Anda di halaman 1dari 7

BAGIAN AGUS

1.3.1 Mitigasi Berbagai Bencana Baik Sebelum Terjadi, Saat Terjadi dan Sesudah Terjadi.
1.3.1 Konsep Mitigasi Bencana
Mitigasi Bencana merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak
yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana, baik itu bencana
alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau
masyarakat.Tujuan dari mitigasi sendiri adalah mengurangi kerugian pada saat terjadinya bahaya
di masa mendatang, mengurangi risiko kematian dan cedera terhadap penduduk.Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam mitigasi bencana alam yaitu sebagai berikut.
1. Tersedianya informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap kategori bencana
2. Sosialisasi dalam meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat dalam menghadapi
bencana,
3. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari serta cara penyelamatan diri jika bencana
terjadi sewaktu-waktu dan pengaturan,
4. Penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana. 
Mitigasi dibagi menjadi 2 jenis, yakni mitigasi struktural dan mitigasi non struktural. 
1. Mitigasi Struktural
Mitigasi struktural merupakan upaya dalam meminimalkan bencana dengan membangun
berbagai prasarana fisik menggunakan teknologi. Misalnya dengan membuat waduk untuk
mencegah banjir, membuat alat pendeteksi aktivitas gunung berapi.
2. Mitigasi Non Struktural
Mitigasi non struktural merupakan suatu upaya dalam mengurangi dampak bencana
melalui kebijakan dan peraturan. Contohnya, UU PB atau Undang-Undang Penanggulangan
Bencana.
a. Kebijakan dan Strategi Mitigasi Bencana
1. Kebijakan
Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara lain :
a. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama bagi semua pihak
baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur masyarakat yang ketentuan langkahnya
diatur dalam pedoman umum,petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh
instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugas unit masing-masing.
b. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang melibatkan
seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
c. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan.
d. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui pemberdayaan
masyarakat serta kampanye.
2. Strategi
Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai berikut:
a. Pemetaan.
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah rawan
bencana. Peta rawan bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama
dalam antisipasi kejadian bencana alam.
b. Pemantauan.
Pemantauan dilakukan di daerah vital dan strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di
beberapa kawasan rawan bencana. sehingga akan dengan mudah melakukan penyelamatan.

c. Penyebaran informasi
Memberikan informasi ke media cetak dan elektronik tentang kebencanaan adalah salah
satu cara penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana
geologi di suatu kawasan tertentu.
d. Sosialisasi dan Penyuluhan
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan bertujuan meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana jika sewaktu-waktu terjadi.
e. Pelatihan/Pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi bencana.
Dengan pelatihan ini terbentuk kesiagaan tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.
f. Peringatan Dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan hasil pengamatan
secara kontinyu di suatu daerah rawan dengan tujuan agar persiapan secara dini dapat
dilakukan guna mengantisipasi jika sewaktu-- waktu terjadi bencana.
1.3.2 Mitigasi Berbagai Bencana Alam
1. Gempa Bumi
 Mitigasi sebelum terjadinya gempa bumi:
a) Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila gempa bumi terjadi.
b) Melakukan latihan yang dapat bermanfaat dalam menghadapi reruntuhan saat gempa bumi,
seperti merunduk, perlindungan terhadap kepala, berpegangan ataupun dengan bersembunyi
di bawah meja.
c) Menyiapkan alat pemadam kebakaran, alat keselamatan standar dan persediaan obat-obatan.
d) Membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap guncangan gempa bumi dengan fondasi
yang kuat. Selain itu, Anda bisa merenovasi bagunan-bangunan yang sudah rentan.
e) Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar pengguna lahan yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
 Mitigasi ketika terjadinya bencana gempa bumi
Jika saat terjadi gempa bumi dan Anda berada di dalam bangunan, seperti rumah, sekolah
ataupun bangunan bertingkat hal yang perlu dilakukan yaitu sebagai berikut.
a) Guncangan akan terasa beberapa saat, selama jangka waktu itu, upayakan keselamatan diri
anda dengan cara berlindung di bawah meja untuk menghindari dari benda-benda yang
mungkin jatuh dan jendela kaca.
b) Jika anda sedang memasak, segera matikan kompor serta mencabut dan mematikan semua
peralatan yang menggunakan listrik untuk mencegah terjadinya kebakaran.
c) Jangan berdiri di dekat tiang, pohon atau sumber listrik atau gedung yang mungkin roboh.
d) Jangan gunakan lift apabila sudah terasa guncangan, gunakanlah tangga darurat untuk
evakuasi keluar bangunan.
e) Apabila anda berada di dalam bangunan yang memiliki petugas keamanan, ikuti instruksi
evakuasi.
Jika anda berada di dalam mobil hal yang perlu dilakukan yaitu sebagai berikut.

a) Saat terjadi gempa bumi dengan kekuatan besar, Anda akan kehilangan kontrol terhadap
mobil.
b) Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil Anda di kiri bahu jalan dan berhentilah.
c) Ikuti instruksi dari petugas berwenang dengan memperhatikan lingkungan sekitar atau
melalui alat komunikasi lainnya seperti radio
 Mitigasi setelah terjadinya bencana gempa bumi
a) Tetap waspada terhadap gempa bumi susulan.
b) Ketika berada di dalam bangunan, evakuasi diri Anda setelah gempa bumi berhenti.
Perhatikan reruntuhan maupun benda-benda yang membahayakan pada saat evakuasi.
c) Berdirilah di tempat terbuka jauh dari gedung dan instalasi listrik dan air. Apabila di luar
bangunan dengan tebing di sekeliling, hindari daerah yang rawan longsor.
d) Jika di dalam mobil, berhentilah di pinggir jalan, tetapi tetap berada di dalam mobil.
Hindari berhenti di bawah atau di atas jembatan atau rambu-rambu lalu lintas.
2. Tsunami
 Mitigasi sebelum dan ketika terjadi tsunami
a) Nyalakan radio untuk mengetahui apakah tsunami terjadi setelah adanya gempa bumi di
sekitar wilayah pantai.
b) Cepat bergerak ke arah daratan yang lebih tinggi dan tinggal di sana sementara waktu.
c) Jauhi pantai. Jangan pernah menuju ke pantai untuk melihat datangnya tsunami. Apabila
Anda dapat melihat gelombang dan berada terlalu dekat, segera menjauh.
d) Waspada apabila terjadi air surut, jauhi pinggir pantai. Ini merupakan salah satu peringatan
tsunami dan harus diperhatikan.
 Mitigasi setelah terjadi tsunami:
a) Jauhi area yang tergenang dan rusak sampai ada informasi aman dari pihak berwenang.
b) Jauhi reruntuhan di dalam air. Hal ini sangat berpengaruh terhadap keamanan perahu
penyelamat dan orang-orang di sekitar.
c) Utamakan keselamatan dan bukan barang-barang Anda.
3. Banjir
 Mitigasi sebelum terjadi banjir.
a) Bekerjasama dengan aparat yang terkait dan pengurus RT/RW terdekat, melakukan
pembersihan lingkungan sekitar, Tertuma di saluran air, selokan dari timbunan sampah.
b) Menentukan lokasi posko banjir yang cepat, tepat, strategis untuk pengungsian, lengkap
dengan fasilitas dapur umum dan MCK.
c) Bekerjasama dengan pengurus setempat, untuk segera membentuk tim penanggulangan
banjir di tingkat warga. Seperti, memilih ketua penanggung jawab posko banjir.
d) Melakukan koordinasi dengan stakeholder untuk, penyiapan seperti tali, tambang, perahu
karet, dan pelampung untuk evakuasi.
e) Mencari informasi terupdate melalu tV, Handphone, atau peringatan tim warga tentang
curah hujan dan kondisi air.
 Mitigasi saat banjir.
a) Mematikan semua aliran listrik di dalam rumah atau segera hubungin pihak PLN untuk
mematikan aliran listrik di wilayan yang terkena banjir.
b) Segera melakukan pengunggsian ke daerah yang aman sedini mungkin ketika genangan air
masih memungkinkan untuk dilewati.
c) Hindari berjalan di dekat saluran air guna menghindari terbawa atau terseret arus banjir,
serta mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
d) Jika air mulai naik, segera hubungi intansi terkait.
 Mitigasi setelah banjir. 
a) Segera membersihkan rumah, terutama lantai dan gunakan antiseptic untuk membunuh
kuman.
b) Siapkan air bersih untuk menghidari terjangkitnya penyakit diare yang sering terjadi setelah
banjir.
c) Waspada adanya binatang berbisa dan binatang penyebar penyakit.
d) Usahakan selalu waspada apabila adanya banjir susulan.
4. Tanah Longsor
 Mitigasi sebelum terjadinya tanah longsor antara lain:
a) Tidak menebang atau merusak hutan
b) Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat seperti nimba, bambu, akar
wangi,lamtoro pada lereng –lereng yang gundul.
c) Membuat saluran air hujan
d) Membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal
e) Melakukan terasering
 Mitigasi saat terjadinya tanah longsor
a) Tetap waspda dan bangunkan seluruh keluarga, mengingat bahwa sebagian besar korban
yang terkena longsor pada kondisi tertidur lelap.
b) Segera keluar dari daerah longsoran atau aliran reruntuhan /puing ke bidang yang lebih
stabil
c) Bila melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh anda seperti bola dengan kuat
dan lindungi kepala anda. Posisi ini akan memberikan perlindungan terbaik untuk badan
anda.
d) Perubahan mendadak ini menunjukan adanya aktivitas longsor di bagian puncak. Jangan
tunggu waktu, selamatkan dirimu dan keluargamu segera tinggalkan hartamu.
 Hal yang bisa dilakukan setelah longsor antara lain:
a) Hindari berada di daerah longsoran, dimana longsor susulan dapat terjadi.
b) Periksa korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa lengsung memasuki daerah
longsoran
c) Laporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak berwenang.
d) Periksa kerusakan pondasi rumah dan tanah disekitar terjadinya longsor.
e) Tanami kembali daerah bekas longsor atau daerah sekitarnya untuk menghindari erosi
yang telah merusak lapisan atas tanah yang dapat menyebabka banjir bandang.
5. Gunung Meletus
a. Sebelum terjadi letusan.
 Pemerintah
a) Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada gunung api yang sedang aktif.
b) Pembuatan dan penyediaan peta kawasan rawan bencana letusan gunung api.
c) Membuat langkah-langkah prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunung api.
d) Melakukan bimbingan dan penyebarluasan informasi gunung api kepada masyarakat.
e) Penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia di gunung api.
 Masyarakat
a) Mengenali daerah setempat yang dapat dijadikan tempat mengungsi.
b) Memantau dan mendengarkan informasi tentang status gunung api.
c) Mengikuti bimbingan dan penyuluhan dari pihak yang bertanggung jawab.
d) Memiliki persediaan kebutuhan-kebutuhan dasar, seperti obat-obatan dan makanan yang
memadai.
e) Mengikuti arahan evakuasi pihak berwenang.
b. Saat terjadi letusan gunung api
 Pemerintah
1. Meningkatkan pemantauan dan pengamatan yang didukung dengan penambahan peralatan
yang lebih memadai.
2. Meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan menurut alur dan frekuensi pelaporan sesuai
dengan kebutuhan.
 Masyarakat
1. Hindari daerah rawan bencana, seperti lereng gunung, lembah, dan daerah aliran lahar.
2. Lindungi diri dari debu dan awan panas.
3. Pakailah kacamata pelindung.
4. Pakailah masker kain untuk menutup mulut dan hidung.
c) Setelah terjadi letusan

 Pemerintah
1. Menginventarisasi data, yang mencakup sebaran dan volume hasil letusan.
2. Mengidentifikasi daerah yang terkena dan terancam bahaya.
3. Memberikan sarana penanggulangan bahaya.
4. Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak.
5. Membangun kembali bangunan, sarana, dan fasilitas lainnya yang terkena bencana.
 Masyarakat
1. Mengikuti informasi perkembangan status gunung api.
2. Bersama dengan warga dan pemerintah bergotong royong membersihkan dan
memperbaiki sarana-sarana yang masih dapat dimanfaatkan.
3. Jauhi daerah yang terkena hujan abu.

KESIMPULAN
Bumi merupakan urutan planet ketiga dari delapan planet pada sistem tata surya, dengan
perkiraan umur mencapai 4,6 miliar tahun.Awal mula dalam proses pembentukan bumi
merupakan benda yang berpijar lalu mendingin. Ketika proses mendingin maka lapisan
lithosfer akan mengeras.Bentuk dari planet Bumi sesungguhnya tidaklah berbentuk seperti
bola yang bulat sempurna, melainkan berbentuk oval. Bumi pada dasarnya terdiri 3 bagian
yaitu kerak, mantel, inti bumi.Lapisan terluar, yaitu kerak Bumi, adalah tempat tinggal
bagi makhluk hidup. Di bawahnya terdapat mantel Bumi yang berfungsi untuk
melindungi inti Bumi. Terakhir adalah inti Bumi yang memiliki suhu sangat tinggi dan
tersusun dari campuran logam. Struktur bumi bedasarkan susunan kimia memiliki 4
lapisan, yaitu atmosfer,hidrosfer,litosfer dan biosfer. Litosfer adalah lapisan kulit bumi
yang terdiri atas batuan. Proses terbentuknya ketiga batuan itu berbeda-beda tetapi induk
dari ketiga batuan itu adalah magma. Magma ialah batuan cair dan pijar yang bersuhu
tinggi dan mengandung berbagai mineral dan gas. Batuan ini mengalami siklus batuan.
Bencana alam adalah rangkaian peristiwa yang mengancam atau mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh berbagai arti gejala alam, baik itu
gejala-gejala di perut bumi maupun akibat gejala-gejala cuaca dan perubahan
iklim.Mitigasi Bencana merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan
dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana,
baik itu bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam
suatu negara atau masyarakat.Tujuan dari mitigasi sendiri adalah mengurangi kerugian
pada saat terjadinya bahaya di masa mendatang, mengurangi risiko kematian dan cedera
terhadap penduduk. Bencana alam seperti gempa bumi,tsunami,banjir,tanah longsor dan
gunung meletus memiliki proses yang berbeda-beda.Bencana alam tersebut harus
dilakukan mitigasi yang tepat baik sebelum,saat dan setelah terjadi bencana
tersebut.Bencana alam memiliki dampak bagi kehidupan manusia.

Anda mungkin juga menyukai