Anda di halaman 1dari 18

PELAYANAN ANGKUTAN UMUM MRT (MASS RAPID

TRANSIT)

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

BAGUS YUDHA WIJAYA


19.02.065

POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT INDONESIA


- STTD PROGRAM STUDI DIPLOMA III
MANAJEMEN TRANSPORTASI JALAN
BEKASI 2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan berkah,
rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat
diselesaikan.
Dengan kerendahan hati, pada kesempatan yang sangat baik ini, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Orang Tua dan Keluarga yang senantiasa memberi dukungan dan
do’a;
2. Bapak Ahmad Yani ATD.,M.T sebagai Direktur Politeknik Transportasi
Darat Indonesia-STTD;
3. Bapak Rachmat Sadili, ATD, MT selaku ketua Jurusan D-III
Manajemen Transportasi Jalan beserta Dosen-dosen, yang telah
memberikan bimbingan selama Pendidikan;
4. Seluruh Staf dan Dosen pengajar pada program Studi Diploma III
Manajemen Transportasi Jalan;
5. Seluruh rekan Taruna/i Politeknik Transportasi Darat Indonesia-STTD
Angkatan XLI

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Kuliah Kerja Lapangan


ini belum sempurna dikarenakan berbagai keterbatasan, oleh sebab itu saran dan
masukan diperlukan untuk penyempurnaan tulisan ini kedepannya agar lebih
baik. Semoga Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca sebagai tambahan pengetahuan.

Bekasi, 25 Juli 2022


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Maksud dan Tujuan...............................................................................................
C. Ruang lingkup.......................................................................................................
BAB II GAMBARAN UMUM................................................................................................
A. Kondisi Geografis DKI Jakarta.................................................................................
B. Kondisi Demografis DKI Jakarta..............................................................................
BAB III PELAKSANAAN KKL..............................................................................................
A. Pengertian MRT.....................................................................................................
B. Manfaat Kehadiran MRT.........................................................................................
C. Infrastruktur yang Harus Disiapkan.........................................................................
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1 MRT (Mass Rapid Transit)....................................................................


Gambar III.2 Integrasi Halte Transjakarta CSW dan Stasiun MRT ASEAN....................
Gambar III.3 Park and Ride Di Dekat Stasiun Lebak Bulus..........................................

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu dari 5 besar Negara dengan
penduduk terbanyak di dunia. Otomatis, perlu adanya pengembangan –
pengembangan alat yang mendukung produktifitas para penghuninya.
Tak terkecuali dalam bidang transportasi. Luasnya wilayah Indonesia
tentu saja membutuhkan teknologi transportasi yang memadai.
Di Indonesia sendiri, sekarang sudah tersedia teknologi transportasi
darat, laut maupun udara. Armadanya pun tergolong mendunia. Namun,
dibalik semua kelengkapan itu pasti ada sesuatu yang kurang. Banyaknya
kecelakaan yang terjadi di jalan raya, rel kereta api, perairan Indonesia
dan jalur udara nasional membuktikan bahwa Indonesia masih jauh dari
kata sempurna. Kemacetan dimana-mana membuat warga tak nyaman
untuk berlama – lama di angkutan umum dan membeli kendaraan pribadi
yang sejatinya malah menambah kemacetan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan perangkutan memiliki peran
penting dalam menggerakkan perekonomian kota-kota besar di
Indonesia. Permintaan layanan perangkutan juga akan semakin
meningkat seiring dengan semakin besarnya jumlah penduduk. Karena
ruang yang terbatas, kota-kota besar seperti Jakarta tidak mampu
memenuhi tingginya permintaan pergerakan penduduk hanya melalui
penambahan jalan dan angkutan umum berkapasitas kecilKondisi
tersebut semakin parah dengan munculnya emisi kendaraan yang dapat
menimbulkan gangguan kondisi kesehatan dan penurunan kualitas
lingkungan. Selain itu, lamanya waktu yang dihabiskan di jalan dapat
menimbulkan dampak psikologis berupa penurunan ketidakstabilan emosi
dan dampak ekonomis berupa penurunan tingkat produktivitas kerja.
Menyadari bahwa penataan kota yang tak memungkinkan untuk
menambah armada di jalan tanah, pemerintah merencanakan untuk
membangun MRT (Mass Rapid Transit) di sepanjang Jakarta. Rencananya
akan dimulai dari Lebak Bulus dan akan terus berkembang hingga

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
1
menjangkau seluruh kota. Pembangunan ini diharapkan akan membantu
masyarakat dan pengembangan kota.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang
ditemukan selama melaksanakan pengamatan secara langsung terkait
pelayanan angkutan umum yang ada, serta dapat menemukan solusi dari
permaslahan yang sudah didapat setelah melaksanakan kegiatan kuliah
kerja lapangan.
Adapun maksud penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini
yaitu untuk mengetahui gambaran yang jelas baik mengenai kondisi
eksisting maupun identifikasi permasalahan yang ada pada lokasi yang
diamati khususnya dibidang angkutan umum. Sedangkan, tujuan dari
penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui apa itu MRT
b) Untuk mengetahui manfaat kehadiran MRT
c) Untuk mengetahui infrastruktur apa saja yang perlu untuk
mendukung MRT

C. Ruang lingkup
Ruang lingkup dalam penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan
adalah:
1. Lokasi yang dikunjungi di DKI Jakarta, yaitu:
b. Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta
c. Terminal Pulo Gebang
d. Kawasan TOD Dukuh Atas
e. Halte Transjakarta Tendean
f. Stasiun MRT Lebak Bulus
g. Halte Transjakarta Ciledug

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
2
BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Geografis DKI Jakarta


Provinsi DKI Jakarta mempunyai luas daratan 661,52 km 2 dan
lautan seluas 6.977,5 km2 serta tercatat ±110 pulau yang tersebar di
Kepulauan Seribu. Secara administrasi, Provinsi DKI Jakarta terbagi
menjadi 5 wilayah Kotamadya dan 1 Kabupaten Administrasi yaitu
1. Jakarta Pusat dengan luas daratan 47,90 km2;
2. Jakarta Utara dengan luas daratan 154,01 km2;
3. Jakarta Barat dengan luas daratan 126,15 km2;
4. Jakarta Selatan dengan luas daratan 145,73 km2;
5. Jakarta Timur dengan luas daratan 187,73 km2, dan
6. Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu.
Batas wilayah DKI Jakarta adalah sebagai berikut :
 Sebelah selatan berbatasan dengan : Kabupaten/Kota
Bogor dan Depok
 Sebelah barat berbatasan dengan : Kabupaten/Kota
Tangerang
 Sebelah utara berbatasan dengan : Laut Jawa
 Sebelah timur berbatasan dengan : Kabupaten/Kota
Bekasi
Provinsi DKI Jakarta yang strategis di Kepulauan Indonesia
menjadikan Jakarta pintu gerbang utama dalam perdagangan antar pulau
dan hubungan Internasional dengan pelabuhan utamanya Tanjung Priok
dan Bandara Soekarno Hatta. Jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta
9,041 juta jiwa dengan kepadatan penduduk 13.667,01 jiwa per km 2.
Jakarta beriklim tropis, dengan suhu tahunan rata-rata 27°C dengan
kelembaban 80-90%. Karena terletak di dekat garis khatulistiwa, arah
angin dipengaruhi oleh angin musim. Angin musim barat bertiup antara
November dan April, sedang angin musim timur antara Mei dan Oktober.
Curah hujan rata-rata 2.000 mm, curah hujan paling besar sekitar bulan
Januari dan paling kecil pada bulan September.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
3
B. Kondisi Demografis DKI Jakarta
Berdasarkan proyeksi hasil sensus penduduk 2010, jumlah
penduduk DKI Jakarta pada tahun 2015 berjumlah 10.177.924 jiwa
dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 1,02 %.
Kepadatan penduduk DKI Jakarta tahun 2015 adalah 15.366,87 jiwa
setiap 1 km2. Kota administrasi Jakarta Barat menjadi wilayah yang
memiliki kepadatan penduduk tertinggi di provinsi DKI Jakarta yaitu,
sebesar 19.017,92 jiwa/km2. Penduduk Provinsi DKI Jakarta mayoritas
adalah suku Betawi, Jawa, Sunda, Tionghoa, Batak, Minangkabau,
Melayu, Bugis, Madura, Banten, Banjar, dan berbagai pendatang yang
berasal dari luar pulau jawa. Sedangkan agama penduduk Kota Provinsi
DKI Jakarta beragama islam, kristen protestan, katolik, hindu, budha,
konghucu, dan aliran kepercayaan lainya. Dengan beragamnya suku dan
agama yang ada di Kota DKI Jakarta kerukunan sangat terjalin cukup
tinggi dengan selalu menjaga rasa toleransi sesama suku dan agama.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
4
BAB III

PELAKSANAAN KKL

A. Pengertian MRT
MRT (Mass Rapid Transit) adalah suatu sistem tranportasi
perkotaan yang mempunyai 3 kriteria utama,  mass (daya angkut besar),
rapid  (waktu tempuh cepat dan frekuensi tinggi), dan transit  (berhenti di
banyak stasiun di titik utama perkotaan). Namun, belakangan ini kita
sering salah kaprah tentang maksud definisi MRT itu sendiri.
Pemeberitaan media yang cenderung asal-asalan dan kurang

Gambar III.1 MRT (Mass Rapid Transit)


memperhatikan konten membuat masyarakat bukannya menjadi cerdas
tapi menjadi makin bodoh.

MRT (mass rapid transit) secara harfiah dapat diartikan sebagai


moda angkutan yang mampu mengangkut penumpang dalam jumlah
yang banyak (massal) dengan frekuensi dan kecepatan yang sangat
tinggi (rapid). Menurut modanya, MRT dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis, antara lain: bus (buslane/busway), subway,  tram, dan
monorail.
Bus MRT dapat dibedakan dengan bus angkutan biasa dan
kendaraan lain karena biasanya merupakan shuttle bus yang memiliki

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
5
rute perjalanan tertentu dan beroperasi pada lajur khusus, sehingga
sering disebut buslane/busway. Pemisahan lajur ini dilakukan agar
penumpang tidak mengalami penundaan waktu perjalanan dan tidak
terganggu oleh aktivitas moda angkutan lain yang melintasi rute
perjalanan yang sama. Busway sendiri biasanya bervariasi ada yang
berbentuk ganda (bus gandeng), bus tunggal, dan bus bertingkat. MRT
jenis busway biasanya lebih banyak dipilih oleh kota-kota di negara
berkembang karena pengembangannya membutuhkan biaya yang lebih
murah dibandingkan dengan subway, monorel, ataupun tram. Kota
Bogota di Kolombia merupakan salah satu contoh sukses penerapan
sistem busway.  MRT dalam bentuk subway pada prinsipnya memiliki
kesamaan sistem operasi dengan kereta api. Namun, konstruksi teknisnya
terdapat perbedaan karena subway terletak di bawah tanah
(underground) tetapi stasiun-stasiunnya langsung terhubung ke lokasi
pusat kegiatan. Di Eropa Barat, subway merupakan salah satu moda
angkutan yang sangat populer dan seringkali dikenal dengan istilah metro
system. Kota London merupakan kota pertama yang menerapkan sistem
subway sebagai moda angkutan massal berkecepatan tinggi pada tahun
1863.
Tram merupakan bentuk MRT dengan moda angkutan mirip
dengan kereta api, tetapi jalur operasinya dapat terintegrasi dengan jalan
raya. Tram dapat ditemukan di hampir semua kota menengah dan besar
di Eropa dan di beberapa kota besar di Amerika. Tram pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1807 di Inggris dan merupakan bentuk awal
MRT di dunia. Dalam operasionalnya, dikenal dua jenis tram: (1) tram
yang jalur operasinya menyatu dengan jalur lalu-lintas kendaraan; dan
(2) tram yang memiliki jalur operasional tersendiri yang dikenal dengan
istilah light rail.  
Monorail merupakan MRT yangmemiliki jalur tertentu dan
biasanya tidak mengambil ruang kota yang luas. MRT jenis ini biasanya
memiliki jalur di atas jalan raya dan yang ditopang dengan tiang-tiang
yang sekaligus berfungsi untuk membentuk lintasan monorail. Berbeda
dengan MRT lainnya, monorail biasanya hanya terdiri atas satu rute

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
6
dengan sistem lintasan loop dengan beberapa stasiun pemberhentian
yang menghubungkan dengan MRT lainnya maupun langsung ke lokasi
kegiatan tertentu. Penggunaan monorail sudah banyak dikembangkan di
kota-kota metropolitan di dunia antara lain Moskow, Tokyo, dan Sydney.

B. Manfaat Kehadiran MRT


Manfaat langsung dioperasikannya sistem MRT ini adalah mampu
mengurangi kepadatan kendaraan di jalan karena dengan adanya MRT
diharapkan dapat mengalihkan masyarakat yang menggunakan
kendaraan pribadi ke transportasi massal.
Pembangunan MRT Jakarta juga diharapkan mampu memberi
dampak positif lainnya bagi Jakarta dan warganya antara lain:
 Penciptaan lapangan kerja
 Penurunan waktu tempuh & meningkatkan
 Dampak lingkungan : 0.7% dari total emisi CO2, yaitu sekitar 93.663 ton
per tahun akan dikurangi oleh MRT (Data Revised Implementation
Program for Jakarta MRT System  2005)
 Transit - Urban Integration yang menjadikan sistem MRT sebagai
pendorong untuk merestorasi tata ruang kota. Integrasi transit-urban
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada area sekitar
stasiun, sehingga dapat berdampak langsung kepada peningkatan
jumlah penumpang MRT Jakarta
Pengembangan MRT dapat menjadi alternatif solusi untuk mengatasi
persoalan perangkutan di kota-kota besar tersebut. Keunggulan sistem
ini ialah kemampuannya mengangkut penumpang dalam jumlah besar,
cepat, dan dapat diandalkan dalam berbagai situasi. Dengan
mempergunakan MRT, ruang jalan akan jauh lebih efisien karena
penggunaan kendaraan pribadi dapat diminimalisasi.
Kereta rel listrik (KRL), kereta rel diesel (KRD), dan busway yang
sudah dikembangkan di kota-kota metropolitan di Indonesia sebenarnya
sudah dapat dikategorikan sebagai sarana transportasi massal. Namun,
di berbagai kota, ketiganya belum dapat sepenuhnya dikategorikan
sebagai MRT karena belum memenuhi kriteria sebagai sarana
transportasi yang benar-benar cepat dan handal dalam segala situasi.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
7
C. Infrastruktur yang Harus Disiapkan
MRT bukanlah solusi yang berdiri sendiri untuk mengatasi
kemacetan di Jakarta. Sejumlah instrumen diperlukan untuk mengurai
kepadatan lalu lintas
 Integrasi produk hukum dan kebijakan seperti peningkatan
disiplin lalu lintas, pembatasan volume kendaraan melalui kebijakan
pembatasan intensitas penggunaan kendaraan pribadi seperti ERP
(electronic road pricing) serta upaya-upaya teknik lalu lintas seperti
implementasi intelligent traffic system, perbaikan manajemen lalu
lintas, pembangunan fly over, under pass, dan lain-lain. Cara lainnya
yakni dengan memberlakukan harga tiket MRT Jakarta yang
terjangkau, atau penerapan berbagai kebijakan baik yang
menggunakan instrument financial seperti peningkatan pajak
kendaraan pribadi, dan bentuk-bentuk pricing (road pricing, fuel
pricing, parking pricing), maupun yang tidak menggunakan
instrument financial seperti kebijakan ganjil genap, “ 3 in 1”, dan
sebagainya.
 Integrasi dengan moda transport lain Untuk memudahkan calon
penumpang MRT Jakarta sampai ke stasiun MRT Jakarta sekaligus
menambah jumlah penumpang maka integrasi sistem MRT dengan
sistem angkutan massal lainnya ataupun feeder seperti bus umum,
TransJakarta, kereta Jabodetabek menjadi hal yang penting. Selain
membangun jaringan baru untuk sistem MRT ini, Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta bersama dengan Pemerintah Pusat juga sedang
mengembangkan konsep optimasi jalur kereta api lingkar ( loopline)
yang saat ini telah beroperasi sebagai bagian sistem kereta urban
Jabodetabek. Dalam rencana tata ruang dan wilayah Pemprov DKI
Jakarta, jalur loopline akan diintegrasikan dengan jaringan MRT.
Optimasi loopline ini ditargetkan Pemprov DKI Jakarta dapat
dituntaskan sebelum sistem MRT Jakarta tahap I dioperasikan.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
8
Gambar III. 2 Integrasi Halte Transjakarta CSW dan Stasiun
MRT ASEAN

 Penyediaan fasilitas pendukung seperti tempat parkir (park and


ride), jalur pejalan kaki, trotoar, dan taman yang memadai. Warga
yang tinggal atau beraktivitas di sekitar jalur MRT dapat merasakan
manfaat langsungnya. Warga yang tinggal agak jauh juga dapat
meninggalkan kendaraan pribadi dan mengakses MRT dengan
angkutan umum pendukung (feeder). Dengan demikian warga
terutama pengguna kendaran pribadi bisa didorong beralih ke MRT
dengan memudahkan akses untuk menuju dan meninggalkan
stasiun.Selain itu stasiun MRT Jakarta akan dihubungkan dengan
pusat-pusat aktivitas publik, baik perkantoran, komersial dan non-
komersial. Koneksi yang nyaman antara stasiun MRT dengan pusat
perbelanjaan atau perkantoran akan menjadi unsur kompetitif
pembeda dengan usaha sejenis lainnya.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
9
Dengan laju manusia yang lebih baik, pusat perbelanjaan menjadi
ramai dan perkantoran terjamin tingkat huniannya.

Gambar III.3 Park and Ride Di Dekat Stasiun MRT Lebak


Bulus

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
10
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pembangunan MRT sebenarnya masih kurang berdampak bagi warga
DKI Jakarta dikarenakan jumlah volume kendaraan bermotor tidak
akan berkurang.
2. MRT diharapkan menjadi sebuah solusi dalam dunia trasnsportasi
Indonesia.
3. Dalam perkembangan berkelanjutan ini, MRT diharapkan mampu
untuk memberikan manfaat bagi warga DKI Jakarta dalam
menanggulangi kemacetan yang ada.

B. Saran
1. Upaya-upaya terobosan yang cukup kreatif yang dapat secara tidak
langsung menunjang pengembangan MRT perlu terus dikembangkan.
Misalnya, program car free day.
2. Pemerintah perlu secara konsisten mengelola dampak industri
kendaraan melalui misalnya penerapan pajak yang tinggi dan subsidi
BBM yang lebih selektif. 
3. Dalam kerangka pengembangan MRT yang terpadu, pemerintah harus
mulai memikirkan misalnya sarana angkutan feeder (antara) yang
handal yang dapat menghubungkan rute MRT dengan pusat-pusat
permukiman.
4. Pemerintah juga perlu memperbaiki jalur-jalur pejalan kaki yang
menghubungkan halte-halte dengan pusat-pusat kegiatan.
5. Pengembangan MRT yang tangguh harus bertahap dan
memperhatikan dampak sosial selama proses transisi.
6. Pengembangan MRT sebaiknya dimulai dengan yang sederhana
seperti busway. Lalu, seiring dengan bertambah rumitnya sistem
pergerakan di suatu kota, program berikutnya dapat melibatkan moda
yang lebih rumit pula seperti monorail, tram, atau subway.
7. Pemerintah harus memikirkan proses adaptasi dan pengalihan
sebagian tenaga kerja dan pengusaha sektor transportasi secara

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
10
bertahap melalui peningkatan kapasitas, bantuan permodalan,
ataupun penyediaan lapangan kerja baru.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
11
DAFTAR PUSTAKA

Ching, Prancis D. K. 1997. Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Susunannya . Jakarta :


Erlangga
Wright, Lloyd. 2002. Mass Rapid Options,Sustainable Transport : Institutte For
Transportation And Development Policy Germany
Hendry, Lendy, 2010, Blok M MRT Station in 2019, LP3A JAFT UNDIP

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


BAGUS YUDHA WIJAYA
11

Anda mungkin juga menyukai