Anda di halaman 1dari 15

BANJIR BANDANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan


Bencana
Dosen: Arieni Ramadhan., S.Kep, Ners., MHPE

disusun oleh: kelompok 6


Keperawatan 4B

Ahyar Rosidin 1116033


Stephanie Yuniska 1116037
Lilis Putri Ayu L 1116039
Aida Marlyana Malaka 1116051
Mela Merisa 1116061
Oktavia Nurul Ulfah 1116062
Eka Yuliana 1116081
Winda Widiawati 1116082

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
2020
1. Bencana Banjir Bandang
Banjir Bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya sesaat. Banjir bandang umumnya terjadi hasil dari curah hujan
berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan
debit sungai secara cepat. Dari sekian banyak kejadian, sebagian besar diawali
oleh adanya longsoran dibagian hulu sungai, kemudian material longsoran dan
pohon-pohon menyumbat sungai dan menimbulkan bendungan-bendungan alami.
Selanjutnya, bendung alami tersebut ambrol dan mendatangkan air bah dalam
volume yang besar dan waktu yang sangat singkat. Penyebab timbulnya banjir
bandang, selain curah hujan, adalah kondisi geologi, morfologi, dan tutupan
lahan.
2. Dampak Bencana Banjir
Dampak bencana banjir yaitu
 Bangunan bangunan menjadi rusak atau hancur yang disebabkan oleh daya
terjang air
 Terseret arus air
 Daya kikis genangan air
 Longsornya tanah di seputar atau dibawah pondasi
 Tertabrak benturan dengan benda benda berat yang terseret arus.

Kerugian fisik cenderung lebih besar jika letak bangunan di lembah


lembah pegunungan dibandingkan di dataran rendah terbuka. Banjir bandang akan
menghantam apa saja yang dilaluinya. Dalam kasus banjir selama ini, kebanyakan
kerugian pangan terjadi akibat persediaan pangan rusak, termasuk yang masih
dilahan. Kerusakan tanaman pangan sawah atau lading tergantung pada jenis
tanamanya dan berapa lama penggenangan airnya. Ada tanaman yang cepat mati
hanya setelah digenangi air sebentar, ada yang mampu menahan terjangan air tapi
akhirnya mati jika air tak terserap oleh tanah dan terus menggenang.
Meningkatnya dampak dampak banjir, khususnya di perkotaan harus menjadi
perhatian para pembuat keputusab yang semakin dipengaruhi oleh pembangunan
yang berada diluar pencegahan banjir yang sudah ada peningkatan dalam
pembuatan jalan dan lapisan lapisan impermeable, terlalu padatnya populasi,
keterbatasan drainase, sudah terlalu lama dikelola dengan berlebihan sehingga
menjurus ke penurunan tanah, dan terbatasnya aktivitas pengelolaan resiko.
Sumber : Ulum, C.M. 2014. Managemen Bencana suatu pengantar pendekatan
proaktif. Malang. UB press.
3. Mitigasi Bencana Banjir
Jenis-jenis Mitigasi Bencana Banjir
Mitigasi dalam bencana banjir terbagi menjadi 2 macam, yaitu mitigasi
secara struktural dan mitigasi secara non-struktural. Berikut adalah penjelasan dari
masing-masing mitigasi.
a) Mitigasi Struktural
Mitigasi Struktural adalah upaya yang dilakukan demi meminimalisir
bencana seperti dengan melakukan pembangunan danal khusus untuk mencegah
banjir dan dengan membuat rekayasa teknis bangunan tahan bencana, serta
infrastruktur bangunan tahan air. Dimana infrastruktur bangunan yang tahan air
nantinya diharapkan agar tidak memberikan dampak yang begitu parah apabila
bencana tersebut terjadi.
Beberapa contoh yang dapat dilakukan dengan metode mitigasi struktural adalah :
 Membangun tembok pertahanan dan tanggul – Sangat dianjurkan untuk
membangun tembok pertahanan dan tanggul di sepanjang aliran sungai
yang memang rawan apabila terjadi banjir, seperti kawasan yang dekat
dengan penduduk. Hal ini sangat membantu untuk mengurangi resiko dari
bencana banjir yang kerap terjadi pada tingkat debit banjir yang tidak bisa
diprediksi. Misalnya adalah banjir bandang.
 Mengatur kecepatan aliran dan debit air – Diusahakan untuk
memperhatikan kecepatan aliran dan debit air di daerah hulu. Yang
dimaksud disini adalah dengan mengatur aliran masuk dan keluar air di
bagian hulu serta membangun bendungan / waduk guna membendung
banjir.
 Membersihkan sungai dan pembuatan sudetan – Pembersihan sungai
sangatlah penting, dimana hal ini untuk mengurangi sedimentasi yang
telah terjadi di sungai, cara ini dapat diterapkan di sungai yang memiliki
saluran terbuka, tertutup ataupun di terowongan.
b) Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya yang dilakukan selain mitigasi
struktural seperti dengan perencanaan wilayah dan & asuransi. Dalam mitigasi
non-struktural ini sangat mengharapkan dari perkembangan teknologi yang
semakin maju. Harapannya adalah teknologi yang dapat memprediksi,
mengantisipasi & mengurangi resiko terjadinya suatu bencana.
Beberapa contoh yang dapat dilakukan dengan metode mitigasi non-struktural
adalah :
 Pembentukan LSM – Membentuk LSM yang bergerak dalam bidang
kepedulian terhadap bencana alam dan juga mengadakan kampanye peduli
bencana alam kepada masyarakat, agar masyarakat lebih sadar untuk
selalu siap apabila bencana alam terjadi.
 Melakukan Pelatihan dan Penyuluhan – Melatih, mendidik dan
memberikan pelatihan kepada masyarakat akan bahaya banjir yang disertai
dengan pelatihan lapangan.
 Membentuk Kelompok Kerja atau POKJA – Dimana dalam kelompok
tersebut didalamnya beranggotakan instansi terkait untuk melakukan dan
menetapkan pembagian peran dan kerja untuk penanggulangan benjana
bajir.
 Mengevaluasi Tempat Rawan Banjir – Melakukan pengamatan dan
penelusuran di tempat yang rawan banjir, sehingga apabila ada tanggul
yang sudah tidak kuat segera diperbaiki.
 Memperbaiki Sarana dan Prasarana – Mengajukan proposal untuk
pembangunan perbaikan sarana dan prasarana yang memang sudah tidak
layak.
 Menganalisa Data-data yang Berkaitan dengan Banjir – Mengevaluasi dan
memonitor data curah hujan, debit air dan informasi yang berkaitan
dengan banjir seperti daerah yang rawan banjir dan mengidentifikasi
daerah yang rawan banjir tersebut. Apakah memang ada tanggul yang
rusak atau memang daerah tersebut sangat berbahaya apabila ditempati.
 Membuat Mapping – Membuat peta sederhana untuk daerah yang rawan
banjir disertai dengan rute pengungsian, lokasi POSKO dan lokasi pos
pengamat banjir.
 Menguji Peralatan dan Langkah Selanjutnya – Menguji sarana sistem
peringatan dini terhadap banjir serta memikirkan langkah selanjutnya
apabila sarana tersebut belum tersedia.
 Menyiapkan Persediaan Sandang, Papan dan Pangan – Mempersiapkan
persediaan tanggap darurat seperti menyediakan bahan pangan, air minum
dan alat yang akan digunakan ketika bencana banjir terjadi.
 Membuat Prosedur Operasi Standar Bencana Banjir – Merencanakan
Prosedur Operasi Standar untuk tahap tanggap darurat yang nantinya
melibatkan semua anggota yang bertujuan untuk mengidentifitasi daerah
rawan banjir, identifikasi rute evakuasi, mepersiapkan peralatan evakuasi
dan juga tempat pengungsian sementara.
 Mengadakan Simulasi Evakuasi – Melakukan percobaan pelatihan
evakuasi apabila bencana banjir terjadi dan menguji kesiapan tempat
pengungisan sementara beserta perlengkapan dalam pengungsian.
 Mengadakan Rapat – Mengadakan rapat koordinasi di berbagai tingkat dan
utamanya adalah instansi pemerintah tentang pencegahan bencana banjir.
 Tindakan Ketika Banjir dan Setelah Banjir
 Selain mitigasi bencana banjir, kita juga perlu mengetahui langkah apa
saja yang dapat dilakukan ketika saat terjadi banjir dan apabila banjir
tersebut sudah terjadi.

Tindakan Ketika Saat Terjadi Banjir


 Jangan panik dan berusaha untuk bisa menyelamatkan diri.
 Pada saat terjadi bencana banjir, warga sekitar dihimbau untuk memantau
perkembangan cuaca di tempat kejadian. Apabila hujan secara terus
menerus tidak berhenti dan bertambah lebat, maka warga sekitar sebaiknya
segera pergi ke tempat yang lebih aman yang telah diberitahukan oleh
LSM.
 Masyarakat yang terkena bencana banjir dihimbau agar tetap menjaga
kesehatan mereka agar tidak menambah korban akibat bencana banjir.
Karena ketika bencana banjir datang, nantinya akan dilakukan evakuasi
yang sangat membutuhkan banyak tenaga warga.
 Apabila air yang datang lagi, secepat mungkin untuk menjauhinya dan
segera mungkin untuk menyelamatkan diri dengan menuju ke tempat yang
aman ataupun ke tempat yang lebih tinggi.
 Apabila terjebak dalam rumah atau bangunan ketika bencana banjir terjadi,
sebisa mungkin mengambil benda untuk mengapung agar tidak tenggelam.
 Berhati-hatilah dengan listrik kabel yang masih dialiri listrik.
 Menyelamatkan dokumen dokumen penting.
 Ikut serta aktif dalam tenda pengungsian dengan membantu keperluan
yang memang membutuhkan banyak tenaga seperti membantu mendirikan
tenda, membantu dapur umum, membantu mencari air bersih dan hal yang
lainnya.
 Diusahakan untuk bijak dalam menggunakan air bersih.
 Membantu mereka yang membutuhkan tempat tinggal dan kesehatan bagi
mereka yang memang terluka akibat bencana banjir tersebut.

Tindakan Setelah Banjir Terjadi


 Memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, seperti bantuan
tempat tinggal, makanan dan pakaian.
 Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan yang terkena banjir, seperti
membersihkan lumpur yang tergenang di dalam rumah ataupun di
lingkungan dekat rumah.
 Melakukan kaporitasi sumur gali.
 Memperbaiki jamban dan saluran pembuangan air limbah.
 Memberikan bantuan kesehatan lingkungan dengan memberikan obat serta
pelayanan kesehatan secara gratis.
 Menjaga sistem pembuangan air dan limbah agar tetap bersih dan tidak
kotor ataupun tersumbat Menjauhi kabel atau listrik agar tidak terjadi
kejadian yang tidak diinginkan.
 Menghindari wilayah yang sudah rusak seperti bangunan yang sudah tidak
layak pakai.
 Tidak mempergunakan air bersih secara semena-mena.
 Memeriksa ketersediaan air bersih.
4. Kesiapsiagaan Bencana Banjir
Prabencana
a. Petugas Kesehatan :
a) Membuat peta rawan dan jalur evakuasi
b) Menyusun rencana kontijensi (perencanaan kegiatan penanggulangan
bencana yang di susun sebelum bencana terjadi).
c) Menigkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan.
d) Membentuk tim kesehatan di setiap jejaring administrasi.
e) Menyiapkan obat dan logistik kesehatan lain(PAC,Kaporit,kantong
sampah,dll).
f) Meningkatkan kemampuan petugas dengan pelatihan.
g) Menyiapkan sarana komunikasi dan transportasi.
h) Menyiapkan perlengkapan lapangan (tenda velbet,genset,dll)
b. Masyarakat :
a) Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan bahaya
banjir, seperti Siaga I sampai dengan Siaga IV dan langkah-langkah apa
yang harus dilakukan.
b) Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah berada di zona
rawan banjir.
c) Mengetahui saluran dan jalur yang sering dilalui air banjir dan apa
dampaknya untuk rumah kita.
d) Melakukan persiapan untuk evakuasi, termasuk memahami rute evakuasi
dan daerah yang lebih tinggi.
e) Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai ancaman banjir dan
merencanakan tempat pertemuan apabila anggota keluarga terpencar-
pencar.
f) Mengetahui bantuan apa yang bisa diberikan apabila ada anggota keluarga
yang terkena banjir.
g) Mengetahui kebutuhan-kebutuhan khusus anggota keluarga dan tetangga
apabila banjir terjadi.
h) Membuat persiapan untuk hidup mandiri selama sekurangnya tiga hari,
misalnya persiapan tas siaga bencana, penyediaan makanan dan air
minum.
i) Mengetahui bagaimana mematikan air, listrik, dan gas.
Saat bencana
a. Petugas Kesehatan
a) Mengaktifkan unit pelayanan kesehatan dan membuang pos kesehatan di
lokasi
b) Memberikan pelayanan kesehatan dan rujukan
c) Melakukan penilaian cepat kesehatan (Rapid Healt Assessment)
b. Masyarakat
a) Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda, maka simaklah informasi dari
berbagai media mengenai informasi banjir untuk meningkatkan
kesiapsiagaan.
b) Apabila terjadi banjir, segeralah evakuasi ke tempat yang lebih tinggi.
c) Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-tempat
lain yang tergenang air.
d) Ketahui risiko banjir dan banjir bandang di tempat Anda, misalnya banjir
bandang dapat terjadi di tempat Anda dengan atau tanpa peringatan pada
saat hujan biasa atau deras.
e) Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi: amankan rumah Anda.
Apabila masih tersedia waktu, tempatkan perabot di luar rumah atau di
tempat yang aman dari banjir. Barang yang lebih berharga diletakan pada
bagian yang lebih tinggi di dalam rumah.
f) Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak berwenang.
Cabut alat-alat yang masih tersambung dengan listrik. Jangan menyentuh
peralatan yang bermuatan listrik apabila Anda berdiri di atas/dalam air.
g) Jika ada perintah evakuasi dan Anda harus meninggalkan rumah: Jangan
berjalan di arus air. Beberapa langkah berjalan di arus air dapat
mengakibatkan Anda jatuh.
h) Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila air mulai naik,
abaikan mobil dan keluarlah ke tempat yang lebih tinggi. Apabila hal ini
tidak dilakukan, Anda dan mobil dapat tersapu arus banjir dengan cepat.
i) Apabila Anda harus berjalan di air, berjalanlah pada pijakan yang tidak
bergerak. Gunakan tongkat atau sejenisnya untuk mengecek kepadatan
tempat Anda berpijak.
j) Bersihkan dan siapkan penampungan air untuk berjaga-jaga seandainya
kehabisan air bersih.
k) Waspada saluran air atau tempat melintasnya air yang kemungkinan akan
dilalui oleh arus yang deras karena kerap kali banjir bandang tiba tanpa
peringatan.
Pasca Bencana
a. Petugas Kesehatan
a) Melakukan perbaikan kulitas air bersih
b) Melakukan surveilans penyakit potensi KLB
c) Membantu perbaikan kualitas jamban dan saluran pembungan limbah

b. Masyarakat
a) Hindari air banjir karena kemungkinan kontaminasi zat-zat berbahaya dan
ancaman kesetrum.
b) Waspada dengan instalasi listrik.
c) Hindari air yang bergerak.
d) Hindari area yang airnya baru saja surut karena jalan bisa saja keropos dan
ambles.
e) Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak yang
berwenang membutuhkan sukarelawan.
f) Kembali ke rumah sesuai dengan perintah dari pihak yang berwenang.
g) Tetap di luar gedung/rumah yang masih dikelilingi air.
h) Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak
terlihat seperti pada fondasi.
i) Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air bersih jika Anda terkena air banjir.
j) buang makanan yang terkontaminasi air banjir.
k) Dapatkan perawatan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat.
l) Lakukan pemberantasan sarang nyamuk Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN).
m) Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali.
n) Terlibat dalam perbaikan jamban dan Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL).
5. Tanggap Darurat Bencana Banjir
a) Telah membentuk posko penanggulangan bencana paling lambat 1 jam
setelah kejadian bencana.

b) Telah mencairkan anggaran darurat bencana paling lama 1 x 24 jam.

c) Telah menetapkan dan mulai menerapkan prosedur penggunan,


pencatatan serta
Pengelolaan anggaran untuk kebutuhan penanganan darurat bencana
paling lama 2 x 24 jam.

d) Telah memiliki rencana operasi penanganan darurat bencana yang


melingkupi seluruh Kegiatan pemulihan fasilitas kritis dan pengumpulan
dan distribusi logistik paling lama 1 x 24 jam.
e) Tim sar telah berada dan siap melaksanakan operasi sar di seluruh daerah
landaan, paling lama 6 jam setelah kodal darurat terbentuk.

f) Dukungan pemulihan fasilitas kritis harus mampu menjamin bahwa


seluruh upaya perlindungan kelompok rentan dan pemenuhan kebutuhan
dasar pada setiap titik pengungsian telah terhubung sistemnya dengan
kodal darurat, paling lama dalam tempo 1x 24 jam setelah kodal darurat
terbentuk.

g) Tim psikolog telah berada di tiap-tiap posko darurat kecamatan, paling


lama 3 x 24 jam setelah kodal darurat terbentuk.

h) Telah dibuka pos pencatat dan pengarah bantuan yang dilengkapi dengan
sumberdaya dan prosedur pencatatan dan pengarahan bantuan yang
memadai disetiap titik masuk bantuan dari jalur darat, laut dan udara,
yang mungkin digunakan paling lama dalam
Jangka waktu 1 x 24 jam, setelah kodal darurat terbentuk.

i) Telah tersedia gudang logistik lapangan dalam jangka waktu 1 x 24 jam.

j) Menyalurkan logistik dan peralatan ke posko darurat kecamatan, dengan


dibantu oleh bidang operasional.

6. Rehabilitasi dan Rekuntruksi


Rehabilitasi adalah Perbaikan dan Pemulihan semua aspek layanan
publik/ masyarakat sampai tingkat memadai pada wilayah pascabencana dengan
sasaran utama Normalisasi/ berjalannya secara wajar berbagai aspek pemerintahan
dan kehidupan masyarakat seperti pada kondisi sebelum terjadinya bencana.
Kegiatan rehabilitasi, menurut Inpres nomer 5 tahun 2018, dilakukan melalui:
a. Perbaikan lingkungan bencana
b. Perbaikan prasarana dan sarana umum
c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
d. Pemulihan sosial psikologis
e. Pelayanan kesehatan
f. Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya
g. Pemulihan keamanan dan ketertiban
h. Pemulihan fungsi pemerintahan
i. Pemulihan fungsi pelayanan publik.
Sedangkan rekonstruksi terdiri atas
a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana
b. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat
c. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat
a. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang
lebih baik dan tahan bencana
b. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha, dan masyarakat
c. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
d. peningkatan fungsi pelayanan publik
e. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
Contoh Kasus Banjir Bandang Nasional

Judul : ARAHAN KEBIJAKAN MITIGASI BENCANA BANJIR BANDANG


DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KURANJI, KOTA PADANG
Penulis : Yennie Pratiwi Putri, Eri Barlian, Indang Dewata, dan Try Al Tanto
Tahun jurnal : 28 Maret 2018
Daerah aliran sungai (DAS) Kuranji adalah DAS terluas diantara 3 DAS lain di
Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Wilayah DAS tersebut pernah mengalami
beberapa kali kejadian banjir bandang, sehingga perlu diwaspadai kejadian serupa
di masa yang akan datang.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lahan,
mengidentifikasikan tingkat bahaya, mengetahui kerentanan sosial, dalam rangka
untuk menyusun arahan kebijakan mitigasi bencana banjir bandang pada DAS
Kuranji. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.
Metode : metode analisis karakteristik lahan adalah analisis spasial dengan
tumpang susun dan tingkat bahaya menggunakan analisis data fisik. Arahan
kebijakan mitigasi disusun menggunakan alat kuesioner dan wawancara,
kemudian diolah dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process)
Hasil : pertama penelitian ini adalah terdapat tiga kelas karakteristik lahan di DAS
Kuranji, yaitu kategori baik (1),
sedang (7), dan buruk (4). Hasil kedua adalah tingkat bahaya banjir bandang
terdapat 3 kelas, yaitu kelas rendah (2), sedang (6), dan tinggi (4). Hasil ketiga
adalah tingkat kerentanan sosial bencana banjir bandang, menurut rasio kelamin
hanya terdapat 1 kelas yaitu tinggi, dan menurut kelompok umur terbagi 2 kelas
yaitu kerentanan kategori sedang dan kategori tinggi. Berdasarkan hasil analisis
yang dilakukan, maka hasil.
keempat yaitu alternatif kebijakan mengenai kebijakan mitigasi bencana banjir
bandang ditinjau dari 3 aspek yaitu :
(1) karakteristik lahan,
(2) tingkat bahaya banjir bandang, dan
(3) kerentanan sosial. Kesimpulan dari semua hasil adalah arahan kebijakan
mitigasi bencana banjir bandang dengan rekayasa biofisik, pengelolaan DAS
terpadu, penataan ruang berbasis bencana, dan pembangunan sistem peringatan
dini.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh. SOP Peringatan Dini Dan


Penanganan Darurat Bencana Banjir.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2017. Tanggap Tangkas Tangguh
Menghadapi Bencana.
Harinusa [online] 2016.[cited 8 mei 2020]; Availible from : URL:
https://www.google.com/amp/s/hariannusa.com/2019/07/07/ini-cara-mitigasi-
saat-gempa-bumi/%3famp
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2018 tentang Percepatan Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Pasca Bencana banjir bandang
Pusat kerisis kesehatan [online] 2016.[cited 16 mei 2020]; Availible from :
URL: http://pusatkrisis.kemkes.go.id/tips-siaga-bencana-banjir
Ulum, C.M. 2014. Managemen Bencana suatu pengantar pendekatan proaktif.
Malang. UB press.
Yuliawati, E dan Syihab, U. 2008. Mencerdasi Bencana. Grasindo

Anda mungkin juga menyukai