Di susun oleh :
Nendy Nobert : (610006007)
Wahyu Rudiyatno : (610006019)
Tugas Kelompok
Mata Kuliah Prasarana Wilayah dan Kota
(PS 4221)
Diajukan Oleh:
Nendy Nobert : (610006007)
Wahyu Rudiyatno : (610006019)
Dosen Pembimbing
Dosen Pengampu
ii
KATA PENGANTAR
PENYUSUN
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................... 2
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1.Tujuan ........................................ 3
1.3.2.Sasaran ....................................... 3
1.4. Ruang Lingkup Studi
1.4.1.Ruang Lingkup Wilayah Studi ................... 3
1.4.2.Ruang Lingkup Materi Studi .................... 4
1.5. Kerangka Pikir ...................................... 4
1.6. Sistematika Penulisan ............................... 6
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ......................................... 34
4.2. Saran .............................................. 34
iv
ABSTRAK
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
mempengaruhi perubahan kondisi penggunaan lahan yang
sudah ada.
Terminal sebagai titik simpul jaringan
transportasi jalan menjadi barometer dari pesatnya
pertumbuhan jumlah perjalanan dari dan ke suatu kota
(DLLAJ,2007), sehingga dengan semakin tingginya tingkat
pertumbuhan perjalanan pada suatu wilayah atau kota
akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
kebutuhan barang dan jasa di wilayah tersebut, yang
selanjutnya akan berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan kawasan serta menyebabkan terjadinya
perubahan penggunaan lahan yang ada didalamnya.
Pembangunan Terminal Giwangan merupakan akibat
perkembangan Kota Yogyakarta yang semakin tinggi,
lokasi terminal sebelumnya dengan luas hanya 1,6 Ha
berada di area padat permukiman penduduk sudah tidak
mampu lagi untuk membendung dan menampung perkembangan
transportasi sehingga dibangun infrastruktur prasarana
publik Terminal Penumpang Tipe A di Kelurahan Giwangan,
Kecamatan Umbulharjo. Pembangunan Terminal Penumpang
Tipe A Giwangan Yogyakarta dilakukan sejak September
2002 dan selesai Agustus 2004 serta langsung diaktifkan
pada bulan September 2004.
2
intensitas perubahan bentuk dan luas penggunaan lahan,
khususnya disekitar kawasan Terminal Giwangan,
Yogyakarta (B. Saiful Hadi, 2011).
1.3.2 Sasaran
Adapun sasaran yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasi kondisi eksisting wilayah
disekitar Terminal Giwangan.
Mengidentifikasi aktivitas Terminal Giwangan.
Mengidentifikasi pengaruh keberadaan Terminal
Giwangan terhadap penggunaan lahan disekitar
Terminal.
3
Gambar 1.1
Peta Orientasi Terminal Giwangan
Terminal
Giwangan
4
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
Perubahan penggunaan
lahan akibat
Perkembangan Kota Feed back
Mengidentifikasi pengaruh
keberadaan Terminal Giwangan
terhadap penggunaan lahan
disekitar area terminal.
Tahap Persiapan
- Studi Pendataan
Merumuskan aspek terhadap data-
literatur.
yang relevan data yang
- Jurnal dengan pola
Ilmiah. diperoleh dari
penggunaan lahan seluruh aspek
- Data-data yang dipengaruhi
Instansional yang telah
oleh keberadaan dirumuskan.
terkait. Terminal Giwangan.
Tahap Pengumpulan Data
Kebutuhan Data
∗ Aktifitas Terminal Giwangan.
∗ Kondisi tata guna lahan di sekitar
Terminal Giwangan.
5
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
BAB V : Penutup
6
BAB II
KAJIAN TEORI
7
pergerakan. Perjalanan ini mungkinkan harus melalui
tujuan antara yang dapat diartikan sebagai kebutuhan
semua perjalanan (Suwajoko, 1990:109). Untuk dapat
lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.2
Kebutuhan Semua Perjalanan
8
Angkutan Jalan Raya dalam Kota dan antar Kota. Disebut
juga bahwa terminal angkutan jalan raya adalah:
1. Titik simpul tempat terjadinya putus arus yang
merupakan prasarana angkutan, tempat kendaraan umum
menaikkan dan menurunkan penumpang atau barang,
tempat perpindahan penumpang atau barang baik intra
maupun antar moda transportasi yang terjadi akibat
adanya arus pergerakan manusia dan barang serta
tuntutan efisiensi transportasi.
2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan
pengoperasin sistem arus penumpang dan barang.
3. Prasarana angkutan dan merupakan bagian dari sistem
transportasi untuk melancarkan arus angkutan
penumpang dan barang.
4. Dari unsur tata ruang, terminal mempunyai peran
penting bagi efisiensi kehidupan dan perkembangan
wilayah dan kota.
9
3. Fungsi terminal bagi operator/pengusaha adalah
pengaturan operasi bus, penyediaan fasilitas
istirahat dan informasi bagi awak bus dan sebagai
fasilitas pangkalan.
Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal dibedakan
mnejadi 2 berdasarkan jenis angkutan, yaitu Terminal
Penumpang, adalah prasarana transportasi jalan untuk
keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang,
perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi
serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum dan Terminal Barang, adalah prasarana
transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan
memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar
moda transportasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No
31/1995, Terminal penumpang berdasarkan fungsi
pelayanannya dibagi menjadi:
1. Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi melayani
kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
2. Terminal Penumpang Tipe B, berfungsi melayani
kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan.
3. Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi melayani
kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.
10
bebagai kepentingan yang aktif dalam kawasan terminal.
Berbagai kepentingan yang ada dalam terminal adalah
aktivitas transit, kewenangan, sistem pengendalian
serta berbagai kepentingan yang mempengaruhi
pengelolaan terminal secara terarah dan terkendali
sesuai dengan tuntutan perkembangan di masa depan.
Menurut Budi (2005: 182-183) dalam buku
pembangunan kota tinjauan regional dan lokasi terminal,
fungsi terminal adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan moda
transportasi.
2. Menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas.
3. Menyediakan tempat utuk menyiapkan kendaraan.
11
c) Sewa Loket penjualan tiket dan sewa kios/toko yang
ada di lokasi terminal
Pada tiap lokasi terminal terdapat bangunan
untuk penjualan tiket (loket), khususnya untuk
kendaraan umum lintas propinsi. Pengusaha yang
membuka loket penjualan tiket dikenakan biaya sewa
loket oleh terminal. Selain bangunan loket,
bangunan lain yang juga terdapat dalam terminal
adalah bangunan kios/toko tempat berjualan.
Toko/kios biasanya diisi oleh para pedagang
makanan maupun oleh-oleh dan berbagai barang
dagangan yang banyak dibutuhkan selama orang dalam
perjalanan.
d) Retribusi Parkir dan Toilet
Retribusi parkit dan toilet yang ada dalam
terminal, bila dikelola dengan baik, dapat menjadi
sumber pendapatan yang potensial bagi terminal.
Namun Kondisi toilet di terminal kotor dan tidak
nyaman. Aroma bau yang sangat menyengat hidung
menjadi hal yang biasa. Begitu juga dengan
pengelolaan parkir yang tidak memiliki pembukuan
pendapatan retribusi parker menyebabkan banyaknya
pendapatan yang bocor.
12
pengembalian investasi. Selain itu pengembangan dan
pembangunan terminal merupakan usaha meningkat
pelayanan transportasi. Terminal diharapkan mampu
membantu mengurangi masalah lalu lintas dalam kota
seperti kemacetan dan beban jalan yang berlebihan
dengan meletakkannya di pinggir kota. Selain itu, ada
aspek politis yang dipertimbangkan pemerintah
meletakkan lokasi terminal di daerah pinggiran
tersebut, yaitu adanya kemungkinan pemerataan
pembangunan dan upaya pengembangan wilayah kota
(Muradi, 2005).
13
melanjutkan perjalanan ke tujuan lain setelah berganti
moda angkutan di terminal. Dari fungsi tersebut,
terminal merupakan “tujuan antar” bagi penumpang yang
dapat diartikan kebutuhan “semu” (Suwajoko, 1990:109).
Karena merupakan tempat konsentrasi penumpang,
maka terminal harus terletak pada lokasi yang potensial
sebagai asal dan tujuan perjalan. (Departemen
Perhubungan, 1998:60). Jumlah penumpang dari dan menuju
suatu terminal sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan
dan intensitas kegiatan yang ada sangat dipengaruhi
oleh bangkitan dan tarikkan jalanan yang ditimbulkan
(Black, 1981:24). Lokasi yang potensial sebagai tempat
asal dan tujuan perjalanan tersebut umumya berupa
kawasan mixed use, atau tempat pemusatan berbagai
kegiatan sekaligus (Departemen Perhubungan, 1998:60).
Dalam suatu terminal, selalu terjadi antrian
penumpang karena jumlah penumpang maupun karena jadwal
kendaraan. Manfaat lainnya adalah untuk kenyamanan
menunggu, kenyamanan perpindahan dari suatu moda atau
kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat
fasilitas-fasilitas informasi dan parkir kendaraan
pribadi.
14
Hal tersebut disebabkan alat angkutan antar kota harus
dapat mencapai terminal secara langsung dengan aman,
cepat dan murah (Vachie/ 1981).
1) Persyaratan terminal penumpang menurut Keputusan
Menteri Perhubungan nomor 31 tahun 1995 harus
memperhatikan:
2) Rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan
bagian dari rencana umum jaringan transportasi
jalan.
3) Rencana umum tata ruang.
4) Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan
disekitar terminal.
5) Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun
antar moda.
6) Kondisi topografi, lokasi terminal.
7) Kelestarian lingkungan.
Persyaratan lokasi terminal tipe A:
1) Terletak di ibukota propinsi, kota atau kabupaten
dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi
dan atau angkutan lintas negara.
2) Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan
sekurang-kurangnya kelas III A.
3) Jarak antar dua terminal penumpang tipe A
sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, 30 km di
Pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya. Luas
lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk
terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 ha di
pulau lainnya.
4) Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke
dan terminal sekurangkurangnya berjarak 100 meter
di Pulau Jawa dan 50 meter di pulau lainnya.
15
Persyaratan lokasi terminal tipe B:
1) Terletak di kota atau kabupaten dan dalam jaringan
trayek angkutan kota dalam propinsi.
2) Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan
kelas jalan sekurangkurangnya kelas III B.
3) Jarak antar dua terminal penumpang tipe B dengan
terminal tipe A sekurang-kurangnya 15 km di Pulau
Jawa, 30 km di pulau lainnya.
4) Tersedianya luas lahan sekurang-kurangnya 3 ha
untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, 2 ha di
pulau lainnya.
5) Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke
dan dari terminal sekurang-kurangnya berjarak 50
meter di Pulau Jawa dan 30 meter di pulau lainnya.
Persyaratan lokasi terminal tipe C:
1) Terletak di dalam wilayah kabupaten dan dalam
jaringan trayek angkutan pedesaan.
2) Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas
jalan paling tinggi III A, tersedia lahan yang
sesuai dengan permintaan angkutan.
3) Mempunyai jalan akses masuk atau keluar ke dan
dari terminal sesuai kebutuhan untuk kelancaran
lalu lintas di sekitar terminal.
16
sesuai dengan potensi kawasan dan infrastruktur
pendukungnya (Riyadi, 2002:63).
Kebijakan pengembangan wilayah adalah berupa
arahan-arahan pengembangan kawasan-kawasan produksi,
pusat permukiman, simpul-simpul transportasi (laut,
darat, udara) serta jaringan infrastruktur pendukungnya
sesuai dengan tujuan sosial ekonomi yang diharapkan.
Perumusan kebijakan ini biasanya didasarkan pada
kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah. Ditingkat
nasional, arah kebijakan pengembangan sosial ekonomi
dan pengembangan wilayah di jelaskan dalam GBHN dan
PROPENAS, sedangkan ditingkat daerah dijabarkan rencana
tata ruang wilayah. (Riyadi, 2002:63).
Menurut Wiliam N. Dunn (1998) menyebutkan bahwa
proses kebijakan adalah serangkaian aktifitas
intelektual yang dilakukan didalam proses kegiatan yang
pada dasarnya bersifat politis. Aktifitas politis
tersebut dijelaskan sebagai proses pembuat kebijakan
dan divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang
saling bergantung, yang diatur menurut urutan waktu,
yaitu dimulai dari penyusunan agenda, formulasi
kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dan
penilaian kebijakan.
17
dan kesejahteraan, kualitas lingkungan, fasilitas umum
dan sebagainya.
Menurut Whyne-Hammond (dalam Daldjoeni, 1998:207),
perkembangan wilayah terutama pinggiran kota disebabkan
oleh tiga hal yaitu pertama, meningkatnya pelayanan
sistem transportasi kota dan kemampuan memiliki
kendaraan yang meningkat yang membuat jarak tidak
menjadi masalah.
Akibatnya terjadi eksploitasi lahan sub urban
menjadi kawasan perumahan dan penduduk kota. Kedua,
bertambahnya penduduk sub urban, yang meramaikan sub
urban tersebut, sebab disamping penduduk baru yang
datang tidak hanya dari kota saja tetapi juga dari
desa-desa sekitarnya. Ketiga, meningkatnya taraf
kehidupan penduduk sub urban yang memungkinkan orang
menempatkan rumah yang lebih baik dan ideal.
Pembangunan terminal di wilayah pinggiran kota
akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan wilayah
disekitarnya. Keberadaan terminal dapat menambah
aktivitas, seperti perdagangan, jasa dan transportasi
di wilayah tersebut, sehingga mampu meningkatkan
aksesbilitas serta dapat menyerap tenaga kerja, ini
dapat memberikan nilai tambah yang mampu menarik
sumberdaya ke sekitar lokasi tersebut. Apabila hal ini
terus berkembang dapat menyebabkan peningkatan kondisi
wilayah tersebut. Selain itu peningkatan perdagangan
dan transportasi yang ada pada wilayah itu akan
mempengaruhi hampir seluruh sektor. Perubahan ini
menyebabkan perkembangan wilayah kota secara
keseluruhan (Forbes, 1969:234). Disamping itu karena
terminal sebagai tempai transit baik untuk angkutan
18
umum penumpang antar kota maupun antar wilayah,
mempunyai peran yang penting. Terminal sebagai simpul
pertemuan angkutan umum penumpang menjadi titik
potensial pengembangan kawasan, pusat kegiatan,
pertumbuhan dan perkembangan wilayah.
19
2.4.2. Sistem Penggunaan Lahan
20
guna lahan akan mempengaruhi pada peningkatan bangkitan
perjalanan yang akhirnya akan menimbulkan peningkatan
prasarana dan sarana transportasi. Sedangkan besarnya
tarikan pergerakan ditentukan oleh tujuan atau maksud
perjalanan (Black, 1981:29).
21
BAB III
MASALAH TERMINAL DALAM PRASARANA WILAYAH DAN KOTA
22
Tabel III.1
Tabel Pecapaian Terminal Giwangan berdasar Fungsinya
23
pihak kedua dalam memodifikasi lay out bangunan
sehingga menghasilkan bentuk bangunan yang tidak
efektif yang kemudian menyebabkan kesulitan akses
transaksi ekonomi dan penjagaan keamanan, dll. (b)
Pemanfaatan bangunan yang tak maksimal yang menyebabkan
sector-sektor ekonomi (kios) sepi pengunjung, dan
kesulitan akses parkir bus. (c) Fungsi pemerintah
sebagai pelindung kepentingan pedagang kecil yang tidak
berjalan baik. keterbatasan pegawai. Hal ini merupakan
efek dari perubahan kedudukan Bagian Kerjasama menjadi
sub bagian, di tengah banyaknya pekerjaan kerjasama;
dan belum ditemukannya mekanisme pengawasan lintas
dinas-badan yang efektif. (e) Lemahnya manajemen
terminal sebagai akibat dari lemahnya pembagian tugas
dan koordinasi dari dua struktur di terminal (UPT
Terminal DInas Perhubungan dan struktur manajemen PT.
Perwita).
Kegagalan kerjasama ini pada gilirannya juga
menghasilkan sejumlah konsekuensi bagi pemkot, seperti
beralihnya kewajiban penggajian pegawai dan pembayaran
hutang kepada pemkot. Persoalan-persoalan kelembagaan
dan pengelolaan juga bermuara pada ketidaketivan
penyelenggaraan fungsi pelayanan publik dan fungsi
komersil.
Kegagalan kerjasama, pada sisi lain, keharusan
untuk terus menyelenggarakan pelayanan publik bidang
keterminalan dan kebutuhan untuk terus mengembangkan
fungsi komersiil terminal mengharuskan dipikirkannya
format kelembagaan terminal. Berkaitan dengan hal itu,
beberapa pilihan telah disajikan, diantaranya dengan
memilahkan manajemen pelayanan publik dan manajemen
24
komersil. Pilihan-pilihan tersebut dibuat dengan
mempertimbangkan derajat keterlibatan pemerintah dan
swasta dalam pilihan kebijakan, berikut ini adalah
tabel hubungan manajemen terminal.
Tabel III.1
Tabel Hubungan Manajemen Terminal
25
ini akan mempermudah optimalisasi masing-masing fungsi,
namun sekaligus melahirkan kompleksitas kelembagaan
karena akan ada dua pemimpin di kawasan tersebut. Untuk
itu, jika pilihan ini diambil maka harus dikembangkan
sistem pembagian otoritas dan sistem koordinasi yang
terkontrol dan tegas.
Sementara itu, jika pilihan kelembagaan kedua
adalah menempatkan kedua fungsi di bawah satu
kepemimpinan. Dalam pilihan ini, fungsi keterminalan
klasik menjadi salah satu bagian dalam kelembagaan
tersebut. Dikarenakan pengelolaan keterminalan
membutuhkan ketrampilan teknis yang khusus, maka
pengelolaan bidang ini tetap melibatkan Dinas
Perhubungan yang secara profesional memang dibentuk
untuk menangani masalah tersebut.
Di luar bentuk kelembagaan tersebut, agar bisa
mengelola secara optimal fungsi-fungsi yang berada di
kawasan Terminal Giwangan, maka sejumlah prasyarat
organisasional harus diletakkan. Ada 3 prasyarat yang
perlu dipertimbangkan, yaitu: 1) perbaikan lay out
terminal sehingga lebih ramah pelayanan kepada
penumpang dan optimal sebagai kawasan ekonomi; 2)
manajemen risiko yang memproyeksi secara komprehensif
berbagai bentuk resiko dari pilihan manajemen
pengelolaan; dan 3) penciptaan corporate culture yang
bertumpu pada sharing of interest diantara stakeholders
keteriminalan.
26
3.2 Masalah Penggunaan Lahan di Sekitar Kawasan
Terminal Giwangan
Pemanfaatan ruang didasarkan atas pertimbangan
dari tata guna lahan, pola aktivitas dan mobilisasi
penduduk, keberadaan jaringan transportasi, persebaran
dan ketersediaan fasilitas dan utilitas, potensi,
kendala limitasi fisik alam. Penggunaan tanah merupakan
proses dinamis yang menggambarkan kegiatan penduduk di
daerah bersangkutan. Berdasarkan luas wilayah Kelurahan
Giwangan sebesar ± 1.26 ha, pola pemanfaatan penggunaan
lahan terbentuk oleh aktivitas kota atau dalam
pengertian lain dominasi kegiatan akan membentuk pola
pemanfaatan ruangnya. Bila dilihat distribusi
penggunaan lahan di Kelurahan Giwangan secara umum
terdiri dari penggunaan lahan terbangun yang terdiri
atas perumahan, jasa, perusahaan dan Industri sedangkan
penggunaan lahan non terbangun terdiri atas lahan
pertanian.
Selain untuk pertanian, penggunaan lahan di
Kelurahan Giwangan juga didominasi untuk permukiman.
Luas wilayah Kelurahan Giwangan adalah 1.26 ha yang
memiliki 13 RW dan 42 RT dengan kepadatan penduduk
sebesar 5,108. Keberadaan permukiman ini sangat penting
dalam kaitannya dengan kegiatan transportasi di
Kelurahan Giwangan. Kegiatan perumahan dan transportasi
merupakan kegiatan yang mempunyai hubungan relatif kuat
terhadap komponen kegiatan kota sehingga sulit untuk
dipisahkan. Disamping itu keberadaan permukiman sangat
penting dalam kaitannya dengan kesejahteraan penduduk
dan motivasi penduduk untuk mendapatkan berbagai
27
fasilitas pelayanan yang berkaitan dengan aktivitas
sehari-hari.
Penduduk dengan kegiatan sehari-harinya bergerak
dibidang perdagangan dan jasa maupun kegiatan yang
lain, akan berorientasi pada lokasi-lokasi yang dekat
dan mempunyai tingkat kemudahan (aksesibilitas)
pencapaian terhadap lokasi kegiatan tersebut. Bila
dikaitkan dengan keberadaan Terminal Giwangan,
keberadaan permukiman yang merupakan daerah bangkitan
pergerakan penduduk sangat berpengaruh terhadap fungsi
pemanfaatan terminal. Karena terminal merupakan tempat
konsentrasi penumpang, maka terminal harus terletak
pada lokasi yang potensial sebagai asal dan tujuan
perjalan yang salah satunya adalah daerah permukiman.
28
BAB IV
KONSEP MANAJEMEN TERMINAL GIWANGAN
Gambar 2.1
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Terminal
Yang Terarah (Coach Terminal)
29
Berbagai fungsi pengelolaan di Terminal Giwangan
perlu dievaluasi untuk menyusun manajemen (pengelolaan)
dan organisasi pengelola terminal di masa yang akan
datang yang lebih baik. Menurut Gromule (2007)
perkembangan fungsi umum terminal harus dilaksanakan,
diantisipasi perkembangannya dengan pola sebagaimana
diilustrasikan pada Gambar 2.2.
Gambar 2-2 :
Faktor-faktor Yang Menentukan Dalam Pengelolaan
Logistik Terminal
30
Pengelolaan atas faktor tersebut hendaknya juga
dipadukan dengan teknologi yang dimiliki.
Hub dalam pengertian umum adalah tempat atau node
tempat orang berkumpul dan beraktivitas untuk memulai
bepergian atau datang dari suatu tempat. Passenger
Logistic Hub (PLH) secara harfiah dapat diidentikan
dengan terminal tempat orang melakukan transit dengan
segala logistic atau sarana pendukungnya. Dalam lokasi
ini infrastruktur social dan fisik dikoordinasikan dan
diatur pemanfaatannya demi kepentingan semua pihak yang
terlibat.
Berdasarkan model diatas, maka sebuah terminal
secara organisasi merupakan kesatuan infrastruktur
fisik, sosial, aktivitas pemanfaatan dan pengaturan
interaksi semua pihak yang berkehendak melakukan
transit / bepergian dan datang dari atau menuju suatu
tempat.
Keberhasilan management organisasi terminal
tergantung pada aspekaspek berikut ini :
1. Lokasi.
2. Dukungan pemerintah sebagai otoritas, eksekutif
yang mengatur semua kepentingan stakeholder dan
keperluan pembangunan wilayah.
3. Infrastruktur pelayanan logistic, termasuk dalam
hal ini anggaran dana operasional (dalam konteks
Negara antara lain APBN/APBD).
4. Kerjasama antara otoritas dengan berbagai pihak,
dalam hal ini kerjasama antara pihak terminal
dengan perusahaan bis, penyewa lokasi dan reklame
serta pihak lain.
5. Kualitas sumber daya manusia (SDM) terminal.
31
6. Perkembangan system informasi manajemen,
mekanisme pelaporan, perencanaan, dan
pertanggungjawaban (akuntabilitas dan
disclosure).
32
aktivitas transit, kewenangan, sistem pengendalian
serta berbagai kepentingan yang mempengaruhi
pengelolaan terminal secara terarah dan terkendali
sesuai dengan tuntutan perkembangan di masa depan.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada
Bab-bab sebelumnya, maka dari studi ini dapat
disimpulkan :
1. Manajemen Terminal Giwangan sebagai prasarana
wilayah dan kota terdapat beberapa persoalan
mendasar yang kemudian berimplikasi pada kegagalan
kerjasama.
2. Persoalan mendasar dalam manajemen Terminal
Giwangan adalah skema kerjasama yang timpang dan
kegagalan mitra pemkot dalam menyediakan fasilitas
pendukung.
3. Keberadaan permukiman disekitar kawasan Terminal
Giwangan sangat penting dalam kaitannya dengan
kegiatan transportasi karena keberadaan permukiman
sangat penting dalam kaitannya dengan
kesejahteraan penduduk dan motivasi penduduk untuk
mendapatkan berbagai fasilitas pelayanan yang
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
4. Kegiatan penduduk disekitar kawasan Terminal
Giwangan berorientasi pada lokasi-lokasi yang
dekat dan mempunyai tingkat kemudahan
(aksesibilitas) pencapaian terhadap lokasi
kegiatan tersebut.
5.2 Saran
Adapun Saran yang diberikan oleh penyusun dalam
studi ini adalah sebagai berikut:
34
Penambahan dan perencanaan fasilitas Terminal
Giwangan sebagai simpul transportasi umum/darat
yang sangat penting bagi Kota Yogyakarta.
Peninjauan terhadap lembaga sebagai mitra
kerjasama pengelola Terminal Giwangan secara
komprehensif dan berkelanjutan.
Memperkuat kontrol Pemkot terhadap kinerja mitra
kerjasama dalam modifikasi Lay Out bangunan agar
tidak terjadi kesalahan yang menyebabkan ketidak
efektifan bangunan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok Website
http://www.eprints.undip.ac.id/16905/1/DADI_MURADI.pdf
http://www.jambiprov.go.id/pages/.../4_metodologi_revisi_
dgrims.pdf
http://www.usdrp-indonesia.org/files/downloadContent/
1186.pdf
36