Anda di halaman 1dari 16

Pembentukan Relawan Pemadam Kebakaran

Sebagai Upaya Penanggulangan Kebakaran


Berbasis Pemberdayaan Masyarakat

AGUNG JAYA KUSUMA AJI, SH.


NIP. 19821129 201001 1 008

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA,


PEMADAM KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN
BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. Gambaran Umum


Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita kehendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Tipe-
tipe kebakaran dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis benda/bahan yang
terbakar. Dengan adanya klasifikasi kebakaran tersebut diharapkan akan lebih
mudah atau lebih cepat dan lebih tepat mengadakan pemilihan media
pemadaman yang akan dipergunakan untuk melaksanakan pemadaman.
Kebakaran adalah sesuatu yang tidak diharapkan, oleh karena itu
pemahaman terhadap kebakaran, baik definisinya, faktor-faktornya, prosesnya
maupun penanganannya menjadi sangat penting bagi pemerintah maupun
masyarakat. Alternatif penanggulangan kebakaran baik dari aspek pencegahan
(preventif), pengurangan dampak maupun penanggulangan (rehabilitasi) perlu
dikaji secara mendalam.
Kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran diantaranya
adalah pemeriksaan dan pengujian sarana/sistem proteksi kebakaran baik di
lingkup lingkungan perkotaan maupun sistem proteksi kebakaran di bangunan
gedung, sosialisasi dan edukasi pada masyarakat, dan penyususan dokumen
Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran.
Satuan Polisi Pamong Praja, Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan
(SATPOL P3KP) merupakan salah satu organisasi perangkat daerah (OPD)
yang melayani masyarakat selama 1 x 24 jam. Bagi institusi Pemadam
Kebakaran tidak mengenal hari libur, guna untuk memberikan pelayanan publik
yang prima dan berkualitas maka diwajibkan kepada seluruh anggota pemadam
kebakaran di Indonesia termasuk di Kota Pekalongan agar menjalankan tugas
dengan sebaik-baiknya penuh tanggung jawab. Jam kerja 1 x 24 jam ini
merupakan sebuah konsekuensi logis apabila seseorang memutuskan untuk
menjadi seorang Petugas Pemadam Kebakaran.
Berdasarkan penyebabnya, kebakaran dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu faktor alami, akibat ulah manusia, atau kombinasi. Kebakaran
karena ulah manusia merupakan peristiwa yang terjadi baik sengaja maupun
tidak disengaja karena proses teknologi, interaksi manusia terhadap
lingkungannya serta interaksi antara manusia itu sendiri yang dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan dan penghidupan
masyarakat. Disamping dapat menimbulkan kerugian materi bagi masyarakat,
kebakaran juga dapat mengakibatkan kerugian imaterial bagi kehidupan
masyarakat dan seringkali mengakibatkan kerugian harta benda maupun
korban jiwa hingga menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana lainnya yang
membawa dampak sosial dan ekonomi.
Selama ini, masyarakat cenderung untuk membebankan tanggung jawab
penanggulangan kebakaran kepada para petugas dari Bidang Pemadam
Kebakaran dan Penyelamatan, dengan kondisi perlengkapan yang masih jauh
dari memadai. Kesiapsiagaan para pengelola bangunan gedung, maupun
kesadaran masyarakat akan cara-cara menghadapi kebakaran, seringkali
masih jauh dari standar atau keadaan yang diharapkan. Seringkali dalam setiap
kebakaran, Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan dijadikan
kambing hitam karena tak bisa memadamkan api dalam waktu singkat,
padahal faktor-faktor lain, seperti kondisi jalan, kemacetan lalulintas, kepadatan
permukiman, ketersediaan hidran/ sumber air untuk pemadaman, koordinasi
dan kesiapan masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai
keberhasilan pemadaman kebakaran.
Petugas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Pekalongan
merupakan ujung tombak Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan
dalam memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Petugas inilah
yang dinilai masyarakat terkait dengan penanggulangan bencana kebakaran
apakah pelayanan yang diberikan sudah optimal atau belum. Petugas teknis
lapangan ini juga yang membangun stigma pada masyarakat terhadap kualitas
pelayanan Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan karena petugas
teknis lapanganlah yang menentukan buruk atau baiknya kualitas pelayanan
yang diberikan.
Wilayah tugas Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota
Pekalongan bukan hanya melakukan pemadaman kebakaran saja, secara luas
di berbagai media kita saksikan bahwa pemadam kebakaran juga terlibat aktif
dalam berbagai upaya penyelamatan, seperti misal evakuasi pohon tumbang,
evakuasi orang tenggelam atau hanyut terseret arus, bahkan sampai kepada
animal rescue dengan melakukan penanganan terhadap hewan berbisa dan
berbahaya seperti ular, tawon, biawak, dsb.
Pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran sudah selayaknya
dilakukan oleh pemerintah bersama dengan seluruh lapisan masyarakat. Cara
yang dapat ditempuh adalah melalui penanggulangan secara pasif dan aktif.
Penanggulangan bahaya kebakaran dimulai dari ”penanggulangan pasif” yaitu
sejak dari perencanaan bangunan, lingkungan, infrastruktur kota yang telah
mengantisipasi bahaya kebakaran dan pemberdayaan masyarakat. Dilanjutkan
dengan ”penanggulangan aktif” yaitu penyediaan perlengkapan dan peralatan
pemadaman kebakaran dan pelatihan sumberdaya manusia untuk pemadaman
kebakaran.
Dengan berjalannya otonomi daerah, maka terjadi pergeseran
kewenangan pemerintah yang sentralistik ke pemerintahan yang desentralistik
sehingga peran pemerintah berubah dari pembina menjadi pemberdaya
termasuk perlindungan terhadap ancaman bahaya kebakaran. Kecenderungan
penyelenggaraan pemerintahan selama ini selalu mengutamakan kegiatan
yang dapat memberikan kontribusi langsung terhadap peningkatan PAD,
akibatnya terjadi ketimpangan dalam layanan dimana sektor-sektor yang tidak
berkontribusi langsung menjadi sedikit terabaikan.
Hal ini sebenarnya cukup memprihatinkan karena pembelanjaan di sektor
penanggulangan bahaya kebakaran memang tidak selalu dapat dilihat dari
sudut pandang cost-benefit ratio. Investasi di sektor pencegahan dan
penanggulangan kebakaran seyogyanya tidak selalu dilihat dari sudut pandang
tersebut, karena sifatnya adalah sebagai fungsi perlindungan dan
penyelamatan terhadap jiwa/penduduk maupun aset negara, sekaligussebagai
salah satu bentuk jaminan keamanan dan keselamatan bagi pelaku unsur-
unsur pembangunan.

1.2. Ancaman Resiko Kebakaran di Kota Pekalongan


Menurut, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2009 tentang
Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan, bahwa waktu
tanggap terhadap pemberitahuan kebakaran untuk kondisi Indonesia tidak lebih
dari 15 menit yang terdiri dari:
1) Waktu diterimanya pemberitahuan adanya kebakaran di suatu tempat,
interpretasi penentuan lokasi kebakaran, dan penyiapan pasukan serta
sarana pemadaman selama 5 menit;
2) Waktu perjalanan dari Pos Pemadam menuju lokasi selama 5 menit;
3) Waktu gelar peralatan di lokasi sampai dengan siap operasi
penyemprotan selama 5 menit.
Namun fakta umum yang ada di lapangan menilai bahwa selama ini
pelayanan kebakaran tidak dapat dilayani 15 menit. Sebagian besar
masyarakat menilai bahwa Pemadam Kebakaran “selalu terlambat”.
Sesungguhnya tidaklah demikian, sebab dalam tahun 2022 100% pelayanan
penanganan kebakaran di dalam Kota Pekalongan selalu tepat waktu dalam
response time 15 menit atau bahkan sebagian ada yang lebih cepat dari 15
menit. Kalaupun ada yang terlambat itu dikarenakan oleh beberapa hal yang
menghambat tugas kami diantaranya sebagai berikut :
1) Keterlambatan masyarakat dalam melaporkan berita kebakaran;
2) Lokasi Pos Pemadam Kebakaran yang terlalu jauh dari lokasi
kebakaran karena jumlah Pos Pemadam Kebakaran di Kota
Pekalongan hanya 1 (satu) yang berlokasi di wilayah Kec. Pekalongan
Utara;
3) Tingkat kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan di lokasi
penanganan;
4) Kemacetan dan perubahan kondisi lalu lintas;
5) Hambatan akseleri unit pemadam kebakaran antara lain akses jalan
yang sempit, dll;
6) Terbatasnya jumlah sarana dan prasarana Pos Pembantu dan unit
mobil;
7) Adanya perlintasan rel kereta api dengan frekuensi perjalanan yang
cukup padat di pusat Kota Pekalongan yang mengakibatkan
penanganan di wilayah selatan rel kereta api menjadi terhambat karena
lokasi Pos Pemadam Kebakaran yang berada di utara rel kereta api;
8) Belum optimalnya koordinasi antar instansi terkait;
9) Belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pencegahan
dan penanggulangan kebakaran.

Sebagai langkah menyelesaikan berbagai kendala tersebut diatas, Bidang


Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan telah membuat SOP penanganan
Kebakaran untuk meningkatkan kualitas penanganan kebakaran dengan
indikator response time unit pemadam kebakaran tiba di lokasi tidak lebih dari
15 (lima belas) menit.

1.3. Pos Pemadam Kebakaran


Saat ini Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota
Pekalongan memiliki 1 (satu) buah Pos Pemadam Kebakaran yang beralamat
di Jl. Tentara Pelajar No.1 Kelurahan Kandang Panjang, Kecamatan
Pekalongan Utara, Kota Pekalongan.

1.4. Hidran Kota di Kota Pekalongan


Hidran merupakan sebuah terminal/sumber air bantuan darurat ketika
terjadi kebakaran. Hidran juga berfungsi untuk mempermudah proses
penanggulangan ketika bencana kebakaran melanda. Pada saat terjadi
peristiwa kebakaran fire hydrant harus mudah terlihat dan dapat segera
dipergunakan sehingga harus selalu siap dan berfungsi ketika diperlukan.
Hidran pilar atau sering disebut dengan hidrant halaman atau hidrant Kota
adalah suatu sistem pencegahan kebakaran yang membutuhkan pasokan air
dan dipasang di luar bangunan. Hidran ini biasanya digunakan oleh mobil
pemadam kebakaran (PMK) untuk mengambil air jika kekurangan dalam tangki
mobil. Hidran ini di letakkan di sepanjang akses mobil pemadam kebakaran.
Adapun hasil Pendataan dan Pemetaan Hidran Kota di Kota Pekalongan
adalah sebagai berikut:
1. Hidran Kota
a. Teridentifikasi terdapat 31 Titik jaringan Hidran Kota milik PDAM
(Perumda Tirtayasa), dengan Kondisi 1 Unit Baik dan 30 Unit Rusak;
b. Pembuatan Jaringan Hidran Kota diperkirakan antara tahun 1984 –
1985; dan
c. Titik jaringan Hidran Kota belum merata menjangkau seluruh wilayah
Kota Pekalongan, hal tersebut dimungkinkan karena adanya
pemekaran Kota Pekalongan pada tahun 1988 tidak diikuti dengan
pembangunan Sarana Proteksi Kebakaran Kota.
2. Hidran Halaman
a. Teridentifikasi 16 titik jaringan Hidran Halaman milik Perusahaan
(BUMN dan Swasta), dengan Kondisi 15 Unit Baik dan 1 Unit Rusak;
b. Pembuatan jaringan Hidran Halaman milik Perusahaan (BUMN dan
Swasta) mengikuti Ketentuan Perda No. 3 Tahun 2009 Tentang
Bangunan Gedung dan Ketentuan Perundangan di atasnya; dan
c. Titik jaringan Hidran Kota hanya ada di pusat wilayah Kota
Pekalongan, sesuai dengan keberadaan gedung
perusahaan/mal/hotel.
Untuk kondisi saat ini pada saat melakukan pemadaman kebakaran,
armada truk Pemadam Kebakaran Kota Pekalongan harus bolak-balik ke kantor
PDAM untuk mengisi ulang air yang tentu sangat menyita waktu ditambah
adanya kendala lain seperti kemacetan lalu lintas dan keberadaan perlintasan
rel kereta api yang sewaktu-waktu menutup jika terdapat kereta yang melintas.
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN

2.1 Pemadaman Kebakaran dan Penyelamatan


Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Satpol P3KP Kota
Pekalongan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan bahan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pengendalian dan pelaporan pelaksanaan
kebijakan bidang pemadam kebakaran dan penyelamatan guna memenuhi
amanat Pelayanan Dasar sub urusan kebakaran daerah kabupaten/kota.
Pelayanan Dasar adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan
dasar Warga Negara yang menjadi korban kebakaran atau terdampak
kebakaran yang terukur dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM), yaitu
ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar yang merupakan urusan
pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara
minimal.
Jenis Pelayanan Dasar adalah jenis pelayanan dalam rangka penyediaan
barang dan/atau jasa kebutuhan dasar yang berhak diperoleh oleh setiap
Warga Negara secara minimal. Jenis Pelayanan Dasar sub urusan kebakaran
daerah kabupaten/kota yaitu pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban
kebakaran. Pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban kebakaran
sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat:
1) Layanan respon cepat (Response Time) penanggulangan kejadian
kebakaran;
2) Layanan pelaksanaan pemadaman dan pengendalian kebakaran;
3) Layanan pelaksanaan penyelamatan dan evakuasi;
4) Layanan pemberdayaan masyarakat/relawan kebakaran; dan
5) Layanan pendataan, inspeksi dan investigasi pasca kebakaran.
Dalam melaksanakan Pelayanan Dasar sub urusan kebakaran daerah
kabupaten/kota terdapat beberapa indikator Mutu Pelayanan Dasar meliputi:
1) Tingkat waktu tanggap (response time) 15 menit sejak diterimanya
informasi/laporan sampai tiba di lokasi dan siap memberikan layanan
penyelamatan dan evakuasi; Prosedur operasional penanganan
kebakaran,penyelamatan dan evakuasi;
2) Sarana prasarana pemadam kebakaran, penyelamatan dan
evakuasi;
3) Kapasitas aparatur pemadam kebakaran dan penyelamatan/sumber
daya manusia;
4) Pelayanan pemadaman, penyelamatan dan evakuasi bagi warga
negara yang menjadi korban kebakaran; dan
5) Pelayanan penyelamatan dan evakuasi bagi warga negara yang
terdampak kebakaran.
Pada dasarnya tujuan utama dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan
oleh Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan adalah terciptanya rasa
aman bagi masyarakat akan bahaya kebakaran yang menitikberatkan pada
pelaksanaan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kebakaran yang
dilaksanakan secara efektif, efisien serta tepat sasaran.

2.2 Sosialisasi dan Simulasi Pencegahan Bahaya Kebakaran


Berdasarkan data yang ada, penyebab kejadian kebakaran di Kota
Pekalongan didominasi oleh kelalaian masyarakat seperti pembakaran
sampah, ilalang, dll yang membesar kemudian api menjadi tidak terkendali
hingga kemudian merembet ke permukiman, lalu disusul penyebab lain seperti
korsleting listrik dan kebocoran tabung gas LPG. Hal semacam ini tentu dapat
dihindari dengan kegiatan sosialisasi dan edukasi bagi masyarakat agar
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya kebakaran menjadi
tumbuh, sekaligus mengedukasi masyarakat tentang tata cara penanganan
bahaya kebakaran di tahap api awal dimana api masih kecil dan relatif mudah
dikendalikan yaitu di 10 menit pertama setelah munculnya api sebelum
terjadinya flashover yaitu kondisi dimana api sudah sulit untuk dikendalikan.
Penanganan api awal ini bisa menggunakan media pemadaman berupa Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) dan Alat Pemadam Api Sederhana/Tradisional
(APAS) berupa kain yang dibasahi, pasir dll.
Gambar 2.5
Tahapan Fenomena Kejadian Kebakaran

Disamping itu kesadaran masyarakat menjadi salah satu permasalahan


dalam tugas Pemadam Kebakaran yaitu kurangnya pemahaman masyarakat
akan bahaya kebakaran dan kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan
menanggulangi bahaya kebakaran, sehingga bila terjadi kebakaran umumnya
masyarakat sangat panik karena tidak tahu cara-cara evakuasi dan
penanggulangan awal bahaya kebakaran ataupun malah berbondong-bondong
datang untuk melihat ke lokasi yang mengakibatkan penanganan menjadi
terhambat. Kesiapan masyarakat sangat diperlukan dalam mengurangi resiko
bahaya kebakaran, kesiapan yang tinggi dibarengi dengan pemahaman yang
cukup akan mengurangi resiko yang terjadi. Dengan pemahaman yang baik
kemungkinan kebakaran dapat dikurangi sekaligus resiko yang ditanggung
masyarakat juga berkurang.

2.3 Inspeksi Sistem Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung


Dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman
resiko kebakaran sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Walikota
Pekalongan Nomor 19 Tahun 2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pencegahan
dan Penanggulangan Kebakaran, diperlukan Sistem Proteksi Kebakaran yang
andal dan selalu siap untuk digunakan sebagai salah satu tindakan preventif
pencegahan bahaya kebakaran pada Bangunan Gedung. Pencegahan tersebut
dikandung maksud yaitu penyiagaan keandalan bangunan dan lingkungan
terhadap bahaya kebakaran dalam bentuk kegiatan pemeriksaan desain
bangunan dan lingkungan khususnya peralatan proteksi kebakaran (alat
pemadam api ringan, detektor dan alarm kebakaran, hidran gedung, sprinkler),
sumber air pemadam, jalur evakuasi, dan akses untuk pemadam kebakaran
termasuk untuk ambulan dan medis.
Pemeriksaan berkala yang dilakukan dalam rangka menjamin kesiagaan
Sistem Proteksi Kebakaran yang terpasang termasuk didalamnya kesiapan
manajemen terhadap penanggulangan bahaya kebakaran bangunan dan
lingkungan, yaitu tingkat kesiagaan tenaga/SDM internal penghuni gedung
dimana pada 10 menit pertama sejak munculnya titik api awal adalah waktu
yang sangat krusial sehingga menjadi kewajiban bagi pemilik gedung untuk
membentuk suatu Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG) yang
bertugas untuk melakukan operasi pemadaman, evakuasi, komunikasi,
pengamanan dan penyelamatan aset sesaat setelah terjadinya kebakaran.
Selanjutnya MKKG kemudian menyusun suatu Rencana Tindak Darurat
Kebakaran (RTDK) yaitu suatu rencana yang memuat prosedur yang mengatur
siapa harus berbuat apa pada saat terjadi keadaan darurat dalam satu
bangunan gedung.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Relawan Pemadam Kebakaran (REDKAR)


Untuk mendukung pencapaian target standar pelayanan minimal sub
urusan kebakaran, telah ditetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
364.1-306 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembinaan Relawan Pemadam
Kebakaran, seperti juga yang tertuang pada Peraturan Walikota Pekalongan
Nomor 19 Tahun 2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran didalamnya mencakup petunjuk mengenai Sistem
Keselamatan Kebakaran Lingkungan (SKKL) yaitu suatu mekanisme untuk
mendayagunakan seluruh komponen masyarakat, sarana dan prasarana secara
mandiri atau sukarela dalam rangka pencegahan dan penanggulangan
kebakaran lingkungan maka dalam rangka meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di Kota
Pekalongan, perlu dibentuk Satuan Relawan Kebakaran (Satlakar) yang berbasis
di Kelurahan.
Pembentukan Satlakar tersebut kemudian difasilitasi oleh Kementerian
Dalam Negeri melalui sebuah aplikasi Relawan Pemadam Kebakaran (REDKAR)
yang dapat diunduh oleh masyarakat luas di Google Playstore untuk kemudian
dapat mendaftar secara mandiri melalui aplikasi tersebut dan tercatat dalam
database secara nasional.
Relawan Pemadam Kebakaran (REDKAR) mempunyai tugas :
A. Pada Saat Terjadi Kebakaran
1. melaporkan kejadian kebakaran kepada dinas yang mewadahi
sub urusan kebakaran;
2. melakukan upaya pemadaman dini sebelum petugas pemadam
kebakaran tiba di lokasi kebakaran;
3. melakukan evakuasi dan penyelamatan dini korban kebakaran
sebelum petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi kebakaran;
4. membantu pengamanan lingkungan objek terbakar;
5. membantu petugas pemadam kebakaran dalam pelaksanaan
pemadaman kebakaran;
6. membantu petugas pemadam kebakaran terkait informasi
sumber air terdekat dan kondisi lingkungan terjadinya kebakaran;
dan
7. membantu melakukan pengawasan, menjaga dan memelihara
prasarana dan sarana pemadam kebakaran di lingkungannya.
B. Pada Penyelamatan (Kondisi Darurat Non Kebakaran)
1. mengidentifikasi potensi bahaya kedaruratan non kebakaran di
lingkungannya;
2. melakukan pemetaan sederhana daerah rawan di
lingkungannya;
3. menyebarluaskan informasi rawan serta jalur evakuasi dan
penyelamatan;
4. melaporkan kejadian darurat non kebakaran kepada Dinas
Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan serta kepala
desa/lurah;
5. memberikan keterangan/informasi tentang lokasi darurat non
kebakaran;
6. membantu petugas pemadam kebakaran dan penyelamatan
dalam penanganan kedaruratan non kebakaran (proses
penyelamatan dan evakuasi korban);
7. melakukan evakuasi dan penyelamatan korban; dan
8. membantu pengamanan lingkungan.

3.2. Pemberdayaan Masyarakat


Potensi kebakaran wilayah padat penduduk dan hutan menjadi
permasalahan beberapa kota maupun kabupaten di Indonesia. Perlu kita sadari
dampak besar yang dapat ditimbulkan apabila kebakaran terjadi dan
penanganannya tidak direncakan dengan baik sejak dini. Untuk menjawab
tantangan tersebut, perlu adanya Relawan Pemadam Kebakaran (REDKAR)
yang terlatih berbasis pemberdayaan masyarakat.
Dengan adanya Relawan Pemadam Kebakaran (REDKAR) yang terlatih
berbasis pemberdayaan masyarakat, diharapkan mengatasi hambatan berupa
waktu pemadaman yang panjang dalam penanggulangan kebakaran di lokasi
padat penduduk dan sulit terjangkau dapat diatasi, serta hambatan menuju lokasi
kebakaran akibat kerumunan masa.
Pemberdayaan Masyarakat melalui REDKAR perlu diadakan pada semua
lokasi dan daerah yang memiliki tingkat kerentanan sangat tinggi secara terpadu.
REDKAR dibentuk dari unsur masyarakat lapisan bawah baik di tingkat RT, dan
RW hingga kelurahan yang dibekali kemampuan teknis dasar penanggulangan
kebakaran menggunakan Mini Portable Pump. Alat ini merupakan inovasi baru
untuk percepatan pelayanan penanggulangan kebakaran di pemukiman padat
dan sulit terjangkau karena lebih mudah dibawa dan digunakan.
Layaknya petugas pemadam kebakaran, REDKAR bekerja dengan Standar
Operasional dan Prosedur (SOP). SOP ini dimulai ketika ada pengaduan dari
masyarakat. Pengaduan yang telah diterima petugas kemudian ditindaklanjuti
dengan hadirnya petugas pemadam kebakaran menuju lokasi sulit dijangkau.
Bersama REDKAR, masyarakat melakukan gelar selang dan memulai
pemadaman kebakaran menggunakan Mini Portable Pump.
Tahap akhir setelah api padam adalah melakukan pelaporan. REDKAR
bertindak sebagai subjek penanggulangan kebakaran di bawah koordinasi
Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan SATPOL P3KP.
Penanggulangan kebakaran berbasis pemberdayaan masyarakat ini
bertujuan untuk meningkatkan response time dalam penanggulangan kebakaran
dengan keterlibatan masyarakat melalui pembentukan REDKAR, mengurangi
tingkat kebakaran yang tidak tertangani di lokasi padat penduduk dan sulit
terjangkau melalui penggiatan REDKAR secara berkelanjutan, serta
meningkatkan sinergitas lintas sektoral dalam penanggulangan kebakaran pada
pemukiman padat penduduk dan sulit terjangkau. Penanggulangan kebakaran
berbasis pemberdayaan masyarakat ini selaras dengan tujuan pembangunan
berkelanjutan yaitu menjadikan Kota dan Permukiman yang inklusif, aman,
tangguh, dan berkelanjutan.
Dalam Penanggulangan kebakaran berbasis pemberdayaan masyarakat
ini, kunci dari penanganan kebakaran yang cepat juga berada di tangan
masyarakat. Adanya perubahan pemikiran, masyarakat yang semula menjadi
faktor penghambat pemadaman, sejatinya dapat menjadi faktor pendorong
pencapaian Response Time apabila diedukasi dan diberikan keterampilan
memadamkan api dengan tepat. Dengan diberikan edukasi, dari yang
sebelumnya berkerumun sehingga menutup akses jalan keluar masuk, akhirnya
mereka memiliki kesadaran dan bergerak.
Keberadaan REDKAR yang telah dibekali kemampuan dasar
penanggulangan kedaruratan diharapkan akan semakin memperkuat fungsi
pelayanan pemerintah dalam sub Urusan Kebakaran khususnya kebakaran di
luar jangkauan Wilayah Manajemen Kebakaran. REDKAR yang merupakan
kepanjangan tangan dari petugas pemadam kebakaran dan penyelamatan,
sebaiknya terus dibentuk sebanyak banyaknya hingga mencapai jumlah minimal
1 RW 1 REDKAR.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Kesimpulan
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Bidang Pemadam Kebakaran dan
Penyelamatan tentunya tidak lepas dari berbagai kendala dan kekurangan
sehingga dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama partisipasi
masyarakat untuk dapat meningkatkan kinerja dan profesionalisme dalam
pemenuhan layanan terutama Response Time yang telah ditetapkan yaitu 15
menit, hal ini kemudian didukung oleh terbitnya Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 364.1-306 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembinaan Relawan Pemadam
Kebakaran ditetapkan guna mendukung pencapaian target standar pelayanan
minimal sub urusan kebakaran.
Dengan demikian perlu kita dorong partisipasi aktif dari berbagai elemen
masyarakat melalui Pembentukan Relawan Pemadam Kebakaran Sebagai
Upaya Penanggulangan Kebakaran Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. Yang
pada akhirnya akan merubah paradigma, masyarakat yang semula menjadi
faktor penghambat pemadaman dapat menjadi faktor pendorong pencapaian
Respon Time dengan diberikan pendidikan dan pelatihan pemadaman api
dengan tepat.
4.2. Saran
Dari kesimpulan di atas, berikut adalah beberapa rekomendasi untuk dapat
ditindaklanjuti kedepan antara lain:
1. Peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat melalui pemberdayaan
dan pembinaan Relawan Pemadam Kebakaran (REDKAR);
2. Pemenuhan sarana dan prasarana penunjang tugas dan fungsi Relawan
Pemadam Kebakaran (REDKAR).

Pekalongan 6 Februari 2023


Penyusun,

Agung Jaya Kusuma Aji, SH.


NIP 19821129 201001 1 008

Anda mungkin juga menyukai