Anda di halaman 1dari 7

Nama : Fadhila Auriza Putri Perwita Sari

Kelas :A

NIM : 21040120120023

Mata Kuliah : Geologi Lingkungan

Penataan Ruang wilayah berbasis Mitigasi bencana Geologi

- Bahaya geologi yang berada di muka bumi pada hakekatnya merupakan hasil dari
proses-proses geologi, baik yang berifat endogenik maupun eksogenik dimana proses-
proses tersebut tidak bisa dikendalikan oleh manusia
- Kerentanan terhadap bencana geologi di suatu wilayah akan semakin besar seiring
dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan menjadi salah satu faktor utama
penyebab bencana geologi.
- Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi tingkat
pembangunan infrastruktur, apabila tidak disertai dengan pembangunan yang sesuai
dengan standardisasi.
- MITIGASI
- Pengertian mitigasi secara umum adalah suatu tindakan yang diharapakan mampu
meminimalisir dan atau menghapus kerugian dan korban dari terjadinya suatu
bencana.
- Menurut UU No 24 Tahun 2007 adalah suatu rangkaian upaya yang dilakukan untuk
meminimalisir dampak dari bencana, baik melalui pembangunan infrastruktur
maupun memberikan kesadaran dan kemampuan dalam menghadapi bencana.

- Berikut tujuan dilakukannya mitigasi bencana alam antara lain:

a. Menimalisir risiko dan/ atau dampak yang ditimbulkan dari terjadinya suatu
bencana, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi, dan kerusakan
sumber daya alam.

b. Sebagai acuan bagi pemerintah dalam membuat perencanaan pembangunan di


suatu tempat.
c. Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi
risiko dan dampak bencana.

- JENIS MITIGASI

- Mitigasi Struktural (suatu tindakan untuk mengurangi risiko bencana geologi dengan
cara membangun prasarana fisik berdasarkan spesifikasi tertentu dan memanfaatkan
teknologi, mitigasi struktural mengutamakan tindakan untuk mengurangi kerentanan
terhadap bencana, yaitu dengan melakukan rekayasa bangunan yang tahan terhadap
bencana.)

- Contoh: Penggunaan alat deteksi aktivitas gunung berapi, pembangunan kanal khusus
untuk mencegah banjir, penggunaaan sistem peringatan dini untuk memperkirakan
kemungkinan terjadinya gelombang tsunami, merancang struktur bangunan yang
tahan akan gempa.

- Mitigasi Non Struktural (supaya pencegahan dampak bencana yang mungkin terjadi
melalui kebijakan atau peraturan tertentu.)

- Contoh: manajemen tata ruang kota, larangan membuang sampah sembarangan ke


sungai atau selokan, menhatur kapasitas pembangunan masyarakat.

- KESIAPSIAGAAN

- Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana di dalam
konsep pengelolaan bencana.

- Menurut Randolph Kent (1994) kesiapan bencana mencakup peramalan dan


pengambilan keputusan terkait tindakan pencegahan sebelum munculnya bencana,
gejala awal bencana, pengembangan dan pengujian secara teratur terhadap peringatan
dini, rencana evakuasi dan waspada untuk meminimalisir kematian dan kerusakan
fisik yang terjadi.

- Berikut proses pengelolaan resiko bencana,


-

- RESPON MANUSIA TERHADAP BENCANA


- Menghindar
- Stabilisasi
- Penetapan persyaratan keselamatan struktur bangunan
- Pembatan penggunaan lahan dan penenmpatan jumlah jiwa seperti peraturan dalam
penerapan lokasi pemukiman dan pertanian, serta penempatan jumlah jiwa per hektar
yang disesuaikan untuk mengurangi tingkat bencana
- Membangun sistem peringatan dini
- SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA
- Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007, sistem penanggulangan bencana terdiri dari,
a. Legislasi
b. Kelembagaan
c. Perencanaan
d. Ilmu pengetahuan dan teknologi
e. Penyelenggaraan penanggulangan bencana
- ARAHAN MITIGASI BENCANA PERKOTAAN
a. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki
daerah rawan bencana dsb.
b. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah mengamankan dan
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
c. Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi
bencana yaitu daerah yang relative aman.
d. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan secara berkala kepada penduduk yang
bermukim di sekitar gunung api khusunya pada zona bahaya. Masyarakat yang
bermukim di sekitar gunung api harus mengetahui posisi tempat tinggalnya pada
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api.
e. Mewujudkan terciptanya lingkungan kota yang aman, nyaman, dan produktif dan
dapat menjadi masukan yang berguna bagi pemerintah daerah dalam perumusan
arahan penataan ruang kota dan pengambilan keputusan penanganan bencana.
- MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI
1. Sebelum terjadi gempa beberapa hal yang dapat kita lakukan agar selalu siaga
adalah
• Dirikanlah bangunan (kantor, rumah dsb) sesuai dengan kaidah2 yang baku.
Diskusikan lah dengan para ahli agar bangunan anda tahan gempa. Jangan
membangun dengan asal-asalan apalagi tanpa perhitungan.
• Kenalilah lokasi bangunan tempat anda tinggal atau bekerja, apakah tidak berada
pada patahan gempa atau tempat lain seperti rawan longsor dsb.
• Tempatkan perabotan pada tempat yang proporsional. Jika anda punya lemari,
ada baiknya dipakukan ke dinding, agar tidak roboh dan ikut menindih ketika
terjadi gempa. Jika ada perabotan yang digantung, periksalah secara rutin
keamananya.
• Siagakanlah peralatan seperti senter, kotak P3K, makanan instan dsb. Sediakan
juga Radio, karena pada saat gempa alat komunikasi dan informasi lain seperti
Telpon, HP, Televisi, Internet akan terganggu. Radio yang hanya menggunakan
baterai akan sangat berguna disaat bencana.
• Selalu periksa penggunaaan Listrik dan gas, matikan jika tidak digunakan.
• Catatlah telepon-telepon penting seperti Pemadam kebakaran, Rumah sakit dll.
• Kenalilah jalur evakuasi. Beberapa daerah di Indonesia, khususnya daerah rawan
Tsunami, saat ini telah membangun jalur evakuasi ke tempat yang lebih tinggi.
Seperti di daerah saya, Kota Painan, Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat
telah dibangun jalurnya.
• Ikutilah Kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa yang sudah mulai dilakukan
oleh beberapa daerah seperti Kota Padang, Sumatera Barat. Hal ini sudah biasa
dilakukan oleh masyarakat Jepang. Sehingga mereka tidak canggung lagi ketika
terjadi bencana. Dengan mengikuti kegiatan ini, kita akan terbiasa dengan bentuk2
peringatan dini yang disediakan pemerintah daerah, seperti sirine pertanda
Tsunami, Sirine Banjir dsb.

2. Ketika berlangsung gempa yang pertama sekali adalah DON’T BE PANIC,


kuasai diri anda bahwa anda dapat lepas dari bencana tersebut.
• Menghindar dari bangunan, pohon, tiang listrik dsb yang berkemungkinan roboh
menimpa kita. Jika anda berada dalam gedung, berusahalah untuk lari keluar. Jika
tidak memungkinkan berlindunglah di bawah meja yang kuat, tempat tidur. Atau
berlindunglah di pojok bangunan, karena lebih kuat tertopang.
• Perhatikan tempat anda berdiri, karena gempa yang besar akan memungkinkan
terjadinya rengkahan tanah.
• Jika anda sedang berkendara, matikan kendaraan anda dan turunlah. Jika anda
sedang berada di pantai, maka berlarilah menjauhi pantai tersebut. jika anda sedang
berada di daerah pegunungan, maka perhatikan disekitar anda apakah ada
kemungkinan longsor.

3. Setelah terjadi gempa


• Periksa sekeliling anda, apakah ada kerusakan, baik itu listrik padam, kebocoran
gas, dinding retak dsbnya. Periksa juga apakah ada yang terluka. Jika ya,
lakukanlah pertolongan pertama.
• Hindari bangunan yang kelihatannya hampir roboh atau berpotensi untuk roboh
• Carilah informasi tentang gempa tersebut, gunakanlah radio tadi

- MITIGASI BENCANA LETUSAN GUNUNG API


- Pengurangan Resiko Bencana
a. Melakukan identifikasi, kajian dan pemantauan resiko bencana dan memperkuat
sistem peringatan dini.
b. Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun suatu
budaya aman dan ketahanan terhadap bencana di semua tingkatan
c. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana untuk menjamin pelaksanaan
tanggap darurat yang efektif
d. Cara penataan ruang yang berlandaskan kepada ainaliss kebencanaan gunungapi.

- MITIGASI BENCANA LONGSORAN TANAH


- Pengurangan Resiko Bencana
a. Memetakan daerah rawan longsor
b. Memberi tanda khusus pada daerah rawan longsor
c. Pemukiman sebaiknya menjauhi tebing
d. Tidak melakukan pemotongan lereng
e. Melakukan reboisasi pada hutan gundul
f. Membuat terasering atau sengkedan pada lahan miring
g. Sistem penanaman dan pembuatan saluran air sesuai dengan kontur tanah

- MITIGASI BENCANA BANJIR


- Pengurangan Resiko Bencana
a. Mengevaluasi Tempat Rawan Banjir 
b. Memperbaiki Sarana dan Prasarana 
c. Menganalisa Data-data yang Berkaitan dengan Banjir

d. Membuat Mapping – Membuat peta sederhana untuk daerah yang rawan banjir


disertai dengan rute pengungsian, lokasi POSKO dan lokasi pos pengamat banjir.
e. Membuat Prosedur Operasi Standar Bencana Banjir

- MITIGASI BENCANA HIDROMETEROLOGI


- Pengurangan Resiko Bencana
a. Tidak membuang sampah sembarangan, terutama aliran air (drainase) dan sungai;
berpotensi banjir dan sarang nyamuk
b. Menebang pohon tua rapuh di sekitar lingkungan
c. Menyimpan air di musim hujan, cadangan di musim kemarau
d. Bijak dalam penggunaan air Kurangi kegiatan menghasilkan emisi gas rumah kaca
e. Beri ruang serapan air untuk lahan yang akan dibangun
f. Tidak menebang pohon atau mengeruk tanah terutama di wilayah lereng gunung
atau perbukitan; potensi longsor
g. Waspada daerah cekungan ketika musim hujan; potensi banjir

DAFTAR PUSTAKA
Noor, Djauhari. Pengantar mitigasi bencana geologi. Deepublish, 2014.
https://www.yuksinau.id/pengertian-mitigasi/
http://lib.itenas.ac.id/kti/wp-content/uploads/2012/04/Arahan-Pengembangan-
Kota.pdf
https://mitigasigempa.blogspot.com/2011/11/langkah-langkah-mitigasi-
gempa.html
https://herydictus.wordpress.com/mitigasi-bencana-gunung-api/
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/132314541-
LILI_SOMANTRI/mitigasi_bencana.pdf
https://ilmugeografi.com/bencana-alam/mitigasi-bencana-banjir
https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/04/080200123/waspada-bencana-
hidrometeorologi-bmkg-beri-3-saran-mitigasi?page=2

Anda mungkin juga menyukai