Anda di halaman 1dari 16

Banjir

Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. [1]
Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada
daratan yang biasanya tidak terendam air.[2] Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat
berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti
sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan
alaminya.[3]

Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan
salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang
dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.

Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama
di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang
dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari
dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan
bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan
perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir
adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir
periodik.

Mitos banjir besar adalah kisah mitologi banjir besar yang dikirimkan oleh Tuhan untuk
menghancurkan suatu peradaban sebagai pembalasan agung dan sering muncul dalam
mitologi berbagai kebudayaan di dunia.

Jenis dan penyebab utama


Lusinan desa terendam ketika hujan meluapkan sungai di barat laut Bangladesh pada awal
Oktober 2005. Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) di satelit Terra
NASA menangkap citra banjir Sungai Ghaghat dan Atrai pada 12 Oktober 2005. Sungai biru
gelap tersebar di seluruh pedesaan pada citra banjir ini.

Sungai

 Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran
sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis, angin luar dan
hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah
longsor, es, atau puing-puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu
rintangan.
 Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir besar) atau
pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang bendungan, tanah
longsor, atau gletser.

Muara

 Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin badai.
Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.
Pantai

 Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau hurikan). Banjir
badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.

Malapetaka

 Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau bencana lain
seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi).

Manusia

 Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.


 Pengelolaan tata ruang yang salah. Hal ini menyebabkan air tidak mudah terserap atau
lambat mengalirnya, sehingga debit air cepat meningkat atau lebih banyak yang
tertahan dari pada yang tersalurkan ataupun yang terserap.

Lumpur

 Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen


kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan
dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah
berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran
lumpur yang diakibatkan pergerakan massal.

Lainnya

 Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan)
dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).
 Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.
 Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan dan
pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar.

Dampak
Dampak primer

 Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil,
bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal.

Dampak sekunder

 Persediaan air – Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.


 Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
 Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh
kegagalan panen.[4] Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan
sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.
 Pepohonan' - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.[5]
 Transportasi - Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada
orang-orang yang membutuhkan.

Dampak tersier/jangka panjang

 Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya


pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.
Tsunami

Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti
"ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa
disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut,
longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat
ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap
fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat
dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang.
Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju
gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati
pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun
ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang
Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa
yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya.
Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan
genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami
dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab
tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab
tsunami.

geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut
seismik".

Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai
yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di atas gelombang
laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski
sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini
pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.

Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC)
yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di
sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System
(IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.

Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang


menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam
Terminologi
Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti gelombang.
Tsunami sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 196 tsunami telah terjadi.

Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam tahun-
tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam komunitas
peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini
dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi.

Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke
daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama,
sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun
pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi "kemiripan" atau "memiliki
kesamaan karakter" dengan gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak
hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak
merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.

Hanya ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang merusak
ini. Aazhi Peralai dalam Bahasa Tamil, ië beuna atau alôn buluëk (menurut dialek) dalam
Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia,
bahasa utama di Filipina, alon berarti "gelombang". Di Pulau Simeulue, daerah pesisir barat
Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa Defayan, smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa
Sigulai, emong berarti tsunami.

Penyebab terjadinya tsunami

Skema terjadinya tsunami

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar
air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi.
Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah
beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung
Krakatau.

Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara
tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi
gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.

Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi,
dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai
pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak
daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm
hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai
puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan
merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus
meter bahkan bisa beberapa kilometer.

Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak
terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.

Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan
gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan
tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga
keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda
kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar,
dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

Gempa yang menyebabkan tsunami

 Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)


 Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
 Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
Tanah longsor
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena
pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan
atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang
memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah
gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya
yang turut berpengaruh:

 erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau
gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
 lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan
lebat
 gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang
lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng
tersebut
 gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran
debu-debu
 getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
 berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,tanah,
atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinyatanah longsor dapat
diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akanmenambah bobot tanah. Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperansebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerakmengikuti lereng dan keluar lereng.
Faktor-faktor yang menyebabkan longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan. Gaya
penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong
dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun
lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara
garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alam dan faktor manusia:
a) Faktor alam
• Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung, strukutur sesar dan kekar,
gempa bumi, stragrafi dan gunung berapi.
• Iklim : curah hujan yang tinggi.
• Keadaan topografi : lereng yang curam.
• Keadaan air : kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan
hidrostatika.
• Tutup lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.
• Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan.
b) Faktor manusia
• Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereg yang terjal.
• Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
• Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
• Penggundulan hutan.
• Budidaya kolam ikan diatas lereng.
• Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
• Pengembangan wilayah yang tidak di imbangi dengan kesadaran masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang
akhirnya merugikan sendiri.
• Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.

Ciri-ciri tanah longsor yaitu sebagai berikut :


• Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing. Biasanya terjadi setelah hujan.
• Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
• Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
• Jika musim hujan biasanya air tergenang, menjelang bencana itu, airnya langsung hilang.
• Pintu dan jendela yang sulit dibuka.
• Runtuhnya bagian tanah dalam jumlah besar.
• Pohon/tiang listrik banyak yang miring.
• Halaman/dalam rumah tiba-tiba ambles.

Cara penanggulangan
• Jangan membuka lahan persawahan dan membuat kolam di lereng bagian atas di dekat pemukiman.
• Buatlah terasering ( sengkedan ) pada lereng yang terjal bila membangun pemukiman.
• Segera menutu retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah dan melalui retakan
tersebut.
• Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak.
• Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.
• Jangan menebang pohon di lereng.
• Jangan membangun rumah di bawah tebing.

Hal-hal yang dilakukan selama dan sesudah terjadi bencana


1. Tangga Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tangga darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya
supaya korban tidak bertambah.
2. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu
dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannay supaya tanah longsor tidak berkembang dan
penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3. Rekontruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk
mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang
dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.
Puting Beliung

1. Pengertian Puting Beliung

Orang awam menyebut angin puting beliung angin Leysus, di daerah Sumatera disebut Angin
Bohorok dan masih ada sebutan lainnya. Angin jenis ini yang ada di Amerika yaitu Tornado
mempunyai kecepatan sampai 320 km/jam dan berdiameter 500 meter. Puting beliung adalah
angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus
dengan lama kejadian maksimum 5 menit. Ada beberapa sebutan untuk puting beliung.

Angin puting beliung sering terjadi pada siang hari atau sore hari pada musim pacaroba.
Angin ini dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena dengan pusarannya benda
yang terlewati terangkat dan terlempar.

2. Karakteristik Angin Beliung

*Puting beliung merupakan dampak ikutan awan Cumulonimbus (Cb) yang biasa tumbuh
selama
periode musim hujan, tetapi tidak semua pertumbuhan awan CB akan menimbulkan angin
puting
beliung.
*Kehadirannya belum dapat diprediksi.
*Terjadi secara tiba-tiba (5-10 menit) pada area skala sangat lokal.
*Pusaran puting beliung mirip belalai gajah/selang vacuum cleaner.
*Jika kejadiannya berlangsung lama, lintasannya membentuk jalur kerusakan.
*Lebih sering terjadi pada siang hari dan lebih banyak di daerah dataran rendah.

3. Penyebab terjadinya

Penyebab Terjadinya Angin Puting Beliung disebabkan karena Udara panas dan dingin
bertemu, sehingga saling bentrok dan terbentuklah puting beliung.

Selain itu juga karen Dalam awan terjadi arus udara naik ke atas yang kuat. Hujan belum
turun, titik-titik air maupun Kristal es masih tertahan oleh arus udara yang naik ke atas
puncak awan.

4. Proses terjadinya puting beliung

Proses terjadinya angin puting beliung, biasanya terjadi pada musim pancaroba pada siang
hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi matahari di siang
hari tumbuh awan secara vertikal, selanjutnya di dalam awan tersebut terjadi pergolakan arus
udara naik dan turun dengan kecepatan yang cukup tinggi. Arus udara yang turun dengan
kecepatan yang tinggi menghembus ke permukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara
acak.

5. Dampak Terjadinya Puting Beliung

Dampak terjadinya puting beliung antara lain:


1. Rusaknya rumah dan infrastruktur suatu daerah
2. Dapat menimbulkan korban jiwa.
3. Rusaknya kebun-kebun warga
4. Kerugian Material.
5. banyak puing-puing dan sampah yang terbawa puting beliung dan berserakan
6. Terganggunya kegiatan-kegiatan ekonomi.
- See more at: http://sainsforhuman.blogspot.com/2013/04/puting-beliung-pengertian-
karakteristik.html#sthash.c4v0yd5f.dpuf
Hujan Asam

Pengertian dan Ciri-ciri Hujan Asam


Banyak dari kita sering mendengar hujan asam. Namun banyak dari kita juga tidak mengetahui apa
itu hujan asam serta apa perbedaan hujan asam dengan hujan air biasa. Serta tidak mengetahui
bahaya dan cara pencegahan hujan asam.

Hujan asam Sebenarnya sudah lama diselidik. Pada abad 19 di Inggris dilaporkan bahwa hutan yang
jatuhnya air hujan searah dengan lokasi sebuah pabrik telah terjadi kerusakan yang berat. Hal ini
membuat penasaran seorang ahli kimia Inggris asal Scotlandia bernama Robert Angus Smith (15
February 1817–12 May 1884) di tahun 1852. Karenanya Ia terkenal sebagai “Bapak Hujan Asam”.
Penelitiannya pada polusi udara pada tahun 1852, menemukan apa yang kemudian dikenal sebagai
hujan asam. Hujan asam adalah hujan dengan pH air kurang dari 5,7. Hujan asam biasanya terjadi
karena adanya peningkatan kadar asam nitrat dan sulfat dalam polusi udara. Hal ini biasanya terjadi
karena peningkatan emisi sulfur dioksida dan nitrogen oksida di atmosfer

Hujan asam tidak memiliki ciri – ciri khusus yang bisa menjadi pembeda dari hujan air biasa karena
warna dan rasa airnya hampir sama. Terkadang hujan asam juga terjadi dalam bentuk lain seperti
hujan salju. Namun, beberapa studi kesehatan menyebutkan bahwa polusi yang menyebabkan hujan
asam bisa meningkatkan resiko seseorang untuk terserang gangguan jantung dan paru – paru. Tapi
kulit bisa merasakan hujan asam jika air hujan yang mengenai kulit langsung membuat gatal-gatal,
memerah. Untuk orang dengan kekebalan tubuh rendah akan langsung mengalami pusing.

Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi dan industri
tetapi telah berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk
mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang
dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan lebih luas. Sering
sekali, hujan asam terjadi di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan
cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini. Tapi polusi yang
menyebabkan hujan asam yaitu sulfur dioksida dan nitrogen oksida dapat membahayakan dan
merusak kesehatan manusia.Gas-gas ini di atmosfer berinteraksi untuk membentuk sulfat halus dan
partikel nitrat yang dapat dibawa hingga jarak yang jauh oleh angin dan terhirup jauh ke dalam paru-
paru manusia.Partikel halus juga bisa menembus ruangan. Banyak studi ilmiah telah mengidentifikasi
hubungan antara peningkatan kadar partikel halus dan peningkatan penyakit dan kematian dini
karena gangguan jantung dan paru-paru, seperti asma dan bronkitis. Bagi hewan air ditemukan
hubungan yang erat antara rendahnya tingkat keasaman pH dengan berkurangnya populasi ikan di
danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau
lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat
produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun
seperi alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir
berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernapas. Pertumbuhan Phytoplankton yang
menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH. Bagi tanaman hujan asam
dapat mempengaruhi dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin pada daun rusak sehingga nutrisi
menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga.
Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-
mineral penting menjadi hilang.

Pencegahan hujan asam dapat dilakukan dengan langkah-langkah beriku :menggunakan bahan
bakar dengan kandungan belerang rendah, mengurangi kandungan belerang sebelum pembakaran,
pengendalian pencemaran selama pembakaran, pengendalian setelah proses pembakaran,
mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce),memasang filter polusi di setiap pabrik pabrik,
serta mengurangi kendaraan yang menghasilkan asap.

Dampak dan Upaya Pencegahan


Hujan Asam
1. Dampak Hujan Asam

Kandungan asam dalam hujan menyebabkan hujan memiliki sifat sama seperti larutan asam
pada umumnya. Asam yang ada dalam hujan asam merupakan asam kuat. Setelah
mempelajari tentang sifat asam, dapatkah kamu memperkirakan dampak apa yang dapat
ditimbulkan jika hujan asam terjadi di suatu wilayah?

Secara alami hujan memang bersifat asam dengan pH antara 5,6 sampai 6,2 karena adanya
kandungan CO2 di udara. CO2 di udara bereaksi dengan uap air membentuk asam lemah yaitu
asam karbonat (H2CO3). Namun keasaman yang disebabkan oleh H 2CO3 ini dianggap normal
karena jenis asam ini bermanfaat membantu melarutkan mineral tanah yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dan binatang. Berbeda dengan kandungan H2SO4 dan HNO3 yang merupakan
asam kuat yang dapat merusak jaringan hidup. Berikut beberapa dampak dari hujan asam
terhadap lingkungan dan makhluk hidup :

1. Hujan asam dengan kadar keasaman tinggi dapat menyebabkan gangguan pernapasan pada
manusia. Kabut yang mengandung asam sulfat bersama-sama dengan udara terhisap dan
masuk ke dalam saluran pernapasan manusia dapat merusak paru-paru.

2. Menyebabkan korosi dan merusak bangunan

Hujan asam dapat mempercepat proses korosi. Proses korosi (perkaratan) dapat terjadi pada
beberapa material dari logam. Korosi adalah peristiwa perusakan logam akibat terjadinya
reaksi kimia antara logam dengan lingkungan yang menghasilkan produk yang tidak
diinginkan. Lingkungan tersebut dapat berupa asam, basa, oksigen dalam udara, oksigen
dalam air, atau zat kimia lainnya. Produk yang tidak diinginkan ini adalah karat. Ciri-ciri
karat adalah berupa bercak coklat tua (lihat gambar 14a).

Keberadaan karat ini sangat merugikan dan pada kondisi tertentu dapat mengancam
keselamatan jiwa. Logam yang mengalami korosi ini biasanya akan menjadi rapuh dan
keropos. Dan hal ini tentu sangat berbahaya jika yang mengalami korosi adalah jembatan dari
besi. Jembatan lama kelamaan akan rapuh dan keropos. Untuk mencegah timbulnya korosi ini
kita dapat melakukan beberapa cara salah satunya yaitu dengan pengecatan.
Selain korosi pada logam hujan asam juga dapat merusak bangunan terutama bangunan yang
terbuat dari batuan (lihat gambar 14b) . Hal ini disebabkan karena hujan asam akan
melarutkan kalsium karbonat dalam batuan tersebut dan membuatnya batuan menjadi mudah
lapuk.

3. Tumbuhan menjadi layu, kering dan mati

Hujan asam yang larut bersama nutrisi di dalam tanah akan menyapu kandungan nutrisi
dalam tanah sebelum tumbuhan sempat mempergunakannya untuk tumbuh. Zat kimia
beracun seperti aluminium juga akan terlepas dan bercampur dengan nutrisi. Apabila nutrisi
ini diserap oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun
berguguran, kemudian tumbuhan akan terserang penyakit, kekeringan, dan mati.

4. Merusak ekosistem perairan

Hujan asam yang jatuh pada danau akan meningkatkan keasaman danau. Keasaman danau
yang meningkat menyebabkan beberapa spesies biota air mati karena tidak mampu bertahan
di lingkungan asam. Meskipun ada beberapa spesies yang dapat bertahan hidup tetapi karena
rantai makanan terganggu maka spesies tersebut dapat mengalami kematian pula.

Untuk mengetahui dampak nyata dari hujan asam, simaklah video berikut ini!

Untuk kamu lebih mudah memperoleh informasi bacalah panduan video 3 terlebih dahulu!

2. Upaya Pencegahan Terbentuknya Hujan Asam

Mengingat dampak hujan asam yang luas, maka perlu dilakukan upaya pencegahan
terbentuknya hujan asam. Upaya pencegahan terbentuknya hujan asam antara lain :

a. Menggunakan bahan bakar dengan kandungan belerang rendah

Minyak bumi dan batu bara merupakan sumber bahan bakar utama di Indonesia. Minyak
bumi memiliki kandungan belerang yang tinggi, untuk mengurangi emisi zat pembentuk
asam dapat digunakan gas alam sebagai sumber bahan bakar. Usaha lain yaitu dengan
menggunakan bahan bakar non-belerang seperti methanol, etanol, dan hidrogen. Namun
penggunaan bahan bakar non-belerang ini juga perlu diperhatikan karena akan membawa
dampak pula terhadap lingkungan.

b. Desulfurisasi adalah proses penghilangan unsur belerang. Desulfurisasi dapat dilakukan


pada waktu :

1.) Sebelum pembakaran

Kandungan belerang dapat dikurangi saat proses produksi bahan bakar. Misalnya, batubara
dapat dicuci untuk membersihkan batubara dari pasir, tanah, dan kotoran lain serta
mengurangi kadar belerang yang berupa pirit sampai 50-90%.
2.) Selama pembakaran

Pengendalian pencemaran selama pembakaran dapat dilakukan sengan Lime Injection in


Multiple Burners (LIMB). Caranya dengan menginjeksikan kapur Ca(OH) 2 dalam dapur
pembakaran dan suhu pembakaran diturunkan dengan alat pembakaran khusus. Teknologi
LIMB ini dapat mengurangi emisi SO2 sampai 80% dan NOx 50%.

3.) Setelah pembakaran

Teknik pengendalian setelah pembakaran disebut scubbing. Prinsip teknologi ini adalah
mengikat SO2 dalam gas limbah di cerobong asap dengan absorben. Dengan cara ini 70-95%
SO2 yang terbentuk dapat diikat.
Kebakaran liar
Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran
yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian
disekitarnya. Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan pembakaran.

Musim kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran
hutan besar.

Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti "api liar" yang berasal dari sebuah sinonim
dari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di Eropa Pertengahan sebagai
senjata maritim

Penyebab
Penyebab Kebakaran hutan, antara lain:

 Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
 Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa
mematikan api di perkemahan.
 Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung
berapi.
 Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka
lahan pertanian baru dan tindakan vandalisme.
 Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat
menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.

Dampak
Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:

1. Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan pada 1997
menimbulkan emisi / penyebaran sebanyak 2,6 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer
(sumber majala Nature 2002). Sebagai perbandingan total emisi karbon dioksida di
seluruh dunia pada tahun tersebut adalah 6 miliar ton.
2. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap
atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies
endemik/khas di suatu daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.
3. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di
saat musim kemarau.
4. Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan
lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil.
5. Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang
mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau.
6. Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal ini
dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan
baku dan puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan pekerjaan.
7. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan
kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut
dan anak-anak. Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit para penderita
TBC/asma.
8. Asap yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan
masyarakat antara lain pendidikan, agama dan ekonomi. Banyak sekolah yang
terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di tingkat yang berbahaya. Penduduk
dihimbau tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak. Hal ini mengganggu
kegiatan keagamaan dan mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap
juga terjadi pada sarana perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang.
Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena
jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi
kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak pandang.
9. Musnahnya bangunan, mobil, sarana umum dan harta benda lainnya.

Anda mungkin juga menyukai