Anda di halaman 1dari 50

dari sudut pandang geologis, wilayah Sulut rawan terjadinya bencana geologi.

Bencana itu diantaranya gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan gerakan tanah (tanah
longsor), kata Sekprov Mokodongan sebagaimana dikatakan Kabag Humas Provinsi Sulut
Jemmy Kumendong di Manado, Rabu (21/5).

Menurut Kumendong, Sekprov Mokodongan mengatakan hal itu ketika membuka Diklat
Mitigasi Bencana gerakan Tanah (20/5) salah satu hotel bintang di Manado.

Diklat itu diikuti para kepala dinas energi sumber daya mineral kabupaten/kota dan aparat
pemerintah provinsi terkait dengan bidang geologi.

Sekprov Mokodongan, kata Kumendong mengatakan Indonesia lebih khusus daerah Sulut
merupakan salah satu tempat dinamis dan kompleks.

Wilayah Sulut tempat terjadinya pertemuan (interaksi) antara tiga lempeng dunia sehingga
interaksi pergerakan lempeng-lempeng tersebut menyebabkan rawan terhadap bencana geologi.

Mekanisme pergerakan lempeng kerak bumi dikenal dengan istilah tektonik menyebabkan
terbentuknya berbagai fenomena geologi khas busur kepulauan berupa rangkaian gunung api
aktif.

Fenomena itu sebagai bagian dari pacific ring of fire dan zona-zona retakan berupa patahan-
patahan aktif, disamping memberikan potensi sumber daya geologi (geo-resouces) dan
terciptanya tatanan lingkungan geologi (geo-environment).

Sekprov mengharapkan kegiatan pendidikan dan latihan ini dapat memberikan pencerahan
kepada peserta sehingga mampu memanfaatkan dan mengambil langkah-langkah antisipasi
konkrit dan terintergrasi guna mengurangi jatuhnya korban jiwa, harta benda dan kerusakan,
diungkap Kumendong juga selaku juru bicara Pemprov Sulut

Penanggulangan Bencana Banjir

Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air atau dimana suatu daerah dalam keadaan
tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai,
got, gorong, kali dan lain sebagainya yang meluap ke lingkungan sekitarnya karena sebagai akibat curah
hujan yang cukup tinggi.

Jenis-jenis Banjir:

1. Banjir Sungai yang disebabkan oleh air sungai yang meluap.

2. Banjir danau yang disebabkan oleh air pada danau yang meluap.
3. Banjir bandang banjir di daerah permukaan rendah akibat hujan yang turun secara terus menerus dan
munculnya secara tiba-tiba.

4. Banjir laut pasang terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi seperti tsunami.

Faktor-faktor penyebab terjadinya banjir:

1. Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi.

2. Pendakalan sungai.

3. Membuang sampah sembarangan, di aliran sungai ataupun di jalan.

4. Pembuatan saluran air, got, gorong-gorong yang tidak sesuai dengan syarat-syarat.

5. Pembuatan tanggul, setu, danau yang kurang baik.

6. Bencana dari alam seperti hujan deras secara terus menerus, gempa bumi di laut yang menyebabkan
tsunami dan lain sebagainya.

7. Kurangnya lahan hijau dan terbuka di daerah rendah dan padat penduduk untuk penyerapan air.

Tindakan Penanggulangan Banjir:

1. Tidak membuan sampah sembaranga.

2. reboisasi tanaman khususnya tanaman yang dapat menyerap air dengan cepat dan baik.

3. Menjaga kebersihan daerah aliran air seperti danau, sungai, dot dan goron-gorong.

4. menyediakan lahan terbuka untuk membuat lahan hijau untuk penyerapan air.

5. kurangin pembangunan bangunan di daerah-daerah aliran sungai atau penyerapan air.

6. Membangun sarana dan prasarana untuk pemantauan dan peringatan dini terhadap
sungai-sungai yang relatif besar menyebabkan banjir, bencana alam seperti tsunami dan lain sebagainya.

Sebuah banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan.Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada
daratan yang biasanya tidak terendam air.[2] Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti
masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau
yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.[3]

Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju
musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan
manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.

Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan
sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir
sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan
badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan
memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia
terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada
biaya kerusakan akibat banjir periodik.

Mitos banjir besar adalah kisah mitologi banjir besar yang dikirimkan oleh Tuhan untuk menghancurkan
suatu peradaban sebagai pembalasan agung dan sering muncul dalam mitologi berbagai kebudayaan di
dunia.

Lusinan desa terendam ketika hujan meluapkan sungai di barat laut Bangladesh pada awal Oktober
2005. Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) di satelit Terra NASA menangkap citra
banjir Sungai Ghaghat dan Atrai pada 12 Oktober 2005. Sungai biru gelap tersebar di seluruh pedesaan
pada citra banjir ini.

Sungai

Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran sungai. Diakibatkan
hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju.
Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-puing dapat mengakibatkan
banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir besar) atau pelepasan
mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang bendungan, tanah longsor, atau gletser.

Muara

Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin badai. Banjir badai
akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.

Pantai
Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau hurikan). Banjir badai akibat
siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.

Malapetaka

Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau bencana lain seperti gempa
bumi dan letusan gunung berapi).

Manusia

Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.


Lumpur

Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian terpisah
dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur
mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses lembah bukit,
dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan pergerakan massal.
Lainnya

Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan) dan tidak dapat
terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).
Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.
Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan dan pedesaan rendah,
umumnya mengakibatkan kerusakan besar.

[sunting] Dampak primer

Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan,
sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal.

[sunting] Dampak sekunder

Persediaan air – Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.


Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen.[4]
Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah
mineral tanah setempat.
Pepohonan' - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.[5]
Transportasi - Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang
membutuhkan.

[sunting] Dampak tersier/jangka panjang


Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya pembangunan kembali,
kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.

[sunting] Pengendalian

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pengendalian banjir


udah dicopy

[sunting] Keselamatan pembersihan

Aktivitas pembersihan setelah banjir biasanya mengancam pekerja dan relawan yang terlibat. Bahaya-
bahaya mengancam tersebut yaitu air berpolusi yang tercampur dengan selokan bawah tanah, bahaya
listrik, terpapar karbon monoksida, bahaya otot tengkorak, hipertermia atau hipotermia, bahaya
kendaraan bermotor, kebakaran, tenggelam, dan terpapar bahan berbahaya.[12] Karena daerah banjir
tidak stabil, pekerja pembersih bisa saja menemukan puing-puing tajam, bahan biologis dalam air banjir,
kabel listrik, darah atau cairan tubuh lain, dan sisa-sisa hewan dan manusia. Dalam merencanakan dan
merespon bencana banjir, manajer harus menyediakan helm keras, kacamata, sarung tangan kerja, jaket
keselamatan, dan sepatu bot kedap air berlapis besi kepada para pekerja.[13]
[sunting] Keuntungan

Ada berbagai dampak negatif banjir terhadap permukiman manusia dan aktivitas ekonomi. Namun,
banjir (khususnya banjir rutin/kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti mengisi kembali
air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup
di kawasan kering dan semi-kering yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir
tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan merupakan
faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran banjir.[14] Banjir
menambahkan banyak sekali nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin memajukan industri
perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran banjir untuk
pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi).[15] Ikan seperti ikan cuaca memanfaatkan
banjir untuk berenang mencari habitat baru. Selain itu, burung juga mendapatkan manfaat dari produksi
pangan yang meledak setelah banjir surut.[16]

Banjir rutin biasa terjadi di permukiman-permukiman kuno sepanjang Sungai Tigris-Eufrat, Nil, Indus,
Gangga, dan Sungai Kuning. Kelangsungan sumber energi air terbarukan sangat tinggi di daerah rawan
banjir.
[sunting] Pemodelan komputer

Meski pemodelan banjir merupakan praktik yang baru diterapkan, upaya untuk memahami dan
mengelola mekanisme kerja di dataran banjir telah dilakukan selama enam milenium.[17]
Pengembangan terkini dalam pemodelan banjir melalui komputer telah membantu para insinyur
menghentikan uji coba pendekatan "tahan atau biarkan" dan kecenderungannya memperkenalkan
struktur tahan banjir. Berbagai model banjir melalui komputer telah dikembangkan dalam beberapa
tahun terakhir, yaitu model 1D (permukaan banjir yang diukur di saluran) dan model 2D (kedalaman
banjir yang diukur sepanjang dataran banjir). HEC-RAS,[18] model Hydraulic Engineering Centre, saat ini
merupakan pemodelan banjir yang paling terkenal karena gratis. Model lain seperti TUFLOW[19]
menggabungkan komponen 1D dan 2D untuk mendapatkan informasi kedalaman banjir di dataran
banjir. Sejauh ini, pemodelan lebih difokuskan pada pemetaan banjir pasang dan banjir sungai, namun
karena banjir 2007 di Britania Raya pemodelan lebih diutamakan pada dampak yang muncul akibat
banjir air permukaan.[20]

[sunting] Banjir paling mematikan

Pedoman Penanggulangan Banjir

Pedoman Banjir

Latar Belakang
Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan
kehilangan jiwa, kerugian harta, dan benda. Kejadian banjir tidak dapat dicegah, namun dapat
dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya.
Karena datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut perlu dipersiapkan
penanganan secara cepat, tepat, dan terpadu. Sebagian tugas Dinas dan/atau Badan Hukum yang
mengelola Wilayah Sungai adalah melaksanakan pengendalian banjir dan penanggulangan kekeringan.
Untuk mendukung pelaksanaan tugas tersebut diperlukan Pedoman Teknis Menejemen Banjir.

Maksud dan Tujuan


Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan kerja Dinas dan/atau Badan Hukum yang mengelola wilayah
sungai dan instansi lain dalam menyelenggarakan kegiatan manajemen banjir agar dapat dilaksanakan
secara cepat, tepat, dan berhasil guna; sesuai dengan pola pengelolaan wilayah sungai. Pedoman ini
digunakan bersama pedoman lain yang terkait dengan maksud saling melengkapi.
Tujuan pedoman ini adalah terselenggaranya manajemen banjir yang menyeluruh dan terpadu dalam
sistem wilayah sungai, sehingga korban jiwa, kerusakan atau kerugian harta benda dan/atau kerusakan
lingkungan sebagai dampak tak terkendalinya daya rusak air dapat dicegah dan dihindari, atau
diusahakan menjadi seminimal mungkin.

Ruang Lingkup
Ruang Lingkup pedoman ini mencakup pengendalian banjir dan penanggulangan bencana banjir, terdiri
dari pokok bahasan yang menyangkut pengertian, kelembagaan, manajemen, pendanaan, dan
koordinasi.

Pengertian
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air termasuk sumber daya alam non hayati yang
terkandung di dalamnya, serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi
kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
2. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan air permukaan dalam satu atau lebih Daerah
Aliran Sungai.
3. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air ke anak sungai dan sungai utama yang bermuara ke
danau atau laut.
4. Palung sungai adalah cekungan yang terbentuk oleh aliran air secara alamiah atau buatan manusia
untuk mengalirkan air dan sedimen.
5. Garis sempadan sungai adalah garis maya batas luar pengamanan sungai.
6. Daerah sempadan adalah lahan yang dibatasi oleh garis sempadan dengan kaki tanggul sebelah luar
atau antara garis sempadan dan tebing tinggi untuk sungai yang tidak bertanggul.
7. Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai, dihitung dari tepi sungai
sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam
8. Daerah manfaat sungai adalah mata air, palung sungai, dan daerah sempadan yang tidak dibebaskan.
9. Daerah penguasaan sungai adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran, atau daerah sempadan
yang tidak dibebaskan
10. Daerah retensi adalah lahan yang ditetapkan untuk menampung air banjir untuk sementara waktu.
11. Dataran banjir adalah lahan yang pada waktu-waktu tertentu terlanda atau tergenang air banjir.
12. Banjir adalah suatu keadaan sungai di mana aliran airnya tidak tertampung oleh palung sungai.
13. Pengendalian banjir adalah upaya fisik dan nonfisik untuk pengamanan banjir dengan debit banjir
sampai tingkat tertentu yang layak (bukan untuk debit banjir yang terbesar).
14. Penanggulangan banjir adalah segala upaya yang dilakukan agar banjir tidak menimbulkan gangguan
dan kerugian bagi masyarakat, atau untuk mengurangi dan menekan besarnya kerugian yang
ditimbulkan oleh banjir.
15. Debit banjir rencana adalah debit banjir yang dipakai untuk dasar perencanaan pengendalian banjir
dan dinyatakan menurut kala ulang tertentu. Besarnya kala ulang ditentukan dengan
mempertimbangkan segi keamanan dengan risiko tertentu serta kelayakannya, baik teknis maupun
lingkungan.
16. Bangunan sungai adalah bangunan air yang berada di sungai, danau, dan/atau di daerah manfaat
sungai; yang berfungsi untuk konservasi, pendayagunaan, dan pengendalian sungai.
17. Mitigasi bahaya banjir (flood damage mitigation) adalah upaya menekan besarnya kerugian/bencana
akibat banjir.
18. Pengelolaan dataran banjir (flood plain management) adalah pengelolaan dataran banjir sedemikian
rupa sehingga meminimal akibat banjir yang mungkin terjadi.
19. Bahan banjiran adalah bahan yang diperlukan untuk penanggulangan darurat kerusakan yang
disebabkkan oleh banjir termasuk tanah longsor karena banjir.
20. Daerah tangkapan air (catchment area) adalah daerah resapan air dari suatu daerah aliran sungai.

Manajemen Banjir
Pengendalian Banjir
Pengendalian banjir dimaksudkan untuk memperkecil dampak negatif dari bencana banjir, antara lain:
korban jiwa, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan, dan terganggunya kegiatan sosial ekonomi.

Prinsip Pengendalian Banjir


a. Menahan air sebesar mungkin di hulu dengan membuat waduk dan konservasi tanah dan air.
b. Meresapkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah dengan sumur resapan atau rorak dan
menyediakan daerah terbuka hijau.
c. Mengendalikan air di bagian tengah dengan menyimpan sementara di daerah retensi.
d. Mengalirkan air secepatnya ke muara atau ke laut dengan menjaga kapasitas wadah air.
e. Mengamankan penduduk, prasarana vital, dan harta benda.

Strategi Pengendalian Banjir


Dalam melakukan pengendalian banjir, perlu disusun strategi agar dapat dicapai hasil yang diharapkan.
Berikut ini strategi pengendalian banjir.
a. Pengendalian tata ruang
Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan penggunaan ruang sesuai kemampuannya
dengan mepertimbangkan permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya, dan
penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang telah memperhitungkan Rencana
Induk Pengembangan Wilayah Sungai.
b. Pengaturan debit banjir
Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan pembangunan dan
pengaturan bendungan dan waduk banjir, tanggul banjir, palung sungai,
pembagi atau pelimpah banjir, daerah retensi banjir, dan sistem polder.
c. Pengaturan daerah rawan banjir
• pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management).
• penataan daerah lingkungan sungai, seperti: penetapan garis sempadan sungai, peruntukan lahan di
kiri kanan sungai, dan penertiban bangunan di sepanjang aliran sungai.
d. Peningkatan peran masyarakat
Peningkatan peran serta masyarakat diwujudkan dalam:
o pembentukan forum peduli banjir sebagai wadah bagi masyarakat untuk berperan dalam
pengendalian banjir.
o bersama dengan Pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyusun dan menyosialisasikan
program pengendalian banjir.
o menaati peraturan tentang pelestarian sumber daya air, antara lain tidak melakukan kegiatan kecuali
dengan ijin dari pejabat yang berwenang untuk:
• mengubah aliran sungai;
• mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai;
• membuang benda-benda atau bahan-bahan padat dan/atau cair ataupun yang berupa limbah ke
dalam maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran; dan
• pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan/atau bahan lainnya.
e. Pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat
o penyediaan informasi dan pendidikan;
o rehabilitasi, rekonstruksi, dan/atau pembangunan fasilitas umum;
o melakukan penyelamatan, pengungsian, dan tindakan darurat lainnya;
o penyesuaian pajak; dan
o asuransi banjir.
f. Pengelolaan daerah tangkapan air
o pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan, kawasan budidaya, dan kawasan
lindung);
o rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak;
o konservasi tanah dan air, baik melalui metoda vegetatif, kimia, maupun mekanis;
o perlindungan/konservasi kawasan–kawasan lindung.
g. Penyediaan dana
o pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan dikelola sendiri oleh masyarakat yang
tinggal di daerah rawan banjir;
o penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah yang rawan banjir; dan
o penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.

Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir


Tahap sebelum terjadi banjir
Kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bahaya banjir,
meliputi:
1. penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-informasi, baik dari Pemerintah
maupun pemerintah daerah, berkaitan dengan masalah banjir;
2. pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus;
3. optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir;
4. penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman/bahaya, dan tindakan yang harus diambil
oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana;
5. peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen pengendalian banjir dengan menyiapkan
dukungan sumber daya yang diperlukan dan berorientasi kepada pemotivasian individu dalam
masyarakat setempat agar selalu siap sedia mengendalikan ancaman/bahaya;
6. persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman;
7. penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat, seperti: karung plastik, bronjong kawat,
dan material-material pengisinya (pasir, batu ,dan lain-lain), dan disediakan pada lokasi-lokasi yang
diperkirakan rawan/kritis;
8. penyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk, buldozer, dan lain-lain) dan disiapsiagakan
pada lokasi yang strategis, sehingga sewaktu-waktu mudah dimobilisasi;
9. penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti: speed boat, perahu, pelampung, dan lain-
lain.

Saat terjadi banjir


Kegiatan yang dilakukan dititikberatkan pada:
1. Penyelenggaraan piket banjir di setiap posko.
2. Pengoperasian sistem peringatan banjir (flood warning system)
o Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada setiap titik pantau.
o Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai tingkat siaga kepada dinas/instasi terkait, untuk
kemudian diinformasikan kepada masyarakat sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Banjir.
3. Peramalan
Peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara:
analisa hubungan hujan dengan banjir (rainfall – runoff relationship),
metode perambatan banjir (flood routing),
metode lainnya.
4. Komunikasi
Sistim komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian informasi dan pelaporan, dapat
menggunakan radio komunikasi, telepon, faximili, dan sarana lainnya.
5. Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan)
Gawar/pemberitaan banjir dilakukan dengan sirine, kentongan, dan/atau sarana sejenis lainnya dari
masing-masing pos pengamatan berdasarkan informasi dari posko banjir.

Penanggulangan Bencana Banjir


Mitigasi
Mitigasi ancaman bahaya banjir dilakukan agar keadaan darurat yang ditimbulkan oleh bahaya banjir
dapat diringankan atau dijinakan efeknya melalui:
a. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengendalian banjir.
b. Perlindungan sumberdaya air dan lingkungan.

Tanggap Darurat
Tanggap darurat ditujukan untuk meningkatkan kemampuan mengatasi keadaan darurat akibat banjir,
dilakukan dengan cara:
a. mengerahkan sumber daya, seperti: personil, bahan banjiran, peralatan, dana dan bantuan darurat;
b. menggerakkan masyarakat dan petugas satuan tugas penanggulangan bencana banjir;
c. mengamankan secara darurat sarana dan prasarana pengendali banjir yang berada dalam kondisi
kritis; dan
d. mengevakuasi penduduk dan harta benda.

Pemulihan
Pemulihan dilakukan terhadap sarana dan prasarana sumber daya air serta lingkungan akibat bencana
banjir kepada fungsi semula, melalui:
a. inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana sumber daya air, kerusakan
lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan;
b. merencanakan dan melaksanakan program pemulihan, berupa: rehabilitasi, rekonstruksi atau
pembangunan baru sarana dan prasarana sumberdaya air; dan
c. penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana banjir.
Pengawasan
Salah satu tugas dinas dan/atau badan hukum yang mengelola wilayah sungai adalah melaksanakan
pengendalian banjir. Agar tugas tersebut dapat terlaksana sebagaimana mestinya, maka diperlukan
pengawasan oleh BPBD provinsi (atau Satkorlak) dan BPBD kabupaten/kota (Satlak) yang meliputi:
o pengawasan terhadap dampak dari banjir
o pengawasan terhadap upaya penanggulangannya.

Kelembagaan
Pengaturan
Pengendalian banjir di suatu wilayah sungai diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau
badan hukum sesuai kewenangan masing-masing, yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh BNPB,
BPBD provinsi (atau Satkorlak), dan BPBD kabupaten/kota (Satlak).

Organisasi
Pengendalian banjir merupakan sebagian tugas yang diemban oleh pengelola sumber daya air wilayah
sungai. Untuk melaksanakan tugas tersebut, di dalam struktur organisasi pengelola sumber daya air
wilayah sungai terdapat unit yang menangani pengendalian banjir.
Tugas-tugas unit yang menangani pengendalian banjir adalah:
a. melaksanakan pengumpulan data, pembuatan peta banjir, penyusunan rencana teknis pengendalian
banjir;
b. melaksanakan analisis hidrologi dan penyebab banjir;
c. melaksanakan penyusunan prioritas penanganan daerah rawan banjir;
d. melaksanakan pengendalian bahaya banjir, meliputi tindakan darurat pengendalian dan
penanggulangan banjir;
e. menyusun dan mengoperasikan sistem peramalan dan peringatan dini banjir;
f. melaksanakan persiapan, penyusunan, dan penetapan pengaturan dan petunjuk teknis pengendalian
banjir; dan
g. menyiapkan rencana kebutuhan bahan untuk penanggulangan banjir.

Sumber Daya Pendukung


Personil
a. Kelompok tenaga ahli
Tenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi di bidang sumber daya air,
antara lain: bidang hidrologi, klimatologi, hidrolika, sipil, elektro mekanis, hidrogeologi, geologi teknik,
dan tenaga ahli lainnya yang berhubungan dengan masalah banjir.
b. Kelompok tenaga lapangan
Dalam pelaksanaan pengendalian banjir, dibutuhkan petugas lapangan dalam jumlah cukup, utamanya
untuk kegiatan pemantauan dan tindakan turun tangan.

Sarana dan Prasarana


Peralatan dan bahan dalam rangka pengendalian banjir terdiri dari:
peralatan hidrologi dan hidrometri (antara lain: peralatan klimatologi, AWLR, ARR, extensometer);
peralatan komunikasi (antara lain: radio komunikasi, telepon, faksimili);
alat-alat berat dan transportasi (antara lain: bulldozer, excavator, truk);
perlengkapan kerja penunjang (antara lain: sekop, gergaji, cangkul, pompa air);
perlengkapan untuk evakuasi (antara lain: tenda darurat, perahu karet, dapur umum, obat obatan);
bahan banjiran (a.l. karung plastik, bronjong kawat, bambu, dolken kayu).

Dana
Dalam pengendalian banjir, diperlukan alokasi dana yang diupayakan selalu tersedia. Dana yang
diperlukan tersebut harus dialokasikan sebagai dana cadangan yang bersumber dari APBN, APBD, atau
sumber dana lainnya. Dana cadangan disediakan sesuai ketentuan yang berlaku.

Koordinasi
Lembaga Koordinasi
Berkaitan dengan pengendalian banjir, lembaga koordinasi yang ada adalah Tim Penanggulangan
Bencana Alam. Pada tingkat nasional adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada
tingkat provinsi adalah BPBD provinsi (jika belum dibentuk dikoordinir oleh Satkorlak PB), dan pada
tingkat kabupaten/kota adalah BPBD kabupaten/kota (jika tidak dibentuk dikoordinir oleh Satlak PB).
Obyek yang dikoordinasikan dalam pengendalian serta penanggulangan banjir dapat dipisahkan menjadi
tahapan sebelum banjir, saat banjir, dan sesudah banjir.

Sebelum Banjir
a. Perencanaan rute evakuasi dan tempat penampungan penduduk.
b. Perencanaan program penyelamatan dan pertolongan kepada masyarakat.
c. Perencanaan rute pengiriman material penanggulangan pada tempat-tempat kritis.
d. Perencanaan rute pengiriman logistik kepada masyarakat.
e. Perencanaan jenis dan jumlah bahan serta peralatan banjiran.
f. Penyiapan sarana dan prasarana pendukung serta Sumberdaya Manusia.

Saat Banjir
a. Evakuasian penduduk sesuai dengan prosedur.
b. Memberikan bantuan kepada penduduk.

Sesudah Banjir
a. Pemulihan kembali pemukiman penduduk, prasarana umum, bangunan pengendali banjir, dan lain-
lain.
b. Pengembalian penduduk ke tempat semula.
c. Pengamatan, pendataan kerugian dan kerusakan banjir.

Mekanisme Koordinasi
Koordinasi dalam pengendalian banjir dilakukan secara bertahap melalui BPBD kabupaten (Satlak PB),
BPBA, dan BNPB. Dalam forum koordinasi tersebut, dilakukan musyawarah untuk memutuskan sesuatu
yang sebelumnya mendengarkan pendapat dari anggota yang mewakili instansi terkait.

Sistem Pelaporan
Dinas/Instansi/Badan hukum pengelola wilayah sungai melaporkan hal-hal sebagai berikut:
a. karakteristik banjir (antara lain: hidrologi banjir, peta daerah rawan banjir, banjir bandang);
b. kejadian banjir (antara lain: waktu, lokasi, lama dan luas genangan banjir);
c. kerugian akibat banjir (antara lain: korban jiwa, harta benda, sosial ekonomi);
d. kerusakan (antara lain: sarana dan prasarana, permukiman, pertanian, perikanan, lingkungan);
e. penanggulangan darurat; dan
f. usulan program pemulihan secara menyeluruh.
Laporan tersebut di atas disampaikan kepada Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri sesuai dengan jenis
dan tingkatannya.

Mitigasi Bencana Banjir

Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian akibat banjir, tindakan yang perlu
dilakukan:

1.Kenali Penyebab Banjir

- Curah hujan tinggi.


- Permukaan tanah lebih rendah dibanding permukaan air laut.
- Terletak di
suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keluar sempit.
- Banyak permukiman yang dibangun di dataran sepanjang sungai.
- Aliran sungai tidak lancar karena banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.
- Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
2. Tindakan untuk Mengurangi Dampak Banjir
- Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
- Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini di bagian sungai yang sering
menimbulkan banjir.
- Tidak membangun rumah dan permukiman di bantaran sungai.
- Tidak membuang sampah ke dalam sungai dan rutin mengadakan program pengerukan sungai.
- Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
- Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan, dibarengi pengurangan
aktivitas di bagian sungai rawan banjir.

3. Yang Harus Dilakukan Sebelum Terjadi Banjir

- Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat, membersihkan lingkungan sekitar,
terutama di saluran air atau selokan, dari timbunan sampah.
- Tentukan lokasi posko banjir yang tepat untuk mengungsi, lengkap dengan fasilitas dapur
umum dan MCK, berikut pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait dan
pengurus RT/RW.
- Bersama pengurus RT/RW, segera bentuk tim penanggulangan banjir di tingkat warga, salah
satunya mengangkat penanggung jawab posko banjir.
- Koordinasikan melalui RT/RW, dewan kelurahan setempat, dan LSM untuk pengadaan tali,
tambang, perahu karet, dan pelampung guna evakuasi.
- Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan mencari informasi,
meminta bantuan, atau melakukan konfirmasi.
- Simak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan tim warga tentang curah hujan dan
kondisi air.
- Lengkapi diri dengan peralatan keselamatan, antara lain radio baterai, senter, korek gas, dan
lilin.
- Siapkan bahan makanan mudah saji dan persediaan air bersih.
- Siapkan obat-obatan darurat.
- Amankan dokumen penting.

4. Yang Harus Dilakukan Saat Banjir

- Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di
wilayah yang terkena bencana.
- Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk
diseberangi.
- Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir, serta segera
amankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
- Jika air terus meninggi, hubungi instansi terkait.

5. Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir


- Secepatnya membersihkan rumah, terutama bagian lantai, lalu gunakan antiseptik untuk
membunuh kuman.
- Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering
mewabah setelah kejadian banjir.
- Waspadai kemungkinan binatang berbisa atau binatang penyebar penyakit.
- Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan.

Love Geologi (mc)


Selasa, 27 Maret 2012

MITIGASI BENCANA BANJIR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh factor alam dan atau non alam maupun factor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya koraban jiwa manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, dan dampak psikolog ( UU 24/2007)

Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan karena volume air yang meningkat. Banjir merupakan
suatu kejadian alam yang dapat terjadi karena disebabkan oleh alam sendiri atau disebabkan oleh ulah
manusia. Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan dapat
mengakibatkan kerugian jiwa, harta dan benda. Kejadian banjir tidak dapat di cegah tetapi dapat
dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya.
Mitigasi bencana banjir adalah merupakan suatu upaya untuk mengurangi resiko akibat bencana banjir.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud
Maksud dari mitigasi bencana banjir adalah suatu kegiatan yang biasanya dilakukan untuk mengurangi
kerugian akibat dari bencana banjir seperti kerugian jiwa, harta dan benda.

Tujuan

- Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang perlu dilakukan dalam upaya mitigasi Bencana banjir

- Untuk mengetahui hal-hal penting apa yang perlu dilakukan untuk mengurangi akibat dari Bencana banjir

- Untuk mengetahui perang seorang Geologi dalam upaya mitigasi bencana

C. Perumusan Masalah

Penyebab terjadinya bencana banjir, elemen yang paling beresiko, strategi mitigasi dan teknik
pemetaan banjir ?

D. Batasan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pada Mitigasi Bencana Banjir yang terdiri dari :
- Tujuan mitigasi, strategi mitigasi, pengkajian bahaya dan teknik pemetaan serta partisipasi masyarakat
dalam upaya mitigasi bencana banjir.

BAB II

DASAR TEORI

A. Definisi Banjir
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran
sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas
sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.

Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus
hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita
dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat
curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.

Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)

Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan
membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa
daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.

B. Ciri – Ciri Umum Banjir

Analisa terhadap banjir dan pengukuran banjir dapat dilakukan dengan : kedalaman air, pondasi
bangunan memiliki derajat toleransi terhadap penggenangan air yang berlainan dengan derajat 3
toleransi akar tumbuh-tumbuhan, lamanya penggenangan air, kerusakan atau derajat kerusakan
bangunan, infrastruktur dan tumbuh-tumbuhan sering berkaitan dengan jangka waktu berlangsungnya
penggenangan air. Arus air yang sangat kencang akan berbahaya, mengakibatkan daya pengikisnya
sangat besar serta peningkatan tekanan dinamika air sehingga pondasi bangunan dan infrastruktur
melemah. Ini bisa terjadi dilembah bantaran sungai, pantai yang rendah dan daerah jalur induk sungai.
Perkiraan tentang tingkat kenaikan permukaan air sungai penting sebagai dasar peringatan bahaya
banjir, rencana pengungsian dan pengaturan tata ruang daerah. Dampak -dampak komulatif dan
kekerapan terjadi banjir yang diukur dalam jangka waktu cukup panjang akan menentukan corak
pembangunan apa dan kegiatan pertanian apa yang boleh berlangsung di bantaran sungai atau daerah-
daerah rawan banjir lainnya. Peramalan banjir yang berasal dari luapan air sungai melibatkan perkiraan-
perkiraan tentang: tinggi permukaan air sungai, debit air sungai, waktu kejadian, lamanya kejadian,
debit air tertinggi di titik-titik tertentu sepanjang jalur sungai (induk maupun anak sungai). Ramalan yang
dikeluarkan untuk disebarluaskan kepada masyarakat dihasilkan dari pemantauan rutin ketinggian
permukaan air sungai serta pemantauan curah hujan setempat. Peringatan akan terjadi banjir kilat
hanya bias bergantung pada ramalan-ramalan cuaca (meteorologis) serta pengetahuan tentang
kondisikondisi geografis setempat, tidak bisa disusun ramalan tersendiri berdasarkan data-data
lapangan. Mengingat singkatnya waktu antara tahap pendahuluan dengan tahap kejadian, banjir kilat
tak memungkinkan pemantuan tingkat ketinggian air sungai di lapangan.

Dalam bencana apapun, data sejarah suatu kawasan rawan atau sumber bencana harus selalu ada,
dipelajari dan diperbaharui terus menerus tiap kali ada kejadian baru. Untuk kajian perbandingan
dengan peristiwa-peristiwa banjir terdahulu dan sebagi dasar informasi peringatanyang akan
disampaikan kepada masyarakat yang beresiko terlanda banjir harus diingat unsur - unsur sebagai
berikut :

- Analisis kekerapan banjir.

- Pemetaan tinggi rendah permukaan tanah (topografi).

- Pemetaan bentangan daerah seputar sungai (kontur sekitar sungai) lengkap dengan perkiraan
kemampuan sungai itu untuk menampung lebihan air.

- Catatan pemantauan lelehan salju / es dan kelongsoran tebing / daerah hulu.

- Catatan pasang surut gelombang laut (untuk kawasan pantai/pesisir).

- Geografi pesisir / pantai.

- Cara efektif untuk memantau jalur banjir adalah lewat teknik-teknik penginderaan jauh, misalnya
Landsat.

Ciri-ciri bencana banjir berdasarkan akibatnya sebagai berikut :

- Banjir biasanya terjadi saat hujan deras yang turun terus menerus sepanjang hari.

- Air menggenangi tempat-tempat tertentu dengan ketinggian tertentu.

- Banjir dapat mengakibatkan hanyutnya rumah-rumah, tanaman, hewan, dan manusia.

- Banjir mengikis permukaan tanah sehingga terjadi endapan tanah di tempat-tempat yang rendah.

- Banjir dapat mendangkalkan sungai, kolam, atau danau.

- Sesudah banjir, lingkungan menjadi kotor oleh endapan tanah dan sampah.
- Banjir dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat, luka ringan, atau hilangnya orang.

- Banjir dapat menyebabkan kerugian yg besar baik secara moril maupun materiil.

C. Jenis – Jenis Banjir

Secara umum, banjir dapat dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut ;

1. Banjir Kilat atau Banjir Bandang.

Banjir jenis ini terjadi hanya dalam waktu sekitar 6 jam sesudah hujan lebat turun. Banjir ini sangat cepat
datangnya sehingga sulit memberikan peringatan bahaya kepada penduduk dengan cepat. Penyebab
banjir kilat, yaitu: Hujan deras, Bantaran sungai rapuh, Bendungan jebol, Perubahan lahan di hulu
sungai, Es yang mencair (di daerah dingin).

Banjir kilat lebih sering terjadi di daerah yang berlereng curam, sungainya dangkal, dan volume air hujan
meningkat tajam.

2. Banjir Luapan Sungai

Banjir ini terjadi melalui proses yang lama sehingga datangnya kadang lolos dari pengamatan. Banjir
terjadi bersifat musiman atau tahunan dan berlangsung sampai berhari-hari pada wilayah yang luas.
Penyebab banjir luapan sungai, yaitu: Longsor tanah yang mengurangi daya tampung sungai, Salju
mencair.

Banjir yang berasal dari luapan anak sungai menuju sungai utama biasa disebut banjir kiriman. Besarnya
banjir dipengaruhi kondisi tanah seperti kelembapan, vegetasi yang tumbuh di atas tanah, serta keadaan
permukaan tanah, misalnya tanah terbuka atau tanah diperkeras.

3. Banjir Pantai

Banjir yang dikaitkan dengan terjadinya badai tropis (angin puyuh). Bencana ini makin parah bila angin
kencang bertiup di sepanjang pantai. Penyebab banjir pantai, yaitu: Badai, Gelombang pasang, Tsunami.
Banjir pantai mengakibatkan air laut menggenangi dataran pantai ke arah pedalaman.

Dilihat dari aspek penyebabnya, jenis banjir yang ada dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Banjir yang disebabkan oleh hujan yang lama, dengan intensitas rendah (hujan siklonik atau frontal)
selama beberapa hari. Dengan kapasitas penyimpanan air yang dimiliki oleh masing-masing Satuan
Wilayah Sungai (SWS) yang akhirnya terlampaui, maka air hujan yang terjadi akan menjadi limpasan
yang selanjutnya akan mengalir secara cepat ke sungai-sungai terdekat, dan meluap menggenangi areal
dataran rendah di kiri-kanan sungai.

b. Banjir karena salju yang mengalir, terjadi karena mengalirnya tumpukan salju dan kenaikan suhu udara
yang cepat di atas lapisan salju. Aliran salju ini akan mengalir dengan cepat bila disertai dengan hujan.
Jenis banjir ini hanya terjadi di daerah yang bersalju.

c. Banjir Bandang (flash flood), disebabkan oleh tipe hujan konvensional dengan intensitas yang tinggi dan
terjadi pada tempat-tempat dengan topografi yang curam di bagian hulu sungai. Aliran air banjir dengan
kecepatan tinggi akan memiliki daya rusak yang besar, dan akan lebih berbahaya bila disertai dengan
longsoran, yang dapat mempertinggi daya rusak terhadap yang dilaluinya.

d. Banjir yang disebabkan oleh pasang surut atau air balik (back water) pada muara sungai atau pada
pertemuan dua sungai. Kondisi ini akan menimbulkan dampak besar, bila secara bersamaan terjadi
hujan besar di daerah hulu sungai yang mengakibatkan meluapnya air sungai di bagian hilirnya, serta
disertai badai yang terjadi di lautan atau pantai.

D. Penyebab Banjir

Berdasarkan pengamatan, bahwa banjir disebabkan oleh dua katagori yaitu banjir akibat alami dan
banjir akibat aktivitas manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi,erosi dan
sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat
aktivitas manusia disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-perubahan
lingkungan seperti : perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar
bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan(vegetasi
alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir yang tidak tepat.

1. Penyebab Banjir Secara Alami

a. Pengaruh Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah aliran
sungai (DAS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman,
potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya
banjir.

b. Erosi dan Sedimentasi. Erosi di DAS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang
sungai. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran sehingga timbul genangan dan banjir
di sungai. MenurutRahim (2000), erosi tanah longsor (land-slide) dan erosi pinggir sungai (stream
bank erosion) memberikan sumbangan sangat besar terhadap sedimentasi di sungai-sungai, bendungan
dan akhirnya ke laut.

d . K a p a s i t a s S u n g a i . Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh


pengendapan berasal dari erosi DAS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan. Sedimentasi sungai
terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat,
sedimentasi ini menyebabkan terjadinya agradasi dan pendangkalan pada sungai, hal ini dapat
menyebabkan berkurangnya kapasitas tampungan sungai,

e. Kapasitas Drainasi yang tidak memadai. Sebagian besar kota-kota di Indonesia mempunyai
drainasi daerah genanga yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan
banjir di musim hujan.

f . P e n g a r u h a i r p a s a n g Air pasang laut memperlambat aliran sungaike laut. Pada waktu banjir
bersamaan denganair pasang yang tinggi maka tinggi genanganatau banjir menjadi besar karena
terjadialiran balik (backwater ). Fenomena genangan air pasang (Rob) juga rentan terjadi di daerah
pesisir sepanjang tahun baik di musim hujan dan maupun di musim kemarau.

2. Penyebab Banjir Akibat Aktifitas Manusia

a. Perubahan kondisi DAS. Perubahan kondisi DAS seperti penggundulan hutan, usaha pertanian
yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk masalah banjir
karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang ada, perubahan tata guna lahan
berkontribusi besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir.

b. Kawasan kumuh dan Sampah. Perumahan kumuh disepanjang bantaran sungai dapat menjadi
penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh ini menjadi faktor penting terjadinya banjir di daerah
perkotaan. Disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan masih kurang
baik dan banyak melanggar dengan membuang sampah langsung ke alur sungai, hal ini biasa dijumpai di
kota-kota besar sehingga dapat meninggikan muka air banjir disebabkan karena aliran air terhalang.
c . D r a i n a s i l a h a n . Drainasi perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantaran banjir
akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi.

d. Kerusakan bangunan pengendali air. Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan
pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan
kuantitas banjir.

e. Perencanaan sistim pengendalian banjir tidak tepat. Beberapa sistim pengendalian banjir
memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat
menambah kerusakan selama banjir anjir yang besar. Semisal, bangunantanggul sungai yang tinggi.
Limpasan pada tanggul ketika terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat menyebabkan
keruntuhan tanggul. Hal ini mengakibat kankecepatan aliran yang sangat besar melalui tanggul yang
bobol sehingga menibulkan banjir yang besar.

f. Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami). Penebangan pohon dan tanaman oleh masyarakat
secara liar (Illegal logging), tani berpindah-pindah dan permainan rebiosasi hutan untuk bisnis dan
sebagainya menjadi salah satu sumber penyebab terganggunya siklus hidrologi dan terjadinya banjir.

E. Mekanisme Kerusakan

Pada umumnya banjir bersifat merusak. Aliran arus air yang cepat dan bergolak (turbulent) meskipun
tidak terlalu dalam dapat menghanyutkan manusia, hewan dan harta benda. Aliran air yang membawa
material tanah yang halus akan mampu menyeret material yang lebih berat sehingga daya rusaknya
akan semakin tinggi. Air banjir yang pekat ini akan mampu merusakan pondasi bangunan, pondasi
jembatan dan lainnya yang dilewati sehingga menyebabkan kerusakan yang parah pada
bangunan‐bangunan tersebut, bahkan mampu merobohkan bangunan dan menghanyutkannya. Pada
saat air banjir telah surut, material yang terbawa banjir akan diendapkan dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada tanaman, perumahan serta timbulnya wabah penyakit.

F. Parameter Kedasyatan

Parameter atau tolak ukur ancaman/bahaya dapat ditentukan berdasarkan :

- Luas genangan (km², hektar)


- Kedalaman atau ketinggian air banjir (meter)

- Kecepatan aliran (meter/detik, km/jam)

- Material yang dihanyutkan aliran banjir (batu, bongkahan, pohon, dan benda keras lainnya)

- Tingkat kepekatan air atau tebal endapan lumpur (meter, centimeter)

- Lamanya waktu genangan (jam, hari, bulan).

G. Serangan dan Peringatan

Datangnya banjir diawali dengan gejala‐gejala sebagai berikut :

1. Curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama merupakan peringatan akan datangnya bencana banjir
di daerah rawan bencana banjir.

2. Tingginya pasang laut yang disertai badai mengidikasikan akan datangnya bencana banjir beberapa
jam kemudian terutama untuk derah yang dipengaruhi pasang surut.

3. Evakuasi dapat dimulai dengan telah disamai atau dilampauinya ketinggian muka banjir tertentu yang
disebut muka banjir/air “siaga”. Upaya evakuasi akan efektif jika dilengkapi dengan sistem monitoring
dan peringatan yang memadai. Sistem peringatan dini dengan mengunakan sistem telementri pada
umunya kurang berhasil, karena keterbatasan dana untuk pemeliharaan alat dan tidak mencukupinya
jumlah tenaga dan kemampuannya. Namun peringatan dini dapat dilaksanakan dengan cara yang
sederhana yaitu dengan pembacaan papan duga muka air secara manual yang harus dilaksanakan pada
segala kondisi cuaca (termasuk ditengah hujan lebat), dan mengkomunikasikan perkembangan
pembacaan peningkatan muka air melalui radio atau alat komunikasi yang ada. Kelemahan dari sistem
peringatan dini yang ada sekarang ini adalah penyebaran luasan berita peringatan dini kepada
masyarakat yang dapat terkena banjir pada tingkat desa. Biasanya staf dari instasi yang bertanggung
jawab menerima berita dengan tepat waktu, namun masyarakat yang terkena dampak menerima
peringatan hanya pada saat‐saat terakhir. Penyiapan dan distribusi peta rawan banjir akan membuat
masyarakat menyadari bahwa mereka hidup di daerah rawan banjir. Ramalan banjir dan sistem
peringatan dini yang dipadukan dengan peta rawan banjir dan rencana evakuasi hendaknya
dikomunikasikan kepada masyarakat yang berisiko terkena banjir sebagai upaya kewaspadaan /siaga,
namun informasi yang aktual hendaknya disebarkan secara cepat melalui stasiun‐stasiun radio
setempat, telpon dan pesan singkat (SMS).

H. Elemen Yang Paling Beresiko

Bencana banjir mengakibatkan kerugian berupa korban manusia dan harta benda, dapat juga
melumpuhkan kegiatan sosial‐ekonomi penduduk.

Uraian rinci tentang korban manusia, kerusakan harta benda dan prasarana umum antara lain:

1. Manusia

Jumlah penduduk yang meninggal dunia, hilang, luka-luka, jumlah penduduk yang mengungsi

2. Harta Benda

Rumah tinggal yang tergenang, rusak dan hanyut‐ Harta benda (aset) diantaranya modal barang
produksi dan perdagangan, mobil, perabotan rumah tangga, dan lainnya yang tergenang, rusak dan
hilang. Sarana pertanian‐peternakan‐perikanan : peternakan unggas, peternak hean berkaki empat, dan
ternaknya yang mati dan hilang. Perahu, dermaga dan sarana perikanan yang rusak dan hilang.

3. Prasarana Umum

‐ Prasarana trasportasi yang tergenang, rusak dan hanyut, diantaranya : jalan, jembatan dan bangunan
lainnya; jalan KA, terminal bus, jalan akses dan kompleks pelabuhan.

‐ Fasilitas sosial uamh tergenang, rusak dan hanyut diantaranya : sekolah, rumah ibabadah, pasar,
gedung pertemuan, Puskemas, Rumah Sakit, Kantor Pos. Fasilitas pemerintahan, industri‐jasa, dan
fasilitas strategis lainnya: kantor instansipemerintah, komplek industri, komplek perdangangan, instansi
listrik, pembangkit listrik, jaringan distribusi gas, instansi telekomunikasi yang tergenang, rusak dan
hanyut serta dampaknya, misal berapa lama fasilitas‐fasilitas terganggu sehingga tidak dapat
memberikan layanannya.

‐ Prasarana pertanian dan perikanan: sawah beririgasi dan sawah tadah hujan yang tergenang dan puso
(penurunan atau kehilangan produksi), tambak, perkebunan, ladang, gudang pangan dan peralatan
pertanian dan perikanan yang tergenang (tergenang lebih dari tiga hari dikategorikan rusak) dan rusak
(terjadi penurunan atau kehilangan produksi) karena banjir.

‐ Prasarana pengairan: bendungan, bendung, tanggul, jaringan irigasi, jaringan drainase, pintu air,
stasion pompa, dan sebagainya.

I. KAWASAN RAWAN BANJIR

Daerah Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis,
geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada satu wilayah untuk jangka waktu tertentu
yang mengurangi kemampuan mencegah, merendam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan
untuk mengagapi dampak buruk bahaya tertentu.

Menurut Isnugroho (2006), kawasan rawan banjir merupakan kawasan yang sering atau berpotensi
tinggi mengalami bencana banjir sesuai karakteristik penyebab banjir, kawasan tersebut dapat
dikategorikan menjadi empat tipologi sebagai berikut :

a. Daerah Pantai

Daerah pantai merupakan daerah yang rawan banjir karena daerah tersebut merupakan dataran rendah
yang elevasi permukaan tanahnya lebih rendah atau sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata
(mean sea level) dan tempat bermuaranya sungai yang biasanya mempunyai permasalahan
penyumbatan muara.

b. Daerah Dataran Banjir

Daerah dataran banjir (Floodplain Area) adalah daerah di kanan-kiri sungai yang muka tanahnya sangat
landai dan relatif datar, sehingga aliran air menuju sungai sangat lambat yang mengakibatkan daerah
tersebut rawan terhadap banjir baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan local. Kawasan ini
umumnya terbentuk dari endapan lumpur yang sangat subur sehingga merupakan daerah
pengembangan (pembudidayaan) seperti perkotaan, pertanian, permukiman dan pusat kegiatan
perekonomian, perdagangan, industri, dll.

c. Daerah Sempadan Sungai


Daerah ini merupakan kawasan rawan banjir, akan tetapi, di daerah perkotaan yang padat penduduk,
daerah sempadan sungai sering dimanfaatkan oleh manusia sebagai tempat hunian dan kegiatan usaha
sehingga apabila terjadi banjir akan menimbulkan dampak bencana yang membahayakan jiwa dan harta
benda.

d. Daerah Cekungan

Daerah cekungan merupakan daerah yang relatif cukup luas baik di dataran rendah maupun di dataran
tinggi. Apabila penatan kawasan tidak terkendali dan system drainase yang kurang memadai, dapat
menjadi daerah rawan banjir.

Klindao (1983) dalam Yusuf (2005) menyatakan bahwa kerentanan banjir adalah memperkirakan
daerah-daerah yang mungkin menjadi sasaran banjir. Wilayah-wilayah yang rentan banjir biasanya
terletak pada daerah datar, dekat dengan sungai, berada di daerah cekungan dan di daerah pasang surut
air laut. Sedangkan bentuklahan bentukan banjir pada umumnya terdapat pada daerah rendah sebagai
akibat banjir yang terjadi berulang-ulang, biasanya daerah ini memiliki tingkat kelembaban tanah yang
tinggi dibanding daerah-daerah lain yang jarang terlanda banjir. Kondisi kelembaban tanah yang tinggi
ini disebabkan karena bentuklahan tersebut terdiri dari material halus yang diendapkan dari proses

BAB III

MITIGASI BENCANA BANJIR

A. Definisi Mitigasi

Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama dari
manajemen bencana. Sesuai dengan tujuan utamanya yaitu mengurangi dan/atau meniadakan korban
dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada tahap sebelum terjadinya
bencana, yaitu terutama kegiatan penjinakan/ peredaman atau dikenal dengan istilah Mitigasi. Mitigasi
pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam
(natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster).
Mitigasi pada umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat kemungkinan terjadinya
bencana, baik itu korban jiwa dan/atau kerugian harta benda yang akan berpengaruh pada kehidupan
dan kegiatan manusia. Untuk mendefenisikan rencana atau srategi mitigasi yang tepat dan akurat, perlu
dilakukan kajian resiko.
Kegiatan mitigasi bencana hendaknya merupakan kegiatan yang rutin dan berkelanjutan (sustainable).
Hal ini berarti bahwa kegiatan mitigasi seharusnya sudah dilakukan dalam periode jauh-jauh hari
sebelum kegiatan bencana, yang seringkali datang lebih cepat dari waktu-waktu yang diperkirakan, dan
bahkan memiliki intensitas yang lebih besar dari yang diperkirakan semula.

B. Tujuan Mitigasi

Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut :

- Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk, seperti korban
jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs) dan kerusakan sumber daya alam.

- Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.

- Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi serta mengurangi


dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman (safe).

C. Jenis – Jenis Mitigasi

Secara umum, dalam prakteknya mitigasi dapat dikelompokkan ke dalam mitigasi struktural dan mitigasi
non struktural. Mitigasi struktural berhubungan dengan usaha-usaha pembangunan konstruksi fisik,
sementara mitigasi non struktural antara lain meliputi perencanaan tata guna lahan disesuaikan dengan
kerentanan wilayahnya dan memberlakukan peraturan (law enforcement) pembangunan. Dalam kaitan
itu pula, kebijakan nasional harus lebih memberikan keleluasan secara substansial kepada daerah-
daerah untuk mengembangkan sistem mitigasi bencana yang dianggap paling tepat dan paling efektif-
efisien untuk daerahnya.

1. Mitigasi Struktural

Mitigsasi struktural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan melalui
pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan
kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat
tahan gempa, ataupun Early Warning System yang digunakan untuk memprediksi terjadinya gelombang
tsunami.
Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan
cara rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan dengan
struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut mampu bertahan atau
mengalami kerusakan yang tidak membahayakan apabila bencana yang bersangkutan terjadi.

2. Mitigasi Non-Struktural

Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya tersebut di atas.
Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan. Undang-Undang
Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya non-struktural di bidang kebijakan dari mitigasi ini.
Kebijakan non struktural meliputi legislasi, perencanaan wilayah, dan asuransi. Kebijakan non struktural
lebih berkaitan dengan kebijakan yang bertujuan untuk menghindari risiko yang tidak perlu dan
merusak. tentu, sebelum perlu dilakukan identifikasi risiko terlebih dahulu. Penilaian risiko fisik meliputi
proses identifikasi dan evaluasi tentang kemungkinan terjadinya bencana dan dampak yang mungkin
ditimbulkannya.

Kebijakan mitigasi baik yang bersifat struktural maupun yang bersifat non struktural harus saling
mendukung antara satu dengan yang lainnya. Pemanfaatan teknologi untuk memprediksi,
mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya suatu bencana harus diimbangi dengan penciptaan dan
penegakan perangkat peraturan yang memadai yang didukung oleh rencana tata ruang yang sesuai.
Teknologi yang digunakan untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya suatu
bencana pun harus diusahakan agar tidak mengganggu keseimbangan lingkungan di masa depan.

D. Strategi Mitigasi

Strategi mitigasi bencana banjir secara umum dapat dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu upaya mitigasi
non struktural, struktural serta peningkatan peran serta masyarakat.

1. Upaya Mitigasi Non Struktural


- Pembentukan “Kelompok Kerja” (POKJA) yang beranggotakan dinas instansi terkait (diketuai Dinas
Pengairan/Sumber Daya Air) di tingkat kabupaten/kota sebagai dari Satuan Pelaksana (SATLAK) untuk
melaksanakan dan menetapkan pembagian peran dan kerja atas upaya‐upaya nonfisik penanganan
mitigasi bencana banjir diantara anggota POKJA dan SATLAK, diantaranya inspkesi, pengamatan dan
penelusuran atas prasarana dan sarana pengendalian banjir yang ada dan langkah yang akan diuraikan
pada uraian selanjutnya.

- Merekomendasikan upaya perbaikan atas prasarana dan sarana pengendalian banjir sehingga dapat
berfungsi sebagaimana direncanakan.

- Memonitor dan mengevaluasi data curah hujan, banjir, daerah genangan dan informasi lain yang
diperlukan untuk meramalkan kejadian banjir, daerah yang diidentifikasi terkena banjir serta daerah
yang rawan banjir.

- Menyiapkan peta daerah rawan banjir dilengkapi dengan plotting rute pengungsian, lokasi pengungsian
sementara, lokasi POSKO, dan lokasi pos pengamat debit banjir/ ketinggian muka air banjir di sungai
penyebab banjir.

- Mengecek dan menguji sarana sistem peringatan dini yang ada dan mengambil langkah‐langkah untuk
memeliharanya dan membentuknya jika belum tersedia dengan sarana yang paling sederhana
sekalipun.

- Melaksanakan perencanaan logistik dan penyediaan dana, peralatan dan material yang diperlukan
untuk kegiatan/upaya tanggap darurat, diantaranya dana persediaan tanggap darurat; persediaan bahan
pangan dan air minum; peralatan penangulangan (misalnya movable pump, dumb truck, dll); material
penanggulangan (misalnya kantong pasir, terucuk kayu/bambu, dll); dan peralatan penyelamatan
(seperti perahu karet, pelampung, dll).

- Perencanaan dan penyiapan SOP (Standard Operation Procedure)/Prosedur Operasi Standar untuk
kegiatan/tahap tanggap darurat yang melibatkan semua anggota SATKORLAK, SATLAK dan POSKO
diantaranya identifikasi daerah rawan banjir, identifikasi rute evakuasi, penyediaan peralatan evekuasi
(alat transportasi, perahu,dll), identifikasi dan penyiapan tempat pengungsian sementara seperti
peralatan sanitasi mobile, penyediaan air minum, bahan pangan, peralatan daput umum, obat‐obatan
dan tenda darurat.
- Pelaksanaan Sistem Informasi Banjir, dengan diseminasi langsung kepada masyarakat dan penerbitan
press release/ penjelasan kepada press dan penyebar luasan informasi tentang banjir melalui media
masa cetak maupun elektronik yaitu station TV dan station radio.

- Melaksanakan pelatihan evakuasi untuk mengecek kesiapan masyarakat SATLAK dan peralatan
evakuasi, dan kesiapan tempat pengungsian sementara beserta perlengkapannya.

- Mengadakan rapat‐rapat koordinasi di tingkat BAKORNAS, SATKORLAK, SATLAK, dan POKJA Antar
Dinas/instansi untuk menentukan beberapa tingkat dari resiko bencana banjir berikut konsekuensinya
dan pembagian peran diantara instansi yang terkait, serta pengenalan/ diseminasi kepada seluruh
anggota SATKORLAK, SATLAK, dan POSKO atas SOP dalam kondisi darurat dan untuk menyepakati
format dan prosedur arus informasi/laporan.

- Membentuk jaringan lintas instansi/sektor dan LSM yang bergerak dibidang kepedulian terhadap
bencana serta dengan media masa baik cetak maupun elektronik (stasion TV dan radio) untuk
mengadakan kempanye peduli bencana kepada masyarakat termasuk penyaluran informasi tentang
bencana banjir

- Melaksanakan pendidikan masyarakat atas pemetaan ancaman banjir dan resiko yang terkait serta
pengunaan material bangunan yang tahan air/banjir.

2. Upaya Mitigasi Struktural

- Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai, tembok laut sepanjang pantai yang
rawan badai atau tsunami akan sangat membantu untuk mengurangi bencana banjir pada tingkat debit
banjir yang direncanakan.

- Pengaturan kecepatan aliran dan debit air permukaan dari daerah hulu sangat membantu mengurangi
terjadinya bencana banjir. Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mengatur kecepatan air dan
debit aliran air masuk kedalam sistem pengaliran diantaranya adalah dengan reboisasi dan
pembangunan sistem peresapan serta pembangunan bendungan/waduk.

- Pengerukan sungai, pembuatan sudetan sungai baik secara saluran terbuka maupun tertutup atau
terowongan dapat membantu mengurangi terjadinya banjir.
3. Peranserta Masyarakat

Masyarakat baik sebagai individu maupun masyarakat secara keseluruhan dapat berperan secara
signifikan dalam manajemen bencana banjir yang bertujuan untuk memitigasi dampak dari bencana
banjir. Peranan dan tangungjawab masyarakat dapat dikategorikan dalam dua aspek yaitu aspek yaitu
aspek penyebab dan aspek partisipasipatif.

Aspek penyebab, jika beberapa peraturan yang sangat berpengaruh atas factor ‐ faktor penyebab banjir
dilaksanakan atau dipatuhi akan secara signifikan akan mengurangi besaran dampak bencana banjir,
faktor‐faktor tersebut adalah :

- Tidak membuang sampah/limbah padat ke sungai, saluran dan sistem drainase,

- Tidak membangun jembatan dan atau bangunan yang menghalangi atau mempersempit palung aliran
sungai,

- Tidak tinggal dalam bantaran sungai

- Tidak menggunakan dataran retensi banjir untuk permukiman atau untuk hal‐hal lain diluar rencana
peruntukkannya.‐ Menghentikan penggundulan hutan di daerah tangkapan air,

- Menghentikan praktek pertanian dan penggunaan lahan yang bertentangan dengan kaidah‐kaidah
konservasi air dan tanah, dan ikut mengendalikan laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk.

Aspek partisipatif, dalam hal ini partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak
bencana banjir yang akan diderita oleh masyarakat sendiri, partisipasi yang diharapkan mencakup :

- Ikut serta dan aktif dalam latihan‐latihan (gladi) upaya mitigasi bencana banjir misalnya kampanye
peduli bencana, latihan kesiapan penanggulangan banjir dan evakuasi, latihan peringatan dini banjir dan
sebagainya.

- Ikut serta dan aktif dalam program desain & pembangunan rumah tahan banjir antara lain rumah
tingkat, penggunaan material yang tahan air dan gerusan air.

- Ikut serta dalam pendidikan publik yang terkait dengan upaya mitigasi bencana banjir.
- Ikut serta dalam setiap tahapan konsultasi publik yang terkait dengan pembangunan prasarana
pengendalian banjir dan upaya mitigasi bencana banjir.

- Melaksanakan pola dan waktu tanam yang mengadaptasi pola dan kondisi banjir setempat untuk
mengurangi kerugian usaha dan lahan pertanian dari banjir dan mengadakan gotong – royong
pembersihan saluran drainase yang ada dilingkungannya masing‐masing.

E. Pengkajian Bahaya Dan Teknik Pemetaan

1. Pengkajian Bahaya

Diperlukam kajian atas kejadian banjir yang telah terjadi sebagai data historis dan empiris yang dapat
dipakai untuk menentukan tingkat kerawanan dan upaya antisipasi banjir suatu daerah. Kajian tersebut
diantaranya mencakup :

- Rekaman atau catatan kejadian bencana yang telah terjadi memberikan indikasi awal akan datangnya
banjir dimasa yang akan datang atau dikenal dengan banjir periodik (tahunan, lima tahunan, sepuluh
tahunan, lima puluh tahunan atau seratus tahunan).

- Pemetaan topografi yang menunjukkan kontur ketinggian sekita daerah aliran/sungai yang dilengkapi
dengan estimasi kemampuan kapasitas system hidrologi dan luas daerah tangkapan hujan (catchment
area) serta “plotting” berbagai luas genangan yang pernah terjadi.

- .Data curah hujan sangat diperlukan untuk menghitung kemungkinan kelebihan beban atau
terlampauinya kapasitas penyaluran sistem pengaliran air baik system sungai maupun sistem drainase.

2. Teknik Pemetaan Banjir

Untuk menyusun peta rawan banjir dan genangan, diperlukan kuantifikasi besaran (magnitude) banjir
dan genangan yang meliputi luas areal, tinggi, dan lamanya genangan, yang direpresentasikan dalam
bentuk peta. Pemantauan kemungkinan perubahan magnitude banjir dan genangan akibat fluktuasi
masukan (input) curah hujan dapat dikuantifikasi dan diprediksi dampaknya bila:

- hubungan antara intensitas dan lama hujan atas magnitude banjir dan genangan (luas, tinggi, dan
lama genangan) dapat diformulasikan.
- perubahan magnitude banjir dan genangan (luas, tinggi, dan lama genangan) pada skenario tahun La
Niña normal dan El Niño dapat direpresentasikan.

Hubungan intensitas dan lama hujan terhadap perubahan magnitude banjir dan genangan diperlukan
untuk memprediksi fluktuasi wilayah yang rawan banjir dan genangan. Selanjutnya, informasi itu dapat
bermanfaat untuk menyampaikan system peringatan dini tentang banjir dan genangan. Sedangkan
prediksi perubahan luas areal, tinggi genangan, dan lama genangan maksimum yang mungkin terjadi
pada skenario tahun La Niña dan El Niño dapat digunakan sebagai alat bantu pengambil keputusan
(decision support system) dalam mengintegrasikan penanggulangan banjir dan genangan dalam
perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang untuk mereduksi risiko banjir dan genangan.
Terjadinya penurunan curah hujan tahunan dan meningkatnya lama musim kemarau akan berakibat
singkatnya musim hujan. Meskipun volume air hujan mengalami penurunan, karena lama musim hujan
yang singkat, maka intensitas hujannya menjadi amat tinggi dengan durasi singkat. Akibatnya,
kemampuan tanah dan tanaman untuk menyerap air amat terbatas sehingga bahaya banjir dan
genangan yang ditimbulkan akan amat luar biasa, bahkan bisa melebihi tahun La Niña. Lebih jauh, pada
tahun El Niño banyak tanaman dan semak mati akibat kekeringan, sehingga kemampuan menahan laju
aliran permukaan dan mengintersepsi tajuk pada awal musim hujan sangat terbatas. Oleh karena itu,
sebagian besar volume air hujan akan menimbulkan banjir dan genangan di hilir.

Untuk keperluan pembuatan peta wilayah rawan banjir dan genangan, diperlukan rekaman data citra
satelit secara series. Dengan demikian, informasi menurut ruang dan waktu yang dikumpulkan dapat
dipantau secara utuh dan diinterpretasi dengan jujur (fair). Berdasarkan pengalaman penggunaan citra
satelit Landsat TM yang mempunyai resolusi spasial 30 x 30 meter dengan periode rekaman gambar dua
kali dalam satu bulan yang divalidasi di lapangan, direkomendasikan dalam penyusunan peta wilayah
rawan banjir dan genangan. Penggunaan citra mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan
metode klasik, karena dengan citra, deliniasi awal wilayah banjir dan genangan akan mudah dilakukan
sebelum divalidasi di lapangan. Wilayah yang tergenang dan kebanjiran mempunyai respons spektral
yang berbeda (umumnya terlihat gelap) dibandingkan wilayah yang tak tergenang (terlihat terang/
merah). Peta wilayah rawan banjir dan genangan ini akan lebih powerfull bila dapat ditumpangtepat
(superimpose) dengan peta jaringan hidrologi sungai (hydrological network), peta topografi, karena
dengan demikian dapat dipantau wilayah yang berpotensi mengalami genangan berikutnya bila debit
sungai atau curah hujan terus meningkat. Lebih jauh, wilayah penyumbang air utama dapat diturun
sehingga dapat dirancang strategi antisipasinya. Pendekatan ini selain akurat, juga akan mengurangi
pemborosan tenaga, waktu, dan biaya. Bahkan, dengan telah tersedianya citra dengan resolusi tinggi (1
x 1 meter), maka tingkat ketelitian peta wilayah banjir dan genangan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai.

Pembuatan peta wilayah rawan banjir dan genangan ini akan lebih efisien bila dilakukan di tingkat
nasional, karena: seringkali antarwilayah ada dalam cakupan citra, sehingga pemanfaatan citra dapat
dilakukan bersama (multiple users). Citra yang sama dapat digunakan untuk berbagai keperluan
(multiple purposes), misalnya citra landsat dapat digunakan untuk pertanian (memantau kekeringan),
kebanjiran (Kimpraswil) dan kebakaran hutan (Kehutanan), bahkan untuk memantau potensi
sumberdaya alam.

BAB IV

KESIMPULAN

Dari hasil tulisan ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :

- Banjir adalah Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan karena volume air yang meningkat. Banjir
merupakan suatu kejadian alam yang dapat terjadi karena disebabkan oleh alam sendiri atau
disebabkan oleh ulah manusia.

- Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama dari
manajemen bencana. Sesuai dengan tujuan utamanya yaitu mengurangi dan/atau meniadakan korban
dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada tahap sebelum terjadinya
bencana, yaitu terutama kegiatan penjinakan/ peredaman atau dikenal dengan istilah Mitigasi. Mitigasi
pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam
(natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster).
Jadi Mitigasi Bencana Banjir merupakan suatu upaya untuk mengurangi resiko akibat bencana banjir
dengan menginformasi segala sesautu yang berkaitan dengan banjir kepada semua pihak yang
berkepentingan, baik pemerintah maupun masyarakat.

Berikut Data Lengkap Korban dan Kerusakan Banjir Bandang Manado


27 Januari 14 | 21:04

Manado, SuaraKomunitas.Net – Banjir Bandang yang melanda Kota Manado, Rabu (15/1/2014) lalu
meninggalkan duka mendalam bagi kita semua. Ribuan orang harus mengungsi, dan tak sedikit dari
mereka yang harus kehilangan anggota keluarga dan tempat tinggal. Berikut ini data terbaru Korban,
dan Kerusakan Banjir Bandang Manado yang kami himpun dari Pos Komando Tanggap Darurat
Pemerintah Kota Manado.

Data sementara masyarakat yang terdampak 86.355 jiwa (25.103 KK), dimana terdapat kelompok rentan
yaitu bayi/balita 2.373 jiwa, ibu hamil 347 jiwa, lansia 2.348 jiwa, orang cacat 88 orang dan orang sakit
265 jiwa.

Sebanyak 840 rumah hanyut. Sementara kerusakan rumah meliputi 3.688 unit rusak berat, 1.966 unit
rumah rusak sedang, 4.789 unit rumah rusak ringan, 27 unit masjid rusak, 29 unit gereja rusak dan 99
sekolah rusak.

Data terbaru kerusakan infrastruktur:


1. Kerusakan di 19 ruas jalan 31,6 km, perkiraan kerugian Rp 39,5 M
2. Jembatan 5 unit perkiraan kerugian Rp 40,4 M.
3. Saluran drainase 3,9 km perkiraan kerugian Rp 4 M
4. Tanggul anak sungai 1,6 km perkiraan kerugian Rp 3,4 M
5. MCK, Air bersih, Sanitasi, Pipa PDAM 1 unit, kerugian Rp4 M
6. Tanggul sungai Tondano 6,2 km perkiraan kerugian Rp. 360 M
7. Tanggul sungai Sario 1 km perkiraan kerugian Rp 60 M
8. Tanggul sungai Sawangan 1 km perkiraan kerugian Rp 140 M

*Sumber: Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Pemkot Manado


______________________________________________

Update 22/1/2014 Banjir dan Longsor Sulut 15/1/14: Meninggal 19 (Manado 6, Tomohon 6, Minahasa 6,
Minahasa Utara 1)

UPDATE BANJIR BANDANG MANADO


OLEH PUSAT DATA, INFORMASI DAN HUMAS • 22 January 2014 09:53

Terkait banjir bandang dan longsor di Kota Manado dan sekitarnya per tgl 22 Jan 2014 pukul 09.00 WITA
:
1. Korban meninggal 19 orang dg perincian manado 6 orang, tomohon 6 orang, minahasa 6 orang dan
minahasa utara 1 orang.
2. Terdampak di kota manado akibat banjir 85.831 jiwa atau 23.204 KK.
Kerusakan rumah 10.844 unit; akibat tanah longsor terdampak 110 juwa (20 KK) dengan kerusakan
rumah 8 unit.
3. Terdampak minahasa, mengungsi 536 KK (2.091 jiwa), rumah hanyut 59, tertimbun 14,
RB 59, RS 183, terendam 484.
4. Pencarian korban di tinoor dihentikan 
5. Ujicoba penggunaan
jembatan bailey di dua titik longsor pada jalan Manado - Tomohon
6. Pelayanan kesehatan berjalan,
jumlah poskes prov hari ini 10 dengan jumlah pasien dilayani 352.
7. Dapur umum berjalan.
8.
Pembersihan lingkungan masih dilakukan terutama sampah dan lumpur
9. Pelayanan air bersih masih
berjalan, kekurangan tangki disiasati dengan tandon air yg diangkut truk
10. Penyakit menonjol ISPA,
dermatitis, luka tusuk dan maag
11. Kebutuhan mendesak adalah air bersih, pembersihan lingkungan,
sandang, layanan kesehatan pasca banjir, dapur keluarga, peralatan makan, perlengkapan tidur serta
peralatan bersih-bersih
12. Banjir surut dan lumpur tebal mendominasi.
13. BPBD Sulut meminta
pengiriman kaos lengan panjang BNPB lagi sekitar 1500 buah untuk para petugas lapangan (tni 1180,
bpbd kota 100, bpbd prov 100, bpbd tomohon 60, bpbd minahasa 60). 
14. Usulan pengiriman bantuan
berupa perlengkapan masak keluarga dan penambahan paket kesehatan keluarga serta family kit.
15.
Hari ini gubernur sulut akan memimpin apel pembersihan lingkungan masal.
16. Bantuan logistik dan peralatan dari Presiden sebagian sudah langsung didistribusikan ke masyarakat.
16. Info lanjut dr. Bagus (Kapusdiklat BNPB yang masih di Manado) +62816534031

Sutopo Purwo Nugroho


Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
_________________________________

19 TEWAS, 15.000 MENGUNGSI, KERUGIAN 1,87 TRILYUN RUPIAH DI SULUT


OLEH PUSAT DATA, INFORMASI DAN HUMAS • 19 January 2014 22:25

Penanganan darurat banjir bandang dan longsor di Sulut terus dilakukan hingga saat ini. Bencana terjadi
di 8 kab/kota yaitu Kota Manado, Kota Tomohon, Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan,
Minahasa Tenggara, Kep Sangihe dan Kep Sitaro.

Hingga Minggu (19/1) pukul 21.00 wib update penanganan bencana: :


1. Jumlah korban meninggal 19 org dimana kota manado 6 org, tomohon 6 org, minahasa 6 org, 1 org;
2. Jml terdampak 90 ribu jiwa;
3. Jml pengungsi 15 ribu jiwa;
4. Jml pasien di kota manado : rawat inap 27 pasien, rawat jalan 706 pasien;
5. Pencarian korban longsor jalan di tinoor, tomohon masih dilakukan;
6. Pos pelayanan kesehatan di 40 titik;
7. Pos pelayanan logistik di 2 titik;
8. Hari ini diturunkan 1.000 TNI untuk membantu membersihkan lumpur;
9. Di beberapa lokasi kota manado listrik masih padam karena gardu tergenang lumpur;
10. Pesawat Hercules mengalami gangguan sehingga tidak jadi tiba hari ini di Manado, saat ini ada di
Balikpapan; Bantuan logistik dan peralatan dari BNPB, Kemsos, dan Kemkes diangkut dengan pesawat
Hercules TNI AU sebanyak 5 kali penerbangan;
11. Kebutuhan mendesak alat untuk membersihkan lumpur, alas tidur, paket kesehatan, pakaian,
perlengkapan masak, air bersih;
12. Dapur umum masih berlanjut;
13. Perkiraan kerugian dan kerusakan akibat bencana Rp 1,87 trilyun meliputi kerusakan rumah,
kerusakan fasum, pertanian dan peternakan, kantor, infrastruktur dan sebaginya.
14. Penyebab: hujan ekstrem dimana di DAS Tondano terukur 230 mm/hari padahal normalnya <50
mm/hari. Di DAS Tomohon tercatat 200 mm/hari. Selain itu karena adanya permukiman di daerah
kemiringan, dan bantaran sungai.
15. Status tingkat bencana masih bencana tingkat provinsi. Gubernur Sulut masih memimpin
penanganan darurat.

Sutopo Purwo Nugroho


Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
________________________________

Update 20/1/2014 Banjir Manado 15/1/14: Warga Korban Banjir Manado Mulai Depresi
Banjir Bandang Manado

Warga Korban Banjir Manado Mulai Depresi


Senin, 20 Januari 2014 21:04 WIB

TRIBUNNEWS.COM MANADO, - Lima hari setelah banjir bandang menerjang Manado, warga yang
menjadi korban mulai depresi. Mereka mengalami trauma berat akibat banjir bandang ini.

"Iya, mereka terlihat mulai depresi, dari raut wajah dan tutur bicaranya sangat terlihat jelas kalau
mereka mengalami trauma dan tekanan," kata salah satu petugas medis, Stenly Pontolawokang kepada
Kompas.com, Senin (20/1/2014).

Stenly yang bertugas di Pos Kesehatan yang didirikan di Kelurahan Wonasa Tenga, Kelurahan Singkil
mengakui prihatin dengan kondisi korban banjir. Menurut dia, pemerintah harus segera memikirkan
penanganan serius terhadap kejiwaan para korban bencana.

"Dapat dimaklumi kalau mereka depresi dan stres. Mereka kehilangan harta benda bahkan rumah
mereka. Bencana itu menjadi sebuah trauma bagi kejiwaan mereka," tambah Stenly.

Banjir bandang yang menerjang 9 kecamatan di Kota Manado memang membawa dampak kerusakan
yang sangat besar. Wali Kota Manado, Vicky Lumentut mengatakan, ada ratusan rumah yang hanyut
terbawa banjir. Sementara sekitar 10.000 rumah lainnya rusak.

Ketika banjir telah surut, warga kehilangan harta benda mereka. Lumpur yang ditinggalkan di rumah pun
sangat tebal. Di beberapa lokasi seperti di Ketang Baru, Kampung Ternate, Ternate Tanjung, Kampung
Tubir, endapan lumpur bahkan mencapai ketinggian satu meter. Di sana-sini bahkan hingga ke jalan
raya, sampah yang terbawa banjir tampak menggunung. Perabotan berserakan di tepi jalan. Lumpur
yang mulai mengering terlihat sulit dibersihkan, sementara pasokan air bersih sangat terbatas.

Depresi warga ditambah dengan tidak meratanya bantuan yang diberikan. Di satu lokasi, posko bencana
telah dipenuhi dengan pasokan mi instan, sementara di wilayah lain masih banyak warga yang mengaku
kesulitan mendapatkan makanan.

"Kami berharap pemerintah bisa membagi rata bantuan yang datang agar adil. Begitu juga dengan
donatur, jangan cuma di lokasi-lokasi itu saja, kami juga menjadi korban," ujar Pengki, warga Desa Tateli,
Kecamatan Mandolang, Minahasa. Desa Tateli termasuk salah satu daerah yang ikut diterjang banjir
bandang. Selain puluhan rumah warga rusak parah, tiga orang ditemukan tewas tersapu banjir.
_________________________________

Banjir Manado: Warga mulai membersihkan rumah


Terbaru 20 Januari 2014 - 15:00 WIB

Banjir Manado Hanyutkan 565 Rumah


Senin, 20 Januari 2014 | 10:32 WIB
MANADO, KOMPAS.com - Ada sebanyak 565 rumah warga yang hanyut sewaku banjir bandang
menerjang Kota Manado. Data itu disampaikan Walikota Manado, Vicky Lumentut sewaktu memberikan
sambutan pada saat menghadiri acara Pemantauan atas penyerahan bantuan siswa miskin, Senin
(20/1/2014).

"Selain itu ada 10.647 rumah yang rusak baik rusak berat, sedang maupun rusak ringan," kata Lumentut.

Dia juga memaparkan hingga Senin pagi korban tewas akibat banjir di Manado tetap enam jiwa. Ada
empat jembatan yang rusak. Banyak jalan raya juga yang rusak dan menganggu arus lalu lintas.

"Dari catatan sejarah dan penuturan para warga lanjut usia, ini merupakan bencana banjir terparah yang
pernah terjadi di Manado. Dari 11 kecamatan, 9 kecamatan diterjang banjir," tambah Lumentut.

Lumentut juga menjelaskan ada 87 gedung sekolah yang rusak dan fasilitasnya tidak bisa digunakan
sehingga menganggu proses belajar mengajar. Sejauh ini tercatat ada 87.000 jiwa di Kota Manado yang
sempat terendam banjir.

Dari enam pasar tradisional besar di Manado, hingga kini hanya ada satu pasar yang beroperasi. Hal itu
menganggu perekonomian masyarakat Manado secara keseluruhan.

Menurut Lumentut, saat sekarang pemerintah kota dan jajarannya sedang fokus dalam penanganan
paska bencana. "Kegiatan hari ini juga memberikan spirit baru bagi kami," kata Lumentut.

Banjir bandang menerjang Kota Manado pada Rabu (15/1/2014) pekan lalu. Hingga kini Manado masih
terlihat porak poranda. Selain Manado beberapa kabupaten di Sulawesi Utara tidak luput dari terjangan
banjir dan longsor. Total ada 19 jiwa yang tewas.
__________________________________

Minggu, 19 Januari 2014 | 20:06


Banjir Manado, Warga Keluhkan Lambatnya Penanganan Kebersihan

Jakarta - Hingga hari kelima pascabencana tanah longsor dan banjir bandang yang menerjang Kota
Manado, Sulawesi Utara 15 Januari 2014 lalu, sebagian wilayah masih porak-poranda dan aktifitas warga
belum berjalan normal.

Sisa banjir yang belum dibersihkan, seperti lumpur, puing-puing rumah rusak, pohon, dan sampah masih
teronggok di sepanjang jalan utama kota, gang rumah warga, pasar, dan fasilitas umum lainnya.

Bantuan pemerintah untuk pembersihan ini dinilai terlalu lambat. Alhasil, masyarakat membersihkan
secara swadaya dan gotong royong. Namun minimnya air dan peralatan untuk membersihkan menjadi
kendala.

Adam Alkatri (41), warga Kelurahan Wawonasa, Kecamatan Singkil, Kota Manado, mengaku kekurangan
air bersih dan alat penyedot hingga menyebabkan lumpur di rumahnya masih tergenang. Untuk
membersihkan sampah dan lumpur, warga patungan untuk membeli penyedot air, lalu membersihkan
secara bergantian.

"Kalau menunggu pemerintah yang rugi kami sendiri. Tetapi kalau hanya mengandalkan gotong royong
warga pun tidak cukup, kami kekurangan air dan alat-alat," katanya.

Menko Kesra Agung Laksono yang meninjau langsung bencana di Manado, sejak Sabtu hingga Minggu
(19/1) hari ini memerintahkan pemerintah daerah setempat untuk mempercepat pembersihan wilayah
yang terdampak bencana. Agung juga meminta bantuan penambahan personil TNI untuk membersihkan
dan mengangkut tumpukan sampah dan puing yang masih berserakan di sepanjang jalan.

"Secepatnya ini dibersihkan. Semua aparat harus turun untuk membereskan ini agar tidak menimbulkan
masalah baru, seperti penyakit diare dan lainnya," kata Agung, yang didampingi Menteri Kesehatan,
Nafsiah Mboi, dan Gubernur Sulawesi Utara SH Sarundjang.

Agung mengatakan, sekitar 1.000 personil TNI telah dikerahkan untuk membantu penanggulangan
bencana di Sulawei Utara. Namun, bantuan ini lebih banyak difokuskan kepada evakuasi korban,
pembangunan infrastruktur, dan distribusi logistik. Pembangunan infrastruktur, seperti jembatan
darurat dan perbaikan jalan memang difokuskan agar masyarakat yang terdampak tidak terisolasi dan
penyaluran bantuan tidak terhambat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Utara, Noldy Liow, mengatakan butuh
waktu sekitar dua minggu untuk membersihkan kota Manado dari sisa banjir. Meskipun menjadi
langganan banjir setiap tahun, kali ini adalah yang terbesar. Hampir 40 persenkota rusak akibat banjir
bandang dari sungai Tondano.

Di samping itu, sampai saat ini bencana banjir di Manado masih dalam status tanggap darurat, sehingga
penanggulangan bencana lebih fokus kepada evakuasi korban, penyaluran bantuan logistik dan
koordinasi lintas sektor.

"Kami kesulitan karena terlalu banyak sampah dan banyak wilayah yang terdampak dibanding tahun-
tahun sebelumnya. Misalnya, di tahun sebelumnya wilayah yang terdampak hanya sekitar 20 persen,
dan tinggi lumpur hanya 30 cm, tapi sekarang 1 meter," kata Noldy.

Menurut Noldy, saat ini sudah dikerahkan sekitar 50 unit dump truk untuk membersihkan jalan
bekerjasama dengan TNI. Sampah-sampah ini diangkut dan dibuang di tempat pembuangan akhir di
Simompo, Bunaken.

Nafsiah Mboi mengingatkan ancaman penyakit diare, infeksi saluran pernafasan atas (ispa) dan
leptospirosis yang kerap muncul saat banjir. Kementerian Kesehatan sendiri sudah berkoordinasi dengan
Dinas Kesehatan Manado dan Sulawesi Utara untuk mengantisipasi masalah kesehatan yang muncul,
seperti tenaga kesehatan dan bantuan obat-obatan baik dari pemda maupun pemerintah pusat.

Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya diimbau wajib melayani para korban bencana yang sakit
maupun luka-luka akibat langsung dari banjir. Adapun biaya pengobatannya ditanggung oleh negara.

Dalam kunjungannya, Menko Kesra dan Menkes membawa bantuan berupa bahan makanan, makanan
siap saji, air mineral, obat-obatan, matras, selimut, peralatan bayi, peralatan dapur, dan pakaian
seragam sekolah. Total bantuan untuk korban banjir dan tanah longsor di Manado sebesar 57,2 ton dari
BNPB, Kementerian Sosial, dan Kementerian Kesehatan.

Pengiriman dilakukan dengan menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara. Jumat (17/1)
pagi pukul 06.00 WIB bantuan berupa tenda keluarga 6,9 ton, makanan pendamping asi 3,2 ton dan
obat-obatan 150 kg. Pada Sabtu (18/1) dan Minggu hari ini membawa bantuan kidware 1.200 paket,
family kit 4.000 paket, tenda gulung 2.000 lembar, tikar 1.000 lembar, paket kesehatan keluarga 500
paket, lauk pauk 5.000 paket, sandang 1.500 paket, dan sebagainya.

Selain barang, juga diberikan bantuan berupa uang tunai sebesar Rp 700 juta untuk kebutuhan gawat
darurat. Sebelumnya sudah diserahkan uang tunai sebesar Rp 1 miliar.

Menurut Agung, tidak ada bedanya status bencana daerah atau bencana nasional. Toh, kata dia,
perhatian pemerintah pusat tidak berkurang sedikit pun. Karena itu Agung meminta semua pihak untuk
tidak mempersoalkan bencana banjir Manado sebagai bencana nasional atau bencana daerah.

"Yang terpenting adalah bagaimana perhatian pemerintah pusat dan daerah dan koordinasi yang baik
untuk penanggulangan bencana ini," kata Agung.

Berdasarkan data BNPB, hingga saat ini data sementara korban bencana Sulut adalah 18 orang tewas, 2
orang hilang, 101 rumah hanyut, dan ribuan warga mengungsi. Korban tersebut berasal dari Kota
Manado (6 tewas, 1 hilang), Kabupaten Minahasa (6 tewas), Kota Tomohon (5 tewas, 1 hilang), dan
Kabupaten Minahasa Utara (1 tewas).

Suara Pembaruan

Penulis: D-13/WBP

Sumber:Suara Pembaruan
______________________________

Sisi Lain Banjir Manado


OPINI | 19 January 2014 | 16:10

Banjir di Manado memang sangat parah, menurut banyak kesaksian warga, dalam sekian tahun
sepanjang sejarah Kota Manado berdiri, belum pernah ada banjir bandang separah ini. Tinggi banjir
bahkan di beberapa tempat melebihi atap rumah, mencapai sekitar 3 – 4 meter. Belum lagi derasnya
sapuan air yang datang dari 5 sungai besar yang meluap secara bersamaan. Karenanya, maka tak kurang
dari 40 ribu warga yang terpaksa harus mengungsi.

Menurut PEMDA Sulut, sekitar 70 % wilayah Manado sudah terendam air. Hingga saat ini, hujan masih
saja turun, kadang disertai angin kencang. Tanah longsor terjadi dimana-mana, serta juga jalan-jalan
yang terputus. Hal ini memang betul-betul melumpuhkan kota Manado dan sekitarnya. Akses dari
Minahasa ke Manado, begitu juga sebaliknya putus total. Di banyak tempat listrik masih mati, dan akses
ke air bersih begitu sulit diperoleh dan dijangkau.

Saking parahnya banjir kali ini, yang disertai tiupan angin kencang dan longsoran tanah, sampai-sampai
ada seorang warga yang bilang, “Adoh somo kiamat stow ini noh. Belum pernah torang lia banjir rupa
bagini eh, bayangkan itu hewan-hewan orang da piara banyak yang kage-kage so ada di seng rumah…”
(Aduh, mungkin ini tanda-tanda kiamat. Belum pernah kami lihat banjir seperti ini sebelumnya, hewan-
hewan piaraan saja banyak yang tiba-tiba sudah ada di atap rumah.)

Presiden SBY menyatakan keprihatinnya, dan mengutus Wakil Presiden Budiono untuk meninjau secara
langsung ke Manado. Sementara itu, di beberapa tempat lain juga terjadi bencana alam yang entah
kenapa di awal tahun ini terjadi secara serentak. Ini adalah awal tahun kelabu bagi kebanyakan kita.
Namun tentunya kita meyakini satu hal, Tuhan tidak pernah berdiam diri. Selalu saja, ada kebaikan dan
kemudahan yang akan Ia berikan kepada kita di saat kita amat membutuhkannya. Campur tangan Tuhan
tidak pernah terlambat. Walaupun terdengar sedikit klise, tapi tak akan bosan-bosannya saya ingin
mengatakan ini, bahwa Ia akan selalu menjadikan segala sesuatu itu indah pada waktunya (dan sesuai
waktuNya). Serahkan segala kekhawatiranmu kepadaNya.

Tanah longsor yang menutupi jalan sepanjang ratusan meter memutuskan jalur penghubung Manado -
Minahasa

Beberapa hari terakhir ini saya mendapat telepon bertubi-tubi dari sanak saudara dan teman dari
Manado. Ada beberapa di antara mereka yang sementara terperangkap dalam gedung, namun tidak
bisa berbuat apa-apa, selain akses ke lokasi masih sangat sulit di tembusi, ternyata di sekeliling
bangunan juga masih terkepung air lumayan tinggi. Dengan sedikit terisak kawan saya bilang, “torang
percaya dorang pasti mo capat datang tolong pa torang…(kami yakin, mereka (para petugas) pasti akan
segera datang menolong).

Tidak Untuk Saling Menyalahkan

Dalam menghadapi sebuah bencana, mestinya kita saling menolong, menguatkan, dan membantu
sesama yang menjadi korban. Tidak pada tempatnya kita mencari-cari siapa yang salah, menunjuk
hidung, dan melakukan pembunuhan karakter di depan publik luas mengatasnamakan rasa prihatin dan
peduli korban.

Saya sedikit terpukul melihat tingkah polah para politisi negeri ini yang taunya hanya mencari-cari
kesalahan orang lain. Acap kali, bila ada sebuah peristiwa bencana alam, maka mereka justru sibuk
berlomba-lomba menunjuk dan dengan yakinnya dapat memastikan siapa yang salah. Namun saya
yakin, mereka hanya berusaha menaikkan pamor, apalagi menjelang saat pemilu seperti sekarang. Ini
kalau boleh saya berkata sedikit lancang, maka saya akan menyebut mereka sebagai (maaf) banjingan-
banjingan politik. Mereka memanfaatkan korban bencana alam, bencana alam itu sendiri, dan tragedi
serta peristiwa-peristiwa kemanusiaan demi kepentigan politik mereka sendiri.

Jujur saja, ini sangat memalukan dan memuakkan. Saya ragu kalau mereka memang punya niat tulus
dan keprihatinan tinggi untuk membantu para korban. Kalau ia, cobalah jangan banyak bicara serta
menyalah-nyalahkan orang lain, ulurkan tangan Anda dan tolonglah para korban tersebut. Berkacalah
dan tanyai diri sendiri apa yang sudah Anda buat. Mencari-cari siapa yang salah bukan sebuah solusi.
Kalau siapa yang salah, ya semua kita salah dan turut berdosa terhadap alam yang kita tinggali ini. Itu
saja.

Contoh sederhana, ketika banjir besar melanda Jakarta saat ini, maka ada bebera pihak yang langsung
‘meninju’ Jokowi sakan-akan dialah manusia paling bersalah dalam hal ini. Jokowilah yang paling pantas
menerima getahnya, lantaran Jakarta terus saja banjir sejak puluhan tahun lalu, bahkan semenjak
Jakarta didirikan. Bahwa Jokowi dan Ahok tidak mampu membereskan banjir yang sudah berusia
puluhan tahun ini dalam satu tahun kepemimpinan mereka. Sungguh mengherankan, orang-orang ini
kok bisa jadi politisi, padahal dengan level pemikiran yang sangat cetek dan kerdil seperti itu. Sampai-
sampai ada yang berkelakar begini, “Oooh Manado banjir juga itu pasti salahnya Jokowi…”. Luar biasa.
Ada sesuatu yang salah di dalam otak orang-orang seperti itu.

Jangan Menyebarkan Berita Tidak Benar

Dalam beberapa hari ini, saya juga menerima banyak BBM, SMS, dan pesan-pesan instan lainnya yang
kurang lebih isinya adalah mengenai keadaan banjir di Manado yang parah. Kerap kali saya mesti
berhati-hati memercayai isi pesan-pesan tersebut, dan atau ketika hendak memutuskan untuk whether I
will share those information or not.

Sebagai salah satu contoh, pesan broadcast BBM mengenai akan adanya tsunami di Manado. Katanya
air di pesisir laut di seputaran Jalan Boulevard sudah mulai surut (turun), artinya akan disusul tsunami
besar. Maka pesan berantai itu pun tersebar ke mana-mana. Bisa jadi ada ribuan orang kemudian share
berita tentang akan terjadinya tsunami di Manado itu. Apa akibatnya? Banyak sekali warga Manado
mengungsi karena takut kena imbas tsunami tersebut. Di antara mereka ada saudara-saudara saya, yang
kebetulan tinggal di Komo Dalam, Manado. Warga Manado pun jadi panik. Padahal itu adalah broadcast
menyesatkan.

Berita itu tidak benar sama sekali. Pertama, akan sulit terjadi tsunami besar di Manado, karena ada
beberapa pulau kecil yang mengelilinginya, dan juga ada Gunung Manado Tua sebagai benteng pertama
menghadap laut lepas. Kedua, tidak ada sirene, alarm, atau tanda apapun dari pemerintah setempat
mengenai adanya tsunami, jadi tidak perlu panik. Ketiga, gelombang besar yang terjadi di sekitar Pantai
Boulevard adalah dikarenakan oleh angina kencang, dan sama sekali bukan karena gempa bawah laut.

Kawanua Bersatu

Wadah Kerukunan Keluarga Kawanua, baik dalam dan luar negeri secara proaktif dan progresif terus
bersatu menyalurkan bantuan bagi kota Manado. Sebut saja Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) di
bawah kepemimpinan Irjen.Pol. Dr. Benny Mamoto yang sangat aktif menyalurkan bantuan langsung ke
Manado. Ada juga Bakudapa Kawanua Sedunia yang sangat cepat bergerak, dan luar biasa aktif
membantu para korban bencana banjir ini. Rasa-rasanya memang persatuan warga Kawanua itu harus
terus digalakkan dan menjadi ‘nilai luhur’ kekawanuaan, di mana pun ia berada. Kawanua Amerika juga
sementara mengadakan pengumpulan dana untuk disalurkan ke Manado.
Posko-posko bantuan didirikan di mana-mana. Ada yang menyalurkan makanan. Ada yang membagikan
perlengkapan untuk tidur, baju dan celana. Ada yang membagi-bagikan air bersih. Ada yang memberikan
bantuan dana untuk berbagai keperluan para korban banjir. Semua dilakukan dengan penuh ketulusan
dan dengan iman kepercayaan bahwa perintah untuk “Saling bertolong-tolonganlah kalian menanggung
beban” itu memang mesti mewujud dalam aksi nyata di lapangan.

Rumah-rumah ini, beberapa hari yang lalu masih berdiri dan ada penghuninya. Kini, porak poranda dan
ratah tanah akibat serbuan banjir dan angin kencang…

Semoga, badai akan cepat berlalu. Semoga, banjir akan cepat berlalu. Dan, kita dapat menikmati cerah
serta indahnya mentari pagi. Bahwa musibah memang akan selalu datang silih berganti, namun tiada
apapun yang dapat memisahkan kita dengan Sang Khalik. Dengan Sang Pencipta yang selalu kita
sembah. Dia yang sudah menciptakan seisi dunia ini, dan yang kita panggil dalam setiap doa-doa kita.
Our pray always for Manado, and for Indonesia. God bless Manado. God bless Indonesia. —Michael
Sendow—

___________________________________

Banjir bandang menerjang Manado


Terbaru 15 Januari 2014 - 18:36 WIB

Banjir bandang menerjang ibu kota Sulawesi Utara, kota Manado dan sekitarnya, Rabu (15/01), akibat
hujan deras yang mengguyur sejak Selasa malam hingga Rabu pagi.

Tim SAR Manado mengatakan, banjir yang dilaporkan merendam ratusan rumah ini merupakan yang
terbesar dalam dua atau tiga tahun terakhir.

Laporan resmi menyatakan setidaknya empat orang meninggal dunia dan dikhawatirkan terus
bertambah.

Sampai Rabu sore, upaya evakuasi terhadap korban masih sulit dilakukan, karena banjir yang terjadi di
berbagai wilayah kota itu, kata Kepala Tim SAR Manado, Yanto Samijan.

"Kendalanya karena memang di setiap tempat, air cukup dalam, sehingga tidak bisa (bergerak) dari sisi
satu ke sisi lain untuk membantu," kata Yanto Samijan, dalam wawancara dengan wartawan BBC
Indonesia Heyder Affan, melalui telepon, Rabu (15/01) sore.

Sejumlah laporan menyebutkan setidaknya empat kecamatan di Kota Manado, yang paling parah
mengalami banjir, dengan kedalaman maksimal antara dua dan empat meter.

Tim SAR Manado sejauh ini belum bisa memastikan berapa jumlah korban yang meninggal dunia.

Namun dalam wawancara dengan sebuah televisi swasta, Gubernur Sulawesi Utara S H Sarundajang
mengatakan, setidaknya empat orang meninggal dunia akibat banjir dan tanah longsor di Manado.
_____________________________

Rabu, 15 Januari 2014 | 13:09 WIB


Banjir, Kota Manado Lumpuh

TEMPO.CO, Manado - Banjir terjadi di seluruh ruas jalan di Kota Manado pada Rabu, 15 Januari 2014.
Ketinggian air mencapai lutut orang dewasa. Sebelum banjir melanda, warga Manado memilih berdiam
di rumah lantaran hujan deras turun disertai badai.

Aktivitas masyarakat pun lumpuh. Beberapa warga yang telanjur keluar rumah terpaksa meminggirkan
kendaraan mereka dan berharap agar air cepat surut.

Dari beberapa pesan yang diterima Tempo dari sejumlah rekan pada siang ini, banyak orang yang
terjebak di ruas jalan lingkar yang merupakan jalan bebas hambatan di Kota Manado. Mereka terjebak
lantaran air sungai yang melintas di daerah tersebut meluap hingga ke jalan. Padahal, jarak sungai
dengan permukaan jalan mencapai empat meter. Sementara di jalanan saat ini air sudah mencapai paha
orang dewasa, atau sekitar 70 sentimeter.

"Sekarang masih di ring road, terjebak banjir. Mau balik arah, kendaraan di belakang sudah panjang
antreannya. Jadi memang terjebak karena di depan air sudah sangat tinggi," kata Debby Simbala yang
mengirim pesan kepada Tempo melalui BlackBerry Messenger pada Rabu, 15 Januari 2014, sekitar pukul
12.20 Wita.

Kepala Sub-Bagian Humas Pemerintah Kota Manado Maicel Wokas juga mengabarkan bahwa ruas Jalan
Paal II dan Kombos telah lumpuh total karena air terus naik. "Sudah lumpuh total sekarang," ujarnya.

Badai yang melanda Kota Manado diperkirakan merupakan bagian dari badai yang melanda Filipina,
negara tetangga yang dekat dengan Kota Manado. Badai dari Filipina sampai di Kota Manado pada pukul
11.00 Wita hingga pukul 12.00 Wita.

_________________________________

Rabu, 15/01/2014 09:51 WIB


Hujan Semalaman, Manado Dikepung Banjir 2 Meter
Asrar Yusuf - detikNews

Manado - Hujan yang mengguyur Kota Manado malam tadi, membuat sejumlah kawasan dilanda banjir.
Air berasal dari sungai yang meluap dan masuk ke permukiman warga.

Pantauan detikcom, air dengan ketinggian mencapai 2 meter merendam puluhan rumah di Kelurahan
Paal IV Kecamatan Tikala dan Perkamil Kecamatan Paal Dua, Rabu (15/1/2014) pagi.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Sawangan yang membelah dua kelurahan itu tak mampu menampung air
hujan. Akibatnya rumah di bantaran sungai terendam dengan ketinggian mencapai atap rumah.

Sementara di Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala yang menjadi kawasan langganan banjir tidak luput
dari luapan DAS Sawangan. Bahkan akses jalan protokol di kelurahan itu tertutup dan tidak bisa dilalui
kendaraan karena ketinggian air mencapai 1,5 meter.

Beberapa kelurahan di Kecamatan Singkil, seperti Kampung Ternate, Ternate Tanjung, dan Karame juga
sudah terendam banjir dari luapan DAS Tondano. Begitu juga akses jalan menuju Kecamatan Wori
Kabupaten Minahasa Utara, tertutup karena jalan di Kelurahan Sumompo ikut terendam banjir.

Warga pun mulai mengkhawatirkan banjir besar akan melanda seperti tahun lalu, karena hujan masih
terus mengguyur hingga saat ini. "Kalau kondisinya seperti ini, bisa saja banjir seperti tahun lalu
terulang," ujar Wahyudi Barik, warga Ternate Tanjung kepada detikcom, Rabu (15/1/2014).

Secara keseluruhan, cuaca ekstrim terus melanda wilayah Sulawesi Utara sejak sepekan terakhir. Tak
hanya banjir, longsor dan pohon tumbang juga mengancam.

Ruas jalan yang menghubungkan Manado dan Tomohon sempat tertutup akibat longsor dan pohon
tumbang di beberapa tempat. Begitu juga akibat pohon tumbang di ruas jalan Kabupaten Minsel,
membuat arus lalulintas menuju dan datang dari Provinsi Gorontalo padat merayap.

Anda mungkin juga menyukai