Anda di halaman 1dari 81

ARSITEKTUR TANGGAP BENCANA

Arsitektur Tanggap Bencana


Dosen : Ir. Nasril Sikumbang,MT
KELOMPOK 1

Nama : -Badriah Izzati


-Fira Fionita
-Roberto
-Sandy Akbar
-Muhammad Farhan
MANFAAT MEMPELAJARI
ARSITEKTUR TANGGAP
BENCANA
Manfaat dari mempelajari
matakuliah Arsitektur Tanggap
Bencana dimana, kita dapat
mengetahui metode dan tahapan
dala m merancang suatu bangunan
yang meminimalisir korban jiwa jika
terjadi bencana alam, dimana orang
yang berada didalam bangunan
dapat keluar sebelum bangunan
tersebut jatuh.
MENGENAL BENCANA
Bencana adalah
suatu kejadian atau
peristiwa yang
mengancam dan
meengganggu
kehidupan dan
penghidupan
masyarakat .
PENGENALAN BENCANA

ALAM Buatan Manusia

Bencana alam Bencana buatan


merupakan suatu manusia adalah suatu
peristiwa terjadi secara peristiwa yang terjadi
alami akan kehendak karena ulah manusia
alam itu sendiri yang lalai atau malas
Bencana Alam sering menjadi
peristiwa yang memakan korban
jiwa terlalu banyak
contoh
- GEMPA BUMI BENCANA
ALAM
- TSUNAMI
- ANGIN TOPAN
- LONGSOR
- ELNINA / ELNINO
Bencana Buatan Manusia, merupakan
bencana yang diakibatkan oleh ulah
manusia, biasanya bencana buatan
manusia, bisa menjadi bencana yang
BENCANA mengakibatkan bannyaknya korban jiwa
BUATAN
MANUSIA Contoh
- BANJIR
- LONGSOR
- KEBAKARAN
AKIBAT
BENCANA

-Kerugian Harta Benda


-Kehilangan Jiwa
-- Merubah Pola
Kehidupan
-- Ekonomi daerah
hancur
-- Memunculkan jiwa
gotong royong
-- Kepanikan Masal
Siklus Penanganan Bencana
Peringatan dini Kejadian Bencana
Penanganan
Kesiapsiagaan
Darurat

Mitigasi Rehabilitasi

Pencegahan Rekontruksi
Perencanaan
PERILAKU BENCANA
•Kepanikan terhadap Masyarakat
ketika bencana terjadi
•Terjadi kepadatan ketika
evakuasi
•Kurangnya pengetahuan
tentang tindakan bencana
•Menenangkan diri di wilayah
terbuka
Perencanaan Pengurangan
Risiko
Kebijakan nasional terhadap
perencanaan pembangunan
Kesadaran dan analisis risiko
bencana
Pengaturan hubungan dan
pembagian kerja antar institusi
dalam manajemen bencana
Peringatan dan tindakan
kesiapan
Sumberdaya manusia dalam
manajemen bencana
MITIGASI Menurut UU 24 Tahun
2007, mitigasi adalah
serangkaian upaya
untuk mengurangi
resiko bencana, baik
melalui
pembangunan fisik
maupun penyadaran
dan peningkatan
kemampuan
menghadapi
ancaman bencana.
Mitigasi bencana yaitu serangkaian upaya untuk mengurangi bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana Pendekatan mitigasi terbagi menjadi :
A. Mitigasi Struktural
Mitigasi struktural adalah serangkaian upaya untuk meminimalkan bencana yang
dilakukan melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik serta denganmenggunakan
pendekatan teknologi
Contoh dari mitigasi struktural adalah pembuatan kanal khusus untuk pencegahan
banjir, alat pendeteksi akitivitas gunung yang masih aktif, bangunan yang tahan
gempa, dan juga alat pendeteksi dan peringatan jika terjadinya gelombang Tsunami.
Selain mitigasi struktural juga terdapat mitigasi non struktural adalah serangkaian
upaya mengurangi dampak bencana selain dari mitigasi struktural. Seperti upaya
pembuatan kebijakan dan pembuatan suatu peraturan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mitigasi bencana, agar risiko dari
bencana tersebut dapat diminimalisir adalah sebagai berikut ini :
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mitigasi bencana, agar risiko dari
bencana tersebut dapat diminimalisir adalah sebagai berikut ini :
1. Mitigasi Bancana Banjir
Mitigasi bencana alam banjir dapat dilakukan dengan cara:
a. Melakukan pengawasan penggunaan lahan serta perencanaan lokasi tepat
untuk menempatkan fasilitas-fasilitas vital yang rentan terhadap
b. Menyesuaikan desain bangunan di daerah
banjir. didesain harus tahan terhadap banjir dan dibuat bertingkat
Membangun segala infrastruktur kedap air
c. Membuat tanggul atau tembok penahan disepanjang sungai serta membuat
tembok laut sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami.
d. Melakukan Pembersihan sedimen, membuat saluran drainase, meningkatkan
kewaspadaan terhadap daerah rawan banjir.
2. Mitigasi Bencana Longsor

Mitigasi bencana alam Tanah Longsor dapat dilakukan dengan cara:


a. Membuat permukiman dan fasilitas utama lainnya yang mendukung di daerah rawan bencana
b. Menyarankan untuk merelokasi tempat tinggal ke tempat yang lebih aman dan jauh dari tebing.
c. Menyarankan pembangunan pondasi tiang pancang di setiap bangunan untuk menghindari bahaya liquefaction
d. Menyarankan pembangunan pondasi yang menyatu di setiap bangunan, untuk menghindari penurunan yang tidak seragam
(differential settlement)

3. Gunung berapi
Mitigasi bencana alam gunung berapi dapat dilakukan dengan cara:
a. Membuat perencanaan lokasi terhadap pemanfaatan lahan untuk aktivitas harus jauh atau di luar dari
kawasan rawan bencana
b. Hindari tempat-tempat yang sekiranya bakal menjadi aliran lava
c. Membuat struktur bangunan yang tahan akan api
d. Mendesain bangunan menjadi bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api
e. Membuat titik pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunung api
yang sering meletus,
f. Memberikan sosialisasi, berupa penyuluhan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar gunung
api, untuk mengetahui posisi tempat tinggalnya pada peta kawasan rawan bencana gunung api
g. Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api, tentang cara
menghindar serta tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi letusan gunung api
h. Mensosialisasikan kepada masyarakat, tentang arti dari peringatan dini yang
diberikan oleh petugas atau pengamat gunung api
i. Mensosialisasikan kepada masyarakat untuk melakukan koordinasi dengan
petugas atau Pengamat Gunung api
4. Mitigasi Bencana Gempa Bumi

Mitigasi bencana alam gempa bumi dapat dilakukan dengan cara

a. Memastikan bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran atau gempa
b. Mengikuti standard kualitas bangunan untuk Memastikan bangunan kuat terhadap getaran atau
gempa

5. Mitigasi bencana alam Tsunami dapat dilakukan dengan cara:

a. Meningkatan kesiapsiagaan serta kewaspadaan tenhadap bahaya tsunami


b. Memberikanpenyuluhan kepada masyarakat tentang karakteristik dan
pengenalan bahaya tsunami
c. Mebuat alat peringat tsunami atau Early
Warning System
d. Membangun tembok penahan tsunami pada garis pantai yang berpotensi
mengakibatkan bahaya
e. Melakukan Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis
pantai yang dapat meredam ombak tsunami
f. Membuat bangunan tempat untuk evakuasi yang aman di sekitar daerah
pemukiman. Tempat atau bangunan ini harus cukup
tinggi dan mudah diakses untuk
menghidari ketinggian tsunami
6. Mitigasi kbakaran
Mitigasi bencana alam Kebakaran dapat dilakukan dengan cara:

a. Memberikan sosialisasi terkait Pencegahan dan Penanganan Kebakaran


b. Peningkatan penegakan hokum
c. Membentuk pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanganan kebakaran secara dini
d. Membuat waduk-waduk kecil, Bak penampungan air serta Hydran untuk pemadaman api
e. Melakukan pengawasan terhadap pembakaran lahan serta memperketat perizinan bagi yang ingin pembukaan lahan baru.
f. Melakukan reboisasi terhadap daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang beragam
g. Meningkatkan kesiapsiagaan serta partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya

8. .Mitigasi Bencana Angin Puting Beliung / Topan

Mitigasi bencana alam kekeringan dapat dilakukan dengan cara:


a. Memastikan struktur bangunan kuat serta memenuhi syarat teknis agar mampu bertahan terhadap gaya angin yang kencang.
b. Memperhitungkan beban angin khususnya di daerah yang rawan angin topan dengan cara menerapan aturan standar bangunan yang ada
c. Menempatkan lokasi pembangunan pada daerah yang terlindung agar terhindar dari serangan angin puting beliung atau topan
d. Melakuakan Penghijauan dengan cara menanam pohon untuk meredam gaya angina
----- Mitigasi sebelum bencana (pre-disasater
mitigation) membantu untuk memastikan proses
recovery dampak berlangsung lebih cepat.
----- Pengukuran pengurangan bahaya harus
melingkupi semua jenis bahaya yang ada di suatu
komunitas.
PRINSIP ----- Pengukuran potensi mitigasi harus
dievaluasi cost-benefit dan konsisten terhadap
MITIGASI keinginan dan prioritas komunitas.
----- Pengukuran mitigasi harus melindungi
sumberdaya alam dan budaya suatu komunitas.
---- Program mitigasi yang efektif didasari
perlunya kerjasama antara pemerintah, swasta
dan komunitas masyarakat.
TINDAKAN MITIGASI BENCANA

Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat


digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu
mitigasi aktif dan mitigasi pasif (BNBP Nomor
4, 2008):
Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif
antara lain adalah:
1) Penyusunan peraturan perundang-undangan.
2) Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan
masalah.
3) Pembuatan pedoman/standard/prosedur.
4) Pembuatan brosur/leafet/poster.
5) Penelitian/pengkajian karakteristik bencana.
6) Pengkajian /analisis risiko bencana.
7) Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan.
8) Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas
bencana.
9) Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti
forum.
10) Pengurus-utamaan PB dalam perencanaan
pembangunan.
TINDAKAN MITIGASI BENCANA
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong mitigasi
aktif antara lain :
1) Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan,
bahaya, larangan memasuki daerah rawan bencana
dsb.
2) Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai
peraturan tentang penataan ruang, ijin mendirikan
bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan
tentang pencegahan bencana.
3) Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan
masyarakat.
4) Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan
bencana ke daerah yang lebih aman.
5) Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan
masyarakat.
6) Perencanaan daerah penampungan sementara dan
jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana.
7) Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk
mencegah, mengamankan dan mengurangi dampak
yang ditimbulkan oleh bencana, seperti : tanggul, dam,
penahan erosi pantai, bangunan, bangunan tahan
gempa dan sejenisnya
Manajemen Bencana
Menurut NEPA : 11 dalam buku Manajemen
bencana. “Manajemen bencana adalah
upaya sistematis dan komprehensif untuk
menanggulangi semua kejadian bencana
secara cepat, tepat, akurat untuk menekan
korban dan kerugian yang ditimbulkan”.

Definisi lain menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun


2007 tentang penanggulangan bencana menjelaskan
pengertian manajemen bencana. “Manajemen
Bencana adalah segala upaya atau kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan
berkaitan dengan bencana yang dilakukan pada
sebelum, pada saat dan setelah bencana”.
1) Siklus Manajemen
Bencana
Menurut Soehatman, (2011 : 31) dalam buku
Manajemen Bencana menjelaskan bahwa
manajemen bencana melalui 3 Siklus

a) Pra Bencana
(1) Kesiagaan Kesiagaan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna.
Kesiasiagaan juga merupakan tahapan
yang paling strategis karena sangat
menentukan ketahanan anggota
masyarakat dalam menghadapi datangnya
suatu bencana.
1) Siklus Manajemen
Bencana
(2) Peringatan Dini
Langkah ini diperlukan untuk memberi
peringatan kepada masyarakat tentang
bencana yang akan terjadi sebelum kejadian
seperti banjir, gempa bumi, tsunami, letusan
gunung api, atau badai. Peringatan dini
disampaikan dengan segera kepada semua
pihak, khusunya mereka yang potensi
terkena bencana akan kemungkinan
datangnya suatu bencana didaerahnya
masing-masing. Peringatan didasarkan
berbagai 15 informasi teknis dan ilmiah yang
dimiliki, diolah atau diterima dari pihak
berwenang mengenai kemungkinan akan
datangnya suatu bencana.
1) Siklus Manajemen Bencana
b) Saat Bencana
(1) Tanggap Darurat
Pengertian tanggap darurat menurut Soehatman, 2011 : 35 dalam buku
manajemen bencana.

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana.

Pengertian diatas menjelaskan bahwa tanggap darurat merupakan kegiatan


penyelamatan terhadap bencana yang harus segera dilakukan saat saat terjadinya
bencana. Menurut Peraturan Pemerintah No.11, langkah-langkah yang dilakukan
dalam kondisi tanggap darurat antara lain:

(a) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumberdaya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude bencana,
luas area yang terkena dan perkiraan tingkat kerusakannya. 17
(b) Penentuan status keadaan darurat bencana.
(c) (Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana sehingga
dapat pula ditentukan status keadaaan darurat. (
(d) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.
c) Pasca Bencana
Penanggulangan pasca bencana meliputi dua tindakan
utama yaitu:
(1) Rehabilitasi
Pengertian Rehabilitasi menurut Giri, (2017 :
20) dalam buku tanggap darurat bencana alam yaitu :
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua
aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat
yang memadai pada wilayah pascabencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.

Pengertian diatas dijelaskan bahwa rehabilitasi merupakan


suatu bentuk kegiatan pemulihan yang diberikan kepada
masyarakat sebagai dasar pelayanan setelah terjadi nya
bencana. Dalam penentuan kebijakan rehabilitasi, prinsip
dasar yang digunakan adalah sebagai berikut:
(a) Menempatkan masyarakat tidak saja sebagai korban
bencana, namun juga sebagai pelaku aktif dalam kegiatan
rehabilitasi.
(b) Program rehabilitasi dimulai segera setelah masa
tanggap darurat (sesuai dengan peraturan presiden
tentang penetapan status dan tingkatan bencana) dan
diakhiri setelah tujuan utama rehabilitasi tercapai
(2) Rekontruksi
Pengertian Rekontruksi menurut Giri, (2017: 20) dalam
buku tanggap darurat bencana alam yaitu :

Rekontruksi adalah pembangunan kembali


semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah
pascabencana baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
bekembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

Berbeda halnya dengan rehabilitasi, rekontruksi


merupakan perbaikan lingkungan yang dilakukan untuk
memulihkan kembali keadaan masyarakat dari keadaan
keterpurukan dan harus dilakukan sesuai dengan
kerangka pengurangan resiko bencana yang dilakukan
oleh pihak yang bertugas dalam hal kebencanaan agar
dapat mengantisipasi terjadinya bencana yang akan
datang.

Siklus bencana yang telah dijelaskan tersebut sebaiknya


tidak dipahami sebagai suatu pembagian tahapan yang
tegas akan tetapi harus dipahami bahwa setiap waktu
semua tahapan dilaksanakan secara bersama-sama
dengan porsi kgiatan yang
Bencana

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana


menyebutkan definisi bencana sebagai berikut :

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis .
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non
alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut
juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.
ARSITEKTUR TANGGAP BENCANA

Sebagai negara yang dikelilingi Cincin Api


Pasifik, Indonesia terletak di zona gempa
paling aktif di dunia. Apalagi, Indonesia
juga terletak di atas tiga tumbukan lempeng
benua, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan
Pasifik.
Lempeng-lempeng aktif tersebut terus
bergerak yang dapat mengakibatkan
gempa ketika terjadi tumbukan. Dengan
kondisi geografis tersebut, Indonesia
menjadi negara yang wilayahnya rawan
terhadap bencana seperti gempa bumi,
gunung meletus dan tsunami.
Tanggap bencana bukan lagi menjadi hal baru tapi seharusnya sudah
mendarah daging bagi warga yang tinggal di wilayah yang kerap dilanda
bencana.
Pola adaptasi tanggap bencana juga harus diimplementasikan dalam
upaya pembangunan rumah rakyat sehingga rumah yang dibangun juga
tahan terhadap bencana agar tidak menimbulkan korban dan kerugian
dalam jumlah besar. Untuk itu, arsitektur yang tanggap bencana harus
dibumikan di Tanah Air.
Masyarakat Indonesia sejak dulu telah membangun arsitektur yang
tanggap bencana dengan beradaptasi terhadap alam bukan melawan
alam seperti bangunan tradisional yang terbuat dari kayu dan bambu yang
cocok untuk wilayah yang rawan gempa.
Kayu dan bambu merupakan material alam yang dapat digunakan untuk
menggantikan semen dan bata dalam membangun rumah.
Saat ini, rumah dengan tembok
yang terbuat dari bata, semen dan
pasir sudah menjadi patokan rumah
yang layak bagi tiap orang padahal
belum tentu tanggap bencana.
Karena keterbatasan dana, warga
membangun seadanya sehingga
rumah tidak sesuai dengan struktur
tahan gempa akibatnya banyak
orang tewas tertimpa bagian-bagian
rumah yang roboh diterjang gempa
atau bencana.
Padahal sejak dulu di mana
teknologi belum mewabah, warga
Indonesia telah mampu membangun
arsitektur yang tanggap bencana.
Kini alih-alih mengejar status sosial,
warga beralih membangun tembok
rumah dengan bahan material
industri tanpa mengedepankan
aspek ketahanan terhadap bencana.
Padahal bencana seperti gempa
bumi tidak dapat diprediksi waktu
terjadinya.
Tenologi Dan Material

Sebagai contoh, teknologi yang kian canggih hari-hari ini dapat digunakan
untuk meningkatkan kualitas kayu seperti kayu kelas empat menjadi kayu
kelas dua. Kayu tersebut akan terlihat mahal dan berkelas ketika diberikan
sentuhan seni, desain dan teknologi dalam membangun bangunan atau rumah
yang keren.

Material industri memang dapat digunakan untuk membangun bangunan


tanggap bencana, namun biaya yang dibutuhkan akan jauh lebih besar,
sementara tidak semua masyarakat mampu melakukannya, maka alternatif
lain adalah memanfaatkan material alami.

Untuk pengembangan arsitektur tanggap bencana berbahan material alami


seperti kayu, maka hal yang juga harus diperhatikan adalah ketersediaan
bahan baku sehingga pengelolaan alam harus dilakukan secara berkelanjutan.

Ketika kesadaran akan pentingnya pemanfaatan material alam muncul, maka


secara tidak sadar kepedulian terhadap pengelolaan alam akan bertumbuh
untuk menjamin ketersediaan bahan baku dari alam.
Indonesia Membutuhkan Arsitektur
Tngggap Bencana
Mitigasi Bencana Masuk Kurikulum, Apa Kata Pakar
Jerman?

Profesor Dr. Jörg Szarzynski adalah pengajar di United Nation University, Institute for Environment and
Human Security (UNU-EHS) dan pakar mitigasi bencana yang memiliki hubungan erat dengan Indonesia
terutama melalui riset dan kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Beliau pernah
menjadi bagian tim pakar dari Jerman untuk pengembangan sistem peringatan dini tsunami (German-
Indonesian Tsunami Early Warning System) dan bekerja sama dengan LIPI memberi pelatihan untuk
siswa sekolah di Jakarta dan Bogor. Ketertarikan risetnya berada di bidang Manajemen Bencana, Sistem
Peringatan Dini, Pembangunan Kapasitas dan Pendidikan, serta Perubahan Lingkungan dan
Pengembangan Berkelanjutan. DW memiliki kesempatan untuk berbincang-bincang dengannya terkait
tema pendidikan mitigasi bencana untuk masyarakat.

DW: Presiden Indonesia, Joko Widodo telah menginstruksikan kementerian terkait untuk memasukkan
mitigasi bencana ke dalam kurikulum sekolah. Apa pendapat Anda tentang ini?
Pertama-tama saya pikir perlu ada konsep
didaktis, apa isi kurikulum itu, bagaimana cara
memberi tahu anak-anak tentang potensi bahaya
dari alam dan bahaya buatan manusia. Jika kita
melihat negara seperti Indonesia, yang rentan
terhadap berbagai bahaya alam seperti tsunami,
letusan gunung berapi, banjir dan sebagainya,
tentu berbagai bentuk bahaya dari alam ini semua
perlu dimasukkan. Dan tentu saja kurikulum
perlu disesuaikan dengan usia anak sehingga
transmisi dan distribusi pengetahuan yang efisien Gambar Bencana Gempa Bumi.
dapat terjamin.

Apakah Anda tahu ada negara berkembang lain


yang juga melakukan langkah ini?

Ada pendekatan yang berbeda-beda di berbagai


negara, tetapi sepengetahuan saya, Indonesia
adalah salah satu negara pertama di mana
Presiden sendiri menyatakan bahwa mitigasi
bencana harus menjadi bagian dari kurikulum
nasional di sekolah.
Pertama-tama, saya perlu koreksi. Dari sudut pandang kami
di UNU tidak ada yang namanya bencana alam. Kami
menyebutnya bahaya alam. Ketika populasi manusia
terpengaruh maka bahaya alam berubah menjadi bencana.
Semakin siap masyarakat, semakin sedikit efek buruk yang
ditimbulkan. Kembali ke pertanyaan Anda, saya pikir
penting bahwa tidak hanya sekolah yang dilibatkan untuk
merancang kurikulum mitigasi bencana, karena ini juga
harus menjangkau anak-anak yang mungkin tidak memiliki
kesempatan untuk pergi ke sekolah resmi. Maka selain
sekolah, mungkin bisa juga dilibatkan, di sini saya ambil Poster Stunami.

contoh, radio komunitas. Karena bahkan di desa paling


terpencil orang memiliki radio. Jika Anda memiliki konsep
didaktis yang dirancang dengan baik untuk
mentransmisikan konsep paling penting, saya pikir Anda
akan dapat menjangkau bahkan sejumlah komunitas
terpencil serta anak-anak yang tidak memiliki kesempatan
untuk pergi ke sekolah secara teratur.
Dalam beberapa hari terakhir, aktifitas letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) meningkat,
ketinggian abu vulkaniknya mulai dari 1.000 meter hingga 2.500 meter dari puncak.
Setidaknya, sudah ada 7 kali letusan gunung yang berada di perairan Selat Sunda itu sejak
16-17 Juli 2022. Statusnya kini berada di Lebak III atau Siaga dengan rekomendasi
larangan mendekat dalam radius 5 kilometer.

Erupsi terbaru pada Senin, 18 Juli 2022, pukul 17.30 wib dengan ketinggian letusan 2.500
meter dari atas puncak. Laporan yang disusun oleh Jumono, petugas pos pantau Gunung
Anak Krakatau Pasauran, Kabupaten Serang, Banten, itu kemudian diunggah ke Magma
Indonesia, aplikasi remis milik PVMBG. Dalam laporannya tertulis kolom abu berwarna
kelabu tebal mengarah ke barat daya. Dalam seismogram terekam amplitudo
maksimumnya 55mm berdurasi 1 menit 13 detik dan tidak terdengar suara dentuman.
Selain itu, kearifan lokal juga sangat penting. Di masa lalu
ada sejumlah contoh sukses dari kearifan lokal dalam
menghadapi bahaya alam, misalnya yang disebut "Smong",
dari Pulau Simeuleu. Setelah tsunami besar pada awal abad
ke-19, orang di sana telah mengembangkan sistem yang
melestarikan kearifan lokal itu dan mentransmisikan
pengetahuan itu ke generasi selanjutnya. Hanya dengan
menyanyikan sebuah lagu, dengan melihat lingkungan,
dengan melihat sinyal pertama dari tsunami yang
mendekat, mereka mempraktikkan sistem itu dan selamat
dari bahaya.

Dalam kasus tsunami di Samudra Hindia pada tahun 2004,


kita semua tahu betapa banyaknya jumlah korban di Banda
Aceh, tetapi pada saat yang sama, kurang dari 10 orang
meninggal di pulau itu karena mereka sudah tahu gejala
tsunami yang mendekat, mereka memberitahu orang-orang
dan masyarakat tahu apa yang harus dilakukan dengan
informasi ini sehingga mereka semua menyelamatkan diri
ke tempat yang lebih tinggi . Dan saya pikir ini contoh
kearifan lokal yang sangat sempurna dalam mitigasi
bencana. Dan jika ada cara untuk membawa sistem ini ke
daerah Indonesia lainnya, maka cara ini juga bisa sangat
menjanjikan.
Struktur Bangunan
Rumah tahan gempa adalah rumah yang dibangun dengan pertimbangan dalam segi
keamanan dan kekuatan rumah, sehingga mampu berdiri dengan kokoh meski
diterjang gempa dahsyat. Istilah rumah rumah tahan gempa sesuai dengan fungsinya
diciptakan bukan untuk menahan atau menolak efek gempa, tetapi lebih mengurangi
risiko kerusakan bangunan akibat terjadinya guncangan seismik serta memudahkan
proses evakuasi setelahnya.
Secara garis besar, ada beberapa prinsip dasar bangunan tahan gempa yang bisa
dijadikan acuan atau konsep pembangunan rumah di daerah rawan gempa, yaitu:

• Denah dan struktur bangunan yang sederhana dan simetris


• Tinggi bangunan tidak melebihi empat kali lebar bangunan
• Bobot atau volume bangunan yang ringan
• Dibangun secara monolit
• Pondasi atau struktur bawah bangunan yang kuat
Taraf keamanan minimum untuk bangunan gedung dan rumah tinggal yang
termasuk dalam kategori bangunan tahan gempa yaitu yang memenuhi sejumlah
syarat. Pertama, apabila terkena gempa bumi yang lemah, bangunan tidak
mengalami kerusakan sama sekali. Kedua, bila terkena gempa bumi sedang,
bangunan boleh rusak pada elemen-elemen non struktural, tapi tidak boleh rusak
pada elemen struktur.
Bahan bangunan atau material yang dipergunakan dalam pembangunan rumah tahan gempa
harus berkualitas baik dan proses pengerjaan yang benar. Sejumlah material tersebut adalah
beton, mortar, batu pondasi, batu bata, dan kayu.
Batu Pondasi sebaiknya terbuat dari baru kali atau batu gunung yang keras dan memiliki
banyak sudut agar ikatan dengan mortar menjadi kuat. Sedangkan untuk batu bata yang
digunakan harus memenuhi syarat, yakni bagian tepi lurus dan tajam,tidak banyak retakan,
tidak mudah patah, dan dimensi tidak terlalu kecil dan seragam.
Selain itu batu bata yang baik akan bersuara lebih denting ketika dipukul satu sama lain.
Untuk kayu yang digunakan, harus berkualitas baik dengan ciri-ciri keras, kering, berwarna
gelap, tidak ada retak, dan lurus. BNB juga telah menerbitkan persyaratan pokok tahan
gempa merupakan panduan praktis dalam pembangunan bangunan gedung sederhana satu
lantai lantai dengan fungsi hunian.
Jenis - jenis bencana
 Bencana alam penyakit
• adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor

 Bencana non alam


• adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara
lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah
Jenis - jenis bencana

 Bencana sosial dihitung sebagai satu kejadian


• adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan
oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat, dan teror

 Kejadian Bencana
• adalah peristiwa bencana yang
terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal
kejadian, lokasi, jenis bencana, korban
dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi
bencana pada tanggal yang sama dan
melanda lebih dari satu wilayah, maka
Apa yang kita lakukan ketika sedang terjadi bencana?
Apakah kita akan terdiam kaku tak mampu bergerak ataukah kita
akan segera tanggap menyelamatkan dan mengorbankan nyawa
demi nyawa?
Macam - macam bencana di indonesia

1. Gempa bumi
2. Letusan gunung api
3. Tsunami
4. Tanah longsor
5. Banjir
6. Banjir bandang
7. Kekeringan
8. Kebakaran hutan
9. Angin puting beliung
10.Gelombang pasang atau badai
11.Abrasi
1. Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang


terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan
antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api
atau runtuhan batuan.

 Gempa bumi aceh pada 26 Desember 2004 yang


memakan banyak korban jiwa. Gempa berkekuatan
9,1 hingga 9,3 Skala Richter dari dasar laut sebelah Barat
Aceh, setelahnya diikuti dengan tsunami yang
memporak-pondakan Aceh dan sekitarnya.
2. Letusan gunung api

Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas


vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi". Bahaya
letusan
gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material
(pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir
lahar.

 Letusan Merapi 2010 adalah rangkaian peristiwa gunung


berapi yang terjadi di Indonesia. Pada akhir September
2010 silam, Gunung Merapi di Yogyakarta mulai
melakukan aktivitas seismik dan menyebabkan letusan
gunung berapi pada tanggal 26 Oktober 2010. Akibat
letusan tersebut sedikitnya 353 orang tewas, termasuk
Mbah Maridjan.
3. Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti
gelombang ombak lautan ("tsu" berarti lautan, "nami"
berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya
pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.
 Tsunami yang terjadi pada bulan September menjadi
bencana alam yang sangat mematikan yang menelan
korban jiwa sebanyak 2.100 orang meninggal, dan ribuan
bangunan telah rusak bahkan hancur. Pada tanggal 22
Desember 2018, terjadi peristiwa tsunami yang
disebabkan oleh letusan Anak Krakatau di Selat Sunda
dan menghantam daerah pesisir Banten dan Lampung,
Indonesia.
4. Tanah longsor

Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan


massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya,
menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan
tanah atau batuan penyusun lereng.

 Pada tanggal 31 Desember 2018 lalu terjadi longsor di


Kampung Cigarehong, Dusun Cimapag, yang berada di
Sirnaresmi, Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
5. Banjir

Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana


terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air
yang meningkat.

 DKI Jakarta merupakan salah satu kota yang menjadi


langganan banjir hampir setiap tahunnya.
5. Banjir

Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana


terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air
yang meningkat.

 DKI Jakarta merupakan salah satu kota yang menjadi


langganan banjir hampir setiap tahunnya.
7. Kekeringan

Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di


bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian,
kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang dimaksud
kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang
terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung,
kedelai dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan.
 Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) per 6 Agustus 2018, sejumlah
kabupaten/kota di 8 provinsi mengalami kekeringan di
Indonesia Yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, NTB,Jawa
Timur, DIY, Banten, NTT, Lampung.
8. Kebakaran hutan

Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di


mana hutan dan lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan
kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian
ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan
lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat
mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar.

 Pada Januari 2018, ada sekitar 5.776,46 hektare hutan


dan lahan yang terbakar di seluruh Riau.
9. Angin puting beliung

Angin putting beliung adalah angin kencang yang


datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak
melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50
km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan
hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).

 Pada 30 Desember 2018 sebanyak 165 rumah rusak


akibat angin puting beliung yang menerjang Desa
Panguragan Kulon, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
10. Gelombang pasang atau badai

Gelombang pasang adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan


karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan
berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah
lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan
pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai
hujan deras.

 Badai tropis cempaka pernah terjadi pada tahun 2017. Wilayah yang
berpotensi terkena dampak badai tropis Cempaka adalah wilayah
Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa
Timur.
11. Abrasi

Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga


gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi
biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai
akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan
alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa
disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering
disebut sebagai penyebab utama abrasi.
Apa yang kita lakukan ketika sedang terjadi bencana?
Apakah kita akan terdiam kaku tak mampu bergerak
ataukah kita akan segera tanggap menyelamatkan dan
mengorbankan nyawa demi nyawa?
BEBERAPA UPAYA DALAM PENANGGULANGAN
BENCANA :

1. UPAYA MENANGGULANGI BANJIR

 Menjaga lingukungan sekitar


Yang utama adalah menjaga lingkungan sungai atau selokan, sungai
sebaiknya di pelihara dengan baik. Jangan membuang sampah ke selokan. Sungai atau
selokan jangan di jadikan tempat pembuangan sampah
 Hindari membuat rumah di pinggiran sungai
Saat ini semakin banyak warga yang membangun rumah di pinggir sungai,
ada baiknya pinggiran sungai jangan di jadikan rumah penduduk karena menyebabkan
banjir dan tatanan masyarakat tidak teratur.
 Melaksanakan program tebang pilih dan reboisasi
Pohon yang telah ditebang sebaiknya ada penggantinya. Menebang pohon yang
telah berkayu kemudian di tanam kembali tunas pohon yang baru. Hal ini ditujukan untuk
regenerasi hutan dengan tujuan hutan tidak menjadi gundul.

 Buanglah sampah pada tempatnya


Sering kali masyarakat indonesia membuang sampah sembarangan terutama
membuang sampah ke sungai, tentu hal ini akan memebrikan dampak buruk di kemudian hari.
Karena sampah yang menumpuk bisa menyebabkan terjadinya banjir saat curah hujan sedang
tinggi. Pengelolahan sampah yang tepat bisa membantu mencegah banjir.

 Rajin Membersihkan Saluran Air


Perbaikan dan pembersihan saluran air tentu harus ada. Di wilayah tertentu bisa
diadakan secara gotong royong. Penjagaan ini harus dilakukan secara terus menerus dengan
waktu berkala. Hal ini bertujuan agar terjadi hujan deras, air tidak akan tersumbat dan mampu
mencegah terjadinya banjir.
2. UPAYA PENGURANGAN BENCANA AINGIN PUTING BELIUNG

Memiliki struktur bangunan yang dapat memenuhi syarat teknis sehingga mampu untuk
bertahan terhadap angin terutama angin besar
Di daerah rawan angin badai, perlu adanya standar bangunan untuk bisa
memperhitungkan beban angin. Sehingga struktur bangun dapat bisa menahan angin.
Melakukan penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin.
Pengamanan/perkuatan bagian-bagian yang mudah diterbangkan angin yang dapat
membahayakan diri atau orang lain disekitarnya.
Kesiapsiagaan dalam menghadapi angin topan, mengetahui bagaimana cara penyelamatan
diri
Pengamanan barang-barang disekitar rumah agar terikat/dibangun secara kuat sehingga
tidak diterbangkan angin
Untuk para nelayan, supaya menambatkan atau mengikat kuat kapal-kapalnya.
3. UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA TANAH LONGSOR

Mengenali daerah yang rawan terjadinya tanah longsor. Terutama di sekitar lereng yang
curam.
Jangan Bangun Pemukiman atau fasilitas di daerah yang rawan bencana terutama bencana
tanah longsor
Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat. drainase pada teras – teras dijaga
jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah
Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang
tepat. Hal ini untuk bisa menahan air sehingga bencana tanah longsor bisa di minimalisir.
Jika ingin mendirikan bangunan, gunakan fondasi yang kuat. sehingga akan kokoh saat
terjadi bencana
Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat kedalam tanah.
Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
4. UPAYA PENANGGULANGAN KEKERINGAN

Kekeringan merupakan salah satu bencana alam yang


keberadaannya sama sekali tidak diinginkan. Sepeti halnya
jenis bancana alam lainnya yang dapat diupayakan
penanggulangannya, demikian halnya dengan kekeringan.
Beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi
kekeringan ini antara lain adalah sebagai berikut:
 Menanam banyak pohon
 Membuat bendungan
 Menggunakan air dengan sewajarnya
5. UPAYA PENANGGULANGAN ABRASI

Membangun Pemecah Gelombang


Membuat pemecah gelombang bisa menjadi salah satu cara untuk
mencegah abrasi pantai. Cara ini dimaksudkan agar kekuatan gelombang yang
tiba pada garis pantai tidak terlalu besar sehingga tidak berpotensi mengikis
padatan yang berada dititik tersebut. Beberapa wilayah di Indonesia sudah
banyak yang menerapkan pemecah gelombang sebagai penangkal abrasi pantai
Hutan Mangrove/Bakau
Cara yang paling manjur untuk mengatasi abrasi adalah dengan
menanam mangrove. Langkah penanggulangan berbasis konservasi ini idealnya
disandingkan dengan opsi pemecah gelombang. Manfaat hutan bakau dalam
melindungi garis pantai sebenarnya sudah banyak diketahui pihak terkait.
Namun kesadaran untuk membuat ini masih minim. Mangrove memiliki banyak
manfaat seperti :
 Menjaga stabilitas garis pantai.
 Mengurangi akibat bencana alama tsunami.
 Membantu pengendapan lumpur, dengan demikian kualitas air lautan jauh
lebih terjaga.
 Membantu menahan juga menyerap tiupan angin laut yang cukup
kencang.
 Merupakan sumber plasma nutfah.
 Membantu menjaga keseimbangan alam.
 Membantu mengurangi polusi baik di udara juga di air.
 Sebagai salah satu sumber oksigen bagi makhluk hidup.
 Hutan mangrove juga menjadi habitat alami beragai spesies seperti
kepiting, burung, beberapa jenis ikan dan lain-lain.
TATA KOTA BERMUATAN ANTISIPASI BENCANA

1. Analisis Potensi Bencana


Potensi bencana di suatu kota dapat dikenali dari pengalaman empirik atau riwayat
bencana yang pernah terjadi sebelumnya. Di samping itu juga dapat dipelajari dari peta-peta
potensi bencana yang dibuat oleh BMG (Badn Meteorologi dan Geofisika), BNPB serta
kementrian PU (Pekerjaan Umum)

2. Penyusunan Rencana Tata Ruang bermuatan Antisipasi Bencana


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan semua turunannya harus
mengandung antisipasi terhadap kemungkinan bencana (pengurangan risiko bencana),
berdasarkan analisis potensi bencana yang telah dilakukan. Secara garis besar antisipasi dalam
tata ruang terdiri atas dua jenis upaya, yaitu pembatasan/pengendalian pembangunan fisik di
daerah rawan bencana dan penyiapan prasarana/sarana penanggulangan bila terjadi bencana
(termasuk penyiapan jalur-jalur evakuasi)
3. Pengembangan Pranata dan Perangkat Pencegahan serta Penanggulangan
Bencana
Sebagai tidak lanjut analisis potensi bencana dan rencana tata ruang
yang memuat antisipasi bencana, diperlukan kelengkapan pranata dan perangkat
pencegahan serta penanggulangan bencana. Pengembangan pranata dan
perangkat ini meliputi:

 Penyusunan strategi mitigasi untuk masing-masing jenis ancaman bencana,


sesuai dengan kondisi eksisting kawasan-kawasan rawan bencana.
 Penerapan peraturan membangun yang spesifik (persyaratan struktur dan
konstruksi, penggunaan bahan bangunan, susunan lantai bangunan, batasan
ketinggian bangunan, dll.) agar memiliki keandalan terhadap risiko bencana,
sesuai dengan jenis ancaman bencana.
 Pembentukan kelembagaan pencegahan dan penanggulangan bencana,
melibatkan seluruh komponen kota (pemerintah daerah, kalangan swasta, dan
unsur-unsur masyarakat) dan berkoordinasi dengan BPBD, BNPB, BMG, serta
instansi-instansi terkait lainnya.
 Pembangunan prasarana/sarana pencegahan dan penanggulangan bencana
(pos-pos pengamatan bencana, pos-pos komando bencana, jalur-jalur evakuasi,
lapangan terbuka serbaguna, gedung evakuasi, tanggul, struktur pemecah
ombak, dsb.) - Penyiapan masyarakat agar memiliki kewaspadaan dan
kesiagaan menghadapi bencana, melalui sosialisasi, pelatihan, dsb.
BEBERAPA BENCANA YANG TERJADI
DI KOTA PADANG :

1. Gempa
Gempa bumi sumatra barat 2009 terjadi dengan kekuatan 7,6 skala richter
di lepas pantai sumatra barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 september 2009.
Gempa ini terjadi di lepas pantai sumatra, sekitar 50 km barat laut kota padang.
gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di sumatra barat
seperti kabupaten padang pariaman, kota padang, kabupaten pesisir selatan, kota
pariaman, kota bukittinggi, kota padangpanjang, kabupaten agam, kota solok,
dan kabupaten pasaman barat. Menurut data satkorlak PB, sebanyak 1.117
orang tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota & 4 kabupaten di sumatra
barat, korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban
hilang 1 orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang,
& 78.604 rumah rusak ringan
DOKUMENTASI
2. BANJIR
DOKUMENTASI
3. BENCANA LONGSOR
DOKUMENTASI
4. KEBAKARAN
DOKUMENTASI
5. BENCANA SOSIAL
DOKUMENTASI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai