EMBUNG PAKEL
KABUPATEN GUNUNG KIDUL
B
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
didapatkan volume tampungan kotor sebesar 127.752 m3 dan tampungan efektif sebesar
107.163 m3 dengan tinggi embung 15 m di atas dasar sungai. Tampungan mati direncanakan
sebesar 20.589 m3 untuk usia guna waduk selama 30 tahun. Kondisi geologi batuan pondasi
berupa breksi dengan pelapukan yang cukup tebal; sedangkan material konstruksi yang
banyak tersedia di sekitar lokasi embung adalah lempung merah. Dari hasil investigasi
geoteknik pondasi dan jenis material konstruksi yang tersedia maka dipilih konstruksi tipe
urugan tanah homogen. Hasil analisa stabilitas lereng timbunan dengan program CAPSS
menyimpulkan kemiringan lereng hulu sebesar 1 : 2,5 dan lereng hilir 1 : 3 aman terhadap
bahaya longsoran. Puncan embung berada pada elevasi + 235 m dpl.
Sistem pengelak aliran sungai selama tahap konstruksi direncanakan dengan
cofferdam setinggi 6 meter dan diversion channel berupa box culvert berdimensi 1,60 m x
1,60 m sepanjang 110 m. Kapasitas saluran pengelak tersebut didisain berdasarkan debit
banjir kala ulang 25 tahun sebesar 30.14 m3 . Puncak cofferdam direncanakan pada elevasi +
226 m dpl, inlet saluran pengelak ditempatkan pada elevasi + 220 m dpl, sedangkan
outletnya pada elevasi + 219,75 m dpl.
Bangunan pelimpah didisain tipe pelimpah frontal; mbang pelimpah tipe ogee tanpa
pintu dengan lebar bersih 12 m, puncak pelimpah pada elevasi +232,50 m direncanakan
mampu mengalirkan debit banjir kala ulang 1000 tahun sebesar 46,45 m3/dt. Tinggi jagaan
di atas ambang pelimpah dikontrol dengan debit banjir PMF sebesar 88,80 m 3/dt. Kecepatan
datang aliran air di saluran pengarah adalah 2,37 m/det saat banjir Q 1000, dan 3,26 m/det
pada saat banjir QPMF.Elevasi muka air banjir yang terjadi adalah + 233,97 m pada saat
banjir Q1000, dan + 234,77 m pada saat banjir Q PMF. Saluran peluncur direncanakan
berpenampang segiempat dengan dimensi lebar 4 m, terdiri dari dua ruas yaitu peluncur
landai dan peluncur terjal; panjang masing-masing ruas 35 m dan 10 m, kemiringan dasar
saluran masing-masing 0,086 m/m dan 0,300 m/m. Saluran transisi atas didisain penampang
segiempat, dengan lebar hulu 12 m dan lebar hilir 4m, panjang 20m. Saluran transisi bawah
pada ujung peluncur terjal didisain berpenampang segiempat, lebar hulu 4 m dan lebar hilir
6 m. Bangunan peredam energi direncanakan kolam olak USBR tipe III berpenampang
segiempat, lebar 6 m dan panjangnya 12 m. Kolam olak mampu meredam aliran air dari
saluran transisi bawah dengan kecepatan datang 12,96 m/dt dengan bilangan Froude 5,35
menjadi aliran keluar dengan kecepatan 1,82 m/dt dengan bilangan Froude 0,28. Elevasi
dasar kolam olak direncanakan +220 m dpl, sedangkan ambang ujung + 220,78 m dpl.
Konstruksi bangunan pengambilan terdiri dari bangunan intake dan saluran
pembawa. Bangunan intake direncanakan tipe menara, inletnya berpenampang bujursangkar
dan berdimensi 1 m x 1 m; dasar inlet ditempatkan pada elevasi +226 m dpl. Saluran
pembawa berupa pipa beton berpenampang lingkaran berdiameter 40 cm, panjangnya 50 m,
ditempatkan pada elevasi +226,00 m dpl. Kapasitas debit pengambilan 0,159 lt/det.
C
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
Desain jaringan irigasi terdiri dari jaringan pembawa dan sistem jaringan drainase.
Saluran Primer Pakel akan membawa air irigasi untuk daerah layanan seluas 118,12 Ha
dengan debit rencana 160 lt/det. Saluran didisain berbentuk segiempat berdimensi 0,8 m x
0,8 m dengan konstruksi pasangan batu disiar. Panjang saluran primer adalah 120 m.
Saluran Sekunder Pakel Kiri melayani DI Pakel Kiri seluas 49,64 Ha, dengan debit
rencana 67,31 lt/det. Saluran didisain berbentuk segiempat dengan dimensi 0,6 m x 0,6 m
dengan konstruksi pasangan batu disiar. Panjang saluran dari bangunan bagi sampai sadap
akhir 1958 m. Bangunan pengatur terdiri dari 2 buah bangunan sadap yang dilengkapi
dengan alat ukur dan 3 buah corongan; bangunan pelengkap lainnya terdiri dari 7 buah
talang pembawa, 7 buah pelimpah samping, 3 buah terjunan, dan 5 buah gotrong-gorong.
Saluran Sekunder Pakel Kanan melayani DI Pakel Kanan dengan luas areal layanan
sebesar 68,48 Ha, dengan debit rencana 92,86 lt/det. Saluran didisain berbentuk segiempat
dengan dimensi 0,6 m x 0,6 m dengan konstruksi pasangan batu disiar. Panjang saluran
adalah 2108 m. Bangunan pengatur terdiri dari 2 buah bangunan sadap yang dilengkapi
dengan alat ukur dan 6 buah corongan; bangunan pelengkap lainnya terdiri dari 8 buah
talang pembawa, 8 buah pelimpah samping, 4 buah terjunan, dan sebuah gotrong-gorong.
Sistem Drainase yang dipilih adalah saluran drainase gendong yaitu saluran tanah
yang ditempatkan sejajar dengan trase saluran pembawa, fungsinya untuk memotong aliran
permukaan dari lereng bukit dan mengalirkannya menyamping secepat mungkin ke saluransaluran alam. Hasil perhitungan drainage modul (Dm) diperoleh angka Dm = 5,59 lt/det/ha.
Desain saluran drainase dibuat lebih besar dengan patokan Qd = 9,05 lt/det/ha.
Operasi Waduk. Mengingat volume tampungan Embung Pakel relatif kecil, maka
pemberian air waduk untuk irigasi harus direncanakan secara teliti dengan menerapkan
konsep supply-oriented water management. Pola operasi sebaiknya mengacu kepada rasio
ketersediaan air terhadap kebutuhan air (Faktor K). Bilamana air tersedia berlebih,
faktor K > 1, air waduk dilepaskan secara kontinyu; bila air berkurang, faktor K < 1,
diterapkan cara pengaturan air tidak kontinyu dengan mengatur debit (Q), perioda (T) dan
durasi (d).
Biaya Konstruksi. Total biaya konstruksi embung adalah 12,38 milyar rupiah dengan
perincian biaya persiapan dan land clearing 0,52 milyar, relokasi jalan 0,43 milyar,
konstruksi embung dan bangunan pelengkapnya 7,36 milyar, konstruksi jaringan irigasi 2,95
milyar, dan PPN 10% sebesar 1,12 milyar rupiah.
Analisa Kelayakan Ekonomi Proyek. Dengan asumsi usia guna waduk 30 tahun, akan
diperoleh kenaikan manfaat bersih dengan adanya proyek sebesar 2,75 milyar (harga
finansial) dan 2,88 milyar rupiah (harga ekonomi). Tanpa memperhitungkan pembebasan
lahan, nilai IRR finansial proyek adalah 11,37 % dengan BCR sebesar 0,95; nilai IRR ekonomi
proyek adalah 13,53 % dan BCR sebesar 1,13. Dengan hasil analisa ini, maka dapat
D
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
disimpulkan pembangunan Embung Pakel beserta jaringan irigasinya secara ekonomi layak
(feasible) untuk dilaksanakan.
1
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
Bab 1. PENDAHULUAN
L ATAR B EL A K A N G
1.1.
pengembangan lahan pertanian. Masalahnya sistem irigasi di daerah ini belum sempurna.
Salah satu potensi pengembangan irigasi berada di daerah Pakel, Desa Karangsari, Kecamatan
Semin, dengan rencana luas potensial kurang lebih 245 Ha.
Rencana pengembangan DI Pakel diprakarsai usulan masyarakat petani setempat untuk
memperbaiki dan mengembalikan fungsi irigasi Embung Pakel yang pernah dibangun Dinas
Kehutanan pada tahun 1982. Setahun sejak selesainya konstruksi, tubuh embung runtuh;
bangunan utamanya patah, terguling dan tergeser dari kedudukan semula, sedangkan
pelimpah dan sebagian tanggul di
irigasinya sudah tidak berjalan. Pembangunan Embung Pakel diharapkan akan mengatasi
kekeringan dan kegagalan panen yang terjadi selama tiga tahun berturut-turut.
1.2.
1.3.
LOKASI PERENCANAAN
Padukuhan Nganjir,
Desa Karangsari,
Kecamatan
Semin, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi DIY. Untuk sampai ke lokasi proyek dapat ditempuh
dengan kendaraan roda 2 atau roda 4 dengan waktu tempuh + 1,5 jam dari Kantor Proyek
Irigasi Andalan DIY, melewati jalan propinsi dan jalan desa.
2
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
TOPOGRAFI
Kondisi topografi Desa Karangsari, yang merupakan lokasi pembangunan Embung Pakel
adalah daerah berbukit dengan kemiringan curam dan termasuk kategori lereng Kelas III
(kemiringan antara 16%-40%). Perbukitan ini termasuk bagian dari Pegunungan Panggung
Massif yang merupakan daerah hulu dari DAS Sungai Oyo, sungai utama di Gunung Kidul.
Dengan kondisi topografi yang curam maka perlu perencanaan yang matang untuk bangunan
embung maupun jaringan irigasinya supaya dapat berfungsi secara baik dan tidak cepat
rusak.
Sungai utama di wilayah perencanaan dikenal dengan nama Kali Plalar oleh penduduk
setempat, sedangkan pada peta topografi (peta RBI th. 2002) disebut sebagai Kali Patran.
Istilah Embung Pakel mengacu pada lokasi as embung berada, yang disebut alas Pakel (hutan
Pakel). Sungai utama mengalir dari selatan ke utara, sepanjang 6 km. Anak-anak sungainya
mengalir relatif sejajar dengan sungai utama, membentuk daerah tangkapan air Embung
Pakel berbentuk bulu burung memanjang ke utara, seluas 4 km2.
2.2.
GEOLOGI
3
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
IKLIM
2.3.
Data iklim daerah perencanaan diperoleh dari Stasiun Klimatologi Playen (+ 200 m)
data tahun 1993 2002. Secara umum termasuk daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu
kemarau dan penghujan. Suhu udara rerata bulanan adalah 27,35%, tertinggi bulan Maret
28,88 C sedangkan terendah bulan Juli 25,78 C. Kelembaban relatif rerata bulanan adalah
91,52%, terendah 87,97% pada bulan Oktober dan tertinggi 94,19% bulan April. Kecepatan
angin rerata bulanan di stasiun klimatologi Playen berkisar antara 21,69 61,17 km/hr,
dengan rerata kecepatan 39,10 km/hr. Lama penyinaran matahari rerata bulanan berkisar
antara 35,36% 79,64%, dengan nilai rerata 55,60%.
Tabel 1. Data iklim daerah perencanaan
Jan
Feb
Ma
r
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
T (oC)
25,86
25,99
28,88
27,54
28,30
27,40
25,78
25,68
27,23
27,71
28,80
28,11
27,35
RH (%)
92,43
92,87
92,80
94,19
91,41
92,25
92,47
90,59
90,03
87,97
90,10
91,08
91,52
W
(km/hr)
28,10
29,82
25,45
21,69
21,75
26,92
38,99
53,94
70,18
61,17
50,06
41,15
39,10
43,02
38,03
46,13
51,89
61,08
67,83
65,75
79,64
77,25
57,91
43,32
35,36
55,60
Rad (%)
Rerat
a
Sumber : hasil analisa konsultan dari data iklim stasiun Playen 1993-2002
2.4.
HIDROLOGI
Data Hujan. Data hujan untuk perancangan Embung Pakel diambil catatan hujan
harian stasiun hujan terdekat yaitu Stasiun Semin, tahun 1970 sampai 2003.
Curah Hujan Rerata Daerah. Jumlah hujan rerata tahunan DTA Embung Pakel adalah
1929 mm, hujan bulanan rerata tertinggi bulan Januari sebesar 357,2 mm, terendah bulan
Juli sebesar 1,5 mm.
Sumber : hasil analisa konsultan dari data hujan stasiun Semin 1970 2003
4
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
Gambar 1.
Curah Hujan Rancangan DTA Embung Pakel dihitung menggunakan metode distribusi
Log Pearson Type III yang sudah diuji memenuhi parameter kesesuaian distribusi dengan uji
Smirnov-Kolmogorov dan uji Chi-Square.
Tabel 2.
10
25
50
100
500
1000
128,86
145,87
166,43
181,20
195,55
221,36
242,14
Sumber : hasil analisa konsultan dari data hujan stasiun Semin 1970-2003
Curah Hujan Maksimum yang Mungkin Terjadi (PMP). Dari data set yang sama,
dihitung curah hujan maksimum yang mungkin terjadi dengan hasil PMP = 422,73 mm.
2.5.
DEMOGRAFI
Jumlah penduduk Kecamatan Semin berdasarkan data Tahun 2002 adalah sebanyak
54.938 jiwa, terdiri dari 27.083 pria dan 27.855 wanita dengan tingkat kepadatan penduduk
696 jiwa/km2 dan rata-rata anggota rumah tangga 5 jiwa/KK. Dengan angka pertumbuhan
penduduk rata-rata sebesar 0,1 % maka pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk
Kecamatan Semin sebanyak 56.029 jiwa.
Tabel 3.
No.
Pria
Wanita
Total
1.
Kalitekuk
1889
2012
3901
2.
Kemejing
1756
1878
3634
3.
Semin
5033
4792
9825
4.
Pundungsari
1959
2185
4144
5.
Karangsari
3344
3306
6650
6.
Rejosari
2966
3160
6126
7.
Bulurejo
1721
1770
3491
8.
Bendung
1940
1989
3929
9.
Sumberejo
3070
3114
6184
10.
Candirejo
3405
3649
7054
27.083
27.855
54.938
Total
Sumber :Kecamatan Semin dalam Angka, 2002
5
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
2.6.
EKONOMI
Kecamatan Semin memiliki lahan sawah seluas 1942,2 Ha; terluas dibandingkan dengan
kecamatan lain di Kabupaten Gunung Kidul. Sebanyak 80% penduduknya adalah petani,
walaupun tingkat kepemilikan lahan rata-rata kurang dari 0,5 Ha. Dapat dikatakan sektor
pertanian merupakan pondasi perekonomian di Kecamatan Semin. Namun karena lahan
pertanian tidak bisa ditanami secara intensif, banyak petani yang memiliki pekerjaan
sambilan di kota sebagai buruh kasar atau pedagang kecil-kecilan. Migrasi keluar desa bukan
hal yang asing bagi penduduk Kecamatan Semin pada umumnya.
Kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian adalah perdagangan lokal, industri
kerajianan rumah tangga berupa anyaman bambu peralatan rumah tangga, kerajinan dari
bahan galian batu giring yang dibuat menjadi berbagai produk seperti ornamen tembok,
lantai, dan souvenir seperti guci, patung, dan lain-lain, kerajinan anyaman tikar dari akar
wangi (loro setu) yang mempunyai bau harum dan baunya tidak pernah hilang, usaha sektor
pertambangan dari bahan galian batu paras dan batu blorok yang dijadikan sebagai bahan
ornamen, dan penambangan bahan kaolin khusus di dusun Jetak Desa Karangsari.
2.7.
S O SI A L
Kondisi alam yang tidak bersahabat telah membentuk struktur sosial dan ekonomi
Kecamatan Semin sulit berkembang, dan menjadikan sebagian besar penduduknya tergolong
dalam keluarga miskin atau sangat miskin. Berdasarkan catatan BKKBN Kabupaten Gunung
Kidul terdapat jumlah keluarga miskin dan sangat miskin 47 % dari jumlah keluarga yang ada.
Untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih baik, banyak penduduk Kecamatan Semin yang
melakukan migrasi keluar dari desa, baik migrasi menetap, musiman, atau nglaju.
2.8.
B U D AYA
doger, tayub, rodat, jluntur, karawitan, keroncong, angklung, rebana, kulintang, band,
siteran, yang tersebar merata di seluruh desa. Di Desa Karangsari sendiri, grup kesenian yang
ada terdiri dari 1 grup kethoprak, 1 kelompok musik, dan 5 grup tarian tradisional.
Pembangunan Embung Pakel diharapkan juga sebagai tujuan lokasi pariwisata. Dengan
bertambahnya sarana pariwisata, maka kegiatan seni dan budaya akan semakin berkembang
seiring dengan datangnya para wisatawan.
6
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
2.9.
PENGGUNAAN LAHAN
No.
Tanah
Sawah
Tanah
Kering
Bangunan
Hutan
Lainnya
1.
Kalitekuk
40.4
327.1
207.2
123.5
24.3
2.
Kemejing
61.3
216.0
145.1
17.3
3.
Semin
397.3
525.4
256.8
22.3
4.
Pundungsari
216.1
296.4
119.9
95.6
5.
Karangsari
220.5
512.1
176.0
29.0
6.
Rejosari
235.0
462.5
207.4
46.9
7.
Bulurejo
86.7
154.2
160.3
9.6
8.
Bendung
76.8
200.8
189.8
29.1
9.
Sumberejo
343.6
306.6
173.9
66.6
10.
Candirejo
264.5
490.6
324.6
32.4
1942.2
3491.8
1960.9
123.5
373.4
Total
Potensi sawah irigasi. Sampai saat ini sawah yang terdapat di Desa Karangsari, di
sekitar calon lokasi Embung Pakel masih berupa sawah tadah hujan. Lokasi sawah berada di
Dukuh Jetak, Wates, Kweni, Badongan, Payaman, dan Karang.
Tabel 5.
No.
1.
Jetak
47,93
2.
Wates
56,73
3.
Kweni
53,04
4.
Badongan
47,84
5.
Payaman
9,18
6.
Karang
31,5
246,22
7
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
I N V E N TAR I S A S I D A E R A H I R I G A SI P A K E L
3.1.
menjadi
tertimbun
tanah,
tertutup
areal
sawah
yang
berbukit-bukit
nanti
perlu
diperhitungkan
faktor
8
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
atau kacang.
dibiarkan
Data Pendukung Operasi dan Pemeliharaan. Dari hasil wawancara dengan petani,
jenis tanaman dan pola tanam eksisting untuk areal potensial DI Pakel adalah sebagai
berikut: MT-1 : Padi,
Embung Pakel
S. Plalar
Saluran sekunder
1300 m
Kweni
31 Ha
Badongan
28 Ha
berikut.
Intensitas Tanam. Data intensitas tanam dari instansi pemerintah tidak tersedia,
mengingat DI Pakel bukan lahan irigasi teknis. Dari hasil wawancara dengan petani setempat,
diperoleh data intensitas tanam padi 3 tahun terakhir sbb.:
Tabel 6.
Musim Tanam
Padi
Palawija
Rendeng (MT-1)
70% - 95%
0%
Gadu (MT-2)
0% - 15%
60% - 70%
Labuh (MT-3)
0%
0%
Rata-rata / tahun
90%
65%
9
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
Produktivitas Padi dan Palawija. Produksi padi sawah, padi ladang dan kacang tanah
di Desa Karangsari lebih rendah daripada produksi rata-rata di Kecamatan Semin. Sedangkan
untuk jagung dan kedelai produktivitasnya hampir sama.
Tabel 7.
Jenis tanaman
Desa Karangsari
(ton/Ha)
padi sawah
2,89
4,21
padi ladang
3,04
3,45
Jagung
1,88
1,81
kacang tanah
0,58
0,92
Kedelai
1,10
1,10
10
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
3.2.
PENGUKURAN TOPOGRAFI
Untuk dapat merencanakan bangunan embung da jaringan irigasi DI Pakel secara teliti
dan tepat, telah dilakukan pengukuran topografi, dengan rincian: 1) pengukuran daerah
genangan, skala 1 : 2000; 2) pengukuran site survey as embung, skala 1 : 500; 3) pengukuran
situasi daerah irigasi, skala 1 : 5000; 4) pengukuran trase saluran irigasi, skala 1 : 2000; 5)
pengukuran penampang memanjang dan melintang sungai; 6) pengukuran penampang
memanjang dan melintang trase saluran irigasi. Sebagai titik tetap referensi geodetik adalah
BM Bendung Payaman yang berjarak 600 m sebelah hilir lokasi embung.
Dari hasil pegukuran situasi daerah irigasi, dapat diketahui luas areal fungsional yang
dapat diairi secara gravitasi dari embung Pakel adalah 118,12 Ha.
3.3.
INVESTIGASI GEOTEKNIK
Investigasi geoteknik yang telah dilakukan untuk pekerjaan Embung Pakel ini meliputi :
1) Penyelidikan geologi daerah tangkapan air skala 1 : 25.000, 2) Penyelidikan geologi daerah
genangan embung skala 1 : 1000; 3) Pemetaan geologi lokasi as embung skala 1 : 500; 4)
Pemboran geoteknik as embung dengan total kedalaman 100 m; 5) Pengujian SPT tanah
pondasi; 6) Pengujian permeabilitas batuan pondasi; 7) Penyelidikan geoteknik material
konstruksi; dan 8) Pengujian laboratorium material pondasi dan konstruksi. Hasil-hasil
investigasi dilaporkan dalam buku Laporan Investigasi Geoteknik.
Geologi Daerah Genangan Embung. Daerah genangan Embung Pakel berbentuk
memanjang pada arah utara-selatan, menempati areal seluas sekitar 7 ha. Topografinya
tergolong terjal dengan kemiringan lereng umumnya > 25%, menempati elevasi antara 220 m
sampai 235 meter. Susunan batuan penyusun terdiri dari dua formasi, yaitu Formasi Kebo
Butak dan Formasi Semilir. Formasi Kebo Butak yang lebih tua, terdiri dari batupasir,
batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat, pada bagian bawah sedangkan bagian
atas berupa perselingan batuapasir, batulempung dan lapisan tuf asam. Kondisi fisik
batuannya keras dan kompak, memiliki sifat kedap air sebab tersusun oleh butiran-butiran
yang sangat halus. Struktur geologi pada batuan ini adalah sesar geser berarah utara-selatan
dan kekar-kekar atau retakan yang intensif. Formasi Semilir terdiri dari tuf, breksi batuapung
dasitan, batupasir tufan dan serpih. Kondisi batuan kompak dan agak keras, tergolong batuan
semi kedap air. Struktur batuan lebih sedikit mengandung retakan atau sesar dibandingkan
Formasi Kebo Butak.
Geologi Lokasi Embung. Dari hasil-hasil penyelidikan geologi teknik, kondisi geologi di
dasar palung sungai Plalar tersusun oleh breksi batuapung dan batulanau Formasi Kebo-Butak,
bersifat kompak dan keras dengan nilai SPT N > 60. Batuan ini berbutir halus dan tersemen
baik, sehingga kekedapannya tinggi dengan nilai koefisien rembesan 1,15 X 10 -5 2,98 X 10-5
cm/detik. Namun pada kedua sisi sandarannya dijumpai lapisan tanah pelapukan yang cukup
11
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
tebal dan memiliki nilai N yang bervariasi antara 10 - 48. Pada sisi sandaran kiri, embung
akan bertumpu diatas lapisan breksi batuapung lapuk ringan dengan nilai SPT N = 48 dan
koefisien permeabilitas 6 X 10-5 cm/detik.
Pada sandaran kanan dijumpai lapisan tanah pelapukan breksi dan tanah bekas
timbunan embung lama dengan ketebalan berkisar antara 2 - 6 m. Lapisan tanah lunak ini
perlu dikupas sampai elevasi batuan di bawahnya, yaitu lapisan breksi batuapung lapuk
ringan, kompak dan cukup keras dengan nilai SPT pada elevasi rencana galian N = 36 39 dan
koefisien permeabilitas 3,67 X 10-5 1,64 X 10-5 cm/detik.
Batuan dasar sungai terdiri dari breksi
polimik yang bersifat kompak, keras dan
kedap air (Foto 5). Susunan batuan di sebelah
hilir dari as embung lama berupa batulanau,
batulempung, serpih dan aglomerat dari
Formasi Kebo Butak. Struktur batuannya
tersayat kuat, terpotong oleh sesar dan
retakan-retakan yang intensif (Foto 6).
Di sebelah hulu dari Embung Pakel
dari
dasitan,
batupasir
Formasi
tufan
Semilir.
dan
Walaupun
dibandingkan
dengan
batulempung
12
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
Bahan pasir dan kerikil harus didatangkan dari luar lokasi Embung Pakel, karena
volume endapan pasir kerikil yang ada di sekitar lokasi embung tidak memenuhi kebutuhan
konstruksi. Lokasi alternatif pengambilan adalah penambangan sirtu di Kali Woro, pada
lereng tenggara Gunung Merapi.
Bahan batu sebaiknya diambilkan dari penggalian dua lokasi alternatif untuk quarry
bahan batu, yaitu lokasi pengambilan sirtu di Kali Woro dan penambangan batu andesit di
Dusun Watugajah.
30%
100 mm
4 km2
Koefisien infiltrasi
0,10
0,97
58
30
Perhitungan Debit Andalan. Dari hasil analisa transformasi data hujan tersebut
diperoleh besaran debit andalan metode basic month dan peluang keandalan 80%.
Berdasarkan perhitungan tersebut, potensi sumber air sungai Plalar yang dapat diandalkan
untuk pengembangan Embung Pakel adalah sekitar 1 juta m3 setahun.
Tabel 9.
Jan
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Satuan
m3/det
0,121 0,153
0,046
0,023
0,010
0,007
0,005
0,005
0,004
0,004
0,006
0,007
120,5 152,9
45,58
22,78
9,88
6,94
5,37
5,06
4,18
3,64
6,43
6,95
Liter/det
Sumber : hasil analisa data hujan sta Semin 1970 2003 dan data iklim stasiun Playen 1993-2002
Gambar 2.
P E R H I T U N G A N K E B U T U H A N A I R I R I G A SI
4.2.
Perhitungan kebutuhan air irigasi didasarkan pada beberapa faktor penting terutama
klimatologi, jenis tanah, jenis tanaman dan pola tata tanam yang berlaku setempat. Hasil
perhitungan evapotranspirasi DTA Embung Pakel dengan metode Pennman dari FAO dapat
diringkasas di sini:
Tabel 10. Ringkasan Perhitungan Evapotranspirasi (Eto) DTA Embung Pakel
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
4,6
1
4,38
4,36
3,73
3,71
3,62
3,56
4,86
5,91
5,58
4,98
4,51
143
123
135
112
115
108
110
151
177
173
149
140
Satua
n
mm/hr
mm/bl
n
Sumber : hasil analisa konsultan dari data iklim stasiun Playen 1993-2002
Hasil perhitungan Eto tersebut digunakan untuk menghitung kebutuhan air di sawah
untuk padi dan polowijo, menurut pola tanam yang biasa dilakukan masyarakat yaitu padipadi-bero atau padi-polowijo-bero. Hasil perhitungan kebutuhan air irigasi selengkapnya
dapat dilihat pada Laporan Final System Planning, ringkasannya dalam Tabel 11.
4.3.
N E R A C A A I R I R I G A SI E K S I S T I NG
Kondisi eksisting daerah irigasi Pakel merupakan sawah tadah hujan dimana
pemenuhan kebutuhan air tanaman sepenuhnya menggantungkan dari curah hujan. Oleh
karena itu neraca air eksisting disusun dari perimbangan antara curah hujan dan kebutuhan
air tanaman dalam satuan mm/hari.
Dalam perhitungan neraca air eksisting dikaji tiga kemungkinan awal musim tanam
yaitu 1 Oktober, 1 November dan 1 Desember. Besarnya kebutuhan air diperhitungkan dari
pola tanam padi-padi-palawija yang diinginkan oleh petani; padi dipilih varietas unggul
Nedeco/Prosida sedangkan palawija dipilih jagung varietas unggul yang biasa ditanam oleh
petani setempat. Besarnya ketersediaan air diambil dari tiga kondisi berbeda yaitu curah
hujan tahun kering (R80), tahun normal (R50) dan tahun basah (R20).
Berdasarkan perhitungan neraca air eksisting tersebut, diperoleh gambaran pemenuhan
kebutuhan air saat ini adalah sbb: 1) Dari semua kondisi awal musim tanam dan curah hujan
yang dikaji, neraca air dalam satu tahun selalu menunjukkan defisit air; 2) Jika musim tanam
diawali 1 Oktober, defisit air yang besar terjadi pada awal MT-1, akhir MT-2 dan keseluruhan
MT-3; 3) Jika musim tanam diawali 1 November, defisit air cukup besar pada awal MT-1, akhir
MT-2 dan separuh lebih MT-3; 4) Jika musim tanam diawali 1 Desember, MT-1 secara umum
surplus air, defisit air dialami sepanjang MT-2 dan separuh MT-3. Gambar 3 menunjukkan
gambaran neraca irigasi eksisting.
15
15
Tabel 11. Kebutuhan Air Irigasi D I Pakel pada berbagai awal musim tanam
Sumber : hasil analisa konsultan dari data iklim stasiun Playen 1993-2002
16
16
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
17
17
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
Gambar 3.
K O N S E P P E N G E M B A NG A N I R I G A S I
4.4.
Pengembangan irigasi DI Pakel memiliki tujuan utama yaitu mengatasi defisit air pada
areal fungsional rencana seluas 118,12 Ha dengan sasaran pola tata tanam Padi-PadiPalawija. Konsep dasar pengembangan adalah menyediakan jaringan irigasi lengkap terdiri
dari bangunan utama, saluran irigasi dan bangunan pelengkap untuk memenuhi kriteria:
Mampu menjamin kepastian awal musim tanam 1 (padi) tepat waktu dan
menjamin kecukupan kebutuhan air sampai saat panen
Memperoleh luas tanam optimal dan cadangan air yang cukup untuk musim tanam
2 (padi)
Memiliki cadangan air cukup untuk palawija pada musim tanam 3.
Perencanaan kebutuhan air menggunakan jenis tanaman komoditas padi dan
palawija varietas unggul
Perencanaan ketersediaan air menggunakan debit aliran permukaan dengan
probabilitas terpenuhi 80%
Pola operasi jaringan irigasi mudah dilaksanakan oleh petani dan petugas
pengairan di lapangan
4.5.
P E N E N T U A N J E N I S B A NG U N A N U TAM A
Untuk memulihkan fungsi irigasi embung lama yang sudah rusak, telah dikaji dua
kemungkinan jenis bangunan utama untuk menyadap air permukaan dari Kali Plalar, yaitu
bendung dan embung. Sebagai acuan awal dipakai patokan elevasi bangunan pengambilan +
226 m, yaitu elevasi optimum dari hasil penelusuran jaringan irigasi eksisting. Pemilihan jenis
bangunan utama untuk dilanjutkan dengan detail desain dilakukan dengan simulasi
kemampuan masing-masing bangunan utama menyediakan air irigasi sepanjang tahun. Hasil
simulasi menunjukkan bahwa:
Dengan bendung, intensitas tanam maksimum yang mungkin dicapai adalah
124,94% atau luas tanam total satu tahun 147,58 Ha;
Dengan embung, intensitas tanam maksimum yang mungkin dicapai adalah 300%
atau luas tanam total satu tahun 354,36 Ha.
Berdasarkan hasil simulasi tersebut maka dipilih bangunan utama jenis embung untuk
dilanjutkan ke tahap detail desain.Pemilihan embung sebagai bangunan penangkap air
permukaa dinilai sesuai dengan keadaan DAS K Plalar yang tidak terlalu luas, curah hujan
sedang dan kondisi baseflow yang rendah. Embung dapat menyimpan kelebihan curah hujan
pada musim penghujan untuk dimanfaatkan pada musim kemarau. Rencana pengaturan
18
18
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
pemberian air pun harus dibuat ketat, dengan melakukan penjatahan air, atau pemberian air
secara giliran. Dengan embung hal ini sangat mungkin dilakukan.
4.6.
K A PAS I TAS E M B U N G
Ada dua faktor pembatas untuk menentukan kapasitas embung yaitu topografi dan
potensi hidrologi. Embung sendiri memiliki kriteria batasan yaitu tinggi maksimum 15 m dan
volume maksimum 500.000 m3. Dari simulasi optimasi tampungan embung yang telah
dilakukan, untuk tinggi embung maksimum 15 m di atas dasar sungai; volume tampungan
kotor 127.752 m3, tampungan mati 20.589 m3 dan tampungan efektif 107.163 m3.
Gambar 4.
4.7.
S O SI A L I S A S I
19
19
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
pertemuan pertama dicapai kesepakatan bersama antara perencana dengan pengguna jasa,
masyarakat dan instansi terkait mengenai gambaran perencanaan final meliputi seluruh
aspek baik teknis maupun non teknis.
20
20
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
5.1.
Curah Hujan Netto. Hujan netto merupakan hujan total yang menghasilkan limpasan
langsung yang terdiri dari aliran permukaan dan interflow. Hujan netto bisa dinyatakan
sebagai hasil perkalian antara koefisien pengaliran dengan intensitas curah hujan. Koefisien
pengaliran DTA Embung Pakel diambil 0,75 mengacu karakteristik topografinya berupa daerah
pegunungan. Untuk keperluan desain, diambil hujan netto kala ulang 25 tahun, 1000 tahun
dan PMF, masing-masing sebesar 110,04 mm, 180,21 mm dan 351,54 mm.
Hidrograf Satuan. Untuk menghitung ordinat satuan hidrograf satuan DTA Embung
Pakel digunakan metode GAMA-1. Input perhitungan hidrograf satuan diambil dari karakter
geometris DTA dari peta topografi skala 1 : 25.000. Hasil perhitungan hidrograf satuan
selengkapnya dapat dilihat pada Laporan Desain Note.
Debit Banjir Rancangan. Berdasarkan hidrograf satuan yang telah dihitung dengan dua
metode tersebut, dapat dihitung besarnya debit banjir rancangan untuk DTA Embung Pakel:
Tabel 12. Debit banjir rancangan DTA Embung Pakel
Peride ulang
(tahun)
15,75
21,73
10
25,52
25
30,14
50
33,49
100
36,75
1000
47,45
Penguunaan dalam desain. Debit banjir kala ulang 25 tahun digunakan untuk desain
sistem pengelak, debit kala ulang 1000 tahun untuk perencanaan dimensi bangunan
pelimpah. Sedangkan debit banjir PMF untuk mengontrol tinggi jagaan embung dan kapasitas
pelimpah.
21
21
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
Gambar 5.
5.2.
P E R H I T U N G A N S E D I M E N TAS I
5.3.
Konstruksi bangunan pengelak terdiri dari bendungan pengelak (cofferdam) dan saluran
pengelak (diversion channel). Bendungan pengelak nantinya akan menjadi satu kesatuan
dengan tubuh embung.
a. Cofferdam
a) Tipe konstruksi
b) Tinggi
6m
22
22
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
c) Lebar puncak
3m
a) Tipe konstruksi
b) Elevasi inlet
+ 220,00 m dpl
c) Elevasi outlet
+ 219,75 m dpl
d) Dimensi inlet
1,60 m X 1,60 m
e) Kapasitas saluran
30,14 m3 (Q25)
110 m
0,00273 m/m
b. Diversion channel
5.4.
Data pokok desain bangunan utama tubuh Embung Pakel adalah sebagai berikut:
a. Bendungan Utama
b.
Tipe embung
c.
Elevasi puncak
+ 235,00 m dpl
d.
+ 220,12 m dpl
e.
+ 218,00 m dpl
f.
14,88 m
g.
17,00 m
h.
Lebar puncak
6m
i.
Panjang puncak
96 m
j.
33.275,99 m3
b. Genangan Waduk
c.
a.
+ 234,05 m dpl
b.
+ 232,50 m dpl
c.
+ 226,00 m dpl
d.
3,04 Ha
23
23
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
181.073 m3
127.751 m3
c.
20.589 m3
107.163 m3
d. Tampungan efektif
5.5.
D E S A I N B A NG U N A N P E L I M PAH
Konstruksi bangunan pelimpah terdiri dari saluran pengarah, lantai hulu, bangunan
pengatur (ambang pelimpah), saluran transisi, saluran peluncur dan bangunan peredam
energi. Panjang bangunan keseluruhan adalah 107,70 meter mulai dari lantai hulu (apron)
sampai ujung hilir peredam energi. Garis besar perencanaan konstruksi sebagai berikut:
+ 231,00 m dpl
12 m
c) Elevasi apron
+ 230,00 m dpl
d) Tipe konstruksi
e) Lebar apron
12 m
10,59 m
a) Tipe pelimpah
b) Kapasitas pelimpah
b. Bangunan pengatur
c.
c) Tipe konstruksi
+ 232,50 m dpl
e) Lebar pelimpah
12 m
1 : 1,40
12 m
6m
j) Jembatan pelayanan
beton bertulang
k) Lebar jembatan
6m
+ 230,00 m dpl
24
24
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
+ 229,00 m dpl
c) Panjang saluran
20 m
0,050 m/m ( 1 : 20 )
12 m
f)
4m
g) Bentuk penampang
segiempat
h) Tipe konstruksi
+ 229,00 m dpl
+ 226,00 m dpl
c) Panjang saluran
35 m
4m
f)
4m
g) Bentuk penampang
segiempat
h) Tipe konstruksi
+ 226,00 m dpl
+ 223,00 m dpl
c) Panjang saluran
10 m
4m
f)
4m
g) Bentuk penampang
segiempat
h) Tipe konstruksi
+ 223,00 m dpl
+ 220,00 m dpl
c) Panjang saluran
10 m
4m
f)
6m
g) Bentuk penampang
segiempat
h) Tipe konstruksi
pasangan batu
f.
g.
25
25
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
b) Tipe konstruksi
pasangan batu
+ 220,00 m dpl
f)
12 m
6m
i)
segiempat
j)
l)
0,78 m
5.6.
D E S A I N B A NG U N A N P E N G A M B I L A N
Konstruksi bangunan pengambilan terdiri dari bangunan intake dan saluran pembawa.
Panjang konstruksi keseluruhan adalah 50,00 meter mulai dari intake sampai outlet.
Perencanaan konstruksi masing-masing bagian secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Bangunan intake
a) Tipe bangunan intake
Menara
b) Tipe konstruksi
Beton bertulang
c) Dimensi inlet
bujursangkar 1 m X 1 m
+ 226,00 m dpl
1mX1m
f) Jembatan pelayanan
a) Tipe
b) Konstruksi
beton bertulang
c) Bentuk, dimensi
lingkaran, 40 cm
d) Panjang saluran
50 m
+ 226,00 m dpl
f)
+ 226,00 m dpl
0,159 m3/dt
b. Saluran Pembawa
g) Kapasitas rencana
26
26
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
5.7.
D E S A I N J A R I NG A N I R I G A S I
Jaringan irigasi DI Pakel terdiri dari jaringan pembawa dan jaringan drainase. Jaringan
pembawa berfungsi mengalirkan air irigasi dari outlet embung ke petakpetak tersier; terdiri
dari sebuah saluran primer yang kemudian dibagi menjadi dua saluran sekunder. Jaringan
drainase berfungsi mengalirkan aliran air permukaan ke arah saluran-saluran pembuangan
alamiah supaya tidak masuk ke dalam jaringan pembawa pada saat hujan deras; jaringan ini
terdiri dari saluran gendong yang diletakkan sejajar dengan trase saluran pembawa. Desain
jaringan irigasi DI Pakel secara garis besar adalah sebagai berikut:
Saluran Primer Pakel. Saluran Primer Pakel adalah saluran irigasi yang bermula dari
bangunan outlet pengambilan Embung Pakel sampai ke bangunan bagi. Saluran primer Pakel
akan membawa air irigasi untuk daerah layanan seluas 118,12 Ha dengan debit rencana 160
lt/det. Saluran didisain berbentuk segiempat berdimensi 0,8 m x 0,8 m dengan konstruksi
pasangan batu disiar. Panjang saluran primer adalah 120 m.
Saluran Sekunder Pakel Kiri. Melayani DI Pakel Kiri seluas 49,64 Ha, dengan debit
rencana 67,31 lt/det. Saluran didisain berbentuk segiempat dengan dimensi 0,6 m x 0,6 m
dengan konstruksi pasangan batu disiar. Panjang saluran dari bangunan bagi sampai ke sadap
terakhir 1958 m. Bangunan pengatur terdiri dari 2 buah bangunan sadap yang dilengkapi
dengan alat ukur dan 3 buah corongan; bangunan pelengkap lainnya terdiri dari 7 buah talang
pembawa, 7 buah pelimpah samping, 3 buah terjunan, dan 5 buah gotrong-gorong.
Saluran Sekunder Pakel Kanan. Daerah Irigasi Pakel Kanan dengan luas areal layanan
sebesar 68,48 Ha, dengan debit rencana 92,86 lt/det. Saluran didisain berbentuk segiempat
dengan dimensi 0,6 m x 0,6 m dengan konstruksi pasangan batu disiar. Panjang saluran dari
bangunan bagi sampai ke sadap terakhir 2108 m. Bangunan pengatur terdiri dari 2 buah
bangunan sadap yang dilengkapi dengan alat ukur dan 6 buah corongan; bangunan pelengkap
lainnya terdiri dari 8 buah talang pembawa, 8 buah pelimpah samping, 4 buah terjunan, dan
sebuah gorong-gorong.
Sistem Drainase. Saluran pembawa direncanakan dengan dimensi seperlunya saja
untuk mengalirkan debit air sesuai kebutuhan maksimum dari daerah layanan ditambah
dengan tinggi jagaan. Selama musim hujan, dimungkinkan terjadi penambahan debit air ke
dalam saluran yang berasal dari air hujan dan surface runoff. Tambahan air dalam jumlah
secukupnya akan sangat menguntungkan, namun jika jumlahnya terlalu besar - sehingga
melebihi kapasitas saluran pembawa - dapat menyebabkan kerusakan tanggul dan
mendatangkan masalah sedimentasi pada saluran pembawa.
Masuknya air permukaan secara berlebih ke dalam saluran pembawa perlu dicegah
dengan cara membuat sistem drainase. Sistem drainase yang dipilih adalah saluran drainase
gendong yaitu saluran-saluran tanah yang ditempatkan sejajar dengan trase saluran
27
27
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
pembawa. Fungsi saluran untuk memotong aliran permukaan dari lereng bukit dan
mengalirkannya menyamping secepat mungkin ke arah saluran-saluran alam. Dari hasil
perhitungan drainage modul (Dm) diperoleh angka Dm = 5,59 lt/det/ha. Desain saluran
drainase dibuat lebih besar dengan patokan Qd = 9,05 lt/det/ha. Saluran drainase didisain
berupa saluran tanah berbentuk trapesium dengan lebar dasar 0,50 m.
Selain dari masalah tersebut, hujan lebat juga dapat menyebabkan sawah mengalami
penggenangan melebihi kebutuhan. Air ini juga harus dibuang secepat mungkin ke arah
saluran-saluran alam terdekat. Daerah irigasi Pakel yang memiliki bentuk topografi berbukitbukit dan sistem penataan sawah berteras-teras. Kondisi topografi ini memudahkan untuk
membuang kelebihan air di sawah secara gravitasi, sehingga tidak memerlukan desain saluran
pembuang secara khusus.
28
28
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
6.1.
PEDOMAN OPERASI
Prosedur Operasi. Agar dapat berjalan dengan baik, pengelolaan waduk dan jaringan
irigasi menuntut keterlibatan, kerjasama dan koordinasi berbagai pihak mulai dari petani
melalui P3A dan Gabungan P3A; Mantri Pengairan, Ranting / Cabang Dinas Pengairan, dan
Panitia Irigasi tingkat Kabupaten. Kegiatan-kegiatan perencanaan operasi harus disepakati
pada awal musim tanam, meliputi: 1) Memperkirakan debit tersedia, 2) Menghitung
kebutuhan air total, dan 3) Mencocokkan usulan kelompok tani / P3A dengan debit tersedia
dan pengaturan pemberian air. Struktur organisasi, prosedur perencanaan operasi dan
pedoman
pelaksanaan
dapat
dilihat
dalam
buku
Laporan
Pedoman
Operasi
dan
Pemeliharaan. Contoh rencana tata tanam diberikan di sini untuk sistem 2 golongan (Tabel
13).
Operasi Waduk. Mengingat volume tampungan Embung Pakel relatif kecil, maka
pemberian air waduk untuk irigasi harus direncanakan secara teliti. Setiap kali akan memulai
musim tanam, perlu direncanakan pola tata tanam selama satu tahun dan dihitung besarnya
kebutuhan air irigasi dari waktu ke waktu. Berikut disampaikan pedoman umum operasi
waduk selama satu tahun untuk pola tata tanam padi-padi-palawija sistem dua golongan,
waktu tanam diawali tanggal 1 November / 15 November (Tabel 14 dan Gambar 6).
Operasi Jaringan Irigasi. Setelah jadwal pemberian air irigasi dari waduk ditetapkan,
selanjutnya perlu direncanakan pengaturan pemberian air ke petak-petak tersier melalui
saluran sekunder dan bangunan-bangunan pengaturnya. Sebagai contoh pedoman operasi
jaringan disampaikan di sini untuk kondisi debit kering, Q 80 (Tabel 15).
Pedoman Pemberian Air. Pedoman pemberian air di tingkat petak tersier didasarkan
atas besarnya Faktor K yaitu perbandingan antara besarnya debit yang tersedia terhadap
debit yang dibutuhkan. ian di lapangan akan menjumpai hal-hal seperti berikut : 1) Untuk
kondisi K1, berarti ketersediaan air cukup, 2) Untuk kondisi K<1, berarti ketersediaan air
kurang. Dalam kondisi pertama, air bisa diberikan secara kontinyu; sedangkan untuk kondisi
kedua, ada dua pilihan pemberian air, yaitu : 1) pemberian secara kontinyu, jika K > 0,70; 2)
pemberian secara giliran jika K< 0,70. Pemberian air secara giliran dapat dilakukan melalui
29
29
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
tiga cara, yaitu : 1) giliran di dalam petak tersier (K = 0,50 0,70), 2) giliran antar petak
tersier (K = 0,25 0,50) dan giliran antar blok petak tersier (K < 0,25).
30
30
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
Tabel 13. Rencana Tata Tanam DI Pakel Terpilih (Alternatif 1 : tata tanam 2 golongan)
Pola tanam
Padi-Padi-Palawija
Jadual tanam
1 November - 16 November
Tata tanam
2 golongan
31
31
32
32
Gambar 6.
33
33
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
Tabel 15. Pengaturan Pemberian Air Jaringan Irigasi DI Pakel berdasarkan debit inflow Q-80 (Operasi Waduk Zona-1)
Pola tanam
Padi-Padi-Palawija
1 Nov - 16 Nov
Tata tanam
2 golongan
Debit
Debit Q-80
34
34
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
6.2.
PEDOMAN PEMELIHARAAN
Piezometer, untuk
mengukur tekanan air pori yang ditempatkan menyebar di dalam tubuh bendungan urugan, 6)
Sumur Pengamat, untuk mengukur kedalaman muka airtanah di hilir embung, untuk mendeteksi
adanya rembesan. Sebagai catatan, pabrik peralatan memberi buku petunjuk tentang
bagaimana memakai dan merawat alat tersebut dan petunjuk yang ada harus diikuti.
35
35
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
ASUMSI DASAR
Asumsi dasar yang digunakan dalam Analisa Ekonomi adalah sebagai berikut: 1) Umur
ekonomis embung 30 tahun, 2) Tingkat suku bunga 12%, 3) Harga ekonomi didasarkan atas
harga konstan yang berlaku tahun 2004, 4) Analisis perhitungan didasarkan atas nilai rupiah
murni, 5) Nilai tukar valuta asing 1 US$ = Rp. 9.250,- 6) Manfaat irigasi dimulai pada tahun ke4, sedangkan full development (pengembangan penuh) pada tahun ke-8; 7) Manfaat perikanan
dimulai pada tahun ke-5, mulai berproduksi tahun ke-6, dan full development pada tahun ke10; 8) Luas perikanan karamba 0,26 Ha, dengan asumsi produksi 1.359.594,00 Kg/Ha/Th; dan
9) Biaya OP untuk embung/ dam pada tahun ke-10 dan ke-20 akan naik menjadi 500%.
7.2.
B I AYA P R O Y E K
Biaya Konstruksi. Total biaya konstruksi embung termasuk PPn 10% adalah 12,38
milyar rupiah dengan perincian biaya persiapan dan land clearing 0,52 milyar, relokasi jalan
0,43 milyar, konstruksi embung dan bangunan pelengkapnya 7,36 milyar, konstruksi jaringan
irigasi 2,95 milyar, dan PPN 10% sebesar 1,12 milyar rupiah.
Biaya Finansial. Total biaya finansial embung termasuk biaya administrasi, jasa dan
kontingensi harga adalah 15,38 milyar rupiah dengan penjadwalan alokasi tahun pertama 3,64
milyar, tahun kedua 7,62 milyar dan tahun ketiga 4,11 milyar. Total biaya pembebasan tanah
sebesar 1,98 milyar rupiah. Total biaya O & M untuk embung dan jaringan irigasi sebesar 82,80
juta rupiah per tahun.
Biaya Ekonomi. Total biaya ekonomi embung termasuk biaya administrasi, jasa dan
kontingensi harga adalah 13,41 milyar rupiah; dengan penjadwalan alokasi dana pada tahun
pertama 3,17 milyar; tahun kedua 6,65 milyar dan tahun ketiga 3,59 milyar rupiah. Total
biaya pembebasan tanah sebesar 1,98 milyar rupiah. Total biaya O & M untuk embung dan
jaringan irigasi sebesar 72,04 juta rupiah per tahun.
7.3.
M A N FAAT P R O Y E K
Manfaat Finansial. Tanpa adanya Embung Pakel, total manfaat finansial tanpa proyek
per tahun adalah 427,89 juta rupiah dari sektor pertanian; dengan adanya proyek total
manfaat menjadi 3,17 milyar rupiah per tahun, yang berasal dari sektor pertanian (2,11
milyar rupiah) dan sektor perikanan (1,06 milyar rupiah). Dengan demikian terdapat kenaikan
manfaat finansial dari proyek Embung Pakel sebesar 2,75 milyar rupiah per tahun.
36
36
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
Manfaat Ekonomi. Manfaat ekonomi tanpa embung total per tahun adalah 250,81 juta
rupiah dari sektor pertanian; dengan adanya proyek total manfaat meningkat menjadi 3,13
milyar rupiah yang berasal dari sektor pertanian 2,07 milyar dan sektor perikanan 1,06 milyar
per tahun. Dengan demikian diperoleh kenaikan manfaat ekonomi bersih dari proyek Embung
Pakel sebesar 2,88 milyar rupiah per tahun.
A N A L I S A K EL AYAK A N P R O Y E K
7.4.
Keadaan 1
Normal
Keadaan 2
Keadaan 3
Keadaan 4
Keadaan 5
Keadaan 6
Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Analisa Kelatakan Finansial Proyek Embung Pakel
IRR
BCR
24.415,89
11,37%
0,95
-688,56
25.953,92
10,36%
0,87
-1.914,37
24.415,89
10,13%
0,85
-1.969,06
25.953,92
9,17%
0,78
-3.194,87
24.250,29
9,91%
0,82
-2.140,66
24.415,89
12,53%
1,04
591,94
IRR
BCR
22.078,93
10,09%
0,84
-1.906,10
23.814,85
8,59%
0,73
-3.530,14
22.078,93
8,98%
0,76
-2.911,41
23.814,85
8,07%
0,69
-4.055,85
21.913,33
8,74%
0,72
-3.088,01
37
37
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
22.078,93
11,12%
0,92
-900,78
Tabel 17. Rekapitulasi Hasil Analisa Kelatakan Ekonomi Proyek Embung Pakel
IRR
BCR
21.181,64
13,53%
1,13
1.506,64
22.522,51
12,41%
1,03
437,96
21.181,64
12,17%
1,01
165,91
22.522,51
11,12%
0,93
-902,77
21.037,57
11,73%
0,98
-257,78
21.181,64
14,80%
1,24
2.847,37
IRR
BCR
19.493,79
11,96%
1,00
-37,35
21.032,56
10,95%
0,91
-1.056,52
19.493,79
10,79%
0,90
-1.097,58
21.032,56
9,82%
0,82
-2.116,75
19.349,72
10,46%
0,86
-1.389,49
19.493,79
13,06%
1,10
1.022,88
7.5.
KESIMPULAN
Rekapitulasi hasil analisa kelayakan proyek dalam keadaan normal adalah sbb:
No
Analisa
Usia Guna
Investasi
IRR
(Tahun)
(Juta Rp)
(%)
BCR
NPV
(Juta Rp)
30
24.415,89
11,37
0,95
-688,56
30
22.078,93
10,09
0,84
-1.906,10
30
21.181,64
13,53
1,13
1.506,64
30
19.493,79
11,96
1,00
-37,35
Dari harga IRR, BCR, NPV (kondisi normal) di atas, maka dapat disimpulkan Embung Pakel di
Kabupaten Gunung Kidul secara ekonomi layak (FEASIBLE) untuk dilaksanakan.
38
38
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
7.6.
SARAN
Agar pembangunan Embung Pakel dapat memberikan manfaat secara ekonomi maka
disarankan:
1. Pembangunan Embung Pakel dilaksanakan sesuai jadwal (tepat waktu).
2. Daerah Irigasi Pakel harus dikelola dengan baik
3. Untuk memperpanjang usia guna embung perlu adanya pengendalian erosi di daerah
tangkapan air dengan cara Konservasi lahan yaitu menggalakkan penghijauan,
pembuatan cek dam di anak sungai dan penyuluhan kepada masyarakat tentang
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
ii
ii
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar Isi ................................................................................................... ii
Daftar Gambar............................................................................................ iv
Daftar Tabel................................................................................................ v
Daftar Lampiran..........................................................................................vi
Bab 1.
Pendahuluan...........................................................................................A
1.1.
1.2.
1.3.
Latar Belakang...........................................................................................1
Maksud dan Tujuan.....................................................................................1
Lokasi Perencanaan.....................................................................................1
Bab 2.
Gambaran Wilayah.................................................................................2
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
Topografi..................................................................................................2
Geologi.....................................................................................................2
Iklim........................................................................................................3
Hidrologi...................................................................................................3
Demografi.................................................................................................4
Ekonomi....................................................................................................5
Sosial.......................................................................................................5
Budaya.....................................................................................................5
Penggunaan Lahan......................................................................................6
Bab 3.
Survei Investigasi...................................................................................7
3.1.
3.2.
3.3.
Bab 4.
System Planning...................................................................................13
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
iii
iii
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
Bab 5.
Detail Desain........................................................................................19
5.1.
5.2.
5.3.
5.4.
5.5.
5.6.
5.7.
Bab 6.
6.1.
6.2.
Pedoman Operasi......................................................................................26
Pedoman Pemeliharaan..............................................................................31
Bab 7.
Analisa Ekonomi...................................................................................32
7.1.
7.2.
7.3.
7.4.
7.5.
7.6.
Asumsi Dasar............................................................................................32
Biaya Proyek............................................................................................32
Manfaat Proyek........................................................................................32
Analisa Kelayakan Proyek...........................................................................33
Kesimpulan..............................................................................................34
Saran......................................................................................................35
iv
iv
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
v
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15.
Tabel 16.
Tabel 17.
vi
vi
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
i
Embung Pakel Kabupaten Gunung Kidul
KATA PENGANTAR
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan kewajiban sebagai persyaratan
Sertifikat Keahliah Sumber Daya Air.
Makalah ini menyajikan gambaran ringkas mengenai keseluruhan survey investigasi dan
desain Embung Pakel .
Isi Makalah secara garis besar adalah sebagai berikut:
BAB 1.
PENDAHULUAN
BAB 2.
BAB 3.
BAB 4.
SYSTEM PLANNING
BAB 5.
DETAIL DESAIN
BAB 6.
BAB 7.
ANALISA EKONOMI
Akhir kata Penulis berharap Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.