DISUSUN OLEH :
Frandame Yudistira Aripin
(052001700054)
KELAS B
DOSEN
Ir. Mohammad Ali Topan,MSP
1|Page
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat – Nya maka
kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan TOD(Transit Oriented Development) MRT Setia
Budi. Dalam kesempatan ini penyusun tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya atas motivasi, bimbingan dan pentunjuk yang diberikan kepada kami dari berbagai
pihak, terutamanya :
1. Teman – teman Mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas Trisaktiatas semua
dukunganya.
2. Semua pihak baik di dalam MRT maupun luar yang tidak bisa disebutkan satu per- satu
yang telah membantu menyelesaikan laporan mata kuliah tipologi dan morfologi
bangunan
Laporan ini disusun dengan harapan dapat memberikan pembelajaran serta manfaat bagi
mahasiswa Arsitektur khususnya dan masyarakat luas pada umumnya
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna. Dan semoga dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman – teman yang membutuhkan.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat
2|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. 3
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………... 4
1.1. LATAR BELAKANG…………………………………………………… 4
1.2. RUMUSAN MASALAH………………………………………………… 5
1.3. PERTANYAAN PENELITIAN……………………………………….... 5
1.4. TUJUAN PENELITIAN..……………………………………………….. 5
1.5. MANFAAT PENELITIAN……………………………………………... 5
BAB II : KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………………. 6
2.1.PENGERTIAN MRT.....………………………………………………….... 6
4.2 Analisis………………………………………………….…………………... 14
KESIMPULAN………………………………………………………………………….. 16
DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………..……. 17
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
Otomatis, perlu adanya pengembangan – pengembangan alat yang mendukung produktifitas para
penghuninya. Tak terkecuali dalam bidang transportasi. Luasnya wilayah Indonesia tentu saja
Di Indonesia sendiri, sekarang sudah tersedia teknologi transportasi darat, laut maupun udara.
Armadanya pun tergolong mendunia. Namun, dibalik semua kelengkapan itu pasti ada sesuatu
yang kurang. Banyaknya kecelakaan yang terjadi di jalan raya, rel kereta api, perairan Indonesia
dan jalur udara nasional membuktikan bahwa Indonesia masih jauh dari kata sempurna.
Kemacetan dimana-mana membuat warga tak nyaman untuk berlama – lama di angkutan umum
dan membeli kendaraan pribadi yang sejatinya malah menambah kemacetan. Tidak dapat
perekonomian kota-kota besar di Indonesia. Permintaan layanan perangkutan juga akan semakin
meningkat seiring dengan semakin besarnya jumlah penduduk. Karena ruang yang terbatas, kota-
kota besar seperti Jakarta tidak mampu memenuhi tingginya permintaan pergerakan penduduk
hanya melalui penambahan jalan dan angkutan umum berkapasitas kecil Kondisi tersebut
4|Page
semakin parah dengan munculnya emisi kendaraan yang dapat menimbulkan gangguan kondisi
kesehatan dan penurunan kualitas lingkungan. Selain itu, lamanya waktu yang dihabiskan di
jalan dapat menimbulkan dampak psikologis berupa penurunan ketidakstabilan emosi dan
Menyadari bahwa penataan kota yang tak memungkinkan untuk menambah armada di jalan
tanah, pemerintah merencanakan untuk membangun MRT (Mass Rapid Transit) di sepanjang
Jakarta. Rencananya akan dimulai dari Lebak Bulus dan akan terus berkembang hingga
menjangkau seluruh kota. Pembangunan ini diharapkan akan membantu masyarakat dan
pengembangan kota.
5|Page
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
mempunyai 3 kriteria utama, mass (daya angkut besar), rapid (waktu tempuh cepat dan
frekuensi tinggi), dan transit (berhenti di banyak stasiun di titik utama perkotaan). Namun,
belakangan ini kita sering salah kaprah tentang maksud definisi MRT itu sendiri.
MRT (mass rapid transit) secara harfiah dapat diartikan sebagai moda angkutan
yang mampu mengangkut penumpang dalam jumlah yang banyak (massal) dengan frekuensi
dan kecepatan yang sangat tinggi (rapid). Menurut modanya, MRT dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis, antara lain: bus (buslane/busway), subway, tram, dan monorail.
Bus MRT dapat dibedakan dengan bus angkutan biasa dan kendaraan lain karena
biasanya merupakan shuttle bus yang memiliki rute perjalanan tertentu dan beroperasi pada
lajur khusus, sehingga sering disebut buslane/busway. Pemisahan lajur ini dilakukan agar
penumpang tidak mengalami penundaan waktu perjalanan dan tidak terganggu oleh aktivitas
moda angkutan lain yang melintasi rute perjalanan yang sama. Busway sendiri biasanya
bervariasi ada yang berbentuk ganda (bus gandeng), bus tunggal, dan bus bertingkat. MRT
jenis busway biasanya lebih banyak dipilih oleh kota-kota di negara berkembang karena
monorel, ataupun tram. Kota Bogota di Kolombia merupakan salah satu contoh sukses
6|Page
penerapan sistem busway. MRT dalam bentuk subway pada prinsipnya memiliki kesamaan
sistem operasi dengan kereta api. Namun, konstruksi teknisnya terdapat perbedaan karena
ke lokasi pusat kegiatan. Di Eropa Barat, subway merupakan salah satu moda angkutan yang
sangat populer dan seringkali dikenal dengan istilah metro system. Kota London merupakan
kota pertama yang menerapkan sistem subway sebagai moda angkutan massal berkecepatan
Tram merupakan bentuk MRT dengan moda angkutan mirip dengan kereta api, tetapi
jalur operasinya dapat terintegrasi dengan jalan raya. Tram dapat ditemukan di hampir
semua kota menengah dan besar di Eropa dan di beberapa kota besar di Amerika. Tram
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1807 di Inggris dan merupakan bentuk awal MRT di
dunia. Dalam operasionalnya, dikenal dua jenis tram: (1) tram yang jalur operasinya
menyatu dengan jalur lalu-lintas kendaraan; dan (2) tram yang memiliki jalur operasional
mengambil ruang kota yang luas. MRT jenis ini biasanya memiliki jalur di atas jalan raya
dan yang ditopang dengan tiang-tiang yang sekaligus berfungsi untuk membentuk lintasan
monorail. Berbeda dengan MRT lainnya, monorail biasanya hanya terdiri atas satu rute
dengan sistem lintasan loop dengan beberapa stasiun pemberhentian yang menghubungkan
dengan MRT lainnya maupun langsung ke lokasi kegiatan tertentu. Penggunaan monorail
sudah banyak dikembangkan di kota-kota metropolitan di dunia antara lain Moskow, Tokyo,
dan Sydney.
7|Page
2.2. Manfaat kehadiran MRT di Benhil
Manfaat langsung dioperasikannya sistem MRT ini adalah mampu mengurangi
kepadatan kendaraan di jalan karena dengan adanya MRT diharapkan dapat mengalihkan
Dampak lingkungan : 0.7% dari total emisi CO2, yaitu sekitar 93.663 ton per tahun
akan dikurangi oleh MRT (Data Revised Implementation Program for Jakarta MRT
System 2005)
Transit - Urban Integration yang menjadikan sistem MRT sebagai pendorong untuk
pertumbuhan ekonomi pada area sekitar stasiun, sehingga dapat berdampak langsung
mengangkut penumpang dalam jumlah besar, cepat, dan dapat diandalkan dalam berbagai
situasi. Dengan mempergunakan MRT, ruang jalan akan jauh lebih efisien karena
Kereta rel listrik (KRL), kereta rel diesel (KRD), dan busway yang sudah
sebagai sarana transportasi yang benar-benar cepat dan handal dalam segala situasi.
MRT bukanlah solusi yang berdiri sendiri untuk mengatasi kemacetan di Jakarta.
Integrasi produk hukum dan kebijakan seperti: peningkatan disiplin lalu lintas,
kendaraan pribadi seperti ERP (electronic road pricing) serta upaya-upaya teknik lalu
lintas seperti implementasi intelligent traffic system, perbaikan manajemen lalu lintas,
pembangunan fly over, under pass, dan lain-lain. Cara lainnya yakni dengan
memberlakukan harga tiket MRT Jakarta yang terjangkau, atau penerapan berbagai
kendaraan pribadi, dan bentuk-bentuk pricing (road pricing, fuel pricing, parking
Integrasi dengan moda transport lain : Untuk memudahkan calon penumpang MRT
Jakarta sampai ke stasiun MRT Benhil sekaligus menambah jumlah penumpang maka
integrasi sistem MRT dengan sistem angkutan massal lainnya ataupun feeder seperti
bus umum, TransJakarta, kereta Jabodetabek menjadi hal yang penting. Selain
membangun jaringan baru untuk sistem MRT ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
bersama dengan Pemerintah Pusat juga sedang mengembangkan konsep optimasi jalur
kereta api lingkar (loopline) yang saat ini telah beroperasi sebagai bagian sistem kereta
urban Jabodetabek. Dalam rencana tata ruang dan wilayah Pemprov DKI Jakarta, jalur
9|Page
loopline akan diintegrasikan dengan jaringan MRT. Optimasi loopline ini ditargetkan
Pemprov DKI Jakarta dapat dituntaskan sebelum sistem MRT Benhil tahap I
dioperasikan.
Penyediaan fasilitas pendukung seperti tempat parkir (park and ride), jalur pejalan
kaki, trotoar, dan taman yang memadai. Warga yang tinggal atau beraktivitas di sekitar
jalur MRT dapat merasakan manfaat langsungnya. Warga yang tinggal agak jauh juga
dapat meninggalkan kendaraan pribadi dan mengakses MRT dengan angkutan umum
bisa didorong beralih ke MRT dengan memudahkan akses untuk menuju dan
meninggalkan stasiun.Selain itu stasiun MRT Benhil akan dihubungkan dengan pusat-
pusat aktivitas publik, baik perkantoran, komersial dan non-komersial. Koneksi yang
nyaman antara stasiun MRT dengan pusat perbelanjaan atau perkantoran akan menjadi
unsur kompetitif pembeda dengan usaha sejenis lainnya. Dengan laju manusia yang
lebih baik, pusat perbelanjaan menjadi ramai dan perkantoran terjamin tingkat
huniannya.
10 | P a g e
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
11 | P a g e
B. Populasi Dan Sampel
No NAMA STASIUN MRT JUMLAH FASILITAS YANG DI GUNAKAN
PENGGUNA MRT
1 LEBAK BULUS GRAB 8
2 FATMAWATI 8
3 CIPETE RAYA 8
4 HAJI NAWI 8
5 BLOK A 8
6 BLOK M 8
7 ASEAN 8
8 SENAYAN 8
9 ISTORA MANDIRI 8
10 BENDUNGAN HILIR 8
11 SETIA BUDI ASTRA 8
12 DUKUH ATAS BNI 8
13 BUNDARAN HI 8
SAMPEL
Sampel penelitian ini adalah Fasilitas di MRT Benhil.Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik survey langsung ke tempat penelitian dan deskriptif sehingga data yang didapat dikumpulkan
dan dijadikan narasi
Dalam penelitian ini, tahapan yang dilakukan oleh peneliti yaitu, (1) survey secara langsung ke MRT
Benhil (2) kemudian peneliti mengumpulkan data hasil survey kemudian dijadikan narasi atau
deskriptif
12 | P a g e
BAB IV
PEMBAHASAN
13 | P a g e
4.2 Analisis
A.Lift
MRT ini memiliki lift yang berhubungan langsung dari dalam hingga keluar lift ini langsung bisa
mengakses ke dalam yaitu dekat tap tiket dan pembelian tiket
B.Tangga
Tangga pada MRT benhil ini cukup luas dengan lebar kira kira 2 meter sehingga menghindari
terjadinya penumpukan orang saat akan naik maupun turun.dan tangga ini di desain bersebelahan
eskalator sehingga mudah diakses
14 | P a g e
C.Eskalator
Terdapat akses naik maupun turun seperti escalator sehingga memudahkan lansia dan orang-
orang untuk naik maupun turun,dan letak dari escalator bersebelahan dengan tangga,tetapi
escalator jumlahnya tidak mencukupi kepada pengguna MRT sehingga kerap kali terjadi
penumpukan karna minimnya jumlah escalator.
15 | P a g e
4.3. Temuan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, untuk untuk menganalisis fasilitas MRT kepada pengguna
MRT, dengan menggunakan teknik dan prosedur analisis yang telah ditetapkan dalam metode
penelitian ini, serta memperhatikan seluruh indikatorBerkaitan dengan kondisi real atau
fenomena yang terjadi di lapangan, peneliti berusaha menggali dengan melakukan pengamatan
langsung berdasarkan lembar observasi yang telah peneliti tentukan pada saat dilaksanakannya
survey fasilitas di MRT Benhil. Data yang dikumpulkan melalui observasi digunakan sebagai
dasar analisis lebih lanjut. Data tersebut disajikan dalam bentuk deskriptif, dengan melakukan
analisis naratif dari masing-masing indikator instrumen.
KESIMPULAN
1. Pembangunan MRT sebenarnya masih kurang berdampak bagi warga disekitar
memberikan manfaat bagi warga DKI Jakarta dan daerah Benhil dalam
16 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_umum
2. http://sosiologis.com/metodologi-penelitian
3. http://bospengertian.com/pengertian-populasi-dan-sampel/
17 | P a g e