Anda di halaman 1dari 32

MITIGASI BENCANA

Oleh Mustakim Sahdan, SKM., M.Kes


Pengertian
 Mitigasi didefinisikan sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi
dampak dari bencana, (UU No 24 Tahun 2007
 Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
dan dampak bencana terhadap masyarakat yang berada pada
kawasan rawan bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana (PP No 21 Tahun 2008 )
Mitigasi dalam UU 24 Tahun 2007
 Mitigasi dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat
yang berada pada kawasan rawan bencana.
 Kegiatan mitigasi sebagaimana dimaksud dilakukan melalui:
a.pelaksanaan penataan ruang;
b.pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan; dan
c. penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara
konvensional maupun modern.
 Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu :
🞑 Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana.
🞑 Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat yg bermukim di daerah
rawan bencana dalam menghadapi bencana.
🞑 Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta cara menyelamatkan diri jika terjadi
bencana. dan
🞑 Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana.
Jenis-jenis mitigasi
 a) Mitigasi Struktural
🞑 Merupakan upaya untuk meminimalkan bencana melalui pembangunan prasarana fisik dengan
menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir,
alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, rekayasa bangunan tahan gempa, ataupun Early
Warning System untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami.
 b) Mitigasi Non-Struktural
🞑 Merupakan upaya untuk mengurangi dampak bencana melalui legislasi /pembuatan peraturan,
perencanaan wilayah, dan asuransi.
 Mitigasi struktural maupun non struktural harus saling mendukung.
 Pemanfaatan teknologi untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya
bencana harus diimbangi dengan penegakan peraturan dan rencana tata ruang yang sesuai.
 Sering terjadinya peristiwa banjir, tanah longsor dan kekeringan diakibatkan oleh lemahnya
penegakan hukum dan pemanfaatan tata ruang wilayah yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan
sekitar.
 Teknologi yang digunakan untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya suatu
bencana pun harus diusahakan agar tidak mengganggu keseimbangan lingkungan pada masa depan.
Mitigasi
Non Struktural:
🞑 Kelembagaan/Pengorganisasian
🞑 Peraturan Perundangan
🞑 Perencanaan
🞑 Penyusunan Pedoman dan Prosedur
🞑 Pendidikan dan Pelatihan
🞑 Penelitian dan Pengkajian
🞑 Peningkatan Kewaspadaan

Struktural:
🞑 Struktural Rekayasa
🞑 Struktural Non Rekayasa
Tujuan mitigasi
 Untuk mengurangi risiko kematian dan cedera terhadap masyarakat.
 Untuk mengurangi kerusakan sumber daya alam dan
 Untuk mengurangi kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap
infrastruktur sektor publik dan sektor swasta.
Unsur Spesifik dalam Mitigasi
 ASURANSI: harta benda pribadi dan milik publik
 REGULASI: keselamatan, tataruang, perwilayahan
 CODES: peraturan bangunan & kebakaran
 LEGISLASI: undang-undang, peraturan daerah
 UPAYA STRUKTURAL: dam, tanggul, bangunan pengatur banjir
 RENCANA: rencana kontinjensi, rencana evakuasi dsb
 PENDIDIKAN: informasi publik, penyebaran melalui media massa, kepedulian masyarakat
 PELATIHAN: orientasi untuk pejabat, manajemen bencana, petugas lapangan, relawan,
gladi dan uji coba
 SUMBERDAYA: ketersediaan unit tanggap darurat, peralatan, SDM dan lokasi serta
kontak person.
Strategi Mitigasi
 Mitigasi harus diintegrasikan dalam program pembangunan yg
lebih besar
 Pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas biaya dan manfaat.
 Agar dapat diterima masyarakat, mitigasi harus menunjukkan hasil
yg segera tampak.
 Upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah dilaksanakan segera
setelah bencana
 Mitigasi dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan lokal
dalam manajemen dan perencanaan.
Kebijakan mitigasi bencana
 1) Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama bagi semua pihak
baik aparat pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan bidang tugas unit masing-masing.
 2) Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu, terkoordinir dgn melibatkan seluruh
potensi pemerintah dan masyarakat.
 3) Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan.
 4) Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, pemberdayaan masyarakat serta
kampanye.
Strategi Untuk melaksanakan kebijakan
 1) Pemetaan daerah rawan bencana.
🞑 Peta rawan bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam antisipasi kejadian
bencana alam.
 2) Pemantauan tingkat kerawanan secara dini untuk dilakukan antisipasi.
🞑 Pemantauan daerah vital dan strategis.
 3) Penyebaran informasi melalui poster dan leaflet pada daerah rawan bencana, tentang tata cara
mengenali, mencegah dan penanganan bencana.
🞑 Untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di suatu kawasan.
 4) Sosialisasi dan Penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada SATKOR-LAK PB, SATLAK
PB, dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana.
 5) Pelatihan/Pendidikan difokuskan pada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi
bencana.
 6) Peringatan Dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan hasil pengamatan
secara kontinyu di daerah rawan guna mengantisipasi terjadi bencana.
Prinsip-prinsip Mitigasi

 Bencana adalah titik awal upaya mitigasi bagi bencana


serupa berikutnya.
 Upaya mitigasi itu kompleks, saling tergantung dan melibatkan
banyak pihak
 Upaya mitigasi aktif lebih efektif dibanding upaya mitigasi pasif
 Jika sumberdaya terbatas, prioritas harus diberikan
kepada kelompok rentan
 Upaya mitigasi memerlukan pemantauan dan evaluasi terus menerus
untuk mengetahui perubahan situasi.
Manajemen mitigasi bencana
 Penguatan institusi penanganan bencana.
 Meningatkan kemampuan tanggap darurat.
 Meningkatkan kepedulian dan kesiapan masyarakat pada masalah-masalah yang berhuungan
dengan risiko bencana.
 Meningkatkan keamanan pada sistem infrastruktur dan utilitas.
 Meningkatkan keamanan pada bangunan strategis dan penting.
 Meningkatkan keamanan pada daerah perumahan dan fasilitas umum.
 Meningkatkan keamanan pada bangunan industry, sekolah dan anak-anak sekolah.
 Memperhatikan keamanan bangunan tahan gempa dan tsunami serta banjir dalam proses pembuatan
konstruksi baru.
 Meningkatkan pengetahuan para ahli mengenai fenomena bencana, kerentanan terhadap bencana dan
teknik-teknik mitigasi.
 Memasukkan prosedur kajian risiko bencana kedalam perencanaan tata ruang/ tata guna lahan. dan
 Meningkatkan kemampuan pemulihan masyarakat dalam jangka panjang setelah terjadi bencana.
Kegiatan mitigasi
 Pengenalan dan pemantauan risiko bencana
 Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana
 Pengembangan budaya sadar bencana
 Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana
 Identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana
 Pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam
 Pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi
 Pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup
Langkah-langkah dlm mitigasi bencana
 Bencana Banjir
🞑 1) Pengawasan penggunaan lahan dan perencanaan lokasi untuk penempatan fasilitas vital pada
daerah bebas banjir.
🞑 2) Penyesuaian desain bangunan harus tahan terhadap banjir dan dibuat bertingkat.

🞑 3) Pembangunan infrastruktur harus kedap air.

🞑 4)
Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai, tembok laut sepanjang pantai
yang rawan badai atau tsunami.
 5) Pembersihan sedimen.
 6) Pembuatan saluran drainase.
 7) Peningkatan kewaspadaan di daerah banjir.
 8) Desain bangunan tahan banjir (material tahan air, fondasi kuat)
 9) Meningkatkan kewaspadaan thd penggundulan hutan.
 10) Pelatihan tentang kewaspadaan banjir seperti cr penyimpanan/pergudangan perbekalan, tempat
istirahat/tidur di tempat yg aman (daerah yang tinggi).
Bencana Tanah Longsor
 1) Pembangunan permukiman dan vasilitas utama lainnya menghindari daerah rawan bencana.
 2) Menyarankan relokasi.
 3) Menyarankan pembangunan pondasi tiang pancang untuk menghindari bahaya liquefation.
 4) Menyarankan pembangunan pondasi yang menyatu, untuk menghindari penurunan yang tidak seragam
(differential settlement).
 5) Menyarankan pembangunan utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel.
 6) Mengurangi tingkat keterjalan lereng.
Bencana Gunung Berapi
 1) Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus jauh/di luar dari kawasan
rawan bencana.
 2) Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk di aliri lava dan atau lahar
 3) Perkenalkan struktur bangunan tahan api.
 4) Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api
 5) Membuat barak pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunung api yang sering meletus.
 6) Mensosialisasikan kepd masyarakat yg bermukim di sekitar gunung
api harus mengetahui posisi tempat tinggalnya pd Peta kawasan
Rawan Bencana Gunung api.
 7) Mensosialisasikan kepada masyarakat yg bermukim di sekitar
gunung api hendaknya paham cara menghindar dan tindakan yang
harus dilakukan ketika terjadi letusan gunung api.
 8) Mensosialisasikan kepada masyarakat agar paham arti dari
peringatan dini yang diberikan oleh aparat/Pengamat Gunung api.
 9) Mensosialisasikan kepada masyarakat agar bersedia melakukan
koordinasi dengan aparat/Pengamat Gunung api.
Bencana Gempa Bumi
 1) Memastikan bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa.
 2) Memastikan perkuatan bangunan dengan mengikuti standard kualitas bangunan.
 3) Pembangunan fasilitas umum dengan standard kualitas yang tinggi.
 4) Memastikan kekuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
 5) Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah
rawan bencana.
Bencana Tsunami
 1) Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan tenhadap bahaya tsunami.
 2) Pendidikan kepada masyarakat tentang karakteristik dan pengenalan
bahaya tsunami.
 3) Pembangunan tsunami Early Warning System.
 4) Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang beresiko.
 5) Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai meredam
gaya air tsunami.
 6) Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman.
Tempat/ bangunan ini harus cukup tinggi dan mudah diakses untuk menghidari
ketinggian tsunami.
Bencana Kebakaran
 1) Pembuatan dan sosialisasi kebijakan Pencegahan dan Penanganan Kebakaran.
 2) Peningkatan penegakan hukum.
 3) Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk
penanganan kebakaran secara dini.
 4) Pembuatan waduk-waduk kecil, Bak penampungan air dan Hydran untuk
pemadaman api.
 5) Melakukan pengawasan pembakaran lahan untuk pembukaan lahan secara ketat.
 6) Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman
yang heterogen.
 7) Meningkatkan partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran
di daerahnya.
Bencana Kekeringan
 1) Perlu melakukan pengelolaan air secara bijaksana, melalui pembuatan waduk dan saluran
distribusi yang efisien.
 2) Konservasi tanah dan pengurangan tingkat erosi dengan pembuatan check dam dan reboisasi.
 3) Pengalihan bahan bakar kayu bakar ke bahan bakar minyak untuk menghindari penebangan
hutan/tanaman.
 4) Pendidikan dan pelatihan.
 5) Meningkatkan/memperbaiki daerah yang tandus dengan melaksanakan pengelolaan Iahan,
pengelolaan hutan, waduk peresapan dan irigasi.
Bencana Angin Siklon Tropis
 1) Memastikan struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu
bertahan terhadap gaya angin.
 2) Penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin khususnya di
daerah yang rawan angin topan.
 3) Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang terlindung
dari serangan angin topan.
 4) Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin
Bencana Wabah Penyakit
 1) Menyiapkan masyarakat, nakes dan lintas sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi
serta cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi melalui kegiatan sosialisasi yang
berkesinambungan.
 2) Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya-upaya pencegahan,
respon cepat serta penanganan bila wabah terjadi.
 3) Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan seperti sumberdaya manusia yang profesional,
sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi, transportasi, logistik serta pembiayaan
operasional.
 4) Upaya penguatan surveilans epidemiologi.
Bencana Konflik
 1) Mendorong peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam rangka memelihara stabilitas
ketentraman dan ketertiban
 2) Penanaman moral dan etika budaya politik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan Mendukung
kelangsungan demokratisasi.
 3) Mengembangkan supremasi hukum dengan menegakkan hukum secara konsisten, berkeadilan dan
kejujuran.
 4) Meningkatkan perlindungan, penghormatan, dan penegakkan HAM.
 5) Meningkatkan kinerja aparatur negara yang profesional, berdayaguna, produktif, transparan,
bebas dari KKN.

Anda mungkin juga menyukai