Anda di halaman 1dari 41

TUGAS BESAR

PRASARANA WILAYAH DAN KOTA

PENGARUH KEBERADAAN TERMINAL GIWANGAN TERHADAP


PENGGUNAAN LAHAN DI SEKITAR TERMINAL

Di susun oleh :
Nendy Nobert : (610006007)
Wahyu Rudiyatno : (610006019)

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2011
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Kelompok
Mata Kuliah Prasarana Wilayah dan Kota
(PS 4221)

PENGARUH KEBERADAAN TERMINAL GIWANGAN


TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN DI SEKITAR
TERMINAL

Diajukan Oleh:
Nendy Nobert : (610006007)
Wahyu Rudiyatno : (610006019)

Tugas ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk


menempuh ujian pendadaran (Tugas Akhir) Strata I
Jurusan Teknik Perancanaan Wilayah dan Kota
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional

Tanggal, Desember 2011

Dosen Pembimbing

Fahril Fanani, ST.


NIK : 1937 0231

Dosen Pengampu

Drs. Achmad Wismoro, ST. MT


NIP : 19511013 198203 1001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas


segala limpahan rahmat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan mengenai PENGARUH KEBERADAAN
TERMINAL GIWANGAN TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN DI SEKITAR
TERMINAL. Laporan ini disusun untuk melengkapi tugas
mata kuliah Prasarana Wilayah dan Kota, Jurusan Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Achmad Wismoro, ST, MT. selaku Ketua


Jurusan Teknik Perancanaan Wilayah dan Kota
sekaligus sebagai Dosen Pengampu mata kuliah
prasarana Wilayah dan Kota.
2. Fahril Fanani, ST. selaku Dosen Pembimbing yang
banyak membantu dan memberikan masukan kepada kami
dalam penyusunan laporan ini.
3. Serta teman-teman Jurusan Perancanaan Wilayah dan
Kota STTNAS Yogyakarta yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.
Besar harapan kami semoga laporan yang kami
sajikan dapat memberikan manfaat dan masukan yang
berharga bagi semua pihak yang berkepentingan pada
umumnya dan kami pada khususnya dalam melakukan
penelitian lebih lanjut.

Yogyakarta, Desember 2011

PENYUSUN

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................... iii
DAFTAR ISI .............................................. iv
ABSTRAK .................................................. v

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................... 2
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1.Tujuan ........................................ 3
1.3.2.Sasaran ....................................... 3
1.4. Ruang Lingkup Studi
1.4.1.Ruang Lingkup Wilayah Studi ................... 3
1.4.2.Ruang Lingkup Materi Studi .................... 4
1.5. Kerangka Pikir ...................................... 4
1.6. Sistematika Penulisan ............................... 6

BAB II KAJIAN TEORI


2.1. Pengertian Terminal .................................. 7
2.2. Fungsi Terminal ...................................... 9
2.3. Manfaat Terminal
2.3.1. Segi Ekonomi ................................. 11
2.3.2. Segi Sosial .................................. 13
2.3.3. Segi Politik ................................. 14
2.3.4. Segi Kewiilayahan ............................ 17
2.4. Tata Guna Lahan
2.4.1. Deskripsi Guna Lahan ......................... 19
2.4.2. Sistem Penggunaan Lahan ...................... 20
2.4.3. Pengaruh Guna lahan Terhadap Pergerakan ...... 20

BAB III PERMASALAHAN


3.1. Masalah Manajemen Terminal Giwangan ................. 22
3.2. Masalah Penggunaan Lahan disekitar Kawasan Terminal
Giwangan............................................. 27

BAB IV KONSEP MANAJEMEN


4.1. Fungsi Manajemen Terminal Giwangan .................. 29
4.2. Sasaran Manajemen Terminal Giwangan ................ 32

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ......................................... 34
4.2. Saran .............................................. 34

DAFTAR PUSTAKA .......................................... 36

iv
ABSTRAK

Pembangunan perkotaan pada suatu wilayah merupakan


refleksi dari pertumbuhan dan perkembangan kebutuhan
barang dan jasa pada wilayah tersebut. Pertumbuhan
terjadi karena jumlah kebutuhan akan selalu berubah,
sedangkan Perkembangan dikarenakan kualitas kebutuhan
tersebut mengalami perbedaan yang semakin beragam.
Dalam pembangunan perkotaan erat kaitannya dengan
penggunaan lahan pada suatu wilayah, disebabkan
peningkatan pembangunan pada suatu kota akan
mempengaruhi perubahan kondisi penggunaan lahan yang
sudah ada.
Daerah perkotaan berkembang secara cepat, terutama
perkembangan penduduk, aktivitas, dan fisik kota.
Perkembangan ini akan memunculkan sejumlah persoalan
ketika dihadapkan pada kenyataaan luas wilayah kota
yang terbatas. Tujuan dari penyusunan tugas besar ini
adalah untuk mengidentifikasi pengaruh keberadaan
Terminal Giwangan Yogyakarta terhadap penggunaan lahan
disekitar area terminal.
Berbagai fungsi pengelolaan di Terminal Giwangan
perlu dievaluasi untuk menyusun manajemen (pengelolaan)
dan organisasi pengelola terminal di masa yang akan
datang yang lebih baik. Pengelolaan Terminal Giwangan
diharapkan mampu menyesuaikan dengan perkembangan,
terkendali dan terarah (coach terminal) berkaitan
dengan perencanaan, infrastruktur, system management
dan informasi, lingkungan dan kerjasama serta
pengaturan bebagai kepentingan yang aktif dalam kawasan
terminal.

Kata Kunci : Terminal, Terminal Giwangan, Penggunaan


Lahan.

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angkutan jalan raya (darat) sebagai prasarana
transportasi mempunyai peranan penting dalam memberi
pelayanan jasa angkutan penumpang pada suatu wilayah
atau kota, namun masih harus didukung dengan prasarana
transportasi lainnya untuk menunjang kelancaran
pergerakan manusia pada wilayah atau kota tersebut.
Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) pada
Survei Implementing Desain Terminal Tipe A menyatakan
bahwa pergerakan manusia akan berpengaruh terhadap pola
perkotaan atau penyebaran pemukiman yang ditimbulkan
oleh arus lalu lintas penumpang dari satu tempat ke
tempat lainnya, sehingga untuk menunjang kelancaran
pergerakan manusia tersebut yang akan berdampak
terhadap penggunaan lahan pada suatu wilayah atau kota,
pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan dan
pengaturan yang memadai baik prasarana maupun sarana
yang dibutuhkan, salah satu prasarana angkutan darat
yang sangat vital adalah Terminal Angkutan Penumpang.
Pembangunan perkotaan pada suatu wilayah merupakan
refleksi dari pertumbuhan dan perkembangan kebutuhan
barang dan jasa pada wilayah tersebut. Pertumbuhan
terjadi karena jumlah kebutuhan akan selalu berubah,
sedangkan Perkembangan dikarenakan kualitas kebutuhan
tersebut mengalami perbedaan yang semakin beragam.
Dalam pembangunan perkotaan erat kaitannya dengan
penggunaan lahan pada suatu wilayah, disebabkan
peningkatan pembangunan pada suatu kota akan

1
mempengaruhi perubahan kondisi penggunaan lahan yang
sudah ada.
Terminal sebagai titik simpul jaringan
transportasi jalan menjadi barometer dari pesatnya
pertumbuhan jumlah perjalanan dari dan ke suatu kota
(DLLAJ,2007), sehingga dengan semakin tingginya tingkat
pertumbuhan perjalanan pada suatu wilayah atau kota
akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
kebutuhan barang dan jasa di wilayah tersebut, yang
selanjutnya akan berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan kawasan serta menyebabkan terjadinya
perubahan penggunaan lahan yang ada didalamnya.
Pembangunan Terminal Giwangan merupakan akibat
perkembangan Kota Yogyakarta yang semakin tinggi,
lokasi terminal sebelumnya dengan luas hanya 1,6 Ha
berada di area padat permukiman penduduk sudah tidak
mampu lagi untuk membendung dan menampung perkembangan
transportasi sehingga dibangun infrastruktur prasarana
publik Terminal Penumpang Tipe A di Kelurahan Giwangan,
Kecamatan Umbulharjo. Pembangunan Terminal Penumpang
Tipe A Giwangan Yogyakarta dilakukan sejak September
2002 dan selesai Agustus 2004 serta langsung diaktifkan
pada bulan September 2004.

1.2 Perumusan Masalah


Daerah perkotaan berkembang secara cepat, terutama
perkembangan penduduk, aktivitas, dan fisik kota.
Perkembangan ini akan memunculkan sejumlah persoalan
ketika dihadapkan pada kenyataaan luas wilayah kota
yang terbatas. Kebutuhan ruang untuk melakukan berbagai
aktivitas dan sarana pendudukung lainnya mendorong

2
intensitas perubahan bentuk dan luas penggunaan lahan,
khususnya disekitar kawasan Terminal Giwangan,
Yogyakarta (B. Saiful Hadi, 2011).

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penyusunan tugas besar ini adalah
untuk mengidentifikasi pengaruh keberadaan Terminal
Giwangan Yogyakarta terhadap penggunaan lahan disekitar
area terminal.

1.3.2 Sasaran
Adapun sasaran yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasi kondisi eksisting wilayah
disekitar Terminal Giwangan.
Mengidentifikasi aktivitas Terminal Giwangan.
Mengidentifikasi pengaruh keberadaan Terminal
Giwangan terhadap penggunaan lahan disekitar
Terminal.

1.4 Ruang Lingkup Studi


1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi
Wilayah yang masuk dalam cakupan studi adalah
Kelurahan Giwangan yang secara administratif terdapat
di wilayah Kecamatan Umbulharjo, Kodya Jogja. Terminal
Giwangan merupakan terminal tipe A dengan luas area 5,8
Ha, akses jalan sekitarnya dilayani oleh outer ring
road selatan, Jalan Imogiri dan Jalan Gunomerico.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 1.1
tentang peta orientasi Terminal Giwangan berikut ini.

3
Gambar 1.1
Peta Orientasi Terminal Giwangan

Terminal
Giwangan

Sumber : Google Earth, 2011

1.4.2 Ruang Lingkup Materi Studi


Materi yang akan dibahas dalam studi ini mengenai
Terminal Giwangan dan pengaruhnya terhadap perubahan
penggunaan lahan yang terjadi pada area sekitar
terminal.

1.5 Kerangka Pikir


Kerangka fikir berguna untuk menghubungkan
konstelasi antar variabel yang akan diteliti dan
disajikan dalam bentuk diagram, sehingga dapat
memudahkan peneliti dalam melihat proses penelitian
yang hendak dilaksnakan. Kerangka pemikiran pada studi
ini dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut ini.

4
Gambar 2.1
Kerangka Pikir

Terminal sebagai titik simpul jaringan


transportasi jalan menjadi barometer
pesatnya pertumbuhan jumlah perjalanan
yang berpengaruh terhadap tata guna
lahan pda suatu wilayah atau kota
.

Perubahan penggunaan
lahan akibat
Perkembangan Kota Feed back

Mengidentifikasi pengaruh
keberadaan Terminal Giwangan
terhadap penggunaan lahan
disekitar area terminal.
Tahap Persiapan

- Studi Pendataan
Merumuskan aspek terhadap data-
literatur.
yang relevan data yang
- Jurnal dengan pola
Ilmiah. diperoleh dari
penggunaan lahan seluruh aspek
- Data-data yang dipengaruhi
Instansional yang telah
oleh keberadaan dirumuskan.
terkait. Terminal Giwangan.
Tahap Pengumpulan Data

Kebutuhan Data
∗ Aktifitas Terminal Giwangan.
∗ Kondisi tata guna lahan di sekitar
Terminal Giwangan.

Tahap Pengolahan & Analisis Data

Analisis Deskriptif mengenai


pengaruh keberadaan Terminal
Giwangan terhadap Pola
Penggunaan Lahan yang ada di
sekitar Terminal Giwangan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Sumber : Penyusun, 2011

5
1.6 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Menguraikan tentang latar belakang, perumusan


masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup pembahasan,
kerangka pikir dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Teori

Menjelaskan pengertian, fungsi dan manfaat


Prasarana Wilayah dan Kota ditinjau dari berbagai segi,
baik ekonomi, sosial, politik dan kewilayahan sebagai
dasar kajian pada studi.

BAB III : Permasalahan

Berisi penjabaran tentang permasalahan yang


terjadi di lokasi studi mengenai penggunaan lahan
disekitar Terminal Giwangan.

BAB IV : Konsep Manajemen

Berisi uraian mengenai konsep manajemen Prasarana


Wilayah dan Kota yang berkaitan dengan Terminal serta
memberikan deskripsi analisis terkait dengan
permasalahan yang dibahas.

BAB V : Penutup

Pada bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi


dari permasalahan serta pembahasan konsep manajemen
kajian yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

6
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Terminal


Terdapat beberapa pengertian yang berbeda mengenai
Terminal Bus, berikut ini adalah beberapa pengertian
Terminal Bus dengan sumber yang berbeda.
Terminal Bus di artikan sebagai prasarana
transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan
menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar
moda transportasi serta mengatur kedatangan dan
pemberangkatan kendaraan umum (wikipedia.org, 2011).
Terminal Bus adalah tempat sekumpulan bus
mengakhiri dan mengawali lintasan operasionalnya.
Dengan mengacu pada definisi tersebut, maka pada
bangunan terminal penumpang dapat mengakhiri
perjalanannya, atau memulai perjalananya atau juga
dapat menyambung perjalanannya dengan mengganti
(transfer) lintasan bus lainnya. Di lain pihak, bagi
pengemudi bus, maka bangunan terminal adalah tempat
untuk memulai perjalanannya, mengakhiri perjalannya dan
juga sebagai tempat bagi kendaraan beristirahat
sejenak, yang selanjutnya dapat digunakan juga
kesempatan tersebut untuk perawatan ringan ataupun
pengecekan mesin (Hari Basuki, 2010).
Terminal didefinisikan sebagai tepat pergantian
moda angkutan dalam pelayanan pengangkutan barang dan
manusia, sedangkan fungsi utama terminal adalah untuk
menyediakan fasilitas keluar masuk dari objek-objek
yang akan diangkut, baik penumpang maupun barang
(Morlock, 1978). Perjalanan yang dibangkitkan oleh
suatu zone tidaklah selalu menjadi tujuan akhir dari

7
pergerakan. Perjalanan ini mungkinkan harus melalui
tujuan antara yang dapat diartikan sebagai kebutuhan
semua perjalanan (Suwajoko, 1990:109). Untuk dapat
lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.2
Kebutuhan Semua Perjalanan

Sumber : Suwajoko (1990:109)

Pada gambar terlihat bahwa terjadi perjalanan dari


zone satu ke zone dua, sedangkan perjalanan ke zone
tiga adalah kebutuhan untuk menggantikan kendaraan.
Pengertian terminal berdasarkan Undang-Undang
nomor 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan adalah merupakan simpul dalam system jaringan
transportasi jalan yang befungsi pokok sebagai
pelayanan umum antara lain berupa tempat untuk naik
turun penumpang dan atau bongkar muat barang, untuk
pengendalian lalu lintas dan angkutan umum serta tempat
perpindahan intra dan moda transportasi.
Pengertian terminal yang lain adalah menurut
Dirjen Perhubungan Darat Direktorat Bina Sistem
Prasarana dalam Pedoman Teknis Pembangunan Terminal

8
Angkutan Jalan Raya dalam Kota dan antar Kota. Disebut
juga bahwa terminal angkutan jalan raya adalah:
1. Titik simpul tempat terjadinya putus arus yang
merupakan prasarana angkutan, tempat kendaraan umum
menaikkan dan menurunkan penumpang atau barang,
tempat perpindahan penumpang atau barang baik intra
maupun antar moda transportasi yang terjadi akibat
adanya arus pergerakan manusia dan barang serta
tuntutan efisiensi transportasi.
2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan
pengoperasin sistem arus penumpang dan barang.
3. Prasarana angkutan dan merupakan bagian dari sistem
transportasi untuk melancarkan arus angkutan
penumpang dan barang.
4. Dari unsur tata ruang, terminal mempunyai peran
penting bagi efisiensi kehidupan dan perkembangan
wilayah dan kota.

2.2 Fungsi Terminal


Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995. Fungsi Terminal
Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur, yaitu:
1. Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk
kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari
satu moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan
lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan
fasilitas parkir kendaraan pribadi.
2. Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi
perencanaan dan manajemen lalu lintas untuk menata
lalulintas dan angkutan serta menghindari dari
kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai
pengendali kendaraan umum.

9
3. Fungsi terminal bagi operator/pengusaha adalah
pengaturan operasi bus, penyediaan fasilitas
istirahat dan informasi bagi awak bus dan sebagai
fasilitas pangkalan.
Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal dibedakan
mnejadi 2 berdasarkan jenis angkutan, yaitu Terminal
Penumpang, adalah prasarana transportasi jalan untuk
keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang,
perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi
serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum dan Terminal Barang, adalah prasarana
transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan
memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar
moda transportasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No
31/1995, Terminal penumpang berdasarkan fungsi
pelayanannya dibagi menjadi:
1. Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi melayani
kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
2. Terminal Penumpang Tipe B, berfungsi melayani
kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan.
3. Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi melayani
kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.

Pengelolaan terminal yang mampu menyesuaikan


dengan perkembangan, terkendali dan terarah (coach
terminal) berkaitan dengan :
perencanaan, infrastruktur, system management dan
informasi, lingkungan dan kerjasama serta pengaturan

10
bebagai kepentingan yang aktif dalam kawasan terminal.
Berbagai kepentingan yang ada dalam terminal adalah
aktivitas transit, kewenangan, sistem pengendalian
serta berbagai kepentingan yang mempengaruhi
pengelolaan terminal secara terarah dan terkendali
sesuai dengan tuntutan perkembangan di masa depan.
Menurut Budi (2005: 182-183) dalam buku
pembangunan kota tinjauan regional dan lokasi terminal,
fungsi terminal adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan moda
transportasi.
2. Menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas.
3. Menyediakan tempat utuk menyiapkan kendaraan.

2.3 Manfaat Terminal


2.3.1 Segi Ekonomi
Dari segi ekonomi, pendapatan terminal terdiri
dari beberapa sumber pendapatan diantaranya :
a) Retribusi Terminal
Retribusi Terminal adalah pelayanan atas
penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang
bis umum dan mobil barang, tempat kegiatan usaha,
fasilitas lainnya di lingkungan terminal yang
dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah,
tidak termasuk pelayanan peron. Retribusi
terminal.
b) Pelayanan Peron
Tiket peron diambil dari tiap
penumpang/pengantar yang masuk ke dalam area
terminal. Khusus bagi penumpang yang tiba pada
suatu terminal tidak dikenakan pembayaran peron.

11
c) Sewa Loket penjualan tiket dan sewa kios/toko yang
ada di lokasi terminal
Pada tiap lokasi terminal terdapat bangunan
untuk penjualan tiket (loket), khususnya untuk
kendaraan umum lintas propinsi. Pengusaha yang
membuka loket penjualan tiket dikenakan biaya sewa
loket oleh terminal. Selain bangunan loket,
bangunan lain yang juga terdapat dalam terminal
adalah bangunan kios/toko tempat berjualan.
Toko/kios biasanya diisi oleh para pedagang
makanan maupun oleh-oleh dan berbagai barang
dagangan yang banyak dibutuhkan selama orang dalam
perjalanan.
d) Retribusi Parkir dan Toilet
Retribusi parkit dan toilet yang ada dalam
terminal, bila dikelola dengan baik, dapat menjadi
sumber pendapatan yang potensial bagi terminal.
Namun Kondisi toilet di terminal kotor dan tidak
nyaman. Aroma bau yang sangat menyengat hidung
menjadi hal yang biasa. Begitu juga dengan
pengelolaan parkir yang tidak memiliki pembukuan
pendapatan retribusi parker menyebabkan banyaknya
pendapatan yang bocor.

Keberadaan terminal diharapkan mampu memberikan


keuntungan, baik bersifat manfaat (benefit) maupun
keuntungan. Dari aspek ekonomi terminal diharapkan
dapat berperan sebagai salah satu sumber pemungutan
retribusi dan pajak-pajak yang memungkin peningkatan
pendapatan daerah. Jadi, kepentingan pemerintah dengan
adanya terminal tersebut berkaitan dengan kemungkinan

12
pengembalian investasi. Selain itu pengembangan dan
pembangunan terminal merupakan usaha meningkat
pelayanan transportasi. Terminal diharapkan mampu
membantu mengurangi masalah lalu lintas dalam kota
seperti kemacetan dan beban jalan yang berlebihan
dengan meletakkannya di pinggir kota. Selain itu, ada
aspek politis yang dipertimbangkan pemerintah
meletakkan lokasi terminal di daerah pinggiran
tersebut, yaitu adanya kemungkinan pemerataan
pembangunan dan upaya pengembangan wilayah kota
(Muradi, 2005).

2.3.2 Segi Sosial


Sebagai salah satu elemen dalam sistem
transportasi, keberadaan terminal tidak lepas dari pola
jaringan jalan dan sistem pergerakan yang ada dalam
suatu kota. Lokasi terminal sangat ditentukan oleh
konsep pelayanan angkutan umum dalam suatu kota. Dalam
hal ini, terminal dapat berlokasi pada akhir trayek
angkutan umum, pada persimpangan trayek, atau sepanjang
trayek perjalanan angkutan (Edward, 1978:221).
Dalam sistem pergerakan, terminal merupakan titik
konsentrasi penumpang, sekaligus merupakan titik
dispersi penumpang (Departemen Perhubungan, 1998:58).
Berkaitan dengan hal tersebut, terminal merupakan
tempat akumulasi penumpang dari segala arah untuk
melakukan pergantian moda angkutan, selanjutnya dari
terminal penumpang dikelompokkan atau dibagi menurut
tujuan perjalanan mereka. Pada umumnya penumpang
melakukan pergantian moda angkutan karena memiliki
tujuan perjalanan di sekitar terminal atau akan

13
melanjutkan perjalanan ke tujuan lain setelah berganti
moda angkutan di terminal. Dari fungsi tersebut,
terminal merupakan “tujuan antar” bagi penumpang yang
dapat diartikan kebutuhan “semu” (Suwajoko, 1990:109).
Karena merupakan tempat konsentrasi penumpang,
maka terminal harus terletak pada lokasi yang potensial
sebagai asal dan tujuan perjalan. (Departemen
Perhubungan, 1998:60). Jumlah penumpang dari dan menuju
suatu terminal sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan
dan intensitas kegiatan yang ada sangat dipengaruhi
oleh bangkitan dan tarikkan jalanan yang ditimbulkan
(Black, 1981:24). Lokasi yang potensial sebagai tempat
asal dan tujuan perjalanan tersebut umumya berupa
kawasan mixed use, atau tempat pemusatan berbagai
kegiatan sekaligus (Departemen Perhubungan, 1998:60).
Dalam suatu terminal, selalu terjadi antrian
penumpang karena jumlah penumpang maupun karena jadwal
kendaraan. Manfaat lainnya adalah untuk kenyamanan
menunggu, kenyamanan perpindahan dari suatu moda atau
kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat
fasilitas-fasilitas informasi dan parkir kendaraan
pribadi.

2.3.3 Segi Politik


Lokasi terminal harus dapat memenuhi beberapa
ketentuan yaitu mempunyai akses kedalam jaringan jalan
lintas cepat, terkait didalam system transit lokal,
keterpusatan terhadap lokasi penumpang potensial,
ketersediaan akan lahan parkir (Creighton, 1976:585).
Terminal haruslah terletak pada lokasi yang dapat
dicapai secara cepat dari jalan atau jalan utama kota.

14
Hal tersebut disebabkan alat angkutan antar kota harus
dapat mencapai terminal secara langsung dengan aman,
cepat dan murah (Vachie/ 1981).
1) Persyaratan terminal penumpang menurut Keputusan
Menteri Perhubungan nomor 31 tahun 1995 harus
memperhatikan:
2) Rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan
bagian dari rencana umum jaringan transportasi
jalan.
3) Rencana umum tata ruang.
4) Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan
disekitar terminal.
5) Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun
antar moda.
6) Kondisi topografi, lokasi terminal.
7) Kelestarian lingkungan.
Persyaratan lokasi terminal tipe A:
1) Terletak di ibukota propinsi, kota atau kabupaten
dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi
dan atau angkutan lintas negara.
2) Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan
sekurang-kurangnya kelas III A.
3) Jarak antar dua terminal penumpang tipe A
sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, 30 km di
Pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya. Luas
lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk
terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 ha di
pulau lainnya.
4) Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke
dan terminal sekurangkurangnya berjarak 100 meter
di Pulau Jawa dan 50 meter di pulau lainnya.

15
Persyaratan lokasi terminal tipe B:
1) Terletak di kota atau kabupaten dan dalam jaringan
trayek angkutan kota dalam propinsi.
2) Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan
kelas jalan sekurangkurangnya kelas III B.
3) Jarak antar dua terminal penumpang tipe B dengan
terminal tipe A sekurang-kurangnya 15 km di Pulau
Jawa, 30 km di pulau lainnya.
4) Tersedianya luas lahan sekurang-kurangnya 3 ha
untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, 2 ha di
pulau lainnya.
5) Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke
dan dari terminal sekurang-kurangnya berjarak 50
meter di Pulau Jawa dan 30 meter di pulau lainnya.
Persyaratan lokasi terminal tipe C:
1) Terletak di dalam wilayah kabupaten dan dalam
jaringan trayek angkutan pedesaan.
2) Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas
jalan paling tinggi III A, tersedia lahan yang
sesuai dengan permintaan angkutan.
3) Mempunyai jalan akses masuk atau keluar ke dan
dari terminal sesuai kebutuhan untuk kelancaran
lalu lintas di sekitar terminal.

Untuk mengembangkan sebuah wilayah secara optimal,


dibutuhkan intervensi dan kebijakan pemerintah agar
mekanisme pasar tidak menimbulkan dampak-dampak negatif
terhadap lingkungan. Kebijakan tersebut meliputi
upayaupaya pengembangan kegiatan kegiatan sosial
ekonomi di kawasan-kawasan yang terdapat didalam
wilayah tersebut agar kegiatan-kegiatan tadi tersebar

16
sesuai dengan potensi kawasan dan infrastruktur
pendukungnya (Riyadi, 2002:63).
Kebijakan pengembangan wilayah adalah berupa
arahan-arahan pengembangan kawasan-kawasan produksi,
pusat permukiman, simpul-simpul transportasi (laut,
darat, udara) serta jaringan infrastruktur pendukungnya
sesuai dengan tujuan sosial ekonomi yang diharapkan.
Perumusan kebijakan ini biasanya didasarkan pada
kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah. Ditingkat
nasional, arah kebijakan pengembangan sosial ekonomi
dan pengembangan wilayah di jelaskan dalam GBHN dan
PROPENAS, sedangkan ditingkat daerah dijabarkan rencana
tata ruang wilayah. (Riyadi, 2002:63).
Menurut Wiliam N. Dunn (1998) menyebutkan bahwa
proses kebijakan adalah serangkaian aktifitas
intelektual yang dilakukan didalam proses kegiatan yang
pada dasarnya bersifat politis. Aktifitas politis
tersebut dijelaskan sebagai proses pembuat kebijakan
dan divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang
saling bergantung, yang diatur menurut urutan waktu,
yaitu dimulai dari penyusunan agenda, formulasi
kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dan
penilaian kebijakan.

2.3.4 Segi Kewilayahan


Pengembangan wilayah (regional development)
mengandung pengertian adanya perubahan pada tingkat
produktifitas wilayah, yang diukur melalui populasi,
kesempatan kerja, pendapatan dan nilai tambah industri.
Selain itu pengembangan wilayah juga mencakup
pengembangan sosial seperti perbaikan derajat kesehatan

17
dan kesejahteraan, kualitas lingkungan, fasilitas umum
dan sebagainya.
Menurut Whyne-Hammond (dalam Daldjoeni, 1998:207),
perkembangan wilayah terutama pinggiran kota disebabkan
oleh tiga hal yaitu pertama, meningkatnya pelayanan
sistem transportasi kota dan kemampuan memiliki
kendaraan yang meningkat yang membuat jarak tidak
menjadi masalah.
Akibatnya terjadi eksploitasi lahan sub urban
menjadi kawasan perumahan dan penduduk kota. Kedua,
bertambahnya penduduk sub urban, yang meramaikan sub
urban tersebut, sebab disamping penduduk baru yang
datang tidak hanya dari kota saja tetapi juga dari
desa-desa sekitarnya. Ketiga, meningkatnya taraf
kehidupan penduduk sub urban yang memungkinkan orang
menempatkan rumah yang lebih baik dan ideal.
Pembangunan terminal di wilayah pinggiran kota
akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan wilayah
disekitarnya. Keberadaan terminal dapat menambah
aktivitas, seperti perdagangan, jasa dan transportasi
di wilayah tersebut, sehingga mampu meningkatkan
aksesbilitas serta dapat menyerap tenaga kerja, ini
dapat memberikan nilai tambah yang mampu menarik
sumberdaya ke sekitar lokasi tersebut. Apabila hal ini
terus berkembang dapat menyebabkan peningkatan kondisi
wilayah tersebut. Selain itu peningkatan perdagangan
dan transportasi yang ada pada wilayah itu akan
mempengaruhi hampir seluruh sektor. Perubahan ini
menyebabkan perkembangan wilayah kota secara
keseluruhan (Forbes, 1969:234). Disamping itu karena
terminal sebagai tempai transit baik untuk angkutan

18
umum penumpang antar kota maupun antar wilayah,
mempunyai peran yang penting. Terminal sebagai simpul
pertemuan angkutan umum penumpang menjadi titik
potensial pengembangan kawasan, pusat kegiatan,
pertumbuhan dan perkembangan wilayah.

2.4 Tata Guna Lahan

2.4.1. Deskripsi Guna Lahan


Guna lahan merupakan kebijakan Pemerintah kota
yang bersifat dua dimensional (dalam bentuk peta) tapi
berpengaruh pada rancangan tiga dimensi (bangunan) di
atas lahan tersebut. Guna lahan juga berkaitan dengan
sirkulasi dan perparkiran.
Pengertian yang luas digunakan tentang lahan ialah
suatu daerah permukaan daratan bumi yang ciri-cirinya
mencakup segala tanda pengenal, baik yang bersifat
cukup mantap maupun yang dapat diramalkan bersifat
mendaur, dari biosfer, atmosfer, tanah geologi,
hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil
kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini, sejauh
tanda-tanda pengenal tersebut memberikan pengaruh murad
atas penggunaan lahan oleh manusia pada masa kini dan
masa mendatang (FAO, 1977).
Lahan merupakan kesatuan berbagai sumberdaya
daratan yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem
struktural dan fungsional. Sifat dan perilaku lahan
ditentukan oleh macam sumberdaya yang merajai dan macam
serta intensitas interaksi yang berlangsung antar
sumberdaya. Faktor-faktor penentu sifat dan perilaku
lahan tersebut bermatra ruang dan waktu. Maka lahan
selaku suatu ujud pun bermatra ruang dan waktu.

19
2.4.2. Sistem Penggunaan Lahan

a) Sistem Kegiatan, dalam sistem ini guna lahan


mencerminkan macam kegiatan yang berlangsung di
atas lahan tersebut. Macam guna lahan: permukiman,
perdagangan, perkantoran,pendidikan, rekreasi,
industri, dsb.

b) Sistem Pengembangan lahan, terdapat lahan yang


belum dikembangkan untuk fungsi perkotaan, dan ada
yang sudah. Macam guna lahan: pertanian, hutan,
dan area terbangun.

c) Sistem Lingkungan, merupakan lokasi sumberdaya


yang perlu dilindungi dan lokasi pemakai
sumberdaya. Macam guna lahan: kawasan lindung,
kawasan budidaya.

2.4.3. Pengaruh Guna Lahan Terhadap Pergerakan


Sistem transportasi perkotaan terdiri dari
berbagai aktivitas yang berlangsung di atas sebidang
tanah dengan tata guna lahan yang berbeda. Untuk
memenuhi kebutuhannya manusia melakukan perjalanan
diantara dua tata guna lahan tersebut dengan
menggunakan sistem jaringan transportasi. Hal ini
menimbulkan pergerakan arus manusia, kendaraan dan
barang yang mengakibatkan berbagai interaksi. Hampir
semua interaksi memerlukan perjalanan dan oleh sebab
itu menghasilkan pergerakan arus lalu lintas (Tamin,
1997:30).
Karateristik dan intensitas perjalanan penggunaan
lahan akan mempengaruhi karateristik pergerakan
penduduk. Pembentuk pergerakan ini dibedakan atas
pembangkit pergerakan dan penarik pergerakan. Perubahan

20
guna lahan akan mempengaruhi pada peningkatan bangkitan
perjalanan yang akhirnya akan menimbulkan peningkatan
prasarana dan sarana transportasi. Sedangkan besarnya
tarikan pergerakan ditentukan oleh tujuan atau maksud
perjalanan (Black, 1981:29).

21
BAB III
MASALAH TERMINAL DALAM PRASARANA WILAYAH DAN KOTA

3.1 Masalah Manajemen Terminal Giwangan


Terminal Giwangan merupakan simpul transportasi
umum/darat yang sangat penting bagi Kota Yogyakarta.
Terminal pengganti dari Terminal Umbulharjo ini
dibangun dengan dual alasan. Pertama, kebutuhan pemkot
untuk menyediakan terminal yang representatif dari sisi
luas dan fasilitas keterminalan; dan kedua, kebutuhan
untuk mengembangkan ekonomi di kawasan kota bagian
Selatan. Guna menghadirkan terminal yang dicita-
citakan, pemkot menggandeng pihak swasta. Sejak awal
rencana pembangunan pada tahun 1996, tercatat 3
perusahaan swasta telah terlibat dalam pembangunannya.
Yaitu PT. Obor Mas (1998); PT Gugus Rimbarta (1999-
2002); dan PT. Perwita Karya (2002-2009). Perubahan
mitra ini disebabkan oleh kegagalan mitra kerja
pemerintah kota (swasta) untuk memenuhi kesepakatan-
kesepakatan dalan perjanjian kerjasama. Selain itu
kelancaran proses pembangunan juga sempat terhambat
karena krisis ekonomi yang sempat melumpuhkan
bekerjanya sektor riil.
Kerjasama dengan PT. Perwita Karya dilakukan
dengan sistem BOT (built operate and transfer) selama
30 tahun. Semenjak diresmikan pada tahun 2004, tercatat
beberapa capaian yang telah dihasilkan yang dapar
dilihat pada tabel III.1 berikut ini.

22
Tabel III.1
Tabel Pecapaian Terminal Giwangan berdasar Fungsinya

Sumber : Program Studi Ilmu Politik UGM, 2009

Namun demikian, pada faktanya terdapat beberapa


persoalan mendasar yang kemudian berimplikasi pada
kegagalan kerjasama:
1. Skema kerjasama yang timpang. Hal ini misalnya
dapat ditilik dari ketimpangan hak dan kewajiban antara
kedua pihak. Dimana pemkot sebagai pihak pertama,
memberikan pinjaman sertifikat tanah kepada PT. Perwita
agar digunakan sebagai modal pembangunan, dll.
2. Kegagalan mitra pemkot dalam menyediaan
fasilitas pendukung (mal). Padahal, mal dibayangkan
menjadi jangkar perekonomian kota bagian Selatan dan
diproyeksikan memberikan keuntungan ekonomi yang besar
sehingga bisa segera menutup biaya pembangunan.
Lemahnya kontrol pemkot terhadap kinerja mitra
kerjasama. Hal ini berimplikasi pada: (a) keleluasaan

23
pihak kedua dalam memodifikasi lay out bangunan
sehingga menghasilkan bentuk bangunan yang tidak
efektif yang kemudian menyebabkan kesulitan akses
transaksi ekonomi dan penjagaan keamanan, dll. (b)
Pemanfaatan bangunan yang tak maksimal yang menyebabkan
sector-sektor ekonomi (kios) sepi pengunjung, dan
kesulitan akses parkir bus. (c) Fungsi pemerintah
sebagai pelindung kepentingan pedagang kecil yang tidak
berjalan baik. keterbatasan pegawai. Hal ini merupakan
efek dari perubahan kedudukan Bagian Kerjasama menjadi
sub bagian, di tengah banyaknya pekerjaan kerjasama;
dan belum ditemukannya mekanisme pengawasan lintas
dinas-badan yang efektif. (e) Lemahnya manajemen
terminal sebagai akibat dari lemahnya pembagian tugas
dan koordinasi dari dua struktur di terminal (UPT
Terminal DInas Perhubungan dan struktur manajemen PT.
Perwita).
Kegagalan kerjasama ini pada gilirannya juga
menghasilkan sejumlah konsekuensi bagi pemkot, seperti
beralihnya kewajiban penggajian pegawai dan pembayaran
hutang kepada pemkot. Persoalan-persoalan kelembagaan
dan pengelolaan juga bermuara pada ketidaketivan
penyelenggaraan fungsi pelayanan publik dan fungsi
komersil.
Kegagalan kerjasama, pada sisi lain, keharusan
untuk terus menyelenggarakan pelayanan publik bidang
keterminalan dan kebutuhan untuk terus mengembangkan
fungsi komersiil terminal mengharuskan dipikirkannya
format kelembagaan terminal. Berkaitan dengan hal itu,
beberapa pilihan telah disajikan, diantaranya dengan
memilahkan manajemen pelayanan publik dan manajemen

24
komersil. Pilihan-pilihan tersebut dibuat dengan
mempertimbangkan derajat keterlibatan pemerintah dan
swasta dalam pilihan kebijakan, berikut ini adalah
tabel hubungan manajemen terminal.

Tabel III.1
Tabel Hubungan Manajemen Terminal

Sumber : Program Studi Ilmu Politik UGM, 2009

Sekalipun pemkot telah mengalami kegagalan dengan


3 kemitraan sebelumnya, namun alternatif kemitraan
tetap disuguhkan karena peluang efektivitas
penyelenggaraan fungsi terminal. Namun demikian,
kerjasama dengan swasta harus mempertimbangkan beberapa
hal, seperti pemilihan rekan kerjasama yang memenuhi
syarat-syarat tertentu, sharing keuntungan dan sharing
risiko yang imbang antara kedua pihak, serta manajemen
pengawasan kerjasama yang baik. Kerjasama dengan swasta
juga harus mempertimbangkan pilihan bentuk kerjasama
dan derajat keterlibatan swasta dalam kerjasama.
Dan jikalau pemkot kemudian hanya memilih
alternatif ke-3, ke-2, dan ke-7, maka beberapa hal
harus digarisbawahi. Pemilahan secara tegas dari sisi
kelembagaan antara fungsi klasik keterminalan yang
dikelola oleh UPT Terminal, dan fungsi ekonomi yang
menjadi tanggungjawab BUMD harus dilakukan. Pemilahan

25
ini akan mempermudah optimalisasi masing-masing fungsi,
namun sekaligus melahirkan kompleksitas kelembagaan
karena akan ada dua pemimpin di kawasan tersebut. Untuk
itu, jika pilihan ini diambil maka harus dikembangkan
sistem pembagian otoritas dan sistem koordinasi yang
terkontrol dan tegas.
Sementara itu, jika pilihan kelembagaan kedua
adalah menempatkan kedua fungsi di bawah satu
kepemimpinan. Dalam pilihan ini, fungsi keterminalan
klasik menjadi salah satu bagian dalam kelembagaan
tersebut. Dikarenakan pengelolaan keterminalan
membutuhkan ketrampilan teknis yang khusus, maka
pengelolaan bidang ini tetap melibatkan Dinas
Perhubungan yang secara profesional memang dibentuk
untuk menangani masalah tersebut.
Di luar bentuk kelembagaan tersebut, agar bisa
mengelola secara optimal fungsi-fungsi yang berada di
kawasan Terminal Giwangan, maka sejumlah prasyarat
organisasional harus diletakkan. Ada 3 prasyarat yang
perlu dipertimbangkan, yaitu: 1) perbaikan lay out
terminal sehingga lebih ramah pelayanan kepada
penumpang dan optimal sebagai kawasan ekonomi; 2)
manajemen risiko yang memproyeksi secara komprehensif
berbagai bentuk resiko dari pilihan manajemen
pengelolaan; dan 3) penciptaan corporate culture yang
bertumpu pada sharing of interest diantara stakeholders
keteriminalan.

26
3.2 Masalah Penggunaan Lahan di Sekitar Kawasan
Terminal Giwangan
Pemanfaatan ruang didasarkan atas pertimbangan
dari tata guna lahan, pola aktivitas dan mobilisasi
penduduk, keberadaan jaringan transportasi, persebaran
dan ketersediaan fasilitas dan utilitas, potensi,
kendala limitasi fisik alam. Penggunaan tanah merupakan
proses dinamis yang menggambarkan kegiatan penduduk di
daerah bersangkutan. Berdasarkan luas wilayah Kelurahan
Giwangan sebesar ± 1.26 ha, pola pemanfaatan penggunaan
lahan terbentuk oleh aktivitas kota atau dalam
pengertian lain dominasi kegiatan akan membentuk pola
pemanfaatan ruangnya. Bila dilihat distribusi
penggunaan lahan di Kelurahan Giwangan secara umum
terdiri dari penggunaan lahan terbangun yang terdiri
atas perumahan, jasa, perusahaan dan Industri sedangkan
penggunaan lahan non terbangun terdiri atas lahan
pertanian.
Selain untuk pertanian, penggunaan lahan di
Kelurahan Giwangan juga didominasi untuk permukiman.
Luas wilayah Kelurahan Giwangan adalah 1.26 ha yang
memiliki 13 RW dan 42 RT dengan kepadatan penduduk
sebesar 5,108. Keberadaan permukiman ini sangat penting
dalam kaitannya dengan kegiatan transportasi di
Kelurahan Giwangan. Kegiatan perumahan dan transportasi
merupakan kegiatan yang mempunyai hubungan relatif kuat
terhadap komponen kegiatan kota sehingga sulit untuk
dipisahkan. Disamping itu keberadaan permukiman sangat
penting dalam kaitannya dengan kesejahteraan penduduk
dan motivasi penduduk untuk mendapatkan berbagai

27
fasilitas pelayanan yang berkaitan dengan aktivitas
sehari-hari.
Penduduk dengan kegiatan sehari-harinya bergerak
dibidang perdagangan dan jasa maupun kegiatan yang
lain, akan berorientasi pada lokasi-lokasi yang dekat
dan mempunyai tingkat kemudahan (aksesibilitas)
pencapaian terhadap lokasi kegiatan tersebut. Bila
dikaitkan dengan keberadaan Terminal Giwangan,
keberadaan permukiman yang merupakan daerah bangkitan
pergerakan penduduk sangat berpengaruh terhadap fungsi
pemanfaatan terminal. Karena terminal merupakan tempat
konsentrasi penumpang, maka terminal harus terletak
pada lokasi yang potensial sebagai asal dan tujuan
perjalan yang salah satunya adalah daerah permukiman.

28
BAB IV
KONSEP MANAJEMEN TERMINAL GIWANGAN

4.1 Fungsi Manajemen Terminal Giwangan


Menurut Budi (2005: 182-183) dalam buku
pembangunan kota tinjauan regional dan lokasi terminal,
terminal berfungsi untuk:
1. Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan moda
transportasi.
2. Menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas.
3. Menyediakan tempat utuk menyiapkan kendaraan.
Berikut ini adalah gambar 2.1 tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi pengelolaan terminal yang
terarah (Coach Terminal).

Gambar 2.1
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Terminal
Yang Terarah (Coach Terminal)

Terminal merupakan simpul dalam sistem jaringan


transportasi jalan yang berfungsi pokok sebagai
pelayanan umum yaitu tempat untuk naik turun penumpang
atau bongkar muat barang untuk pengendalian lalu lintas
dan angkutan kendaraan umum, serta sebagai tempat
pemberhentian intra atau antar moda transportasi.
Sesuai dengan fungsi tersebut, maka penyelenggaraan
Terminal Giwangan berperan menunjang tersedianya jasa
transportasi yang sesuai dengan kebutuhan lalu lintas
dan pelayanan angkutan aman, cepat, tepat, teratur dan
biaya yang terjangkau masyarakat.

29
Berbagai fungsi pengelolaan di Terminal Giwangan
perlu dievaluasi untuk menyusun manajemen (pengelolaan)
dan organisasi pengelola terminal di masa yang akan
datang yang lebih baik. Menurut Gromule (2007)
perkembangan fungsi umum terminal harus dilaksanakan,
diantisipasi perkembangannya dengan pola sebagaimana
diilustrasikan pada Gambar 2.2.

Gambar 2-2 :
Faktor-faktor Yang Menentukan Dalam Pengelolaan
Logistik Terminal

Pemanfaatan lokasi sejalan dengan perkembangan


cakupan wilayah (pangsa pasar), faktor dukungan dari
pemerintah, infrastruktur yang tersedia serta kerjasama
yang terbentuk dalam pengembangan terminal perlu
dikelola dengan sumber daya manusia yang ada.

30
Pengelolaan atas faktor tersebut hendaknya juga
dipadukan dengan teknologi yang dimiliki.
Hub dalam pengertian umum adalah tempat atau node
tempat orang berkumpul dan beraktivitas untuk memulai
bepergian atau datang dari suatu tempat. Passenger
Logistic Hub (PLH) secara harfiah dapat diidentikan
dengan terminal tempat orang melakukan transit dengan
segala logistic atau sarana pendukungnya. Dalam lokasi
ini infrastruktur social dan fisik dikoordinasikan dan
diatur pemanfaatannya demi kepentingan semua pihak yang
terlibat.
Berdasarkan model diatas, maka sebuah terminal
secara organisasi merupakan kesatuan infrastruktur
fisik, sosial, aktivitas pemanfaatan dan pengaturan
interaksi semua pihak yang berkehendak melakukan
transit / bepergian dan datang dari atau menuju suatu
tempat.
Keberhasilan management organisasi terminal
tergantung pada aspekaspek berikut ini :
1. Lokasi.
2. Dukungan pemerintah sebagai otoritas, eksekutif
yang mengatur semua kepentingan stakeholder dan
keperluan pembangunan wilayah.
3. Infrastruktur pelayanan logistic, termasuk dalam
hal ini anggaran dana operasional (dalam konteks
Negara antara lain APBN/APBD).
4. Kerjasama antara otoritas dengan berbagai pihak,
dalam hal ini kerjasama antara pihak terminal
dengan perusahaan bis, penyewa lokasi dan reklame
serta pihak lain.
5. Kualitas sumber daya manusia (SDM) terminal.

31
6. Perkembangan system informasi manajemen,
mekanisme pelaporan, perencanaan, dan
pertanggungjawaban (akuntabilitas dan
disclosure).

Berbagai hal tersebut diatas menjadi faktor yang


perlu diperhatikan untuk evaluasi ataupun mengembangkan
manajemen organisasi terminal. Penilaian yang dilakukan
tentunya harus mengimplementasikan variable-variabel
dalam model tersebut pada elemen-elemen peraturan yang
menjadi pedoman operasi terminal. Peraturan yang
dimaksud antara lain adalah Undang-Undang, Peraturan
Daerah dan Surat Keputusan Kepala Daerah (Gubernur,
Walikota/Bupati).

4.2 Sasaran Manajemen Terminal Giwangan dalam


Prasarana Wilayah dan Kota
Sasaran dalam Manajemen Terminal Giwangan sebagai
prasarana wilayah dan kota dimaksudkan dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan pengelolaan terminal
adalah untuk menunjang kelancaran mobilitas orang dan
barang serta menjamin keterpaduan intra dan antar moda
transportasi, baru kemudian sebagai salah satu sumber
pendapatan asli daerah.
Pengelolaan Terminal Giwangan diharapkan mampu
menyesuaikan dengan perkembangan, terkendali dan
terarah (coach terminal) berkaitan dengan perencanaan,
infrastruktur, system management dan informasi,
lingkungan dan kerjasama serta pengaturan bebagai
kepentingan yang aktif dalam kawasan terminal. Berbagai
kepentingan yang ada dalam terminal yaitu meliputi

32
aktivitas transit, kewenangan, sistem pengendalian
serta berbagai kepentingan yang mempengaruhi
pengelolaan terminal secara terarah dan terkendali
sesuai dengan tuntutan perkembangan di masa depan.

33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada
Bab-bab sebelumnya, maka dari studi ini dapat
disimpulkan :
1. Manajemen Terminal Giwangan sebagai prasarana
wilayah dan kota terdapat beberapa persoalan
mendasar yang kemudian berimplikasi pada kegagalan
kerjasama.
2. Persoalan mendasar dalam manajemen Terminal
Giwangan adalah skema kerjasama yang timpang dan
kegagalan mitra pemkot dalam menyediakan fasilitas
pendukung.
3. Keberadaan permukiman disekitar kawasan Terminal
Giwangan sangat penting dalam kaitannya dengan
kegiatan transportasi karena keberadaan permukiman
sangat penting dalam kaitannya dengan
kesejahteraan penduduk dan motivasi penduduk untuk
mendapatkan berbagai fasilitas pelayanan yang
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
4. Kegiatan penduduk disekitar kawasan Terminal
Giwangan berorientasi pada lokasi-lokasi yang
dekat dan mempunyai tingkat kemudahan
(aksesibilitas) pencapaian terhadap lokasi
kegiatan tersebut.

5.2 Saran
Adapun Saran yang diberikan oleh penyusun dalam
studi ini adalah sebagai berikut:

34
Penambahan dan perencanaan fasilitas Terminal
Giwangan sebagai simpul transportasi umum/darat
yang sangat penting bagi Kota Yogyakarta.
Peninjauan terhadap lembaga sebagai mitra
kerjasama pengelola Terminal Giwangan secara
komprehensif dan berkelanjutan.
Memperkuat kontrol Pemkot terhadap kinerja mitra
kerjasama dalam modifikasi Lay Out bangunan agar
tidak terjadi kesalahan yang menyebabkan ketidak
efektifan bangunan.

35
DAFTAR PUSTAKA

-----, 2002; Perencanaan Perubahan Jalur Angkutan


Perkotaan Terhadap Beroperasinya Terminal Giwangan
Yogyakarta, Dinas Perhubungan Propinsi DIY,
Yogyakarta.
-----, 1996; Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Yang
Tertib. Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat, 1996, Jakarta.

Kelompok Website
http://www.eprints.undip.ac.id/16905/1/DADI_MURADI.pdf
http://www.jambiprov.go.id/pages/.../4_metodologi_revisi_
dgrims.pdf
http://www.usdrp-indonesia.org/files/downloadContent/
1186.pdf

36

Anda mungkin juga menyukai