Anda di halaman 1dari 14

UPAYA PENINGKATAN LOAD FACTOR BST (Batik Solo Trans)

Disusun untuk memenuhi persyaratan Ujian Tengah Semester


Pengantar Manajemen Aset

DISUSUN OLEH :

APRI IRAWAN (S942002003)


HILMY AL MAGTHANI (S942002007)
ESTHI RAHMAWATI RW (S942008007)
VIA AZIZUL SAPUTRI K (S942008024)

MAGISTER PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI INFRASTRUKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin bertambahnya penduduk di Indonesia, semakin meningkat pula


masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Bertambahnya penduduk di Kota
Surakarta ditandai dengan laju pertumbuhan dari tahun 2018 hingga 2019 yang dapat
dilihat pada Tabel 1.
Table 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Di Kota Surakarta

Kecamatan Penduduk Laju Pertumbuhan Persentase Kepadatan Rasio


(ribu) Penduduk per Tahun Penduduk Penduduk Jenis
2018 - 2019 per km2 Kelamin
Laweyan 102 524 0,64 17,82 11 866,20 95,83

Serengan 54 671 0,64 9,50 17 138,24 96,08

Pasar 86 890 0,63 15,11 18 026,97 97,99


Kliwon
Jebres 147 694 1,12 25,68 11 740,38 98,01

Banjarsari 183 541 1,29 31,89 12 386,97 96,78

Kota 575 230 0,97 100,00 13 061,53 97,04


Surakarta
Hasil 519 587 0,33 100,00 11 798,07 94,61
Proyeksi
(Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta)

Dari Tabel 1 dapat dilihat laju pertumbuhan setiap tahunnya mengalami


peningkatan. Faktor peningkatan di Kota Surakarta ini karena Kota Surakarta ini
terdapat industri, pusat perbelanjaan, sekolah yang berkembang cukup pesat sehingga
dari peningkatan jumlah penduduk tersebut berbanding lurus dengan pengguna jalan
raya yang menyebabkan meningkatknya volume lalu lintas. Sementara itu, gaya hidup
masyarakat dan perkembangan teknologi otomotif yang cukup pesat membawa
dampak pada kepadatan lalu lintas transportasi yang tidak selaras dengan kapasitas
jalan sehingga terjadilah kemacetan, pelanggaran lalu lintas bahkan kecelakaan lalu
lintas. Namun permasalahan lalu lintas ini tidak hanya karena faktor kapasitas jalan
saja, karena dibeberapa titik Kota Surakarta sudah dilakukan pelebaran jalan sehingga
kesalahan tidak hanya dari faktor luas jalan raya yang ada namun perlu adanya
evaluasi baik dari kebijakan yang terkait. Pemerintah Kota Surakarta sudah cukup
kompleks membuat peraturan, hanya saja ketaatan dan kepatuhan pengguna jalan
sangat diperlukan guna meningkatkan tingkat keamanan jalan.
Pemerintah telah menyediakan salah satu kebutuhan publik yaitu Batik Solo Trans
(BST) guna mereformasi sistem angkutan umum konvensional menjadi sistem
angkutan yang baru dan tujuan utamanya untuk mengurangi volume lalu lintas yang
diharapkan pengguna tidak membawa lagi kendaraan pribadi dan beralih
menggunakan kendaraan publik. Proyek ini sudah berkembang, namun masih belum
banyak pengguna ruas jalan menggunakan angkutan publik ini. Untuk mengetahui
sejauh mana pengguna jalan beralih kekendaraan publik yaitu BST (Batik Solo Trans),
dapat dilakukan suatu upaya guna mengevaluasi bagaimana meningkatkan load factor
dari BST (Batik Solo Trans).

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana upaya yang harus dilakukan guna peningkatan loadfactor BST (Batik Solo
Trans)

1.3. Tujuan

Mengetahui upaya peningkatan dari load factor BST (Batik Solo Trans).

1.4. Manfaat

1. Diharapkan dari hasil pembahasan ini dapat dijadikan sebuah masukan bagi
pemangku kepentingan kota Surakarta dalam pengambilan keputusan dalam rangka
peningkatan load factor transportasi umum di Kota Surakarta.
2. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis berkaitan dengan load
factor transportasi umum di Kota Surakarta.
3. Pembahasan ini nantinya dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Load Factor

Rasio jumlah penumpang yang diangkut dengan kapasitas tempat duduk per
satuan waktu tertentu biasanya dinyatakan dalam persen (The World Bank, 1986
dalam Asikin, Zainal, 2001). Nilai ini diperlukan untuk menentukan aksebilitas yang
diberikan dan memberikan gambaran realibilitas dari transportasi perkotaaan.Pada
jam-jam sibuk nilai okupasi dapat melebihi batas-batas yang diinginkan, maka
frekuensi pelayanan dan kapasitas bus juga harus meningkat.

1.2 Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas merupakan variabel yang penting dalam rekayasa lalu lintas
dan menjadi dasar jumlah pergerakan dalam suatu ruas per satuan waktu. Pergerakan
yang dihitung meliputi moda lalu lintas, seperti : pejalan kaki, mobil, bus atau mobil
barang, atau kelompok campuran moda. Periode waktu disesuaikan dengan tujuan
studi, konsekuensi, tingkat ketepatan, jangka waktu, dan pembagian arus. Studi
volume lalu lintas pada dasarnya bertujuan untuk menetapkan nilai kepentingan relatif
suatu rute, fluktuasi arus lalu lintas, distribusi lalu lintas, kecenderungan pemakai
jalan (Risdiyanto, 2014).

1.3 Sistem Jaringan Transportasi

Sistem jaringan merupakan prasarana dalam rangka pemenuhan kebutuhan


manusia dalam sistem kegiatan. Prasarana transportasi yang menjadi bentuk sistem
transportasi mikro meliputi sistem jaringan jalan raya, kereta api, terminal, bandara,
dan pelabuhan laut (Laraswati, D.A., 2019).

1.4 UU No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan

Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan


yang selamat, nyaman, aman, dan terjangkau dengan pelayanan angkutan orang
dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek dan angkutan orang dengan
kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek.
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi pengamatan objek penelitian dilakukan di Kota Surakarta khususnya pada


daerah yang dikembangkan jalur Batik Solo Trans (BST).

Gambar 1. Peta Kota Surakarta


(Sumber : Wikipedia)

3.2 Rancangan Data

Data diambil dari penelitian terdahulu, website dan kasus - kasus dari
permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan prasarana transportasi BST (Batik
Solo Trans) yang direlevansikan dengan teori - teori yang ada serta peraturan
pemerintah.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam rangka meningkatkan load factor pada Batik Solo Trans (BST), dapat
dilakukan dengan mengevaluasi dari pokok permasalahan yang ada di lapangan.
Solusi dari permasalaan tersebut didapatkan hasil diskusi yang kaitkan dengan
literatur antara lain sebagai berikut.

4.1 Permasalahan

1.Kebijakan Pemerintah
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan load factor BST
adalah melalui kebijakan pemerintah kota. Bagaimana kebijakan dapat meningkatkan
load factor , yaitu dengan menekan masyarakat melalui kebijakan yang dikeluarkan.
Adanya sebuah kebijakan yang dikeluarkan maka masyarakat akan menyesuaikan.
Penyesuaian ini yang nantinya akan menjadi sebuah habbit atau kebiasaan masyarakat.
Setelah menjadi kebiasaan, maka hal tersebut akan menjadi sebuah kebutuhan yang
harus terpenuhi. Dapat dikatakan kebijakan akan menimbulkan sebuah perilaku hidup
dan kebutuhan yang baru.
Sebuah kebijakan dalam dunia transportasi akan merubah bagaimana perilaku
masyarakat dalam bertransportasi di suatu wilayah. Kebijakan untuk menekan
penggunaan kendaaraan pribadi akan melahirkan kebutuhan akan transportasi umum.
Pada kasus ini transportasi umum berupa BST sudah tersedia. Namun tingkat
keterisian atau load factor yang belum maksimal. Beberapa kebijakan dapat
dikeluarkan untuk menekan penggunaan kendaraan pribadi, sehingga masyarakat
beralih menggunakan transportasi umum (BST). Apabila habbit untuk menggunakan
transportasi umum telah tercipta maka demand akan BST meningkat. Sehingga
tingkat keterisian atau load factor dapat meningkat.

2. Sistem Jaringan Transportasi


Terdapatnya garis semu pada wilayah pinggir daerah operasional Bus Batik solo
Trans menciptakan beberapa masalah semisal keseragaman perawatan halte
dibeberapa titik yang diluar kewenangan Pemkot solo, keterjangkauan jaringan
operasi bus pada daerah di pinggir kota, Potongan pajak terminal dsb. Yang
mengakibatkan operasional bus pada wilayah tersebut belum mencapai
keoptimalannya. Hal ini di sebabkan belum ada kesepahaman pada area operasi
tersebut dalam bentuk peraturan daerah, atau undang-undang yang menaunginya.

3. Operasional
Pengaturan transportasi umum merupakan suatu usaha untuk menciptakan
pergerakan transportasi umum yang teratur, cepat, tepat dan efisien serta memberikan
manfaat kepada semua pihak. Aspek-aspek operasional perlu ditingkatkan terkait
upaya peningkatan load factor transportasi umum di Kota Surakarta. Peningkatan
aspek operasional mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen sehingga mampu
meningkatkan load factor transportasi umum.

4.2 Solusi

1. Kebijakan Pemerintah
Beberapa kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah yaitu :
i. Meningkatkan tarif parkir
Tarif parkir yang tinggi menjadi salahsatu penyebab keengganan masyarakat
Jepang menggunakan kendaraan pribadi. Tarif parkir di Kota Tokyo Jepang sebesar
600 yen per jam atau sekitar Rp 60.000 (Ni Putu Ana, 2015). Tentusaja bukanlah
nominal yang kecil untuk parkir. Kebijakan tarif parkir mahal juga sedang menjadi
wacana hangat di DKI Jakarta akhir-akhir ini. Kebijakan ini digadang-gadang akan
membangun sebuah kebiasaan baru penggunaan transportasi umum. Meningkatkan
tarif parkir akan menuai pro dan kontra tentu saja. Namun menaikkan tarif parkir akan
menjadi sebuah kebijakan yang dapat menekan penggunaan kendaraan pribadi
terutama mobil. Berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi berarti orang akan
beralih menggunakan kendaraan umum. Hal ini dapat meningkatakan tingkat
keterisian bus /load factor dari BST. Selain dapat meningkatkan load factor,
kebijakan ini juga berdampak pada penurunan volume kendaraan bermotor. Jalanan
menjadi lebih lengang dan polusi udara akan berkurang.
ii. Mengurangi kantong parkir
Mengurangi kantong parkir dapa menjadi terobosan untuk mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi. Sulitnya mendapatkan parkir kendaraan akan memicu
masyarakat yang kesal ketika hendak memarkirkan kendaraannya. Hal inilah yang
harus diterapkan, menimbulkan efek jera pada pengguna kendaraan. Ketika orang-
orang sudah malas untuk mencari tempat parkir kendaraannya. Maka mereka akan
mencari solusi lain yang lebih mudah. Tidak ada cara lain selain menggunakan
transportasi umum. Sepertihalnya di Jepang, sangat sedikit kantong parkir kendaraan
yang tersedia. Sebagai contoh di sebuah perkantoran hanya memiliki kapasitas parkir
20-40 mobil saja (Ni Putu Ana, 2015).
iii. Memperluas Jaringan BST
Setelah adanya upaya untuk menekan masyarakat untuk beralih ke transportasi
umum (BST) maka peningkatan penumpang akan terjadi. Pemerintah bersama dengan
pihak BST wajib mengakomodir kebutuhan masyarakat ke berbagai tujuan. Apabila
BST dapat menjangkau setiap tujuan user maka peningkatan penumpang akan terjadi.
Tingkat keterisian bus atau load factor akan meningkat.

2. Sistem Jaringan Transportasi


i. Integrasi transportasi Koridor antar kota
Transportasi berkelanjutan atau terintegrasi antar kota. Dengan penyeragaman
sistem transportasi antar kota didalam satu payung. Direalisasikan dengan cara
Pemerintah pada masing-masing Kabupaten/Kota duduk bersama dalam
merealisasikan konsep tersebut, apabila konsep tersebut memang disepakati
diharapkan menjadi panduan pengembangan wilayah di masa depan. Adapun urutan
prioritas penanganan masing-masing aspek jenis integrasi sistem transportasi umum
berdasarkan tingkat kemendesakannya dalam strategi yang terbentuk, yaitu (1)
integrasi jadwal, (2) integrasi jaringan, (3) integrasi penggunaan lahan, (4) integrasi
fisik, (5) integrasi informasi, (6) integrasi sosial, (7) integrasi lingkungan, serta (8)
integrasi tarif dan tiket. Dengan strategi tersebut diharapkan akan mampu
meningkatkan kualitas pelayanan integrasi sistem transportasi umum
Jika dilihat dari demand yang ada maka dapat dimulai dari konsep integrasi
transportasi Bus Jogja - Solo sebagai alternatif dari krl Solo-Jogja, untuk menjangkau
lebih banyak kawasan seperti pariwisata dan lain-lain yang tidak dapat dijangkau
moda transportasi tersebut. Lalu pengembanganya dapat dilanjutkan ke daerah yang
lain. Atau dalam skala yang lebih besar dapat mengintegrasikan koridor antar kota di
seluruh provinsi dengan sistem yang seragam. Dampaknya diharapkan terjadi
kenaikan calon penumpang transportasi umum, pemerataan transportasi, efisiensi
operasional, Lalu Dengan terwujudnya integrasi sistem transportasi umum,
diharapkan masyarakat lebih memilih untuk menggunakan moda transportasi umum
dibandingkan dengan kendaraan pribadi karena menawarkan kenyamanan dan
aksesibilitas yang lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan prinsip utama dari integrasi
sistem transportasi umum, yaitu tentang perpindahan dari satu tempat ke tempat lain
melalui fasilitas intermoda dan interkoneksi yang ramah pengendara (rider-friendly)
sehingga dapat membantu masyarakat untuk bergerak lebih mudah, mengurangi biaya
dan ketidaknyamanan perjalanan

3.Peningkatan Operasional
Hal-hal yang dapat meningkatkan load factor transportasi umum khususnya BST
di Kota Surakarta yaitu sebagai berikut dibawah ini :

i. Penambahan shelter di ruas-ruas jalan strategis


Penambahan shelter di ruas-ruas jalan strategis merupakan salah satu bentuk dari
strategi untuk meningkatkan load factor transportasi umum di Kota Surakarta. Dengan
upaya penambahan shelter maka masyarakat Surakarta dapat dengan mudah
mengakses transportasi umum. Disamping penambahan shelter, renovasi shelter yang
sudah ada juga diperlukan guna mempernyaman pengguna untuk menunggu BST.
Shelter dapat dilengkapi dengan atap sehingga pengguna tidak terkena hujan ketika
hujan dating dan tidak terkena panas ketika siang hari, selain itu shelter juga perlu
diberikan informasi mengenai jadwal kedatangan setiap armada pada setiap trayek
sehingga nantinya akan mempermudah masyarakat untuk mengetahui jam kedatangan
BST setiap trayek.
Shelter juga dapat dilengkapi dengan CCTV, tujuan dipasangnya CCTV adalah
untuk memonitoring jalannya BST yang sedang beroperasi, sehingga dari Dinas
Perhubungan dapat memantau dan mengontrol jalannya armada tersebut, selain itu
pemasangan CCTV juga dapat mempermudah Instansi terkait untuk mengupdate
jadwal kedatangan dan waktu tunggu setiap armada BST sehingga informasi yang
terpampang pada jadwal kedatangan dan waktu tunggu setiap shelter selalu terbarukan.
ii. Peningkatan kinerja waktu perjalanan
Waktu perjalanan yang ditempuh oleh transportasi umum berkaitan dengan
kecepatan perjalanan. Waktu perjalanan berhubungan erat dengan kecepatan
perjalanan, kecepatan perjalanan merupakan laju dari suatu pergerakan dalam jarak
satuan (m/detik, km/jam, mil/jam). Kecepatan dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu
kecepatan sesaat, kecepatan rata-rata kendaraan yang bergerak dari suatu tempat tanpa
memperhitungkan waktu berhenti dan hal lainnya. Menurut Hobbs (1995) kecepatan
merupakan laju perjalanan yang biasanya dinyatakan dalam kilo meter per jam
(km/jam). Pada umumnya kecepatan dibagi dalam tiga jenis, yaitu kecepatan sesaat,
kecepatan perjalanan, dan kecepatan bergerak. Kecepatan perjalanan adalah kecepatan
efektif kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat dan merupakan
jarak antara dua tempat dibagi lama waktu bagi kendaraan untuk menyelesaikan
perjalanan antara dua tempat.

Waktu perjalanan dalam pembahasan ini dibagi menjadi 2 yaitu waktu perjalanan
pergi-pulang terminal dan waktu perjalanan pergi-pulang segmen. Standar untuk
waktu perjalanan pergi-pulang transportasi umum berkisar antara 1 jam – 3 jam,
sehingga hal tersebut menjadi patokan dan standar untuk pengaturan trayek
transportasi umum di Kota Surakarta dengan cara pendisiplinan pengemudi armada
untuk tidak putar balik pada segmen tetapi masuk ke terminal, pendisiplinan
pengemudi armada bertujuan agar waktu kedatangan dan waktu tunggu di setiap
shelter terkontrol serta tidak menimbulkan tumbukan antar armada.

Peningkatan kinerja waktu pelayanan juga akan sedikit banyak berkontribusi


untuk ketepatan jadwal kedatangan dan keberangkatan armada sehingga diperlukan
control yang baik dari Instansi terkait yaitu Dinas Perhubungan Kota Surakarta dan
pengelola Batik Solo Trans (BST). Apabila ketepatan waktu keberangkatan dan
kedatangan BST sesuai dengan papan informasi yang berada di shelter maka akan
memudahkan pengguna untuk menggunakan transportasi umum khususnya BST.
iii. Frekuensi kendaraan per jam
Dalam rekomendasi World Bank frekuensi kendaraan pada jam sibuk dianjurkan
12 kendaraan setiap jam dan paling sedikit 6 kendaraan setiap jam untuk jam tidak
sibuk. Dalam hal ini diperlukan pemetaan persebaran pengguna transportasi umum
khususnya BST supaya tidak menurunkan load factor dengan alasan armada penuh
dan tidak dapat menampung pengguna di saat jam sibuk.

Frekuensi kendaraan per jam sedikit banyak berpengaruh terhadap minat


pengguna transportasi umum khususnya BST. Setelah dilakukan pemetaan terhadap
jam sibuk dan jam tidak sibuk maka kepadatan penumpang akan teratasi dengan
penambahan armada.

iv. Perpanjangan Trayek BST


Strategi ini dibuat dengan salah satu alasan yaitu guna integrasi antar transportasi.
Perpanjangan trayek BST yang menghubungkan antara stasiun, terminal serta bandara
nantinhya diharapkan dapat mempermudah masyarakat untuk berganti moda
transportasi. Perpanjangan trayek BST juga merupakan sebuah strategi untuk
mengangkat potensi pariwisata di Kota Surakarta.

v. Penerapan E-Money
Penerapan penggunaan e-money atau electronic card sebagai pengganti tiket
regular BST bisa menjadi sebuah strategi untuk menarik minat pengguna transportasi
umum khususnya generasi milenial. Nantinya penggunaan e-money atau electronic
card ini dapat bekerja sama dengan beberapa instansi perbankan. Selain menarik
minat pengguna transportasi umum khususnya BST di Kota Surakarta penggantian
tiket regular BST dengan E-Money ini secara tidak langsung juga memaksimalkan
program zero waste karena tidak menghasilkan sampah berupa kertas tiket.

vi. Kondisi/Pelayanan angkutan yang diberikan


Kondisi pelayanan transportasi umum khususnya BST merupakan salah satu
aspek yang berpengaruh terhadap meningkatnya load factor transportasi umum
khususnya BST di Kota Surakarta. Instansi terkait yang menaungi BST dapat
memberikan sosialisasi untuk menjadikan armada menjadi nyaman yaitu dengan
meningkatkan kebersihan armada dan memberikan wewangian pada armada.
vii. Keselamatan dan Kemanan penumpang di dalam kendaraan
Aspek lain yang mempengaruhi yaitu dari aspek keselamatan dan keamanan
penumpang di dalam kendaraan. Instansi yang menaungi BST dapat memberikan
sosialisasi kepada pengemudi armada untuk tidak ugal-ugalan dalam mengemudi serta
tetap mematuhi peraturan lalu lintas. Bagi pengemudi yang terbukti melakukan
pelanggaran terhadap lalu lintas bisa diberikan teguran.

viii. Kecepatan pihak pengelola menanggapi adanya keluhan


Kecepatan pihak pengelola menanggapi adanya keluhan juga merupakan salah
satu upaya untuk peningkatan load factor transportasi umum khususnya BST di Kota
Surakarta.

ix. Kemudahan masyarakat mendapatkan informasi jadwal dan rute


Informasi mengenai jadwal kedatangan dan rute sebaiknya ditampilkan pada
setiap shelter sehingga akan menarik perhatian pengguna transportasi umum
khusunya BST. Untuk mengikuti perkembangan zaman dan menarik perhatian
pengguna transportasi umum khususnya kaum milenial, informasi jadwal dan rute
bisa diupdate berbasis web dan system android, sehingga memudahkan pengguna
untuk memantau jadwal kedatan[gan serta rute.
Selain hal yang telah disebutkan diatas, aspek lain yang berpengaruh terhadap
peningkatan load factor transportasi umum khususnya BST yaitu kelengkapan
identitas, dengan identitas pengemudi armada yang lengkap maka pengguna dengan
mudah memberikan laporan kepada pengelola apabila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan dengan proses pelaporan bisa berbasis aplikasi system android. Kerapihan,
keramahan dan kesopanan petugas juga salah satu yang berpengaruh, hal tersebut
dapat membuat pengguna merasa tidak canggung dan segan untuk bertanya apabila
masih merasa kebingungan untuk trayek BST.
Sosialisasi juga dapat dilakukan kepada instansi terkait untuk bersama-sama
memajukan dan menarik perhatian masyarakat menggunakan transportasi umum
khususnya BST daripada kendaraan pribadi, selain untuk mengurai kemacetan di Kota
Surakarta penggunaan transportasi umum juga bisa digunakan untuk meminimalisir
adanya polusi udara serta dapat memperkenalkan pariwisata Kota Surakarta.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang kami lakukan mengenai upaya peningkatan load
factor BST di Kota Surakarta antara lain, yaitu :

1. Aspek kebijakan pemerintah kota


a. Menekan penggunaan transportasi pribadi dengan meningkatan tarif parkir dan
mengurangi kantong parkir.
b. Memperluas jaringan BST .

2. Aspek sistem jaringan transportasi


Integrasi sistem koridor antar kota dengan kesepakatan antar daerah.

3. Aspek operasional BST


a.Penambahan shelter di ruas jalan strategis.
b. Peningkatan kinerja waktu perjalanan.
c. Peningkatan frekuensi kendaraan perjam BST.
d. Perpanjangan trayek BST.
e. Penerapan E-money.
f. Perbaikan kondisi atau pelayanan angkutan yang diberikan.
g. Meningkatkan keselematan dan keamanan penumpang BST.
h. Kecepatan pengelola menanggapi keluhan penumpang.
i. Kemudahan masyarakat mendapatkan informasi BST.

5.2 Saran

Dari pembahasan yang dijabarkan didapatkan saran sebagai berikut :

1. Pihak pengelola alangkah lebih baiknya menerapkan beberapa solusi yang


diberikan oleh penulis dalam upaya peningkatan loadfactor BST Solo.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut yang lebih komprehensif untuk


mendapatkan solusi yang tepat dan sesuai dengan kondisi yang ada.
Daftar Pustaka

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. 2019. Laju Pertumbuhan
Penduduk. Badan Pusat Statistik.

Laraswati, D.A. 2019. Analisis Kinerja Dan Manajemen Lalu Lintas Ruas Jalan
Panican - Linggamas Akibat Bangkitan Perjalanan Bandara Jenderal Besar
Soedirman Purbalingga. Universitas Jenderal Soedirman.

Risdiyanto. 2014. Rekayasa dan Manajemen Lalu Lintas. Yogyakarta : LeutikaPrio

S R Giyarsih, 2010, Pola Spasial Transformasi Wilayah Di Koridor Yogyakarta-


Surakarta, Vol 24 No 1, Forum Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

S R Giyarsih, 2012, Koridor Antar Kota Sebagai Penentu Sinergisme Spasial: Kajian
Geografi Yang Semakin Penting, Vol 14 No 2, TATALOKA, Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai