Anda di halaman 1dari 18

PENCEGAHAN ATAU

MITIGASI PADA
BENCANA ALAM
OLEH KELOMPOK 2
1. Definisi Bencana Alam

Bencana merupakan sebuah fenomena kehidupan manusia yang tidak


dapat diketahui secara pasti kapan terjadinya. Bencana merupakan
kejadian yang disebabkan oleh alam maupun oleh kelalaian manusia.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain: berupa
banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, kekeringan,
dan (Pasal 1 UU No. 24Tahun 2007).
2. Jenis-Jenis Bencana Alam
1. Bencana Alam Geoloagi : Bencana alam geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan bumi seperti
tsunami, gempa bumi, gunung meletus, dan tanah longsor. Contoh bencana alam geologi paling umum adalah gempa
bumi, tsunami, gunung meletus dan tanah longsor.

2. Bencana Alam Meteorologi : Bencana alam meteorologi/hidrometeorologi merupakan bencana alam yang
berhubungan dengan iklim. Bencana alam ini umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus. Bencana alam
bersifat meteorologis paling banyak terjadi diseluruh dunia seperti banjir dan kekeringan. Kekhawatiran terbesar pada
masa modernisasi sekarang ini adalah terjadinya pemanasan global.

3. Bencana Alam Ekstrateretial : Bencana alam ekstra-terestial merupakan bencana alam yang terjadi di luar angkasa.
Bencana dari luar angkasa adalah datangnya berbagai benda langit seperti asteroid atau gangguan badai matahari.
Meskipun dampaknya berukuran kecil tidak berpengaruh besar, asteroid kecil tersebut berjumlah sangat banyak
sehingga bisa menimbulkan untuk menabrak bumi.
03
Penatalaksanaan atau Penanggulangan
Dari Bencana Alam
Prinsip prinsip penanggulangan bencana
1.Cepat dan tepat
2.Prioritas
3.Koordinasi dan keterpaduan
4.Berdaya guna dan berhasil guna
5.Transparansi dan akuntabilitas
6.Kemitraan
7.Pemberdayaan
8.Non diskriminatif
9.Non proletisi
Tahapan penanggulangan bencana alam

Penanggulangan bencana adalah segala upaya kegiatan


yang dilakukan meliputi kegiatan pencegahan,
penjinakan (mitigasi), penyelamatan, rehabilitasi dan
rekonstruksi, baik sebelum, pada saat maupun setelah
bencana dan menghindarkan dari bencana yang terjadi.

1. Tahap pencegahan
a. pembuatan waduk untuk mencegah terjadinya
banjir dan kekeringan.
b. penanaman pohon bakau/mangrove di sepanjang
pantai untuk menghambat gelombang tsunami.
c. pembuatan tanggul untuk menghindari banjir.
d. pembuatan tanggul untuk menahan lahar agar
tidak masuk ke wilayah permukiman.
e. reboisasi untuk mencegah terjadinya kekeringan
dan banjir dan sebagainya.
2. Tahap tanggap darurat
a. penanganan korban bencana termasuk mengubur korban
meninggal dan menangani korban yang luka-luka.
b. penanganan pengungsi
c. pemberian bantuan darurat
d. pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih
e. penyiapan penampungan sementara

3. Tahap Rekonstruksi
Upaya yang dilakukan pada tahap rekonstruksi adalah pembangunan
kembali sarana, prasarana serta fasilitas umum yang rusak dengan
tujuan agar kehidupan masyarakat kembali berjalan normal. Biasanya
melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya
masyarakat, dan dunia usaha.
Penanggulangan beberapa bencana alam
1. Penanggulangan bencana banjir
a. Sebelum kejadian banjir
 Membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat aliran
air
 Tidak mendirikan bangunan pada wilayah (area) yang menjadi daerah
lokasi penyerapan air atau daerah tangkapan hujan, terutama di
daerah hulu sungai.
 Tidak menebangi pohon-pohon di hutan
 Membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggul di sepanjang
sungai
b. Pada saat kejadian banjir
• Mengerahkan tim penyelamat beserta bahan dan peralatan
pendukung, seperti perahu karet, tambang, pelampung, dan obat-
obatan.
• Membawa korban ke tempat yang aman atau penampungan
sementara.
• Memantau perkembangan keadaan banjir dan menyebarluaskan
informasinya kepada masyarakat.
c. Pasca kejadian banjir
• Memberikan pertolongan medis bagi yang memerlukan. Memberikan bantuan obat-obatan dan
makanan serta bantuan lainnya.
• Memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak karena banjir. Membersihkan sarana dan
prasarana yang kotor karena banjir.
2. Penanggulangan bencana kekeringan
a. membuat waduk (dam)
b. membuat hujan buatan untuk daerah-daerah yang sangat kering.
c. reboisasi atau penghijauan kembali daerah-daerah yang sudah gundul
d. melakukan diversifikasi dalam bercocok tanam bagi para petani
e. penentuan teknologi pencegahan kekeringan (pembuatan embung, penyesuaian pola tanam
dan teknologi budidaya tanaman dll) dan sistem pengaliran air irigasi yang disesuaikan dengan
hasil prakiraan iklim.
f. pengembangan sistem penghargaan (reward) bagi masyarakat yang melakukan upaya
konservasi dan rehabilitasi sumberdaya air dan lahan serta memberikan hukuman
(punishment) bagi yang merusak hutan.
3. Penanggulangan bencana longsor
a. Pencegahan
 Melarang pembangunan rumah pada lokasi yang rawan longsor, terutama pada lereng dan kaki
bukit.
 Memperkuat kestabilan tanah dengan pohon-pohon yang akarnya dapat mengikat tanah secara
kuat.
 Pembangunan tembok-tembok penahan untuk memperkuat lereng pada lokasi rawan
longsor.
 Memberikan penyuluhan pada masyarakat yang tinggal di wilayah longsor tentang cara
menghindari bencana longsor.

b. Pasca bencana longsor


 Mengerahkan tim dan masyarakat untuk bersama-sama memberikan pertolongan jikalau ada
yang warga yang masih bisa diselamatkan.
 Mengumpulkan informasi dari warga tentang lokasi rumah yang terkena longsor, jumlah
rumahnya dan jumlah anggota keluarganya.
 Mengumpulkan informasi tentang jumlah warga yang terkena longsor.
 Melakukan pencarian dan penggalian terhadap warga dan rumah yang terkena timbunan
1. Penanggulangan bencana tsunami
a. Sebelum terjadi tsunami
 memasang peralatan sistem peringatan dini di wilayah-wilayah laut yang berpotensi
mengalami tsunami.
 Melakukan pemetaan tingkat kerawanan bencana tsunami dan mensosialisasikannya kepada
masyarakat.
 Sosialisasi peristiwa bencana tsunami kepada masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah
rawan bencana tsunami.
 Menentukan jalur-jalur dan tempat evakuasi bagi penduduk yang tinggal di wilayah-wilayah
rawan tsunami.
 Menanam dan memelihara hutan, khususnya hutan mangrove di sepanjang pantai untuk
menahan laju ombak.
b. Pada saat terjadinya tsunami
 Memberikan tanda peringatan dan informasi untuk memandu penduduk mencapai tempat
yang aman.
 mengerahkan tim penyelamat beserta peralatan pendukung untuk membantu penduduk
mencapai tempat evakuasi.
 Memantau perkembangan keadaan untuk menentukan langkah- langkah berikutnya.
c. Setelah terjadinya tsunami
 Mencari korban untuk dievakuasi ke tempat yang aman. Memberikan pertolongan bagi para
korban bencana
 Menyiapkan tend-tenda darurat untuk menampung para korban bencana.
 Memberikan bantuan makanan dan obat-obatan. Mengidentifikasi kerusakan yang terjadi
 Memperbaiki sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan.

5. Penanggulangan bencana letusan gunung api


a. Sebelum terjadi letusan dilakukan
 Pemantaun dan pengamatan kegiatan pada semua gunungapi aktif.
 Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan Bencana dan Peta Zona Resiko Bahaya
Gunungapi yang didukung dengan Peta Geologi Gunungapi.
 Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunungapi.
 Melakukan pembimbingan dan pemberian informasi gunungapi, Melakukan penyelidikan dan
penelitian geologi, geofisika dan geokimia di gunungapi.
 Melakukan peningkatan sumberdaya manusia dan pendukungnya seperti peningkatan sarana
dan prasarananya.
b. Saat terjadi krisis/ letusan gunung api

 Membentuk tim gerak cepat

 Meningkatkan pemantauan dan pengamatan dengan didukung oleh penambahan peralatan yang
lebih memadai;

 Meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan menurut alur dan frekwensi pelaporan sesuai dengan
kebutuhan;

 Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai prosedur.

c. Setelah terjadi letusan

 Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan.

 Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya. Memberikan saran penanggulangan bahaya.

 Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang.

 Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak. Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah
menurun. Melanjutkan memantauan rutin.
04
PERAN PERAWAT DALAM
BENCANA ALAM
a. Peran Perawat pada Tahap Pra Bencana (Pre Event Stage)
Pada tahap pra bencana, perawat dapat menerapkan peran:

1) memberikan pendidikan dan pelatihan tentang kesiapsiagaan (preparedness) kepada


masyarakat yang bertujuan untuk menurunkan risiko bencana melalui latihan simulasi
menghadapi bahaya bencana, dan memberikan pertolongan pertama pada korban luka
di lokasi bencana (Huriah dan Farida, 2010);
2) mengidentifikasi risiko bencana terutama pada kelompok berisiko seperti orang
lanjut usia, orang cacat, anak kecil, dan perempuan, dengan bekerjasama dengan
dinas lain untuk merencanakan penurunan angka kematian dan kesakitan, membantu
dan mendukung pengembangan kebijakan untuk menurunkan efek tidak baik dari
bencana (Vogt & Kulbok, 2008);
3) melakukan identifikasi sumber daya dengan membentuk sistem komunikasi yang baik
antar stakeholder untuk meningkatkan perencanan bencana yang dapat mengurangi
angka kematian dan angka kesakitan pada saat kejadian bencana.
b. Peran Perawat dalam Tahap Saat Bencana (At Event Stage)

Perawat harus memahami Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang kegiatan


pada tahap tanggap darurat, yaitu:
 memperhatikan peringatan dini yang dikeluarkan oleh pejabat Pemda
Kabupaten/Kota atau Pemda Provinsitentang adanya bencana;
 melakukan mobilisasi dari lokasi kejadian ke area posko yang ditentukan;
 melakukan evakuasi korban manusia atau harta benda, diikuti dengan
melakukan pengkajian dampak bencana dengan membuat daftar kebutuhan
dasar masyarakat;
 mencegah dan mengelola pengungsi dan;
 memperbaiki fasilitas dan infrastruktur. Pada saat yang sama perawat dapat
membuat data daftar korbanmanusia dan mengkomunikasikan ke Badan
Penangguangan Bencan Daerah (BPBD) atau Dinas Sosial.
Menurut Vogt & Kulbok (2008), ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada situasi gawat darurat
adalah:
1) Selamatkan nyawa dahulu dan mencegah kecacatan.
2) Melakukan Triase.
3) Pertolongan pertama.
4) Proses pemindahan korban.
5) Perawatan di rumah sakit
a. Peran Perawat dalam Tahap Pemulihan ( Post Event Stage)
Tahap pemulihan terdiri dari:
1) Rehabilitasi, yang bertujuan mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang
serba tidak menentu ke kondisi normal atau lebih baik;
2) Rekonstruksi. yang bertujuan membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat
bencana secara lebih baik dan sempurna. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain:
3) Perbaikan lingkungan dan sanitasi;
4) Perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan;
5) Pemulihan psiko-sosial; d) Peningkatan fungsi pelayanan kesehatan (Menteri Kesehatan,
2006; Ardia et all, 2013).
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai