URAIAN UMUM
Langkah pertama dalam menyusun Konsep Perencanaan sebuah
proyek adalah untuk mengetahui segala aspek dari proyek tersebut yang
nantinya dibutuhkan dalam proses perencanaan. Dan untuk menjabarkan
apa saja aspek yang diperlukan dalam perencanaan proyek ini, penulis
menggunakan sistem 4W = 1W + 1H , yaitu sebagai berikut :
1. What /Apa
Apa proyek yang akan direncanakan ?
Apa saja dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar
dari pelaksanaan proyek tersebut ?
Apa saja jenis Perizinan yang perlu diurus dalam proyek
tersebut ?
2. When /Kapan
Kapan Proyek tersebut dimulai ?
Kapan Proyek tersebut selesai ?
3. Where /Dimana
Dimana Proyek tersebut akan dilaksanakan ?
4. Who /Siapa
Siapa saja pihak yang terkait dalam Proyek tersebut ?
Dari
4W
diatas
maka
penulis
sebagai
Konseptor
Perencana
II.2.
Pipeline Project. PT PHE ONWJ berencana memasang pipa baru berupa Main Oil Line
untuk memastikan kontinuitas proses produksi. Terdapat pipa 8 inchi yang telah terpasang
diantara Platform MRA dan Platform MMJ yang akan beralih fungsi menjadi penyalur gas
dari Production Separator 6.6 MMSCFD dan pipa crude oil baru yang akan mentransfer
crude oil dari 5500 BFPD Production Separator dengan 10% water cut menuju
Atmospheric Separator pada MMF. Saat ini, produksi fluid berada dalam angka 2700
BOPD dan 140 MMSCFD yang berasal dari pipa 8 inchi MRA-MMJ dengan panjang 6.8
km. Produksi di masa depan direncanakan akan mencapai angka 4500 BOPD (5000 BFPD
dengan pengurangan air sebesar 10%) dengan menambah sumur baru dan mengembangkan
oil residu di reservoir menuju gas lift field wide implementation. Untuk menyesuaikan
dengan strategi penaikan produksi, PHE ONWJ akan melakukan pemasangan production
separator pada platform MRA untuk memisahkan gas dan liquid untuk disalurkan ke pipa
masing-masing.
II.3.
LINGKUNGAN PROYEK
Dengan mengetahui lingkungan dimana Offshore Pipeline akan
a. Bathimetri
a. Ikan
Pemanfaatan sumber daya alam utama di wilayah lepas pantai utara jawa barat adalah bidang
perikanan laut, meliputi perikanan tangkap maupun budidaya laut dan air payau (tambak).
Jenis-jenis yang dimanfaatkan tidak hanya ikan saja tetapi juga biota laut berkulit keras seperti
udang-udangan, biota laut berkulit lunak seperti cumi, dan rumput laut.
b. Terumbu Karang
Sebaran dan luas ekosistem terumbu karang di pesisir utara Jawa Barat hanya terbatas pada
beberapa tempat di Kabupaten Karawang, Subang dan Indramayu (Tabel 7.1). Di Indramayu
terumbu karang ditemukan di daerah Majakerta dan Pantai di Kecamatan Indramayu serta
pulau-pulau yang terdapat di sebelah utara Kota Indramayu seperti Pulau Biawak (Pulau
Rakit), P. Gosong, dan Candikia (Rakit Utara) dengan luas 1.235 Ha. Terumbu karang di
Kabupaten Karawang terdapat di gugus karang Sedulang dan Sedari yang tersebar berupa
gosong karang (patch reefs) dengan kedalam antara 4-12 meter di perairan pesisir sekitar
Cilamaya. Sedangkan di Kabupaten Subang terumbu karang tersisa terdapat di daerah Brobos.
kegempangan rendah. Seperti di wilayah Indonesia yang lain dan dari peta
kegempaan (seismicity) sejak tahun 1900, wilayah jawa terdapat jalur
kegempaan yang cukup padat. Di daerah tersebut pernah terjadi gempa
bumi dengan magnitudo 3 - 7 skala Richter mengingat di daerah tersebut
dijumpai sesar-sesar minor. Tsunami bisa terjadi jika terdapat gempa bumi
dangkal (pada kedalaman antara 0-33 km) di dasar laut dengan magnitudo
> 6,5 skala Richter. Mengingat gempabumi yang terjadi bermagnitudo 7
skala Richter, maka kemungkinan terjadi tsunami kecil, walaupun daerah
tersebut termasuk daerah rawan tsunami (Badan Geologi, 2007).
Gambar 2.2. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan
perioda ulang 500 tahun.
II.3.2. Lingkungan Non Fisik
1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Kegiatan usaha migas antara lain pemboran sumur, pengembangan
lapangan, pembangunan fasilitas produksi/transmisi dan pengoperasiannya,
perawatan sumur dan eksploitasi migas serta pengolahan minyak dan gas
yang merupakan kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Evaluasi kinerja lingkungan untuk kegiatan usaha migas
dilakukan dengan mengevaluasi volume tumpuhan minyak yang terjadi,
kualitas limbah cair, kualitas udara dan kebisingan serta perkembangan
produk domestik regional bruto (PDRB), perkembangan pendidikan dan
kesehatan masyarakat di daerah operasi kegiatan usaha migas. Mengingat
hal di atas, maka perlu dilakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
seperti yang dirumuskan dalam dokumen rencana pengelolaan lingkungan
(RKL) dan rencana pemantauan lingkungan (RPL).
a. Tumpahan Minyak
Pelaksanaan kegiatan usaha migas, pada hakekatnya merupakan
kegiatan yang memiliki standar operasional prosedur (SOP), dimana setiap
rangkaian kegiatan memiliki prosedur yang baku, mulai tahap persiapan
hingga pasca operasi, begitu juga kondisi emergency.
Pelaksanaan kegiatan migas terdiri dari empat tahapan baik di darat maupun
di laut yakni: 1) tahap pra konstruksi, 2) tahap konstruksi, 3) tahap operasi
dan 4) tahap pasca operasi. Pada beberapa tahapan kegiatan, berpotensi
menimbulkan dampak terhadap lingkungan seperti dari limbah hasil proses
produksi yang dihasilkan maupun dari kejadian emergency. Bahan-bahan
yang menjadi limbah dari sisa hasil produksi dan emergency tersebut dapat
menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan hidup dan sumberdaya alam.
Pada tahap operasi potensi tumpahan minyak dapat terjadi melalui
kebocoran pipa dan semburan liar sewaktu pengeboran sumur produksi.
Sedangkan pada tahap pasca operasi, tumpuhan minyak dapat terjadi
sewaktu pengapalan dan pengangkutan. Tumpahan minyak tersebut dapat
berdampak secara langsung terhadap ekosistem dan lingkungan hidup serta
manusia yang ada disekitarnya. Besaran dampak akibat tumpahan minyak
sangat ditentukan oleh volume dan frekuensi tumpahan yang terjadi.
Potensi tumpahan minyak juga dapat terjadi pada operasi hilir atau
pemasaran/niaga, baik dari transportasi melalui pipa maupun kapal.
Sesungguhnya tumpuhan minyak yang terjadi, umumnya merupakan
kejadian emergency, yang terjadi karena kebocoran atau pecahnya tanker.
Tumpahan minyak dapat menimbulkan dampak pencemaran bahkan
kerusakan lingkungan hidup bila tidak ditanggulangi dengan segera, karena
lapisan minyak yang menutupi permukaan air dapat menyebabkan
kurangnya cahaya yang masuk kedalam perairan, sehingga fotosintensis
Hidrogen Sulfida
oksigen
kimiawi/chemical
oxygen
demand
(COD)
Amoniak Bebas
Amoniak dalam air permukaan (badan air) dapat berasal dari hasil
degradasi
Kandungan SO2
Kandungan SO2 di udara diduga berasal dari bocoran gas alam pada
SKG, bocoran dari separator minyak pada stasiun pengumpul, sisa
pembakaran pada flare dan genset.
Kandungan H2S
Kandungan SO2 di udara diduga berasal dari bocoran gas alam pada
SKG, bocoran dari separator minyak pada stasiun pengumpul, sisa
pembakaran pada flare dan genset. Kandungan H2S dapat berasal dari
sisa pembakaran pada
minyak mentah yang tercecer maupun pada oil catcher yang menguap
akibat dari penguapan oleh panas matahari.
Kandungan NOX
Sumber pembentuk NOx dari kegiatan penambangan minyak dapat
berasal dari flare pada gas buangan di daerah pengeboran maupun pada
stasiun pengumpul dan dapat berasal dari aktivitas kendaraan
operasional dari dan menuju lokasi.
Kebisingan
Pengukuran kualitas udara dan kebisingan dilakukan pada lokasi
lapangan minyak dan gas yang sudah beroperasi. Analisis terhadap data
kualitas lingkungan yang diperoleh dari lapangan akan selalu
didasarkan pada baku mutu lingkungan (BML) yang telah ditetapkan.
Sumber bising pada lokasi pemantauan berasal dari kompresor gas
pada booster dan SKG, selain dari genset dan pompa. Pemantauan
dilakukan hanya untuk kawasan industri (pusat) dengan baku mutu
bising (>70 dBA) berdasarkan keputusan menteri LH No. 48 tahun
1996 untuk kawasan industri.
Daerah operasi kegiatan migas oleh PT. PHE ONWJ ; Area Mike-Mike
Field berlokasi di Jawa Barat. Maka dari itu perlu dilakukan studi
mengenai PDRB, Pendidikan dan kesehatan di Provinsi Jawa Barat.
Provinsi Jawa Barat terdiri atas 18 kabupaten dan 9 kota.
Ibu kotanya adalah Bandung. Pada tanggal 17 Oktober
2000, sebagian wilayah Jawa Barat dibentuk sebuah
provinsi tersendiri, yaitu Provinsi Banten.
mencapai
Rp
364,53
triliun.
Sementara
pengukuran
melaksanakan
Nama Perusahaan
Alamat Perusahaan
Perwakilan Perusahaan :
Untuk Urusan Teknis
Rudhi Fuadi
Procurement Supply Chain Management
PHE Tower, Lantai 5
Nomor Telepon (+62-21) 7854-3432
Faksimili (+62-21) 7854-3094
B. Satuan
Kerja
Khusus
Pelaksana
Kegiatan
Alamat Institusi
Telepon/Fax
Email Humas
Peranan Institusi
Memberikan
: hupmas@skkmigas.go.id
:
pertimbangan
kepada
Menteri
dan
Sumber
kebijaksanaannya
Daya
Mineral
atas
hal
penyiapan
dan
dalam
Memberikan
persetujuan
rencana
pengembangan
Memberikan
persetujuan
rencana
kerja
dan
anggaran
Melaksanakan
monitoring
dan
melaporkan
Alamat Perusahaan
Priok,
Telepon
Peranan Perusahaan :
Biro Kiasifikasi secara umum penyediaan jasa untuk kepentingan pihakpihak yang terkait (pemilik, pemerintah, asuransi, bank, dll) didunia
kemaritiman/kelautan dengan penilaian tenting kondisi teknis bangunan
maritim (kapal, offshore) untuk tercapainya tingkat keselamatan di laut,
baik manusia, barang dan pencemaran Iingkungan. Untuk itu, sertifikat
kelas yang dikeluarkan oleh biro klasifikasi berperan penting dalam
D. Kementrian
Energi
Sumber
Daya
Mineral
Alamat Institusi
Telepon
: +62-22-756-2049
Fax
: +62-22-750-696
: admin.esdm@jabarprov.go.id
Alamat Institusi
Telepon
: (022) 4204871
: www.bplhdjabar.go.id
GKN Bandung
Jl. Asia Afrika No. 144, Bandung.
Telepon / Fax
(022) 4230161
Email
lpse@kemenkeu.go.id
021-5704501-04 / 021-5730191
Email
pusdata@dephut.go.id
Alamat Institusi
I.
Telepon
: 021-3811876
Fax
: 021-3811308
Kementerian Perindustrian
Alamat Institusi
Telepon
Fax
J.
: 021-5255609
Naker.go.id
Alamat Institusi
Telepon
: (021) 34833507
ppid@kemhan.go.id
M. Kementerian
Hukum
&
HAM
Republik
Indonesia
(Kantor Wilayah Jawa Barat)
Alamat Institusi :
Jalan Jakarta No. 27, Bandung 40272
Telepon
http://jabar.kemenkumham.go.id/
admin@dishidros.go id
O. Polri
Alamat Institusi :
Jl. Soekarno-Hatta, 40613,
Indonesia
Telepon
+62 22 7806392
(022) 7562056
Email
jabar@bpn.go.id
A. REGULASI
Peraturan Pemerintah
3)
4)
minimum kabupaten/kota.
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2004 kegiatan usaha hulu
5)
Peraturan Menteri
Adapun Peraturan Menteri yang terkait dengan usaha minyak dan gas
bumi adalah :
1) Peraturan Menteri Keuangan No. 177/PMK.011/2007 tentang
pembebasan bea masuk atas impor barang untuk kegiatan
2)
3)
4)
5)
6)
Keputusan Presiden
Peraturan Presiden
Adapun Peraturan Presiden yang terkait dengan usaha minyak dan gas bumi adalah:
1) Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2012 tentang pengalihan
pelaksanaan tugas dan fungsi kegiatan usaha hulu minyak
2)
No.
Tahun
2013 tentang
Undang-Undang
Adapun Undang-Undang yang terkait dengan usaha minyak dan gas
bumi adalah:
1) Undang-undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
2)
konsumen.
Undang-undang
RI
No.
28
Tahun
1999
tentang
4)
Pekerja/Serikat Buruh.
Undang-undang RI No. 22 Tahun 2001 tentang minyak dan
5)
gas bumi.
Undang-undang
6)
ketenagakerjaan.
Undang-undang RI No. 21 Tahun 2003 tentang pengesahan
RI
No.
13
Tahun
2003
tentang
Keputusan Menteri
Adapun Keputusan Menteri yang terkait dengan usaha minyak dan gas
bumi adalah :
1) Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.
3135 K/08/MEM/2012 tentang pengalihan tugas, fungsi, dan
organisasi dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu minyak
dan gas bumi.
tentang
Prosedur
045_2011_Environmental
Baseline
Assessment (EBA)
6) PTK 044_2012_ Pengelolaan Asuransi BPMIGAS
dan K3S
B. PERIZINAN
Izin
Surat
Keterangan
Terdaftar
(SKT)
MIGAS
SKT MIGAS adalah Surat Keterangan Terdaftar Minyak dan Gas Bumi
yang dikeluarkan oleh Ditjen Migas kepada badan usaha yang telah
mendaftarkan bidang usahanya sebagai Penunjang Migas di Ditjen
Migas. SKT Migas dipersyaratkan kepada badan usaha yang akan
mengikuti lelang / tender pemerintah maupun swasta sebagai badan
usaha penunjang Migas. Dasar hukum bahwa badan usaha agar
Izin AMDAL
Proses AMDAL kemudian bersifat wajib (mandatory) untuk dilakukan bagi
setiap rencana usaha dan atau kegiatan yang diperkirakan dapat
menimbulkan dampak penting. AMDAL terdiri atas 4 dokumen , yaitu :
1)
2)
3)
4)
Penapisan (screening),
2)
3)
Secara lebih rinci prosedur teknis penyusunan dokumen AMDAL di Indonesia sebagaimana
termaksud dalam PP No. 27 tahun 1999 terdiri atas :
1)
2)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Pengangkatan/salvage
2)
Penyelaman/diving
3)
Pengerukan/dredging
4)
5)
Anchor Handling
mengirimkan
surat
permohonan
untuk