Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FUNGSI PENGAWASAN PEMBANGUNAN MRT DI INDONESIA

Dosen Pembimbing

Dr Sudarmin parenrengi, S.E., M.M.

Disusun Oleh

Arief Wiguna

Dewi Simarmata

Chrestella Devi

Adelya

UNIVERSITAS PANCASILA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu dari 5 besar Negara dengan penduduk

terbanyak di dunia. Otomatis, perlu adanya pengembangan – pengembangan alat yang

mendukung produktifitas para penghuninya. Tak terkecuali dalam bidang transportasi.

Luasnya wilayah Indonesia tentu saja membutuhkan teknologi transportasi yang

memadai.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan perangkutan memiliki peran penting

dalam menggerakkan perekonomian kota-kota besar di Indonesia. Permintaan layanan

perangkutan juga akan semakin meningkat seiring dengan semakin besarnya jumlah

penduduk. Karena ruang yang terbatas, kota-kota besar seperti Jakarta tidak mampu

memenuhi tingginya permintaan pergerakan penduduk hanya melalui penambahan

jalan dan angkutan umum berkapasitas kecilKondisi tersebut semakin parah dengan

munculnya emisi kendaraan yang dapat menimbulkan gangguan kondisi kesehatan dan

penurunan kualitas lingkungan. Selain itu, lamanya waktu yang dihabiskan di jalan

dapat menimbulkan dampak psikologis berupa penurunan ketidakstabilan emosi dan

dampak ekonomis berupa penurunan tingkat produktivitas kerja.

Menyadari bahwa penataan kota yang tak memungkinkan untuk menambah

armada di jalan tanah, pemerintah merencanakan untuk membangun MRT (Mass Rapid

Transit) di sepanjang Jakarta. Rencananya akan dimulai dari Lebak Bulus dan akan

terus berkembang hingga menjangkau seluruh kota. Pembangunan ini diharapkan akan

membantu masyarakat dan pengembangan kota.


Fungsi pengawasan merupakan fungsi setiap manajer yang terakhir, setelah

fungsi-fungsi merencanakan, mengorganisasi, menyusun tenaga kerja dan memberi

perintah. Fungsi ini merupakan fungsi pimpinan yang berhubungan dengan usaha

menyelamatkan jalannya perusahaan kearah pulau cita-cita, yakni kepada tujuan yang

telah direncanakan.

Melakukan suatu tugas, hanya mungkin dengan baik bila seseorang yang melaksanakan

tugas itu mengerti arti dan tujuan dari tugas yang dilaksanakan. Demikian pula seorang

pemimpin yang melakukan tugas pengawasan, haruslah sungguh-sungguh mengerti arti

dan tujuan dari pada pelaksanaan tugas pengawasan. Menerapkan prinsip-prinsip

pengawasan dengan baik, akan mengefektifkan pengawasan dalam pelaksanaannya.

Oleh karena itu, guna memeahami dengan jelas tentang pengawasan, perlu dijelaskan

secara terperinci jenis-jenis pengawasan itu. Berhubung karena berbagai keadaan

khusus badan usaha, dan keinginan mereka yang melaksanakan pengawasan, maka

terdapat pula perbedaan-perbedaan dalam cara mengawasi.

2. Rumusan Masalah

a. Apa itu MRT?

b. Apa latar belakang dibangunnya MRT?

c. Apa manfaat kehadiran MRT di Jakarta?

d. Apa pengertian pengawasan?

e. Bagaimana bentuk-bentuk pengawasan?

f. Bagaimana metode pengawasan?

g. Bagaimana tahap-tahap pengawasan?

h. Apa saja syarat-syarat pengawasan?

i. Apa saja jenis-jenis pengawasan?


BAB II

ISI

2.1 Pengertian MRT

MRT (Mass Rapid Transit) adalah suatu sistem tranportasi perkotaan yang mempunyai 3

kriteria utama, mass (daya angkut besar), rapid (waktu tempuh cepat dan frekuensi

tinggi), dan transit (berhenti di banyak stasiun di titik utama perkotaan.MRT (mass rapid

transit) secara harfiah dapat diartikan sebagai moda angkutan yang mampu mengangkut

penumpang dalam jumlah yang banyak (massal) dengan frekuensi dan kecepatan yang sangat

tinggi (rapid). Menurut modanya, MRT dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, antara

lain: bus (buslane/busway), subway, tram, dan monorail.

Bus MRT dapat dibedakan dengan bus angkutan biasa dan kendaraan lain karena biasanya

merupakan shuttle bus yang memiliki rute perjalanan tertentu dan beroperasi pada lajur khusus,

sehingga sering disebut buslane/busway. Pemisahan lajur ini dilakukan agar penumpang tidak

mengalami penundaan waktu perjalanan dan tidak terganggu oleh aktivitas moda angkutan lain

yang melintasi rute perjalanan yang sama. Busway sendiri biasanya bervariasi ada yang

berbentuk ganda (bus gandeng), bus tunggal, dan bus bertingkat. MRT jenis busway biasanya

lebih banyak dipilih oleh kota-kota di negara berkembang karena pengembangannya

membutuhkan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan subway, monorel, ataupun tram.

Kota Bogota di Kolombia merupakan salah satu contoh sukses penerapan

sistem busway. MRT dalam bentuk subway pada prinsipnya memiliki kesamaan sistem

operasi dengan kereta api. Namun, konstruksi teknisnya terdapat perbedaan

karena subway terletak di bawah tanah (underground) tetapi stasiun-stasiunnya langsung

terhubung ke lokasi pusat kegiatan. Di Eropa Barat, subwaymerupakan salah satu moda

angkutan yang sangat populer dan seringkali dikenal dengan istilah metro system. Kota London
merupakan kota pertama yang menerapkan sistem subway sebagai moda angkutan massal

berkecepatan tinggi pada tahun 1863.

Tram merupakan bentuk MRT dengan moda angkutan mirip dengan kereta api, tetapi jalur

operasinya dapat terintegrasi dengan jalan raya. Tram dapat ditemukan di hampir semua kota

menengah dan besar di Eropa dan di beberapa kota besar di Amerika. Tram pertama kali

diperkenalkan pada tahun 1807 di Inggris dan merupakan bentuk awal MRT di dunia. Dalam

operasionalnya, dikenal dua jenis tram: (1) tram yang jalur operasinya menyatu dengan jalur

lalu-lintas kendaraan; dan (2) tram yang memiliki jalur operasional tersendiri yang dikenal

dengan istilah light rail.

Monorail merupakan MRT yang memiliki jalur tertentu dan biasanya tidak mengambil ruang

kota yang luas. MRT jenis ini biasanya memiliki jalur di atas jalan raya dan yang ditopang

dengan tiang-tiang yang sekaligus berfungsi untuk membentuk lintasan monorail. Berbeda

dengan MRT lainnya, monorailbiasanya hanya terdiri atas satu rute dengan sistem

lintasan loop dengan beberapa stasiun pemberhentian yang menghubungkan dengan MRT

lainnya maupun langsung ke lokasi kegiatan tertentu. Penggunaan monorail sudah banyak

dikembangkan di kota-kota metropolitan di dunia antara lain Moskow, Tokyo, dan Sydney.

2.2.Latar Belakang Pembangunan

Perkiraan Jakarta macet total : Saat ini pertumbuhan jalan di Jakarta kurang dari 1 persen per

tahun dan setiap hari setidaknya ada 1000 lebih kendaraan bermotor baru turun ke jalan di

Jakarta (Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta). Studi Japan International Corporation Agency

(JICA) 2004 menyatakan bahwa bila tidak dilakukan perbaikan pada sistem transportasi,

diperkirakan lalu lintas Jakarta akan macet total pada 2020 .

Kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta berdasarkan hasil penelitian Yayasan
Pelangi pada 2005 ditaksir Rp 12,8 triliun/tahun yang meliputi nilai waktu, biaya bahan bakar

dan biaya kesehatan. Sementara berdasarkan SITRAMP II tahun 2004 menunjukan bahwa bila

sampai 2020 tidak ada perbaikan yang dilakukan pada sistem transportasi maka perkiraan

kerugian ekonomi mencapai Rp 65 triliun/tahun.

Polusi udara akibat kendaraan bermotor memberi kontribusi 80 persen dari polusi di Jakarta.

MRT Jakarta digerakan oleh tenaga listrik sehingga tidak menimbulkan emisi CO2

diperkotaan.

Berdasarkan studi tersebut, maka jelas DKI Jakarta sangat membutuhkan angkutan massal

yang lebih andal seperti MRT yang dapat menjadi alternatif solusi transportasi bagi masyarakat

yang juga ramah lingkungan.

Membangun sistem jaringan MRT bukanlah semata-mata urusan kelayakan ekonomi dan

finansial saja, tetapi lebih dari itu membangun MRT mencerminkan visi sebuah kota.

Kehidupan dan aktivitas ekonomi sebuah kota, antara lain tergantung dari seberapa mudah

warga kota melakukan perjalanan/mobilitas dan seberapa sering mereka dapat melakukannya

ke berbagai tujuan dalam kota. Tujuan Utama dibangunnya sistem MRT adalah memberikan

kesempatan kepada warga kota untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

perjalanan/mobilitasnya dengan lebih andal, terpercaya, aman, nyaman, terjangkau dan lebih

ekonomis.

2.3 Manfaat Kehadiran MRT

Manfaat langsung dioperasikannya sistem MRT ini adalah mampu mengurangi kepadatan

kendaraan di jalan karena dengan adanya MRT diharapkan dapat mengalihkan masyarakat

yang menggunakan kendaraan pribadi ke transportasi missal.


Pembangunan MRT Jakarta juga diharapkan mampu memberi dampak positif lainnya bagi

Jakarta dan warganya antara lain:

– Penciptaan lapangan kerja

– Penurunan waktu tempuh & meningkatkan

– Dampak lingkungan : 0.7% dari total emisi CO2, yaitu sekitar 93.663 ton per tahun akan

dikurangi oleh MRT (Data Revised Implementation Program for Jakarta MRT System 2005)

– Transit – Urban Integration yang menjadikan sistem MRT sebagai pendorong untuk

merestorasi tata ruang kota. Integrasi transit-urban diharapkan dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi pada area sekitar stasiun, sehingga dapat berdampak langsung kepada peningkatan

jumlah penumpang MRT Jakarta

Pengembangan MRT dapat menjadi alternatif solusi untuk mengatasi persoalan perangkutan

di kota-kota besar tersebut. Keunggulan sistem ini ialah kemampuannya mengangkut

penumpang dalam jumlah besar, cepat, dan dapat diandalkan dalam berbagai situasi. Dengan

mempergunakan MRT, ruang jalan akan jauh lebih efisien karena penggunaan kendaraan

pribadi dapat diminimalisasi.

Kereta rel listrik (KRL), kereta rel diesel (KRD), dan busway yang sudah dikembangkan di

kota-kota metropolitan di Indonesia sebenarnya sudah dapat dikategorikan sebagai sarana

transportasi massal. Namun, di berbagai kota, ketiganya belum dapat sepenuhnya

dikategorikan sebagai MRT karena belum memenuhi kriteria sebagai sarana transportasi yang

benar-benar cepat dan handal dalam segala situasi.


A. Pengertian Pengawasan

Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar

pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,

membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-

deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya

yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.

Pengendalian / Pengawasan adalah proses mengarahkan seperangkat variable / unsure

( manusia, peralatan, mesin, organisasi ) kearah tercapainya suatu tujuan atau sasaran

manajemen.

Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar

pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan

organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan

bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.

Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana

sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pengawasan manajemen adalah suatu

kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan manajemen dapat

berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai.

Apabila terjadi penyimpangan dimana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula

tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya untuk mencapai tujuan atau sasaran

manajemen.

Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar

pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,

membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-

deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya

yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.


B. Bentuk-bentuk Pengawasan

•Pengawasan Pendahulu (feeforward control, steering controls)

Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi

dibuat sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif bila manajer dapat

menemukan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang perubahan yang terjadi atau

perkembangan tujuan.

•Pengawasan Concurrent (concurrent control)

Yaitu pengawasan “Ya-Tidak”, dimana suatu aspek dari prosedur harus memenuhi

syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna menjamin ketepatan

pelaksanaan kegiatan.

• Pengawasan Umpan Balik (feedback control, past-action controls)

Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur

penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.

C. METODE-METODE PENGAWASAN

Metode-metode pengawasan bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian; pengawasan

non-kuantitatif dan pengawasan kuantitatif


a. Pengawasan Non-kuantitatif

Pengawasan non-kuantitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk

mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering

digunakan adalah:

• Pengamatan (pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk

mengendalikan kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.

• Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic dengan

mengamati kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.

• Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan informasi yang

dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari bawahan dengan relatif lebih

cepat.

• Evaluasi pelaksanaan.

• Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Cara ini

dapat menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada dapat didiagnosis

dan dipecahkan bersama.

• Management by Exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan perbedaan


yang signifikan antara rencana dan realisasi. Teknik tersebut didasarkan pada prinsip

pengecualian. Prinsip tersebut mengatakan bahwa bawahan mengerjakan semua

kegiatan rutin, sementara manajer hanya mengerjakan kegiatan tidak rutin.

b. Pengawasan Kuantitatif

Pengawasan kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi. Beberapa

teknik yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatif adalah:

1)Anggaran

 anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas

 anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting system (PBS), zero-

base budgeting ( ZBB ), dan human resource accounting ( HRA )

2) Audit

•Internal Audit

Tujuan : membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab

mereka dengan cara mengajukan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar

mengenai kegiatan mereka.

•Ekternal Audit
Tujuan : menetukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar

keadaan keuangan dan hasil perusahaan, pemeriksaan dilakasanakan oleh pihak yang

bebas dari pengaruh manajemen.

3)Analisis break-even

Menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk menentukan

pada volume berapa agar biaya total sehingga tidak mengalami laba atau rugi.

4) Analisis rasio

Menyankut dua jenis perbandingan

•Membandingkan rasia saat ini dengan rasia-rasia dimasa lalu

•Membandingkan rasia-rasia suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis

5) Bagian dari Teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan, seperti :

Bagan Ganti

a. Bagan yang mempunyai keluaran disatu sumbu dan satuan waktu disumbu yang lain

serta menunjukan kegiatan yang direncanakan dan kegiatan yang telah diselesaikan

dalam hubungan antar setiap kegiatan dan dalam hubunganya dengan waktu.

b. Program Evaluation and Reviw Technique (PERT)


Dirancang untuk melakukan scheduling dan pengawasan proyek – proyek yang bersifat

kompleks dan yang memerlukan kegiatan – kegiatan tertentu yang harus dijalankan

dalam urutan tertentu dan dibatasi oleh waktu.

D.Tahap-tahap Proses Pengawasan

1. Tahap Penetapan Standar, Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target

pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan.

Bentuk standar yang umum, yaitu :

•standar phisik

•standar moneter

•standar waktu

2.Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat

3.Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan,

laporan, metode, pengujian, dan sampel.

4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan

Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya,

juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan.


5.TahapPengambilanTindakanKoreksi

Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada

perbaikan dalam pelaksanaan.

E.Syarat-syaratPengawasan

1.Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.

2.Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi dengan segera.

3.Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.

4.Pengawasan harus obyektif,teliti,dan sesuai dengan standard

5.Pengawasan harus luwes atau fleksibel.

6.Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.

7.Pengawasan harus ekonomis.

8.Pengawasan harus mudah dimengerti.

9.Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.

F.Jenis-jenisPengawasan

Jenis-jenis pengawasan dapat ditinjau dari 3 segi :

1. Pengawasan dari segi waktu, yang dipakai dalam pengawasan ialah perencanaan

budget, sedangkan pengawasan secara repensif alat budget dan laporan.

2. Pengawasan dilihat dari segi obyektif, Pengawasan dari segi obyektif ialah

pengawasan terhadap produksi dan sebagainya. Ada juga yang mengatakan karyawan

daru segi obyek merupakan pengawasan secara administratif dan pengawasa operatif.

Contoh pengawasan administratif ialah pengawasan anggaran, inspeksi, pengawasan

order dan pengawasan kebijaksanaan.

3.Pengawasan dari segi subyek, Pengawasan dari segi subyek terdiri dari
pengawasanintern dan pengawasan ekstern.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

MRT (Mass Rapid Transit) adalah suatu sistem tranportasi perkotaan yang mempunyai 3

kriteria utama, mass (daya angkut besar), rapid (waktu tempuh cepat dan frekuensi

tinggi), dan transit (berhenti di banyak stasiun di titik utama perkotaan.MRT (mass rapid

transit) secara harfiah dapat diartikan sebagai moda angkutan yang mampu mengangkut

penumpang dalam jumlah yang banyak (massal) dengan frekuensi dan kecepatan yang sangat

tinggi (rapid).Pembangunan MRT ini diharapkan menjadi solusi dalam dunia transportasi di

Indonesia.Dalam perkembangan berkelanjutan ini, MRT diharapkan juga mampu untuk

memberikan manfaat bagi warga DKI Jakarta dalam menanggulangi kemacetan yang ada.

3.2 Kritik dan Saran

1. Upaya-upaya terobosan yang cukup kreatif yang dapat secara tidak langsung menunjang

pengembangan MRT perlu terus dikembangkan. Misalnya, program car free day.

2. Dalam kerangka pengembangan MRT yang terpadu, pemerintah harus mulai memikirkan

misalnya sarana angkutan feeder (antara) yang handal yang dapat menghubungkan rute MRT

dengan pusat-pusat permukiman.

3. Pemerintah juga perlu memperbaiki jalur-jalur pejalan kaki yang menghubungkan halte-halte

dengan pusat-pusat kegiatan.

4. Pengembangan MRT sebaiknya dimulai dengan yang sederhana seperti busway. Lalu, seiring

dengan bertambah rumitnya sistem pergerakan di suatu kota, program berikutnya dapat

melibatkan moda yang lebih rumit pula seperti monorail, tram, atau subway.
Daftar Pustaka

https://austengineer.wordpress.com/2012/12/24/mass-rapid-transit-2/

http://www.jakartamrt.com/informasi-mrt/pertanyaan-umum/

http://shabrinac.blogspot.co.id/2012/11/proyek-mass-rapid-transit-mrt-jakarta.html

Anda mungkin juga menyukai