DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
Bagaimana upaya yang harus dilakukan guna peningkatan loadfactor BST (Batik Solo
Trans)
1.3. Tujuan
Mengetahui upaya peningkatan dari load factor BST (Batik Solo Trans).
1.4. Manfaat
1. Diharapkan dari hasil pembahasan ini dapat dijadikan sebuah masukan bagi
pemangku kepentingan kota Surakarta dalam pengambilan keputusan dalam rangka
peningkatan load factor transportasi umum di Kota Surakarta.
2. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis berkaitan dengan load
factor transportasi umum di Kota Surakarta.
3. Pembahasan ini nantinya dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rasio jumlah penumpang yang diangkut dengan kapasitas tempat duduk per
satuan waktu tertentu biasanya dinyatakan dalam persen (The World Bank, 1986
dalam Asikin, Zainal, 2001). Nilai ini diperlukan untuk menentukan aksebilitas yang
diberikan dan memberikan gambaran realibilitas dari transportasi perkotaaan.Pada
jam-jam sibuk nilai okupasi dapat melebihi batas-batas yang diinginkan, maka
frekuensi pelayanan dan kapasitas bus juga harus meningkat.
Volume lalu lintas merupakan variabel yang penting dalam rekayasa lalu lintas
dan menjadi dasar jumlah pergerakan dalam suatu ruas per satuan waktu. Pergerakan
yang dihitung meliputi moda lalu lintas, seperti : pejalan kaki, mobil, bus atau mobil
barang, atau kelompok campuran moda. Periode waktu disesuaikan dengan tujuan
studi, konsekuensi, tingkat ketepatan, jangka waktu, dan pembagian arus. Studi
volume lalu lintas pada dasarnya bertujuan untuk menetapkan nilai kepentingan relatif
suatu rute, fluktuasi arus lalu lintas, distribusi lalu lintas, kecenderungan pemakai
jalan (Risdiyanto, 2014).
METODELOGI PENELITIAN
Data diambil dari penelitian terdahulu, website dan kasus - kasus dari
permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan prasarana transportasi BST (Batik
Solo Trans) yang direlevansikan dengan teori - teori yang ada serta peraturan
pemerintah.
BAB IV
Dalam rangka meningkatkan load factor pada Batik Solo Trans (BST), dapat
dilakukan dengan mengevaluasi dari pokok permasalahan yang ada di lapangan.
Solusi dari permasalaan tersebut didapatkan hasil diskusi yang kaitkan dengan
literatur antara lain sebagai berikut.
4.1 Permasalahan
1.Kebijakan Pemerintah
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan load factor BST
adalah melalui kebijakan pemerintah kota. Bagaimana kebijakan dapat meningkatkan
load factor , yaitu dengan menekan masyarakat melalui kebijakan yang dikeluarkan.
Adanya sebuah kebijakan yang dikeluarkan maka masyarakat akan menyesuaikan.
Penyesuaian ini yang nantinya akan menjadi sebuah habbit atau kebiasaan masyarakat.
Setelah menjadi kebiasaan, maka hal tersebut akan menjadi sebuah kebutuhan yang
harus terpenuhi. Dapat dikatakan kebijakan akan menimbulkan sebuah perilaku hidup
dan kebutuhan yang baru.
Sebuah kebijakan dalam dunia transportasi akan merubah bagaimana perilaku
masyarakat dalam bertransportasi di suatu wilayah. Kebijakan untuk menekan
penggunaan kendaaraan pribadi akan melahirkan kebutuhan akan transportasi umum.
Pada kasus ini transportasi umum berupa BST sudah tersedia. Namun tingkat
keterisian atau load factor yang belum maksimal. Beberapa kebijakan dapat
dikeluarkan untuk menekan penggunaan kendaraan pribadi, sehingga masyarakat
beralih menggunakan transportasi umum (BST). Apabila habbit untuk menggunakan
transportasi umum telah tercipta maka demand akan BST meningkat. Sehingga
tingkat keterisian atau load factor dapat meningkat.
3. Operasional
Pengaturan transportasi umum merupakan suatu usaha untuk menciptakan
pergerakan transportasi umum yang teratur, cepat, tepat dan efisien serta memberikan
manfaat kepada semua pihak. Aspek-aspek operasional perlu ditingkatkan terkait
upaya peningkatan load factor transportasi umum di Kota Surakarta. Peningkatan
aspek operasional mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen sehingga mampu
meningkatkan load factor transportasi umum.
4.2 Solusi
1. Kebijakan Pemerintah
Beberapa kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah yaitu :
i. Meningkatkan tarif parkir
Tarif parkir yang tinggi menjadi salahsatu penyebab keengganan masyarakat
Jepang menggunakan kendaraan pribadi. Tarif parkir di Kota Tokyo Jepang sebesar
600 yen per jam atau sekitar Rp 60.000 (Ni Putu Ana, 2015). Tentusaja bukanlah
nominal yang kecil untuk parkir. Kebijakan tarif parkir mahal juga sedang menjadi
wacana hangat di DKI Jakarta akhir-akhir ini. Kebijakan ini digadang-gadang akan
membangun sebuah kebiasaan baru penggunaan transportasi umum. Meningkatkan
tarif parkir akan menuai pro dan kontra tentu saja. Namun menaikkan tarif parkir akan
menjadi sebuah kebijakan yang dapat menekan penggunaan kendaraan pribadi
terutama mobil. Berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi berarti orang akan
beralih menggunakan kendaraan umum. Hal ini dapat meningkatakan tingkat
keterisian bus /load factor dari BST. Selain dapat meningkatkan load factor,
kebijakan ini juga berdampak pada penurunan volume kendaraan bermotor. Jalanan
menjadi lebih lengang dan polusi udara akan berkurang.
ii. Mengurangi kantong parkir
Mengurangi kantong parkir dapa menjadi terobosan untuk mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi. Sulitnya mendapatkan parkir kendaraan akan memicu
masyarakat yang kesal ketika hendak memarkirkan kendaraannya. Hal inilah yang
harus diterapkan, menimbulkan efek jera pada pengguna kendaraan. Ketika orang-
orang sudah malas untuk mencari tempat parkir kendaraannya. Maka mereka akan
mencari solusi lain yang lebih mudah. Tidak ada cara lain selain menggunakan
transportasi umum. Sepertihalnya di Jepang, sangat sedikit kantong parkir kendaraan
yang tersedia. Sebagai contoh di sebuah perkantoran hanya memiliki kapasitas parkir
20-40 mobil saja (Ni Putu Ana, 2015).
iii. Memperluas Jaringan BST
Setelah adanya upaya untuk menekan masyarakat untuk beralih ke transportasi
umum (BST) maka peningkatan penumpang akan terjadi. Pemerintah bersama dengan
pihak BST wajib mengakomodir kebutuhan masyarakat ke berbagai tujuan. Apabila
BST dapat menjangkau setiap tujuan user maka peningkatan penumpang akan terjadi.
Tingkat keterisian bus atau load factor akan meningkat.
3.Peningkatan Operasional
Hal-hal yang dapat meningkatkan load factor transportasi umum khususnya BST
di Kota Surakarta yaitu sebagai berikut dibawah ini :
Waktu perjalanan dalam pembahasan ini dibagi menjadi 2 yaitu waktu perjalanan
pergi-pulang terminal dan waktu perjalanan pergi-pulang segmen. Standar untuk
waktu perjalanan pergi-pulang transportasi umum berkisar antara 1 jam – 3 jam,
sehingga hal tersebut menjadi patokan dan standar untuk pengaturan trayek
transportasi umum di Kota Surakarta dengan cara pendisiplinan pengemudi armada
untuk tidak putar balik pada segmen tetapi masuk ke terminal, pendisiplinan
pengemudi armada bertujuan agar waktu kedatangan dan waktu tunggu di setiap
shelter terkontrol serta tidak menimbulkan tumbukan antar armada.
v. Penerapan E-Money
Penerapan penggunaan e-money atau electronic card sebagai pengganti tiket
regular BST bisa menjadi sebuah strategi untuk menarik minat pengguna transportasi
umum khususnya generasi milenial. Nantinya penggunaan e-money atau electronic
card ini dapat bekerja sama dengan beberapa instansi perbankan. Selain menarik
minat pengguna transportasi umum khususnya BST di Kota Surakarta penggantian
tiket regular BST dengan E-Money ini secara tidak langsung juga memaksimalkan
program zero waste karena tidak menghasilkan sampah berupa kertas tiket.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang kami lakukan mengenai upaya peningkatan load
factor BST di Kota Surakarta antara lain, yaitu :
5.2 Saran
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. 2019. Laju Pertumbuhan
Penduduk. Badan Pusat Statistik.
Laraswati, D.A. 2019. Analisis Kinerja Dan Manajemen Lalu Lintas Ruas Jalan
Panican - Linggamas Akibat Bangkitan Perjalanan Bandara Jenderal Besar
Soedirman Purbalingga. Universitas Jenderal Soedirman.
S R Giyarsih, 2012, Koridor Antar Kota Sebagai Penentu Sinergisme Spasial: Kajian
Geografi Yang Semakin Penting, Vol 14 No 2, TATALOKA, Universitas Diponegoro