Anda di halaman 1dari 32

PERENCANAAN PRASARANA WILAYAH

KOTA PALOPO

NABILA TRI UTAMI PUTRI


21.023.22.201.102

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO
2023
ABSTRAK

NABILA TRI UTAMI PUTRI (21.023.22.201.102). Perencanaan Prasarana


Wilayah Kota Palopo. Dibawah Bimbingan Amiruddin Akbar Fisu, S.T., M.T
(Dosen Pengajar Mata Kuliah PWK).

Laporan ini merupakan tugas Mata Kuliah Perencanaan Wilayah dan Kota di
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andi Djemma Palopo.
Kata Kunci : Sarana prasarana wilayah; Palopo

i
ABSTRACT

NABILA TRI UTAMI PRINCESS (21.023.22.201.102). Regional


Infrastructure Planning for Palopo City. Under the Guidance of Amiruddin Akbar
Fisu, S.T., M.T (PWK Lecturer).

This report is the assignment of the Urban and Regional Planning Course at the
Civil Engineering Study Program, Faculty of Engineering, Andi Djemma Palopo
University.

Keywords: Regional infrastructure facilities; Palopo

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini
adalah salah satu syarat dalam penyelesaian Tugas dari Mata Kuliah
Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), Program Studi Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andi Djemma Palopo. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan laporan ini. Dalam
penyusunan laporan ini, penulis menyadari banyak keterlibatan berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, melalui laporan ini
penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan, arahan, serta
dukungan dari:
1) Dekan dan Bapak Wakil Dekan Fakultas Teknik Universitas Andi Djemma
Palopo.
2) Bapak Ketua Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Andi
Djemma Palopo.
3) Terima kasih kepada para dosen pengajar mata kuliah PWK di Program
Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andi Djemma Palopo.
4) Seluruh dosen pengajar dan staf Program Studi Teknik Sipil Universitas
Andi Djemma Palopo
5) Rekan – rekan serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini ini.
Akhir kata mudah - mudahan laporan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian.

Palopo, Januari 2023

Nabila Tri Utami Putri

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................
ABSTRAK ........................................................................................................ …..i
ABSTRACT .................................................................................................... …..ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3. Tujuan ................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 5
2.1. Literatur Terkait Dengan Infrastruktur Wilayah ....................................... 5
2.2. Teori Terkait Dengan Proyeksi .............................................................. 9
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................... 13
3.1. Gambaran Umum Wilayah................................................................... 13
3.2. Analisa Proyeksi Jumlah Penduduk ..................................................... 15
3.3. Analisa Kebutuhan Fasilitas................................................................. 16
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 21
4.1. Kesimpulan.......................................................................................... 21
4.2. Saran ................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Tabel Jumlah Penduduk Kota Palopo…………………………...…...…16

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Wilayah Kota Palopo ……………………………………................…15

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan wilayah dan kota adalah ilmu yang mempelajari tentang

perencanaan suatu kota atau wilayah. Perencanaan wilayah adalah proses untuk

mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan

berbagai faktor, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan

sasaran yang ingin dicapai, menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan

serta menetapkan lokasi dan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan

Pengembangan wilayah digambarkan sebagai upaya membangun dan

mengembangkan suatu wilayah berdasarkan pendekatan keruangan (spasial)

dengan mempertimbangkan aspek sosial budaya, ekonomi, lingkungan fisik, dan

kelembagaan dalam suatu kerangka perencanaan. Seluruh alokasi

pemanfaatan ruang tersebar sesuai dengan potensi dan nilai relatif lokasi

yang mendukungnya. Perkembangan suatu daerah akan terus terjadi sejalan

dengan perkembangan jumlah penduduk, kegiatan sosial ekonomi, dan

infrastruktur yang menyertainya. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

merupakan wujud dari upaya pemerintah untuk menyelaraskan aspek fisik lahan

dengan aspek sosial ekonomi. Namun demikian, kompleksitas permasalahan

sosial ekonomi masyarakat dan upaya meningkatan Pendapat Asli Daerah

(PAD) seringkali melahirkan kebijakan-kebijakan baru yang kurang

memperhatikan aspek fisik lahan sehingga dapat mengganggu

keseimbangan ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya bencana

seperti degradasi lahan, banjir, tanah longsor dan sebagainya yang dapat

merugikan generasi sekarang maupun yang akan datang.

1
Menurut Humang (2016), pembangunan sarana transportasi memiliki

hubungan timbal balik dengan perekonomian suatu daerah untuk menunjang

perkembangan kawasan perkotaan dan pedesaan. Salah satu prasarana

transportasi yang sangat vital adalah Terminal Angkutan Penumpang sesuai

dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang

Terminal Transportasi Jalan. Selama ini pembangunan terminal banyak yang

kurang memiliki landasan perencanaan secara matang sehingga kurang

fungsional. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang Pasal 3 menyatakan bahwa penyelenggaraan

penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang

aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berdasarkan Wawasan Nusantara

dan Ketahanan Nasional.

Ciri Kota atau Zona yang dapat mempengaruhi pemilihan moda adalah

jarak dari pusat kota dan kepadatan penduduk. Adapun tingkat kepuasan yang

dirasakan pengguna suatu moda tertentu, dapat dilihat dari tingkat pelayanan

(level of service) yang dapat diberikan suatu moda angkutan dibandingkan

sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Ruang adalah tempat untuk melangsungkan pengembangan wilayah

melalui upaya penataan ruang yang mempertimbangkan berbagai aspek

kehidupan. Sebagai konsekuensi dari pengembangan wilayah, tidak dapat

dihindari adanya penyimpangan pemanfaatan ruang akibat kurangnya kesadaran

dan pengetahuan atau juga penegakan hukum yang tidak tegas, sehingga

berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan. Pada situasi terakhir,

semangat untuk pengembangan wilayah seringkali mengabaikan pentingnya

faktor lingkungan. Banyak contoh pembangunan infrastruktur yang

2
dipaksakan untuk dilaksanakan dengan alasan membuka keterisolasian

daerah ataupun memangkas ekonomi biaya tinggi. Pembangunan yang tidak

mempertimbangkan resiko terhadap penurunan kualitas lingkungan pasca

direalisasikannya sebuah pembukaan ruang baru sudah pasti berakibat pada

kerusakan ekosistem yang berdampak pada masyarakat lokal dan

keanekaragaman hayati yang ada.

Sumber daya alam sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa

yang dianugerahkan kepada Bangsa Indonesia merupakan kekayaan alam

yang tak ternilai harganya dan wajib disyukuri. Karunia yang diberikan-Nya

dipandang sebagai amanah, sehingga harus diurus dan dimanfaatkan dengan

akhlak yang mulia dalam rangka beribadah sebagai perwujudan rasa syukur

kepada-Nya. Perilaku manusia dalam pembangunan yang melakukan

eksploitasi sumberdaya alam dengan tidak memperhatikan aspek lingkungan

menyebabkan ruang/wilayah terfragmentasi dan tidak saling mendukung. Di sisi

lain, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk akan semakin

meningkatkan tekanan terhadap sumber daya alam yang menjadi wadah

untuk melakukan berbagai aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup,

salah satunya adalah dengan melakukan perubahan fungsi atau konversi

lahan. Konversi lahan umumnya dilakukan berdasarkan pertimbangan aspek

fisik lahan dan aspek sosial ekonomi. Aspek fisik lahan (jenis tanah, ketinggian,

kelerengan, iklim, geologi, dan lain-lain) merupakan aspek dasar yang

sangat penting karena menyangkut kualitas lahan. Aspek sosial ekonomi

(pertumbuhan penduduk, pergeseran mata pencaharian, tingkat pendidikan,

ketersediaan sarana dan prasarana).

3
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

ini yaitu;

1) Apa saja isi-isu strategis dalam perencanaan prasarana wilayah di

Kota Palopo?

2) Bagaimana usulan konsep perencanaan prasarana wilayah di Kota

Palopo?

1.3. Tujuan

Tujuannya ialah;

1) Mengetahu isu-isu strategis dalam perencanaan prasaranan wilayah

di Kota Palopo.

2) Memahami usulan konsep perencanaan prasarana wilayah di Kota

Palopo.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Literatur Terkait Dengan Infrastruktuk Wilayah

Pembangunan wilayah didefinisikan sebagai perubahan dari

produktivitas wilayah yang diukur dari nilai tambah kependudukan,

ketenagakerjaan, pendapatan, dan manufaktur (Nelson, 2001). Jika

pengertian pengembangan wilayah tersebut dipakai untuk mengamati

pertumbuhan di Kota Palopo, dikaitkan dengan Luwu Raya sebagai

pusat pertumbuhan, diperkirakan akan terlihat suatu pola tertentu, yang

menarik untuk dikaji. Pola itu antara lain tingginya laju pertumbuhan

penduduk, output perekonomian seperti Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB), atau nilai investasi yang cenderung semakin kecil jika “jaraknya”

dengan Luwu Raya semakin besar. “Jarak” dengan Luwu Raya yang

dimaksud disini tidak harus jarak geografis, tetapi bisa juga “jarak” yang

merupakan gabungan dari beberapa variabel. Jarak dipahami sebagai salah

satu faktor penentu dalam perekonomian karena jarak dari pusat

pertumbuhan ekonomi seringkali dikaitkan dengan akses pasar yang

terbatas. Masuknya barang dan teknologi menjadi lebih mahal, serta

berkurangnya keuntungan pada tahap penjualan produk, karena beban

bertambahnya biaya transport sejalan dengan bertambahnya jarak (Venables &

Limao, 1999).

Daya tarik geografis suatu wilayah, diukur dari akses pasar, yang

diukur dengan kekuatan akses pasarnya, dalam hal iniditentukan oleh

jangkauan relatifnya ke pusat pertumbuhan ekonomi. Model gravitasi yang

dikembangkan Bergstrand (1985), Deardorff (1995), dan Guillaumont,

5
Brun dan De Melo (1998), menjelaskan bahwa semakin besar massa

ekonomi 2 wilayah, dan semakin dekat jaraknya, akan semakin besar juga

volume perdagangannya. Seringkali PDRB dipakai sebagai ukuran massa

ekonomi, dan berperan sebagai faktor penarik dalam model gravitasi. Sementara

itu, faktor impedansi diperankan oleh jarak, meski tidak harus jarak geografis,

karena jarak geografis bukanlah satu-satunya. Luo (2001) menunjukkan

bahwa jarak yang dikaitkan dengan tingkat pembangunan infrastruktur

bisa menjadi alat pendekatan (proxy) yang lebih baik bagifaktor impedansi

dalam model gravity.

Literatur-literatur pengembangan wilayah membedakan antara core

(centers) dengan periphery, growth center (atau pole) dengan hinterland,

serta wilayah “maju” (leading) dan “tertinggal” (lagging). Ada 2 aliran

pemikiran (school of taught) dalam teori pengembangan wilayah :

pengembangan dari atas (development from above), dan

pengembangan dari bawah (development from below). Pengembangan

dari atas memandang pengembangan wilayah seolah-olah memancar

(spread) dari core ataugrowth center dan menetes (trickle down) ke wilayah

periphery dan hinterland. Sementara pengembangan dari bawah

(development from below) bukan berarti mempertentangkan “jalurnya”

dari pengembangan dari atas, tetapi menekankan agar wilayah

mengendalikan lembaga-lembaganya untuk mengciptakan gaya hidup yang

diinginkan. (Nelson, 2001).

Tiga jenis hubungan eksternal yang kritis dalam pengembangan

wilayah adalah : (i) perdagangan, yang ditentukan oleh impor dan ekspor

barang/jasa, (ii) migrasi penduduk, baik dalam kapasitas konsumen maupun

6
pekerja, dan (iii) migrasi faktor produksi lain, terutama modal (untuk

investasi). Kemampuan suatu wilayah untuk menjaga pengembangan

ekonomi jangka panjangnya tergantung pada kemampuannya melanjutkan

ekspor barang dan jasa, dan hal ini membutuhkan kapital dan tenaga

kerja terlatih yang memadai. (North, 1956) Pengembangan dari atas

mengasumsikan bahwa pengembangan wilayah terjadi jika dirangsang oleh

kekuatan eksogen, seperti pasar ekspor, investasi dari luar daerah, dan

migrasi.

Konsep pengembangan wilayah dimaksudkan untuk memperkecil

kesenjangan pertumbuhan dan ketimpangan kesejahteraan antar wilayah.

Untuk itu pengertian wilayah menjadi penting dalam pembahasan ini.

Menurut PPRI No. 47/1997 yang dimaksudkan dengan wilayah adalah ruang

yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait

padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

administratif dan/atau aspek fungsional tertentu. Jadi pengembangan wilayah

merupakan usaha memberdayakan pihak terkait (stakeholders) di suatu wilayah

dalam memanfaatkan sumberdaya dengan teknologi untuk memberi nilai tambah

(added value) atas apa yang dimiliki oleh wilayah administratif/wilayah

fungsional dalam rangka meningkatkan kualitas hidup rakyat di wilayah

tersebut. Dengan demikian dalam jangka panjangnya pengembangan wilayah

mempunyai target untuk pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Cara mencapainya bersandar pada kemampuan sumberdaya

manusia dalam memanfaatkan lingkungan sekitar dan daya tampungnya serta

kemampuan memanfaatkan peralatan pendukung(instrument) yang ada.

Dengan target tersebut dirancang skenario-skenario tertentu agar

7
kekurangan-kekurangan yang dihadapi dapat diupayakan melalui

pemanfaatan sumberdaya. Apabila konsep tersebut diterapkan di Indonesia,

masih muncul persoalan berupa kekurangan teknologi untukmengolah

sumberdaya yang ketersediaannya cukup melimpah. Konsep Marshal Plan yang

berhasil menuntun pembangunan Eropa setelah Perang Dunia II telah

mendorong banyak negara.

Fungsi Pengembangan Wilayah dapat membantu dalam menentukan

kebijakan dan mekanisme dalam menerjemahkan tujuan pengembangan

tersebut menjadi tujuan sektoral tertentu untuk referensi berbagai badan

pemerintahan untuk berbagai bidang fokus, termasuk:

1) Ekonomi

(pertumbuhan pendapatan, kenaikan gaji, neraca komersial regional,

produksi, kapasitas utang, modal, mobilisasi sumber daya, kapasitas

keuangan bersama, hubungan pasar, rantai nilai, efisiensi dan

pemasaran geografis

2) Sosial

(pengentasan kemiskinan, partisipasi publik, pembangunan kohesi,

kesetaraan gender, keragaman, pendidikan, kesehatan dan gizi.)

3) Budaya

(Pembaruan Pusat Sejarah, penyelamatan dan pelestarian kawasan

sejarah dan arkeologi, pelestarian dan promosi budaya daerah,

promosi tradisi dan pengetahuan kuno.)

4) Administratif

(pembangunan solidaritas sosial, pelatihan, fungsionalitas, rekayasa

ulang, daya saing dan pembangunan kelembagaan.)

8
5) Manajemen

(Pengambilan keputusan, definisi prioritas, negosiasi, advokasi dan

kemitraan strategis)

6) Politik

(stabilitas, penyelesaian konflik, pengurangan dampak hukum, otonomi

daerah, definisi partisipasi kebijakan nasional, pemikiran strategis,

intelijen, pengaruh dan kemitraan politik untuk pembangunan.)

7) Fisik

(Infrastruktur, peralatan dan layanan, pengelolaan lahan,

pengkondisian spasial dan sistem informasi geografis)

8) Lingkungan

(Konservasi kawasan lindung dan penyangga, penggunaan sumber

daya alam secara berkelanjutan, pembersihan badan air yang

tercemar, pengelolaan kualitas lingkungan dan pengelolaan limbah

padat.

2.2. Teori Terkait Dengan Proyeksi

Pada dasarnya, semua kota di Indonesia memiliki karakteristik

tersendiri yang dapat dilihat dari kehidupan sosial seperti budayadan bahasa,

hingga karakteristik bangunan dan tata kotanya. Tidaklah buruk mencontoh

pembangunan dari sebuah kota yang berhasil. Namun mencopy-paste dan

meniru semua yang nampak ‘wah’ di kota lain adalah hal yang kurang bijak.

Pendekatan pembangunan ekonomi wilayah yang mendasarkan pada

kebijakan ekonomi lokal dengan salah satu pendekatannya melalui

pengembangan rintisan kawasan agropolitan.

9
Menurut Friedman dan Douglas (1975) dalam Iqbal dan Anugrah

(2009), Agropolitan berasal kata ‘agro’ (pertanian) dan ‘politan’ (kota)

diartikan sebagai kota pertanian atau kota di wilayah pertanian atau pertanian di

kawasan kota. Lengkapnya agropolitan adalah kota pertanian di kawasan kota

pertanian yang tumbuh dan berkembang seiring berjalannya sistem dan

usaha agribisnis yang mampu melayani, mendorong, menarik dan menghela

kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) wilayah sekitarnya. Tujuan

pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pembangunan wilayah

dengan meningkatkan keterkaitan desa dengan kota. Wujudnya yaitu dengan

mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,

berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan

terdesentralisasi (wewenang berada pada pemerintah daerah dan

masyarakat) (Deptan, 2002). Kawasan agropolitan yang dikembangkan

merupakan bagian dari potensi wilayah kabupaten. Pengembangan kawasan

melalui penguatan sentra-sentra produksi pertanian berbasis potensi lokal.

Dengan demikian, kawasan agropolitan mampu memainkan peran sebagai

kawasan pertumbuhan ekonomi yang berdaya kompetensi interregional

maupun intraregional. Pengembangan juga berorientasi pada kekuatan pasar

yang dilaksanakan melalui pemberdayaan usaha budidaya dan kegiatan

agribisnis hulu sampai dengan hilir. Pengembangan kawasan ini diharapkan

dapat memberikan kemudahan sistem agribisnis yang utuh dan terintegrasi

dengan penyediaan infrastruktur (sarana dan prasarana) seperti peningkatan

jalan usaha tani, Stasiun Terminal Agribisnis (STA), dan pembangunan

10
lainnya yang memadai serta mendukung pengembangan Agribisnis (Direktorat

Jenderal Cipta Karya, 2012).

Karakteristik agropolitan menurut (Nasution, 1998) terdiri atas lima

kriteria sebagai berikut :

1. Agropolitan meliputi kota-kota berukuran kecil sampai sedang

berpenduduk paling banyak 600 ribu jiwa dengan luas wilayah

maksimum 30 hektar.

2. Agropolitan memiliki wilayah belakang (hinterland) pedesaan

penghasil komoditas utama atau unggulan dan beberapa

komoditas penunjang sesuai kebutuhan yang selanjutnya

dikembangkan berdasarkan konsep pewilayahan komoditas.

3 Agropolitan memiliki wilayah inti (central land) tempat

dibangunnya agroindustri pengolahan komoditas yang dihasilkan

wilayah pedesaan yang pengembangannya disesuaikan engan

kondisi alamiah produksi komoditas utama (unggulan).

4. Agropolitan memiliki pusat pertumbuhan yang harus dapat

memperoleh manfaat ekonomi internal bagi perusahaan serta

sekaligus memberikan manfaat eksternal bagi pengembangan

agroindustri secara keseluruhan.

5. Agropolitan mendorong wilayah pedesaan untuk membentuk

satuansatuan usaha secara optimal melalui kebijakan sistem

insentif ekonomi yang rasional.

Agropolitan adalah kota yang berada di kawasan lahan pertanian yang

tumbuh dan berkembang karena adanya sistem dan usaha agribisnis.

11
Berdasarkan asal katanya, Agropolitan terdiri dari kata agro yang artinya

pertanian dan politan (polis) yang berarti kota.

Pada kawasan agropolitan, masyarakat diharapkan berperan aktif,

sementara fungsi pemerintah adalah sebagai penyedia fasilitas (fasilitator)

dengan fokus pemberdayaan. Pemberdayaan dimaksud mengandung empat

prinsip yaitu :

1. Prinsip kerakyatan – pembangunan diutamakan sebesar-besarnya

bagi kesejahteraan rakyat banyak.

2. Prinsip swadaya – bimbingan dan dukungan kemudahan fasilitas

yang diberikan harus mampu menumbuhkan sikap keswadayaan

dan kemandirian (bukan menciptakan ketergantungan).

3. Prinsip kemitraan – para pelaku agribisnis diperlakukan sebagai

mitra kerja pembangunan yang berpartisipasi dalam proses

pengambilan keputusan, sehingga dapat menjadikan mereka

sebagai pelaku dan mitra kerja yang aktif dalam kegiatan

pembangunan.

4. Prinsip bertahap dan berkelanjutan – pembangunan dilaksanakan

sesuai dengan potensi dan kemampuan dengan memperhatikan

kelestarian lingkungan.

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum

Kota Palopo adalah sebuah kota di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.

Kota Palopo sebelumnya berstatus kota administratif sejak 1986 dan merupakan

bagian dari Kabupaten Luwu yang kemudian berubah menjadi kota pada

tahun 2002 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2002 tanggal 10

April 2002. Pada awal berdirinya sebagai kota otonom, Palopo terdiri atas 4

kecamatan dan 20 kelurahan. Kemudian, pada tanggal 28 April 2005,

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 03 Tahun 2005,

dilaksanakan pemekaran menjadi 9 kecamatan dan 48 kelurahan. Kota ini

memiliki luas wilayah 247,52 km² dan pada akhir tahun 2020 berpenduduk

sebanyak 184.681 jiwa.

Secara geografis Kota Palopo kurang lebih 375 Km dari Kota Makassar ke

arah utara dengan posisi antara 120 0 03 - 120 0 17,3 BT dan 2 0 53,13 - 3 0 4

LS pada ketinggian - 300 meter diatas permukaan laut. Kota Palopo di bagian

sisi sebelah Timur memanjang dari Utara ke Selatan merupakan dataran rendan

atau Kawasan Pantai seluas kurang lebih 30% dari total keseluruhan, sedangkan

lainnya bergunung dan berbukit dibagian barat, memanjang dari Utara ke

Selatan, dengan ketinggian maksimum adalah 1000 meter diatas permukaan

laut. Kota Palopo sebagai sebuah daerah otonom hasil pemekaran dari

Kabupaten Luwu, dengan batas:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Walenrang Kabupaten

Luwu;

 Sebelah Timur dengan Teluk Bone;

13
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bua Kabupaten Luwu;

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tondon Nanggala

Kabupaten Toraja.

Luas Wilayah administrasi Kota Palopo sekitar 247,52 kilometer persegi

atau sama dengan 0,39% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Dengan

potensi luas wilayah seperti itu, oleh Pemerintah Kota Palopo telah membagi

wilayah Kota Palopo menjadi 9 Kecamatan dan 48 Kelurahan pada Tahun 2005.

Wilayah Kota Palopo sebagian besar merupakan dataran rendah dengan

keberadaannya diwilayah pesisi pantai. Sekitar 62,85% dari total luas daerah

Kota Palopo, menunjukkan bahwa yang merupakan daerah dengan ketinggian 0-

500 meter diatas permukaan laut, sekitar 24,76% terletak pada ketinggian 501-

1000 meter diatas permukaan laut, dan selebihnya sekitar 12,39% yang terletak

diatas ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut.

Kondisi permukaan tanah kawasan perkotaan (Kawasan Build-up Area)

cenderung datar, linier sepanjang jalan Trans Sulawesi, dan sedikit menyebar

pada arah jalan kolektor dan jalan lingkungan di wilayah perkotaan, sedangkan

kawasan yang menjadi pusat kegiatan dan cukup padat adalah disekitar

kawasan pasar (pusat perdagangan dan jasa), sekitar perkantoran dan

sepanjang pesisir pantai, yang merupakan kawasan permukiman kumuh yang

basah dengan kondisi tanah genangan dan pasang surut air laut. Secara garis

besar keadaan topografis Kota Palopo ini terdiri dari 3 variasi yaitu daratan

rendah sepanjang pantai, wilayah perbukitan bergelombang dan datar bagian

tengah, dan wilayah dan perbukitan dan pegunungan di bagian barat, selatan

dan sebagian di bagian utara.

14
Kota Palopo secara spesifik dipengaruhi oleh adanya iklim tropis basah,

dengan keadaan curah hujan bervariasi antar 500 - 1000 mm / tahun sedangkan

untuk daerah hulu sungai di bagian pegunungan berkisar antara 1000 - 2000 mm

/ tahun. Suhu udara berkisar antar 25,5 sampai dengan 29,7 derajat C dan

berkurang 0,6 derajat C setiap kenaikan sampai dengan 85 % tergantung

lamanya penyinaran matahari yang bervariasi antara 5,2 sampai 8,5 jam perhari.

Gambar 3.1. Wilayah Kota Palopo

Sumber : Google Earth 2023

3.2 Analisis Proyeksi Jumlah Penduduk

Berdasarkan SP2020, Jumlah Penduduk Kota Palopo September 2020

sebanyak 184.681 jiwa, dengan luas daratan Kota Palopo sebesar 247,52 km 2,

maka kepadatan penduduk Kota Palopo sebanyak 746 jiwa per km 2.

Selama 2010-2020, rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Palopo

sebesar 2,17 persen. Pada tahun 2020, rasio jenis kelamin penduduk Kota

Palopo sebesar 100,22. Artinya terdapat 100 sampai dengan 101 laki-laki untuk

setiap 100 perempuan.

15
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kota Palopo
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kota Palopo
(Jiwa)
Kecamatan
Laki-laki Perempuan Jumlah
2018 2019 2020 2018 2019 2020 2018 2019 2020
Wara
Selatan 5586 5699 9343 6260 6407 9336 11846 12106 18679
Sendana 3349 3416 3739 3336 3413 3642 6685 6829 7381
Wara 18689 19068 15675 20412 20887 15864 39101 39955 31539
Wara Timur 18855 19235 19126 19998 20466 19218 38853 39701 38344
Mungkajang 3950 4030 5079 4152 4249 4983 8102 8279 10062
Wara Utara 11096 11319 10254 12023 12302 10391 23119 23621 20645
Bara 13782 14060 15337 14387 14721 15323 28169 28781 30660
Telluwanua 6878 7016 8041 6736 6895 7846 13614 13911 15887
Wara Barat 5627 5740 5850 5562 5691 5634 11189 11431 11484
Jumlah 87812 89583 92444 92866 95031 92237 180678 184614 184681
Sumber : 1. 2010 dan 2020 - BPS, Hasil SP2010 dan SP2020 2. 2011-2019 -
BPS, Proyeksi Penduduk SP2010

3.3 Analisis Kebutuhan Fasilitas

Fasilitas adalah alat yang digunakan untuk mempermudah dan

melancarkan suatu usaha atau pekerjaan. Fasilitas dapat pula diartikan segala

hal yang dapat melancarkan maupun memudahkan pelaksanaan suatu usaha.

Pendapat lain mengatakan bahwa fasilitas adalah sesuatu yang memudahkan

dan melancarkan suatu usaha tersebut biasanya berupa benda-benda atau

uang.

Dokumen RIPPARDA Kota Palopo sudah mengakomodir aspek

transportasi, yang dimaksudkan untuk mendukung pengembangan pariwisata

untuk memberikan kemudahan akses, kenyamanan, dan pengamanan

pergerakan wisatawan ke destinasi dan pergerakan wisatawan di lingkungan

DPD. Konsep City Tourism tidak disebutkan secara eksplisit dalam dokumen

RIPPARDA, melainkan dalam prinsipnya sangat sejalan dengan tujuan dan

16
prinsip yang terkandung dalam dokumen tersebut. Itu Dokumen RIPPARDA

hanya menetapkan lokasi dan tujuan wisata di Kota Palopo dan sekitarnya

strategi pengembangan namun tidak menyebutkan bagaimana skema

pembiayaan dan pendanaan untuk pariwisata pembangunan infrastruktur dan

fasilitas penunjangnya

A. Macam Fasilitas

Dalam kehidupan sehari banyak sekali fasilitas yang kita jumpai,

berikut adalah macam-macam fasilitas dan contohnya:

1. Fisik

Fasilitas fisik dapat diartikan segala sesuatu yang berupa benda

atau yang dapat dibendakan, yang memiliki peranan dapat

memudahkan dan melancarkan suatu usaha. Seringkali fasilitas fisik

disebut juga dengan fasilitas materiil. Fasilitas dapat memberi

kemudahan dan kelancaran bagi suatu usaha dan umumnya

diperlukan sebelum suatu kegiatan berlangsung maka dapat pula

disebut sebagai saran materiil. Banyak benda disekitar kita yang

merupakan fasilitas fisik.

2. Umum

Fasilitas umu ialah sarana yang telah disediakan untuk

kepentingan umum atau bersama. Fasilitas yang disedikan ini

merupakan sarana yang memberikan kemudahan sehingga harus

dipelihara dengan baik.

3. Sosial

17
Fasilitas sosial ialah fasilitas yang telah disedikan oleh pemerintah

maupun swasta untuk masyarakat. Fasilitas sosial diharapkan mampu

memudahkan masyarakat dalam melaksanakan aktifitasnya.

4. Kantor

Fasilitas kantor yaitu segala sesuatu yang menjadi sarana

pendukung pada berbagai aktifitas yang dilakukan perusahaan yang

berupa fasilitas fisik dan dapat dipergunakan dalam kegiatan normal

perusahaan. Fasilitas kantor ini memiliki manfaat hingga di masa

depan serta memiliki umur atau masa manfaatnya relatif permanen.

5. Olahraga

Fasilitas olahraga merupakan segala sesuatu yang berbentuk

yang permanen, yang mendukung aktifitas olahraga. Fasilitas ini dapat

digunakan di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

6. Pendidikan

Fasilitas pendidikan merupakan semua sarana dan prasarana

yang mendukung kegiatan pembelajaran. Fasilitas pendidikan sangat

penting, tanpa fasilitas yang baik kegiatan pembelajaran tidak dapat

berjalan secara optimal. Maka pemerintah selalu berusaha untuk

meningkatkan fasilitas pendidikan.

7. Kesehatan

Fasilitas kesehatan ialah fasilitas untuk pelayanan kesehatan

yang dapat dipergunakan dalam menyelenggarakan upaya pelayanan

kesehatan baik secara promotif, preventif kuratif maupun rehabiltatif

yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat pada umumnya.

18
Sehingga masyarakat memiliki hak untuk hidup sehat dan pemerintah

wajib menyelenggarakanya.

B. Contoh Fasilitas

Adapun untuk berbagai contoh fasilitas yang mudah kita temukan

dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja:

1. Perniagaan

Pusat Niaga Palopo (PNP) merupakan pusat perbelanjaan yang

potensial bagi masyarakat Palopo saat ini, termasuk pasar tradisional

Andi Tadda. Seiring dengan perkembangan Kota Palopo,

pengembangan Pasar Modern, Mall dan sejenisnya dirasakan sangat

menjanjikan.

2. Kawasan Industri

Pemerintah Kota Palopo saat ini tengah membangun kawasan

industri yang dipusatkan di Kecamatan Wara Utara dan Telluwanua,

yang hingga kini terus dibenahi dengan dilengkapi sarana dan

prasarana pendukung demi pengembangan pada sentra industri.

3. Jalan Lingkar

Pembangunan Jalan Lingkar yang menghubungkan arah selatan

dan utara Kota Palopo, dimaksudkan untuk memperlancar akses

keluar masuk kota. Di kawasan ini dapat di kembangkan kawasan

restaurant dan rumah makan dengan sajian pemandangan kawasan

pada kiri dan kanan jalan.

4. Kantor Pelayanan Terpadu

Pengurusan perizinan di Kantor Pelayanan Terpadu memberikan

kemudahan layanan baik dari segi aspek kepastian waktu maupun

19
transparansi biaya, serta kemudahan persyaratan kelengkapan

dokumen.

5. Perbankan & Koperasi

Kehadiran 12 cabang perbankan Nasional dan 2 Bank Perkreditan

Rakyat serta koperasi sebanyak 232, menjadi indikasi berkembangna

roda perekonomian daerah. Perputaran ekonomi di Kota Palopo

menempati urutan kedua terbesar setelah Kota Makassar.

6. Perhotelan

Hotel dan penginapan saat ini berjumlah 16 buah dengan daya

tampung sebanyak 267 kamar. Sebagai kota yang tergolong kota

sedang jumlah tersebut telah cukup memadai, baik pengunjung wisata

maupun bagi pelaku usaha dari luar kota.

7. Pelabuhan Tanjung Ringgit

Pelabuhan merupakan bandar yang dilengkapi dengan bangunan-

bangunan untuk pelayanan muatan dan penumpang seperti dermaga,

tambatan, dengan segala. perlengkapannya.

Ketersediaan pelabuhan laut dengan kapasitas bongkar muat

5000 ton dengan akses yang sangat mudah ke jalan lingkar bagian

luar maupun kepusat kota. Tempat ini juga berfungsi sebagai sarana

rekreasi.

20
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berikut kesimpulan yang dapat ditarik dari laporan, analisis data, dan

pembahasan yang telah dilakukan:

1. Berdasarkan temuan dari laporan ini, pada isu-isu utama yang sering

dihadapi dalam perencanaan prasarana wilayah perkotaan pada saat

ini khususnya di wilayah Kota Palopo. Isu-isu utama pembangunan

wilayah Kota Palopo mencakup urbanisasi, kemiskinan, kualitas

lingkungan hidup, kapasitas daerah untuk pengelolaan kota,

pertumbuhan antar kota yang belum seimbang, dan globalisasi.

Perumusan kebijakan dan strategi pengembangan wilayah perkotaan,

pada dasarnya adalah mewujudkan visi tentang perkotaan yang

diharapkan akan dapat terjadi dalam 20-25 tahun.

2. Konsep dari perencanaan prasarana wilayah di kota palopo, berupa

Proses dan pola alih fungsi lahan sebagai bagian dari upaya untuk

menerapkan konsep pengembangan kota ,mempunyai konsekuensi

yang dapat menyebabkan karakteristik pekerjaan dan mata

pencaharian penduduk setempat bergeser secara mendasar dari

sektor perkebunan, pertanian, dan nelayan ke sektor jasa tenaga kerja

ke pelabuhanan dan sektor informal.

4.2. Saran

Untuk menyempurnakan hasil laporan ini, perlu diperhatikan beberapa

saran. Berikut ini adalah rekomendasi penulis yang relevan untuk laporan ini:

21
1. Dalam rangka memberikan perencanaan prasarana di wilayah kota

palopo, maka perlu pengolaan pertumbuhan dengan cara seimbang

khususnya pada pembangunan wilayah kota palopo dari masing-

masing sektor strategis guna menciptakan lingkungan hidup dan

mewujudkan visi perkotaan sesuai dengan yang diharapkan

2. Untuk Konsep perencanaan prasarana wilayah di kota palopo itu

sendiri wajib mengetahui fungsi dari masing-masing lahan dan mampu

mengatasi setiap permaalahan dari pegembangan wilayah kota palopo

agar masyarakat sekitar dapat hidup dan bekerja dengan nyaman

pada masing-masing mata pencaharian di sekitar wilayah

pengembanga kota palopo.

22
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bergstrand, J.H. (1985) The Gravity Equation in International Trade: Some


Microeconomic Foundations and Empirical Evidence. The Review of
Economics and Statistics, 67, 474-481. http://dx.doi.org/10.2307/1925976

Brun J.F., P. Guillaumont et J. de Melo. (1998) La distance aboile? Criteres et


facteurs de lamondialisatiom du commerace exterieur. Colloque GDR
1998, Economie et finances internationals quantitatives.

Deptan. (2002) Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Penyuluhan. http/www


deptan go.id/bpsdm / stpp – magelan/ga mini / ahli pp peserta.pdf.

Humang Windra Priatna & Zulfadly. (2016). Analisis Keterpaduan Moda


Transportasi Angkutan Penyeberangan Dengan Jalan Raya di Pelabuhan
Bajoe Kab. Bone. Jurnal Pena Teknik Universitas Andi Djemma, Palopo.

Luo Y, et al. (2001) The structure of L-ribulose-5-phosphate 4-epimerase: an


aldolase-like platform for epimerization. Biochemistry 40(49):14763-71.

Nelson. (2001). Accruals and the Prediction of Future Cash Flows. The
Accounting Review Vol. 76, No.1, pp. 27-58.

North, D. C. (1956). International Capital Flows and the Development of the


American West. Journal of Economic History, 18, 493-505.

Tim IT Kota Palopo. (2022), Geografis.


https://palopokota.go.id/blog

Wikipedia. (2022), Sejarah Perkembangan Awal Kota Palopo.


https://wikimediafoundation.org/

Undang-undang

Undang Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal


3 menyatakan bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahun 1997, Tentang wilayah adalah


ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang
terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan aspek fungsional tertentu.

Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995, Tentang Terminal Transportasi


Jalan

23
Jurnal Online
Abdul, R. (2020), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengertian Fasilitas,
Macam dan Contohnya”.(Online).
https://dosenppkn.com/author/dosenppkn/
diakses diakses 15 Januari 2023.

Agus, M., Alhamidi., Amalia. S., Dini. S. W., Ghulfran. A. R. T., Syafira. K. C. A.
(2018), dalam penelitiannya yang berjudul “Identifikasi Permasalahan
Perkembangan Wilayah di Kabupaten Banyuasin”.(Online).
https://idoc.pub/download/makalah-perencanaan-wilayah-dan-kota-
pnx1dkk0pelv
diakses diakses 15 Januari 2023.

Budi, W. (2017), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Wilayah


dan Infrastruktur”.(Online).
http://146.190.237.89
diakses diakses 15 Januari 2023.

Devi Ainurrohmah (2022), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan


Wilayah, Faktor dan 8 Fungsinya.”.(Online).
https://dosengeografi.com/author/ainur-rohmah/
diakses diakses 15 Januari 2023.

Devi Fitriana (2020), dalam penelitiannya yang berjudul “Pentingnya


Pengembangan Wilayah Indonesia”.(Online).
http://dx.doi.org/10.54324/j.mtl.v3i3.68
diakses diakses 15 Januari 2023.

Fisu, A. A. (2018), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Lokasi Pada


Perencanaan Terminal Topoyo”.(Online).
Mamuju Tengah, PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik, 3(1), 1-12
http://dx.doi.org/10.51557/pt_jiit.v3i1.162
diakses diakses 27 Januari 2023.

Fisu, A. A. (2016), dalam penelitiannya yang berjudul “Potensi Demand Terhadap


Pengembangan Kanal Jongaya & Panampu Sebagai Moda Transportasi
(Waterway) di Kota Makassar”.(Online).
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik, 3(3), 285-298
http://dx.doi.org/10.54324/j.mtl.v3i3.68
diakses diakses 27 Januari 2023.

Fisu, A. A. (2016), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Dan Konsep


Perencanaan Kawasan Pelabuhan Kota Penajam Sebagai Pintu Gerbang
Kab, Penajam Paser Utara Kalimantan Timur”.(Online).
PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik, 1(2), 125-136
http://dx.doi.org/10.51557/pt_jiit.v1i2.62
diakses diakses 27 Januari 2023.

Fisu, A. A. (2019), dalam penelitiannya yang berjudul “Merawat Nilai Membangun


Kota”.(Online).

24
http://dx.doi.org/10.31227/osf.io/z4h85
diakses diakses 27 Januari 2023.

Hafid, Z., Fisu, A. A., Humang, W.P, & Natsir, R. (2022), dalam penelitiannya
yang berjudul “Application of The PPP Scheme on The Tourism-
Transportation”.(Online).
Case Study: The Concept Of Palopo City Tourism. PENA TEKNIK: Jurnal
Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik, 7(1), 35-52.
https://doi.org/10.51557/pt_jiit.v7i1.1119
diakses diakses 27 Januari 2023.

Ika. L (2019), dalam penelitiannya yang berjudul “Geografi Teknik”.(Online).


https://ilmugeografi.com/geografi-teknik
diakses diakses 15 Januari 2023.

MasrudI, M. (2015), dalam penelitiannya yang berjudul “Hukum Sumber Daya


Alam”.(Online).
https://masrudimuchtar.wordpress.com/tag/hukum-sumber-daya-alam/
diakses diakses 15 Januari 2023.

Muchlisin. R. (2018), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengertian, Ciri, Sistem


dan Persyaratan Kawasan Agropolitan”. (Online).
https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrxguoLV9Njq00AMxz3RQx.;_ylu=Y29sb
wMEcG9zAzEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1674823564/RO=10/RU=
https%3a%2f%2fwww.kajianpustaka.com%2f2018%2f04%2fkawasan-
agropolitan.html/RK=2/RS=wKiJfBduoQXTrUzj5CaXQjMwaeM-
diakses diakses 27 Januari 2023.

Rizqha, S. B. (2017), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh


Pengembangan Kawasan Agropolitan Terhadap Tingkat Kesejahteraan
Petani Di Kecamatan Mungka Kabupaten Lima Puluh Kota”. (Online).
https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrxgvkaVdNjtz4A0g_3RQx.;_ylu=Y29sbw
MEcG9zAzEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1674823066/RO=10/RU=htt
ps%3a%2f%2fwww.jurnal.umsb.ac.id%2findex.php%2fmenarailmu%2farticl
e%2fdownload%2f367%2f313/RK=2/RS=XfgHPtj6QFl_jEZd2DhtnOcioyg-
diakses diakses 15 Januari 2023.

Tasrif, L. (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Konsep Pembangunan


Wilayah”. (Online).
https://jembatan4.blogspot.com/
diakses diakses 15 Januari 2023.

25

Anda mungkin juga menyukai