Anda di halaman 1dari 4

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan

fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi pada
prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam
(natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster).

Mitigasi adalah tahap awal penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil
dampak bencana dan kegiatan ini dilakukan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain
membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon bakau,
penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat yang
tinggal di wilayah rawan gempa.

Mitigasi Struktural

Mitigasi strukural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan melalui
pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan
kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang
bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System yang digunakan untuk memprediksi terjadinya
gelombang tsunami.

Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana
dengan cara rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan
dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut mampu bertahan
atau mengalami kerusakan yang tidak membahayakan apabila bencana yang bersangkutan terjadi.
Rekayasa teknis adalah prosedur perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan
karakteristik aksi dari bencana.

Mitigasi Non-Struktural

Mitigasi nonstruktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya tersebut diatas.
Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan. Undang-Undang
Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya non-struktural di bidang kebijakan dari mitigasi ini.
Contoh lainnya adalah pembuatan tata ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan sampai
menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan kapasitas masyarakat, juga
bagian dari mitigasi ini. Ini semua dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar
daerah rawan bencana.

Beberapa kegiatan mitigasi bencana di antaranya:


 pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
 perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
 pengembangan budaya sadar bencana;
 penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana;
 identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana;
 pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;
 pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi;
 pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup

Robot sebagai perangkat bantu manusia, dapat dikembangkan untuk turut melakukan mitigasi
bencana. Robot mitigasi bencana bekerja untuk mengurangi resiko terjadinya bencana. Contoh robot
mitigasi bencana diantaranya:
 robot pencegah kebakaran
 robot pendeteksi tsunami
 robot patroli/pemantau rumah atau gedung

Langkah-langkah yang dilakukan dalam Mitigasi Bencana

a) upaya pengurangan bencana banjir antara lain:


1) Pengawasan penggunaan lahan dan perencanaan lokasi untuk menempatkan fasilitas vital yang
rentan terhadap banjir pada daerah yang aman.
2) Penyesuaian desain bangunan di daerah banjir harus tahan terhadap banjir dan dibuat bertingkat.
3) Pembangunan infrastruktur harus kedap air.
4) Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai, tembok laut sepanjang pantai
yang rawan badai atau tsunami akan sangat membantu untuk mengurangi bencana banjir.
5) Pembersihan sedimen.
6) Pembangunan pembuatan saluran drainase.
7) Peningkatan kewaspadaan di daerah dataran banjir.
8) Desain bangunan rumah tahan banjir (material tahan air, fondasi kuat)
9) Meningkatkan kewaspadaan terhadap penggundulan hutan.
10) Pelatihan tentang kewaspadaan banjir seperti cara penyimpanan/pergudangan perbekalan, tempat
istirahat/ tidur di tempat yang aman (daerah yang tinggi).

b) pengurangan bencana tanah longsor antara lain:


1) Pembangunan permukiman dan vasilitas utama lainnya menghindari daerah rawan bencana.
2) Menyarankan relokasi.
3) Menyarankan pembangunan pondasi tiang pancang untuk menghindari bahaya liquefation.
4) Menyarankan pembangunan pondasi yang menyatu, untuk menghindari penurunan yang tidak
seragam (differential settlement).
5) Menyarankan pembangunan utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel.
6) Mengurangi tingkat keterjalan lereng.

c) upaya pengurangan bencana Gunung Api antara lain:


1) Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau di luar dari kawasan
rawan bencana.
2) Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava dan atau lahar
3) Perkenalkan struktur bangunan tahan api.
4) Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung api
5) Membuat barak pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunung api yang sering meletus,
misalnya G.Merapi (DIY, Jateng), G. Semeru (Jatim), G. Karangetang (Sulawesi Utara) dsb.
6) Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api harus mengetahui
posisi tempat tinggalnya pada Peta kawasan Rawan Bencana Gunung api (penyuluhan).
7) Mensosialisasikan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api hendaknya faham
cara menghindar dan tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi letusan gunung api
(penyuluhan)
8) Mensosialisasikan kepada masyarakat agar paham arti dari peringatan dini yang diberikan oleh
aparat/Pengamat Gunung api (penyuluhan).
9) Mensosialisasikan kepada masyarakat agar bersedia melakukan koordinasi dengan aparat/
Pengamat Gunung api.

d) upaya pengurangan bencana Gempa Bumi antara lain :


1) Memastikan bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa.
2) Memastikan perkuatan bangunan dengan mengikuti standard kualitas bangunan.
3) Pembangunan fasilitas umum dengan standard kualitas yang tinggi.
4) Memastikan kekuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada. 5) Rencanakan penempatan
pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan bencana.

e) upaya pengurangan bencana Tsunami antara lain:


1) Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami.
2) Pendidikan kepada masyarakat tentang karakteristik dan pengenalan bahaya tsunami.
3) Pembangunan tsunami Early Warning System.
4) Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang beresiko.
5) Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai meredam gaya air tsunami.
6) Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman. Tempat/
bangunan ini harus cukup tinggi dan mudah diakses untuk menghidari ketinggian tsunami.

f) upaya pengurangan bencana kebakaran antara lain:


1) Pembuatan dan sosialisasi kebijakan Pencegahan dan Penanganan Kebakaran.
2) Peningkatan penegakan hukum.
3) Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanganan kebakaran secara
dini.
4) Pembuatan waduk-waduk kecil, Bak penampungan air dan Hydran untuk pemadaman api.
5) Melakukan pengawasan pembakaran lahan untuk pembukaan lahan secara ketat.
6) Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang heterogen.
7) Meningkatkan partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya.

g) upaya pengurangan bencana kekeringan antara lain:


1) Perlu melakukan pengelolaan air secara bijaksana, yaitu dengan mengganti penggunaan air tanah
dengan penggunaan air permukaan dengan cara pembuatan waduk, pembuatan saluran distribusi
yang efisien.
2) Konservasi tanah dan pengurangan tingkat erosi dengan pembuatan check dam, reboisasi.
3) Pengalihan bahan bakar kayu bakar menjadi bahan bakar minyak untuk menghindari penebangan
hutan/tanaman.
4) Pendidikan dan pelatihan.
5) Meningkatkan/memperbaiki daerah yang tandus dengan melaksanakan pengelolaan Iahan,
pengelolaan hutan, waduk peresapan dan irigasi.

h) upaya pengurangan bencana angin skilon tropis antara lain:


1) Memastikan struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu bertahan terhadap
gaya angin.
2) Penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin khususnya di daerah
yang rawan angin topan.
3) Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang terlindung dari serangan
angin topan.
4) Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin

i) upaya pengurangan bencana wabah penyakit antara lain:


1) Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya di jajaran kesehatan
dan lintas sektor terkait untuk memahami resiko bila wabah terjadi serta bagaimana cara-cara
menghadapinya bila suatu wabah terjadi melalui kegiatan sosialisasi yang berkesinambungan.
2) Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya-upaya pencegahan, respon
cepat serta penanganan bila wabah terjadi. 3) Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanganan
seperti sumberdaya manusia yang profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi,
transportasi, logistik serta pembiayaan operasional. 4) Upaya penguatan surveilans epidemiologi
untuk identifikasi faktor risiko dan menentukan strategi intervensi dan penanganan maupun respon
dini di semua jajaran.

j) upaya pengurangan bencana akibat konflik antara lain :


1) Mendorong peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam rangka memelihara stabilitas
ketentraman dan ketertiban
2) Mendukung kelangsungan demokratisasi politik dengan keberagaman aspirasi politik, serta di
tanamkan moral dan etika budaya politik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
3) Mengembangkan supremasi hukum dengan menegakkan hukum secara konsisten, berkeadilan dan
kejujuran.
4) Meningkatkan pemahaman dan penyadaran serta meningkatnya perlindungan penghormatan, dan
penegakkan HAM.
5) Meningkatkan kinerja aparatur negara dalam rangka mewujudkan aparatur negara yang berfungsi
melayani masyarakat, profesional, berdayaguna, produktif, transparan, bebas dari KKN.

Anda mungkin juga menyukai