembangan wilayah.
Pengelolaan dilakukan melalui pendekatan institusi melalui koordinasi aparat
pemerintahan setempat, agar bersama dengan pihak pengelola bendungan dapat
mengendalikan perkembangan wilayah melalui sosialisasi pelarangan KJA dan penetapan
rambu-rambu zona wisata.
Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah :
 Kualitas air waduk memenuhi peruntukan baku mutu air perairan kelas 2 (PP 81
tahun 2001)
 Buffer zone/ sempadan waduk terjagasebagai kawasan perlindungan setempat
Waduk Sadawarna

4.5.3.3.3. Dampak Penting yang Dikelola : Peningkatan Produktivitas Pertanian

Peningkatan produktivitas pertanian merupakan dampak positif yang akan dirasakan oleh
wllayah pemanfaat Waduk Sadawarna yaitu Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang,
Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang, Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang, dan
Kecamatan Haurgeulis Kabupaten Indramayu.
Oleh karena itu pengelolaan ditujukan untuk memaksimalkan dampak positif tersebut
melalui pendekatan institusi guna peningkatan pengawasan terhadap kesesuaian
penggunaan lahan antara kondisi di lapangan dengan peruntukan wilayah hulu DAS yang
telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kab Subang dan Sumedang sebagai
cathment area (daerah tangkapan air), sehingga sehingga kontinuitas debit Sadawarna
waduk terjaga sesuai dengan rencana umur efektif guna waduk.

Ukuran efektifitas pengelolaan dampak adalah produktivitas pertanian di wilayah


pemanfaat irigasi meningkat 2 kali lipat dari kondisi sebelum proyek.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 29


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

4.6. Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan

Berdasarkan penilaian terhadap hasil prediksi, evaluasi serta pengelolaan yang


direkomendasikan, maka ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan untuk
menyatakan kelayakan lingkungan dari rencana proyek yaitu :
a. Rencana tata ruang : Rencana Pembangunan Waduk Sadawarna sudah sesuai
dengan Daerah Kabupaten Subang No 03 tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Subang Tahun 2011 – 2031, dan
Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2011 – 2031.
b. Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
sumber daya alam : Rencana Pembangunan Waduk Sadawarna berikut
pengelolaan dampaknya dapat selaras dengan kebijakan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya alam yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan, yaitu Undang-undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Kepentingan pertahanan keamanan : Pemanfaatan Waduk Sadawarna tidak
bertentangan dengan kepentingan pertahanan keamanan negara Republik Indonesia.
d. Hasil prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak
dari aspek biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan
masyarakat pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi
dari pembangunan dan keberadaan Waduk Sadawarna : mengindikasikan bahwa
dampak yang ditimbulkan pada tahap pra konstruksi berupa penurunan pendapatan
petani dan konflik sosial ; dampak pada tahap konstruksi berupa peningkatan
pendapatan tenaga kerja, penurunan kualitas sanitasi lingkungan, penurunan kualitas
udara (parameter debu), peningkatan intensitas kebisingan, dan kerusakan jalan ; serta
dampak pada tahap operasional berupa penurunan kerapatan flora teresterial, migrasi
fauna teresterial, penurunan stabilitas lereng sempadan waduk, terputusnya jalan dan
jembatan, berkurangnya kuantitas aliran air Sungai Cipunagara di hilir rencana
bendungan, perubahan komposisi biota air, perkembangan wilayah, dan peningkatan
produktivitas pertanian ; memungkinkan untuk dikelola, baik melalui pendekatan
teknis, sosial, maupun institusional.
e. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting dari rencana
keberadaan Waduk Sadawarna sebagai sebuah kesatuan yang saling terkait
dan saling mempengaruhi : mengindikasikan bahwa masyarakat yang menerima
manfaat positif lebih banyak dari jumlah masyarakat yang terkena dampak negatif.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 30


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

f. Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab


dalam menanggulanggi dampak penting negatif : Beberapa dampak-dampak
negatif yang dirumuskan dalam prakiraan dampak sudah diantisipasi dengan
pengelolaan dan pemantauan teknis sesuai SOP dan pedoman teknis yang berlaku untuk
perencanaan dan pengoperasian bendungan. Jaminan mutu desain teknis sudah diatur
melalui telaahan dan evalusi bersama oleh komisi khusus bandungan yang dibentuk
oleh Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum (Komisi Bendungan)
melalui prosedur penerbitan Sertifikasi Bendungan. Dampak teknis yang berkaitan
dengan kestabilan bendungan masih bisa dikelola sesuai dengan kemampuan teknis dan
pendanaan Balai Besar Wilayah Sungai Citarum Kementerian Pekerjaan Umum selaku
pemrakarsa, sebagaimana tercantum dalam RKL-RPL.
Pengelolaan dampak negatif penting lainnya yang ditimbulkan dari pembangunan dan
keberadaan Waduk Sadawarna masih bisa dikelola sesuai dengan kemampuan Balai
Besar Wilayah Sungai Citarum, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian
Pekerjaan Umum selaku pemrakarsa melalui koordinasi dengan dan instansi terkait di
Provinsi Jawa Barat
g. Nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat (emic view) : Pembangunan Waduk
Sadawarna kegiatan tidak akan menganggu nilai-nilai sosial atau pandangan
masyarakat (emic view). Dampak terhadap makam keramat leluhur Daerah
Sadawarna sudah dapat dikelola secara teknis.
h. Gangguan terhadap entitas ekologis oleh kegiatan : Dampak Pembangunan Waduk
Sadawarna terhadap entitas ekologis, baik berupa entitas dan/atau spesies kunci (key
species), yang memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance); memiliki
nilai penting secara ekonomi (economic importance); maupun yang memiliki nilai
penting secara ilmiah (scientific importance) memungkinkan untuk dikelola
sebagaimana tercantum dalam RKL-RPL.
i. Gangguan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar
rencana lokasi rencana waduk : Pembangunan Waduk Sadawarna tidak
menimbulkan gangguan terhadap kegiatan yang sebelumnya sudah berada di sekitar
rencana lokasi tapak proyek.
j. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari lokasi rencana
kegiatan : Pembangunan Waduk Sadawarna sudah direncanakan secara matang dalam
Studi Kelayakan dan Detailed Engineering Design sesuai Pedoman Teknis Perencanaan
Bendungan yang berlaku, begitu pula hasil telaahan terhadap dampak lingkungan hidup,
menyatakan bahwa keberadaan bendungan dan waduknya tidak akan melampauinya
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 31


Analisis Dampak Lingkungan Hidup
Waduk Sadawarna

Atas dasar tersebut maka Kegiatan Waduk Sadawarna dinilai layak dari segi lingkungan
dengan memperhatikan segala pertimbangan teknis dan arahan pengelolaan dan
pemantauan yang diusulkan dalam dokumen AMDAL.

Bab 4. Evaluasi Dampak Penting IV - 32

Anda mungkin juga menyukai